Anda di halaman 1dari 5

Root Cause Analysis (Analisa Akar Masalah)

Oleh Senalda Defa Viani, 1806140331, Keselamatan Pasien Kelas B

Pemberian pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan harus memiliki
prosedur keselamatan yang baik agar dapat menjamin kesejahteraan kehidupan pasien. Apabila
dalam pelayanannya terdapat kelalaian atau kesalahan prosedur yang mengakibatkan terancamnya
kehidupan pasien maka tenaga kesehatan memerlukan tindakan analisis yang bertujuan untuk
mengetahui akar masalah dari suatu insiden yang telah terjadi. Tindakan analisis tersebut
dinamakan Root Cause Analysis.

Root Cause Analysis atau yang biasa disingkat dengan RCA adalah suatu proses yang
dirancang sedemikian rupa dengan tujuan untuk menginvestigasi dan mengelompokkan akar
masalah dari setiap kejadian yang memiliki hubungan dengan K3, mutu, kehandalan, dan pengaruh
produksi (Tampubolon, 2012). RCA ini lebih berfokus kepada proses identifikasi dan pemecahan
masalah yang ada. Teknik yang digunakan dalam RCA adalah 5 why. Dimana pada teknik ini akan
muncul beberapa jenis pertanyaan mengapa, contohnya mengapa gejala suatu masalah dapat
timbul?, mengapa tidak ada tindakan preventif yang dilakukan?, atau jika sudah ada, mengapa
tidak berjalan dengan baik? Atau mengapa masalah tersebut dapat mengakibatkan hal lain terjadi?
Lakukan teknik 5 why ini dengan minimal 5 kali agar dapat menentukan permasalahan apa saja
yang ingin dicarikan solusinya.

Langkah-langkah yang ditempuh pada proses RCA ini terdiri dari 21 langkah. Dimana
langkah pertama yaitu Organize A Team atau membentuk suatu tim. Pada langkah ini anggota tim
RCA biasanya terdiri tidak lebih dari 10 orang. Langkah kedua yaitu Define the Problem atau
merumuskan masalah. Pada langkah ini dilakukan identifikasi masalah yang ada dengan
melakukan brainstorming dengan anggota lain. Langkah ketiga yakni Study the Problem atau
mempelajari suatu masalah. Pada tahap ini ketika suatu masalah timbul, maka akan dipelajari
terlebih dahulu, baik latar belakangnya, alur diagramnya dari tahun kemarin, sebaran datanya dan
lain-lain.

Langkah keempat yaitu Determine What Happen atau menentukan apa yang terjadi, dapat
dilakukan dengan membuat grafik atau timeline dari semenjak gejala muncul sampai suatu
permasalahan terjadi. Dalam tahap ini, harus dilakukan analisa mendalam sebelum melakukan
tahap berikutnya. Agar Root Cause Analysis berjalan dengan efektif, dapat dilakukan dengan
mengumpulkan perwakilan-perwakilan dari setiap departemen yang terlibat (mulai dari staf ahli
hingga staf garda depan), yang memahami situasinya. Pada tahap ini juga dapat menggunakan
metode CATWOE. Tool ini akan memberikan kemampuan untuk melihat sebuah situasi dari
berbagai perspektif: yaitu Customer (pelanggan), Actor (karyawan yang terlibat), Transformation
Process (proses yang mengalami masalah), World View (gambaran besar, dan area mana yang
mengalami impact paling besar), Owner (process owner), dan Environmental Constraint
(hambatan dan keterbatasan yang akan mempengaruhi keberhasilan solusi yang akan dijalankan).

Langkah kelima yaitu Identify Contributing Factors atau mengidentifikasi faktor penyebab
dari suatu masalah. Dalam tahap ini, lakukan identifikasi sebanyak mungkin terhadap penyebab
masalah yang dipikirkan. Dalam banyak kasus, orang akan mengidentifikasi satu atau dua faktor
kausal, lalu berhenti. Padahal satu atau dua itu belum cukup untuk menemukan akar masalah yang
sebenarnya. RCA dilakukan bukan hanya untuk menghilangkan satu dua masalah di permukaan.
RCA akan membantu menggali lebih dalam dan menghilangkan akar dari keseluruhan masalah.
Gunakan beberapa tool berikut untuk membantu menemukan faktor-faktor kausal dari masalah:

 Analisa “5-Whys” – Tanyakan “mengapa?” berulang kali hingga anda menemukan


jawaban paling dasar.
 Drill Down – Bagilah masalah hingga menjadi bagian-bagian kecil yang lebih detail untuk
memahami gambaran besarnya.
 Apresiasi – Jabarkan fakta-fakta yang ada dan tanyakan “Lalu kenapa jika hal ini
terjadi/tidak terjadi?” untuk menemukan konsekuensi yang paling mungkin dari fakta-fakta
tersebut.
 Diagram sebab-akibat – Cause and Effect Diagram (Fishbone Diagram), berupa bagan
yang menerangkan semua faktor penyebab yang mungkin untuk melihat dimana masalah
pertama kali muncul.

