Anda di halaman 1dari 28

DETEKSI FINANCIAL STATEMENT FRAUD DENGAN ANALISIS FRAUD

TRIANGLE
(Study Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)
Tahun 2012-2016)

DETEKSI FINANCIAL STATEMENT FRAUD DENGAN ANALISIS FRAUD


TRIANGLE
(Study On Companies Registered On The Indonesia Stock Exchange (IDX)
Period 2012-2016)

Octaviana Dian Ayuningrum, S.Ak


Prodi S1 Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammdiyah Gresik
Octaviana.d.ayuningrum@gmail.com

Abstrak

Laporan keuangan merupakan cerminan tentang kondisi suatu perusahaan dalam periode
tertentu. Laporan keuangan dikatakan baik jika laporan tersebut dapat memberikan informasi dan
penjelasan yang bersifat transparan mengenai hasil operasi atau aktifitas dengan berdasarkan aturan
yang telah ditentukan. Namun penyimpangan dalam akuntansi (accounting irregularities) masih
banyak dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai yang dimiliki
perusahaan tersebut dalam menarik investor agar tetap menginvestasikan dananya untuk kelangsungan
hidup perusahaan. Tindakan tersebut termasuk kecurangan dalam laporan keuangan yang disengaja.
Hal ini dapat merugikan pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji prediksi financial stability, personal financial need,
ineffective monitoring, external pressure terhadap financial statement fraud. . Populasi pada penelitian
ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2016. Pada penelitian ini
sample yang diperoleh sebanyak 53 perusahaan yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang diambil dari laporan keuangan perusahaan.
Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi logistik. Berdasarkan hasil analisis regresi logistik
dengan tingkat signifikansi 5% dan 10%, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Financial
Stability (ACHANGE) berprediksi terhadap financial statement fraud karena memiliki signifikansi
0,052 < 0,10, (2) Ineffective Monitoring berprediksi terhadap financial statement fraud karena memiliki
signifikansi 0,032 < 0,05, (3) Personal Financial Need tidak berprediksi terhadap financial statement
fraud karena memiliki signifikansi 0,503 > 0,10, (4) External Pressure berprediksi terhadap financial
statement fraud karena memiliki signifikansi 0,829 > 0,10.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan kontribusi perkembangan
ilmu fraud triangle. Serta memberikan informasi tambahan mengenai faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi suatu perusahaan melakukan kecurangan dalam laporan keuangan.
Kata kunci : Financial Statement Fraud , Financial Stability, Personal Financial Need,
Ineffective Monitoring, External Pressure.

Abstract

Financial statements are a reflection of the condition of a company in a certain period. Financial
statements are said to be good if the report can provide transparent information and explanations about
the results of operations or activities based on predetermined rules. However, there are still many
deviations in accounting (accounting irregularities) by companies to maintain and increase the value of
the company in attracting investors to keep investing their funds for the survival of the company. These
actions included fraud in intentional financial statements. This can be detrimental to users of financial
statements in making decisions.
This study aims to examine the predictions of financial stability, personal financial need,
ineffective monitoring, external pressure on financial statement fraud. . The population in this study are
companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2012-2016. In this study 53 samples were
selected based on the purposive sampling method.
The data used is secondary data taken from the company's financial statements. This study uses
a logistic regression analysis method. Based on the results of logistic regression analysis with a
significance level of 5% and 10%, the results show that: (1) Financial Stability (ACHANGE) predicts
financial statement fraud because it has a significance of 0.052 <0.10, (2) predictive financial
ineffective monitoring statement of fraud because it has a significance of 0.032 <0.05, (3) Personal
Financial Need does not predict financial statement fraud because it has a significance of 0.503> 0.10,
(4) External Pressure predicts the financial statement of fraud because it has significance 0.829> 0.10 .
The results of this study are expected to provide knowledge and contribution to the
development of the science of triangle fraud. And provide additional information about the factors that
can affect a company fraudulent in the financial statements.

Keywords : Financial Statement Fraud , Financial Stability, Personal Financial Need,


Ineffective Monitoring, External Pressure.
1. Pendahuluan
Perkembangan kondisi ekonomi saat ini yang dapat dikatakan begitu pesat menyebabkan
persaingan di berbagai perusahaan. Banyak perusahaan baik masih dalam skala perusahaan kecil
atau perusahaan besar selalu ingin menampilkan laporan keuangan yang baik. Upaya tersebut
dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan nilai yang dimiliki dalam perusahaan tersebut
untuk menarik investor agar tetap menginvestasikan dananya untuk kelangsungan hidup perusahan.
Namun tidak sedikit dari perusahaan tersebut memaksakan laporan keuangan yang nantinya mereka
sajikan terlihat wajar (Kusumawardhani, 2013).
Seiring perkembangan tersebut berbagai persoalan mulai muncul seperti adanya
ketidakberesan atau penyimpangan dalam akuntansi (accounting irregularities) yang dilakukan oleh
perusahaan. Meskipun telah menggunakan teknologi tinggi (computerized) namun sulit terdeteksi
jika terjadi kerjasama antara oknum karyawan dengan pihak-pihak lain. Seharusnya jika telah
menggunakan suatu sistem yang memadai, kecurangan tidak dapat di lakukan atau dapat dikatakan
resiko tindakan kecurangan tersebut lebih sedikit. Namun lain halnya ternyata masih banyak kasus
yang terjadi di Indonesia.
Dalam kasus pembobolan dana yang terjadi pada Bank Tabungan Negara (BTN yang
besarnya mencapai total Rp. 258 Miliar tersebut dibobol oleh oknum ynag diduga melibatkan
internal Bank Tabungan Negara (BTN). Dana tersebut milik lima nasabah, dimana emoat
diantaranya adalah sebuah badan institusi yakni PT. Surya Artha Nusantara (SAN) finance, PT.
Asuransi Jiwa Mega Indonesia, Asuransi Umum Mega, dan Global Index Investindo, serta satu
nasabah individu BTN. Dalam kasus tersebut ditemukan adanya keterlibatan dua kepala kantor
BTN Cabang Enggano, Jakarta Utara dan cabang Cikeas Bogor, Jawa Barat yang terkait kasus
penggelapan dalam jabatan, serta pencucian uang pada 21 November 2016 (Narendra, 2017).
Penyimpangan dalam akuntansi tidak hanya terjadi pada sektor perbankkan. Ditemukanya
beberapa kasus di Indonesia pada tahun 2015 pada PT. Timah (Persero), Perusahaan tambang
tersebut diduga telah memberikan laporan keuangan fiktif pada semester 1 tahun 2015. Tujuan
laporan keuangan fiktif tersebut untuk menutupi kinerja keuangan PT. Timah yang terus
mengkhawatirkan (Egenius Soda, 2016).
“Suatu pelanggaran yang terus menerus terjadi dan tidak adanya tindakan yang serius akan
mengakibatkan laporan keuangan tersebut dapat menyesatkan bagi pengguna laporan keuangan
nantinya. Selain itu dapat meningkatkan kasus skandal akuntansi yang menyebabkan pihak
berspekulasi bahwa manajemen telah melakukan kecurangan pada laporan keuangan” (Skousen et
al., 2009). Kecurangan tersebut tentu selalu akan dipicu oleh suatu keadaan atau kondisi yang
menyebabkan pelaku / oknum yang akhirnya berani melakukan tindakan tersebut . Kurangnya
pengawasan, adanya peluang, dan tekanan dari pihak external bisa saja dapat menjadi faktor yang
menyebabkan terjadinya kecurangan (fraud).
Kecurangan tersebut bisa saja dilakukan baik perseorangan maupun sekelompok orang yang
bekerja sama dalam organisasi tersebut untuk melakukan tindakan kecurangan. Hal ini
mengindikasikan adanya pengendalian internal yang lemah di dalam manajemen. Faktor
pengawasan atau ineffective monitoring yang lemah dapat dijadikan kesempatan bagi oknum-oknum
untuk melakukan kecurangan.

