Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan merupakan sebuah entitas dimana setiap aktivitas usaha yang


dilakukan bertujuan untuk menghasilkan laba atau keuntungan untuk entitas
tersebut yang tersaji dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan
sebuah muara dari aktivitas keuangan yang mampu memberikan informasi atas
seluruh kondisi perusahaan.

Laporan laba rugi ( Income Statement ) merupakan bagian dari laporan


keuangan yang sangat penting yang menyajikan ukuran keberhasilan suatu
aktivitas perusahaan dalam suatu periode. Melalui laporan laba rugi investor
dapat mengetahui besarnya tingkat profitabilitas.

Salah satu ukuran untuk memprediksi laba adalah penjualan dan biaya,
dengan penjualan yang sebanyakbanyaknya diharapkan akan berbanding lurus
dengan laba yang akan diterima. Laba atau keuntungan adalah kenaikan
dalam ekuitas (aktiva bersih) entitas yang ditimbulkan oleh transaksi
peripheral (transaksi di luar operasi utama atau operasi sentral perusahaan)
atau transaksi insidentil (transaksi yang keterjadiannya jarang) dan dari
seluruh transaksi lainnya serta peristiwa maupun keadaan - keadaan lainnya
yang mempengaruhi entitas, tidak termasuk yang berasal dari pendapatan
atau investasi oleh pemilik (Dr. (cand) Hery, 2013:109).

Persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling berperan dalam


menjalankan aktivitas penjualan bagi perusahaan manufaktur. Perusahaan akan
berusaha mendapatkan laba dengan cara menjual persediaannya baik secara tunai

1
maupun kredit. Bagaimana perusahaan mengklasifikasikan persediaannya
tergantung pada apakah perusahaan adalah pedagang (perusahaan dagang) atau
pembuat (perusahaan manufaktur).Untuk perusahaan dagang,persediaannya
dinamakan persediaan barang dagangan (hanya ada satu klasifikasi),dimana
barang dagangan ini dimiliki oleh perusahaan dan sudah langsung dalam bentuk
untuk siap dijual dalam kegiatan bisnis normal perusahaan sehari-hari.Sedangkan
untuk perushaan manufaktur, mula-mula persediaannya belum siap untuk dijual
sehingga perlu diolah terlebih dahulu. Persediaan diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu bahan mentah, barang setengah jadi (barang dalam proses), dan barang
jadi (produk akhir). Jadi,dalam perusahaan manufaktur, perusahaan jenis ini
terlebih dahulu akan mengubah (merakit) input atau bahan mentah (raw
material) menjadi output atau barang jadi (finished goods/ final goods), baru
kemudian dijual kepada para pelanggan (distributor). Persediaan akan
disajikan dalam neraca sebesar harga perolehan (FIFO, LIFO, atau rata)
atau harga yang terendah antara harga perolehan dengan harga pasar (lower
of cost or market method).
Perputaran persediaan (inventory turnover atau stock turnover) adalah ukuran
seberapa sering persediaan barang dagang terjual dalam waktu satu
periode.Periode dapat dalam masa tahunan ataupun bulanan.Teknik pengendalian
akuntansi yang dapat digunakan secara khusus untuk mengendalikan jumlah
persediaan adalah menggunakan rasio perputaran persediaan. Suatu tingkat
perputaran persediaan yang rendah dapat menunjukan adanya investasi yang
terlau besar dalam suatu persediaan barang. Sebaliknya tingkat perputaran
persediaan yang tinggi menunjukan makin pendek waktu terikatnya modal dalam
persediian barang dalam suatu periode tertentu.
Profitabilitas perusahaan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor keuangan
yang menentukan. Faktor-faktor keuangan dapat diukur menggunakan rasio-rasio
keuangan antara lain Return On Equity (ROE). Penelitian ini bertujan untuk
menguji pengaruh struktur modal yang dipilih yaitu perputaran persediaan

2
terhadap profitabilitas yang diukur menggunakan rasio ROE ( Return On
Equity ).

1.2 Rumusan Masalah

Melihat dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah Perputaran persediaan berpengaruh terhadapat ROE ( Return On


Equity )
2. Apakah Perputaran persedian berpengaruh terhadap investasi perusahaan?

1.3 Batasan Masalah

Dalam Penulisan ini penulis membatasi penulisan pada analisa perputaran


persediaan , dan Return On Equity Pada PT Sepatu Bata Tbk Periode 2013 –
2015.

