Anda di halaman 1dari 12

MANAJEMEN PERSEDIAAN MAKALAH

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MAKALAH

Disusun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah: Manajemen Keuangan

Dosen Pengampu: Hj. Munif Kholifah Sulistyoningrum, MM.,

Disusun oleh:

1. M. Nadhiful Labib (1402036064)

2. Deya Afandi (1402036084)

3. M. An’im Jalal (1402036086)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2016

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejalan dengan laju perkembangan yang terus berkembang di Indonesia, maka banyak bermunculan
perusahaan, baik perusahaan kecil maupun perusahaan besar. Tujuan utama suatu perusahaan yaitu
memperoleh laba seoptimal mungkin dan mengawasi berjalannya perusahaan serta berkembangnya
perusahaan, maka hal yang perlu dilakukan oleh suatu perusahaan adalah mengadakan penilaian
terhadap persediaan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Hal ini dilakukan karena persediaan
bagi kebanyakan perusahaan merupakan salah satu modal kerja yang sangat penting didalam suatu
perusahaan, dimana prosedurnya terus menerus mengalami perubahan dan perputaran.

Dalam suatu perusahaan, pelaporan mengenai persediaan sangat penting bagi perusahaan dalam
mengambil suatu keputusan dan persediaan merupakan salah satu dari beberapa unsur yang paling aktif
dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diproduksi dan dijual. Oleh karena itu,
sistem akuntansi itu sendiri harus dilaksanakan sebaik mungkin sehingga tidak mengalami hal-hal yang
mengganggu jalannya operasi perusahaan. Pelaporan persediaan yang diteliti dan relevan dianggap vital
untuk memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan. Apabila terjadi kesalahan dalam
pencatatan persediaan, maka akan mengakibatkan kesalahan dalam menentukan besarnya laba
perusahaan yang diperoleh. Jika persediaan akhir dinilai terlalu rendah dan mengakibatkan harga pokok
barang yang dijual terlalu rendah, maka pendapatan bersih akan mengalami peningkatan. Begitu juga
dengan lamanya persediaan yang tersimpan di gudang akan mempengaruhi biaya sehingga
kemungkinan akan terjadinya kerusakan yang mengakibatkan kerugian dan kemungkinan juga
persediaan akan kadaluarsa sehingga tidak laku dipasar.

Dari penjelasan diatas, maka dapat diketahui bahwa persediaan sangat penting artinya bagi perusahaan.
Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk lebih mengetahui dan memahami bagaimana persediaan
dimanage secara benar yang diterapkan dalam suatu perusahaan agar membawa manfaat yang baik
dalam pencapaian laba yang diinginkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan manajemen persediaan?

2. Apa sajakah jenis-jenis persediaan?

3. Apa sajakah tingkat perputaran persediaan?

4. Bagaimanakah biaya persediaan?

5. Bagaimanakah Economical Order Quantity?

6. Bagaimanakah Reorder Point?

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Persediaan


Persediaan merupakan salah satu unsur penting dalam operasi perusahaan, selain itu persediaan dapat
mempermudah dan memperlancar jalannya kegiatan normal pada suatu perusahaan yang dilakukan
secara rutin untuk memproduksi barang yang selanjutnya ditimbulkan pada konsumen. Pengertian
persediaan menurut Freddy Rangkuti yaitu “salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan
yang secara continue diperoleh, diubah kemudian dijual kembali”.[1]

Sedangkan pengertian persediaan menurut C. Rolln Niwwonger, Philip E. Fess dan Carl S. Wareen yang
diterjemahkan oleh Aria Farahmita, Amanugrahani dan Taufik Hendrawan yaitu “digunakan untuk
mengindikasikan (1) barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis
perusahaan, dan (2) bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan
itu.”[2]

Persediaan (inventory) adalah bahan-bahan atau barang (sumber daya-sumber daya organisasi) yang
disimpan yang akan dipergunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi
atau perakitan, untuk suku cadang dari peralatan, maupun untuk dijual. Walaupun persediaan hanya
merupakan suatu sumber dana yang menganggur, akan tetapi dapat dikatakan tidak ada perusahaan
yang beroperasi tanpa persediaan.[3]

Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan dagang dan perusahaan
industri serta perusahaan jasa. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada
keadaan bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya
sehingga kontinuitas perusahaan dapat teranggu karena sumber utama pendapatan perusahaan berasal
dari penjualan persediaan. Ini berarti perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh
keuntungan yang seterusnya didapatkan.

