Anda di halaman 1dari 28

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Persediaan

1. Pengertian Persediaan

Persediaan barang dagang adalah persediaan yang dibeli dengan tujuan

akan dijual kembali. Sedangkan perusahaan retail, persediaan terdiri dari

barang jadi yang siap dijual. Persediaan merupakan bagian utama dari

modal kerja yang setiap saat mengalami perubahan.

Setiap perusahaan dagang ataupun perusahaan industri selalu

mengadakan persediaan barang. Persediaan barang seringkali merupakan

bagian yang sangat besar dari keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki

perusahaan. Walaupun demikian, jumlah dan presentasenya berbeda –

beda antara perusahaan yang satu dengan lainnya.

Berikut ini pendapat beberapa ahli mengenai persediaan :

Menurut Munandar dan Dearlina (2005:50), menerangkan bahwa :

“Persediaan adalah sebagai barang – barang ( bahan – bahan ) yang

menjadi objek usaha pokok perusahaan”.

Kieso,Weygandt (2012 : 408) berpendapat bahwa

Inventories are asset items that a company holds for sale in the ordinary
courseof business, or goods that it will or consume in the production of
good to be sold. The description and measurement of inventory reguire
careful attention. The investment in inventories is frequently the largest
current asset of merchandising (retail) and manufacture businesses.

8
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntasi Keuangan (

SAK,2008:14 )

Persediaan adalah aktiva :

a. Tersedia untuk dijual salam kegiatan usaha normal;


b. Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau
c. Dalam bentuk bahan atau perlengkapan ( supplies ) untuk digunakan
dalam proses produksi atau pemberian jasa.

Adapun menurut Stice skousen (2004:654) “Persediaan ( atau

persediaan dagang ) secara umum ditujukan untuk barang – barang yang

memiliki perusahaan dagang, baik berupa usaha grosir maupun ritel, ketika

barang tersebutntelah dibeli dan ada kondisi siap untuk dijual. Kata bahan

baku (raw material), barang dalam proses (work in process), dan barang jadi

(finish goods) untuk dijual ditujukan untuk persediaan di perusahaan.

Menurut Warren, et al (2007:440) “persediaan digunakan untuk

mengindikasikan :

1. Barang dagang yang di simpan untuk kemudian dijual dalam operasi

bisnis perusahaan, dan

2. Bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan

untuk tujuan itu.

Menurut Rangkuti ( 2004:1) persediaan adalah suatu aktiva yang

meliputi barang – barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual

dalam suatu periode usaha tertentu. Atau persediaan barang – barang yang

masih dalam pengerjaan atau proses produksi, ataupun persediaan bahan baku

yang menunggu penggunaanya dalam suatu proses produksi.

9
Dari pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dengan

persediaan barang adalah sejumlah barang baik dalam bentuk bahan atau

perlengkapan yang merupakan pos harta lancar pada suatu saat tertentu

dengan maksud dijual kembali dalam siklus operasi perusahaan.

1.1 Jenis – Jenis Persediaan Barang

Penggolongan persediaan barang bagi masing – masing persediaan

sangat dipengaruhu oleh sifat dan jenis usaha yang bersangkutan. Bagi

perusahaan dagang yang kegiatannya membeli dan menjual kembali barang –

barang, persediaan yang dimiliki diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Persediaan barang berupa barang – barang yang dimiliki dengan tujuan

untuk dijual kembali masa mendatang.

2. Lain – lain persediaan, biasa berupa barang yang akan dipakai dalam

jangka waktu relative pendek. Misalnya : perlengkapan kantor dan alat

– alat pembungkus.

Menurut Rangkuti (2004:3) tipe persediaan terdiri atas :

a. Persediaan alat – alat kantor (surpplies)

Persediaan yang diperlukan dalam menjalankan fungsi organisasi dan

tidak menjadi bagian dari produk akhir. Tipe persediaan alat – alat

kantor diantaranya adalah : kertas, pesil, tinta, disket, dan lain – lain.

b. Persediaan Bahan baku ( raw material )

Item yang dibeli dari para supplier untuk digunakan sebagai input

dalam proses produksi. Bahan baku ini akan mengalami transformasi

10
atau diskonversi menjadi barang akhir. Tipe dari bahan baku

diantaranya : kayu, papan, pernis (pelitur) dalam industry mebel.

c. Persediaan barang dalam proses

Bagian dari produk akhir tetapi masih dalam proses pengerjaan, karena

menunggu item yang lain untuk di proses.

d. Persediaan barang jadi

Persediaan produk akhir yang siap dijual, didistribusikan atau

disimpan.

Persediaan menurut fungsinya Richard J. Tersine

(p7-8)

1. Working Stock (Cycle atau Lot Size Stock )

adalah persediaan yang diperlukan dan di simpan sebelum di perlukan

agar pemesanan dapa dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang diinginkan

Ukuran lot ini bertujuan untuk meminimasikan biaya pemesanan dan

penyimpanan, dan mendapatkan potongan harga. Secara umum, jumlah rata-

rata persediaan di “tangan” yang dihasilkan dari ukuran lot membentuk stok

aktif suatu organisasi.