Selain itu apabila manajer mengalami tekanan baik dari internal maupun external
perusahaan,bisa saja tindakan kecurangan tersebut dilakukan ketika stabilitas keuangan atau
financial stability dan probabilitas yang terancam akibat keadaaan ekonomi,industri maupun situasi
operasi dengan cara memanipulasi pertumbuhan total aset. Oleh karena itu, untuk mencegah
terjadinya kecurangan dibutuhkan pihak lain yakni dewan komisaris independen. “Dewan komisaris
dipercaya dan bertanggung jawab mengawasi operasi bisnis setiap harinya termasuk kebijakan-
kebijakan yang dibuat manajemen” (Chen et al, 2006) .

Kebijakan manajemen yang dibuat dalam mengungkapkan kinerja keuangan perusahaan


dipengaruhi adanya sebagian saham yang dimiliki oleh orang dalam. Dengan adanya kepemilikan
seperti ini, pihak manajer akan mendapat tekanan untuk lebih hati-hati dalam menyajikan laporan
keuangan dan termotivasi untuk meningkatkan nilai perusahaan dalam rangka bekerja sesuai dengan
kepentingan prinsipal. Semakin tinggi persentase kepemilikan saham oleh orang dalam atau
personal financial need, maka kemungkinan terjadinya fraud semakin rendah (Chen et al, 2006).
Bagi investor hendaknya mempertimbangkan rasio arus kas bebas, karena hasil penelitian
menunjukan bahwa rasio arus kas bebas memiliki hubungan dengan kecurangan laporan keuangan.
Rasio arus kas bebas atau external pressure merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan
yang menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi sehingga,
semakin besar rasio arus kas bebas yang terjadi maka dimungkinkan semakin besar terjadinya
kecurangan financial yang lebih besar peluangnya (Norbarani, 2012). Walaupun dalam beberapa
kasus salah saji yang terjadi belum tentu terkait dengan masalah kecurangan, akan tetapi faktor
resiko yang berkaitan dengan kecurangan oleh manajemen terbukti ada.
Perilaku kecurangan dalam penyajian laporan keuangan penting menjadi perhatian khusus
agar tindakan ini dapat dideteksi dan dihapus. Sehingga laporan keuangan nantinya akan dapat
dipercaya oleh pihak pemegang kepentingan dan masyarakat. Selain itu, pihak auditor harus dapat
meningkatkan kualitas auditnya sehingga masyarakat dan pihak pemegang kepentingan nantinya
akan mendapatan informasi yang benar dan wajar tanpa adanya manipulasi. Penelitian ini meneliti
tentang prediksi variabel dari fraud triangle dengan terjadinya financial statement fraud. Analisis
fraud triangle akan digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel.
2. Landasan Teori
2.1 Teori Fraud Triangle
Teori Fraud triangle merupakan suatu gagasan yang meneliti tentang penyebab terjadinya
kecurangan. Gagasan ini pertama kali diciptakan oleh Cressey dinamakan fraud triangle atau
segitiga kecurangan. Fraud triangle menjelaskan tiga faktor yang hadir dalam setiap situasi fraud
yaitu Pressure (Tekanan), Opportunity (Peluang), dan Rationalization (Rasionalisasi).

Sumber : lucrumconsulting.net
Gambar : 2.1 Fraud Triangle

2.2 Financial Statement Fraud


Financial statement fraud menurut (American Institute Certified Public Accountant 1998) adalah
tindakan yang disengaja atau kelalaian yang berakibat pada salah saji material yang menyesatkan
laporan keuangan. Selain itu, menurut Australian Auditing Standards (AAS), financial statement
fraud merupakan suatu kelalaian maupun penyalahsajian yang disengaja dalam jumlah tertentu atau
pengungkapan dalam pelaporan keuangan untuk menipu para pengguna laporan keuangan
(Brennan, McGrath , 2007).

Kedua sumber di atas mendefinisikan financial statement fraud dengan sudut pandang yang
sama. Elliott and Willingham mendefinisikan financial statement fraud dari sudut pandang yang
berbeda. Menurutnya, financial statement fraud merupakan suatu management fraud yaitu,“The
deliberate fraud committed by management that injures investors and creditorsthrough materially
misleading”. Dengan demikian, istilah management fraud dan financial statement fraud sering
digunakan secara bergantian, namun secara umum fraud adalah tindakan yang disengaja untuk
merugikan pihak lain, dalam hal ini yang dimaksud adalah para investor dan pengguna laporan
lainnya.

Pelaporan keuangan yang mengandung unsur kecurangan dapat mengakibatkan turunnya


integritas informasi keuangan dan dapat mempengaruhi berbagai pihak. Selain investor dan
kreditor, auditor adalah salah satu korban financial statement fraud karena mereka mungkin
menderita kerugian keuangan dan/atau kehilangan reputasi (Rezaee, 2002). Oleh karenanya, auditor
harus memahami cara-cara yang ditempuh pihak tertentu dalam melakukan praktik financial
statement fraud. Menurut SAS No.99, financial statement fraud dapat dilakukan dengan:

1. Manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi, dokumen pendukung dari


laporan keuangan yang disusun.

2. Kekeliruan atau kelalaian yang disengaja dalam informasi yang signifikan terhadap
laporan keuangan.

3. Melakukan secara sengaja penyalahgunaan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan


jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau pengungkapan.

2.3 Penyimpangan akuntansi (accounting irregularities)


Penyimpangan akuntansi (accounting irregularities) diartikan sebagai kesalahan penggunaan
prinsip akuntansi yang berlaku secara umum atau perbuatan yang tidak sesuai hukum,
penyalahgunaan maupun penyelewengan. Accounting Irregularities lebih banyak terjadi pada
perusahaan yang sudah go public di banding perusahaan yang tidak listing di Bursa Efek Indonesia.
Banyak kemungkinan yang menyebabkan terjadinya accounting irregularities antara lain adanya
conflic interest dengan pihak manajemen, internal kontrol yang lemah, pemahaman yang kurang
terhadap peraturan serta monitoring yang lemah. Namun, timbulnya fraudulent financial statement
disebabkan karena adanya salah saji dalam laporan keuangan. Salah saji ini disebabkan dua hal
yaitu kesalahan (error) dan kecurangan (fraud). Makna kedua salah saji ini berbeda, Error
merupakan kekeliruan yang mengacu pada kesalahan akuntansi yang dilakukan secara tidak sengaja
yang diakibatkan oleh salah penghitungan matematis, pengukuran ataupun salah interprestasi
standar akuntansi. Sedangkan kecurangan (fraud) merupakan kekeliruan yang mengacu pada
kesalahan akuntansui yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu dengan tujuan untuk
memanipulasi data secara sengaja atau sadar (Priantara Diaz, 2013).

3. Metodelogi Penelitian
3.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Dimana menurut Sugiyono (2008;13) menjelaskan
bahwa metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu. Teknik
pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan
instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan.

3.2 Lokasi Penelitian


Peneliti membatasi penelitian ini hanya pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama
periode 2012 sampai dengan periode 2016.

