Anda di halaman 1dari 28

15

BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Konsep Pengendalian Sediaan (inventory control)
Pada berbagai jenis perusahaan baik jasa, dagang, maupun manufaktur
diperlukan sejumlah barang-barang tertentu untuk mendukung operasional
perusahaan tersebut yang disebut inventory (sediaan). Pada perusahaan jasa
umumnya inventory berbentuk perlengkapan dan pada perusahaan dagang
inventory berbentuk barang jadi, sedangkan pada perusahaan manufaktur/
industry, inventory berbentuk bahan baku, barang setengah jadi (WIP), dan
jadi Stevenson ( 2005: 457).
Menurut Stephen Love (1986:5-7) adanya sediaan perlu customarily
the supply process precedes and contributes goods to the inventory, while
the demand process succeeds and depletes the same inventory. Process is
used to in the singular here altough frequently a composite of supply and
demand mechanism is at work. Intinya adalah bahwa sediaan itu ada
karena terdapat perbedaan dua aktivitas yaitu proses suplai dan proses
permintaan dimana suplai lebih besar dari permintaan. Pada kondisi
idealnya suplai sama dengan permintaan dengan keadaan ini maka tidak
terdapat sediaan, namun realitasnya besar suplai dan permintaan berbeda,
16

ada yang kelebihan suplai(terdapat sediaan) dan kekurangan suplai (stock
out).
Menurut Donald Waters (2003:7), Inventory Management merupakan
fungsi yang bertangungjawab terhadap semua keputusan yang menyangkut
stock dari sebuah perusahaan. Mangatur bagaimana membuat keputusan
untuk kebijakan, aktivitas, dan prosedur untuk memastikan jumlah yang
tepat dari setiap item yang ada dalam stock setiap saat. Menurut Paul Zipkin
(2000:7) kegiatan supply process merupakan segala aktivitas yang
menambah sediaan sedangkan demand process merupakan segala aktivitas
yang mengurangi material dari sediaan.
B. Fungsi Sediaan
Menurut Tersine (1994:6) persediaan diperlukan karena terjadi
ketidaksesuaian antara permintaan dan penawaran. Hal itu terjadi karena
adanya beberapa faktor, yaitu:
1. Time Factor (Faktor Waktu)
Permintaan akan suatu barang tidak akan dapat dipenuhi dengan segera
bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya karena untuk
mengadakan barang dibutuhkan waktu baik untuk pembuatannya atau
untuk mendatangkannya. Oleh karena itu, persediaan sangat dibutuhkan.


17

2. Discontinuity Factor (Faktor Diskontinuitas)
Meliputi segala hal yang dapat menghambat pelaksanaan permintaan,
mulai dari mengecerkan produk, pendistribusian, penggudangan, dan
pembelian, dan lain-lain. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu
disediakan sediaan.
3. Uncertainty Factor (Faktor Ketidakpastian)
Mencakup berbagai macam faktor yang tidak tampak yang dapat
mengganggu perencanaan perusahaan. Faktor tersebut meliputi
kesalahan dalam memperkirakan permintaan, keterlambatan pengiriman,
dll. Jika perusahaan memiliki persediaan, maka perusahaan dapat
mengantisipasi hal tersebut.
4. Economy Factor (Faktor Ekonomi)
Faktor ekonomi seperti kenaikan harga akan mempengaruhi perusahaan
untuk menyediakan persediaan dalam jumlah yang lebih besar guna
mendapatkan keuntungan dari kondisi tersebut.
Untuk memperjelas fungsi dari sediaan, maka Tersine (1994:7)
mengelompokkan sediaan menjadi 6, yaitu:
1. Working Stock
merupakan persediaan yang dibeli atau disimpan sesuai dengan syarat
yang ada. Biasanya pemesanan dilakukan dalam jumlah yang cukup
besar karena bertujuan untuk menghemat biaya order dan biaya simpan.

18

2. Safety stock
adalah persediaan yang digunakan untuk menghadapi perubahan tingkat
penawaran dan permintaan pada masa yang akan datang.
3. Anticipation Stock
adalah persediaan yang digunakan untuk mengantisipasi kemungkinan
meningkatnya permintaan pada waktu tertentu di mana terjadi hal yang
dapat menyebabkan kegiatan operasional perusahaan terhenti.
4. Pipeline Stock
merupakan inventory yang terjadi karena adanya perpindahan material,
baik material yang sedang diproses atau material yang dipindahkan dari
stasiun kerja yang satu ke stasiun kerja yang lain.
5. Decoupling Stock
adalah persediaan yang diadakan antara 1 stasiun kerja dengan stasiun
kerja yang lain agar diantara stasiun kerja tersebut tidak mengalami
ketergantungan satu sama lain.
6. Psychic Stock
adalah persediaan yang digunakan untuk kepentingan promosi
C. Biaya Sediaan
Di dalam sediaan termuat unsur biaya. Secara umum dapat dikatakan
bahwa biaya-biaya dalam sediaan adalah menyangkut semua pengeluaran
19

dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya sediaan. Biaya sediaan
terdiri dari:
1. Purchasing Cost (Biaya Pembelian)
adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya
tergantung pada jumlah yang dibeli dan harga satuan barang.
2. Order/SetUp Cost (Biaya Pesan/Biaya Persiapan)
a. Ordering Cost (biaya pemesanan),
adalah semua pengeluaran atau biaya yang timbul untuk
mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya
pengangkutan ataupun biaya untuk memesan barang, seperti biaya
telepon, biaya fax.
b. Set Up Cost (Biaya persiapan/pembuatan)
adalah biaya yang timbul dalam mempersiapkan produksi suatu
barang. Yang termasuk dalam biaya ini, antara lain biaya
mempersiapkan suatu proses produksi, menyetel mesin, dan lain-
lain.
3. Holding Cost (Biaya Penyimpanan)
adalah semua pengeluaran atau biaya yang timbul akibat menyimpan
barang, meliputi:
20

a. Capital Cost (Biaya kepemilikan sediaan).
Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, dimana
modal perusahaan memiliki ongkos yang dapat diukur dengan suku
bunga bank. Oleh karena itu, biaya yang ditimbulkan karena
memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem
persediaan.
b. Storage Cost (Biaya Gudang).
Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga
timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya merupakan
sewaan maka biaya gudangnya merupakan biaya sewa sedangkan
bila perusahaan memiliki gudang sendiri maka biaya gudang
merupakan biaya depresiasi.
c. Shrinkage Cost (Biaya penyusutan dan kerusakan).
Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan
karena besar atau jumlah dapat berkurang. Biaya ini biasanya diukur
dari pengalaman sesuai dengan tingkat persentasenya.
d. Insurance (Biaya Asuransi).
Biaya ini biasanya digunakan untuk memproteksi barang-barang
yang disimpan yang memiliki nilai yang besar bagi badan usaha.
21


4. Shortage Cost (Biaya Kekurangan Sediaan)
Bila perusahaan mengalami kehabisan barang akibat kekurangan
sediaan pada saat ada permintaan maka perusahaan akan kehilangan
kesempatan mendapatkan keuntungan. Biaya ini diukur dari:
a. Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi. Biasanya diukur dari
keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan.
b. Waktu pemenuhan. Lamanya gudang kosong berarti lamanya badan
usaha tidak mendapat keuntungan sehingga waktu menganggur
tersebut dapat diartikan sebagai pemborosan.
D. Pengendalian Sediaan (inventory control)
Pengendalian persediaan merupakan suatu usaha memonitor dan
menentukan tingkat komposisi bahan yang optimal dalam menunjang
kelancaran dan efektivitas serta efisiensi dalam kegiatan perusahaan (Ristono,
2009:3).dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa pengendalian
persediaan merupakan peran dan fungsi manajemen yaitu control, yang
menjadi tahap akhir untuk melakukan perbaikan
Menurut Steven Love (1986:4), pengendalian sediaan adalah pengawasan
terhadap supply barang, penyimpanan, dan kemudahan suatu jenis barang
22

untuk dipesan serta memastikan ketersediaan supply yang cukup tanpa
kelebihan supply. Hal ini dilakukan untuk menjaga ketersediaan stok yang
datangnya tidak dengan instan sehingga dapat memenuhi permintaan
konsumen/pelanggan dengan ketersediaan supply, serta untuk mengimbangi
aktivitas demand yang selalu mengurangi aktivitas supply.
Menurut Lalu Sumayang (2003:197), pengendalian sediaan atau
inventory control adalah aktivitas mempertahankan jumlah persediaan pada
tingkat yang dikehendaki untuk memenuhi permintaan. Menurut Donald
Waters (2003:57), demand dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Independent demand, yaitu permintaan sebuah item yang tidak
tergantung pada item lain
2. Dependent demand, yaitu permintaan sebuah item yang tergantung pada
item lain
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kendali sediaan adalah
proses mengelola segala aspek yang berhubungan dengan ketersediaan barang
dalam memenuhi permintaan konsumen. Kendali sediaan diperlukan oleh
setiap badan usaha karena badan usaha memerlukan sediaan untuk memenuhi
permintaan konsumen yang selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu dan kita
tidak dapat memprediksi secara tepat permintaan tersebut secara pasti.
23

Pengendalian persediaan mendapatkan peranan penting bagi sebuah
perusahaan/badan usaha sebab persediaan akan membutuhkan investasi yang
sangat besar (berhubungan dengan biaya) dan mempengaruhi distribusi
produk atau barang kepada pelanggan serta kepuasan pelanggan yang
ditunjukkan pada service level yang merupakan besar presentase dari
permintaan pelanggan yang dapat terpenuhi dari persediaan, menurut Donald
Waters (2003:171) penilaian Service level dikatakan baik bila mencapai 95%,
jika kurang dari itu maka buruk, dan jika terdapat variasi permintaan yang
tinggi, perusahaan memerlukan safety stock yang tinggi untuk mencapai
service level yang tinggi pula (Donald Waters, 2003:172). Menurut Haizer
dand Render (2006:462), safety stok adalah stok tambahan untuk permintaan
yang tidak seimbang. Selain itu pengendalian persediaan juga berkaitan
dengan fungsi keuangan dan operasi dari suatu perusahaan. Bagian keuangan
membutuhkan gambaran mengenai jumlah dana yang dialokasikan (biaya
untuk mengadakan persediaan) untuk persediaan, sedangkan operasi
membutuhkan persediaan sebagai jaminan proses produksi yang lancar dan
efesien.
Alasan adanya kendali sediaan adalah karena sediaan jika tidak disimpan
dapat mengganggu kelancaran proses produksi atau kehilangan kesempatan
untuk memperoleh profit. Namun perlu diingat bila persediaan terlalu banyak
maka akan menambah biaya termasuk biaya penimpanan dan sebaliknya bila
24

kekurangan, maka kita juga akan kehilangan kesempatan memperoleh profit.
Banyak tujuan dari pengendalian sediaan, salah satunya adalah tujuan
pengendalian sediaan menurut Nur Bahagia (2006:6) yaitu:
1. Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan hingga
mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi
2. Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu
besar atau berlebihan sehingga biaya yang timbul dari persediaan
tidak terlalu besar
3. Menjaga agar pembeliaan secara kecil-kecilan dapat dihindari karena
ini dapat berakibat biaya pemesanan menjadi besar
4. Menghilangkan ketidakpastian maka ada safety stock yang
digunakan pada keadaan yang darurat
5. Mengantisipasi perubahan pada demand dan supply seperti pada saat
perubahan harga dan persediaan bahan baku, sebagai persiapan
menghadapai promosi pasar diamana sejumlah besar barang jadi
disimpan sambil menunggu penjualan tersebut, dan keadaan dimana
perusahaan melakukan produksi dengan jumlah output tetap akan
mengalami kelebihan produk pada kondisi permintaan yang rendah
(low season), dimana kelebihan produk ini disimpan sebagai
persediaan yang akan digunakan nanti apabila produksi output tidak
dapat memenuhi lonjakan permintaan yaitu pada peak season.
25

Menurut Lalu Sumayang (2003:220), keuntungan pengendalian sediaan
adalah memperbaiki produktivitas, mengurangi waktu proses pengelolaan,
mengurangi investasi pada inventory dan ruang untuk menyimpan,
memperbaiki pelayanan, menyiapkan data-data dasar inventori, serta
menyiapkan informasi untuk rencana kebutuhan material.
Adapun unsur dari sediaan menurut Donald Waters (2003: 52, 69, 148 )
adalah permintaan (demand) yang terdiri dari:
1. Unknown demand adalah permintaan akan barang yang tidak
diketahui sehingga sulit dilakukan prediksi atau analisis.
2. Uncertainty demand adalah permintaan akan barang yang tidak
diketahui secara pasti tetapi dapat diketahui probabilitasnya terhadap
permintaan sehingga lebih mudah memperkirakan permintaannya.
3. Known demand adalah permintaan akan barang yang diketahui
secara pasti sehingga dapat memperkirakan sediaan.
Perlu diingat bahwa shortage cost dapat diminimalisir jika persediaan
tersedia sehingga kita tidak kehilangan oportunity cost dari pelanggan.
Sedangkan permintaan diperlukan untuk memforecast/meramal sediaan
yang harus dibeli untuk memenuhi tingkat permintaan konsumen. Jika kita
mengetahui jenis permintaan pada badan usaha kita maka kita dapat
memperkirakan metode sediaan apa yang diterapkan dalam mengelola
26

sediaan, tentu saja dengan melihat pola permintaannya dari segi waktu,
frekuensi pembelian per tahun, perubahan harga yang terjadi, dan
sebagainya. Dampak lain jika permintaan lebih besar dari suplai adalah
back-order yang terjadi ketika seorang pelanggan membutuhkan sebuah
item tetapi pada saat itu perusahaan tidak mepunyai sedian barang
(stockout), dan kemudian bersedia menunggu untuk menerima item dari
perusahaan atau dampak lainnya adalah loss sales yang artinya pelanggan
tidak mau menunggu dan tidak jadi membeli di tempat kita.
E. Manajemen Persediaan (Inventory Management)
Menurut Waters (2003:7) inventory management adalah sebuah fungsi
yang bertanggung jawab untuk semua keputusan yang menyangkut stok
dalam sebuah perusahaan. Inventory Management berfungsi dalam
membuat keputusan mengenai kebijakan, aktivitas, dan prosedur untuk
kepastian jumlah barang dari setiap item yang hendak disimpan sebagai
stok. Pernyataan ini didukung oleh Russell (2000:588) yang menyatakan
bahwa inventory management adalah untuk menentukan jumlah inventory
yang hendak disimpan, berapa banyak yang hendak dipesan, dan kapan
hendak dipesan.
Sedangkan menurut Tersine (2003:143), inventory management is the
techniques of maintaining the stock of items at desired levels, whether they
be raw materials, work in process, or finished products. Dijelaskan bahwa
27

manajemen persediaan adalah teknik-teknik yang digunakan untuk
memelihara atau mengelola sediaan baik itu sediaan yang berupa bahan
baku, barang setengah jadi ataupun barang jadi.
Menurut nur Bahagia (2006:18a) ada beberapa model pengendalian
sediaan statistik, yaitu: (1) model sediaan deterministik yang merupakan
model sediaan yang parameternya merupakan variabel pasti atau dapat
ditetapkan secara pasti; (2) model sediaan probabilistik, dimana
parameternya merupakan variabel tidak pasti. Dalam penelitian ini, model
yang digunakan adalah model deterministik karena variabel-variabelnya
diketahui dan dapat dihitung secara pasti. Hal ini termasuk stokastik karena
tidak sepenuhnya deterministik karena faktor permintaan tidak dapat
dikendalikan sepenuhnya, maka metode deterministik ini perlu disesuaikan
untuk dapat digunakan di lapangan kerja sesungguhnya.
F. Model Pengendalian Probabilistik
Penyebab permasalahan dalam persediaan probabilistik adalah adanya
permintaan barang tiap harinya tidak diketahui sebelumnya, informasi yang
diketahui hanya berupa pola permintaan yang diperoleh berdasarkan data
masa lalu. Pendekatan yang paling sederhana untuk memecahkan masalah
ini adalah dengan memandang bahwa posisi persediaan barang yang
tersedia digudang sama dengan posisi persediaan barang pada sistem
persediaan determenistik akan tetapi ditambahkannya suatu cadangan
28

pengaman (safety stock) untuk mengantisipasi dan meredam fluktuasi
permintaan.
G. Model Probabilistik Sederhana
Menurut Nur Bahagia (2006:132) pendekatan sederhana ini model
inventori probabilistik pada hakikatnya dapat dipandang sebagai model
inventori deterministik statis dengan menambahkan cadangan pengaman,
sehingga kebijakan inventorynya dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Pesan barang sejumlah Q
0
pada setiap kali melakukan pemesanan.
b. Pemesanan dilakukan bila jumlah barang digudang mencapai tingkat
pemesanan ulang (reorder point), yaitu sebesar kebutuhan selama
waktu ancang-ancangnya.
Dengan pendekatan model probabilistic sederhana ini maka kebijakan
pengadaan inventory diatur sebagai berikut
a. Ukuran pemesanan Q
0
selalu konstan untuk setiap kali pesan yaitu
sebesar:
Q
o
=
H
xCxR 2