1.4 Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah penulis ingin menjelaskan tujuan dari penulisan ini
adalah :

1. Menganalisa peputaran persediaan terhadap Return On Equity ( ROE )


2. Mengetahui pengaruh perputaran persediaan terhadap invenstasi
perusahaan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori

A. Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan

Hery 2013:224 mengemukakan bahwa persediaan merupakan salah satu


aktiva yang paling aktif dalam operasi kegiatan perusahaan dagang. Persediaan juga
merupakan aktiva lancar terbesar dari perusahaan manufaktur maupun dagang.
Pengaruh persediaan terhadap laba lebih mudah terlihat ketika kegiatan bisnis sedang
berfluktuasi. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai persediaan adalah
seperti kutipan berikut.

Ikatan Akuntan Indonesia (2012:14) mengemukakan bahwa: Persediaan


adalah aset:

a. Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal


b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau,
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (suplies) untuk digunakan dalam
proses produksi atau pemberian jasa.

R. Agus Sartono (2010:443) Persediaan pada umumnya merupakan salah


satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan.hal ini
mudah dipahami karena persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan
kelancaran operasi perusahaan ditinjau dari segi neraca persediaan adalah barang-
barang atau bahan yang masih tersisa pada tanggal neraca, atau barang-barang yang
akan segera dijual, digunakan atau diproses dalam periode normal perusahaan.

4
Kieso yang diterjemakan oleh Salim (2011:402) persediaan adalah pospos
aktiva yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau
barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat kecermatan. Investasi
dalam persediaan biasanya merupakan aktiva lancar paling besar dari perusahaan
dagang (ritel) dan manufaktur.

Pendapat Warren (2011:440) mengatakan persediaan adalah ”barang


dagang yang disimpan untuk dijual dalam operasi bisnis perusahan, dan bahan yang
digunakan dalam proses produksi atau disimpan untuk tujuan itu”. Persediaan yang
diperoleh perusahaan langsung dijual kembali tanpa mengalami proses produksi
selanjutnya disebut persediaan barang dagang.

Dengan demikian intinya persediaan barang dagang adalah untuk dijual


dalam operasi bisnis perusahaan, dan sesuai dengan pendapat warren, reeve dan Fess
maka perusahaan bisa saja menyimpan persediaan sebelum dijual di dalam sebuah
gudang yang sering berlaku untuk pedagang-pedagang besar seperti retail yang
perputaran persediaannya cukup tinggi dan beragam untuk mengantisipasi penjualan
supaya tidak terjadi kekurangan persediaan.

Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan kegiatan bisnisnya. Persediaan


diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Persediaan barang dagang


Barang yang ada digudang dibeli oleh pengecer atau perusahaan dagang untuk
dijual kembali. Barang yang diperoleh untuk dijual kembali diperoleh secara
fisik tidak diubah kembali, barang tersebut tetap dalam bentuk yang yang
telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya. Dalam beberapa hal dapat
terjadi komponen yang dibeli untuk kemudian dirakit menjadi barang jadi.
b. Persediaan Manufaktur

5
1. Persediaan bahan baku Barang berwujud yang dibeli atau diperoleh
dengan cara lain (misalnya dengan menambang) dan disimpan untuk
penggunaan langsung dalam membuat barang untuk dijual kembali.
2. Persediaan barang dalam proses Barang yang membutuhkan proses lebih
lanjut sebelum penyelesaian.
3. Barang jadi Barang yang sudah selesai diproses dan siap untuk dijual.

B. Biaya-Biaya Persediaan

Penilaian persediaan membutuhkan penilaian yang cermat dan sewajarnya


untuk dimasukkan sebagai harga pokok dan mana saja yang dibebankan pada tahun
berjalan.

Ikatan Akuntan Indonesia (2012:14) mengatakan bahwa ”biaya persediaan


meliputi semua biaya pembelian, biaya produksi dan biaya lain-lain yang timbul
sampai persediaan berada dalam kondisi siap untuk dijual/dipakai. Biaya persediaan
yang sering dikaitkan atau di artikan sebagai harga pokok penjualan dalam
perusahaan dagang yaitu biaya pembelian yang meliputi harga pembelian, bea
masuk/pajak lainnya. Biaya pengangkutan dan lain-lain.

Adapun yang mempengaruhi biaya pembelian tersebut.

