ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh unsur-unsur Fraud diamond
Pressure, Opportunity, Rationalization, dan Capability. Variabel yang digunakan adalah
stabilitas keuangan, tekanan eksternal, target keuangan, kebutuhan keuangan pribadi, sifat
industri, pemantauan yang tidak efektif, pergantian auditor, dan pendidikan CEO dalam
mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa
Efek Indonesia. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2018 sampai dengan tahun
2020. Berdasarkan kriteria tertentu, sampel dalam penelitian ini adalah 168 dengan metode
412
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
purposive sampling. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel stabilitas keuangan, tekanan
eksternal, target keuangan, kebutuhan keuangan pribadi, sifat industri, dan pergantian
auditor berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Sedangkan variabel
Ineffective monitoring dan CEO education tidak berpengaruh terhadap pendeteksian
kecurangan laporan keuangan.
Kata Kunci: Penipuan Laporan Keuangan, Fraud Diamond, Manajemen Laba Stabilitas
Keuangan, Tekanan Eksternal, Target Keuangan, Kebutuhan Keuangan Pribadi, Sifat
Industri, Pemantauan Tidak Efektif, Perubahan Auditor, Pendidikan CEO
PENDAHULUAN
Laporan yang berisi informasi keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber
informasi yang dibutuhkan pihak pemangku kepentingan perusahaan. Hasil yang disajikan dalam
laporan keuangan diperlukan guna mendukung pengambilan keputusan. Dalam perkembangannya,
perusahaan akan terus meningkatkan kinerjanya guna meningkatkan nilai yang dimilikinya. Sejalan
dengan peningkatan kinerjanya, terdapat masalah yang mungkin akan muncul, sebagai contoh adalah
keadaan yang akan menimbulkan kasus fraud. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)
menjabarkan pengertian mengenai “occupational fraud and abuse” yaitu suatu bentuk
penyalahgunaan tanggung jawab suatu pihak yang dilakukan dengan sengaja maupun pencurian aset
atau sumber daya organisasi demi mengambil keuntungan pribadi dari organisasi tempatnya bekerja.
Bentuk tindakan fraud (kecurangan) merupakan suatu hal yang berbeda dengan error atau
kesalahan yang tidak direncanakan. Jika terdapat suatu pihak yang secara tidak di sengaja
mencatatkan nilai tidak sesuai pada laporan keuangan, dapat dinyatakan bahwa hal tersebut tidak
tergolong ke dalam fraud. Hal itu karena tidak terdapat tujuan untuk mendapatkan keuntungan atas
pihak lain melalui manipulasi. Kemudian dalam keadaaan yang sama, suatu pihak secara sengaja
mencatatkan nilai yang tidak sesuai pada laporan dengan maksud menipu stakeholder, keadaan
tersebut dapat dinyatakan sebagai tindakan kecurangan (Albrecht, et al., 2011, h.7). Melalui uraian
tersebut, dinyatakan bahwa fraud/kecurangan merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara
sengaja, membuat pihak lain merasakan kerugian, serta dijalankan untuk memperoleh keuntungan
bagi pihaknya sendiri (Istiyanto & Yuyetta, 2021)
Dalam suatu perusahaan, suatu tindakan fraud mungkin dilakukan oleh pihak internal
ataupun eksternal perusahaan. Dalam penelitian ini akan membahas mengenai kecurangan yang
dilakukan pada internal perusahaan yang dikenal sebagai occupational fraud. Occupational fraud
merupakan suatu tindakan tidak bertanggung jawab dengan menyalahgunakan wewenang suatu
pihak atau sumber daya suatu organisasi untuk menguntungkan diri sendiri. Dalam hal ini tindakan
kecurangan dapat dilakukan oleh karyawan, manajer, pejabat, maupun pemilik suatu organisasi yang
merugikan organisasi itu sendiri (ACFE, 2020).
ACFE menjabarkan occupational fraud tampilan fraud tree. Occupational fraud tree ini
dibagi atas corruption (korupsi), asset misappropriation (penyalahgunaan asset), dan financial
statement fraud. Menurut ACFE yang dinyatakan pada Report to the Nations
pada 2018, berdasarkan ketiga metode occupational fraud tersebut, financial statement fraud
413
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
memberikan dampak kerugian yang paling besar. Financial statement fraud merupakan salah saji
yang direncanakan atas kondisi keuangan suatu perusahaan yang biasanya melibatkan penyajian
yang dilebihkan pada aset, pendapatan dan laba, serta penyajian yang meminimkan jumlah
kewajiban, biaya, dan kerugian (ACFE, 2020). Apabila tidak dilakukan pencegahan, kasus fraud
akan selalu terjadi dan semakin merugikan pemangku kepentingan laporan keuangan.
