LANDASAN TEORI
4. Fungsi Decoupling
Fungsi penting persediaan adalah memungkinkan operasi-operasi
perusahaan internal dan eksternal mempunyai “kebebasan”
(independence). Persediaan decoupling ini memungkinkan perusahaan
dapat memenuhi permintaan langganan tanpa tergantung pada
supplier.
5. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan “penghematan-
penghematan” (potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit
lebih murah dan sebagainya) karena perusahaan melakukan pembelian
dalam kuantitas yang lebih besar, dibandingkan dengan biaya-biaya
yang timbul karena besarnya persediaan (biaya sewa gudang,
investasi, risiko dan sebagainya).
6. Fungsi Antisipasi
Perusahaan sering menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan berdasarkan pengalaman atau data-data masa lalu, yaitu
permintaan musiman. Disamping itu, perusahaan juga sering
II-5
berbagai organisasi, hal ini dikarenakan sistem reaktif lebih sederhana dalam
mengelola tapi timbul hal yang tidak menguntungkan seperti biaya persediaan
yang tinggi dan pengiriman barang yang tidak tepat waktu.
1. Tujuan MRP
Adapun tujuan MRP adalah sebagai berikut:
a. Menjadwalkan produksi untuk menghasilkan produk pada saat
dibutuhkan. Tidak sampai terjadi keterlambatan, namun juga tidak
perlu lebih awal, dimulai sejak komponen dan bahan baku.
Material yang diperlukan datangpada saat tepat akan diperlukan
b. Meningkatkan layanan konsumen dengan memnuhi tanggal tenggat
pegiriman dan memperpendek waktu pengiriman
c. Menekan biaya persediaan dengan melakukan pemesanan bahan
baku saat kedatangannya sesuai dengan saat yang diperlukan
d. Meningkatkan efisiensi operasional dengan mengurangi jumlah
stockout dan memperpendek waktu tunggu (delay) pengiriman
material, mengurangi kejadian material cacat serta menambah
kapasitas produksi dengan mengurangi waktu menganggur serta
meningkatkan efisiensi perpindahan fisik material.
2. Input MRP
a. Master Production Schedule (MPS)
MPS merupakan suatu perencanaan defenitif tentang jenis produk
akhir yang direncanakan perusahaan untuk diproduksi, yang menyatakan
berapa banyak dari tiap item yang direncanakan, waktu yang dibutuhkan
untuk produksi dan waktu produk itu selesai diproduksi dalam horizon
perencanaan tertentu. MPS menunjukkan jumlah yang harus diproduksi
bukan yang dapat diproduksi (kapasitas) dan yang mungkin diproduksi
(peramalan). MPS diolah dengan input perencanaan aggregat yang
mempertimbangkan kombinasi peramalan permintaan dan pesanan
permintaan konsumen yang telah diterima.
b. Product Structure Records (PSR)
II-12
persediaan yang meminimalkan biaya total dari pemesanan dan penyimpanan atau
sering dikatakan sebagai jumlah pembelian yang optimal.
Metode EOQ atau pembelian bahan baku dan suku cadang yang optimal
yang dapat diartikan diartikan sebagai kuantitas bahan baku dan suku cadangnya
yang dapat diperoleh melalui pembelian jumlah pembelian dengan mengeluarkan
biaya minimal tetapi tidak berakibat pada kekurangan dan kelebihan bahan baku.
Beberapa asumsi yang ada dikarenakan metode ini disebut juga sebagai
metode ukuran lot atau size yang digunakan untuk pengelolaan independent
demand inventory adalah sebagai berikut:
1. Kecepatan permintaan tetap dan terus menerus.
2. Lead time yaitu waktu antara pemesanan sampai dengan pemesanan
datang harus tetap.
3. Tidak pernah ada kejadian persediaan habis atau stock out.
4. Material dipesan dalam paket atau lot dan pesanan datang pada waktu
yang bersamaan dan teteap dalam bentuk paket.
5. Harga per unit tetap dan tidak ada pengurangan harga walaupun
pembelian dalam jumlah volume besar.
6. Besar carrying cost terantung secara garis lurus dengan rata-rata jumlah
inventory.
