Anda di halaman 1dari 23

Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

PENGARUH FRAUD DIAMOND DALAM MENDETEKSI FINANCIAL


STATEMENT FRAUD (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2018-2020)

Ani R1, Murtanto2


1,2
Program Studi Akuntansi, Universitas Trisakti
E-mail: 2murtanto@trisakti.ac.id
*corresponding author
ABSTRACT
The objective of research is to analyze the effect of the fraud diamond elements Pressure,
Opportunity, Rationalization, and Capability. The variables used are financial stability,
external pressure, financial target, personal financial need, nature of industry, ineffective
monitoring, change in auditor, and CEO's education in detecting financial statement fraud.
This research uses quantitative methods. The data used in this research is secondary data
obtained from Indonesia Stock Exchange. The population used in this study were all
manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2018 to 2020. Based
on the specific criteria, the samples in this study were 168 with the purposive sampling
method. The analysis technique in this research is multiple linear regression analysis. The
result showed that the variables of financial stability, external pressure, financial target,
personal financial needs, nature of industry, and change in auditor have an effect in the
detection of the financial statement fraud. Meanwhile, the variables Ineffective monitoring
and CEO’s education doesn’t have effect to detection financial statements fraud.
Kata Kunci: Financial Statement Fraud, Fraud Diamond, Earning Management Financial
Stability, External Pressure, Financial Target, Personal Financial Needs, Nature of
Industry, Ineffective Monitoring, Change in Auditor, CEO’s Education

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh unsur-unsur Fraud diamond
Pressure, Opportunity, Rationalization, dan Capability. Variabel yang digunakan adalah
stabilitas keuangan, tekanan eksternal, target keuangan, kebutuhan keuangan pribadi, sifat
industri, pemantauan yang tidak efektif, pergantian auditor, dan pendidikan CEO dalam
mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa
Efek Indonesia. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2018 sampai dengan tahun
2020. Berdasarkan kriteria tertentu, sampel dalam penelitian ini adalah 168 dengan metode

412
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

purposive sampling. Teknik analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel stabilitas keuangan, tekanan
eksternal, target keuangan, kebutuhan keuangan pribadi, sifat industri, dan pergantian
auditor berpengaruh dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan. Sedangkan variabel
Ineffective monitoring dan CEO education tidak berpengaruh terhadap pendeteksian
kecurangan laporan keuangan.
Kata Kunci: Penipuan Laporan Keuangan, Fraud Diamond, Manajemen Laba Stabilitas
Keuangan, Tekanan Eksternal, Target Keuangan, Kebutuhan Keuangan Pribadi, Sifat
Industri, Pemantauan Tidak Efektif, Perubahan Auditor, Pendidikan CEO