Karena itu, terdapat banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kecurangan yang
terjadi, di antaranya yaitu Fraud Triangle (segitiga kecurangan) dan Fraud Diamond (segiempat
kecurangan). Penelitian yang dilakukan oleh Cressey (1953) dalam Skousen et al. (2009),
menampilkan bahwa terdapat tiga faktor keadaan yang menjadi alasan seseorang menjalankan fraud,
yakni pressure, opportunity, dan rationalization yang terangkum dalam Fraud Triangle Theory.
Wolfe dan Hermanson (2004) kemudian menyisipkan faktor keempat, yaitu capability atau
kemampuan pada tiga faktor sebelumnya yang telah dikemukakan pada studi Cressey (1953) dalam
Skousen et al. (2009). Faktor tambahan tersebut kemudian terangkum dalam satu teori, yaitu Fraud
Diamond Theory.
Penelitian ini mengadopsi beberapa variabel dan pengukuran yang terdapat pada penelitian
terdahulu. Menurut SAS No. 99 variabel dari fraud diamond tidak dapat diteliti begitu saja sehingga
dibutuhkan proksi variabel. Penelitian ini memproksikan variabel pressure dengan financial
stability, external pressure, financial target dan personal financial need. Opportunity akan
diproksikan dengan nature of industry dan ineffective monitoring. Rationalization akan diproksikan
dengan change in auditor. Capability diproksikan dengan CEO’s Education. Objek penelitian ini
menggunakan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2018-
2020. Peneliti memilih perusahaan manufaktur karena jumlah populasinya besar dibandingkan
dengan industri lainnya. Selain itu, perusahaan manufaktur sangat rentan akan terjadinya financial
statement fraud karena memiliki karakter yang begitu kompleks. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial
Statement Fraud (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2018-2020).”
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency Theory pertama kali dinyatakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori
ini mendeskripsikan bagaimana pemilik saham sebagai “principal” dan manajemen sebagai “agent”.
Hubungan keagenan timbul karena terdapat perjanjian antara principal dan agent. Manajemen
diserahkan separuh kekuasaan untuk pengambilan keputusan yang akan dipertanggungjawabkan
kepada pemegang saham. Kedua belah pihak memiliki kepentingan masing-masing, dan perbedaan
kepentingan ini bisa menimbulkan benturan kepentingan. Pemegang saham sebagai principal
tentunya menginginkan pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan untuk mendapatkan derajat
pengembalian investasi yang tinggi. Sementara itu, manajemen, sebagai agensi, peduli dengan
kesejahteraan mereka. Ketika seorang agen memiliki kepentingan dalam kesejahteraannya sendiri,
kemungkinan besar agent tersebut mungkin tidak bertindak untuk kepentingan principal. Agent
dalam kapasitasnya sebagai manajemen di perusahaan tidak diragukan lagi memiliki pemahaman
yang lebih baik terhadap data internal perusahaan daripada pihak eksternal seperti investor dan
kreditur. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan informasi. Dalam situasi ini, manajer mungkin
414
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
memanipulasi laporan keuangan dengan menggunakan pengetahuan yang mereka miliki untuk
memajukan kepentingan mereka sendiri (Scott, 1997 dalam (Rini & Achmad, 2012).
Fraud
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), kecurangan (fraud) adalah
suatu indikasi kecurangan atau kesalahan yang dilaksanakan individu atau lembaga yang menyadari
jika perbuatan tersebut akan menyebabkan sejumlah akibat yang tidak diinginkan bagi orang, badan,
dan pihak lain.
Fraud Triangle
Fraud Triangle merupakan pengembangan model dari hipotesis Cressey (1953) menjabarkan
tentang faktor-faktor yang membuat individu menjalankan kecurangan. Menurut (Cressey, l953
dalam Pangestu et al., 2020) ada 3 komponen prioritas penyebab terjadinya kecurangan pada fraud
triangle yaitu pressure (tekanan), opportunity (kesempatan), dan rationalization (pembenaran).
