PAJAK PENGHASILAN
Anggota :
1. Andri Septian
2. Fahmi Isnaeni
3. Nattaya Putri Citra
4. Riska Yuliawati
Utang Pajak
Untuk pemotongan maupun pemungutan ini ada yang bersifat final dan ada
yang bersifat tidak final.
- Bersifat final apabila pemotongan tersebut tidak dapat diperhitungkan lagi
sebagai kredit pajak, baik pada masa tersebut maupun di akhir tahun.
- Sedangkan bersifat tidak final apabila dapat diperhitungkan lagi dengan
pajak yang akan terutang di akhir masa atau akhir tahun pajak.
Berkenaan dengan hal tersebut, maka pencatatan atas transaksi-transaksi di
atas adalah:
• Pajak-pajak yang dipotong/dipungut oleh sendiri : dicatat sebagai utang
pajak
• Pajak-pajak yang dipotong/dipungut pihak lain: dicatat sebagai piutang
pajak
• Pajak-pajak yang dilunasi sendiri: bersifat sebagai pelunasan pajak
Utang Pajak
Utang pajak timbul ketika perusahaan diharuskan memotong/memungut
pajak orang lain, seperti:
• PPN atas penjualan (PPN Keluaran)
• PPh Pasal 21 atas gaji karyawan
• PPh Pasal 22, jika perusahaan ditunjuk sebagai pemungut PPh Pasal 22
• PPh Pasal 23
• PPh Pasal 26
• PPh Pasal 15
• PPh Pasal 4 ayat (2)
Piutang Pajak
Piutang pajak atau bisa disebut juga uang muka pajak merupakan pajak-pajak
yang dipotong atau dipungut pihak lain atau yang dibayar sendiri oleh
perusahaan yang dapat diperhitungkan dengan pajak yang terutang pada saat
pengisian SPT Tahunan. Pajak-pajak untuk jenis ini misalnya adalah
• PPh Pasal 22
• PPh Pasal 23
• PPh Pasal 24
• PPh Pasal 25
• PPN Masukan
Pph Pasal 21
Tarif PPh Pasal 23 terbagi menjadi dua jenis, yaitu 15% dan 2%.
PPh Pasal 23 dengan tarif 15% dikenakan atas penghasilan-penghasilan di
bawah ini:
• Dividen
• Bunga
• Royalty
• hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh
Pasal 21
PPh Pasal 23
- PPh Pasal 24 pada dasarnya merupakan kredit pajak atas penghasilan dari
luar negeri. Apabila ada Wajib Pajak Dalam Negeri yang memperoleh
penghasilan dari luar negeri dan telah dipotong pajaknya di luar negeri, maka
pajak tersebut dapat menjadi pengurang PPh Pasal 29 sebagaimana diatur
dalam Pasal 28 UU PPh
- Yang menjadi catatan penting dalam PPh Pasal 24 adalah tidak semua pajak
yang telah dipotong di luar negeri bisa menjadi kredit pajak di dalam negeri.
Hal ini diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan nomor 164/KMK.03/2002
Pph Pasal 24
PPh Pasal 24 dicatat sebagai pajak dibayar di muka dalam pembukuan. Namun
mengingat akan dilakukan penyesuaian pada akhir tahun, maka perlu dibuat
adjustment di akhir tahun. Contoh pembukuan PPh Pasal 24 adalah:
• PT Mulia memperoleh penghasilan dari Amerika sebesar Rp1.000.000.000,- atas
jasa maklon yang diberikan. PT Mulia sudah dikukuhkan sebagai PKP. Atas
penghasilan ini telah dipotong pajak di Amerika sebesar Rp50.000.000,-. Maka
atas penghasilan dan pajak ini dicatat:
Uraian Debit Kredit
Kas 950.000.000,-
PPh Pasal 24 dibayar dimuka 50.000.000,-
PPN Keluaran 0,-
Pendapatan 1.000.000.000,-
Catatan: jasa maklon merupakan jenis jasa tertentu yang atas ekspornya dikenai
PPN 0% sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan nomor
30/PMK.03/2011. Pencatatan PPN Keluaran sebesar Rp0,- hanya sebagai
penggambaran saja. Apabila tidak dijurnal juga tidak apa-apa.
PPh Pasal 25/29
Kas 1.550.000,-
Prepaid tax sebesar Rp5.700.000,- diperoleh dari 3 bulan (Januari, Februari dan
Maret 2014) x Rp400.000,- dan 9 bulan (April-Desember 2014) x Rp500.000,-
PPh Pasal 26
PPh Pasal 26 merupakan pajak yang dipotong atas penghasilan yang dibayarkan
kepada Wajib Pajak Luar Negeri. Berdasarkan Pasal 26 UU PPh, atas penghasilan
tersebut di bawah ini yang dibayarkan kepada subjek pajak luar negeri dipotong
pajak dengan tarif 20%:
• Deviden
• bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
• royalti, sewa, dan imbalan lain sehubungan dengan penggunaan harta
• imbalam sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
• hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun
• pensiun dan pembayaran berkala lainnya
Contoh PPh Pasal 26
PT Roda Tiga menggunakan jasa konsultasi dari Australia. Jumlah yang harus dibayarkan
berdasarkan kontrak adalah sebesar Rp600.000.000,- Atas transaksi ini PT Roda Tiga harus
memungut sendiri PPN atas pemanfaatan Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar daerah pabean sebesar
10% x Rp600.000.000,- = Rp60.000.000,- dan memotong PPh Pasal 26 atas pembayaran ke
Australia sebesar 20% x Rp600.000.000,- = Rp120.000.000,-
• Jurnal yang dicatat oleh PT Roda Tiga adalah: