MATERI KE-11
“MANAJEMEN PERSEDIAAN”
C. Fungsi-Fungsi Persediaan
Persediaan merupakan hal yang sangat penting dalam sebuah
perusahaan. Kekurangan barang persediaan akan mengakibatkan
tertundanya penjualan atau bahkan pembatalan penjualan sehingga akan
menghambat proses pendapatan laba. Kehilangan penjualan berarti
kehilangan pelanggan. Dengan demikian, persediaan memiliki peranan
penting dalam perusahaan. Adapun fungsi-fungsi dari persediaan, seperti
yang telah disebutkan Handoko (1999: 335-336) dalam bukunya yang
berjudul Dasar-Dasar Manajemen Produksi Operasi, yaitu:
1. Fungsi Decouping
Perusahaan memiliki persediaan agar perusahaan tidak sepenuhnya
bergantung pada pihak lain untuk memenuhi pesanan, terutama yang
sifatnya spontan. Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan
tidak sepenuhnya bergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas
dan waktu pengiriman.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Melalui penyimpanan persediaan, perusaahaan dapat memproduksi
dan membeli sumber daya dalam kuantitas yang dapat mengurangi
biaya-biaya per unit. Penentuan “lot size” ini perlu mempertimbangkan
biaya-biaya agar perusahaan bisa melakukan penghematan dengan
membeli dalam jumlah yang besar tetapi dengan biaya penyimpanan
yang tidak besar dibandingkan biaya pembelian.
3. Fungsi Antisipasi
Persediaan memiliki fungsi antisipasi terhadap fluktiasi pelanggan atau
konsumen yang tidak dapat diramalkan berdasarkan pengalaman-
pengalaman masa lalu. Persediaan juga berfungsi untuk mengantisipasi
permintaan musiman sehingga perusahaan dapat mengadakan
persediaan musiman (seasional persediaanes).
E. Biaya-Biaya Persediaan
Pengelolaan persediaan merupakan salah satu yang menjadi
perhatian dari manajemen. Manajemen persediaan yang baik akan
memperlancar proses produksi dan menghemat biaya sehingga akan
meningkatkan laba perusahaan yang merupakan tujuan setiap perusahaan.
Menurut Mulyana (2007), unsur biaya yang terdapat dalam
persediaan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu biaya pemesanan, biaya
penyimpanan, dan biaya kekurangan persediaan. Handoko (1999: 336-
338) menyebutkan bahwa dalam pembuatan sebuah keputusan yang akan
memengaruhi besarnya perseidaan, manajer operasional harus
mempertimbangkan biaya-biaya variabel yang terkait dengan pengadaan
persediaan. Dengan mengetahui biaya-biaya yang terdapat atau terkait
dengan persediaan, manajer diharapkan mampu mengambil keputusan
yang bijak mengenai jumlah persediaan yang paling ekonomis dalam
perusahaannya.
1. Biaya penyiapan
Biaya penyiapan adalah biaya yang dikeluarkan sejak perusahaan
memproduksi bahan-bahan dasar dalam pabrik sendiri. Dengan
demikian, perusahaan menghadapi biaya penyiapan (setup cost) untuk
memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya tersebut meliputi biaya
mesin-mesin menganggur, biaya persiapan tenaga kerja langsung,
biaya scheduling, dan biaya ekspedisi.
2. Biaya Pemesanan (Pembelian)
Setiap kali bahan dipesan, perusahaan akan menanggung biaya
pemesanan. Biaya pemesanan meliputi pemrosesan pesanan dan biaya
ekspedisi, upah pegawai, biaya telepon dan internet, pengeluaran surat-
menyurat, biaya pengepakan dan penimbangan, biaya pemeriksaan
(inspeksi) penerimaan, biaya pengiriman ke gudang, dan biaya utang
lancar.
3. Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan (holding cost atau carrying cost) tergantung pada
kuantitas persediaan. Semakin besar kuantitas bahan yang disimpan
maka biaya penyimpanan per periode akan semakin tinggi. Biaya-
biaya penyimpanan meliputi:
a. Biaya fasilitas penyimpanan, seperti penerangan, pemanas,
pendingin, atau yang lainnya.
b. Biaya modal, yautu alternatif pendapatan atas dana yang
diinvestasikan dalam persediaan.
c. Biaya perhitungan fisik dan konsiliasi laporan.
d. Biaya asuransi persediaan.
e. Biaya pajak persediaan.
4. Biaya Kekurangan atau Kehabisan Bahan
Biaya kekurangan atau kehabisan bahan (shortage cost) merupakan
biaya yang paling sulit diperkirakan. Biaya ini timbul apabila
persediaan tidak memenuhi atau mencukupi permintaan. Termasuk
dalam biaya ini meliputi biaya yang disebabkan oleh kehilangan
penjualan, kehilangan pelanggan, tambahan biaya pemesanan khusus,
biaya ekspedisi, selisih harga, terganggunya operasi, dan tambahan
pengeluaran untuk kegiatan manajerial.
F. Manajemen Persediaan
Pada prinsipnya, manajemen persediaan adalah kegiatan yang
berhubungan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
penentuan kebutuhan material/barang lainnya sehingga di satu pihak
kebutuhan operasi dapat dipenuhi pada waktunya dan di lain pihak
investasi persediaan material/barang lainnya dapat ditekan secara optimal
(Waluyo, 2011).
Manajemen persediaan atau sistem manajemen persediaan adalah
sistem manajemen yang merancang, mengeksekusi, dan mengevaluasi
persediaan dengan instrumen kebijakan terkait dengan:
a. Waktu pemesanan kembali harus dilakukan.
b. Jumlah item yang harus dipesan.
c. Rata-rata level persediaan yang harus dijaga.
H. Kelompok-Kelompok Persediaan
1. Bahan Baku
Istilah bahan pembantu pabrik (factory supplies) atau bahan
pembantu produksi (manufacturing supplies) digunakan untuk
menyebut tambahan, tauitu bahan baku yang diperlukan dalam proses
produksi, tetapi tidak secara langsung dimasukkan dalam produk.
Minyak dan bahan bakar untuk paralatan pabrik, bahan pembantu
pembersih, dan pos-pos serupa digolongkan dalam bentuk kelompok
ini karena tidak dimasukkan dalam suatu produk, tetapi hanya
membantu dalam proses produksi secara keseluruhan. Bahan baku
yang secara langsung digunakan dalam produksi barang-barang
tertentu disebut bahan langsung, sedangkan bahan pembantu pabrik
disebut bahan tidak langsung (Smith, Jay M., 1992).
2. Barang-barang dalam Proses
Barang-barang dalam proses dapat juga disebut pekerjaan dalam
proses yang terdiri atas barang-barang baru sebagian diproses dan
perlu dipekerjakan lebih lanjut sebelum dijual. Persediaan ini meliputi
tiga unsur biaya, yaitu biaya langsung, upah langsung, biaya tidak
langsung atau biaya overhead produksi (manufacturing overhead).
Biaya bahan yang secara langsung diidentifikasikan dengan
barang-barang dalam produksi dikelompokkan menjadi:
- Biaya tenaga kerja langsung dapat diidentifikasikan dengan
barang-barang dalam produksi.
- Biaya tidak langsung pabrik yang dapat dilekatkan pada barang-
barang yang masih dalam produksi (Smith, Jat M., 1992).
3. Barang-barang Jadi
Barang-barang selesai (finished goods) merupakan produk yang
telah diproduksi dan menunggu dijual. Pada saat produk ini
diselesaikan, biaya yang diakumulasikan dalam proses produksi
itransfer dari barang dalam proses ke perkiraan persediaan selesai.