Persediaan mempunyai arti dan peranan yang penting dalam suatu perusahaan. Persediaan barang
dagangan yang secara terus menerus dibeli dan dijual yang merupakan salah satu unsur yang paling aktif
dalam operasi perusahaan, baik itu perusahaan dagang maupun perusahaan industri. Penjualan barang
dagangan merupakan sumber utama penghasilan bagi perusahaan, karena sebagian besar sumber
perusahaan tertanam dalam persediaan.

B. Jenis-Jenis Persediaan

Secara garis besar dalam perusahaan yang bergerak di dalam industri pabrik (manufaktur), persediaan
diklasifikasikan berdasarkan tahapan dalam proses produksi. Karena itu jenis-jenis persediaan menurut
Freddy Rangkuti berdasarkan jenis dan posisi barang, terdiri dari[4]:

1. Persediaan Bahan Baku (raw material stock)

2. Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (purchased parts/components)

3. Persediaan Bahan Pembantu atau Penolong (supplies stock)


4. Persediaan Barang Setengah Jadi (work in process stock)

5. Persediaan Barang Jadi (finished good stock)

Adapun uraian dari jenis-jenis persediaan adalah sebagai berikut:

1. Persediaan bahan baku (raw material stock), yaitu persediaan barang-barang berwujud, seperti
besi, kayu serta komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi.

2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/components), yaitu persediaan


barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana
secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.

3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies stock), yaitu persediaan barang-barang yang
diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi.

4. Persediaan barang setengah jadi (work in process stock), yaitu persediaan barang-barang yang
merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu
bentuk, tetapi masih perlu di proses lebih lanjut menjadi barang jadi.

5. Persediaan barang jadi (finished good stock), yaitu persediaan barang- barang yang telah selesai
diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim pada langganan.

Jenis-jenis persediaan dalam suatu perusahaan menurut fungsinya dapat dibedakan atas[5]:

1. Bath Stock/Lot Size Inventory adalah persediaan yang diadakan karena kita membeli atau
membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang
dibutuhkan pada saat itu.

Keuntungannya:

a. Potongan harga pada harga pembelian.

b. Efisiensi produksi.

c. Penghematan biaya angkutan.

2. Fluctuation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
konsumen yang tidak dapat diramalkan.

3. Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang
dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi
penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat.

C. Tingkat Perputaran Persediaan


Macam persediaan, tergantung jenis perusahaan (bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, suku
cadang dan lain-lain). Pada perusahaan manufaktur umumnya mempunyai 3 jenis persediaan yaitu:

1. Bahan baku/material.

2. Barang dalam proses (barang setengah jadi).

3. Barang jadi.

Secara umum besar-kecilnya inventory tergantung pada beberapa faktor, yaitu:

1. Lead time, yaitu lamanya masa tunggu material yang dipesan datang.

2. Frekuensi penggunaan bahan selama 1 periode, frekuensi pembelian yang tinggi menyebabkan
jumlah inventory menjadi lebih kecil untuk 1 periode pembelian.

3. Jumlah dana yang tersedia.

4. Daya tahan material

Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan adalah:

1. Bahan baku, dipengaruhi oleh: perkiraan produksi, sifat musiman produksi, dapat diandalkan
pemasok, dan tingkat efisiensi penjadualan pembelian dan kegiatan produksi.

2. Barang dalam proses, dipengaruhi oleh: lamanya produksi yaitu waktu yang dibutuhkan sejak saat
bahan baku masuk ke proses produksi sampai dengan saat penyelesaian barang jadi.

3. Barang jadi, persediaan ini sebenarnya merupakan masalah koordinasi produksi dan penjualan.

Tingkat perputaran persediaan barang dagangan:

Penjualan Bersih

Inventory Turnover = _________________________ = ...... kali

Persediaan Rata-rata

Penjualan Bersih

Inventory Turnover = _________________________ = ...... kali

Persediaan Rata-rata
Atau

Harga Pokok Penjualan

= ______________________ = ...... kali

Persediaan Rata-Rata

Harga Pokok Penjualan

= ______________________ = ...... kali

Persediaan Rata – Rata

Persediaan Awal + Persediaan Akhir tahun

Persediaan Awal + Persediaan Akhir Tahun

Persediaan Rata-Rata = _____________________________________

Persediaan Rata-rata =_________________________________________

365 Hari

Hari Rata – rata Barang di simpan digudang = ----------------------------------

365 Hari

Hari Rata-Rata Barang di simpan di gudang = ----------------------------------

Inventory Turnover

Inventory Turnover

Contoh Soal
Diketahui Persediaan Barang per tanggal 31 Desember tahun 2009 sebesar Rp. 100.000.000,- dan
persediaan barang per tanggal 31 Desember 2010 sebesar Rp. 150.000.000,-. Dalam laporan laba rugi
tahun 2009, diperoleh data penjualan sebesar 315.000.000,-. Hitunglah berapa kali perputaran
persediaan di gudang?

Jawab:

100.000.000,- + 150.000.000,-

Persediaan Rata – rata = ----------------------------------------

= 125.000.000,-

Penjualan Bersih

Perputaran Persediaan = -------------------------

Rata- rata persediaan

315.000.000,-

Perputaran Persediaan = ------------------

125.000.000,-

= 2,52 kali

365 hari

Rata-Rata Barang di gudang = ----------- = 144, 84 hari sekali dalam setahun

2,52 kali

D. Biaya Persediaan

Biaya inventory sebagian merupakan biaya variabel dan sebagian lainnya merupakann biaya tetap. Biaya
inventory yang bersifat variabel adalah biaya yang berubah-ubah karena adanya perubahan jumlah
inventory yang ada di dalam gudang. Biaya tersebut akan naik kalau kita meningkatkan jumlah
persediaan yang disimpan. Adapun jenis biaya ini antara lain dalam bentuknya biaya modal yang
ditanamkan dalam persediaan tersebut, biaya asuransi persediaan, biaya atau upah buruh yang
mengurusi penerimaan barang.[6]

Adapun biaya inventory yang bersifat tetap adalah elemen-elemen biaya inventory yang relatif tetap
dalam jumlah totalitasnya dalam jangka pendek dengan tidak memandang adanya variasi yang normal
dan jumlah persediaan yang disimpan, misalnya depresiasi/penyusutan ruangan yang digunakan, biaya
pemeliharaan gudang, pajak, pemanasan, buruh penjaga gudang.[7]

Ada 3 macam biaya yang berhubungan dengan inventory yaitu:

1. Ordering cost (biaya pesan dan pemasaran)

Contohnya: biaya pemesanan, set up cost, biaya pengiriman dan penangannya (bongkar-muat),
potongan harga karena jumlah pembelian besar.

2. Carrying cost (biaya penyimpanan)

Contohnya: biaya gudang, asuransi, pajak kekayaan, biaya modal, penyusutan.

3. Biaya persediaan pengaman

Contohnya: kehilangan penjualan, kehilangan kepercayaan pelanggan, gangguan jadwal produksi.

E. Economical Order Quality

Economical order quantity (EOQ) adalah jumlah kuantitas barang yang dapat diperoleh dengan biaya
yang mininmal, atau sering dikatakan sebagai jumlah pembeliaan yang optimal. Dalam menentukan
besarnya jumlah pembelian yang optimal ini kita hanya memperhatikan biaya variabel dari penyediaan
persediaan tersebut, baik biaya variabel yang sifat perubahannya searah dengan perubahan jumlah
persediaan yang dibeli/disimpan maupun biaya variabel yang sifat perubahannya berlawanan dengan
perubahan jumlah inventory tersebut.[8]

Biaya variabel dari inventory pada prinsipnya dapat digolongkan dalam:

1. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi pesanan, yang kini sering dinamakan
“procurement costs” atau “set-up costs”.

2. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya “average inventory” yang biasa disebut
“storage” atau “carrying costs”.

Cara menentukan besarnya EOQ


EOQ =

R = Jumlah (dalam unit) yang dibutuhan selama satu periode tertentu, misalnya 1 tahun.

S = Biaya pesanan setiap kali pesan.

P = Harga pembelian per unit yang dibayar.

I = Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang dinyatakan dalam persentase dari nilai rata-rata
dalam rupiah dari persediaan.

Syarat utama dalam metode economical order quality (EOQ), adalah:

1. Harga pembelian bahan per unitnya konstan.

2. Setiap saat kita membutuhkan bahan mentah selalu tersedia di pasar.

3. Jumlah produksi yang menggunakan bahan mentah tersebut stabil yang ini berarti kebutuhan
bahan mentah tersebut relatif stabil sepanjang tahun.

Contoh soal

Biaya penyimpanan dan pemeliharaan di gudang (carrying cost) adalah 40% dari nilai average inventory.
Biaya pesanan (procurement cost) adalah Rp. 15,00 setiap kali pesanan. Jumlah material yang
dibutuhkan selama setahun sebanyak 1,200 unit dengan harga Rp. 1,00 per unitnya.

Jawab

EOQ = = = = 300 unit

Dengan demikian cara pembelian yang paling ekonomis ialah pembelian bahan sebanyak 300 unit setiap
kali pesanan, yang ini berarti bahwa kebutuhan material sebanyak 1.200 unit selama 1 tahun akan
dipenuhi dengan 4 kali pesanan 300 unit.

Selain menggunakan rumus diatas, kita dapat juga menetapkan besarnya EOQ berdasarkan besranya
biaya penyimpanan per unit, yaitu dengan menggunakan rumus:

EOQ =

C = besarnya biaya penyimpanan per unit.

Contoh:

Jumlah material yang dibutuhkan selama setahun = 1.600 unit. Biaya pesanan sebesar Rp. 100,00 setiap
kali pesanan. Biaya penyimpanan per unit = Rp. 0,50. Besarnya EOQ adalah ?

EOQ = = = 800 unit


F. Reorder Point

Reorder Point adalah saat atau titik di mana harus diadakan pesanan lagi sedemikian rupa sehingga
kedatangan atau penerimaan material yang dipesan itu adalah tepat pada waktu di mana persediaan di
atas safety stock sama dengan nol. Dengan demikian diharapkan datangnya material yang dipesan itu
tidak akan melewati waktu sehingga akan melanggar safety stock.

Dalam penentuan reorder point haruslah kita memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Penggunaan material selama tenggang waktu mendapatkan barang (procurement leadtime).

2. Besarnya safety stock.

Cara menentukan Reorder Point

1. Menetapkan jumlah penggunaan selama “lead time” dan ditambah dengan persentase tertentu.
Misalnya ditetapkan bahwa safety stock sebesar 50% dari penggunaan selama “lead time” dan
ditetapkan bahwa “lead time”-nya adalah 5 minggu, sedangkan kebutuhan material setiap minggunya
adalah 40 unit.

Reorder Point = (5 x 40) + 50% (5 x 40)

= 200 + 100

= 300 unit

2. Dengan menetapkan penggunaan selama “lead time” dan ditambah dengan penggunaan selama
periode tertentu sebagai safety stock, misalkan kebutuhan selama 4 minggu.

