Anda di halaman 1dari 8

Resume apabila Demand is variable and lead time is constant

Oleh : Aldry Triansya (1206225952) , Boma Wibowo (1206224962) ,Teuku Ghaisa Aufa
(1106070496
1.PENDAHULUAN
Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah
pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan secara fisik akan berkaitan
dengan investasi dalam aktiva lancar di satu sisi dan pelayanan kepada pelanggan di sisi lain.
Pengaturan persediaan ini berpengaruh terhadap semua fungsi bisnis ( operation, marketing, dan
finance).

Sebuah perusahaan manufaktur tidaklah terlepas dari persoalan inventori yang


seringkali terjadi kesulitan. Kesulitan tidak hanya terjadi karena banyaknya kesalahan
manusia dalam mencatat tetapi juga kesulitan yang ditimbulkan karena tata letak yang tidak
diatur dengan baik. Pengaturan tata letak barang dalam gudang tidaklah mudah jika dilakukan
secara manual. Selain banyaknya proses keluar masuk barang, kesulitan juga ditimbulkan
oleh proses pencarian barang yang harus dikeluarkan dari gudang.
Kesulitan kesulitan tersebut di atas bisa diatasi dengan adanya sistem inventori yang
baik serta pengaturan letak barang dalam gudang yang dilakukan secara terkomputerisasi.
Penelitian mengenai sistem pengendalian persediaan telah menjadi satu fokus penelitian yang
menarik. Kondisi ini disebabkan karena faktor biaya persediaan merupakan salah satu komponen
biaya modal yang terbesar.
Beberapa penelitian mengenai persediaan ini antara lain yang dilakukan oleh Tarim &
Kingsman (2005) yang membahas mengenai sistem pengendalian persediaan (R,s) pada lingkungan
permintaan yang bersifat non stationary stochastic. Tang & Grubbstrom (2005) membahas penentuan
titik pemesanan kembali pada beberapa pola distribusi, sedangkan Sven Axsater (2005) membahas
mengenai kebijakan continuos review (R,Q) dengan lead time permintaan yang berdistribusi normal.
Berkaitan dengan kondisi di atas, maka perlu ada pengaturan terhadap jumlah persediaan, baik
bahan-bahan maupun produk jadi, sehingga kebutuhan proses produksi maupun kebutuhan pelanggan
dapat dipenuhi. Tujuan utama dari pengendalian persediaan

adalah agar perusahaan selalu

mempunyai persediaan dalam jumlah yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam spesifikasi atau
mutu yang telah ditentukan sehingga kontinuitas usaha dapat terjamin (tidak terganggu).
Usaha untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari prinsip-prinsip ekonomi, yaitu jangan
sampai biaya-biaya yang dikeluarkan terlalu tinggi. Baik persediaan yang terlalu banyak, maupun
terlalu sedikit akan minimbulkan membengkaknya biaya persediaan. Jika persediaan terlalu banyak,
maka akan timbul biaya-biaya yang disebut carrying cost, yaitu biaya-biaya yang terjadi karena

perusahaan memiliki persediaan yang banyak, seperti : biaya yang tertanam dalam persediaan, biaya
modal (termasuk biaya kesempatan pendapatan atas dana yang tertanam dalam persediaan), sewa
gudang,

biaya administrasi pergudangan, gaji pegawai pergudangan, biaya asuransi, biaya

pemeliharaan persediaan, dan biaya kerusakan/kehilangan.


Begitu juga apabila persediaan terlalu sedikit akan menimbulkan biaya akibat kekurangan
persediaan yang biasa disebut stock out cost seperti : mahalnya harga karena membeli dalam partai
kecil, terganggunya proses produksi, dan tidak tersedianya produk jadi untuk pelanggan. Jika tidak
memiliki persediaan produk jadi terdapat 3 kemungkinan, yaitu :
1. Konsumen menangguhkan pembelian (jika kebutuhannya tidak mendesak). Hal ini akan
mengakibatkan tertundanya kesempatan memperoleh keuntungan.
2. Konsumen membeli dari pesaing, dan kembali ke perusahaan (jika kebutuhan mendesak dan
masih setia). Hal ini akan menimbulkan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan
selama persediaan tidak ada.
3. Yang terparah jika pelanggan membeli dari pesaing dan terus pindah menjadi pelanggan
pesaing, artinya kita kehilangan konsumen.

Selain biaya di atas dikenal juga biaya pemesanan (ordering cost) yaitu biaya-biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan sejak penempatan pesanan sampai tersedianya
bahan/barang di gudang. Biaya-biaya tersebut antara lain : biaya telepon, biaya surat menyurat, biaya
adminisrasi dan penempatan pesanan, biaya pemilihan pemasok, biaya pengangkutan dan bongkar
muat, biaya penerimaan dan pemeriksaan bahan/barang.

