BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Persediaan
Persediaan adalah komponen paling penting untuk perusahaan industri, adanya
persediaan akan akan memperlancar proses produksi. Persediaan merupakan aktiva
lancar
yang dimiliki perusahaan dalam bentuk barang-barang yang siap dimaksud
untuk dijual kembali ataupun material yang berupa bahan-bahan mentah, barang
setengah jadi, maupun barang jadi, yang disediakan dan disimpan yang selanjutnya
melewati proses produksi untuk memenuhi permintaan pelanggan dimasa akan
datang. Adapun pengertian persediaan menurut para ahli adalah sebagai berikut:
Persediaan menurut Mulyawan (2015:216) [1] adalah aktiva yang tersedia untuk
dijual dalam kegiatan usaha normal; dalam proses produksi dan atau dalam
perjalanan; atau dalam bentuk bagan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa. Nasution dan Prasetyawan
(2008:113)[2] berpendapat bahwa “Persediaan adalah sumber daya menganggur
(idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses
lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan produksi pada sistem manufaktur,
kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun kegiatan konsumsi pangan pada
sistem rumah tangga” .
II-1
II-2
II.1.1 Jenis-Jenis Persediaan
Suatu perusahaan bisa mempunyai jenis persediaan yang berbeda, tergantung
jenis perusahaan yang bersangkutan, apakah itu perusahaan manufaktur ataupun
perusahaan dagang. Pada perusahaan manufaktur, persediaan berupa barang
mentah, barang setengah jadi dan barang jadi.
Menurut Syamsuddin (2009:281)[4] ada tiga bentuk utama dari persediaan
perusahaan yaitu persediaan bahan mentah, persediaan barang dalam proses dan
persediaan
barang jadi. Sekalipun ketiga jenis persediaan ini biaya tidak
diperlihatkan secara terpisah dalam neraca perusahaan, tetapi pemahaman atas ciri
dari masing-masing jenis persediaan tersebut adalah merupakan suatu faktor yang
sangat penting. Berikut pengertian dari jenis-jenis persediaan :
II-3
sehingga pada saat bahan tersebut diterima jumlah persediaan masih tetap
berada pada titik yang memungkinkan perusahaan produksi secara normal.
Frekuensi atau jumlah pemakaian bahan baku bahan mentah juga
mempengaruhi tingkat persediaan. Semakin sering atau semakin banyal suatu
bahan digunakan dalam proses produksi maka akan semakin besar jumlah
persediaan bahan tersebut yang dibutuhkan oleh perusahaan. Selanjutnya
sebagai tambahan atas faktor leadtime dan frekuensi atau jumlah pemakaian,
maka jumlah investasi yang dibutuhkan dalam persediaan juga memegang
peranan yang penting dalam menentukan tingkat persediaan.
2. Persediaan Barang Dalam Proses
Persediaan barang dalam proses terdiri dari keseluruhan barang yang
digunakan dalam proses produksi tetapi masih membutuhkan proses lebih
lanjut untuk menjadi barang yang siap dijual (barang jadi). Tingkat
penyelesaian suatu barang dalam proses sangat tergantung pada panjang serta
kompleksnya proses produksi yang dilaksanakan. Misalnya untuk sampai pada
barang jadi dibutuhkan sebnyak 50 macam proses dalam dari bahan-bahan
mentah dan barang dalam proses dimana masing-masing proses membutkan
waktu dua hari, maka hal ini berarti barang tersebut akan berada dalam proses
produksi untuk jangka waktu yang cukup lama (100 hari). Dermikian pula
halnya apabila proses produksi sangat kompleks sekalipun hanya beberapa
macam proses saja yang dibutkan tetapi penyelesaiannya pun akan
membutuhkan waktu yang cukup lama. Dengan demikian dapat dilihat adanya
hubungan yang langsung antara junlah barang yang ada dalam proses dengan
panjangnya waktu yang dibutuhkan untuk memproses bahan mentah sampai
jadi.
3. Persediaan Barang Jadi
Persediaan barang jadi merupakan persediaan barang-barang yang telah
selesai diproses oleh perusahaan, tetapi masih belum terjual. Perusahaan-
perusahaan industri yang beroprasi berdasarkan pesanan mempunyai
persediaan barang jadi relatif kecil. Skedul produksi diarahkan untuk dapat
II-4
menyediaakan barang jadi yang dapat memenuhi forecasting atau ramalan
penjualan yang disampaikan oleh bagian pemasaran.