3.3 Populasi dan Sampel


Dalam penulisan penelitian ini yang menjadi populasi adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2012 sampai dengan 2016. Sedangkan sampel pada penelitian ini
diambil dengan metode “purposive sampling”. Purposive sampling merupakan teknik penentuan
sampel yang di tentukan oleh peneliti dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2012 sampai
dengan 2016
2. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melaporkan keuangan
secara lengkap (Lap. L/R; LDT; LPK; LAK; CALK) dari tahun 2012 sampai
dengan tahun 2016.
3. Perusahaan yang terkena sanksi dan tidak terkena sanksi yang terdaftar pada Bursa
Efek Indonesia selama periode 2012 sampai dengan 2016.

3.4 Jenis dan Sumber Data


Jenis data dalam penelitian ini adalah data dokumenter, karena data berasal dari Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) dan laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan sumbernya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan
menggunakan laporan keuangan perusahaan.
Menurut Anwar Sanusi (2011) data sekunder adalah data yang sudah tersedia dan dikumpulkan
oleh pihak lain, peneliti tinggal memanfaatkan data tersebut menurut kebutuhannya. Dalam
penelitian ini data diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id.

4. Kerangka Pemikiran
Bagi pihak investor dan pengguna laporan lainnya, laporan keuangan perusahaan memiliki peranan
penting dalam memberikan informasi keuangan. Informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan sudah tidak relevan lagi untuk dijadikan acuan atau dasar untuk pengambilan suatu
keputusan. Hal ini disebabkan oleh adanya penyimpangan akuntansi (Accounting Irregularities )
sehingga sangat merugikan pengguna laporan keuangan.
Penelitian ini bertujuan agar lebih memahami konsep penelitian dari hubungan atau
pengaruh dari variabel independen terhadap variabel dependen. Penelitian ini
menggunakan empat variabel proksi independen yaitu financial stability, personal
financial need, inffective monitoring, dan external pressure. Hal tersebut dikarenakan
adanya penyesuaian dengan data laporan keuangan perusahaan yang tersedia, dalam hal ini
adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang sesuai dengan kriteria yang
telah di tentukan.

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan sebelumnya, kerangka konseptual


dalam penelitian ini sebagai berikut :

5. Hipotesis dan Pengukuran Variabel


5.1 Penyimpangan Akuntansi (Accounting Irregularities)
Penyimpangan akuntansi (Accounting Irregularities ) tidak didefinisikan secara formal dalam
akuntansi yang berlaku umum prinsip (GAAP). Penyimpangan adalah bagian dari rangkaian dari
tingkat ketidakpatuhan yang rendah dengan standar untuk pelaporan keuangan palsu (Smaili and
Labelle,2009). Di salah satu ujungnya, penyimpangan akuntansi (Accounting Irregularities) adalah
salah saji yang disebabkan oleh kesalahan yang tidak disengaja atau kesalahan yang menyebabkan
informasi material atau immaterial menyesatkan. Penyajian kembali keuangan biasanya merupakan
konsekuensi bagi perusahaan yang tercatat yang telah menyampaikan laporan tersebut.
Menurut UU perusahaan dengan penyimpangan akuntansi dapat dikategorikan menjadi 3,
yaitu : perusahaan mendapat teguran atau sanksi tertulis, perusahaan akan dikenakan denda atau
terkena sanksi denda dan kategori ketiga berupa tindakan hukum yang bersifat menyelidiki laporan
keuangan perusahaan tersebut. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa sanksi yang
berupa tindakan penegakan hukum dilakukan terhadap perusahaan yang diduga melakukan salah
saji terhadap laporan tahunannya. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bertanggung jawab untuk
penegakan hukum yang berguna untuk melindungi investor berdasarkan UU 8/1995 di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Menurut UU ini, OJK diberi wewenang untuk menjatuhkan sanksi sesuai dengan
tingkat keseriusannya.
Penelitian ini menggunakan model analisis regresi logistik untuk menguji prediksi antara
financial stability (ACHANGE), personal financial need (OSHIP), ineffective monitoring
(BDOUT),dan external pressure (FREEC) dengan tingkat sanksi penyimpangan akuntansi
(accounting irregularities). Variabel penyimpangan akuntansi (accounting irregularities) sendiri
dalam penelitian ini di ukur dengan menggunakan dummy variabel. Dimana data suspensi diambil
melalui situs www.idx.co.id, dengan memberikan nilai 0 sebagai pencocokan sampel dan 1 untuk
perusahaan yang diberikan sanksi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) .

5.2 Prediksi Financial Stability Terhadap Financial Statement Fraud , x1


SAS No. 99, menyatakan bahwa manajer menghadapi tekanan untuk melakukan kecurangan
laporan keuangan ketika stabilitas keuangan (Financial stability) dan profitabilitas yang terancam
oleh keadaaan ekonomi, industri, atau situasi entitas yang beroperasi. Selain itu, bentuk manipulasi
pada laporan keuangan yang dilakukan oleh manajemen berkaitan dengan pertumbuhan aset
perusahaan. Loebbecke dan Bell (1994) dalam Skousen et al (2008) mengindikasi perusahaan yang
mengalami pertumbuhan di bawah rata-rata industri,memungkinan manajemen untuk manipulasi
laporan keuangan untuk meningkatkan prospek perusahaan. Salah satu upaya memanipulasi laporan
keuangan adalah terkait dengan pertumbuhan aset.
FASB (1980) dalam Ghozali dan Chariri (2007) mendefinisikan aset sebagai manfaat
ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu
entitas tertentu sebagai akibat transaksi atau peristiwa masa lalu. Total aset menggambarkan
kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena itu, rasio perubahan total aset (ACHANGE)
dijadikan proksi pada variabel stabilitas keuangan (financial stability). . Berdasarkan penjelasan
diatas maka hipotesis penelitiannya adalah :
H1 : Terdapat prediksi finacial stability terhadap financial statement fraud
dengan menggunakan rumus :

5.3 Prediksi Personal Financial Need Terhadap Financial Statement Fraud , x2

Personal financial need merupakan suatu kondisi dimana keuangan perusahaan turut dipengaruhi

oleh kondisi keuangan para eksekutif perusahaan (Skousen et al., 2009). Kepemilikan sebagian

saham oleh orang dalam ini dapat dijadikan sebagai kontrol dalam pelaporan keuangan (Skousen et

al., 2008). Jika seorang manajer memiliki saham yang nilainya tidak signifikan, terdapat

kemungkinan manajer tersebut akan lebih memaksimalkan keuntungannya melalui bonus yang

diterima, yaitu dengan cara menampilkan kondisi perusahaan yang paling baik, misalnya dengan

cara salah saji (Martantya dan Daljono, 2013). Selain itu penelitian yang di lakukan Beasly pada
tahun 1996, juga menunjukkan ketika eksekutif perusahaan memiliki sebagian saham di perusahaan

tersebut dengan jumlah yang tidak wajar , maka secara langsung akan memiliki peranan yang kuat

sehingga turut terpengaruh oleh kinerja keuangan dalam perusahaan tersebut (Skousen et al., 2009).

Selain itu sebagian saham yang dimiliki oleh eksekutif perusahaan juga nantinya akan

mempengaruhi kebijakan manajemen dalam mengungkapkan kinerja keuangan perusahaan tersebut.

Hasil pengujian menunjukan variabel personal financial need yang diproksikan dengan skala

nominal yakni ada tidaknya kepemilikan saham orang dalam berpengaruh untuk mendeteksi

perusahaan yang cenderung melakukan kecurangan laporan keuangan.Penelitian ini mendukung

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Skousen et al., (2008) dan Molida (2011). Hal ini

didasarkan pada hasil pengujian statistik yang menunjukan nilai signifikansi untuk variabel

personal financial need (OSHIP) sebesar 0,046. Berdasarkan penjelasan diatas maka personal

financial need diproksi dengan persentase kepemilikan saham oleh orang dalam (OSHIP) dengan

hipotesis penelitiannya adalah :

H2 : Terdapat prediksi personal financial need terhadap financial statement Fraud

dengan menggunakan rumus :

5.4 Prediksi Ineffective Monitoring Terhadap Financial Statement Fraud , x3

Ineffective monitoring merupakan keadaan dimana perusahaan tidak memiliki unit pengawas yang
efektif memantau kinerja perusahaan. Innefective monitoring dapat terjadi karena adanya dominasi
manajemen oleh satu orang atau kelompok kecil, tanpa kontrol kompensasi, tidak efektinya
pengawasan dewan direksi dan komite audit atas proses pelaporan keuangan dan pengendalian
internal dan sejenisnya (SAS No.99).
Penelitian Beasley (1996) menyimpulkan bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal

dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk

mencegah kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian tersebut diperkuat dengan penelitian yang

dilakukan Dechow et al. (1996) dalam penelitian Ujiyantho, Muh Arief dan Bambang Agus

Pramuka, 2007) yang meneliti hubungan antara komposisi dewan komisaris dengan kecurangan
laporan keuangan. Hasil penelitian membuktikan bahwa kecurangan lebih sering terjadi pada

perusahaan yang lebih sedikit memiliki anggota dewan komisaris eksternal (Skousen et al., 2009).

Hasil penelitian dari Skousen et al. (2009) tidak menguatkan bukti bahwa rasio dewan komisaris

independen berpengaruh terhadap financial statement fraud. Berdasarkan penjelasan diatas maka

hipotesis penelitiannya adalah :

H3 : Terdapat prediksi Ineffective Monitoring terhadap financial statement Fraud

dengan menggunakan rumus :

5.5 Prediksi External Pressure Terhadap Financial Statement Fraud, x4

Rasio arus kas bebas (FREEC) merupakan salah satu pengukuran kinerja perusahaan yang
menunjukkan kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi. Kebutuhan
pembiayaan eksternal terkait dengan kas yang dihasilkan dari aktivitas operasi dan investasi
(Skousen et al, 2009).
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yaitu external pressure yang diproksikan melalui

FREEC (arus kas bebas) berpengaruh terhadap kecurangan laporan keuangan. Hasil penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Norbarani, Listiana (2012) yang menemukan bahwa

variabel external pressure berpengaruh signifikan terhadap kecurangan pelaporan keuangan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Skousen et al. (2009) yang membuktikan bahwa

semakin tinggi rasio arus kas bebas perusahaan maka semakin rendah probabilitas perusahaan

tersebut untuk melakukan fraud. White et al. (2003:68) mengungkapkan bahwa semakin besar free

cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan, maka semakin sehat perusahaan tersebut karena

memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan deviden. Hal ini berarti

bahwa perusahaan memiliki arus kas bebas tinggi yang menunjukkan perusahaan mampu mengatasi

tekanan dari pihak eksternal, sehingga tidak perlu melakukan tindak manajemen laba. Berdasarkan

penjelasan diatas maka hipotesis penelitiannya adalah :

H4 : Terdapat prediksi external pressure terhadap financial statement fraud

dengan menggunakan rumus :


6. Pengujian Hipotesis Penelitian
Dalam pengujian hipotesis, penelitian ini menggunakan regresi logistik (logistic regression).

Regresi logistik digunakan untuk menguji apakah variabel-variabel financial stability pressure,

personal financial need, ineffective monitoring dan variabel external pressure mempengaruhi

penyimpangan akuntansi atau accounting irregularities. Model regresi logistik yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

6.1 Menilai Keseluruhan Model ( Overall Model Fit )


Uji statistika pada penelitian ini berguna untuk mengetahui apakah semua variabel independen di

dalam regresi logistik secara serentak atau simultan mempengaruhi variabel dependen sebagaimana

uji F di dalam regresi linier. Uji Overall model fit didasarkan pada nilai statistika -2LL atau nilai

LR. Uji serentak koefisien regresi model logistik dihitung dari perbedaan nilai -2LL antara model

dengan hanya terdiri dari konstanta dan model yang diestimasi terdiri dari konstanta dab variabel

independen (Widarjono,2010:141).
Pengujian pada penelitian ini dilakukan dengan membandingkan selisih antara nilai -2 log

likehood atau yang disebut chi square hitung. Dimana apabila nilai chi square hitung lebih besar

dari chi square tabel atau nilai signifikasi lebih kecil dari alpha maka dapat dikatakan bahwa

terdapat pengaruh secara simultan variabel bebas terhadap variabel terikat.

6.2 Uji Wald


Menurut Widarjono (2010:123), dalam regresi logistik uji Wald digunakan untuk menguji ada

tidaknya pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial dengan cara

membandingkan nilai statistik Wald dengan nilai pembanding chi square pada derajat bebas (db) =

1 pada alpha 5%, atau dengan membandingkan nilai signifikan (p-value) dengan alpha sebesar 5%

dimana p-value yang lebih kecil dari alpha menunjukkan bahwa hipotesis bahwa hipotesis diterima

atau terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial.

6.3 Koifisien Determinasi (Nagelkerke R Square)


Cox dan Snell’s R Square merupakan ukuran yang ,encoba meniru ukuran R pada multiple

regression yang didasarkan pada teknik estimasi likehood dengan nilai maksimum kurang dari 1

sehingga sulit diinterprestasikan. Untuk mendapatkan koefisien determinasi yang dapat

diinterprestasikan seperti nilai R2 pada multi regression, maka Nagelkerke R Square.

Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox dan Snell’s R Square untuk

memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Hal ini dilakukan dengan cara membagi

nilai Cox dan Snell’s R Square dengan nilai maksimumnya (Ghozali, 2009;79). Nilai yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen cukup

terbatas. Sedangkan nilai yang mendekati angka satu dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel

independen dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi

variasi variabel dependen.

6.4 Menguji Kelayakan Model Regresi


Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit

Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test berfungsi untuk menguji data empiris cocok

atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat

dikatakan fit). Jika nilai statistic Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sama dengan atau
kurang dari 0,05 maka ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasi sehingga

Goodness of Fit model tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika

nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 maka model

mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok

dengan data observasinya (Ghozali,2009:80).

7. Hasil Penelitian dan Interpretasi


7.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Tindakan kecurangan dapat dikatakan suatu tindakan yang kriminal. Tindakan kecurangan dalam

hal apapun baik dilakukan oleh perseorangan maupun bekerja sama dengan beberapa pihak tetap

saja akan merugikan orang lain. Banyak faktor yang menjadi alasan menyebab pelaku kecurangan

berani melakukan hal tersebut. Misalnya saja dikarenakan adanya suatu peluang, tekanan, dan

dorongan dari pihak tertentu dalam suatu perusahaan tersebut untuk mendapatkan keuntungan

secara pribadi.

