Anda di halaman 1dari 15

witholding tax

&
PK-PM (PPN)
Dasar Hukum
Witholding Tax

UU KUP NOMOR 6 TAHUN 1983

UU NOMOR 17 TAHUN 2000

PER – 70 /PJ/2007

Witholding System : Pajak terutang dihitung, disetor dan


dilaporkan oleh pihak lain

WWW.CITROOETOMO.COM
Dasar Hukum
PPN

UU KUP NOMOR 6 TAHUN 1983

UU NOMER. 7 TAHUN 2021

PMK 58/2022 PMK 59/2022 PMK 60/2022 PMK 70/2022

WWW.CITROOETOMO.COM
Mengacu Pada Pasal 32 UU KUP
Wajib pajak dapat diwakili dalam hal pengurusannya
sesuai dengan ayat (1), yang dimaksud wakil ialah yang
bertanggung jawab secara pribadi dan/atau secara
renteng atas pembayaran pajak yang terutang, namun
dikecualikan apabila dapat membuktikan kepada DJP
bahwa kedudukannya benar-benar tidak dapat di
bebankan. Maka dalam hal tersebut wakil pajak yang di
tunjuk suatu badan/pribadi merupakan penanggung
pajak sesuai dengan pasal 1 angka 28 UU KUP.

Pelaksanaan Tindakan penagihan pajak terhadap


penanggung pajak atas Wajib Pajak Pribadi dijelaskan
dalam PMK 189 PMK.03 2020 Pasal 6, Sedangkan
terhadap pelaksanaan penagihan pajak badan dijelaksan
dalam pasal 7 .

WWW.CITROOETOMO.COM
Pasal 7 PMK 189 PMK.03 2020 Pada ayat (1)menjelaskan Pelaksanaan tindakan
penagihan Pajak terhadap Penanggung Pajak atas Wajib Pajak Badan:
a. Wajib Pajak Badan bersangkutan yang bertanggung jawab atas seluruh Utang
Pajak dan Biaya Penagihan Pajak;
b. pengurus dari Wajib Pajak Badan

Pelaksanaan Tindakan penagihan pajak terhadap pengurus pajak sebagaimana yang di maksud

a. perseroan terbatas diwakili oleh direksi yang meliputi (direktur utama, wakil direktur, dewan
komisaris, orang yang memiliki wewenang atau di tunjuk, dan pemegang saham) bertanggung
jawab secara pribadi atau secara renteng atas seluruh utang pajak dan biaya penagihan pajak.
b. Bentuk usaha tetap, diwakili oleh (kepala perwakilan, perusahaan induk dari bentuk usaha
tetap, orang yang di tunjuk memiliki wewenang dan pemilik modal)

WWW.CITROOETOMO.COM
c. Persekutuan komanditer diwakili ( sekutu komplemeter/sekutu aktif/sekutu
pengurus, dan orang yang diberikan wewenangdalam menentukan kebijakan.
d. Persekutuan perdata/firma diwakili oleh (para sekutu/ orang yang memiliki
wewenang dalam menentukan kebijakan.)
e. Koperasi diwakili oleh (Pengurus, Pengawas atau orang yang memiliki
wewenang dalam menentukan kebijakan).
f. Yayasan diwakili oleh (Ketua atau jabatan yang setingkat, sekretaris,
bendahara, Pembina, pengawas atau orang yang memiliki wewenang dalam
menentukan kebijakan).
g. Kerja sama operasi (joint operation) diwakili oleh (Pimpinan atau jabatan yang
setingkat dan atau orang yang memiliki wewenang dalam menentukan
kebijakan).
Di sebutkan dalam PMK 189/03/2020 Pasal 3 ayat 4 bahwa dalam hal wajib
pajak tidak melunasi utang pajak yang masih harus dibayar setelah lewat jatuh
tempo pelunasan, dilakukan tindakan penagihan pajak. Tindakan penagihan
pajak yang di maksud diatur dalam peraturan yang sama pada pasal 4 meliputi :
a. Menerbitkan Surat Teguran
b. Menerbitkan dan memberitahukan Surat Paksa
c. Melaksanakan Penyitaan
d. Melakukan pengumuman lelang untuk barang sitaan yang dilakukan
penjualan secara lelang.
e. Menggunakan, menjual, dan/atau memindah bukukan barang sitaan yang
dikecualikan penjualan secara lelang
f. Mengusulkan Pencegahan
g. Melaksanakan Penyanderaan
h. Menerbitkan surat perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus.
Dalam pasal 7 ayat (5) juga menjelaskan terkait urutan penanggung pajak atas
Wajib Pajak Badan untuk dilakukan Tindakan Penagihan Pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (4), tidak berlaku dalam hal:
a. Objek Sita tidak dapat ditemukan
b. Dilakukan Tindakan penagihan seketika dan Sekaligus
c. Utang pajak sebagai dasar penagihan pajak mendekati daluwarsa penagihan
d. Berdasarkan data dan informasi terdapat indikasi Penanggung Pajak akan
meninggalkan Indonesia selama-lamanya atau berniat untuk itu
e. Terdapat tanda-tanda bahwa badan akan dibubarkan atau dilakukan
perubahan bentuk lainnya.
f. Terdapat tanda-tanda kepailitan dan/atau dalam keadaan pailit atau
g. Penanggung pajak dapat meyakinkan Pejabat dengan membuktikan bahwa
kedudukannya tidak dapat dibebani Utang Pajak dan Biaya Penagihan Pajak.
Pada prinsipnya penagihan pajak dilakukan terhadap Penanggung Pajak yang
merupakan orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak termasuk wakil. Dalam hal dikeluarkan nya Surat tagihan pajak Surat
Peringatan atau surat lain yang sejenis namun tidak dilakukan pembayaran akan
mengakibatkan dikeluarkan nya Surat Paksa (Menurut UU No 19 Th 2000 Pasal
8).