2. Safety Stock ( Buffer atau fluctuation Stock)

adalah persediaan yang disimpan untuk mengantisipasi kemungkinan

supplydandemand yang tidak pasti. Dalam siklus pemenuhan kembali, stok

ini berfungsi sebagai tameng terhadap kekurangan stok.

3. Anticipation Stock (Seasonal atau stabilization stock)

11
adalah persediaan yang digunakan untuk menghadapi permintaan musiman

yang memuncak, keperluan sampingan (promosi, pemogokan buruh,

penutupan karena libur). Stok ini disediakan atau diproduksi sebelum di

perlukan dan berkurang selama permintaan puncak, dengan harapan agar

tingkat produksi rata-rata tetap tercapai dan jumlah tenaga kerja tetap stabil.

Dalam perusahaan industri, aktivitas perusahaan meliputi kegiatan

proses produksi yang mengubah bahan baku atau mentah menjadi barang

jadi, dimana proses produksi merupakan kegiatan yang menambah nilai guna

suatu barang. Sehingga seluru barang yang dimiliki perusahaan pada saat

tertentu dengan tujuan dijual atau dikonsumsi.

Bahan baku adalah barang yang digunakan dalam aktivitas proses

produksi, yang merupakan bagian terbesar yang terkandung didalam produk

yang dihasilkan.

Barang dalam proses adalah barang – barang yang ada pada akhir

tahun buku belum selesai dikerjakan dan masih memerlukan pengerjaan lebih

lanjut. Persediaan barang jadi merupakan hasil produksi yang sudah selesai

dan siap dipasarkan.

Karena penelitian dilakukan pada perusahaan retail, maka jenis

persediaan yang diteliti adalah persediaan barang yang sudah ada , dalam hal

ini dikhususkan pada jenis persediaan barang jadi. Data yang diambil

persediaan barang berdasarkan dari unit perusahaan retail yang listing di BEI.

12
1.3 Metode Pencatatan Persediaan.

Setiap perusahaan sangat memerlukan pencatatan persediaan dengan

adanya metode pencatatan persediaan dapat diketahui beberapa besar

persediaan yang sebenarnya, baik dalam jumlah maupun dalam nilai uang.

Selain itu metode pencatatan merupakan alat untuk perusahaan melakukan

accounting control.

Soemarsono (2005:405) menyatakan:

Dalam membantu penyajian persediaan agar menjadi lebih teliti dan


relevan maka dikembangkan beberapa metode pencatatan persediaan
dalam membantu manajemen dalam mengelola perusahaan yaitu dua
metode pencatatan persediaan yaitu terdiri dari metode pencatatan
periodik (periodic method) dan metode pencatatan permanen
(perpectual method).

Adapun penjelasan dari metode pencatatan persediaan diatas adalah

sebagai berikut:

1. Metode pencatatan periodik (periodic method)

Selama ini, metode pencatatan untuk perusahaan dagang dapat

diartikan sebagai berikut :

a. Disediakan untuk akun yang disebut persediaan barang

dagangan dalam buku besar perusahaan. akun ini dugunakan

untuk menctat persediaan barang dagangan yang ada diawal

dan di akhir periode. Persediaan yang ada di awal da diakhir

periode itu sendiri ditentukan dengan jalan melakukan

perhitungan fisik terhadapnya. Pencatatan untuk persediaan

awal dan akhir dilakukan dengan membuat jurnal penyesuaian.

13
Akun lawan untuk penyesuaian persediaan adalah iktisar laba

rugi.

b. Disediakan satu set akun yang digunakan untuk mencatat

transaksi pembelian barang dagangan misalnya, transport

pembelian, potongan pembelian, retur pembelian dab

pengurangan harga. Saldo dari set akun – akun ini bila

digabungkan akan merupakan pembelian bersih.

c. Harga pokok penjualan selama periode tertentu dihitung

dengan menggunakan cara sebagai berikut:

Persediaan barang dagangan pada awal periode + pembelian

bersih selama periode = persediaan tersedia untuk di jual –

persediaan barang dagangan pada akhir periode = harga pokok

penjualan.

2. Metode pencatatan permanen (perpectual method)

Dalam metode pencatatan permanen (perpectual method) tidak

disediakan akaun pembelian dan akunyang berhubungan

dengannya. Pembelian barang dagangan langsung dicatat kea kun

persediaan. Harga pokok penjualan tidak dihitung secara periodic,

tetapi dihitung dan dicatat setiap kali terjadi transaksi untuk itu,

dibuat satu akun tersendiri yaitu harga pokok penjualan. Akun

persediaan barang dagangan dalam sistem saldo permanen

digunakan untuk mencatat persediaan yang ada di awal periode,

permbelian yang dilakukan selama periode, penjualan yang

14
dilakukan selama periode dan persediaan yang ada di akhir

periode.