1. Barang dalam Perjalanan


Penjualan dilakukan dengan dua cara:
a. Syarat penjualan franko gudang penjual FOB (free on board shipping
point)maka penjual tidak memiliki kewajiban untuk menanggung
pengangkutan barang dari gudang penjual ke gudang pembeli, melainkan
pembelilah yang harus menanggung pengangkutan/ongkos barang tersebut.
b. Jika syarat penjualan pranko gudang pembeli (FOB) destination point, maka
kepemilikan barang baru akan beralih dari penjual ke pembeli apabila barang
tersebut benar-benar telah diterima atau sampai ke gudang pembeli.

6
2. Diskon
Diskon (potongan harga) yang diperlakukan sebagai pengurang biaya
dalam pencatatan pembelian barang juga harus dipelakukan sebagai pengurang
biaya persediaan. Diskon dagang merupakan potongan dari daftar harga yang
berlaku menjadi harga yang benar-benar dibebankan kepada pelanggan. Besarnya
diskon yang diberikan dapat bervariasi menurut faktor-faktor tertentu seperti
kuantitas barang yang dibeli. Jadi diskon dagang sering kali ditetapkan dalam
suatu seri. Contoh: Suatu perusahaan menggambarkan daftar diskon dagangnya
dalam suatu katalog sebagai berikut:
Diskon tunai adalah potongan harga yang diberikan fakturfaktur yang
dibayar dalam periode tetentu. Diskon tunai biasanya ditetapkan sebagai suatu
persentase harga yang tidak perlu dibayar. Bila mana faktur dibayar dalam
beberapa hari tertentu, dan jumlah penuh harus dibayar jika pembayaran
melampaui dalam periode diskon. Sebagai contoh, 2/10, n/30 berarti dalam dua
persen diberikan sebagai diskon tunai jika faktur dibayar dalam waktu 2 hari
setelah tanggal faktur, tetapi jumlah penuh dapat dibayar dalam 30 hari.
3. Retur pembelian dan pengurangan harga
Penyesuaian atas faktur perlu juga jika barang ternyata rusak atau jika
kualitasnya lebih rendah daripada yang dipesan. Kadang kala barang tersebut
secara periodik dikembalikan kepada suplier atau pemasok mungkin pembeli
juga diberikan nota kredit oleh pemasok untuk mengkompensasi kerusakan atau
kualitas barang yang rendah dalam kedua hal tersebut hutang akan berkurang dan
dilakukan pengkreditan secara langsung keperkiraan persediaan pada sistem
perpetual, atau keperkiraan kontra pembelian, yakni retur pembelian dan
pengurangan harga, pada sistem persediaan periodik. Jurnal retur pembelian:
 periodik utang usaha Rp xxx
Retur dan potongan pembelian Rp xxx
 perpetual utang usaha Rp xxx

7
Persediaan barang dagangan Rp xxx

4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN)


Pajak pertambahan nilai ditujukan untuk orang pribadi maupun badan
yang timbul karena digunakannya faktor-faktor produksi pada setiap jalur
perusahaan dalam menyimpan, menghasilkan,menyalurkan dan
memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada konsumen.
Semua biaya untuk mendapatkan dan mempertahankan laba termasuk bunga
modal, sewa, tanah dan upah dan upah kerja merupakan unsur pertambahan nilai
yang menjadi dasar PPN.

C. Metode Pencatatan Persediaan

Metode pencatatan persediaan ada dua, yaitu metode perpetual dan metode periodik.
Dimana metode ini digunakan untuk menganalisis masalah yang penulis angkat.

a. Metode Pencatatan Persediaan secara Permanen/Perpetual (perpetual inventory


system)
Menurut Hery 2013:101 mengatakan dalam sistem perpetual, catatan
mengenai harga pokok dari masing-masing barang dagangan yang dibeli maupun
yang dijual diselenggarakan secara terperinci. Sistem pencatatan ini akan secara
terus menerus menunjukkan berapa besarnya saldo persediaan barang dagangan
yang ada di gudang untuk masing-masing jenis persediaan. Dengan sistem
pencatatan perpetual, hargga pokok dari barang yang dijual ditentukan setiap kali
penjualan terjadi.

