Anda di halaman 1dari 14

Manajemen Rantai Pasokan

EBM402

Sesi pertemuan ke-11

Universitas Esa Unggul

(genap 2019/2020)

Manajemen Persediaan pada SCM

Persediaan adalah Sekumpulan produk fisik pada berbagai tahap proses transformasi dari bahan
mentah ke barang dalam proses, dan kemudian barang jadi. Selain itu juga persedian
merupakan segala sumber-sumber daya organisasi yang disimpan dalam antisipasi terhadap
pemenuhan permintaan.

Persediaan di sepanjang supply chain memiliki implikasi yang besar terhadap kinerja finansial
suatu perusahaan. Jumlah modal yang tertanam dalam bentuk persediaan biasanya sangat besar
sehingga persediaan adalah salah satu aset terpenting yang dimiliki supply chain. Banyak
perusahaan yang memiliki nilai persediaannya melebihi 25% dari nilai keseluruhan aset yang
dimiliki. Ini berarti bahwa biaya modal yang tertahan dalam bentuk persediaan di suatu
perusahaan/supply chain bisa sangat signifikan.

Olegh karena itu kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pengelolaan persediaan akan dapat
berdampak sangat fatal bagi perusahaan. Contoh-contoh kesalahan dalam pengelolaan
persediaan adalah apabila persediaan yang ada terlalu kecil maka dapat mengakibatkan
Hilangnya kesempatan untukmenjual dan/atau memperoleh laba. Dan Sebaliknya pun buruk
apabila persediaan terlalu besar maka akan menimbulkan Adanya biaya besar yang akan
memperkecil laba dan/atau memperbesar resiko.

Alasan timbulnya persediaan

Persediaan bisa muncul karena memang direncanakan atau merupakan akibat dari
ketidaktahuan terhadap suatu informasi.
Jadi ada perusahaan yang memiliki persediaan karena sengaja membuat produk lebih awal atau
lebih banyak dari waktu dan jumlah yang akan dikirim atau dijual pada suatu waktu tertentu,
ada juga karena merupakan akibat dari permintaan yang terlalu sedikit dibandingkan dengan
perkiraan awal.

Selain itu juga persediaan ini muncul karena ketidakpastian permintaan. Bahkan banyak
perusahaan yang akan menghadapi ketidakpastian yang sangat tinggi sehingga bisa memiliki
persediaan berlebih yang cukup banyak di akhir masa jual produk tersebut.

Selanjutnya, ketidakpastian pada supply chain tidak hanya muncul dari arah permintaan tetapi
juga dari arah pasokan dan operasi internal. Contoh-contoh alsan persediaan dalam sudut
pandang ini seperti,

• Ketidakpastian pengiriman dan harga bahan baku menyebabkan pabrik menimbun


persediaan bahan baku.
• Ketidakpastian pengiriman dari pabrik menyebabkan distributor harus menyimpan
persediaan cadangan (safety stock).
• Ketidakpastian proses internal seperti mesin yang kurang handal dan kecepatan mesin
yang bervariasi memaksa pabrik untuk memiliki cadangan barang setengah jadi (WIP).

Selain ketidakpastian, perbedaan lokasi, yang membuat munculnya lead time pengiriman, juga
merupakan sumber dari persediaan. Contohnya, pabrik di Indonesia yang membeli bahan baku
dari Eropa membutuhkan waktu bulan antara waktu pemesanan dan waktu barang sampai di
pabrik. Pabrik tentu harus memikirkan cadangan bahan baku yang bisa digunakan selama
menunggu kiriman dari supplier. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mengirim bahan
baku tersebut, semakin banyak persediaan cadangan yang dibutuhkan.