1.4 Metode Penilaian Persediaan

Untuk menentukan nilai persediaan yang masih ada untuk

dicantumkan didalam neraca sebagai aktiva dan untuk melaporkan persediaan

yang terjual selama periode tersebut dalam laporan laba rugi sebagai harga

pokok penjualan diperlukan suatu metode penilaian persediaan. Guna

menunjukan nilai persediaan yang lebih tepat sehingga perusahaan dapat

menetapkan laba atau rugi yang mencerminkan keadaan yang wajar.

Menurut baridwan (2004:158) untuk dapat menghitung harga pokok

penjualan dan harga pokok persediaan akhir dapat digunakan dengan cara ,

yaitu :

a. Identifikasi Khusus.

Metode identifikasi khusus ini gigunakan dengan cara memisahkan tiap –

tiap persediaan seuai dengan jenis barang berdasarkan harga pokoknya

dan untuk masing – masing kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri

sehingga harga pokoknya bisa diketahui. Metode ini cocok pada

perusahaan uang menggunakan prosedur pencatatan fisik maupun buku

yang persediaannya identik tapi dapat dibedakan dan berharga tinggi.

Harga pokok penjualan pada metode ini dapat diketahui dari harga poko

barang – barang yang dijual dan sisanya merupakan persediaan.

b. Masuk Pertama Keluar Pertama ( FIFO = First In First Out)

15
Metode FIFO menyatakan bahwa barang pertama yang dibeli adalah

barang pertama yang digunakan pada perusahaan manufaktur atau dijual

pada perusahaan dagang. Harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai

dengan urutan terjadinya, apabila ada penjualan atau pemakaian barang –

barang maka harga pokok yang dibebankan adalah harga poko yang

terdahulu disusul yang masuk berikutnya. Metode ini cenderung

menghasilkan persediaan yang nilainya tinggi dan berdampak pada nilai

asset perusahaan yang dibeli.

c. Masuk Terakhir Keluar Pertama ( LIFO = Last in First Out)

Pada metode LIFO barang –barang yang dikeluarkan dari gudang akan

dibebankan dengan harga pokok pembelian yang terakhir disusul dengan

masuk sebelumnya. Persediaan akhir dinilai berdasarkan nilai perolehan

persediaan yang pertama dibeli dan berikutnya. Metode ini cenderung

menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah.

d. Rata –rata Tertimbang (Average Method)

Dengan menggunakan metode ini barang – barang yang dipakai untuk

produksi atau dijual akan dibebani harga pokok rata – rata. Perhitungan

harga pokok rata – rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga

perolehan dengan kuantitasnya.

e. Nilai terendah antara harga pokok atau harga pasar.

Jika biaya penggantian suatu persediaan lebih rendah daripada biaya

pembeliannya maka metode nilai terendah antara harga pokok atau harga

pasar (lower of cost market method – LCM) digunakan untuk menilai

16
persediaan. Harga pasar, yang digunakan dalam LCM adalah biaya untuk

mengganti barang pada tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan

pada jumlah yang biasanya dibeli

f. Penilaian Pada Nilai Realisasi Bersih

Barang dagang yang telah usang, rusak, cacat atau yang hanya bisa dijual

dengan harga dibawah harga pokok harus diturunkan nilaianya. Barang

dagang semacam itu harus dinilai dengan nilai realisasai bersih. Warren,

Reeve, Fess (2005:457) mengatakan bahwa, ” nilai realisasi bersih (net

realizeble) adaah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung,

seperti komisi penjualan”.

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:14.5) menjelaskan bahwa

”persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih,

yang lebih

rendah (the lower of cost and net reliazible value)”. Nilai persediaan

bersih yang telah ditentukan harus ditinjau kembali pada setiap periode

berikutnya.

g. Metode Eceran

Untuk penentuan harga pokok persediaan Warren, Reeve, Fess

(2005:459) mengatakan, “metode persediaan eceran (retail inventory

method) megestimasikan biaya persediaan berdasarkan hubungan antara

harga pokok barang dagang yang sama. Untuk menggunakan metode ini

harga eceran dari semua barang dagang harus ditetapkan dan

dijumlahkan. Berikutnya, persediaan eceran ditentukan dengan

17
mengurangi penjualan selama periode berjalan dari harga eceran barang

yang tersedia untuk dijual selama periode bersangkutan.

h. Persediaan Berdasarkan Metode Laba Kotor

Soemarso (2002:394) menyatakan bahwa, ”metode laba bruto atau

metode laba kotor (gross profit method): metode penetapan harga pokok

persediaan secara taksiran yang didasarkan atas hubungan, yang terdapat

dalam periode yang lalu, antara laba bruto dengan harga jual”. Metode

laba kotor menggunakan estimasi laba kotor yang direalisasi selama

periode dimaksud untuk mengestmasi persediaan pada akhir periode.

Laba kotor biasanya diestimsikan dari tahun.