Demikian halnya dengan tindakan kecurangan yang dilakukan dalam bidang akuntansi. Laporan

keuangan merupakan salah satu alat komunikasi antara manajer pusat kepada bawahannya serta

pihak diluar perusahaan dalam hal ini adalah para investor dan pengguna laporan lainnya. Oleh

karena itu, perlu sangat berhati-hati dalam mengartikan angka-angka yang tercantum dalam laporan

keuangan tersebut. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya bias dalam

penyampaian informasi. Selain itu laporan keuangan tersebut merupakan bentuk

pertanggungjawaban perusahaan atas aliran dana yang diperoleh oleh pihak investor maupun

pinjaman dana (kredit) yang masuk dalam perusahaan dalam periode tersebut. Oleh karena itu, jika

suatu laporan keuangan terjadi kekeliruan atau adanya indikator kecurangan, maka laporan

keuangan tersebut akan berdampak pada ketidakwajaran saat pelaporan.

Kekeliruan dan kecurangan dalam laporan keuangan memiliki dampak yang sama terhadap

kewajaran dalam pelaporan keuangan tersebut, akan tetapi kedua hal tersebut dapat dibedakan dari

ada atau tidaknya unsur kesengajaan. Unsur kesengajaan inilah yang akhirnya menjadi suatu

masalah dalam akuntansi. Hal ini sangat merugikan bagi pengguna laporan keuangan yang

menggunakan informasi tersebut untuk mengambil suatu keputusan.


7.2 Deskripsi Sampel Penelitian

Tabel 4.1 1.
Deskripsi Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah
I. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode tahun
82
2012-2016
II. Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan lengkap
(Lap. L/R; LDT; LPK; LAK; CALK) 29
III. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan lengkap (Lap.
L/R; LDT; LPK; LAK; CALK) 53
IV. Perusahaan yang terkena suspensi selama periode tahun 2012-2016 26
V. Perusahaan yang tidak terkena suspensi selama periode tahun 2012-
27
2016
Total Sampel Akhir (Sampel yang dapat diuji) 53
Sumber: Data dari www.idx.com diolah

Berdasarkan tabel 4.1 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2012 –
2016 sebanyak 82 perusahaan. Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan
secara lengkap sebanyak 29 perusahaan. Sedangkan sebanyak 53 perusahaan
mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap. Perusahaan yang terkena suspensi dari
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selam periode tahun penelitian 2012-2016 sebanyak 26
perusahaan. Sedangkan 27 perusahaan tidak terkena suspensi selam periode penelitian.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat di tarik kesimoulan sampel dalam penelitian ini
sebanyak 53 perusahaan. Berikut adalah daftar perusahaan yang tersebut :

No. Kode Nama Perusahaan No. Kode Nama Perusahaan


1 ACST Acset Indonusa Tbk 28 MAGP Multi Agro Gemilang Plantation Tbk
2 AGII Aneka Gas Industri Tbk 29 MDIA PT Intermedia Capital Tbk.
3 AGRS Bank Agris Tbk 30 MSKY MNC Sky Vision Tbk
4 ALTO Tri Banyan Tirta Tbk 31 NAGA PT Bank Mitraniaga Tbk.
5 ANJT Austindo Nusantara Jaya Tbk 32 NELY Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk
6 APII Arita Prima Indonesia Tbk 33 NIRO Nirvana Development Tbk
7 ASMI Asuransi Kresna Mitra Tbk 34 NOBU PT Bank Nationalnobu Tbk.
8 ASSA Adi Sarana Armada Tbk 35 NRCA PT Nusa Raya Cipta Tbk.
9 BALI Bali Towerindo Sentra Tbk 36 PADI PT Protech Mitra Perkasa Tbk
10 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk 37 PALM Provident Agro Tbk
11 BEST Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk 38 PNBS PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk.
12 BIKA Binakarya Jasa Abadi Tbk 39 SIAP PT.Sekawan Intipratama Tbk
13 BINA Bank Ina Perdana Tbk 40 SAME Sarana Meditama Metropolitan Tbk
14 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk 41 MBAI PT Multibreeder Adirama Indonesia Tbk
15 CANI Capitol Nusantara Indonesia Tbk 42 KARW PT.Ictsi Jasa Prima Tbk
16 DYAN PT Dyandra Media International Tbk. 43 IBST PT. Inti Bangun Sejahtera Tbk
17 ECII PT Electronic City Indonesia Tbk. 44 IATA Pt. Indonesia Air Transport Tbk
18 ESSA Surya Esa Perkasa Tbk 45 HITS PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk
19 GAMA Gading Development Tbk 46 GTBO PT. Garda Tujuh Buana Tbk
20 GLOB Global Teleshop Tbk 47 TRIS Trisula International Tbk
No. Kode Nama Perusahaan No. Kode Nama Perusahaan
21 HOTL Saraswati Griya Lestari Tbk 48 VICO PT Victoria Investama Tbk.
22 IBFN PT Intan Baruprana Finance Tbk 49 VINS PT Victoria Insurance Tbk.
23 IBST Inti Bangun Sejahtera Tbk 50 WIIM Wismilak Inti Makmur Tbk
24 IMJS PT Indomobil Multi Jasa Tbk. 51 WSBP PT Waskita Beton Precast Tbk.
25 JGLE PT Graha Andrasentra Propertindo Tbk. 52 WSKT PT Waskita Karya (Persero) Tbk
26 KOBX Kobexindo Tractors Tbk 53 WTON Wijaya Karya Beton
27 LINK PT Link Net Tbk. Sumber : data dari www.idx.com yang di olah

7.3 Hasil Pengujian Data


7.3.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Uji statistik deskriptif merupakan pengujian statistik yang ditujukan untuk menyediakan

informasi mengenai karakteristik data penelitian. Informasi yang disediakan melalui

pengujian ini meliputi nilai tertinggi (max), nilai terendah (min), rerata (mean), dan standar

deviasi (Ghozali, 2013; 19). Dari hasil uji statistik deskriptif, diperoleh hasil seperti yang

disajikan padda tabel di bawah ini :

Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik Deskriptif

Std.
Variabel N Min. Max. Mean
Deviation
Financial Stability
265 -0,99 1,05 0,0615 0,36770
(ACHANGE)(X1)
Personal Financial Need
265 0,00 1,00 0,2919 0,27432
(OSHIP)(X2)
Ineffective Monitoring
265 0,25 0,67 0,5091 0,10671
(BDOUT)(X3)
External Pressure
265 -0,91 0,98 -0,0105 0,26215
(FREEC)(X4)

Dari tabel di atas diketahui deskripsi data penelitian secara umum. Jumlah

sampel penelitian ini adalah sejumlah 265 buah. Diskripsi nilai financial stability

(ACHANGE) yang merupakan proksi untuk mengukur pertumbuhan total aset,

memperoleh nilai terendah -0,99. Nilai ACHANGE tertinggi adalah sebesar 1,05

Nilai rata-rata ACHANGE adalah sebesar 0,0615. Nilai standar deviasi atau gap

nilai antar data adalah sebesar 0,36770


Berikutnya, diketahui distribusi nilai dari variabel kepemilikan saham oleh

orang dalam ( personal financial need )yang diproksikan dengan OSHIP, dari tabel

tersebut diketahui nilai terendah variabel OSHIP adalah sebesar 0,00. Sementara

untuk nilai tertinggi untuk variabel ini adalah sebesar 1,00. Rata-rata perusahaan

sampel memiliki rasio OSHIP sebesar 2,919. Nilai standar deviasi dari variabel ini

adalah sebesar 0,27432.

Selanjutnya, deskirpsi umum data penelitian adalah untuk variabel ineffective

monitoring yang diproksikan oleh BDOUT. Variabel ini menggambarkan tingkat

rendah atau tingginya pengawasan yang ada pada suatu perusahaan tersebut untuk

mengawasi laporan keuangan. Tingkat ineffective monitoring terendah adalah sebesar

0,25. Sedangkan nilai tertinggi tingkat ineffective monitoring adalah sebesar 0,67.