Fraud Diamond
Menambahkan unsur Capability (kemampuan individu) pada model fraud triangle yang
ditemukan oleh Cressey (1953) adalah tujuan pengembangan gagasan Wolfe dan Hermanson (2004).
Akibatnya, ada empat variabel utama yang berkontribusi terhadap fraud, Pressure, Opportunity,
Rationalization,dan Capability. Pada prinsipnya, dikatakan fraud tidak akan terjadi ditangan orang
yang tepat sesuai kemampuan. Terdapat enam sifat umum capability untuk melakukan fraud yaitu
otorisasi fungsional dalam organisasi kecerdasan, tingkat kepercayaan diri/ego, keterampilan koersif
yang kuat, kebohongan yang berhasil, dan tingkat toleransi stres yang tinggi (immunity to stress).
Jika seseorang tidak memiliki kapasitas untuk melakukan penipuannya secara rinci, Wolfe dan
Hermanson (2004) menegaskan bahwa dia tidak akan melakukan kecurangan. Pada mulanya,
perbuatan curang itu dilakukan sebagai akibat dari tekanan, kemudian pelaku mengusahakan untuk
melepaskan tekanan itu dengan melihat peluang/kesempatan. Selanjutnya, rasionalisasi merupakan
faktor yang membatasi kemampuan pelaku untuk melakukan kecurangan; jika penipuan telah
dibenarkan, pelaku harus menentukan apakah ia dapat menjalankan penipuan atau tidak.
Pengembangan Hipotesis
415
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
Perusahaan dengan posisi keuangan yang stabil menambah nilai perusahaan dimata
pemangku kepentingannya. SAS No. 99 menjelaskan bahwa, saat stabilitas dan profitabilitas
keuangan perusahaan sedang dalam keadaan terancam oleh keadaan ekonomi,industri,juga kondisi
lainnya, manajer menghadapi tekanan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Pada saat
keadaan ketika perusahan mengalami pertumbuhan di bawah rata-rata industri, manajemen
kemungkinan melakukan manipulasi laporan keuangan guna meningkatkan prospek perusahaan.
Manipulasi yang terjadi berkaitan pertumbuhan aset perusahaan (Skousen et al.,2009). Oleh karena
hal tersebut, tingkat pertumbuhan aset digunakan untuk menilai stabilitas keuangan. Semakin stabil
aset perusahaan bertumbuh semakin kecil tekanan yang dirasakan pihak manajemen perusahaan.
Istiyanto dan Yuyetta (2021), Andy et al., (2020), dan Warsidi et al., (2018) menampilkan dengan
perubahan aset (AChange) bahwa financial stability berpengaruh terhadap financial statement fraud.
Hipotesis berikut dibentuk berdasarkan deskripsi ini:
416
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
dengan penelitian lalu oleh Istiyanto dan Yuyyeta (2021), Ramadhani dan Nurbaiti (2020), dan Andi
Auliya Ramadhany (2020), menampilkan jika financial target berpengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan. Jika ROA meningkat, kinerja manajemen juga meningkat. Ini menunjukkan
bahwa operasi bisnis secara keseluruhan efisien. Namun, dalam mengejar ROA yang lebih besar,
terdapat kemungkinan manajemen melakukan kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Pengaruh Pressure yang diproksikan dengan Personal Financial Need terhadap Financial
Statement Fraud
Menurut (Skousen et al., 2009), keperluan finansial pribadi merupakan faktor saat
menentukan status keuangan perusahaan.Menurut SAS No. 99, manajer atau pemimpin perusahaan
dipaksa untuk melakukan kecurangan laporan keuangan saat kesejahteraan finansial mereka sendiri
terancam oleh kesuksesan finansial perusahaan. Dengan demikian, pemimpin perusahaan yang
memegang saham dapat memberikan pengaruh pada praktik manajemen mengenai pengungkapan
kinerja keuangan perusahaan. Akibatnya, kepemilikan proporsi saham oleh individu internal
berfungsi sebagai proksi untuk kebutuhan keuangan pribadi (Skousen et al., 2009). Besarnya tingkat
kepemilikan orang dalam di perusahaan, semakin besar kemungkinan angka keuangan dapat
dimanipulasi secara curang. Murtanto dan Sandra (2019) dan Nugrahaeni dan Triatmoko (2017)
keduanya menemukan bahwa Personal Financial Need berpengaruh positif bagi Financial Statement
Fraud. Hipotesis berikut dibentuk berdasarkan deskripsi ini:
417
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
kecurangan (Lestary dan Henny, 2019). Pengawasan terkait erat dengan dewan komisaris, karena
dewan diberi wewenang untuk memantau kegiatan perusahaan. Komisaris independen ditunjuk oleh
pihak di luar perusahaan dan dapat meningkatkan efektivitas pengawasan dengan mencegah
penipuan laporan keuangan (Yesiariani dan Rahayu, 2017). Menurut Skousen et al (2008),
perusahaan yang melakukan kecurangan biasanya memiliki jumlah dewan komisaris yang sedikit.