1.5 Perputaran Persediaan

Pengelolaan persediaan barang sangat penting untuk menjaga agar

persediaan barang yang ada tidak terlalu banyak tetapi tidak juga terlalu

sedikit. Terlalu banyak persediaan barang akan memerlukan biaya – biaya

penyelenggaraan, risiko investasi yang sangat tinggi. Karena terlalu

banyaknya uang yang tertanam dalam persediaan barang dapat merugikan

perusahaan karena tidak menghasilkan laba. Sebalikanya tingkat persediaan

barang yang kurang akan berpengaruh juga dan akan menimbulkan

kehilangan transaksi penjualan.

Di samping mempertahankan jumlah persediaan barang yang cukup,

perusahaan harus mengusahakan agar persediaan barang dapat cepat

terjual.Makin cepat persediaan barang terjual makin baik bagi perusahaan.

Perusahaan harus menjaga jagka waktu suatu barang dalam persediaan dapat

18
sesingkat mungkin. Hal ini bisa diketahui dengan menghitung tingkat

perputaran persediaan barang.

Pengertian tingkat perputaran persediaan barang menurut beberapa

ahli sebagai berikut :

Pendapat Munawir (2004:77):

Turn over persediaan adalah merupakan rasio antara jumlah harga


pokok barang yang dijual dengan nilai rata – rata yang dimiliki oleh
perusahaan. Turn over ini menunjukan berapa kali jumlah persediaan
barang dagangan diganti dalam satu tahun (dijual dan diganti).

Pendapat Garrison (2012 :666) “The inventory turn over measures


how many times a company’s inventory has been sold during the year.
It is computed by dividing the cost of goods sold by the average
inventory on hand”.

Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat perputaran

persediaan barang adalah lamanya waktu rata – rata barang tertahan dalam

perusahaan sebelum penjualan atau beberapa kali persediaan tersebut diganti

dalam arti dibeli atau dijual kembali atau jumlah hari rata –rata barang

disimpan di gudang dalam satu periode sebelum barang yang bersangkutan

dijual.

1.4 Rasio Perputaran Persediaan Barang

Tehnik pengendalian akuntansi dapat digunakan secara khusus untuk

mengendalikan jumlah persediaan barang adalah menggunakan rasio

perputaran persediaan barang.

Tingkat perputaran persediaan yang rendah dapat menunjukan adanya

investasi yang terlalu besar dalam persediaan barang. Sebaliknya

19
tingkatperputaran barang yang tinggi menunjukkan makin pendek waktu

terikatnya modal dalam persediaan barang pada suatu periode tertentu.

Dalam perusahaan industri terdapat tiga jenis persediaan yaitu

persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses, dan persediaan

barang jadi, maka terdapat pula tiga rumus untuk menghitung tingkat

perputarannya. Menurut Suad Husnan (2005:220) bahwa

1. Perputaran Persediaan Bahan Mentah = biaya bahan mentah


Rata – rata persediaan bahan mentah

2. Perputaran Persediaan Barang Dalam Proses : biaya produksi


Rata – rata persediaan barang dalam proses

3. Perputaran Persediaan Barang Jadi : harga pokok penjualan


Rata – rata persediaan barang jadi

Ketiga rumus di atas menunjukkan bagaimana cara menghitung

tingkat perputaran persediaan yang ada di perusahaan industri yang

kegiatannya memproduksi suatu barang. Untuk menghitung perputaran

persediaan bahan mentah dapat ditentukan dengan membagi jumlah bahan

mentah yang bersangkutan. Sedangkan untuk menghitung tingkat perputaran

persediaan barang dalam proses dapat dihitung dengan cara membagi total

biaya produksi selama satu tahun (periode) dengan rata – rata persediaan

barang jadi adalah dengan cara membagi harga pokok penjualan dengan rata

– rata persediaan barang jadi.

20
Karena penelitian ini khusus pada perputaran persediaan barang jadi

maka rumus perputaran persediaan yang digunakan adalah rumus perputaran

persediaan barang jadi.

Dilihat dari segi biaya, apabila perputaran persediaan semakin lama, maka

persediaan menumpuk, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan

semakin tinggi, hal ini akan semakin memperkecil laba.

B. Piutang Dagang

1. Pengertian Piutang

Transaksi paling umum yang menciptakan piutang adalah penjualan barang

dagang atau jasa secara kredit. Dalam arti luas piutang digunakan untuk semua

hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Bila kegiatan operasional

perusahaan pada umumnya bergerak di bidang penjualan barang atau jasa

secara kredit maka piutang - piutang yang timbul merupakan unsur paling

penting dari aktiva lancar. Kieso, Weygandt, Warfield (2007: 386)

menjelaskan bahwa “ piutang usaha adalah janji lisan dari pembeli untuk

membayar barang atau jasa yang dijual.” Menurut Warren (2005: 404) bahwa

“piutang usaha adalah klaim atas penjualan secara kredit terhadap pihak lain.”

Sehingga dari definisi di atas dapat diketahui bahwa piutang adalah dana

perusahaan pada perorangan atau perusahaan lainnya sebagai konsekuensi

penjualan dalam bentuk kredit/pinjaman yang pada akhir periode dana

tersebut kemudian dapat dicairkan dalam bentuk kas (uang).