Tingkat ineffective monitoring rata-rata dari perusahaan sampel adalah sebesar

0,5091. Dan nilai kesenjangan antar data porsi tingkat ineffective monitoring

perusahaan sampel adalah sebesar 0,10671.

Variabel berikutnya adalah External Pressure atau arus kas bebas yang

diproksikan dengan FREEC. Nilai FREE terendah adalah sebesar -0,91. Sedangkan

nilai tertingginya adalah sebesar 0,98. Tingkat FREEC rata-rata pada perusahaan

sampel adalah sebesar -0,0105. Nilai gap antar data adalah sebesar 0,26215.

7.3.2 Hasil Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit)

Dalam model regresi logistik diperlukan uji kelayakan untuk keseluruhan model (Goodness
of Fit). Pengujian ini ditujukan untuk memastikan tidak adanya kelemahan dalam model
yang digunakan dalam penariikan kesimpulan. Kelayakan model diuji dengan menguji
kesesuaian antara model dengan data hasil pengamatan. Parameter yang digunakan adalah
dengan melihat nilai -2 Log Likelihood sebelum dan sesudah variabel independen dimasukkan
ke dalam model. Berikut hasil uji kelayakan model dalam penelitian ini:
Tabel 4.9
Hasil Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit)

Keterangan Nilai
-2 Log Likelihood (Block Number 0) 210,012
-2 Log Likelihood (Block Number 1) 200,570
∆ (-2 Log Likehood (Block Number 0)) - (-2
Log Likehood (Block Number 1) ) 9,442
Sumber: Hasil Uji (Output) SPSS diolah

Dari tabel di atas, diperoleh nilai -2 Log Likelihood pada block number 0

yang menggambarkan kelayakan model sebelum variabel independen masuk ke

dalam model adalah sebesar 210,012. Kemudian, nilai -2 Log Likelihood pada

block number 1 sebesar 200,570 di mana nilai ini diperoleh ketika variabel

independen dimasukkan ke dalam model. Nilai -2 Log Likelihood dari block

number 0 ke 1 mengalami penurunan sebesar 9,442. Penurunan nilai -2 Log

Likelihood mengindikasikan bahwa model regresi logistik dalam penelitian ini

dapat dikatakan layak (Ghozali, 2013; 328). Selain dengan menggunakan

parameter pada penurunan nilai -2 Log Likelihood, menguji kelayakan model juga

dapat dilihat dari parameter signifikansi dari tabel Omnibus Test of Model

Coeficients. Berikut hasil uji signifikansi kelayakan model dengan Omnibus Test:

Tabel 4.10
Hasil Uji Kelayakan Model
Omnibus Test of Model Coeficients
Keterangan Chi-Square df Sig.
Step 1 10,190 8 0,252
Sumber: Hasil Uji (Output) SPSS diolah

Berdasarkan pada tabe di atas, diperoleh nilai signifikansi hasil dari Omnibus Test

menunjukkan angaka 0.252. Selain itu diperoleh nilai Chi-Square sebesar 10,190

yang menunjukkan penurunan nilai -2 Log Likelihood dari step 0 ke step 1. Nilai

signifikansi dari penurunan tersebut lebih kecil daripada 0,10. Dari sini dapat
disimpulkan bahwa hipotesis nol tidak dapat ditolak. Artinya, model yang

digunakan fit dengan data hasil pengamatan. Hal ini mengindikasikan bahwa

variabel independen mampu menjelaskan variabilitas dari variabel dependen.

7.3.3 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi

Uji kelayakan model regresi yang digunakan ditujukan untuk mengetahui apakah terdapat

perbedaan signifikan antara model regresi dengan data hasil pengamatan. Pengujian ini

dapat dilakukan dengan uji Hosmer and Lemeshow Test. Model regresi logistik yang baik

adalah tidak ada perbedaan signifikan antara model regresi dengan data hasil

pengamatan. Tabel berikut adalah hasil uji Hosmer and Lemeshow Test:

Tabel 4.11
Hasil Uji Kelayakan
8 Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test
Keterangan Nilai
Step 1
Chi-Square 10,190
df 8
Sig. 0,252
Sumber: Hasil Uji (Output) SPSS diolah

Tabel di atas menunjukkan angka signifikansi hasil uji kelayakan model regresi. Dari

tabel tersebut diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,252 Hasil tersebut menunjukkan bahwa

model tidak signifikan pada tingkat 10%. Perbandingan ini mengindikasikan bahwa tidak

terdapat perbedaan signifikan antara model regresi dengan data. Hal ini sesuai dengan kriteria

model yang baik untuk regresi logistik, dan konsisten dengan hasil uji sebelumnya,

keseluruhan model dinyatakan telah fit dengan data. Oleh karena itu, hasil uji ini dapat

dinyatakan argumentatif untuk menilai kelayakan model.

7.3.4 Hasil Uji Hipotesis Parsial

Uji hipotesis parsial merupakan pengujian statistik untuk memperoleh kesimpulan mengenai

variabel prediktor yang mampu memprediksi variabel dependen, yakni Accounting

irregularities. Hasil uji hipotesis dimat dalam tabel variable in the equation.
Dari tabel di bawah, dapat diformulasikan ke dalam rumus model regresi logistik

sebagai berikut:

Tabel 4.12
Hasil Uji Hipotesis Parsial

Variabel B Wald Sig. Exp. (B)


Financial Stability (ACHANGE)(X1) 1,073 3,786 0,052 2,925
Personal Financial Need (OSHIP)(X2) -1,656 4,606 0,032 0,191
Ineffective Monitoring (BDOUT)(X3) 1,185 0,449 0,503 3,271
External Pressure (FREEC)(X4) -0,162 0,047 0,829 0,851
Constant -2,149 5,008 0,025 0,177
Sumber: Hasil Uji (Output) SPSS diolah

Berdasarkan pada persamaan di atas, nilai koefisien regresi yang diwakili oleh nilai

beta dari masing-masing variabel menunjukkan hasil yang variatif. Untuk variabel OSHIP

(X2), dan FREEC (X4) menunjukkan nilai negatif. Sementara itu, berbeda dengan variabel

ACHANGE (X1) dan BDOUT (X3) menunjukkan nilai beta positif.

7.3.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi

Uji koefisien determinasi merupakan pengujian yang ditujukan untuk mengetahui seberapa
besar kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabilitas dari variabel
dependen. Pada regresi logistik, koefisien determinasi dapat dilihat melalui nilai Nagelkerke R
2
Square. Nagelkerke R Square disetarakan dengan parameter Adjusted R Square (R ) pada

regresi linier. Berikut hasil uji koefisien determinasi:

Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Keterangan Nagelkerke R Square
Step 1 0,064
Sumber: Hasil Uji (Output) SPSS diolah

Dari hasil uji koefisien determinasi yang disajikan pada tabel di atas, diperoleh nilai

Nagelkerke R Square sebesar 0,64. Angka tersebut mengindikasikan bahwa variabel


independen yakni Financial Stability (ACHANGE) (X1) dan Personal Financial Need

(OSHIP) (X2) mampu menjelaskan variabilitas variabel accounting irregularities sebesar 6%

Sementara sisanya, yakni sebesar 94% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.