Reorder Point = (5 x 40) + (4 x 40)

= 200 + 160

= 360 unit

Dari contoh yang terakhir ini dapatlah dikatakan bahwa “reorder point”-nya adalah pada jumlah 360
unit, yang ini berarti bahwa pesanan harus dilakukan pada waktu jumlah persediaan tinggal 360 menit.
Apabila pesanan, baru dilakukan sesudah persediaan tinggal 300 unit, maka ini berarti bahwa pada saat
barang yang dipesan datang, perusahaan terpaksa sudah mengambil material dari safety stock sebesar
60 unit. Pada waktu barang yang dipesan persediaan dalam gudang tinggal 100 unit (300 - 200), padahal
safety stock telah ditetapkan sebesar 160 unit. Dengan demikian safety stock di sini sudah terlanggar.
Apabila pesanan sudah dilakukan pada waktu persediaan sebesar 360 unit, maka pada waktu barang
yang dipesan datang, persediaan di dalam gudang masih 160 unit (yaitu 360 - 200), persis sama
besarnya dengan baesranya safety stock, yang ini berarti bahwa safety stock tidak terlanggar.[9]

III. PENUTUP

A. Kesimpulan

Persediaan merupakan unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan dagang dan perusahaan
industri serta perusahaan jasa. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha akan dihadapkan pada
keadaan bahwa perusahaannya pada suatu waktu tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya
sehingga kontinuitas perusahaan dapat teranggu karena sumber utama pendapatan perusahaan berasal
dari penjualan persediaan. Ini berarti perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh
keuntungan yang seterusnya didapatkan.

Jenis-jenis persediaan berdasarkan jenis dan posisi barang, terdiri dari: Persediaan Bahan Baku (raw
material stock), Persediaan Komponen-Komponen Rakitan (purchased parts/components), Persediaan
Bahan Pembantu atau Penolong (supplies stock), Persediaan Barang Setengah Jadi (work in process
stock), Persediaan Barang Jadi (finished good stock). Sedangkan berdasarkan fungsinya dapat dibedakan
atas: Bath Stock/Lot Size Inventory, Fluctuation Stock dan Anticipation Stock.

Biaya inventory sebagian merupakan biaya variabel dan sebagian lainnya merupakann biaya tetap. Biaya
inventory yang bersifat variabel adalah biaya yang berubah-ubah karena adanya perubahan jumlah
inventory yang ada di dalam gudang. Adapun baiya inventory yang bersifat tetap adalah elemen-elemen
biaya inventory yang relatif tetap dalam jumlah totalitasnya dalam jangka pendek dengan tidak
memandang adanya variasi yang normal dan jumlah persediaan yang disimpan.

DAFTAR PUSTAKA
Freddy, Rangkuti. Manajemen Persediaan. Cet. 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.

Riyanto, Bambang. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Ed. 4. Cet. 13. Yogyakarta: BPFE, 2013.

Wareen, Carl S. dkk. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Ed. 19. Jil. 1. Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999.

Weston, J. Fred dan Eugene F. Brigham. Manajemen Keuangan. Ed. 9. Jil. 1. Jakarta: Penerbit Erlangga,
1989.

[1] Rangkuti Freddy, Manajemen Persediaan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. 1, hlm. 3.

[2] Carl S. Wareen, dkk., Prinsip-Prinsip Akuntansi, Ed. 19, Jil. 1, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1999), hlm.
65.

[3] J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham, Manajemen Keuangan, Ed. 9, Jil. 1, (Jakarta: Penerbit
Erlangga, 1989), hlm. 500.

[4] Rangkuti Freddy, Manajemen Persediaan, hlm. 8

[5] Rangkuti Freddy, Manajemen Persediaan, hlm. 10.

[6] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, Ed. 4, (Yogyakarta: BPFE, 2013), Cet. 13,
hlm. 78.

[7] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, hlm. 78.

[8] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, hlm. 78.

[9] Bambang Riyanto, Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, hlm. 84.

Anda mungkin juga menyukai