PENDAHULUAN
Laporan yang berisi informasi keuangan suatu perusahaan merupakan salah satu sumber
informasi yang dibutuhkan pihak pemangku kepentingan perusahaan. Hasil yang disajikan dalam
laporan keuangan diperlukan guna mendukung pengambilan keputusan. Dalam perkembangannya,
perusahaan akan terus meningkatkan kinerjanya guna meningkatkan nilai yang dimilikinya. Sejalan
dengan peningkatan kinerjanya, terdapat masalah yang mungkin akan muncul, sebagai contoh adalah
keadaan yang akan menimbulkan kasus fraud. Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)
menjabarkan pengertian mengenai “occupational fraud and abuse” yaitu suatu bentuk
penyalahgunaan tanggung jawab suatu pihak yang dilakukan dengan sengaja maupun pencurian aset
atau sumber daya organisasi demi mengambil keuntungan pribadi dari organisasi tempatnya bekerja.
Bentuk tindakan fraud (kecurangan) merupakan suatu hal yang berbeda dengan error atau
kesalahan yang tidak direncanakan. Jika terdapat suatu pihak yang secara tidak di sengaja
mencatatkan nilai tidak sesuai pada laporan keuangan, dapat dinyatakan bahwa hal tersebut tidak
tergolong ke dalam fraud. Hal itu karena tidak terdapat tujuan untuk mendapatkan keuntungan atas
pihak lain melalui manipulasi. Kemudian dalam keadaaan yang sama, suatu pihak secara sengaja
mencatatkan nilai yang tidak sesuai pada laporan dengan maksud menipu stakeholder, keadaan
tersebut dapat dinyatakan sebagai tindakan kecurangan (Albrecht, et al., 2011, h.7). Melalui uraian
tersebut, dinyatakan bahwa fraud/kecurangan merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara
sengaja, membuat pihak lain merasakan kerugian, serta dijalankan untuk memperoleh keuntungan
bagi pihaknya sendiri (Istiyanto & Yuyetta, 2021)
Dalam suatu perusahaan, suatu tindakan fraud mungkin dilakukan oleh pihak internal
ataupun eksternal perusahaan. Dalam penelitian ini akan membahas mengenai kecurangan yang
dilakukan pada internal perusahaan yang dikenal sebagai occupational fraud. Occupational fraud
merupakan suatu tindakan tidak bertanggung jawab dengan menyalahgunakan wewenang suatu
pihak atau sumber daya suatu organisasi untuk menguntungkan diri sendiri. Dalam hal ini tindakan
kecurangan dapat dilakukan oleh karyawan, manajer, pejabat, maupun pemilik suatu organisasi yang
merugikan organisasi itu sendiri (ACFE, 2020).
ACFE menjabarkan occupational fraud tampilan fraud tree. Occupational fraud tree ini
dibagi atas corruption (korupsi), asset misappropriation (penyalahgunaan asset), dan financial
statement fraud. Menurut ACFE yang dinyatakan pada Report to the Nations
pada 2018, berdasarkan ketiga metode occupational fraud tersebut, financial statement fraud

413
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

memberikan dampak kerugian yang paling besar. Financial statement fraud merupakan salah saji
yang direncanakan atas kondisi keuangan suatu perusahaan yang biasanya melibatkan penyajian
yang dilebihkan pada aset, pendapatan dan laba, serta penyajian yang meminimkan jumlah
kewajiban, biaya, dan kerugian (ACFE, 2020). Apabila tidak dilakukan pencegahan, kasus fraud
akan selalu terjadi dan semakin merugikan pemangku kepentingan laporan keuangan.
Karena itu, terdapat banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mendeteksi kecurangan yang
terjadi, di antaranya yaitu Fraud Triangle (segitiga kecurangan) dan Fraud Diamond (segiempat
kecurangan). Penelitian yang dilakukan oleh Cressey (1953) dalam Skousen et al. (2009),
menampilkan bahwa terdapat tiga faktor keadaan yang menjadi alasan seseorang menjalankan fraud,
yakni pressure, opportunity, dan rationalization yang terangkum dalam Fraud Triangle Theory.
Wolfe dan Hermanson (2004) kemudian menyisipkan faktor keempat, yaitu capability atau
kemampuan pada tiga faktor sebelumnya yang telah dikemukakan pada studi Cressey (1953) dalam
Skousen et al. (2009). Faktor tambahan tersebut kemudian terangkum dalam satu teori, yaitu Fraud
Diamond Theory.
Penelitian ini mengadopsi beberapa variabel dan pengukuran yang terdapat pada penelitian
terdahulu. Menurut SAS No. 99 variabel dari fraud diamond tidak dapat diteliti begitu saja sehingga
dibutuhkan proksi variabel. Penelitian ini memproksikan variabel pressure dengan financial
stability, external pressure, financial target dan personal financial need. Opportunity akan
diproksikan dengan nature of industry dan ineffective monitoring. Rationalization akan diproksikan
dengan change in auditor. Capability diproksikan dengan CEO’s Education. Objek penelitian ini
menggunakan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode 2018-
2020. Peneliti memilih perusahaan manufaktur karena jumlah populasinya besar dibandingkan
dengan industri lainnya. Selain itu, perusahaan manufaktur sangat rentan akan terjadinya financial
statement fraud karena memiliki karakter yang begitu kompleks. Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka penelitian ini berjudul “Pengaruh Fraud Diamond dalam Mendeteksi Financial
Statement Fraud (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2018-2020).”