7.4 Interpretasi Hasil


7.4.1 Prediksi Financial Stability Terhadap Financial Statement Fraud
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1) dapat diterima. Artinya
terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel ACHANGE (X1) terhadap accounting
irregularities.
Aset perusahaan dapat digunakan untuk melihat kondisi tentang keuangan atau
menggambarkan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dalam satu periode. Kondisi
perusahaan yang tidak stabil dapat diakibatkan oleh kinerja manajemen perusahaan yang tidak
mampu memaksimalkan aset yang dimilikinya sehingga menimbulkan perubahan aset yang
terlalu tinggi atau bahkan lebih rendah pada tahun tertentu. Jika suatu perusahaan memiliki
jumlah aset dimasa lalu yang kecil, dapat memotivasi perusahaan untuk meningkatkan total
asetnya. Akan tetapi perusahaan yang memiliki aset kecil atau memiliki aset yang besar
namun arus kas keluar juga besar, memiliki peluang juga untuk melakukan manipulasi agar
terlihat stabilitas perusahannya dalam kondisi baik. Kondisi keuangan yang stabil dapat
memperkecil adanya resiko terjadinya kecurangan atau accounting irregularities. Kondisi
tersebut dapat dilihat dari perubahan aset yang tidak terlalu signifikan berbeda dari tahun
sebelumnya. Hal ini dapat menjadi tekanan bagi manajer untuk menampilkan kondisi
perubahan aset yang stabil dan menunjukkan stabilitas perusahaan yang baik dalam laporan
keuangannya, sebagai bentuk upaya menarik investor untuk tetap menanamkan modal di
perusahannya.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Widarti pada
tahun 2015. Pada penelitian tersebut nilai signifikan yang dihasilkan sebesar 0,000. Hal
tersebut berarti nilai signifikannya lebih kecil daripada 10%. Selain itu, hasil penelitian ini
juga tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Prisca Kusumawardhani. Penelitian
yang dilakukan oleh Prisca Kusumawardhani mengambil objek penelitian sektor perbankkan
dengan nilai signifikan yang di hasilkan dari hasil uji sebesar 0,045.

7.4.2 Prediksi Personal Financial Need Terhadap Financial Statement Fraud


Dari hasil uji hipotesis kedua, kesimpulan yang dapat diambil adalah variabel Personal
Financial Need (OSHIP) (X2) berpengaruh signifikan terhadap accounting irregularities.
Kepemilikan manajerial pada perusahaan yang dijadikan penelitian memiliki tingkat yang
tinggi. Kepemilikan manajerial yang tinggi mengidentifikasikan bahwa perusahaan sampel
masih belum adanya pemisah yang jelas antara pemegang saham sebagi pemilik yang
mengontrol jalannya perusahaan dan manajer sebagai pengelola dalam perusahaan tersebut.
Ketidak adanya pemisahan yang jelas meneyebabkan manajer mempunyai kemampuan yang
cukup tinggi pula dalam melakukan kecurangan atau accounting irregularities dalam laporan
keuangan.
Penelitian ini mendukung memperoleh hasil yang konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Beasly pada tahun 1996 yang memiliki pengaruh terhadap financial statement
fraud . Penelitian yang dilakukan oleh Widarti pada tahun 2015 juga mendukung hasil
penelitian saat ini.

7.4.3 Prediksi Ineffective Monitoring Terhadap Financial Statement Fraud


Pada pengujian hipotesis ketiga, hasil menunjukkan bahwa variabel Ineffective Monitoring
(BDOUT)(X3) tidak berpengaruh terhadap accounting irregularities.
Hal ini dikarenakan keberadaan dari komisaris independen pada perusahaan sampel
diatas 50% dari total dewan komisaris sehingga pengawasan yang dilakukan sudah maksimal
dan sudah efektif. Dewan Komisaris telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara
independen. Dewan Komisaris juga telah melaksanakan fungsi pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab direksi untuk memastikan terlaksananya ketentuan-
ketentuan yang berlaku saat melaporkan laporan keuangan.
Hasil penelitian ini didukung oleh Sihombing dan Raharjo (2014) yang menyatakan
bahwa ineffective monitoring tidak berpengaruh signifikan terhadap financial statement fraud.
Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan Widarti (2015), Martantya dan
Daljono (2013) serta Tessa dan Harto (2016) yang menyatakan bahwa ineffective monitoring
yang diukur dengan BDOUT tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan laporan
keuangan.

7.4.4 Prediksi External Pressure Terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan pada hasil uji hipotesis keempat, diperoleh bukti empiris bahwa variabel

external pressure (FREEC) (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial statement

fraud. Dengan begitu adanya arus kas bebas (external pressure) yang diproksikan dengan

FREC tidak pengaruh terhadap financial statement fraud.


Kelebihan aliran kas / arus kas bebas yang dimiliki oleh perusahaan terlalu tinggi

pada tahun tertentu tidak dapat membuktikan bahwa hal tersebut menjadi indentifikasi

adanya tindakan kecurangan atau accounting irregularities. Pihak manajer tetap ingin

memegang kendali atas kas tersebut sehingga untuk mengatasi konflik atas kenadali arus

kas bebas tersebut, pemegang saham dapat saja menetapkan kebijakan pembayaran yang

tinggi . Dengan begitu arus kas bebas tidak berada di tangan manajer namun sudah

berpindah ke pemegang saham. Sehingga peluang adanya tindakan kecurangan atau

accounting irregularities menjadi lebih kecil.

8. Kesimpulan
Dari keseluruhan pembahasan pada bagian awal hingga bagian akhir penelitian ini, maka

diperoleh beberapa kesimpulan berikut:

1. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1) dapat diterima. Artinya

terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel ACHANGE (X1) terhadap accounting

irregularities. Kondisi perusahaan yang tidak stabil dapat diakibatkan oleh kinerja

manajemen perusahaan yang tidak mampu memaksimalkan aset yang dimilikinya sehingga

menimbulkan perubahan aset yang terlalu tinggi atau bahkan lebih rendah pada tahun

tertentu. Akan tetapi perusahaan yang memiliki aset kecil atau memiliki aset yang besar

namun arus kas keluar juga besar, memiliki peluang juga untuk melakukan manipulasi agar

terlihat stabilitas perusahannya dalam kondisi baik. Kondisi keuangan yang stabil dapat

memperkecil adanya resiko terjadinya kecurangan atau accounting irregularities.

2. Variabel Personal Financial Need (OSHIP) (X2) berpengaruh signifikan terhadap accounting

irregularities. Kepemilikan manajerial pada perusahaan yang dijadikan penelitian memiliki

tingkat yang tinggi. Kepemilikan manajerial yang tinggi mengidentifikasikan bahwa

perusahaan sampel masih belum adanya pemisah yang jelas antara pemegang saham sebagi

pemilik yang mengontrol jalannya perusahaan dan manajer sebagai pengelola dalam
perusahaan tersebut. Ketidak adanya pemisahan yang jelas menyebabkan manajer

mempunyai kemampuan yang cukup tinggi pula dalam melakukan kecurangan atau

accounting irregularities dalam laporan keuangan.

3. Variabel Ineffective Monitoring (BDOUT)(X3) tidak berpengaruh terhadap accounting

irregularities. Hal ini dikarenakan keberadaan dari komisaris independen pada perusahaan

sampel diatas 50% dari total dewan komisaris sehingga pengawasan yang dilakukan sudah

maksimal dan sudah efektif.

4. Variabel external pressure (FREEC) (X4) tidak berpengaruh signifikan terhadap financial

statement fraud. Dengan begitu adanya arus kas bebas (external pressure) yang diproksikan

dengan FREC tidak pengaruh terhadap financial statement fraud. Kelebihan aliran kas / arus

kas bebas yang dimiliki oleh perusahaan terlalu tinggi pada tahun tertentu tidak dapat

membuktikan bahwa hal tersebut menjadi indentifikasi adanya tindakan kecurangan atau

accounting irregularities.