Dengan melihat penjelasan tersebut maka dapat dibuat beberapa point mengapa persediaan
diperlukan oleh sebuah perusahaan:

a. Untuk menjaga independensi operasi


b. Untuk memenuhi demand yang bervariasi
c. Untuk fleksibilitas jadwal operasi
d. Untuk pengaman dari variabilitas pengiriman raw materials
e. Untuk mengambil keuntungan diskon kuantitas
f. Untuk menjaga pengaruh inflasi dan kenaikan harga
KLASIFIKASI PERSEDIAAN

Persediaan bisa diklasifikasikan dengan berbagai cara. Pada Dalam pembahasan ini akan
melihat persediaan dari 3 klasifikasi:

1. Berdasarkan Bentuknya

Persediaan bisa diklasifikasikan menjadi bahan baku (raw materials), barang setengah jadi
(WIP), dan produk jadi (finished product). Klasifikasi ini biasanya hanya berlaku pada konteks
perusahaan manufaktur. Produk jadi yang dihasilkan oleh supplier akan menjadi bahan baku
bagi sebuah pabrik perakitan.

Secara lengkap bentuk-bentuk persediaan adalah:

• Raw materials or purchased parts


• Partially completed goods, called “work-in-progress (WIP)”
• Finished goods inventories (manufacturing organizations)
• Merchandise (retail organizations)
• Replacement parts, tools and supplies

2. Berdasarkan Fungsinya

Berdasarkan fungsinya, persediaan bisa dibedakan menjadi:

a. Pipeline/transit inventory
Persediaan ini muncul karena lead time pengiriman dari satu tempat ke tempat lain.
Barang yang tersimpan di truk sewaktu proses pengiriman adalah salah satu contohnya.
Persediaan ini akan banyak kalau jarak (dan waktu) pengiriman panjang. Jadi,
persediaan jenis ini bisa dikurangi dengan mempercepat pengiriman misalnya dengan
mengubah alat atau mode transportasi atau dengan mencari pemasok yang lokasinya
lebih dekat (tentunya dengan mempertimbangkan konsekuensi lain seperti ongkos
kirim, harga dan kualitas)
b. Cycle stock.
Persediaan akibat motif memenuhi skala ekonomi. Persediaan ini punya siklus tertentu.
Pada saat pengiriman jumlahnya banyak, kemudian sedikit demi sedikit berkurang
akibat dipakai atau dijual sampai akhirnya habis atau hampir habis, kemudian mulai
dengan siklus baru lagi.
c. Persediaan pengaman (safety stock).
Fungsinya adalah sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian permintaan maupun
pasokan. Perusahaan biasanya menyimpan lebih banyak dari yang diperkirakan
dibutuhkan selama suatu periode tertentu supaya kebutuhan yang lebih banyak bisa
dipenuhi tanpa harus menunggu. Besar kecilnva persediaan pengaman terkait dengan
biaya persediaan dan service level.
D. Anticipation stock
Adalah persediaan yang dibutuhkan untuk mengantisipasi kenaikan permintaan akibat
sifat musiman dari permintaan terhadap suatu produk. Walaupun anticipation stock
juga pada hakekatnya mengantisipasi permntaan yang tidak pasti, namun perusahaan
bisa memprediksi adanya kenaikan dalam jumlah yang significant (bukan sekedar pola
acak).
3. Berdasarkan Sifat Ketergantungan

Persediaan bisa diklasifikasikan berdasarkan sifat ketergantungan kebutuhan antara satu item
dan item lainnya. Item-item yang kebutuhannya tergantung pada kebutuhan item lain
dinamakan dependent demand item. Sedangkan kebutuhan independent demand item tidak
tergantung pada kebutuhan item lain. Klasifikasi ini dilakukan karena pengelolaan kedua jenis
item ini biasanya berbeda. Dependent demand item biasanya adalah komponen atau bahan baku
yang akan digunakan untuk membuat produk jadi. Kebutuhan bahan baku dan komponen
tersebut ditentukan oleh banyaknya jumlah produk jadi yang akan dibuat dengan menggunakan
komponen atau bahan baku tersebut. Produk jadi biasanya tergolong dalam independent
demand item karena kebutuhan akan satu produk jadi tidak langsung mempengaruhi kebutuhan
produk jadi yang lain.

KEuntungan dan kerugian dari persediaan

Keuntungan:

1. Pengembalian modal yang tertanam dalam bentuk persediaan.


2. Perusahaan dapat mempengaruhi ekonomi produksi.
3. Perusahaan dapat mempengaruhi pembelian.
4. Perusahaan dapatmemenuhi pesanan dengan lebih cepat.