Dimana C = biaya pesan perorder
R = demand (jumlah permintaan periode tertentu)
H = holding cost (biaya simpan)


29

b. Frekuensi Order
adalah seberapa sering pemesanan dilakukan dalam periode tertentu.
Rumus dari frekuensi order adalah sebagai berikut :
Frekuensi Order =
o Q
D

c. Pemesanan dilakukan pada saat inventori mencapai titik pemesanan
ulang (r) sebesar:
Reorder point = (LT x AU) + SS
d. Cadangan pengaman (safety stock) atau persediaan minimum adalah
jumlah yang harus selalu ada dalam gudang Badan Usaha untuk
memenuhi kebutuhan sewaktu-waktu bila diperlukan. Faktor-faktor
yang menentukan besarnya persediaan pengaman/minimum tersebut
adalah:
i. Penjualan rata-rata, adalah salah satu dasar untuk
memperkirakan penjualan selama periode tertentu .
ii. Faktor waktu/masa tenggang, adalah perbedaan waktu
antara saat pemesanan untuk pengisian kembali persediaan
dengan saat penerimaan barang. Perbedaan ini disebut
Lead time, rumus Safety stock adalah:
safety stock = Z x x LT


30

Keterangan:
Z merupakan nilai pada tabel yang berhubungan dengan tingkat
layanan (service level). Lead time (LT) adalah waktu tunggu dari
pemesanan sampai barang sampai di gudang pembeli. adalah
standar deviasi dari demand aktual. Rumus standart deviasi adalah :
SD =


Dimana :
SD = Simpangan baku
xi = Taksiran permintaan atau forecasting permintaan dari Yuri
Hand Soap
x = permintaan sesungguhnya
n = Jumlah sampel
e. Service Level
Menurut Waters (2003:171) service level is target for the
proportion of demand that is meet directly from stock or
alternatively, the maximum acceptable probability that a demand
cannot be met from stock. Artinya bahwa service level adalah target
proporsi dari pemenuhan permintaan secara langsung dari sediaan
31

atau kemungkinan maksimum yang diterima ketika permintaan tidak
bisa dipenuhi dari sediaan menunjukkan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan permintaan pelanggan dari
sediaan perusahaan. Service level per unit pemesanan didapatkan
dari
SLU : 1-


100%
SLU= Service level based on unit demand
f. Rumus Total Biaya Optimal (TC
o
)
Total Biaya Optimal didapat setelah EOQ diketahui dengan
mensubstitusikan Q
o
ke Q pada rumus Total Biaya, sehingga :
TC
o
= P.R + H.Q
o
.

Dimana P = harga beli barang.
H. Metode Peramalan
Peramalan (forecasting) penting dalam situasi perencanaan dan
pengambilan keputusan dalam suatu organisasi. Tanpa adanya forecast
yang efektif, maka suatu perusahaan harus menyediakan tempat dan biaya
yang besar untuk inventory sebagai kompensasi dari ketidakpastian
permintaan konsumen tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Hanke dan
Wichern (2005:1), bahwa All organization operate in an atmosphere of
uncertainty but decisions must be made today that affect the future of the
organization.
32

Dalam dunia bisnis, hasil peramalan mampu memberikan gambaran
tentang masa depan perusahaan yang memungkinkan manajemen membuat
perencanaan, menciptakan peluang bisnis maupun mengatur pola investasi
mereka (Sugiarto dan Harijono, 2000:2). Di sisi lain, Makridakis dan
Wheelwright (1994:19) menyatakan, bahwa aspek utama dari pengambilan
keputusan adalah kemampuan untuk memprediksi situasi yang berada di
sekitar setiap situasi keputusan. Hal ini juga disetujui oleh pernyataan
Waters (2003:230) yang mengungkapakan, bahwa All business plans
become effective at same point in the future, so they must be based not on
current circumstances, but on the prevailing circumstances when the plans
become effective. We cannot know with certainty what will happen in the
future, but the best we can do is forecast expected conditions.
Artinya, semua perencanaan bisnis akan menjadi efektif pada titik yang
sama di masa mendatang, sehingga mereka harus tidak didasarkan pada
keadaan sekarang, tetapi pada keadaan yang berlaku ketika rencana tersebut
menjadi efektif. Kita tidak bisa mengetahui dengan pasti apa yang akan
terjadi di masa datang, tetapi hal terbaik yang dapat kita lakukan adalah
meramal kondisi-kondisi yang diharapkan.
Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2008:162), forecast dapat
dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan
memproyeksikannya ke masa mendatang dengan suatu bentuk model
33