8
Jurnal dalam mencatat transaksi persediaan dengan menggunakan
metode ini yaitu:

Jurnal untuk mencatat pembelian persediaan barang dagang:

Persediaan Barang Dagang Rp xxx

Hutang usaha/Kas Rp xxx

Untuk mencatat penjualan ada 2 ayat jurnal yang perlu dibuat sekaligus
oleh penjual pada saat melakukan transaksi penjualan yaitu:

Kas Rp xxx

Penjualan Rp xxx

(apabila penjualan barang dagangan dilakukan secara tunai)

Piutang Usaha Rp xxx

Penjualan Rp xxx

(apabila penjualan barang dagangan dilakukan secara kredit)

Harga Pokok Penjualan Rp xxx

Persediaan Barang Dagang Rp xxx

Retur penjualan (sales returns) terjadi apabila perusahaan menerima


kembali barang dagangan yang telah dijualnya kepada pelanggan sebagai akibat
adanya kerusakan barang dagang atau barang yang dijual dikirimnya tidak sesuai
dengan kriteria spesifikasi pesanan pelanggan, sedangkan penyesuaian

9
pengurangan terhadap harga jual diberikan kepada pelanggan dimana dalam hal
ini perusahaan tidak menerima kemabli barang dagangan yang telah dijualnya.

Ayat jurnal yang dibuat oleh penjual pada saat menerima kembali
barang dagangan yang telah dijualnya yaitu:

Retur penjualan Rp xxx

Kas Rp xxx

(apabila awalnya penjualan barang dagangan dilakukan secara tunai)

Retur penjualan Rp xxx

Piutang Usaha Rp xxx

(apabila awalnya penjualan barang dagangan dilakukan secara kredit)

Persediaan Barang Dagang Rp xxx

Harga Pokok Penjualan Rp xxx

(menerima kembali barang dagangan yang telah dijualnya)

Piutang Reeve (2011:348) menyatakan bahwa sistem persediaan


perpetualdalam perusahaan dagang menghasilkan alat pengendalian persediaan
yang efektif, di mana buku besar pembantu persediaan menjaga kuantitas
persediaan pada tingkattertentu, memungkinkan pemesanan kembali tepat pada
waktunya dan mencegahpemesanan kembali dalam jumlah yang berlebihan.
Hasil perhitungan fisik persediaan yang dilakukan dibandingkan dengan catatan
persediaan. Akun persediaan pada awal periode akuntansi menunjukkan
persediaan tersedia pada tanggal tersebut.Pembelian dicatat dengan mendebit
persediaan dan mengkredit kas/utang usaha. Padatanggal terjadinya penjualan,

10
harga pokok penjualan dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan dan
mengkredit persediaan.

PSAK No.14 menyatakan dalam sistem persediaan perpetual (perpetual


inventory system), biaya persediaan akhir dan harga pokok penjualanselama
tahun berjalan dapat ditentukan secara langsung dari catatan akuntansi.
Namun,jika ada ketidakcocokan antara biaya persediaan pada catatan akuntansi
dan nilaipersedian yang ditentukan melalui pemeriksaan stock fisik, maka jumlah
persediaanpada catatan akuntansi harus disesuaikan. Harga pokok penjualan pada
catatanakuntansi juga harus disesuaikan.

b. Metode Pencatatan Fisik/Periodik (physical/periodic inventory method)


Menurut Tjahjono (2010:59) bahwa sistem akuntansi dapat dibedakan
menjadi dua yaitu: fisik (periodik) dan buku (perpetual). Fisik (periodik) adalah
metode pencatatan persediaan yang tidakmengikuti mutasi persediaan sehingga
untuk megetahui jumlah persediaan saat tertentu harus diadakan perhitungan fisik
atas persediaan barang (stock opname). Metode buku (perpetual) adalah metode
pencatatan persediaan yang mengikutimutasi persediaan barang setiap saat
diketahui dari rekening perusahaan.
Sri Dewi Anggadini (2012:226), menjelaskan pencatatan fisik/periodik
(phisical/periodic inventory) merupakan pencatatan persediaan dimana:
1. Mutasi persediaan tidak mengunakan buku besar (inventory)
melainkanmemakai perkiraan purchases, purchases return, sales, sales return
dan sebagainya.
2. Tidak memakai kartu persediaan.
3. Kalkulasi biaya persediaan dengan menetapkan persediaan akhir telebih
dahulu melalui perhitungan secara fisik selanjutnya dihitung cost of good
sold.