Kerugian:
1. Biaya penyimpanan.
2. Biaya pemindahan.

Manajemen Persediaan

Dalam manajemen persediaan pada dasarnya terdapat 2 Fokus Pengelolaan Persediaan yang
perlu untuk dilaksanakan yaitu Kuantitas dari perseidaan yang harus dipesan pada waktu
tertentu dan Jenis persediaan yang harus disimpan. Secara umum manajemen persediaan
berTujuan Menyediakan persediaan yang dibutuhkan untuk mendukung operasional dengan
tepat dan biaya minimum.

Secara spesifik terdapat beberapa peran dari manajemen persidiaan dalam kegiatan SCM:

- Improve Matching of Supply & Demand


- Improved Forecasting
- Reduce Material Flow time
- Reduce Waiting Time
- Reduce Buffer Inventory, Economic of Scale Cycle Inventory, Supply/Demand
Variability Safety Inventory, Seasonal Variability Seasonal Inventory.

Hambatan dalam manajemen Persediaan di SCM

Terdapat beberapa permaslahan yang sering dihadapi dalam mengelola persediaan dalam
jaringan SCM seperti,

• Tidak ada metrik kerja yang jelas


• Status pesanan tidak akurat
• Sistem informasi tidak handal
• Kebijakan persediaan terlalu sederhana dan mengabaikan ketidakpastian
• Biaya persediaan tidak ditaksir dengan benar

Alat ukur dalam mengontrol Inventory


Perusahaan perlu menggunakan ukuran-ukuran untuk melihat kinerja persediaan. Pada
prinsipnya kinerja persediaan harus berorientasi pada efisiensi operasi di satu pihak dan
pelayanan terhadap pelanggan (service level) di pihak lain. Peningkatan service level biasanya
berimplikasi pada peningkatan persediaan. Beberapa ukuran yang bisa digunakan untuk
memonitor kinerja persediaan adalah:

a. Tingkat perputaran persediaan (inventory turnover rate).


Ini adalah ukuran untuk melihat seberapa cepat produk atau barang mengalir relatif
terhadap jumlah yang rata-rata tersimpan sebagai persediaan. Nilainya bisa diukur
untuk tiap individu produk atau secara agreggat mewakili satu kelompok atau
keseluruhan produk. Tingkat perputaran biasanya diukur dalam setahun. Semakin besar
nilainya semakin bagus.
Rumus untuk menghitung inventory turn over rate adalah
ITO= D/Q
Dimana
D=Jumlah kebutuhan inventory dalam satu periode
Q= jumlah rata-rata persedian yang dimiliki
b. Inventory days of supply
Didefinisikan sebagai rata-rata jumlah hari suatu perusahaan bisa beroperasi dengan
jumlah persediaan yang dimiliki. Ukuran ini sebenarnya bisa dikatakan seirama dengan
tingkat perputaran persediaan. Kalau inventory days of supply panjang maka tingkat
perputarannya rendah.
Rumus untuk menghitung inventory days of supplys adalah
IDoS=Q/(D/n)
Dimana:
Q=jumlah rata-rata inventory yang tersimpan di Gudang.
D= jumlah kebutuhan total persediaan yang dibutuhkan dalam satu periode
N= jumlah waktu (hari/minggu/bulan) kerja dalam satu periode
c. Fill rate

Fill rate adalah persentase jumlah item yang tersedia ketika diminta oleh pelanggan. Jadi fill
rate 97% berarti ada kemungkinan 3% dari item yang diminta oleh pelanggan tidak tersedia.
Akibatnya pelanggan harus menunggu beberapa lama atau pindah ke tempat lain untuk
mendapatkannya. Fill rate bisa diukur untuk tiap produk secara individual atau untuk
keseluruhan produk secara agregat. Untuk menciptakan supply chain manajemen yang efektif,
perusahaan mungkin harus membedakan target fill rate untuk tiap pelanggan dan tiap item.