Pengertian dan Jenis-jenis Persediaan


Persediaan (inventory) adalah bahan-bahan atau barang (sumberdaya-sumberdaya organisasi)
yang disimpan yang akan dipergunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya : untuk proses
produksi

atau perakitan, untuk suku cadang dari peralatan, maupun untuk dijual. Walaupun

persediaan hanya merupakan suatu sumber dana yang menganggur, akan tetapi dapat dikatakan tidak
ada perusahaan yang beroperasi tanpa persediaan.
Berdasarkan kepada fungsinya persediaan dikelompokkan menjadi:
1. Lot-size-inventory, yaitu persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah
yang dibutuhkan pada saat itu. Cara ini dilakukan dengan tujuan : memperoleh potongan harga
(quantity discout) karena pembelian dalam jumlah yang besar, dan memperoleh biaya
pengangkutan per unit yang rendah.

2. Fluctuation stock, merupakan persediaan yang diadakan untuk menghadapi permintaan yang
tidak bisa diramalkan sebelumnya, serta untuk mengatasi berbagai kondisi tidak terduga seperti :
terjadi kesalahan dalam peramalan penjualan, kesalahan waktu produksi, kesalahan pengiriman.
3. Anticipation Stock, yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang
dapat diramalkan seperti mengantisipasi pengaruh musim, dimana pada saat permintaan tinggi
perrusahaan tidak mampu menghasilkan sebanyak jumlah yang dibutuhkan. Disamping itu juga
persediaan ini ditujukan untuk mengantisipasi kemungkinan sulitnya memperoleh bahan sehingga
tidak menggangu operasi perusahaan.
4.
Berdasarkan bentuk fisiknya, Persediaan dapat dibedakan menjadi 5 jenis persediaan, yaitu:
1. Bahan baku adalah barang-barang berwujud (seperti : kayu, tanah liat, besi) yang akan
digunakan dalam proses produksi. Barang tersebut bisa diperoleh dari sumber alam, dibeli
dari para pemasok, atau dibuat sendiri untuk dipergunakan dalam proses selanjutnya.
2. Komponen adalah bagian produk yang diperoleh dari perusahaan lain yang secara langsung
akan dirakit.
3. Bahan pembantu adalah barang atau bahan yang dipergunakan di dalam proses produksi, akan
tetaapi tidak merupakan bagian daari produk akhir.
4. Barang dalam proses atau barang setengah jadi, adalah seluruh barang / bahan yang telah
mengalami pengolahan (merupakan hasil dari suatu proses) akan tetapi masih harus
mengalami pengolahan lebih lanjut untuk siap menjadi produk jadi.
5.

Barang jadi adalah seluruh barang yang telah mengalami pengolahan dan telah siap di jual
kepada konsumen.

Selain itu, persediaan juga dapat dibedakan menjadi:


1. Persediaan Surplus (surplus inventory/surplus stock), adalah suatu kondisi persediaan yang
diadakan dalam jumlah yang lebih besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu dan nyaris
tidak terpakai. Hal ini disebabkan adanya kesalahan perkiraan inventory yang dibutuhkan pada
saat itu. Akan tetapi dengan manajemen inventory yang tepat surplus inventori dapat
diberdayakan kembali sebagai anticipation stock maupun fluctuation stock. Surplus persediaan
yang dianggap berlebih dan dalam keadaan slow moving kearah idle dapat terjebak ke dalam
daerah dead stock.
Penyebab terjadinya surplus:
a.

Kesalahan

perhitungan

peramalan

(forecast)

mengakibatkan pembelian yang terlalu banyak.


b.

Perubahan program kerja.

yang

akan

datang.

Sehingga

c.

Perubahan proses produksi.

d. Pencatatan data persediaan yang kurang akurat.


e. Terlalu banyak menetapkan persediaan pengaman (buffer stock).
f. Pembelian barang yang tidak standar.
Pemberdayaan surplus inventori dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Transfer material, merupakan tindakan pengalihan material dari satu unit produksi
ke unit produksi yang lain atau antar perusahaan yang menggunakan material yang
sama.
b. Tukar tambah (trade in), merupakan tindakan tukar menukar material dengan pihak
lain agar memperoleh barang sesuai dengan fungsi dan tujuan.
c. Buy back, tindakan untuk pembelian oleh agen atau distrinutor kembali sesuai dengan
harga yang disepakati.
d. Substitusi, tindakan untuk menukar material yang ada dengan material lain yang
dianggap masih diperlukan senilai dengan material yang berlebih.
2. Dead stock, merupakan suatu kondisi persediaan yang diadakan dalam jumlah yang lebih
besar dari jumlah yang dibutuhkan pada saat itu dan sama sekali tidak terpakai. Dead
stock juga dapat dikatakan sebagai persediaan yang terbuang.
Penyebab terjadinya dead stock :
a. Persediaan surplus yang terlalu lama tidak digunakan sehingga mengurangi kualitas
material.
b. Material yang sudah kadaluarsa
c. Material yang dibeli tidak sesuai dengan standar
d. Kerusakan selama penyimpanan.
e. Dan lain-lain
Fungsi persediaan.
a. Menghilangkan / mengurangi risiko keterlambatan pengiriman bahan
b. Menyesuaikan dengan jadwal produksi
c. Menghilangkan / mengurangi resiko kenaikan harga
d. Menjaga persediaan bahan yang dihasilkan secara musiman
e. Mengantisipasi permintaan yang dapat diramalkan