21
2.2 Klasifikasi Piutang

Piutang diklasifikasikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai piutang

usaha dan wesel tagih, sebagai piutang dagang dan piutang non dagang,

sebagai piutang lancar dan non lancar. Piutang usaha ( account receivable)

diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti

30 atau 60 hari. Piutang usaha dimasukkan di neraca sebagai aktiva lancar.

Wesel tagih (notes receivable) adalah jumlah terutang bagi pelanggan

di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Dalam perjanjian

piutang wesel, debitur berjanji secara tertulis untuk membayar kepada kreditur

sejumlah dana tertentu di masa yang akan datang pada tanggal jatuh

temponya. Dokumen tertulis disebut surat promes ini berfungsi sebagai bukti

piutang.

Wesel biasanya digunakan untuk untuk periode kredit lebih dari enam

puluh hari. Sebagai contoh, sebuah dealer mobil atau perabotan rumah tangga

biasanya meminta uang muka pada saat penjualan dan menerima wesel untuk

sisanya. Terkadang wesel tagih juga mengharuskan debitur untuk memberikan

suatu jaminan tertentu terhadap hutang yang dimilikinya. Apabila dikemudian

hari, debitur tersebut tidak dapat membayar hutangnya, maka debitur berhak

untuk mengklaim harta debitur yang dijadikan jaminan tersebut. Wesel tagih

yang akan jatuh tempo dalam waktu satu atau kurang dari satu tahun

dikategorikan sebagai aktiva lancar, sedangkan wesel tagih yang waktu jatuh

temponya lebih dari satu tahun dikategorikan sebagai piutang jangka panjang.

22
Beberapa wesel tagih biasanya dibayarkan secara cicilan. Dalam hal ini,

bagian yang akan jatuh tempo dalam satu tahun akan dikategorikan sebagai

harta lancar, sedangkan sisanya masih akan dikategorikan sebagai piutang

jangka panjang.

Piutang lain –lain (other receivable) yaitu tagihan yang timbul dari transaksi

lain bukan dari transaksi dagang atau usaha. Piutang lain – lain meliputi

piutang – piutang seperti piutang bunga dan pinjaman yang diberikan kepada

para karyawan dan anak perusahaan, piutang deviden, klaim pada perusahaan

asuransi dan lain -lain. Piutang lain - lain biasanya disajikan secara terpisah

dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun,

maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika

penagihannya lebih dari satu tahun, maka piutang ini diklasifikasikan sebagai

aktiva tidak lancar dan dilaporkan dibawah judul investasi. Dalam neraca,

pelaporan wesel tagih yang bersifat jangka panjang dan piutang lain – lain

biasanya diletakkan diantara bagian aktiva lancar dengan aktiva tetap.

a. Piutang Tak Tertagih

Penjualan secara kredit akan menimbulkan keuntungan sekaligus kerugian.

Penerimaan dan keuntungan akan meningkat, tetapi kerugian yang dialami

perusahaan akan meningkat pula karena meningkatnya jumlah piutang yang tidak

tertagih. Kerugian ini biasanya kita sebut beban piutang tak tertagih. Besar dari

beban piutang tak tertagih bervariasi antar perusahaan.

Untuk perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit, beban piutang

23
tak tertagih merupakan beban yang memang timbul karena kegiatan bisnis

perusahaan. Sebagai beban usaha, tentunya beban piutang tak tertagih harus

diketahui jumlahnya. Untuk itu, dalam pengukuran jumlah piutang tak tertagih

dikenal dua metode yakni metode penyisihan dan metode penghapusan langsung.

Dalam metode penyisihan (allowance method), pencatatan kerugian tidak

menunggu sampai langganan benar – benar tidak mampu membayar, melainkan

memperkirakan jumlah piutang yang kemungkinan tidak akan dapat dibayar oleh

pelanggan. Untuk mendapatkan gambaran posisi keuangan perusahaan seakurat

mungkin, maka perusahaan yang banyak melakukan penjualan kredit akan

mempergunakan metode penyisihan untuk mengukur jumlah piutang tak tertagih.

Tanpa harus menebak mana langganan yang tidak akan membayar, metode ini

menggunakan pengalaman masa lampau untuk memperkirakan berapa jumlah

beban piutang tak tertagih untuk periode ini. Perusahaan akan mendebit beban

piutang tak tertagih sejumlah yang diperkirakan, yang nantinya akan disajikan

sebagai pengurang dari akun piutang usaha di dalam neraca.

Dalam metode penghapusan langsung (direct write off method), piutang

usaha yang tak tertagih baru diakui sebagai beban apabila bagian kredit

menyatakan bahwa piutang tertsebut tidak dapat ditagih. Bila hal itu terjadi, maka

bagian akuntansi akan mendebit beban piutang tak tertagih dan piutang dagang

dari langganan yang dianggap tidak dapat membayar hutangnya.