Biaya Persediaan

Biaya persediaan merupakan total dari semua Biaya yang berhubungan dengan persediaan,
dimana struktur biaya dari biaya persediaan ini pada umumnya adalah,

a. Holding/ Carrying costs – berhubungan dengan penyimpanan atau membawa


barang dari waktu ke waktu. Biaya Penyimpanan Persediaan (Carrying Cost)
Bersifat variabel terhadap jumlah inventori yang dibeli.
Jenis Carrying Cost diantaranya,
- Biaya fasilitas penyimpanan/gudang
- Biaya pemeliharaan barang di dalam gudang
- Biaya modal yang tertanam dalam inventori
- Biaya keusangan
- Biaya karena kecurian/perampokan
- Biaya penanganan persediaan Pajak
- Asuransi persediaan

Bagian terbesar ongkos simpan biasanya adalah biaya modal akibat tertahannya uang dalam
bentuk barang yang besarnya kira-kira sama dengan rate of return (ROR) dari perusahaan yang
bersangkutan.

b. Ordering costs – berhubungan dengan biaya penempatan pesanan dan penerimaan


pesanan. Biaya Pemesanan (Ordering Cost) Bersifat variabel terhadap frekuensi
pesanan.
Jenis Biaya Pemesanan (Ordering Costs) diantaranya
- Biaya selama proses pesanan.
- Biaya pengiriman permintaan.
- Biaya penerimaan barang.
- Biaya penempatan barang ke dalam gudang.
- Biaya prosesing pembayaran kepada supplier.
- PPN.
- Biaya angkut.
c. Setup costs – biaya untuk menyiapkan mesin atau proses untuk memproduksi
pesanan.
d. Biaya akibat kekurangan persediaan

Model Economic order quantity


Model untuk menentukan ukuran pesanan yang ekonomis dengan permintaan yang
relatif stabil. Model ini mempertimbangkan dua biaya persediaan, yaitu biaya pesan
dan biaya simpan. Dimana dalam model EOQ ini terdapat beberapa asumsi yang perlu
dipenuhi yaitu,
• Jumlah kebutuhan bahan sudah dapat ditentukan lebih dahulu secara pasti untuk
penggunaan selama satu tahun atau satu periode.
• Penggunaan bahan selalu pada tingkat yang konstan secara terus menerus. Artinya, item
tersebut dibutuhkan dengan jumlah yang sama dari waktu ke waktu. Kenyataannya
asumsi ini “sebenarnya” tidak pernah terpenuhi. Namun demikian, model ini tetap
cukup baik digunakan asalkan variasi permintaan dari waktu ke waktu tidak terlalu
besar.
• Pesanan tepat diterima pada saat tingkat persediaan sama dengan nol atau diatas safety
stock.
• Harga konstan selama periode tersebut.
Terdapat dua keputusan utama yang berkaitan dengan pengendalian persediaan melalui
model EOQ tersebut ialah berapa banyak sumber daya yang harus dipesan (dibeli atau
diproduksi) dan kapan waktunya untuk melakukan suatu pemesanan (pembelian atau
produksi) untuk mengurangi biaya-biaya persediaan tersebut.

Rumus penentuan EOQ

EOQ merupakan jumlah pemesanan dari inventory yang dianggap paling economis dalam satu
periode waktu tertentu. Dimana dianggap kondisi paling ekonomis Ketika terjadi
keseimbangan antara biaya pesan dengan biaya simpan.

Dengan demikian maka dapat dibentuk rumus untuk menghitung EOQ

Dimana Kondisi EOQ terjadi Ketika:

Total biaya pesan=total biaya simpan


Biaya pesan = jumlah pemesanan dalam satu periode dikalikan dengan biaya pemesanan dalam
satu kegiatan pemesanan.

Sehingga dapat dibentuk suatu rumus:

(total inventory yang dibutuhkan/jumlah unit inventory per pemesanan )*biaya sekali
pemesanan

Atau dapat dikodefisikasi menjadi= (D/q)*O

Dimana

D= jumlah kebutuhan inventory ddalam satu periode

Q= jumlah unit pemesanan dalam sekali pemesanan

O= biaya pemesanan dalam satu kali pemesanan

Sedangkan total biaya penyimpanan adalah jumlah rata-rata penyimpanan dikalikan dengan
biaya penyimpanan per unit.