f. Mendapatkan keuntungan dari quantity discount


g. Komitmen terhadap pelanggan

2. Demand variabel and lead time is constant


Dalam inventory management, ada 3 hal yang harus diputuskan: (i) di level berapa

kita harus memiliki stok, (ii) kapan harus memesan kembali dan (iii) berapa banyak ketika
memesan. Tentu saja keputusan ini untuk produk yang independen. walau ada model review
kontinu dan review periodik, saya akan coba lihat secara umum saja.
point (i) ini adalah keputusan yang biasanya diambil paling akhir, setelah kita mengetahui (ii)
dan (iii). orang biasa menyebutnya dengan rata-rata level inventory. Angka ini dapat
dinyatakan dengan unit, atau dengan waktu (rata-rata inventory/rata-rata demand per satuan
waktu). Jadi misalnya rata-rata level inventory =100 unit, dan diketahui demand per minggu
misalnya 50 unit, maka rata-rata inventory tersebut cukup untuk 2 minggu. Keputusan ini
termasuk keputusan penting mengingat rata-rata inventory banyak perusahaan cukup besar,
bahkan sangat besar.
point (ii) adalah titik yang kita kenal dengan ROP (re-order point). Ketika inventory menurun
akibat dikonsumsi atau dijual, pada suatu waktu akan menemui titik di mana kita harus segera
memesan kembali. Jika situasinya pasti, maka ROP ini dapat ditentukan dengan mudah, yaitu
dxL (demand dikalikan dengan Leadtime). Tapi tentu saja tidak ada yang pasti di dunia ini,
apalagi dunia bisnis. Oleh karena itu kita memerlukan buffer untuk mengantisipasi
ketidakpastian ini. Item terakhir inilah yang kita sebut safety stock. Jadi ROP secara generik
dapat dinyatakan dengan dL + Safety Stock. artinya ROP tidak sama dengan safety stock.
perhitungan safety stock akan saya sampaikan lain kali.
point (iii) diperlukan ketika kita akan memesan. model EOQ ini sudah sangat lama, hampir 1
abad. Tapi sejauh ini masih banyak dipakai oleh banyak perusahaan. Bahkan vendor paket
ERP

pun memasukkan komponen ini dalam modulnya. Silakan lihat di buku-buku

operations management rumusnya.


Maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk menentapkan demand yang
berbentuk variabel atau demand yang tidak pasti atau berubah ubah maka kita harus
mengunakan metode statistik di mana demand harus di ketahui distribusi nya dan rata rata

dari demand tersbut. Untuk mengetahui itu kita butuh data demand beberap bulan lalu dan
kita lakukan pendekatan distribusi apa yang terjadi normal atau distribusi yang lainya

Setalah kita menetapkan demand maka kita dapat mengunkan metode FOQ untuk
mencari ketersediaan gudang apakah kita perlu melakukan pemesanan produksi lagi sehingga
kita tidak mengalami keterlambatan dalam pemesanan

.Maka dapat di jelaskan dalam

diagram sebagai berikut dengan metode Q

Terlihat bahwa lead time selalu tetap tapi demand berubah ubah dengan periode yang
tidak menentu untuk kasusu seperti ini kita dapat menentukan dengan metode Q

Biasanya metode Q ini digunakan pada saat periode pemesanan tidak tetap , jumlah
pesanan selalu sama barang yang di simpan relatif lebih sedikit memerlukan administrasi
yang berat untuk selalu memantau tingkat persediaan agar tidak terlambat memesan .berikut
adalah bebebrapa rumus dan contoh soal yang dapat di kita pahami

Jumlah penetapan pengambilan keputusan dapat di rumuskan sebagai berikut

3. Contoh soal
Permintaan Sebuah item berdistribusi normal dengan rata rata 1000 unir per minggu dan
standart deviasi 200 unit. Harga item $ 10 per unit dan ongkos pesan $100. Ongkos simpan di
tetapkan sebesar 30 % dari inventori per tahun dan lead time tetap selama 3 minngu .
Tentukan kebijakan inventori jika diinginkan service level 95%, dan berapakah ongkos untuk
saftey stocnya
D = 1000 minggu (std = 200 )

UC = $ 10 per unit
RC $ 100 per pesan
HC = 0.3 x $10 = $ 3 per unit per tahun
LT = 3 minggu
Jawaban

Anda mungkin juga menyukai