matematis. Hal ini bisa juga merupakan prediksi intuisi yang bersifat
subjektif.
Dalam hal lain, Russell dan Taylor (2003:336) juga menyatakan,
bahwa Forecast of product demand determine how much inventory is
needed, how much product to make and how much material to purchase
from suppliers to meet forecasted customer need. Artinya, peramalan
permintaan sebuah produk menentukan berapa banyak inventory yang
dibutuhkan, berapa banyak produk yang dibuat dan berapa banyak material
yang dibeli dari para supplier untuk bertemu dengan kebutuhan pelanggan
yang diramalkan.
Pernyataan tersebut didukung oleh Sugiarto dan Harijono (2000:3),
bahwa dalam kaitannya dengan penyusunan rencana penjualan, informasi
yang diperoleh dari peramalan penjualan akan memberikan gambaran
berguna tentang prospek permintaan produk tersebut di pasar. Pemilihan
metode peramalan diharapkan kepada metode yang sesuai dengan
kebutuhan.
Seperti yang dikatakan oleh Stevenson (1999:88), bahwa Forecasts
help managers by reducing some of the uncertainty, thereby enabling them
to develop more meaningful plan. Artinya, peramalan membantu para
manajer dengan mengurangi beberapa ketidakpastian, dengan demikian
akan memungkinkan para manajer tersebut untuk mengembangkan rencana
yang lebih penuh arti.
34

Menurut Waters (2003:232), adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam pemilihan tersebut, antara lain: (1) time covered in
the future, (2) availability of historical data, (3) relevance of historical data
to the future, (4) type of product, (5) variability of demand, (6) accuracy
needed and cost of errors, (7) benefits expected from the forecasts, dan (8)
amount of money and time available for the forecast.
Adapun klasifikasi metode menurut Waters (2003:234) seperti pada
Gambar 1. Pendapat dari Waters (2003:234) didukung oleh pendapat Yamit
(1999:16), bahwa secara umum metode peramalan dapat diklasifikasikan
dalam dua kategori utama yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif.
Metode kualitatif dapat berupa pengumpulan pendapat para ahli, sedangkan
metode kuantitatif sangat beragam dan setiap teknik memiliki sifat,
ketepatan dan biaya yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode.

Forecasting
methods
Qualitative or
judgemental
Quantitative or
statistical
Projective Causal
.
Gambar 1
Approaches to forecasting
(Sumber: Waters, 2003, p. 234.)
35


Metode kuantitatif didasarkan atas prinsip-prinsip statistik yang
memiliki tingkat ketepatan tinggi atau dapat meminimumkan kesalahan,
lebih sistematis dan lebih populer dalam penggunanaanya. Untuk
menggunakan metode kuantitatif terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi,
yaitu: (1) tersedia informasi tentang masa lalu, (2) informasi tersebut dapat
dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik, dan (3) diasumsikan bahwa
beberapa pola masa lalu akan terus berlanjut.
Tabel 8 di bawah ini menyajikan data mengenai penggunaan, jangka
waktu, keakuratan, serta metode peramalan.
Tabel 8
Penggunaan Metode Peramalan
Penggunaan
peramalan
untuk
operasional
Lingkup
waktu
Keperluan
keakuratan
Jumlah
produk
Tingkat
manajemen
Metode
peramalan
Rancangan
proses
Panjang Sedang
Satu/
beberapa
Puncak
Qualitatif,
causal
Perencanaan
kapasitas
fasilitas
produksi
Panjang Sedang
Satu/
beberapa
Puncak
Qualitatif,
causal
Perencanaan
aggregat
Menengah Tinggi Beberapa Menengah
Causal,
time series
Penjadwalan Pendek
Sangat
tinggi
Banyak Rendah Time series
Pengelolaan
persediaan
Pendek
Sangat
tinggi
Banyak Rendah Time series
Sumber: Anshori (1996, p. 36.)