11
Jurnal dalam mencatat transaksi persediaan dengan menggunakan metode ini
yaitu:

Jurnal untuk mencatat pembelian persediaan barang dagang

Pembelian Barang Dagang Rp xxx

Hutang usaha/kas Rp xxx

PSAK No 14 menyatakan sistem pencatatan fisik/periodic


(phisical/periodic inventory system-berkala), nilai persediaan akhir
ditentukanmelalui pemeriksaan stock fisik (phisical stock-take). Nilai barang
dijual selamat tahun berjalan dihitung dengan rumus berikut.

Untuk menentukan harga pokok penjualan dalam sistem periodik,


harus menentukan:

1. Menentukan harga pokok barang yang tersedia pada awal periode.


2. Menambahkannya pada harga pokok barang yang dibeli.
3. Mengurangkannya dengan harga pokok barang yang tersedia pada akhir
periode akuntansi.

Harga Pokok Penjualan = nilai persediaan awal + biaya barang yang


dibeli/dibuat – nilai persediaan akhir

Dengan cara ini bertambahnya barang dagang atau berkurangnya


barangdagang atau keluar masuknya barang dagangan tidak bisa dideteksi secara
langsung. Akibat dari cara ini adalah barang dagang yang tercatat dalam
pembukuanperusahaaan pada akhir periode adalah barang dagang pada awal
periode sehinggapada akhir periode nilainya harus dihitung kembali dengan
persediaan akhir periode.Barang dagang akhir periode harus dihitung fisiknya

12
secara langsung agar dapatmenggambarkan nilai persediaan barang dagang yang
sesungguhnya dalam laporankeuangan.

D. Metode Penilaian Persediaan

Ada beberapa macam metode penilaian persediaan yang umum digunakan yaitu:
identifikasi khusus; biaya rata-rata (average); masuk pertama, keluar pertama (FIFO)
dan masuk terakhir, keluar pertama (LIFO).

a. Identifikasi Khusus Pada metode ini, biaya dapat dialokasikan ke barang yang
terjual selama periode berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada akahir
periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode ini diperlukan
untuk mengidentifikasi biaya historis dari unit persediaan. Dengan indenfikasi
khusus, arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang.
b. Metode Biaya Rata-rata (Average) Metode ini membebankan biaya rata-rata
yang sama ke setiap unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang-
barang yang terjual seharusnya dibeli pada tiap harga. Metode rata-rata
mengutamakan yang mudah terjangkau untuk dilayani, tidak peduli apakah
barang tersebut masuk pertama atau masuk terakhir.
c. Metode Masuk Pertama, Keluar Pertama (FIFO) Metode ini didasarkan pada
asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang terlebih dahulu masuk. FIFO
dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realitas terhadap
arus biaya ketika penggunaan metode identifikasi khusus adalah tidak
memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya
yang mendekati paralel dengan arus fisik dari barang yang terjual. Beban
dikenakan pada biaya yang dinilai melekat pada barang yang terjual. FIFO
memberikan kesempatan kecil untuk memanipulasi keuntungan karena
pembebanan biaya ditentukan oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, di
dalam FIFO unit yang tersedia pada persediaan akhir adalah unit yang paling

13
terakhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama
dengan biaya penggantian diakhir periode.
d. Metode Masuk Terakhir, Keluar Pertama (LIFO) Metode ini didasarkan pada
asumsi bahwa barang yang paling barulah yang terjual. Metode LIFO sering
dikritik secara teoritis tetapi metode ini adalah metode yang paling baik dalam
pengaitan biaya persediaan dengan pendapatan. Apalagi metode LIFO
digunakan selama periode inflasi atau harga naik, LIFO akan menghasilkan
harga pokok yang lebih tinggi, jumlah laba kotor yang lebih rendah dan
persediaan akhir yang lebih rendah. Dengan demikian LIFO cenderung
memberikan pengaruh yang stabil terhadap margin laba kotor, karena pada
saat terjadi kenaikan harga LIFO mengaitkan biaya yang tinggi saat ini dalam
perolehan barang-barang dengan harga jual yang meningkat, dengan
menggunakan LIFO, persediaan dilaporkan dengan menggunakan biaya dari
pembelian awal. Jika LIFO digunakan dalam waktu yang lama, maka
perbedaan antara nilai saat ini dengan biaya LIFO akan semakin besar.

