Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak bisa terlepas dari

kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi ini merupakan kegiatan yang

melibatkan lebih dari satu individu atau satu organ. Para pelaku ekonomi

saling berinteraksi hingga terjadinya transaksi ekonomi.

Pelaku Ekonomi di Indonesia pada hakekatnya sangat bervariasi, baik

mengenai eksistensinya di dalam peraturan kegiatannya maupun kedudukan

institusinya. Pada strata terendah biasanya terdiri dari pelaku ekonomi

perorangan dengan kekuatan modal yang relatif terbatas. Pada strata

menengah ke atas dapat dijumpai beberapa bentuk badan usaha, baik yang

bukan Badan Hukum maupun yang mempunyai status sebagai Badan Hukum

yaitu Perseroan Terbatas dan Koperasi sebagai suatu Korporasi. Perseroan

Terbatas atau PT, pasti mempunyai kemampuan untuk lebih mengembangkan

dirinya dibandingkan dengan Badan Usaha yang lain, terutama yang tidak

berbentuk Badan Hukum dalam menjalankan perannya sebagai pelaku

ekonomi.

Eksistensi perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi di Indonesia

tidak dapat dielakkan lagi. Perusahaan sudah menjadi salah satu anggota

komunitas masyarakat. Bahkan hadirnya perusahaan di masyarakat telah

membuat tatanan baru dalam masyarakat bawah. Tatanan tersebut dapat

1
berupa tatanan ekonomi maupun tatanan sosiologis. Hadirnya perusahaan

ditengah-tengah masyarakat ini tentunya memainkan peran dalam sistem

ekonomi di Indonesia.

Seiring berkembangnya tingkat persaingan antar perusahaan di era

yang semakin dinamis ini, perusahaan dituntut untuk dapat bersaing secara

sehat dan kritis terutama dalam menghadapi para pesaingnya sehingga dapat

memberikan kepuasan yang maksimal kepada pelanggan. Namun, untuk

mencapai itu semua diperlukan kinerja dan operasi yang optimal dari

perusahaan agar dapat membuahkan hasil yang optimal dari segi produk dan

layanan kepada pelanggan.

Salah satu kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam rangka

meningkatkan efektivitas dan efisiensi yaitu mengatur persediaan. Fungsi

pengelolaan persediaan merupakan salah satu fungsi penting dalam

perusahaan. Untuk dapat mencatat persediaan dengan cepat, maka perusahaan

perlu mengambil kebijakan yang mengatur hal tersebut. Perusahaan dapat

memilih salah satu metode pencatatan persediaan yang sesuai dengan standar.

Metode pencatatan persediaan dalam suatu perusahaan akan berbeda dengan

perusahaan lain tergantung dari keputusan yang diambil.

PT Indomarco Prismatama adalah salah satu perusahaan swasta

nasional yang bergerak di bidang perdagangan barang/retail. Aktivitas utama

PT Indomarco Prismatama adalah menjual barang-barang kebutuhan

sehari-hari. Metode pencatatan persediaan yang digunakan oleh PT

Indomarco Prismatama adalah metode fisik.

2
Masalah yang sering timbul berkaitan dengan persediaan yaitu

efektivitas dan efisiensi dari metode pencatatan yang diterapkan. Sering

terjadi kesalahan pencatatan data pembelian barang, data penjualan barang

dan data stok gudang. Akibat dari kesalahan pencatatan stok barang yang

dilakukan oleh bagian gudang maka sering terjadi kesalahan informasi kepada

konsumen, barang dikatakan ada oleh bagian penjualan tetapi setelah

konsumen datang dan hendak membeli ternyata barang tersebut setelah dicari

di gudang tidak ada. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengambil

judul: “Analisis Metode Pencatatan Persediaan dengan Metode Perpetual dan

Metode Periodik pada PT Indomarco Prismatama”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan

masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana metode yang efektif diterapkan pada PT Indomarco

Prismatama?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menjelaskan metode yang efektif diterapkan pada PT Indomarco

Prismatama.

3
D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Perusahaan

Diharapkan proses pencatatan persediaan barang pada PT Indomarco

Prismatama menjadi efektif dan efisien.

2. Bagi Penulis

Diharapkan dapat menambah wawasan penulis mengenai metode

pencatatan persediaan barang.

