Anda di halaman 1dari 25

Penagihan Seketika dan

Sekaligus,
Hak Mendahulu Utang pajak dan
Kepailitan
2F
DIII
Pajak
Pengertian Penagihan Seketika
dan Sekaligus
Berdasarkan Pasal 1 angka 13 Undang-Undang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa dan Pasal 1 angka (4) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
24/PMK.03/2010 sebagaimana telah diuban dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 85/PMK.03/2010 disebutkan bahwa yang dimaksud
dengan Penagihan Seketika dan Sekaligus adalah tindakan Penagihan
Pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak
tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi utang
pajak dan semua jenis pajak, Masa Pajak, dan Tahun Pajak.
1. Dalam rangka mecapai tujuan untuk agar Wajib Pajak atau Penanggung
Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak, diperlukan
serangkaian tindakan yang harus dilaksanakan oleh Jurusita Pajak mulai
dari tindakan penerbitan Surat Teguran atau sejenisnya, kemudian
penyampaian surat paksa, penyampaian surat perintah melakukan
penyitaan dan pelaksanaan penyitaan, penjualan barang hasil
penyitaan, sampai dengan tindakan pencegahan bepergian ke luar
negeri dan penyanderaan.

Alasan Dilakukan Penagihan
Seketika dan Sekaligus (1)
2. Dalam rangka menghindari kemungkinan terjadinya upaya
penghindaran dari Wajib Pajak atau Penanggung Pajak atas
pelunasan utang pajak dalam kondisi tertentu, Undang-Undang
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa mengatur mengenai tindakan
Penagihan Seketika dan Sekaligus. Penagihan Seketika dan Sekaligus
diatur dalam Pasal 20 UU KUP, Pasal 6 Undang-Undang Penagihan
Pajak dengan Surat Paksa dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
24/PMK.03/2008.

Alasan Dilakukan Penagihan
Seketika dan Sekaligus (2)
1. Dalam kondisi normal, Penagihan dilaksanakan setelah jatuh tempo
pembayaran, didahului dengan penerbitan Surat Teguran, dilanjutkan
tindakan penagihan lainnya, namun dalam hal-hal sebagai berikut:
a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya atau berniat untuk itu;
b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau
yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan
kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukannya di
Indosesia;

Alasan Dilakukan Penagihan
Seketika dan Sekaligus (3)
c. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan
badan usaha, atau menggabungkan usaha, atau memekarkan usaha,
atau memindahkantangankan perusahan yang dimiliki atau
dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya;
d. Badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau
e. Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh Pihak ketiga
atau terdapat tanda-tanda kepailitan,
maka pejabat segera menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika
dan Sekaligus.

Alasan Dilakukan Penagihan
Seketika dan Sekaligus (3 cont.)
Isi Surat Perintah Penagihan Seketika
dan Sekaligus
Berdasarkan pasal 13 ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor
24/PMK.03/2008 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 85/PMK.03/2010 ditegaskan bahwa Surat Perintah
Penagihan Seketika dan Sekaligus sekurang-kurangnya memuat :
a. nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak;
b. besarnya utang pajak;
c. perintah untuk membayar;
d. dan saat pelunasan pajak.

Dasar Hukum Hak Mendahulu
dan Kepailitan
Tahun Pajak 2008 dan seterusnya

Pasal 21 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Undang-Undang Nomor 16
Tahun 2009

Tahun Pajak 2007 dan sebelumya

Pasal 21 ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2000

Dasar Hukum yang digunakan terkait Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang diatur dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004.


Pengertian Hak Mendahulu
Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang KUP
Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas
barang-barang milik Penanggung Pajak .
Berarti kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang
dinyatakan mempunyai hak mendahulu atas barang milik
Penanggung Pajak yang akan dilelang di muka umum. Pembayaran
kepada kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak dilunasi.

Pengertian Hak Mendahulu
(cont.)
Hak mendahulu utang pajak meliputi pokok pajak, sanksi administrasi
berupa bunga, denda, kenaikan dan biaya penagihan pajak. Hak
mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahului, kecuali
terhadap:
a. Biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman
untuk melelang suatu barang bergerak dan/atau barang tidak
bergerak;
b. Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan banrang
dimaksud; dan/atau
c. Biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan
penyelesaian suatu warisan.

Pengertian Kepailitan
Pengertian kepailitan berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Nomor 37 Tahun 2004
Sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim
Pengawas.

Saat Hilangnya Hak Mendahului
Sebelum Tahun 2008
Pasal 21 ayat (4) UU KUP Nomor 16 Tahun 2000, hak mendahului hilang setelah lampau
waktu 2 (dua) tahun sejak tanggal diterbitkan:
a. Surat Tagihan Pajak
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
c. Surat Ketetapan pajak Kurang Bayar Tambahan
d. Surat Keputusan Pembetulan
e. Surat Keputusan Keberatan
f. Putusan Banding
yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, kecuali
apabila dalam jangka waktu 2 tahun tersebut:
a. Surat Paksa diberitahukan secara resmi maka jangka waktu 2 tahun dihitung sejak
pemberitahuan Surat Paksa
b. Diberikan penundaan pembayaran jangka waktu dua tahun ditambah dengan jangka
waktu penundaan pembayaran.