Penyajian terhadap Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang harus dibuat perusahaan harus memberikan informasi


yang cukup untuk pihak-pihak di dalam dan di luar perusahaan. Sehingga baik
manajemen dan pihak luar yang berkepentingan dalam mengambil keputusan yang
informatif. Perusahaan harus melaporkan informasi mengenai kegiatan usahanya
secara relevan, dipercaya, dan dapat diperbandingkan.

Penilaian persediaan yang diterapkan harus diungkapkan dalam suatu


penjelasan laporan keuangan yang menguraikan secara garis besar semua kebijakan
akuntansi yang diikuti basis penilaian seperti metode harga pokok (FIFO, LIFO,
Average) harus dijelaskan.

14
Laporan keuangan persediaan barang dagang disajikan baik dalam neraca
maupun dalam perhitungan laba rugi. Persediaan barang dagang yang tercantum
dalam neraca mencerminkan nilai barang dagang yang ada pada tanggal neraca, yang
biasanya juga merupakan akhir dari suatu periode akuntansi. Dalam perhitungan laba
rugi persediaan barang dagang munculdalam harga pokok penjualan.

Ada saling hubungan antara persediaan barang dagang di neraca dan laporan
laba rugi. Bahkan, ada saling berhubungan antara persediaan barang dagang
padatahun berjalan dengan tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang. Dari
adanyasaling hubungan ini, terlihat betapa pentingnya pos ini dalam menentukan laba
(rugi) dan posisi keuangan perusahaan, tidak saja terhadap tahun berjalan, tetapi juga
terhadap tahun sebelumnya dan tahun yang akan datang.

15
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Profil Perusahaan

PT Sepatu Bata Tbk,

Bata atau T&A Bata Shoe Company terdaftar di Zlin, Cekoslowakia oleh dua
bersaudara Tomas, Anna dan Antonin Bata (1894). Perusahaan sepatu raksasa
keluarga ini mengoperasikan empat unit bisnis internasional Bata Eropa, Bata Asia
Pasifik-Afrika, Bata Amerika Latin, dan Bata Amerika Utara. Produk perusahaan ini
hadir di lebih dari 50 negara dan memiliki fasilitas produksi di 26 negara. Sepanjang
sejarahnya, perusahaan ini telah menjual sebanyak 14 miliar pasang sepatu.

Di Indonesia pengoperasian penjualan sepatu Bata dijalankan oleh PT Sepatu


Bata, Tbk. Pabrik perusahaan ini pertama kali berdiri pada tahun 1939, dan saat ini
berada di dua tempat, yaitu Kalibata dan Medan. Keduanya menghasilkan 7 juta
pasang alas kaki setahun yang terdiri dari 400 model sepatu, sepatu sandal, dan sandal
baik yang dibuat dari kulit, karet, maupun dan plastik. Sebelum tahun 1978, status
Bata di Indonesia adalah perusahaan penanaman modal asing (PMA), sehingga
dilarang menjual langsung ke pasar. Bata menjual melalui para penyalur khusus
(depot) dengan sistem konsinyasi. Status para penyalur tersebut diubah dan pada 1
Januari 1978, yaitu saat izin dagang Bata "dipindahkan" kepada mereka dan PT
Sepatu Bata menjadi perusahaan penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Bata telah mempengaruhi tren dan alas kaki Anda dengan keanggunan dan
karakter selama 120 tahun di seluruh dunia. Sejak didirikan oleh Thomas Bata pada
tahun 1894, perusahaan telah berada di garis depan inovasi, tidak hanya dalam

16
produksi dan desain gaya baru, tetapi dalam penciptaan model bisnis yang
memungkinkan respon yang cepat terhadap perubahan pasar. Hari ini, Bata
menawarkan visi gaya dan fashion untuk mencerminkan gambaran Anda sendiri,
dibuat untuk Anda dan juga dengan Anda. Visi untuk dibagikan.

 Melayani satu juta pelanggan setiap hari

Sejak kami didirikan di tahun 1894, Bata telah berada di garis depan inovasi; tidak
hanya dalam produksi dan desain gaya baru, tetapi dalam penciptaan model bisnis
yang memungkinkan respon yang cepat terhadap keinginan dan kebutuhan pelanggan
kami selalu berubah. Akibatnya, Bata menikmati sejarah panjang sebagai produsen
terkemuka dan pengecer sepatu berkualitas, dan dengan bangga melayani satu juta
pelanggan setiap hari.