9. Saran
Dengan merujuk hasil dan pembahasan pada penelitian ini, beberapa saran yang dapat

diberikan adalah sebagai berikut:

1. Untuk peneliti selanjutnya adalah untuk melakukan prediksi kecurangan pada laporan

keuangan dengan mengugunkan analisis yang lain. Misalnya dengan menggunakan

analisis fraud diamond.

2. Mendeteksi adanya tindakan kecurangan laporan keuangan sebaiknya menggunakan

ketiga komponen secara keseluruhan dari fraud triangle secara kualitatif. Dengan hal ini

maka akan diperoleh hasil yang dapat lebih membantu dalam pengungkapan tindakan

kecurangan pada laporan keuangan.

3. Bagi pemegang saham, pada pembahasan dan hasil penelitian ini, saran yang dapat

diberikan adalah meskipun tidak berpengaruh signifikan terhadap financial statement

fraud hendaknya pemegang saham atau pengguna laporan keuangan lainnya tetap
memperhatikan pengaruh negatif terhadap potensi ineffective monitoring dan external

pressure dalam suatu perusahaan.

Daftar Pustaka

Agus Widarjono. (2010). Analisis Statistika Multivariat Terapan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Anwar Sanusi, 2011, Metode Penelitian Bisnis, Salemba Empat, Jakarta

Audriene,dinda..2016.https://dosenbahasa.com/cara-menulis-kutipan-dari-internet/18 April
2018

Bapepam. “Siaran Pers Badan Pengawas Pasar Modal.” 2004.

Bapepam. “Siaran Pers Badan Pengawas Pasar Modal.” 2005.

Bapepam. “Siaran Pers Badan Pengawas Pasar Modal.” 2007.

Beasley, Mark S., et al. "Fraudulent financial reporting: Consideration of industry traits and
corporate governance mechanisms." Accounting Horizons 14.4

Brennan, Niamh M., and Mary McGrath. "Financial statement fraud: Some lessons from US
and European case studies." Australian Accounting Review 17.42 (2007): 49-61.

Chariri. Auditor Size, Auditor Tenure, Keahlian Komite Audit, Aktivitas Komite Audit Dan
Kecurangan Pelaporan Keuangan. 2017. Phd Thesis. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis.

Chariri, Ghozali dan. “Pengungkapan dan Transparasi Laporan Keuangan.” 2007.

Chen et al. “Pengaruh struktural kepemilikan dan boardroom characteristic terhadap


kecurangan keuangan.” 2006.

Egenius, Soda “PT. Timah Diduga Buat Laporan Keuangan Fiktif”


https://www.tambang.co.id/pt-timah-diduga-membuat-laporan-keuangan-fiktif-
9640/.2016. Diakses tanggal 3 Mei 2018.

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21 Update
PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gusnardi. 2012. Peran Forensic Accounting dalam Pencegahan Fraud. Pekbis Jurnal, Vol 4,
No.1, Hal 17-25. Pekanbaru.

Hasnan, Suhaily, Rashidah Abdul Rahman, Sakthi Mahenthiran. Management Motive, Weak
Governance, Earnings Management, and Fraudulent Financial Reporting, 2013.
Hutomo, Oki Suryo, And Sudarno Sudarno. Cara Mendeteksi Fraudulent Financial Reporting
Dengan Menggunakan Rasiorasio Finansial (Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar
Di Annual Report Bapepam). Diss. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis, 2012.
Hutomo.“Cara Mendeteksi Fraudulent Financial Reporting Dengan Menggunakan Rasio-Rasio
Finansial. Fakultas Ekonomika Dan Bisnis.” 2012.

Kalbers, L. P. (2009). Fraudulent financial reporting, corporate governance and ethics: 1987-
2007. Review of Accounting and Finance, 8(2), 187-209.

Kurniawati, Ema. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Financial


Statement Fraud Dalam Perspektif Fraud Triangle.” 2012.

Kusumawardhani, Prisca. "Deteksi Financial Statement Fraud dengan Analisis Fraud


Triangle pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI." Jurnal Akuntansi 1.3
(2013).

Lou,Wang. “Fraud Risk Factor Of The Fraud Triangle Assessing The Likelihood.” 2009.

Martantya dan Daljono. 2013. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui faktor
Risiko Tekanan dan Peluang. Diponegoro Journal Of Accounting, Vol.2 No 2.

Molida, Resti, and Anis CHARIRI. Pengaruh Financial Stability, Personal, Financial Need
Dan Ineffective Monitoring Pada Financial Statement Fraud Dalam Perspektif Fraud
Triangle. Diss. Universitas Diponegoro, 2011.

Narendra Putra , Nanda ‘dugaan pembobolan dana nasabah BTN’ / 2017 Di akses tanggal 18
April 2018

Norbarani, Listiana, and Shiddiq Nur Rahardjo. Pendeteksian kecurangan laporan


Keuangan dengan analisis fraud Triangle yang diadopsi dalam sas no. 99.
Diss. Fakultas Ekonomika dan Bisnis, 2012.

Priantara, Diaz. "Fraud Auditing & Investigation." Jakarta: Mitra Wacana Media (2013).

Rahmanti. Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan Melalui Faktor Risiko Tekanan dan
Peluang 2002-2006, 2013.

Rezaee, Z. (2002). Financial statement fraud: prevention and detection. John Wiley & Sons.
Sekaran, 2006, Metodologi Penelitian untuk Bisnis, Edisi 4, Buku 1, Jakarta:
Salemba Empat.

Skousen, C. J., Smith, K. R., & Wright, C. J. (2009). Detecting and predicting financial
statement fraud: The effectiveness of the fraud triangle and SAS No.
99. In Corporate Governance and Firm Performance (pp. 53-81). Emerald
Group Publishing Limited.
Skousen et al. “Detecting and Predicting Financial Statement Fraud: The Effectiveness of
The Fraud Triangle and SAS No. 99.” Journal ofAdvances in Financial Economics,
Vol. 13,, 2009: 53-81

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif. "kualitatif dan R&D." Bandung: Alfabeta 124
(2008).
Smaili, Nadia, and Réal Labelle. "Preventing and detecting accounting irregularities: The role of
corporate governance." (2009).

Turner, Jerry L., Theodore J. Mock, and Rajendra P. Srivastava. “Analysis of the Fraud
Triangle.” 2003.

Ujiyantho. Muh Arief dan Bambang Agus Pramuka. Mekanisme Governance,Manajemen Laba
Dan Kinerja Keuangan. 2007.

Wiranata, Yulius Ardy, and Yeterina Widi Nugrahanti. "Pengaruh Struktur Kepemilikan
Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur di Indonesia." Jurnal Akuntansi dan
Keuangan 15.1 (2013): 15-26.

Warni, Sri “Cara Efektif Mendeteksi Kecurangan (Fraud) dalam Profesi


Akuntansi”https://zahiraccounting.com/id/blog/cara-efektif-mendeteksi-kecurangan-
fraud-dalam-profesi-akuntansi/.2016
Diakses tanggal 19 April 2018
This document was created with the Win2PDF “print to PDF” printer available at
http://www.win2pdf.com
This version of Win2PDF 10 is for evaluation and non-commercial use only.
This page will not be added after purchasing Win2PDF.
http://www.win2pdf.com/purchase/

Anda mungkin juga menyukai