Pertimbangan terakhir sehubungan dengan jumlah persediaan barang jadi
dalam perusahaan adalah tingkat likuiditasnya. Semakin likuid dan tidak cepat
rusak keadaan suatu barang jadi, maka semakin besar jumlah persediaan barang
jadi yang dapat dipertahankan dalam perusahaan. Untuk produk-produk khusus
yang membutuhkan biaya penyimpanan yang cukup besar haruslah
diperhatikan secara teliti agar jumlahnya tidak terlalu besar.
Sedangkan menurut Nasution dan Prasetyawan (2008:113)[2] secara umum
persediaan dikelompokan menjadi 4 macam yaitu :
1. Bahan baku (raw materials) adalah barang-barang yang dibeli dari pemasok
(supplier) dan akan digunakan atau diolah menjadi produk jadi yang akan
dihasilkan oleh perusahaan,
2. Bahan setengah jadi (work in process) adalah bahan baku yang sudah diolah
atau dirakit menjadi komponen namun masih membutukan langkah-langkah
lanjutan agar menjadi produk jadi.
3. Barang jadi (finished goods) adalah barang jadi yang telah selesai diproses, siap
untuk disimpan di gudang barang jadi, dijual, atau didistribusikan ke lokasi-
lokasi pemasaran.
4. Bahan-bahan pembantu (supplies) adalah barang-barang yang dibutuhkan
untuk menunjang produksi, namun tidak akan menjadi bagian pada produk
akhir yang dihasilkan perusahaan.
II-5
a. Persediaan dalam Lot Size
Persediaan muncul karena adanya persyaratan ekonomis untuk penyediaan
(replishment) kembali. Penyediaan dalam lot yang besar atau dengan kecepatan
sedikit lebih cepat dari permintaan akan lebih ekonomis. Faktor penentu
persyaratan ekonomis antara lain biaya setup, biaya persiapan produksi atau
pembelian dan biaya transport.
b. Persediaan Cadangan
Pengendalian persediaan timbul berkenaan dengan ketidakpastian. Peramalan
permintaan konsumen biasanya disertai kesalahan peramalan. Waktu siklus
II-6
e. Persediaan Lebih
Yaitu persediaan yang tidak dapat digunakan karena kelebihan atau kerusakan
fisik yang terjadi.
II.1.3 Tujuan Persediaan
Tujuan utama dari perusahaan menyiapkan persediaan adalah untuk
mempermudah atau memperlancar operasional perusahaan baik produksi maupun
penjualan. Sehingga apa uang direncanakan dan ditargetkan dapat tercapai tanpa
kendala
yang disebabkan oleh kurangnya suatu barang. Disamping itu tujuan dari
persediaan adalah:
II-7
II.1.4 Biaya-Biaya Persediaan
Biaya persediaan adalah biaya yang timbil sebagai akibat dari proses
persediaan. Biaya persediaan yang perlu dipertimbangkan menurut Setiawan
(2015)[3] adalah :
1. Biaya pembelian (Purchasing Cost)
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli atau
mendapatkan barang. Biaya tersebut diperhitungkan mulai dari perencanaan
II-8
turun atau perlu diberikan diskon dengan kata lain terjadi penurunan nilai
jual terhadap barang tersebut.
e. Biaya Asuransi
Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang
tidak diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang
yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.
f. Biaya Administrasi dan Pemindahan
Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang
ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun
penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke, dan di
dalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan
handling.
Bahan baku penolong (indirect material) merupakan bahan yang dipakai dalam
proses produksi yang tidak dapat diidentifikasikan dengan produk jadi dan nilainya
relatif kecil. Misalnya dalam perusahaan percetakan, bahan baku penolong adalah
tinta. Biaya yang ditimbulkan karena pemakaian bahan baku penolong disebut
biaya bahan baku penolong. Biaya bahan baku penolong merupakan bagian dari
unsur biaya overhead pabrik. (Dewi dan Kristanto, 2013:19)[6].
II-9
persediaan. Masalah persediaan merupakan masalah pembelanjaan aktif, dimana
perusahaan menemukan dan yang dimiliki dalam persediaan dengan cara seefektif
mungkin.