24
b. Pengakuan Piutang Usaha

Piutang usaha didukung oleh faktur penjualan atau dokumen lainnya selain

jaminan tertulis formal, dan di dalamnya dimuat jumlah yang diharapk an dapat

tertagih pada tahun setelah tanggal neraca atau dalam siklus operasi perusahaan.

Setiap piutang usaha dari pelanggan dengan saldo kredit (dari pembayaran di

muka atau kelebihan pembayaran) direklasifikasi dan dilaporkan sebagai

kewajiban. Piutang usaha hanya diakui ketika kriteria atas pengakuan telah

dipenuhi. Piutang usaha dinilai pada harga pertukaran awal antara perusahaan

dengan pihak ketiga, dikurangi penyesuaian untuk diskon tunai, retur penjualan,

serta penyisihan dan piutang tak tertagih yang menghasilkan nilai realisasi bersih,

yaitu jumlah kas yang diharapkan akan tertagih.

2.3 Perputaran Piutang

Untuk mengetahui nilai dari perputaran piutang tergantung dari syarat

pembayaran piutang tersebut. Makin lama syarat pembayaran yang ditetapkan

berarti makin lama modal terika dalam piutang.

Menurut Munawir (2004:75) mengatakan bahwa : “ Posisi piutang dan

taksiran waktu pengumpulannya dapat dinilai dengan mengitung turn over

receivable yaitu, dengan membagi total penjualan kredit neto dengan piutang rata

– rata”.

Menurut Warren (2005:407) perputaran piutang adalah “usaha ( account

receivable turn over ) untuk mengukur sebberapa sering piutang usaha berubah

menjadi kas dalam setahun”.

25
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang itu ditentukan dua

faktor utama, yaitu penjualan kredit dan rata – rata piutang. Untuk mengetahui

rata – rata piutang dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan piutang awal

periode dengan piutang akhir periode dibagi dua. Adakalanya angka penjualan

kredit untuk suatu periode tertentu tidak dapat diperoleh sehingga yang digunakan

sebagai penjualan kredit adalah angka total penjualan.

Menurut Syamsudin (2004:49) dapat dihitung dengan sebagai berikut :

Rata – rata piutang diperoleh dengan cara sebagai berikut :

Alternatif lain adalah rumus yang lebih singkat sebagai berikut :

Tingkat perputaran piutang dapat digunakan sebagai gambaran keefektifan

pengelolaan piutang, karena semakin tinggi tingkat perputaran piutang suatu

perusahaan berarti semakin tinggi tingkat perputaran piutang suatu perusahaan

berarti semakin baik pengelolahan piutangnya. Tingkat perputaran piutang dapat

dipertinggi dengan jalan memperketat kebijaksanaan penjualan kredit misalnya

dengan jalan memperpendek term off payment nya

26
C. Hutang Dagang

1. Pengertian Hutang

Dalam kerangka konseptual hutang adalah kemungkinan pengorbanan

masa depan atas manfaat ekonomi yang muncul dari kewajiban saat ini entitas

tertentu untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya di

masa depan senagai hasil dari transaksi atau kejadian masa lalu.

Kewajiban/hutang melibatkan pengeluaran aktiva atau jasa di masa depan,

maka salah satu karakteristik yang paling penting adalah tanggal di mana

kewajiban itu harus dibayarkan. Hutang yang jatuh tempo saat ini harus

diselesaikan secara tepat waktu dan dalam kegiatan bisnis yang biasa jika operasi

akan dilanjutkan .

2. Klasifikasi Hutang

a. Hutang Lancar.

Kewajiban yang likuidasinya diperkirakan secara layak memerlukan

penggunaan sumber daya yang ada yang diklasifikasikan sebagai aktiva

lancar, atau penciptaan kewajiban lancar lain.

Terdiri dari beberapa instrument yaitu : hutang usaha, wesel bayar, kewajiban

jangka pendek yang diharapkannakan didanai kembali, jatuh tempo berjalan

hutang jangka panjang, dan hutang dividen.

b. Hutang Jangka Panjang.

Pengorbanan manfaat ekonomi yang sangat mungkin di masa depan akibat

kewajiban sekarang yang tidak dibayarkan dalam satu tahunatu satu siklus

operasi perusahaan, berdasarkan mana yang lebih lama. Pada umumnya

27
hutang jangka penjang memiliki berbagai ketentuan atau pembatasan untuk

melindungi baik peminjam maupun pemberi pinjaman. Contoh : hutang

obligasi, wesel bayar jangka panjang

Menurut Kieso,weygandt (2012 :667)

Accounts payable, or trade accounts payable, are balances owed to others


for goods, supplies, ore services purchased on open accounts payable
arise because of the time lag between the receipt of services or the
acquisition of title to assets and the payment for them.

Periode perlunasan kredit ini biasanya ditemukan dalam persyaratan

penjualan ( misalnya, 2/10, n/30, atau 1/10, E.O.M) dan biasanya adalah 30

hingga 60 hari. Kebanyakan perusahaan mencatat kewajiban atas

pembelianbarang ketika barang tersebut diterima. Jika hak telah beralih ke

pembeli sebelum barang diterima maka transaksi itu harus dicatat pada saat hak

beralih ke pembeli.