3. Bagi Pembaca

Diharapkan dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan

tentang konsep dan prosedur pencatatan persediaan barang.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persediaan

1. Pengertian Persediaan
Persediaan merupakan aktiva yang penting bagi perusahaan,

setiap perusahaan selalu membutuhkan persediaan dalam menunjang

kelancaran produksinya pada perusahaan manufaktur dan proses

penjualan pada perusahaaan dagang. Setiap perusahaan baik

perusahaan jasa selalu mengadakan persediaan. Tanpa adanya

persediaan para pengusaha akan dihadapkan pada resiko

perusahaannya tidak dapat memenuhi keingina pelanggan.

Menurut Kieso dkk. (1995:491) “persediaan (inventory) adalah

pos harta yang ditahan untuk dijual dalam kegiatan usaha yang biasa

atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam produksi

barang yang akan dijual.”

Dyckman dkk. (1999:376) mengatakan bahwa “persediaan

terdiri dari barang-barang yang dimiliki suatu bisnis dan disimpan

baik untuk digunakan membuat produk atau sebagai produk yang siap

untuk dijual.”

Menurut Skousen dkk. (2004:653) ”persedian ditujukan untuk

barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis

normal, dan dalam kasus perusahaan manufaktur, maka kata ini

5
ditujukan untuk proses produksi atau yang ditempatkan dalam

kegiatan produksi”.

Syamsuddin (2009 dalam Mattaru, 2012:7) mendefinisikan

bahwa “persediaan adalah investasi paling besar perusahaan,

persediaan diperlukan untuk dapat melakukan proses prosuksi dan

penjualan secara lancar.”

Haryono (1999:99) mengatakan bahwa “persediaan

berpengaruh terhadap neraca maupun laporan rugi-laba. Dalam neraca

sebuah perusahaan dagang atau perusahaan manufaktur, persediaan

seringkali merupakan bagian yang sangat besar dari keseluruhan

aktiva lancar yang dimiliki perusahaan.”

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

persediaan adalah suatu barang atau bahan yang dimiliki oleh

perusahaan yang digunakan untuk diolah guna menghasilkan produk

jadi untuk dijual kembali dalam bisnis normal.

2. Jenis Persediaan
Dyckman dkk. (1999:377) mengatakan bahwa persediaan

dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Persediaan barang dagang (merchandise inventory). Barang

yang ada di gudang dibeli oleh pengecer atau perusahaan

perdagangan seperti importir atau eksportir untuk dijual

kembali. Biasanya, barang yang diperoleh untuk dijual

kembali secara fisik tidak diubah oleh perusahaan pembeli,

6
barang-barang tersebut tetap dalam bentuk yang telah jadi

ketika meninggalkan pabrik pembuatnya. Dalam beberapa

hal, dapat terjadi beberapa komponen dibeli untuk kemudian

dirakit menjadi barang jadi. Misalnya, sepeda yang dirakit

dari kerangka, roda, gir, dan sebagainya serta dijual oleh

pengecer sepeda adalah salah satu contoh.

2. Persediaan manufaktur (manufacturing inventory).

Persediaan gabungan dari entitas manufaktur, yang terdiri

dari:

a. Persediaan bahan baku. Barang berwujud yang dibeli

atau diperoleh dengan cara lain (misalnya dengan

menambang) dan disimpan untuk penggunaan langsung

dalam membuat barang untuk dijual kembali. Bagian

atau suku cadang yang diproduksi sebelum digunakan

kadang-kadang diklasifikasikan sebagai persediaan

komponen suku cadang.

b. Persediaan barang dalam proses. Barang-barang yang

membutuhkan pemrosesan lebih lanjut sebelum

penyelesaian dan penjualan. Barang dalam proses, juga

disebut persediaan barang dalam proses, meliputi biaya

bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan alokasi biaya

overhead pabrik yang terjadi sampai tanggal tersebut.

7
c. Persediaan barang jadi. Barang-barang manufaktur yang

telah diselesaikan dan disimpan untuk dijual. Biaya

persediaan barang jadi meliputi biaya bahan langsung,

tenaga kerja langsung, dan alokasi biaya overhead pabrik

yang berkaitan dengan manufaktur.

d. Persediaan perlengkapan manufaktur. Barang-barang

seperti minyak pelumas untuk mesin-mesin, bahan

pembersih, dan barang lainnya yang merupakan bagian

yang kurang penting dari produk jadi.

3. Persediaan rupa-rupa. Barang-barang seperti perlengkapan

kantor, kebersihan, dan pengiriman. Persediaan jenis ini

biasanya digunakan segera dan biasanya dicatat sebagai

beban penjualan atau umum (selling or general expenses)

ketika dibeli.”