Untuk melangsungkan usahanya dengan lancar maka kebanyakan perusahaan
merasakan perlunya persediaan. Menurut Mulyawan (2015:219)[1] besar kecilnya
persediaan yang dimiliki oleh perusahaan ditentukan oleh beberapa faktor antara
lain:
II-10
2. Harga bahan baku
Harga bahan yang diperlukan merupakan faktor lainnya yang dapat
mempengaruhi besarnya persediaan yang harus di adakan.
3. Biaya persediaan
Terdapat beberapa jenis biaya untuk menyelenggarakan persediaan bahan
baku, adapun jenis biaya persediaan adalah biaya pemesanan (order) dan biaya
penyimpanan bahan di gudang.
4. Waktu menunggu pesanan (Lead Time)
Adalah waktu antara tenggang waktu sejak pesanan dilakukan sampai dengan
II-11
oleh perubahan iklim dan suhu ruangan penyimpanan. Sehingga penentuan suatu
kebijakan pemesanan harus mempertimbangkan pada:
1. Berapa jumlah bahan yang harus dipesan
2. Berapa lama leadtime pembelian
3. Kapan pembelian kembali (Reorder) dilakukan
4. Berapa banyak persediaan pengamanan (Safety Stock)
optimal
persediaan dengan biaya persediaan yang minimum sehingga operasional
II-12
teknik jumlah pesanan dan waktu pemesanan yang tetap. Dalam kondisi aktual,
kebijaksanaan ini jarang dapat terlaksana dengan sempurna, karena adanya variasi
dalam laju kebutuhan dan variasi dalam penentuan. Kemudian guna memecahkan
masalah
dalam permintaan yang bervariasai, model EOQ dikembangkan menjadi
metode berdasarkan pesanan yang tetap (Q) dan berdasarkan Waktu pemesanan
yang tetap (P).
Pemilihan mengenai mana model yang tepat bagi suatu perusahaan adalah tidak
mudah, namun harus disesuaikan dengan bidang usahanya dan jenis bahan
bakunya. Metode P memunyai keunggulan dalam kesederhanaan penjadwalan
pengisian kembali dan pencatatan persediaannya, tetapi metode P memerlukan
persediaan pengamanan yang agak besar, dibandingkan dengan metode Q. Karena
metode Q tidak memerlukan persediaan pengamanan yang besar, maka metode Q
digunakan untuk barang yang nilai satuannya mahal sehingga dapat menurunkan
biaya investasi persediaan pengamanan.
II-13
Berikut adalah grafik persediaan menurut metode Q :
Tingkat Persediaan
T
R
SS
L L L
Waktu
t1 t2 t3
2𝐷𝑆
𝑞= √
𝐻
Keterangan :
D = Permintaan rata-rata per periode
S = Biaya setiap kali pemesanan
H = Biaya penyimpanan per unit
II-14
(2016:86)[9] berpendapat bahwa safety stock adalah persediaan tambahan yang
diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan
bahan (stock out).
Menurut Atmaja (2003:191)[7], Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
II-15
d. Biaya penyimpanan safety stock yang murah. Apabila perusahaan memiliki
gudang yang memadai dan memungkinkan, maka biaya penyimpanan tidaklah
terlalu besar. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya stock out.
𝑆𝑠 = 𝑍𝑞
𝑍 = 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑎𝑠𝑖
(∈𝑥+𝑦)
𝑞= h
Keterangan :
Ss = Safety Stock / persediaan pengamanan
x = Penggunaan bahan baku senyatanya
y = perkiraan penggunaan bahan baku
II-16
Berikut merupakan grafik titik pemesanan kembali menurut metode Q :
Tingkat Persediaan
Q
ROP
(unit)
Waktu (hari)
Waktu tunggu = L
Gambar 2.3 Titik Pemesanan Ulang (Reorder Point)
Sumber : Heizer dan Render (2010)
Keterangan :
Q = kuantitas pesanan Optimum, dan waktu tunggu mempersentasikan waktu
antara penempatan pesanan dan penerimaan pesan.
Berikut rumus untuk menghitung titik pemesanan kembali (Reorder Point) :
𝑅𝑂𝑃 = (𝐿𝐷 𝑥 𝑟) + 𝑠𝑠
Keterangan :
ROP = Titik pemesan kembali
LD = Leadtime / masa tenggang
r = Penggunaan bahan baku rata-rata
II-17
II-18