36

Menurut Anshori (1996:39), metode time series digunakan untuk
membuat analisis secara terinci terhadap pola permintaan di masa lalu,
kemudian memproyeksikan pola tersebut untuk masa yang akan datang.
Sebuah metode time series selalu mengasumsikan bahwa beberapa pola
atau kombinasi pola selalu berulang sepanjang waktu. Beberapa metode
time series dalam hal penggunaan, akurasi dan biaya relative dapat dilihat
pada tabel 9.
Tabel 9
Metode Time Series, Penggunaan, Akurasi dan Biaya Relatif
Metode
Time Series
Penggunaan
Akurasi
Biaya
Relatif
Jangka
Pendek
Jangka
Menengah
Jangka
Panjang
Moving
Averages
Perencanaan persediaan
jangka pendek sampai
jangka menengah, tingkat
produksi dan penjadwalan
baik untuk banyak produk
Jelek
sampai
bagus
Jelek Sangat
jelek
Rendah
Exponential
Smoothing
Sama dengan moving
averages
Sedang
sampai
sangat
bagus
Jelek
sampai
bagus
Sangat
jelek
Rendah
Model
Matematis
Sama dengan moving
averages tetapi terbatas
untuk biaya dan beberapa
produk
Sangat
bagus
Sedang
sampai
bagus
Sangat
jelek
Rendah
sampai
sedang
Box Jenkins Terbatas pada rencana
biaya dan produk jangka
pendek
Sangat
bagus
sampai
excellent
Sedang
sampai
bagus
Sangat
jelek
Rendah
sampai
tinggi
Sumber: Anshori (1996, p. 44.)

Dalam metode time series, dimungkinkan penggunaan sebagian data
yang diketahui untuk meramalkan data selanjutnya, sehingga ketepatan
ramalan dapat diteliti secara lebih langsung. Menurut Anshori (1996:40-
37

43), metode peramalan time series yang paling sederhana adalah metode
moving average. Exponential smoothing didasarkan pada pemikiran yang
sangat sederhana, yaitu rata-rata baru dapat dihitung berdasarkan rata-rata
lama dan hasil observasi permintaan pada periode terakhir. Model
matematik, yaitu regresi linier maupun metode non linier. Sedangkan
metode Box Jenkins mempunyai tahapan khusus untuk identifikasi model
dan memerlukan data kurang lebih 60 periode yang lalu.
1. Rata-rata bergerak (moving average)
Menurut Makridakis (1994:338), metode rata-rata bergerak (moving
averages method) adalah metode yang paling dikenal. Dalam metode rata-
rata bergerak, bobot yang setara diberikan kepada masing-masing nilai N
terakhir dalam serial yang bersangkutan, tetapi nilai-nilai sebelumnya tidak
diberi bobot sama sekali. Persamaan yang digunakan dalam metode rata-
rata bergerak adalah sebagai berikut.
F
t+1
= S
t
=
N
X X X
N t t t
+ + + ........
2 1

dimana : F
t+1
= ramalan untuk waktu t + 1
S
t
= nilai yang dilicinkan untuk waktu t
X
t
= nilai aktual untuk waktu t
i = periode waktu
N = jumlah nilai yang dimasukkan dalam rata-rata

38

2. Pelicinan eksponensial (exponential smoothing)
Metode pelicinan eksponensial (exponential smoothing method)
beroperasi dengan cara yang sejalan dengan rata-rata bergerak dengan
melicinkan pengamatan historis untuk mengurangi kerandoman. Tetapi
prosedur matematika untuk melakukan pelicinan ini agak berbeda dengan
yang dipergunakan dalam rata-rata bergerak. Untuk menggunakan pelicinan
eksponensial, seorang manajer hanya memerlukan angka pengamatan
terbaru, ramalan terbaru, dan nilai .
Pelicinan eksponensial lebih sering dipergunakan untuk jangka pendek,
lebih jarang untuk jangka menengah dan lebih jarang lagi untuk horison
jangka panjang, yang konsisten dengan bukti empiris yang menunjukkan
bahwa metode-metode ini paling baik untuk horison waktu yang lebih
pendek. Pelicinan eksponensial mempunyai banyak metode, salah satunya
adalah pelicinan eksponensial tunggal.
Pelicinan eksponensial tunggal mudah dan murah untuk dipergunakan,
disamping itu bukti empiris dan pengalaman di antara para pengguna
peramalan menegaskan bahwa pelicinan eksponensial merupakan metode
yang akurat, efektif, dan dapat diandalkan untuk berbagai aplikasi
peramalan. Persamaan yang digunakan dalam metode pelicinan
eksponensial tunggal adalah sebagai berikut.
F
t+1
= F
t
+ (X
t
-F
t
)
39