TINJAUAN PUSTAKA
Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency Theory pertama kali dinyatakan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976. Teori
ini mendeskripsikan bagaimana pemilik saham sebagai “principal” dan manajemen sebagai “agent”.
Hubungan keagenan timbul karena terdapat perjanjian antara principal dan agent. Manajemen
diserahkan separuh kekuasaan untuk pengambilan keputusan yang akan dipertanggungjawabkan
kepada pemegang saham. Kedua belah pihak memiliki kepentingan masing-masing, dan perbedaan
kepentingan ini bisa menimbulkan benturan kepentingan. Pemegang saham sebagai principal
tentunya menginginkan pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan untuk mendapatkan derajat
pengembalian investasi yang tinggi. Sementara itu, manajemen, sebagai agensi, peduli dengan
kesejahteraan mereka. Ketika seorang agen memiliki kepentingan dalam kesejahteraannya sendiri,
kemungkinan besar agent tersebut mungkin tidak bertindak untuk kepentingan principal. Agent
dalam kapasitasnya sebagai manajemen di perusahaan tidak diragukan lagi memiliki pemahaman
yang lebih baik terhadap data internal perusahaan daripada pihak eksternal seperti investor dan
kreditur. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan informasi. Dalam situasi ini, manajer mungkin

414
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

memanipulasi laporan keuangan dengan menggunakan pengetahuan yang mereka miliki untuk
memajukan kepentingan mereka sendiri (Scott, 1997 dalam (Rini & Achmad, 2012).

Fraud
Menurut Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), kecurangan (fraud) adalah
suatu indikasi kecurangan atau kesalahan yang dilaksanakan individu atau lembaga yang menyadari
jika perbuatan tersebut akan menyebabkan sejumlah akibat yang tidak diinginkan bagi orang, badan,
dan pihak lain.

Fraud Triangle
Fraud Triangle merupakan pengembangan model dari hipotesis Cressey (1953) menjabarkan
tentang faktor-faktor yang membuat individu menjalankan kecurangan. Menurut (Cressey, l953
dalam Pangestu et al., 2020) ada 3 komponen prioritas penyebab terjadinya kecurangan pada fraud
triangle yaitu pressure (tekanan), opportunity (kesempatan), dan rationalization (pembenaran).

Fraud Diamond
Menambahkan unsur Capability (kemampuan individu) pada model fraud triangle yang
ditemukan oleh Cressey (1953) adalah tujuan pengembangan gagasan Wolfe dan Hermanson (2004).
Akibatnya, ada empat variabel utama yang berkontribusi terhadap fraud, Pressure, Opportunity,
Rationalization,dan Capability. Pada prinsipnya, dikatakan fraud tidak akan terjadi ditangan orang
yang tepat sesuai kemampuan. Terdapat enam sifat umum capability untuk melakukan fraud yaitu
otorisasi fungsional dalam organisasi kecerdasan, tingkat kepercayaan diri/ego, keterampilan koersif
yang kuat, kebohongan yang berhasil, dan tingkat toleransi stres yang tinggi (immunity to stress).
Jika seseorang tidak memiliki kapasitas untuk melakukan penipuannya secara rinci, Wolfe dan
Hermanson (2004) menegaskan bahwa dia tidak akan melakukan kecurangan. Pada mulanya,
perbuatan curang itu dilakukan sebagai akibat dari tekanan, kemudian pelaku mengusahakan untuk
melepaskan tekanan itu dengan melihat peluang/kesempatan. Selanjutnya, rasionalisasi merupakan
faktor yang membatasi kemampuan pelaku untuk melakukan kecurangan; jika penipuan telah
dibenarkan, pelaku harus menentukan apakah ia dapat menjalankan penipuan atau tidak.

