Capaian Pembelajaran
Setelah menyelesaikan bab ini, para mahasiswa akan mampu menjelaskan
beberapa cara hapusnya hutang pajak dan alasan mengapa ketentuan hapusnya
perikatan perdata tidak sepenuhnya dapat diadopsi di dalam penghapusan erikatan
pajak.
Kompetensi Khusus
Mengarahkan mahasiswa untuk dapat menjelaskan beberapa cara hapusnya
menghapus hutang pajak dan alasan mengapa ketentuan hapusnya perikatan
perdata tidak sepenuhnya dapat diadopsi di dalam penghapusan erikatan pajak.
A. Pengantar
Sebagai suatu perikatan, pajak juga ada saat bermula dan ada saat
berakhirnya. Dengan menyitir pendapat dari Paul Scholten bahwa Hukum Perdata
adalah merupakan suatu hukum umum (lex generalis). Sebagai suatu hukum umum
maka berlaku bagi cabang hukum (privat) lain sepanjang cabang hukum tersebut
belum ada pengaturan secara khusus. Di dalam Pasaal 1381 BW terdapat 10 cara
hapusnya perikatan. Dengan demikian apabila di dalam Hukum Pajak belum ada
pengaturan khusus maka ketentuan tentang hapusnya perikatan perdata berlaku
juga bagi hapusnya perikatan pajak.
Mengingat bahwa terdapat banyak sekali hubungan antara hukum perdata
dengan hukum pajak, maka menjadi sangat penting untuk dipahami apakah
perikatan pajak juga hapus dengan sepenuhnya mengacu pada ketentuan KUH
Perdata.
B. Hapusnya Perikatan
Pajak merupakan perikatan yang muncul dari undang-undang. Sebagai suatu
perikatan maka seperti halnya perikatan perdata ada saat bermula dan saat
berakhirnya. Ketentuan yang mengatur tentang hapusnya perikatan terdapat dalam
Pasal 1382 BW. Persoalannya adalah apakah ketentuan tentang hapusnya
perikatan tersebut dapat berlaku bagi perikatan pajak.
Berpegang kepada pendapat Paul Scholten bahwa hukum perdata adalah
hukum umum, oleh karena itu hukum perdata berlaku juga pada bidang-bidang
hukum lain yang merupakan hukum khusus seperti halnya hukum pajak, terkecuali
apabila hukum khusus itu dengan tegas menyatakan bahwa ketentuan hukum
perdata tidak berlaku baginya.
Terhadap hapusnya perikatan pajak mengacu juga kepada ketentuan Pasal
1381 BW hanya saja pelaksanaannya disesuaikan dengan hakekat hukum pajak.
Pasal 1381 BW menyebutkan bahwa hapusnya perikatan karena :
1. Pembayaran (Ps. 1382 BW)
2. Penawaran pembayaran diikuti dengan penitipan konsignasi (Ps. 1404
BW).
3. Pembaharuan hutang (Ps. 1413 BW)
4. Kompensasi (Ps. 1425 BW)
5. Pencampuran hutang (Ps. 1436 BW)
6. Pembebasan hutang (Ps. 1438 BW)
7. Musnahnya barang yang terutang (Ps. 1444 BW)
8. Batal / Pembatalan (Ps. 1446 BW)
9. Dipenuhinya syarat batal (Ps. 1265 BW)
10. Daluwarsa (Ps. 1946 BW)
Dari kesemuanya itu yang dapat diterapkan di dalam hukum pajak adalah :
pembayaran, kompensasi, pembebasan hutang dan daluwarsa. (Rochmat
Soemitro : 1987, 49)
(1). Kwytschelding
Hutang pajak berakhir karena memang ditiadakan oleh Fiscus. Alasan
peniadaan adalah karena sesungguhnya pembuan UU pajak seharusnya tidak
mengenakan pajak terhadap hal yang dimaksud itu.
Pustaka :
Ali, Chidir . 1993. Hukum Pajak Elementer. PT. Eresco. Bandung.
Bambang Prakoso, Kesit. 2003. Pajak dan Retribusi Daerah. UII Press. Yogyakarta.
Bohari. 1995. Pengantar Hukum Pajak. PT. Raja Grafindo Persada . Jakarta.
Ilyas. Wirawan.B dan Butron. Richard. Hukum Pajak. Salemba Empat. Jakarta.
Soemitro. Rochmat. 1998. Asas dan Dasar Perpajakan 2. PT. Rafika Aditama.
Bandung.