Saat Hilangnya Hak Mendahului
(Tahun 2008 dan seterusnya)
Pasal 21 ayat (4) UU KUP Nomor 16 Tahun 2009, hak mendahului hilang setelah lampau waktu 5
tahun sejak tanggal diterbitkan:
a. Surat Tagihan Pajak
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
c. Surat Ketetapan pajak Kurang Bayar Tambahan
d. Surat Keputusan Pembetulan
e. Surat Keputusan Keberatan
f. Putusan Banding, atau
g. Putusan Peninjauan Kembali,
yang menyebabkan jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, kecuali apabila
dalam jangka waktu 5 tahun tersebut:
a. Surat Paksa diberitahukan secara resmi maka jangka waktu 5 tahun dihitung sejak
pemberitahuan Surat Paksa
b. Diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan angsuran pembayaran maka jangka
waktu 5 tahun ditambah dengan sejak batas akhir penundaan diberikan atau sejak tanggal
jatuh tempo angsurnya berakhir.

Hak Mendahului dalam Kaitannya
dengan Hak Tanggungan dan Fiducia
Kedudukan hak mendahulu tidak saja dikenal dalam UU KUP, namun dalam
Undang-Undang Hak Tanggungan dan Undang-Undang jaminan Fiducia dikenal
juga istilah hak mendahulu.
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan
atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah, Hak
Tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah, berikut
atau tidak berikut benda lain yang merupakan satu kesatuab dengan tanah itu,
untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan
kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain.

Hak Mendahului dalam Kaitannya dengan
Hak Tanggungan dan Fiducia (cont.)
Yang menjadi pemegang Hak Tanggungan tersebut, sekalipun diutamakan
terhadap hak tagihan kreditor lain, namun harus mengalah terhadap piutang-
piutang Negara, dengan demikian hak Negara lebih utama dari kreditor
pemegang Hak Tanggungan. Objek dari Hak Tanggungan adalah hak atas
tanah beserta turutannyayang dijadikan jaminan untuk pelunasan utang, terdiri
dari Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai atas tanah
negara, dan Hak Pakai atas tanah milik.

Hak Mendahului dalam Kaitannya dengan
Hak Tanggungan dan Fiducia (cont.)
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia
diatur bahwa fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu Benda ata dasar
kepercayaan dengan ketentuan bahwa Benda yang hak kepemilikannya
dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik Benda.
Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas Benda bergerak baik yang berwujud
maupun yang tidak berwujud dan Benda tidak bergerak yang tidak dapat
dibebani Hak Tanggungan sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada Penerima Fidusia terhadap
kreditur lainnya.

Hak Mendahului dalam Kaitannya dengan
Hak Tanggungan dan Fiducia (cont.)
Pasal 3 Undang-Undang Jaminan Fidusia, Jaminan Fidusia tidak berlaku terhadap:
a. Hak Tanggungan yang berkaitan dengan tanah dan bangunan, sepanjang
peraturan perundang-undangan yang berlaku menentukan jaminan atas
Benda-Benda tersebut wajib didaftar.
b. Hipotek atas kapal yang terdaftar dengan isi kotor berukuran 20 m3 atau lebih.
c. Hipotek atas pesawat terbang; dan
d. Gadai
Maka, bangunan di atas tanah milik orang lain tidak dapat dibebani Hak
Tanggungan dapat dijadikan objek Jaminan Fidusia.
Dapat disimpulkan pula bahwa hak mendahulu utang pajak melebihi hak
mendahulu kreditur pemegang Hak Tanggungan maupun Fidusia



Hak Mendahulu dalam Kaitannya
dengan Penagihan Pajak dan Kepailitan
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 :
Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas.
Tugas Kurator adalah melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit
sehingga dalam melaksanakan tugasnya, Kurator:
a. Tidak diharuskan memperoleh persetujuan dari atau menyampaikan
pemberutahuan terlebih dahulu kepada Debitor atau salah satu organ Debitor,
meskipun dalam keadaan di luar kepailitan persetujuan atau pemberitahuan
demikian dipersyaratkan;
b. Dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, hanya dalam rangka meningkatkan
nilai harta pailit.

Kurator dilarang membagikan harta Wajib Pajak dalam pailit mengingat Negara
mempunyai hak mendahulu dengan kreditur lainnya.