Oleh karena itu, semakin kecil rasio dewan komisaris yang diukur dengan BDOUT maka tingkat
kecurangan akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin besar rasio dewan komisaris maka tingkat
kecurangan akan semakin menurun. Studi Lestari dan Henny (2019) dan Agustina dan Pratomo
(2019) menunjukkan bahwa kecurangan laporan keuangan dapat dipicu oleh tidak efektifnya
pengawasan perusahaan saat ini. Kemudian, penelitian Rengganis et al (2019) menunjukkan
pengawasan yang tidak memadai berpengaruh secara negatif terhadap kecurangan laporan keuangan
Hipotesis berikut dibentuk berdasarkan deskripsi ini:
418
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
suatu organisasi. Dalam penelitian ini CEO’s Education dapat diukur dengan variabel dummy dimana
Apabila latar belakang Pendidikan terakhir CEO selama tahun 2018-2020 adalah magister atau
diatasnya maka diberi nilai 1. Apabila latar belakang Pendidikan terakhir CEO selama periode 2018-
2020 dibawah magister maka diberi nilai 0. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum dan
Murtanto (2016) menunjukkan bahwa CEO’s Education tidak memiliki pengaruh dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan. Tujuan penelitian ini untuk menguji kembali pengaruh CEO’s
Education dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan.
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dengan pengujian hipotesis untuk
menganalisis pengaruh Fraud Diamond terhadap Financial Statement Fraud. Sumber data yang
digunakan adalah data sekunder yang berasal dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2018 sampai dengan 2020.
Penelitian ini memakai metode purposive sampling untuk mengumpulkan data. Purposive sampling
ialah jenis penghimpunan sampel yang dilaksanakan pada tujuan tertentu dan telah ditentukan
sebelumnya.
a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2018-
2020.
b. Perusahaan menyajikan laporan keuangan tahunannya dalam website perusahaan atau
website BEI selama periode 2018-2020.
c. Perusahaan dalam posisi laba selama periode 2018-2020.
d. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah.
e. Perusahaan yang memiliki kelengkapan data untuk seluruh tahun pengamatan
Variabel Independen
Financial Stability
Financial Stability kondisi di mana bisnis dipaksa untuk mempertahankan kinerja keuangan
yang konsisten. Kesehatan aset perusahaan memberikan wawasan tentang stabilitas keuangannya
(Norbarani, 2012). Menurut Skousen et al. (2009), besarnya persentase perubahan jumlah aset
perusahaan, semakin besar peluang kecuranganlaporan keuangan. Rasio perubahan total aset
(AChange) berfungsi sebagai proksi untuk stabilitas keuangan:
419
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
External Pressure
External Pressure mengacu pada pemberian beban kepada manajemen untuk meminjam
utang dan melengkapi kewajiban utang yang dikenakan oleh pihak lain, serta tekanan untuk
membayar kembali pinjaman. Rasio leverage digunakan untuk mewakili tekanan eksternal dalam
investigasi ini. Rasio Leverage diperoleh memakai rumus Debt to Asset Ratio:
Financial Target
Financial target ialah kondisi dimana
perusahaan menetapkan tingkat keuntungan yang
harus didapatkan untuk terus beroperasi. Return On Assets adalah salah satu metrik pemakaian untuk
menentukan jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan relatif terhadap jumlah uang yang
dihabiskan untuk bisnis (ROA). Laba sebagai persentase dari total aset ROA ialah penggunaan
metrik kinerja operasional untuk menentukan efisiensi aset yang telah dioperasikan (Skousen, 2009).