Langkah keenam yaitu Identify Other Contributing Factors atau mengidentifikasi faktor-
faktor lain yang ikut mendorong terjadinya suatu insiden, bisa dengan menggunakan diagram
sebab-akibat atau data penunjang lainnya. Langkah ketujuh yaitu Measure, Collect and Assess
Data on Proximate and Underlying Causes atau mengukur, mengumpulkan, dan menilai data
berdasarkan penyebab utama dan terdekat. Pada tahap ini dapat dilakukan pengembangan terhadap
indikator-indikator masalah yang ada. Langkah kedelapan yakni Design and Implement Interim
Changes atau mendesain dan mengimplementasikan perubahan sementara. Dapat
diinterpretasikan menggunakan grafik atau diagram

Langkah kesembilan yaitu Identify which Systems are Involved atau mengidentifikasi sistem
mana yang terlibat. Tahap ini dapat dilakukan dengan melihat keterkaitan pada diagram atau data
yang digunakan sebagai sumber. Langkah kesepuluh yaitu Prune the List of Root Causes atau
mengurangi/ memilah daftar akar penyebab. Apabila ada data yang kurang relevan atau tidak
berkaitan maka pada tahap ini akan dieliminasi. Langkah kesebelas yaitu Confirm Root Causes
atau memastikan akar penyebab. Pada tahap ini dapat menjawab mengapa faktor kausal tersebut
dapat muncul? Dan menentukan alasan apa yang benar-benar menjadi dasar kemunculan suatu
masalah.

Langkah keduabelas yaitu Explore and Identify Risk-reduction Strategies atau mencari dan
mengidentifikasi strategi pengurangan risiko. Pada tahap ini dilakukan penentuan strategi apa yang
akan dilakukan untuk meminimalisir risiko yang dapat terjadi. Langkah ketigabelas yaitu
Formulate Improvement Actions atau memformulasikan tindakan perbaikan. Perbaikan dilakukan
untuk mengurangi risiko yang timbul dari suatu masalah, pada tahap ini akan dirancang tindakan
perbaikan apa yang akan dilakukan. Lalu ada Evaluate Proposes Improvement Actions atau
mengevaluasi tindakan perbaikan yang diajukan untuk mengetahui keefesiensian tindakan
perbaikan yang telah dilakukan. Lalu ada Design Improvements atau desain perbaikan. Ketika
dirasa perlu adanya evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan, maka dapat dilakukan dengan
mendesign atau merancang modifikasi tindakan tersebut.

Langkah keenam belas yaitu Ensure Acceptability of the Action Plan atau memastikan
rencana diterima dan disetujui untuk dilaksanakan. Selanjutnya yaitu Implement the Improvement
Plan atau menerapkan rencana perbaikan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Berikutnya
adalah Develop Measures of Effectiveness and Ensure Their Succes atau mengembangkan cara
pengukuran efektifitas dan memastikan keberhasilannya. Lalu ada Evaluate implementation of
Improvement Plan atau mengevaluasi penerapan rencana perbaikan yang telah dilakukan.
Selanjutnya yaitu Take Additional Action atau melakukan tindakan tambahan yang dianggap perlu,
dan yang terakhir adalah Communicate the result atau mengkomunikasikan hasil dari tindakan
perbaikan.

Hal yang dapat disimpulkan adalah bahwa menemukan akar masalah dari suatu insiden yang
telah terjadi merupakan kunci untuk menemukan solusi perbaikan. Agar suatu insiden dapat
ditanggulangi dengan tepat dan tidak terulang kembali dikemudian hari. Namun tidak semua
insiden yang terjadi dilakukan prosedur lengkap RCA. Masalah-masalah yang timbul harus
diprioritaskan terlebih dahulu dengan tujuan terciptanya efisiensi dalam pekerjaan. Hal ini
dikarenakan prosedur lengkap RCA memerlukan sumber daya khusus, jumlahnya terbatas, dan
memakan waktu yang cukup lama. Sehingga instansi kesehatan perlu menetapkan suatu metode
klasifikasi dan prioritas masalah. Hanya masalah yang memenuhi kriteria saja yang dilanjutkan ke
prosedur RCA. Sementara masalah lain yang tidak memenuhi kriteria, tetap dilakukan analisa
menggunakan prinsp RCA tetapi tidak seluruh urutan prosedur lengkap RCA dilakukan. .

Daftar Pustaka

Cahyono, J. B. (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam Praktik Kedokteran.


Yogyakarta: Kanisius.

Reese, C. D. (2008). Occupational health and safety management 2nd ed. Florida: CRC Press.

Fitriati, A. R. (2007). Pengantar Six Sigma: An Introduction to Six Sigma & Process Improvement.
Jakarta: Salemba Empat

Joint commission. (2015). Root Cause Analysis in Health Care: Tools and Techniques. 5th ed.
USA: Joint Commission Resources, Inc.

Anda mungkin juga menyukai