B. Biaya-Biaya Persediaan

Ikatan Akuntan Indonesia (2007 dalam Saragih, 2010:13) mengatkan

bahwa:

”biaya persediaan meliputi semua biaya pembelian, biaya produksi dan

biaya lain-lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi

siap untuk dijual/dipakai. Biaya persediaan yang sering dikaitkan atau

diartikan sebagai harga pokok penjualan dalam perusahaan dagang

yaitu biaya pembelian yang meliputi harga pembelian, bea masuk/

8
pajak lainnya. Biaya pengangkutan dan lain-lain. Adapun yang

mempengaruhi biaya pembelian tersebut.”

C. Metode Pencatatan Persediaan

1. Metode Periodik

Kieso dkk. (1995:495) mengemukakan bahwa:

“dalam sistem persediaan periodik (periodic inventory system),

rincian persediaan barang yang dimiliki tidak disesuaikan

secara terus menerus dalam satu periode. Harga pokok

penjualan barang ditentukan hanya pada akhir periode

akuntansi (seara periodik). Pada saat itu, dilakukan

perhitungan persediaan secara periodik untuk menentukan

harga pokok barang yang tersedia (persediaan barang dagang).

Untuk menentukan harga pokok penjualan dalam sistem

periodik, harus: (1) menentukan harga pokok barang yang

tersedia pada awal periode (coet of goods on hand), (2)

menambahkannya pada harga pokok barang yang dibeli (cost

of goods purchsed), (3) mengurangkannyadengan harga pokok

barang yang tersedia pada akhir periode akuntansi.”

Menurut Mulyadi (2001:556):

“dalam metode persediaan fisik, hanya tambahan persediaan

dari pembelian saja yang dicatat, sedangkan mutasi

berkurangnya persediaan karena pemakaian tidak dicatat dalam

kartu persediaan. Untuk mengetahui berapa harga pokok

9
persediaan yang dipakai atau dijual, harus dilakukan dengan

perhitungan fisik sisa persediaan yang masih ada digudang

pada akhir priode akuntansi.”

Dyckman dkk. (1999:381) menulis dalam bukunya bahwa:

“dalam sistem persediaan periodik, perhitungan periodik aktual

atas barang-barang yang ada ditangan pada akhir periode

akuntansi ketika menyiapkan laporan keuangan. Barang-

barang dihitung, ditimbang, atau jika tidak diukur, dan

jumlahnya dikaitkan dengan unit biaya untuk memberi nilai

persediaan.”

2. Metode Perpetual

Menurut Niswonger dkk. (1999 dalam Saragih, 2010:15):

“dalam sistem persediaan perpetual, semua kenaikan dan

penurunan baran dagang dicatat dengan cara yang sama seperti

mencatat kenaikan dan penurunan kas. Akun persediaan

barang dagang pada awal periode akuntansi mengindikasikan

stok pada tanggal tersebut. Pembelian dicatat dengan mendebit

persediaan barang dagang dengan mengkredit kas atau utang

usaha. Pada tanggal penjualan, harga pokok barang yang

terjual dicatat dengan mendebit harga pokok penjualan dan

mengkredit persediaan barang dagang.”

Dyckman dkk. (1999:383) menulis dalam bukunya

bahwa:

10
“apabila sistem persediaan atas akun buku besar atas dasar

lancar. Catatan persediaan perpetual untuk setiap barang harus

memberikan informasi penerimaan, pengeluaran dan saldo

ditangan. Dengan inforasi ini, kuantitas periodik dan penilaian

barang yang ada ditangan tersedia setiap waktu. Jadi

perhitungan periodik tidak diperlukan kecuali memverifikasi

jumlah persediaan. Perhitungan periodik bisanya dilakukan

secara tahunan untuk tujuan audit yang membandingkan

persediaan ditangan dengan catatan perpetual dan menyatakan

data untuk setiap jurnal penyesuaian yang dibutuhkan

(misalnya kesalahan dan kerugian). Catatan persediaan harus

disesuaikan ke perhitungan periodik apabila terdapat

perbedaan pencatatan.”

D. Perbedaan Metode Pencatatan Persediaan Sistem Perpetual

dengan Sistem Periodik

Syafi’i Syakur Ahmad (2009 dalam Octaviani, 2009:3) menyatakan

bahwa:

“perbedaan dari metode pencatatan persediaan perpetual dengan

metode pencatatan persediaan periodik, adalah sebagai berikut:

1. Metode Perpetual

a. Tidak terdapat perkiraan pembelian retur pembelian,

potongan pembelian dan biaya angkut pembelian.