Rasio Return On Assets dipakai untuk mengevaluasi kinerja manajer, serta untuk menetapkan
kenaikan insentif dan kompensasi. Akibatnya, ROA sebagai pengganti financial target. Penghitungan
ROA dengan menggunakan rumus:
Nature of Industry
Nature of Industry menggambarkan kondisi optimal suatu bisnis dalam industrinya. Akun-
akun tertentu dalam laporan keuangan suatu perusahaan memiliki nilai keseimbangan yang
ditentukan oleh perusahaan berdasarkan estimasi atau evaluasi subjektif. Maka, penelitian ini
memakai fluktuasi piutang sebagai proksi sifat Industri. Perhitungan memakai rumus:
Ineffective Monitoring
Ineffective Monitoring Pemantauan tidak efisien adalah situasi bisnis yang disebabkan oleh
kurangnya pengendalian internal yang efektif. Menurut SAS No. 99, hal ini mungkin terjadi sebagai
akibat dari dominasi manajerial oleh individu atau sekelompok, tidak adanya pemantauan
kompensasi, dewan direksi dan komite audit tidak cukup memantau tahapan pelaporan keuangan dan
peninjauan internal. Rasio komisaris (BDOUT) dalam penelitian ini berfungsi sebagai proksi untuk
ineffective monitoring:
420
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
Change in Auditor
Change in auditor perusahaan dilihat seperti usaha penemuan menghapus jejak penipuan
oleh auditor yang lalu. Ini mendorong bisnis untuk mengubah auditor independen mereka untuk
menyembunyikan kecurangan periode lalu. Dengan demikian, penelitian ini merupakan proksi
rasionalisasi menggunakan perubahan KAP yang pengukuran dengan variabel dummy dimana jika
terjadi perubahan KAP antara tahun 2018 dan 2020 berkode 1, dan jika ada tidak ada perubahan di
tempat kerja akuntan publik antara tahun 2018 dan 2020, berkode 0.
CEO’s Education
CEO’s Education atau tingkat Pendidikan CEO merupakan tingkatan pendidikan yang akan
mempengaruhi posisi jabatan individu dalam perusahaan termasuk presiden direktur maupun
anggota dewan. Semakin tinggi jabatan seseorang yang berpendidikan tinggi, maka semakin mudah
mereka melakukan manipulasi dengan pengetahuan yang dimilikinya. Penelitian ini memproksikan
capability dengan CEO’s Education (tingkatan Pendidikan CEO). CEO’s Education diukur dengan
variabel dummy. Apabila latar belakang Pendidikan terakhir CEO selama tahun 2018-2020 adalah
magister atau diatasnya maka diberi nilai 1. Apabila latar belakang Pendidikan terakhir CEO selama
periode 2018-2020 dibawah magister maka diberi nilai 0.
Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial statement fraud diproksikan
dengan manajemen laba (earning management) yang diukur dengan nilai discretionary accrual dari
Model Modified Jones yang merupakan perkembangan dari model Jones yang dapat mendeteksi
manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model lainnya (Iqbal & Murtanto, 2016)
Untuk mengukur discretionary accruals, terlebih dahulu menghitung total akrual untuk tiap
perusahaan i di tahun t dengan metode modifikasi Jones yaitu:
Dimana,
Nilai total accrual (TAC) diestimasi dengan persaman regresi OLS sebagai berikut:
Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai non discretionary accrual (NDA) dapat dihitung
dengan rumus :
421
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
Dimana,
e = error
Keterangan:
a = Konstanta
b = Koefisien
X1 = Financial stability
X2 = External Pressure
X3 = Financial Target
X6 = Ineffective Monitoring
422
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
e = Standar Error
Tabel 1
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 195
2018-2020.
2. Dikeluarkan dari sampel karena:
a. Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan tahunannya dalam (54)
website perusahaan atau website BEI selama periode 2018-2020.
b. Perusahaan manufaktur yang mengalami kerugian selama periode penelitian (46)
(2018-2020)
c. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Asing. (10)
d. Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data untuk seluruh tahun (29)
pengamatan 2018-2020.