7. Besar ordering cost atau set up cost tetap untuk setiap lot yang dipesan
dan tidak tergantung pada jumlah item pada setiap lot.
8. Item produk satu macam dan tidak ada hubungannya dengan produk
lain.
EOQ =
Keterangan :
II-15
EOQ=
√ 2 RS
H
Keterangan:
R = biaya pemesanan per pesanan
S = pemakaian bahan periode waktu
H = biaya penyimpanan per unit per tahun
stagnasi produksi, dan lain-lain. Apabila stockout cost lebih besar dari
carrying cost , maka perlu safety stock yang besar.
Berdasarkan paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahawa safety stock
adalah persediaan bahan minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk
menjaga terjadinya keterlambatan agar tidak mengganggu kelancaran produksi.
Didalam paparan untuk menghitung besarnya safety stock dapat
menggunakan metode perbedaan pemakaian maksimum dan rata-rata. Dapat
diformulasikan sebagai berikut:
Safety Stock = (Pemakaian Maksimum – Pemakaian Rata-rata) x Lead Time
No Nama Peneliti,
Judul Metode Hasil
Tahun/Sumber
INPUT
1. Biaya Pemesanan Methyl Bromide (CH3BR).
2. Biaya penyimpanan Methyl Bromide (CH3BR)
3. Jumlah Kebutuhan bahan baku Methyl Bromide
(CH3BR) dan yang akan dipesan.
4. Lead Time (Waktu Pengiriman)
PROSES
1. Menghitung Biaya Persedian
2. Menghitung dengan Metode
Economic Order Quantity.
3. Penentuan Safety Stock dan
Re Order Point
OUTPUT
1. PT.Sucofindo Cabang Batam dapat
melakukan persedian sesuai yang
diharapkan.
2. Meminimalkan biaya Persedian
bahan baku Methyl Bromide
(CH3BR) dan
dibutuhkan manejemen persediaan bahan baku yang baik agar tidak terjadi
kurangnya bahan baku (stockout) sehingga proses pengolahan terhenti, ataupun
terjadi kelebihan bahan baku (overstock) yang akan memacu pengeluaran biaya
simpan yang tinggi. Maka digunakan metode EOQ agar dapat mengoptimalkan
manajemen persediaan yang ada. Setelah itu dapat dilakukan penarikan
kesimpulan tentang total biaya persediaan yang telah diterapkan perusahaan
dengan metode EOQ. Setelah diketahui hasil perbandingannya, maka tahap
terakhir adalah penentuan biaya persediaan yang lebih efisien. Pada umumnya
tujuan perusahaan adalah ingin memperoleh keuntungan yang maksimal meskipun
sumber daya yang terbatas sehingga perusahaan mencari cara alternatif untuk
mengatur sumber daya yang tersedia secara optimal.
Bisa dikatakan tidak ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan.
Persediaan merupakan salah satu asset yang paling utama di banyak perusahaan,
mencerminkan 40% dari total modal yang diinvestasikan. Kerangka pemikiran
merupakan alur pikir penulis yang dijadikan sebagai skema pemikiran atau dasar-
dasar pemikiran untuk memperkuat indikator yang melatar belakangi penelitian
ini. Dalam kerangka pemikiran ini peneliti akan mencoba menjelaskan masalah
pokok penelitian yang disusun untuk menggabungkan antara teori dengan masalah
yang diangkat dalam penelitian. Dengan metode EOQ (Economic Order
Quantity), perusahaan dapat mengetahui berapa banyak barang yang harus
dipesan. Biaya penyimpanan dapat menjadi lebih minimum jika perusahaan dapat
mengetahui berapa jumlah barang yang tepat untuk dipesan kepada supplier,
sehingga persediaan yang dipesan tidak kurang dan tidak lebih yang dibutuhkan
untuk proses produksi. Penyusunan kerangka berpikir dengan menggunakan
argumentasi-argumentasi yang dapat dipertanggung jawabkan, dan akhirnya
melahirkan suatu kesimpulan. Kesimpulan tersebut yang menjadi rumusan
sebagai jawaban sementara terhadap pemecahan masalah penelitian.