11
b. Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian

dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan

persediaan barang dagang.

c. Setiap terjadi penjualan harus diikuti adanya pencatatan

harga pokok penjualan.

d. Lebih sesuai digunakan pada grosir, agen khusus atau

distributor dengan sedikit macam barang yang

diperdagangkan dan mudah untuk menentukan besarnya

harga pokok penjualan setiap terjadi penjualan secara tepat.

2. Metode Periodik

a. Terdapat perkiraan pembelian, retur pembelian, potongan

pembelian dan biaya angkut pembelian.

b. Transaksi pembelian, retur pembelian, potongan pembelian

dan biaya angkut pembelian dicatat dalam perkiraan

masing-masing.

c. Setiap terjadi penjualan tidak perlu diikuti adanya

pencatatan harga pokok penjualan. Harga pokok penjualan

dihitung pada akhir periode secara agregat.

d. Lebih sesuai digunakan pada perusahaan eceran/retail yang

mempunyai banyak macam persediaan barang dagangan

dan sulit untuk ditentukan harga pokok setiap terjadi

penjualan.”

12
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Indomarco Prismatama yang

bergerak di bidang distributor barang kebutuhan sehari-hari yang

bertempat di Jalan Kima 10 kav A5-A5a, Makassar. Penelitian dilakukan

sejak 1 September sampai dengan 30 Oktober 2014.

B. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

deskripif kualitatif dengan mengumpulkan data dari PT Indomarco

Prismatama dan berbagai buku kemudian menganalisis data yang

diperoleh.

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh kartu persediaan pada PT.

Indomarco sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Dari populasi

tersebut, diambil sampel yaitu data kartu persediaan PT Indomarco tahun

2014. Dengan menggunakan sample yang relatif baru diharapkan hasil

penelitian akan lebih relevan untuk mengetahui perbedaan metode

perpetual dan periodik.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik wawancara

dengan melakukan serangkaian tanya jawab secara langsung dengan pihak

13
PT Indomarco Prismatama yaitu bagian akuntansi untuk mengetahui lebih

jelas mengenai persedian dan informasi yang berkaitan dengan

perusahaan. Selain melakukan wawancara, penulis juga mengumpulkan

data melalui kajian pustaka yaitu mempelajari literatur-literatur dan

catatan-catatan yang berhubungan dengan pencatatan persediaan guna

memperoleh kerangka teoretis sekaligus sebagai kerangka dasar dan alat

analisis. Hal tersebut sebagai sumber acuan untuk membahas teori yang

mendasari pembahasan masalah dalam penelitian ini.

E. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini yaitu data kualitatif yang berasal

dari laporan keuangan PT Indomarco Prismatama. Sedangkan sumber data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh

langsung dari manajer PT Indomarco Prismatama.

F. Defenisi Operasional

Dalam penelitian ini tidak ditemukan kata ataupun istilah yang

sulit.

G. Teknik Pengolahan dan Analsis Data

Teknik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini

menggunakan metode analissis deskriptif yaitu dengan menyusun data

yang diperoleh kemudian di interpretasikan dan dianalisis sehingga

memberikan informasi bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Dyckman, Thomas R. dkk. 1999. Akuntansi Interediate. Erlangga: Jakarta.

Haryono. 1999. Sistem Akuntansi. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Kieso, Donald E. dan Weigant, Jerry J. 1995. Akuntansi Intermediate. Jakarta:


Binarupa Aksra.

Mattaru, Hasniaty. 2012. Penerapan Metode Economic Order Quantity (EQQ)


dalam Pengendalian Persediaan Bahan Baku pada PT Nelly Jaya Pratama.
Makassar: Politeknik Negeri Ujung Pandang.

Mulyadi. 2001. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Octaviani, Maulinda. 2009. Tinjauan Atas Metode Pencatatan dan Penilaian


Persediaan Barang pada Direktorat Aerostructure PT. Dirgantara
Indonesia (Persero). Bandung: Universitas Widyatama.

Saragih. 2010. Analisa Akuntansi Persediaan Sesuai Dengan Sesuai PSAK No 14


Pada PT Indomarco Prismatama Cabang Medan. Medan: Universitas
Sumatera Utara.
Skousen, K. Fred. dkk. 2004. Akuntansi Intemediate. Jakarta: Saleba Empat.

15

Anda mungkin juga menyukai