Hutang dagang atau account payable adalah jumlah uang yang masih harus

dibayarkan kepada pemasok, karena perusahaan melakukan pembelian barang

atau jasa. Salah satu contoh hutang dagang adalah pembelian barang dagang

secara kredit.

Selain persediaan barang dagang , sangat diperlukan juga manajemen

hutang dagang, yang merupakan sumber berharga bagi aktivitas operasional

perusahaan.

Menurut Weston Bringham (2006:107) yang diterjemahkan oleh Sirait, “

perusahaan umumnya membeli dari perusahaan lain secara kredit, dan hutang

yang timbul atas pembelian tersebut dicatat sebagai utang usaha. Utang usaha

adalah bagian terbesar dari hutang jangka pendek, yang ± 40% dari total

28
kewajiban perusahaan yang berbentuk nonlembaga keuangan. Utang usaha

merupakan sumber pembiayaan yang bersifat spontan, dalam arti bahwa hutang

timbul dari transaksi usaha sehari – hari’.

Menurut Keown, Scott ect. Al (2000:651) “utang dagang merupakan

utang yang timbul karena kegiatan biasa bisnis saat perusahaan membeli dari

penyedianya yang mengizinkan perusahaan membayar setelah pengantaran barang

atau jasa.

Hutang dagang menjadi salah satu sumber pendanaan jangka pendek yang

paling likuid bagi perusahaan. Hutang dagang merupakan sumber utama

pendanaan spontan atau berdasarkan permintaan, utang dagang naik secara

spontan dengan pembelian perusahaan. Untuk mengatur kredit perusahaan tinggal

menempatkan permintaan pada penyedianya.

Sebagai sumber pendanaan jangka pendek, hutang dagang memiliki

beberapa keuntungan.

1) Hutang dagang dengan mudah didapatkan sebagai bagian normal operasi

perusahaan.

2) Tidak ada perjanjian formal dibutuhkan dalam memperpanjang kredit.

Terlebih lagi, jumlah kredit yang diperpanjang membesar dan memenuhi

kebutuhan perusahaan”.

3. Perputaran Hutang Dagang

Untuk mengetahui tingkat perputaran utang dagang dapat diukur dengan

account payable turnover ratio sebagai berikut, menurut Fraser dan Ormiston

(2007:203)

29
“accounts Payable Turnover = cost of goods sold
Average Accounts Payable

Untuk menentukan hari rata – rata pembayaran utang dagang yang didapat

dari 365 hari dibagi perputaran utang dagang, maka dapat ditentukan dengan

formula sebagai berikut.

Days payable Outstanding = 365


Account payable turnover

Atau

Days Payable Outstanding = Accounts Payable


Average Daily Cost of Sales

Dengan perputaran utang dagang yang rendah sangat baik bagi

perusahaan, karena investasi dalam utang dagang menjadi tinggi, dan sebaliknya.

Dan dengan perputaran hutang dagangyang rendah maka umur utang dagang akan

semakin panjang dan ini akan sangat membantu bagi perusahaan.

3.2 pengaruh perputaran hutang dagang terhadap Profitabilitas

Hutang dagang dapat menghasilkan tambahan permodalan. Apabila

pembayaran hutang dagang diperlama, maka modal yang dimiliki dapat

digunakan untuk melakukan investasi. Dengan adanya investasi maka

perusahaan dapat melakukan kegiatan produksi dengan lebih efektif. Adanya

efektifitas ini akan mempengaruhi perusahaan sehingga dapat meningkatkan

30
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Serta bagaimana seoarang

manajer keuangan membuat perencanaan modal lewat hutang ini.

D. Profitabilitas

1. Pengertian Profitabilitas

Menurut Gritman (2003:599) “ profitability is the relationship between

revenues and cost generated by using the firm’s asset both current and fixed asset

in productive activities”.

Mernurut Darsono,(2007:55) mengatakan bahwa pengertian dari

profitabilitas adalah kemampuan manajemen untuk memperoleh laba. Laba terdiri

dari laba kotor, laba operasi, dan laba bersih.

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas

dipengaruhi oleh banyak faktor. Rasio profitabilitas menurut Van Home dan

Wachowicz (2009:222) , meerupakan rasio penghubung laba dari penjualan, dan

investasi. Macam – macam rasio profitabilitas antara lain :

a. Profitabilitas dalam hubungannya dengan investasi, menggunakan dua

pengukuran yaitu ROI ( Return On Investment) dan (Return On Asset)

menurut Robert Ang (2007) ROA digunakan untuk mengukur efektifitas

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva

yang dimilikinya.

b. Profitabilitas kaitannya dengan penjualan antara lain net profit margin (NPM),

operating profit margin ( OPM), gross profit margin (GPM).