dimana : F
t+1
= ramalan untuk periode berikutnya
F
t
= ramalan terakhir
= konstanta pelicinan (angka 0 sampai 1)
X
t
= nilai aktual terakhir (untuk periode t)
3. Metode Matematis (metode Least Square)
Menurut Makridakis (2001:157), Metode ini adalah metode yang
menjelaskan tentang hubungan antara variabel Y yaitu berupa item yang
ingin diramal dengan variabel X yaitu variabel independen yang
mempengaruhi variabel Y. Apabila tidak diketahui dengan jelas Variabel
Independen yang membentuk variabel dependen (Y) maka dapat
menggunakan waktu sebagai variabel X, contoh: nilai X adalah
1,2,3,4,5,6,7 atau 1982,1983,1984,dst. Apabila kedua variabel tersebut
dirubah dalam bentuk matematik maka dapat diperoleh sebuah persamaan
yaitu:
Y = a + bx
Nilai a dan b dapat disebut sebagai perkiraan parameter dalam
persamaan garis lurus. Nilai a sendiri merupakan titik potong yang
memotong sumbu Y. Sedangkan nilai b bisa dikatakan kenaikan Y untuk
setiap unit kenaikan X.
Nilai a dan b dapat diperoleh dari:
b = ((XY/n) - )) / ((X/n) - ))
a = - b
40

Dimana :
= Y / n
= X / n
Metode ini juga diberi nama metode Least Square atau metode kuadrat
terkecil. Metode ini diberi nama metode kuadrat terkecil dikarenakan
metode ini berusaha untuk mengurangi adanya kesalahan dengan memilih
nilai a dan b yang tepat. Penetapan nilai a dan b yang sesuai dapat
meminimumkan jumlah deviasi kuadrat atau bisa disebut kesalahan kuadrat.
4. Ukuran ketepatan peramalan
Bagi para konsumen ramalan, ketepatan ramalan di masa mendatang
adalah yang terpenting, sampai seberapa jauh sebuah model sesuai dengan
data historis yang tersedia memiliki nilai yang rendah atau bahkan tidak
bernilai sama sekali. Untuk mengukur efektivitas peramalan, maka harus
digunakan ukuran ketepatan. Salah satu ukuran ketepatan yang dihitung
adalah Mean Error (ME).
ME =
n
e
n
i
i
=1

Karena kesalahan-kesalahan positif diimbangi dengan kesalahan-
kesalahan negatif, maka untuk mengatasi masalah tersebut dapat
menghitung kesalahan dengan mengabaikan tanda plus dan minus. Mean
41

Absolute Deviation (MAD) adalah rata-rata kesalahan absolut
(mengabaikan tanda plus dan minus).
MAD =
n
e
n
i
i
=1

Mean Persentase Absolute Error (MAPE) diperoleh dengan
menghitung kesalahan absolut untuk setiap periode dengan membagi
kesalahan absolut dengan angka aktual dan mengalikan hasilnya dengan
100%, lalu menjumlahkan hasilnya dan membaginya dengan jumlah angka
yang dipergunakan.
MAPE =
n
PE
n
i
i
=1

Ukuran ketepatan peramalan yang lainnya adalah kuadrat kesalahan
rata-rata/Mean Squared Error (MSE), yang diperoleh dengan
mengkuadratkan setiap kesalahan dan menghitung rata-rata dari nilai
kuadrat tersebut.
MSE =
n
e
n
i
i
=1
2

dimana: error (e) = nilai kesalahan (X
i
-F
i
)
n = jumlah data
PE = kesalahan persentase
|
|
.
|

\
|

100
i
i i
X
F X

42

I. BAGAN ALUR BERPIKIR

Gambar 2
Bagan Alur Berpikir
Fakta
UD. Sukses Jaya saat ini sering mengalami kelebihan barang sediaan,
dikarenakan jumlah pemesanan yang dilakukan dengan pemesanan
barang berdasarkan buku inventory, ingatan, dan pengalaman. Hal ini
berdampak pada penumpukan barang digudang dan mengalami
kekurangan barang di waktu tertentu sehingga keuntungan yang diperoleh
tidak maksimal
Konsep
Menggunakan model penggendalian persediaan probabilistik
sederhana untuk memperoleh :
1. Peramalan permintaan
2. Safety Stock
3. Reorder Point
4. Service level
5. Total biaya pemesanan optimal

Ringkasan & Rekomendasi

Permasalahan
Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana mengendalikan
persediaan Yuri hand soap yang optimal pada UD Sukses Jaya

Anda mungkin juga menyukai