3 Jumlah Perusahaan yang digunakan 56
4 Periode pengamatan 2018-2020 3
5 Jumlah sampel akhir yang digunakan pada tahun 2018 hingga 2020. 168
423
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda
dengan pengolahan data menggunakan program pengolahan statistik SPSS. Penjelasan dari masing-
masing tahapan pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier berganda akan dijabarkan
sebagai berikut:
Statistik Deskriptif
Tabel 2
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
n Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Financial_Stability 168 -0,3078 1,6761 0,097971 0,2215593
External_Pressure 168 0,0035 0,8448 0,389250 0,1885872
Financial_Target 168 0,0000 0,9210 0,082371 0,1033137
Personal_Financial_Needs 168 0,0000 0,2996 0,021903 0,0519346
Nature_of_Industry 168 -0,8137 0,2193 -0,012991 0,1140557
Ineffective_Monitoring 168 0,2000 0,8333 0,401757 0,1010971
Change_in_Auditor 168 0,0000 1,0000 0,160714 0,3683652
CEO'S_Education 168 0,0000 1,0000 0,244048 0,4308052
Financial_Statement_Fraud 168 -0,3668 1,1911 0,025215 0,1255004
Valid N (listwise) 168
Sumber : Hasil Olah data SPSS
Hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa 1) Financial Stability yang diukur dengan rasio
perubahan total asset (ACHANGE) memiliki nilai minimum -0,30 dan nilai maksimum 1,68 dengan
nilai rata-rata sebesar 0,10 dan nilai deviasi standar sebesar 0,22; 2) External Pressure memiliki
nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 0,84 dengan nilai rata-rata sebesar 0,39 dan nilai deviasi
standar sebesar 0,19; 3) Financial Target memiliki nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 0,92
dengan nilai rata-rata sebesar 0,08 dan nilai deviasi standar sebesar 0,10; 4) Personal Financial
Needs memiliki nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 0,30 dengan nilai rata-rata sebesar 0,02
dan nilai deviasi standar sebesar 0,05; 5) Nature of Industry memiliki nilai minimum -0,81 dan nilai
maksimum 0,22 dengan nilai rata-rata sebesar -0,01 dan nilai deviasi standar sebesar 0,11;
6) Ineffective Monitoring memiliki nilai minimum 0,20 dan nilai maksimum 0,83 dengan nilai rata-
rata sebesar 0,40 dan nilai deviasi standar sebesar 0,10.
424
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
Tabel 3
Komposisi Variabel Dummy-Change in Auditor
Hasil statistik deskriptif diatas menunjukan bahwa 84% dari sampel perusahaan yang tidak
melakukan pergantian auditor selama periode penelitian, sedangkan 16% dari sampel perusahaan
melakukan pergantian auditor selama periode penelitian.
Tabel 4
Komposisi Variabel Dummy-CEO’s Education
Hasil statistik deskriptif diatas menunjukan bahwa 76% dari sampel perusahaan yang
memiliki latar belakang pendidikan terakhir CEO dibawah magister selama periode penelitian,
sedangkan 41% dari sampel perusahaan memiliki latar belakang pendidikan terakhir CEO magister
atau diatasnya.
Uji Normalitas
Tabel 5
Hasil pengujian normalitas di atas menunjukkan bahwa pada model regresi berganda yang dibuat
telah berdistribusi normal.
425
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
Uji Multikolinearitas
Tabel 6
Uji Multikolinearitas
Model Kesimpulan
Tolerance VIF
Financial Stability 0,890 1,123 Tidak ada multikolinearitas
External Pressure 0,851 1,176 Tidak ada multikolinearitas
Financial Target 0,813 1,230 Tidak ada multikolinearitas
Personal Financial Needs 0,964 1,037 Tidak ada multikolinearitas
Nature of Industry 0,906 1,104 Tidak ada multikolinearitas
Ineffective Monitoring 0,867 1,153 Tidak ada multikolinearitas
Change in Auditor 0,868 1,152 Tidak ada multikolinearitas
CEO'S Education 0,851 1,175 Tidak ada multikolinearitas
Sumber : Hasil Olah data SPSS
Tabel di atas menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai VIF<10 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas (H0 diterima). Selain itu nilai tolerance juga
menunjukkan nilai lebih besar dari 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antar
variabel independen tersebut.
Uji Heterokedastisitas
Tabel 7
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
T Sig. Kesimpulan
Std.