31
c. Rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan ekuitas, antara lain return on

equity (ROE), return on common stock equity, erning per share, dividend per

share, book value per share, price earning ratio, dan dividend yield

Penenlitian ini berhubungan dengan Return on asset , maka kami ambil

ROA sebagai tolak ukurnya.

Rumus Untuk ROA = Margin laba bersih x perputaran total aktiva

4.1 Pengaruh perputaran persediaan terhadap Profitabilitas

persediaan sering kali merupakan bagian aktiva lancar yang cukup besar.

Persediaan merupakan investasi yang dibuat untuk tujuan memperoleh

pengembalian melalui penjualan kepada pelanggan. Sebagian besar perusahaan

mempertahankan tingkat persediaan tertentu. Jika persediaan tidak cukup, volume

penjualan akan turun di bawah tingkat yang dapat dicapai, begitupun sebaliknya

persediaan terlalu bnyak akan menghadapkan pada biaya penyimpanan.

E. Penelitian Terdahulu

.
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Kania Siti (2006) dengan judul

Pengaruh Tingkat Perputaran Persediaan Barang Jadi Terhadap Tingkat

Rentabilitas pada PT. Pindad (Persero) Bandung. Berdasarkan persamaan

regresi Y=2,53+0,59X menunjukkan b=0,59 bertanda positif, maka

hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat perputaran persediaan barang

jadi berpengaruh positif terhadap tingkat rentabilitas telah terbukti.

32
2. Ruli Ardiansyah (2012) Pengaruh Perputaran Kas, Perputaran Persediaan

dan Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan

Pertambangan di Bursa Efek bahwa Cash turn over, inventory turn over

dan reveivable turn over berpengaruh tetapi tidak signifikan terhadap

Return on asset pada perusahaan tambang. Secara signifikan Receivable

turn over berpengaruh terhadap profitabilitas (ROA). Melalui uji koefisien

determinasi (R2) diketahui bahwa Cash Turnover, Inventory Turnover

dan Receivable Turn Over mampu mempengaruhi Return on Asset sebesar

16.8%. Sedangkan sisanya 83,2% dipengaruhi oleh variable lain

3. Sharleen Evania Hervan (2012) dengan judul pengaruh perputaran

persediaan dan perputaran piutang terhadap ROA perusahaan manufaktur

di Bursa Efek Indonesia. Melalui uji f diketahui bahwa menolak hipotesi

awal karena perputaran persediaan tidak mempengaruhi ROA, sedangkan

yang mendukung hipotesi awal adalah perputaran piutang dimana

menurut hasil penelitian mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.172

yang berarti mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan

ROA

F. Kerangka Pemikiran

Setiap aktivitas perusahaan yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu

lembaga selalu memerlukan dana. Perusahaan merupakan salah satu bentuk

lembaga yang bergerak dalam dunia usaha yang tidak dapat terlepas dari

33
kebutuhan dana, baik untuk membiayai kegiatan operasional sehari – hari maupun

untuk membiayai investasi jangka panjangnya. Dana yang digunakan untuk

melangsungkan kegiatan operasional sehari – hari disebut modal kerja.

Setiap perusahaan membutuhkan modal kerja untuk memenuhi kebutuhan

operasinya sehari – hari, dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan

diharapkan akan kembali lagi masuk ke perusahaan dalam waktu yang pendek

melalui hasil penjualan barang. Penjualan produk tersebut akan segera

dikeluarkan untuk membiayai operasi selanjutnya, pengelolahan modal kerja yang

baik tentu akan memperlancar aktivitas perusahaan.

Pengelolahan modal kerja bersih perusahaan harus direncanakan dengan

baik untuk memenuhi keutuhan keuangan dan kontinuitas perusahaan.

Perencanaan ini harus disesuiakan dengan kemampuan kegiatan perusahaan agar

tidak menimbulkan kerugian perusahaan baik itu berupa tingginya biaya modal

maupun terganggunya proses kegiatan usaha. Diperlukan suatu cara untuk

mengevaluiasinya. Maka penulis di dalam penelitian ini memilih untuk

menggunakan Rasio aktivitas, Rasio lancar, Rasio Profitabilitas, untuk mengukur

seberapa besar efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya dan

bagaimana pengaruhnya dalam pendapatan laba.

Besarnya perputaran modal kerja ditentukan dengan cara menghitung

perputaran unsur – unsur pembentuk modal kerja seperti peputaran persediaan,

perputaran piutang dagang, perputaran hutang dagang, kemampuan pembayaran

terhadap pengembalian dalam modal.

34
Perputaran persediaan

Perputaran Piutang Dagang


Profitabilitas

Perputaran hutang dagang

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis


Pengaruh perputaran persediaan, perputaran piutang dagang
Tingkat Profitabilitas Perusahaan

Sumber ( niken 2010), Ruli ( 2012) , winarno (1998)

Berdasarkan uraian landasan teori dan penelitian terdahulu maka dapat

dilihat besarnya masing – masing rasio keuangan dapat mempengaruhi

profitabilitas perusahaan.

perusahaan retail yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

35

Anda mungkin juga menyukai