 Kami adalah lokal dan internasional

Jangkauan Bata adalah seluruh dunia; kehadirannya lokal. Struktur manufaktur


internasional baru kami memungkinkan fasilitas Bata di seluruh dunia untuk
merespon kebutuhan unik dan keinginan pelanggan lokal. Akibatnya, Bata merasa
terhormat untuk menjadi sebuah perusahaan lokal di setiap negara yang dilayaninya.
Bata terus dipandu oleh prinsip inti yang sama yang telah diikuti selama lebih dari
seratus tahun: untuk mengetahui pelanggan dan untuk menciptakan produk terbaik
untuk memenuhi kebutuhan mereka.

 Kami adalah masa depan alas kaki

Selama lebih dari 13 dekade, Bata telah di tepi terkemuka desain alas kaki. Hari ini,
profesional di sepatu Bata Pusat Inovasi di seluruh dunia melanjutkan tradisi inovasi
karena mereka mendedikasikan diri mereka untuk menemukan bahan sepatu baru,
mengembangkan teknologi sepatu modern, dan menciptakan alas kaki segar yang
menggabungkan gaya dengan kenyamanan.

17
3.2 Laporan Keuangan Perusahaan Periode 2013 – 2015

18
19
20
21
22
3.3 Analisis Perputaran Persediaan Terhadap ROE

 Rumus Menghitung Perputaran Persediaan

= Harga Pokok Penjualan / Rata-Rata Persediaan x 1

 Rumus Menghitung ROE ( Retun On Equity )

= Laba Bersih ( Net Income ) / Equity

Berikut Adalah Hasil dari Analisis berdasarkan Rumus Perhitungan Tersebut :

 TAHUN 2013

Perputaran Persediaan = 539.446.848 X 1 Kali = 2,14


251.629.896,5

ROE = 44.373.679 = 0,11


396.853.165

 TAHUN 2014

Perputaran Persediaan = 558.227.929 X 1 Kali = 1,87


298.016.937

ROE = 70.781.440 = 0,16


429.115.605

23
 TAHUN 2015

Perputaran Persediaan = 622.099.195 X 1 Kali = 2,08


298.587.373,5

ROE = 128.895.612 = 0,23


547.187.208

TAHUN PER. PERSEDIAAN ROE


2013 2,14 0,11
2014 1,87 0,16
2015 2,08 0,23

Grafik.

24
2.5

1.5
ROE
PER. PERS
1

0.5

0
2013 2014 2015

Dari Perhitungan di atas menunjukan hasil bahwasemakin besar angka perputaran


persediaan semakin bagus karena berarti perusahaan efisien dalam penyediaan
persediaannya.Dari rasio perputaran persediaan kita kemudian dapat menghitung
berapa lama waktu rata-rata dari produk diproduksi sampai dengan terjual. Rumusnya
adalah jumlah hari dalam setahun dibagi dengan nilai perputaran persediaan.

Besaran perputaran persediaan menunjukan adanya pengaruh terhadap Return On


Equity ( ROE ) pada perusahaan. Di tahun 2014 tingkat perputaran persediaan lebih
kecil dibandingkan tahun 2013 dan 2015 sehingga menunjukan penurunan pada ROE
perusahaan.Sehingga ke akuratan dalam memprediksi perputaran persediaan dapat
meningkatkan nilai investasi perusahaan di bidang lain.

25
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan Dan Saran

Kesimpulan

Dari pembahasan yang penulis paparkan dapat di tarik kesimpulan :

1. Bahwa perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap Return On


Equity suatu perusahaan.
2. Memberikan efisiensi atas penyediaan persediaan, dan biaya – biaya yang
dikeluarkan oleh perusahaan.
3. Memberikan pengaruh positif terhadap arus kas perusahaan ( meliputi
Aktivitas Operasi, Investasi dan Pendanaan ).

Saran

Untuk mengetahui profitabilitas PT.Sepatu Bata Tbk secara lebih


detail dapat dilakukan dengan menghitung rasio-rasio profitabilitas lainnya

26
seperti ROA ( Return On Asset ), ROI ( Return On Invesment ) dan
sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygant, dan Terry D. Warfield. 2011.


Intermediate Accounting Edisi 12. Jakarta: Erlangga.
2. Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: IAI.
3. Ony Widilestariningtyas, Donny W.F, Sri Dewi Anggadini. 2012. Akuntansi
Biaya Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
4. http://www.idx.co.id/

27

Anda mungkin juga menyukai