Sehingga dapat dirumuskan menjadi:

Jumlah rata-rata inventory per periode * biaya penyimpanan inventory per unit.

Dimana jumlah rata-rata inventory dapat dihitung dengan cara membagi dua jumlah unit
inventory dalam sekali pemesanan

Sehingga akan membentuk rumus (Q/2)*C

Dimana:

Q= jumlah unit inventory dalam satu pemesanan

C= biaya penyimpanan per unit inventory.

Dengan demikian dapat dibentuk rumus untuk menghitung EOQ

Kondisi EOQ adalah keseimbangan antara total biaya pesan dengan biaya simpan dalam satu
periode

Sehingga EOQ terjadi Ketika:

Total biaya pesan=total biaya simpan

Sehingga:
(D/Q)*O=(Q/2)*C

Sehingga ditentukan EOQ

Dimana Q2=2D*O/C

Sehingga Q=akar kuadrat dari 2D*O/C

Setelah mendapatkan nilai EOQ maka dapat dihitung berapa total biaya inventory yang
dibutuhkan dalam satu periode,

Dimana

TIC= TOC+TCC

Dimana:

TIC= total biaya inventory dalam satu periode

TOC= total biaya pemesanan dalam satu periode; rumus: (D/EOQ)*O

TCC= total biaya penyimpanan dalam satu periode; rumus☹EOQ/2)*C

Menghitung titik pemesanan ulang

Salah satu kelemahan model EOQ adalah model ini dibuat berdasarkan asumsi situasi yang
deterministik. Artinya, permintaan maupun pasokan dianggap pasti. Sehingga model WEOQ
ini tidak mempertimbangkan keberadaan lead time dalam kegiatan pemesanan inventory.
Sehingga dengan keberadaan lead time dalam proses pertimbangan pemesanan inventory maka
diperlukan titik waktu pemesanan ulang. Selanjutnya untuk beroperasi pada situasi dengan
ketidakpastian maka dibutuhkan persediaan pengaman untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya kekurangan terhadap barang yang bersangkutan.

Apabila lead time suatu pengiriman konstan selama 1 hari (tidak mengandung ketidakpastian),
maka kita rnemesan 1 hari sebelum barang habis digunakan sehingga pesanan yang baru akan
datang tepat pada saat barang yang ada habis terjual atau terpakai. Kenyataannya, baik
permintaan maupun lead time sama-sama tidak pasti. Karena itu, waktu pemesanan kembali
suatu barang harus mempertimbangkan ketidakpastian pada aspek-aspek tersebut. Waktu
pemesanan kembali sering diwujudkan dalam bentuk nilai reorder point.
Dengan demikian maka reorder point adalah banyaknya barang tersisa dimana kita harus
melakukan pemesanan kembali.

Dengan melihat penjelasan tersebut di atas maka dapat dibangun suatu perumusan untuk
menghitung reorder point adalah,

ROP = permintaan selama lead time + safety stock

Dimana permintaan selama lead time dapat dihitung dengan milihat lamanya waktu lead time
dikalikan dengan kebutuhan inventory per satuan waktu kerja (hari, minggu, bulan)

Sehingga dapat dirumuskan:

Ld= L*(D/n)

Dimana Ld= perminttan selama lead time

L= lamanya waktu lead time

D= jumlah kebutuhan inventory dalam satu periode

N= total jumlah waktu kerja (hari/minggu/bulan) dalam satu periode

Sedangkan, Persediaan Pengaman (Safety Stocks) merupakan Persediaan tambahan yang


dimiliki untuk berjaga-jaga terhadap perubahan tingkat penjualan atau kelambatan produksi
atau pengiriman. Persediaan pengaman atau safety stock berfungsi untuk melindungi kesalahan
dalam memprediksi permintaan selama lead time. Besarnya ketidakpastian dalam pengiriman
ini secara umum dapat diketahui oleh perusahaan melalui pengalaman dan prediksi situasi yang
pernah dilami oleh perusahaan tersebut. Besarnya safety stock (SS) secara umum dapat
dirumuskan sebagai berikut:

SS=jumlah waktu ketidak pastian* kebutuhan inventory per satuan waktu kerja (hari, minggu,
bulan)

Atau SS=U*(D/n)

Dimana:

SS= safety stock

U= jumlah waktu ketidakpastian


D= jumlah kebutuhaninventory dalam satu periode

N= total jumlah waktu kerja (hari/minggu/bulan) dalam satu periode

Dengan demikian maka dapat ditentukan nilai reorder point adalah

ROP=Ld+SS

ROP= (L*(D/n))+(U*(D/n))

ROP= (L+U)*(D/n)

Dimana

ROP=adalah jumlah inventory Ketika perlu pemesanan ulang

L= lamanya lead time

U= dugaan waktu ketidakpastian dalam pemesanan

D= jumlah kebutuhaninventory dalam satu periode

N= total jumlah waktu kerja (hari/minggu/bulan) dalam satu periode

Contoh soal

Sebuah usaha berupa pabrik sepatu kulit membutuhkan pasokan kulit hewan sejumlah 7500
meter kulit per tahun, dimana harga kulit per meter adalah sekitar 120.000,00. Pabrik kulit ini
beroperasi selama 360 hari dalam setahun. Biaya yang perlu dikeluarkan dalam sekali
pemesanan adalah sejumlah 900.000,00 dengan jumlah kelipatan pemesanan yang diterima
adalah 100 meter. Dimana proses pengiriman pesanan adaalah selama 3 hari dengan
kemungkinan keterlambatan selama 1 hari. Biaya penyimpanan per tahun adalah 15% dari nilai
persediaan kulit rata-rata.

a. Berapa jumlah pemesanan paling ekonomis ( EOQ ) ?


b. Berapa kali pemesanan yang harus dilakukan dalam kurun waktu setahun ?
c. Berapa hari sekali perusahaan harus melakukan pemesanan ( 1 tahun = 360 hari ) ?
d. kapan perusahaan harus melakukan pemesanan kembali (Reorder Point)?
Jawab:

a. Menghitung EOQ

Diketahui:

D= Jumlah kebutuhan inventory per tahun= 7500 meter

O= Biaya pemesanan per pesanan = 900.000

C= Biaya penyimpanan per unit = 15%*(7500*120000)/7500 = 18000

Jika EOQ merupakan akar kuadrat dari 2D*O/c

Maka Eoq= akar kuadrat dari 2*7500*900000/18000

Sehingga EOQ = akar kuadrat dari 750000

EOQ= 866,03 atau jika pemesanan harus berkelipatan 100 meter

Maka EOQ adalah 900 meter.

b. Jumlah pemesanan per tahun

Diketahui:

Q= jumlah unit per pemesanan adalah 900 meter

D= jumlah total kebutuhan inventory per tahun adalah 7500 meter

Sehingga

Jumlah pemesanan adalah D/Q

Maka jumlah pemesanan adalah 7500/900

Jumlah pemesanan sebesar 8,33 kali atau 9 kali pemesanan

c.

Berapa hari sekali pemesanan dilakukan

Diketahui
Periode kerja = 360 hari

Jumlah pemesanan per tahun = 9 kali

Maka

Pemesanan dilakukan sekitar 360/9 = 40 hari sekali.

d. Menghitung reorder point

Diketahui

L= lead time = 3 hari

U= kemungkinan keterlambatan = 1 hari

D= total kebutuhan per tahun = 7500 meter

N= total waktu kerja dalam setahun = 360 hari

Sehingga = ROP=(L+U)*(D/n)

Reorder point adalah (3+1)*(7500/360)

ROP= 4*20,83

ROP= 83,33 = 84 meter

Jadi pemesanan ulang dilakukan pada saat persediaan sejumlah 84 meter.

Anda mungkin juga menyukai