B Beta
Error
(Constant) 0,039 0,024 1,635 0,104
Financial_Stability 0,036 0,026 0,095 1,378 0,170 Tidak terdapat heterokedastisitas
External_Pressure 0,053 0,030 0,122 1,726 0,086 Tidak terdapat heterokedastisitas
Financial_Target 0,437 0,057 0,558 7,735 0,173 Tidak terdapat heterokedastisitas
Personal_Financial_Needs
-0,067 0,104 -0,043 -0,648 0,518 Tidak terdapat heterokedastisitas
Nature_of_Industry 0,064 0,048 0,091 1,329 0,186 Tidak terdapat heterokedastisitas
Ineffective_Monitoring -0,060 0,056 -0,075 -1,068 0,287 Tidak terdapat heterokedastisitas
Change_in_Auditor 0,022 0,016 0,097 1,393 0,166 Tidak terdapat heterokedastisitas
CEO'S_Education -0,010 0,013 -0,055 -0,779 0,437 Tidak terdapat heterokedastisitas
Sumber : Hasil Olah Data SPSS
426
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
Hasil pengujian heterokedastisitas di atas menunjukkan semua variabel memiliki nilai sig
lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terkendala
heterokedastisitas.
Uji Autokorelasi
Tabel 8
Berdasarkan tabel pada signifikansi 5%, dengan jumlah sampel 168 dan jumlah variabel
independen 8 (k=8) maka tabel Durbin Watson akan memberikan nilai du sebesar 1,8482. Oleh
karena nilai dw sebesar 2,048 lebih besar dari batas atas (du) sebesar 1,8482 dan kurang dari 4-du
(4-1,8482=2,1518) dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
Uji Hipotesis
Model R2
Model Regresi Linear Berganda 0,260
Sumber : Hasil Olah Data SPSS
Pada tabel 9 dapat diketahui bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,260. Artinya bahwa variasi
dari variabel independen (Financial Stability, External Pressure, Financial Target, Personal
Financial Needs, Nature of Industry, Ineffective Monitoring, Change in Auditor, & CEO’S
Education) mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen (Financial Statement Fraud) sebesar
26% sedangkan sisanya 74% varians variabel terikat yang dijelaskan oleh faktor lain.
Uji F
Tabel 10
Hasil Uji F
Tabel 10 menunjukkan nilai sig dari F sebesar 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05
(α=0,05) dan F hitung nya sebesar 6,190 > F tabel nya sebesar 2,07, jadi dapat disimpulkan bahwa
427
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
dengan tingkat kepercayaan 95%, semua variabel secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap Financial Statement Fraud.
428
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
nilai unstandardized beta 0,396 dengan arah Positif dan T hitung > T Tabel (2,303 > 1,9749). Maka
dapat disimpulkan bahwa H4 diterima, hal ini berarti secara parsial variabel Personal Financial
Needs berpengaruh Positif terhadap Financial Statement Fraud.
429
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
Kondisi perusahaan yang stabil dapat mencerminkan kinerja manajemen yang dinilai bagus
dan menggambarkan kondisi perusahaan yang baik. Kondisi tersebut digunakan pihak manajemen
untuk menarik minat investor dan kreditor untuk meminjamkan modal kepada perusahaannya. Hal
tersebut berkaitan dengan agency theory yaitu pihak principal menginginkan kondisi keuangan yang
stabil dan terus meningkat, namun disisi lain manajemen memiliki tekanan karena ketidakstabilan
kondisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu, manajemen melakukan manipulasi rasio perubahan
total aset perusahaan. Akibatnya timbul konflik kepentingan atas permasalahan tersebut. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Istiyanto & Yuyetta (2021), Andy et al.,
(2020), dan Warsidi et al., (2018) menggunakan rasio total perubahan aset (AChange) menunjukan
bahwa financial stability berpengaruh terhadap financial statement fraud, namun tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Arief et al., (2021), Andi Aulia Ramadhany (2020), dan
Agusputri & Sofie (2019) yang menyatakan bahwa financial stability tidak berpengaruh terhadap
financial statement fraud.
430
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
target perolehan laba yang ditentukan, sehingga mendorongnya untuk melakukan kecurangan pada
laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Istiyanto & Yuyyeta (2021),
Ramadhani & Nurbaiti (2020), dan Andi Auliya Ramadhany (2020) yang menunjukkan bahwa
financial target berpengaruh terhadap financial statement fraud, namun tidak sejalan dengan
penelitian Arief et al., (2021) dan Puspitadewi & Sormin (2018) yang menyatakan bahwa financial
target tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud.