Surat paksa terhadapat badan diberitahukan oleh jurusita pajak kepada :


a. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik
modal, baik di tempat kedudukan badan yang besangkuta, di tempat tinggal
mereka maupun di tempat lain yang memungkinkan,
b. Pegawai tetap di tempat kedudukan atau tempat usaha badan yang
bersangkutan apabila jurusita pajak tidak dapat menjumpai salah seaorang
yang dimaksud dalam huruf a.
Jurusita Pajak menurut PP No. 137 th 2000 adalah pelaksana Tindakan
penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, Pemberitahuan
Surat Paksa, Penyitaan dan Penyanderaan.

Dalam hal Surat Paksa yang sudah di terbitkan oleh Jurusita namun Wajib Pajak
dinyatakan pailit, Surat Paksa diberitahukan kepada Kurator, Hakim Pengawas
atau Balai harta peninggalan, dan dalam hal wajib pajak dinyatakan bubar atau
dalam likuidasi, Surat Paksa diberitahukan kepada orang atau badan yang
dibebani untuk melakukan pemberesan, atau likuidator.
Tahapan penagihan pajak dengan Surat Paksa diatur pada SE -01/PJ/2020
seperti berikut :
a. Pada dasarnya Penagihan Pajak dilakukan apabila Penanggung Pajak tidak
melunasi Utang Pajak dan Biaya penagihan Pajak
b. Terhadap Penanggung pajak yang tidak melunasi Utang Pajak, Pejabat dapat
melakukan Tindakan penagihan Pajak dengan tahapan. ( menerbitkan surat
teguran, Penagihan Seketika dan Sekaligus, Meneritahukan Surat Paksa,
melakukan penyitaan barang milik penanggung Pajak, melakukan penjualan
barang yang telah disita, mengusulkan pencegahan, melakukan
penyanderaan.)
c. Pelaksanaan tahapan Penagihan pajak sebagaimana dimaksud pada butir b.
d. Pelaksanaan tahapan Penagihan Pajak dilakukan terhadap Penanggung Pajak
dengan mempertimbangkan unsur prioritas. (Wajib Pajak badan yang
bersangkutan, Pengurus atau Wajib Pajak badan, pemegang saham atau
pemilik modal.)
Namun Apabila dalam masa di terbitkan nya Surat Paksa Wajib Pajak atau
penanggung pajak tidak segera melunasi utang pajak, proses selanjutnya
tercantum pada SE -01/PJ/2020 pasal 12 Ayat (1) “Apabila utang pajak tidak
dilunasi Penanggung Pajak dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11, Pejabat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan”.

Dalam proses penyitaan ini Juru sita Pajak akan melakukan prosedur sesuai SE-
01/PJ/2020 Pasal 14 :
1. Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang
berada di tempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat
lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang
dijaminkan sebagai pelunasan utang.
1a. Penyitaan terhadap Penanggung Pajak Badan dapat dilaksanakan terhadap
barang milik perusahaan, pengurus kepala perwakilan, kepala cabang,
penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan yang
bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain.
2. Penyitaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sampai dengan
nilai barang yang disita diperkirakan cukup.
3. Hak lainnya yang dapat disita selain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Dalam rangka melaksanakan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa di tetapkan
peraturan pemerintah tentang tempat dan Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi
Nama Baik Penanggung Pajak, yang tertuang dalam Peraturan Pemeritah No 137
th 2000. namun dalam pelaksanaan penyanderaan yang tertuang dalam PP
menurut pasal 3 di sebutkan tahapan yang harus dipatuhi antara lain :
a. Mempunyai utang pajak sekurang-kurangnya 100Juta dan
b. Diragukan itikad baiknya dalam melunasi Utang Pajak
c. Penyanderaan terhadap Penanggung Pajak dilaksanakan berdasarkan surat
perintah penyanderaan yang di terbitkan oleh Menteri keuangan untuk
penagihan pajak pusat dan Gubernur untuk penagihan pajak daerah.
Penanggung pajak akan di bebaskan dari penyanderaan jika memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Apabila utang pajak dan biaya penagihan pajak telah dibayar lunas
b. Apabila jangka waktu yang ditetapkan dalam Surat Perintah Penyanderaan
telah dipenuhi
c. Berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunya kekuatan hukum
tetap atau
d. Berdasarkan pertimbangan tertentu dari Menteri Keuangan atau Gubernur.

Anda mungkin juga menyukai