Istilah dalam Kepailitan
Dalam Undang-undang kepailitan dikenal beberapa istilah yg harus dipahami :
1. Kepailitan adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas
2. Kreditor adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau Undang-undang
yang pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan
3. Debitor adalah orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau Undang-undang yang
pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan
4. Debitor Pailit adalah debitor yang sudah dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan

Istilah dalam Kepailitan
5. Kurator adalah Balai Harta Peninggalan atau orang perseroan yang diangkat oleh Pengadilan
untuk mengurus dan membereskan harta Debitor Pailit dibawah pengawasan Hakim Pengawas
6. Utang adalah kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlah uang baik
dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing,baik secara langsung maupun yang
akan timbul di kemudian hari atau kontinjen,yang timbul karena perjanjian atau undang-
undang dan yang wajib dipenuhi oleh Debitor dan bila tidak dipenuhi memberi hak kepada
Kreditor untuk mendapat pemenuhannya dari harta kekayaan Debitor
7. Pengadilan adalah Pengadilan Niaga dalam lingkungan peradilan umum
8. Hakim Pengawas adalah hakim yang ditunjuk oleh Pengadilan dalam putusan pailit atau
putusan penundaan kewajiban pembayaran utang

Pencocokan Piutang, Perdamaian
dan Pemberesan Harta Pailit
Undang-Undang Kepailitan Pasal 113 mengatur bahwa paling lambat 14 hari
setelah putusan pernyataan pailit diucapkan, Hakim Pengawas harus
menetapkan batas akhir pengajuan tagihan dan batas akhir verifikasi pajak
untuk menentukan besarnya kewajiban pajak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan, serta hari, tanggal, waktu, dan
tempat rapat Kreditor untuk mengadakan pencocokan piutang. Pada saat ini,
Jurusita pajak harus memanfaatkan kesempatan yang ada untuk
melaksanakan hak mendahulu utang pajak.

Hak Mendahulu dalam
Kaitannya dengan Penyitaaan
Pasal 19 ayat (1) UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
Penyitaan tidak dapat dilaksanakan terhadap barang yang telah disita oleh Pengadilan
Negeri atau instansi lain yang berwenang.
Maksudnya, memberi penegasan bahwa terhadap terhadap semua jenis barang yang
telah disita oleh Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang, tidak boleh disita lagi
oleh Jurusita Pajak.
Terhadap barang yang telah disita tersebut, Jurusita Pajak harus menyampaikan Surat Paksa
kepada Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang, supaya Pengadilan Negeri
atau instansi lain menentukan bahwa penyitaan barang dimaksud juga berlaku sebagai
jaminan untuk pelunasan utang pajak yang tercantum dalam Surat Paksa.

Hak mendahulu dalam kaitannya dengan
penyitaan yang dilakukan oleh Pengadilan
Negeri atau Instansi
Dalam pasal 19 ayat 1 UU Penagihan Pajak dengan Surat Paksa diatur bahwa Penyitaan tidak
dapat dilaksanakan terhadap barang yang telah disita oleh Pengadilan Negeri atau instansi lain yg
berwenang.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk memberi penegasan bahwa terhadap semua jenis barang yang
telah disita oleh Pengadilan Negeri atau instansi lain yang berwenang,tidak boleh disita lagi oleh
Jurusita Pajak.
Adapun yg dimaksud dgn instansi lain yg berwenang adalah instansi lain yang juga berwenang
melakukan penyitaan,misalnya : Panitia Urusan Piutang Negara.
Terhadap barang yg telah disita tsb,Jurusita Pajak harus menyampaikan Surat Paksa kepada
Pengadilan Negeri atau Instansi lain yang berwenang
Hal ini bertujuan agar Pengadilan Negeri atau Instansi lain menentukan bahwa penyitaan barang
dimaksud juga berlaku sebagai jaminan untuk pelunasan utang pajak yang tercantum dalam Surat
Paksa

Hak mendahulu dalam kaitannya dengan
penyitaan yang dilakukan oleh Pengadilan
Negeri atau Instansi
Pengadilan Negeri setelah menerima salinan surat paksa,selanjutnya dalam sidang
berikutnya menetapkan bahwa barang yang telah disita dimaksud juga sebagai
jaminan pelunasan utang pajak
Dengan demikian,berdasarkan penetapan Pengadilan Negeri pihak lain yang
berkepentingan diharapkan dapat mengetahuinya secara resmi.
Instansi lain setelah menerima surat paksa,menjadikan barang yang disita sebagai
jaminan pelunasan utang pajak
Pengadilan Negeri atau Instansi lain yang berwenang menentukan pembagian hasil
penjualan barang berdasarkan ketentuan Hak mendahulu negara untuk tagihan pajak.
Selanjutnya, putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap segera
disampaikan oleh Pengadilan Negeri kepada Kantor Lelang untuk dipergunakan sbg
dasar pembagian hasil lelang

THANKS
SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA 2013

Anda mungkin juga menyukai