431
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
berbagai pihak tertentu. Sihombing & Raharjo (2014) menyatakan bahwa semakin banyak komisaris
independen diharapkan akan semakin meningkatkan kinerja perusahaan. Namun berbeda jika
ditemukan intervensi kepada dewan komisaris independen yang mengakibatkan tidak objektifnya
suatu pengawasan yang dilakukan oleh dewan independen tersebut. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba & Putra (2017) menghasilkan Ineffective
Monitoring tidak berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan, namun tidak
sejalan dengan penelitian Lestari dan Henny (2019) dan Agustina dan Pratomo (2019) yang
membuktikan kecurangan laporan keuangan dapat disebabkan karena ketidakefektifan pengawasan
yang ada dalam perusahaan.
432
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan hasil penelitian ini bahwa Pressure yang diproksikan dengan Financial Stability
berpengaruh positif dalam mendeteksi financial statement fraud. Pressure yang diproksikan dengan
External Pressure berpengaruh positif dalam mendeteksi financial statement fraud. Pressure yang
diproksikan dengan Financial Target berpengaruh positif dalam mendeteksi financial statement
fraud. Pressure yang diproksikan dengan Personal Financial Need berpengaruh positif dalam
mendeteksi financial statement fraud. Opportunity yang diproksikan dengan Nature of Industry
berpengaruh positif dalam mendeteksi financial statement fraud. Opportunity yang diproksikan
dengan Ineffective Monitoring tidak berpengaruh dalam mendeteksi financial statement fraud.
Rationalization yang diproksikan dengan Change in Auditor berpengaruh positif dalam mendeteksi
financial statement fraud. Capability yang diproksikan dengan CEO’s Education tidak berpengaruh
dalam mendeteksi financial statement fraud.
DAFTAR PUSTAKA
AFCE. (2018). Global Study on Occupational Fraud and Abuse. Association of Certified
Fraud Examiners, 10,80.
Agusputri, H., & Sofie, S. (2019). Faktor - Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Fraudulent Financial
Reporting Dengan Menggunakan Analisis Fraud Pentagon. Jurnal Informasi, Perpajakan,
Akuntansi, Dan Keuangan Publik, 14(2), 105–124. https://doi.org/10.25105/jipak.v14i2.5049
Annisa Dida Ramadhani, & Nurbaiti, A. (2020). Pengaruh Fraud Diamond Terhadap Pendeteksian
Kecurangan Laporan Keuangan Menggunakan Analisis Beneish Ratio Index. Jurnal Mitra
Manajemen, 4(2), 262–277. https://doi.org/10.52160/ejmm.v4i2.346
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). (2018). Report To the Nations 2018 Global Study
on Occupational Fraud and Abuse.
Dharma Pangestu, A., Oktavia, R., & Amelia, Y. (2020). Pendeteksian kecurangan laporan keuangan
dengan menggunakan model beneish m-score: perspektif fraud diamond. Jurnal Akuntansi,
Keuangan, Dan Manajemen, 1(4), 301–313. https://doi.org/10.35912/jakman.v1i4.90
Fadrul, Clara Desli, C., & Zul Azmi, dan. (2021). Analysis of Testing With Fraud Diamond and on
Effect on Financial Statement Fraud on Go Public Companies Lq-45 Listed in Indonesia Stock
Exchange (Idx) Period 2015-2019. Jurnal Ilmiah Akuntansi, 5(2), 135–152.
http://www.ejournal.pelitaindonesia.ac.id/ojs32/index.php/BILANCIA/index
Ghozali, Imam, 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPSS 25, Edisi 9,
Cetakan IX, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Iqbal, M., & Murtanto. (2016). Analisa Pengaruh Faktor-faktor Fraud Triangle terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Seminar Nasional Cendikiawan 2016, ISSN: 2540-7589,2002,1-20.
Istiyanto, A. S., & Yuyetta, E. N. A. (2021). Analisis Determinan Financial Statement Fraud dengan
Perspektif Fraud Pentagon. Diponegoro Journal of Accounting, 10, 1–12.
Khamainy, A. H., Ali, M., & Setiawan, M. A. (2022). Detecting financial statement fraud through
new fraud diamond model: the case of Indonesia. Journal of Financial Crime, 29(3), 925–941.
https://doi.org/10.1108/JFC-06-2021-0118
Kusumaningrum, A. W., & Murtanto. (2016). Analisis Pengaruh Fraud Diamond Dalam Mendeteksi
Kecurangan Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis, 2 (September), 412-422.
Lestari, M.I., & Henny, D. (2019) Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial
Statements Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-
433
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022
434