Financial Statement Fraud


Menurut Association of Certified Fraud Examiner (AFCE), Financial Statement Fraud
adalah rencana di mana pegawai secara sengaja salah menyatakan atau menghapus informasi penting
di laporan keuangan perusahaan. Menurut AFCE, data keuangan diubah dalam dua cara oleh
manipulator. Untuk memulai, dengan salah mengartikan total kekayaan yang lebih tinggi dari yang
asli. Hal ini dijalankan supaya kinerja keuangan perusahaan nampak solid dan meningkatkan
kepercayaan pelanggan informasi keuangan terhadap masa depan perusahaan. Kedua, manipulator
mengarang laporan keuangan dengan mengurangi nilai aset atau pendapatan. Hal ini mengakibatkan
penurunan beban pajak perusahaan atau tanggung jawab pemerintah lainnya.

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh Pressure yang diproksikan dengan Financial Stability terhadap Financial


Statement Fraud

415
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

Perusahaan dengan posisi keuangan yang stabil menambah nilai perusahaan dimata
pemangku kepentingannya. SAS No. 99 menjelaskan bahwa, saat stabilitas dan profitabilitas
keuangan perusahaan sedang dalam keadaan terancam oleh keadaan ekonomi,industri,juga kondisi
lainnya, manajer menghadapi tekanan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Pada saat
keadaan ketika perusahan mengalami pertumbuhan di bawah rata-rata industri, manajemen
kemungkinan melakukan manipulasi laporan keuangan guna meningkatkan prospek perusahaan.
Manipulasi yang terjadi berkaitan pertumbuhan aset perusahaan (Skousen et al.,2009). Oleh karena
hal tersebut, tingkat pertumbuhan aset digunakan untuk menilai stabilitas keuangan. Semakin stabil
aset perusahaan bertumbuh semakin kecil tekanan yang dirasakan pihak manajemen perusahaan.
Istiyanto dan Yuyetta (2021), Andy et al., (2020), dan Warsidi et al., (2018) menampilkan dengan
perubahan aset (AChange) bahwa financial stability berpengaruh terhadap financial statement fraud.
Hipotesis berikut dibentuk berdasarkan deskripsi ini:

H1 : Financial Stability berpengaruh negatif terhadap Financial Statement Fraud

Pengaruh Pressure yang diproksikan dengan External Pressure terhadap Financial


Statement Fraud
Untuk melaksanakan tugas-tugas operasional, perusahaan membutuhkan pendanaan dan
sumber daya. Pendanaan semacam ini dapat diterima dari pemangku kepentingan internal dan
eksternal untuk bisnis. Pendanaan eksternal dapat diperoleh melalui pengajuan pinjaman ke bank
atau pihak ketiga lainnya. Semakin besar pinjaman, semakin besar risiko kredit, yang meningkatkan
kecemasan pemberi pinjaman. “Bentuk tekanan yang kerap kali dialami manajemen perusahaan ialah
kebutuhan untuk memperoleh tambahan utang/sumber pembiayaan eksternal agar tetap kompetitif,
pembiayaan riset dan pengeluaran pembangunan atau modal termasuk didalamnya” (Skousen et al.,
2009). Jika perusahaan mempunyai risiko kredit tinggi, dikhawatirkan perusahaan tidak mampu
membayar kembali pinjaman yang diperoleh. Akibatnya, korporasi akan melakukan segala cara
untuk mempertahankan perusahaan agar melakukan penipuan untuk melunasi kewajiban perusahaan.
Akibatnya, semakin besar pengukuran tekanan eksternal dengan rasio leverage, semakin besar risiko
kecurangan laporan keuangan. Menurut penelitian oleh Yesiariani & Rahayu (2017) dan Septriani &
Handayani (2018) yang mengukur external pressure dengan proksi leverage ratio hasilnya external
pressure berpengaruh positif.. Hipotesis berikut dibentuk berdasarkan deskripsi ini:

H2 : External Pressure berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud

Pengaruh Pressure yang diproksikan dengan Financial Target terhadap Financial


Statement Fraud
Seperti halnya semua manajer, mereka yang berada di bisnis manufaktur diharapkan bekerja
sebaik mungkin untuk memaksimalkan pendapatan perusahaan. Keuntungan ini disebut sebagai
tujuan keuangan. Menurut Skousen et al., (2009), rasio pendapatan terhadap total aset, atau
pengembalian aset (ROA) yaitu indikator kinerja operasional yang paling banyak dipakai
menentukan keefektifan kinerja aset. ROA dipakai sebagai pengganti untuk tujuan keuangan
berdasarkan ini. Penelitian Skousen et al (2009) tidak membuktikan jika ROA berdampak bagi
kecurangan laporan keuangan. Data ini dikuatkan oleh temuan studi Arief et al (2021), menampilkan
jika “financial target” tidak berpengaruh nyata bagi kecurangan laporan keuangan. Hal ini berbeda

416
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

dengan penelitian lalu oleh Istiyanto dan Yuyyeta (2021), Ramadhani dan Nurbaiti (2020), dan Andi
Auliya Ramadhany (2020), menampilkan jika financial target berpengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan. Jika ROA meningkat, kinerja manajemen juga meningkat. Ini menunjukkan
bahwa operasi bisnis secara keseluruhan efisien. Namun, dalam mengejar ROA yang lebih besar,
terdapat kemungkinan manajemen melakukan kecurangan laporan keuangan. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3 : Financial Target berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud

Pengaruh Pressure yang diproksikan dengan Personal Financial Need terhadap Financial
Statement Fraud
Menurut (Skousen et al., 2009), keperluan finansial pribadi merupakan faktor saat
menentukan status keuangan perusahaan.Menurut SAS No. 99, manajer atau pemimpin perusahaan
dipaksa untuk melakukan kecurangan laporan keuangan saat kesejahteraan finansial mereka sendiri
terancam oleh kesuksesan finansial perusahaan. Dengan demikian, pemimpin perusahaan yang
memegang saham dapat memberikan pengaruh pada praktik manajemen mengenai pengungkapan
kinerja keuangan perusahaan. Akibatnya, kepemilikan proporsi saham oleh individu internal
berfungsi sebagai proksi untuk kebutuhan keuangan pribadi (Skousen et al., 2009). Besarnya tingkat
kepemilikan orang dalam di perusahaan, semakin besar kemungkinan angka keuangan dapat
dimanipulasi secara curang. Murtanto dan Sandra (2019) dan Nugrahaeni dan Triatmoko (2017)
keduanya menemukan bahwa Personal Financial Need berpengaruh positif bagi Financial Statement
Fraud. Hipotesis berikut dibentuk berdasarkan deskripsi ini:

H4 : Personal Financial Need berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud

Pengaruh Opportunity yang diproksikan dengan Nature of Industry terhadap Financial


Statement Fraud
Beberapa akun dalam laporan keuangan suatu bisnis diestimasi oleh perusahaan, misalnya,
perkiraan jumlah piutang tak tertagih. Karena diperbolehkan bagi perusahaan untuk memperkirakan
jumlah piutang tak tertagih, perusahaan dapat mengajukan saldo rekening yang berlebihan untuk
menurunkan pendapatan. Ini dapat digunakan untuk melakukan kecurangan laporan keuangan.
Menyajikan kelebihan saldo kredit macet membuat laba cadangan yang dipakai untuk meningkatkan
pendapatan di masa depan jika perusahaan penentuan tujuan tidak tercapai. Akibatnya, karakter
industri dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio perubahan piutang penjualan selama periode
dua tahun. Semakin besar persentase perubahan piutang, semakin besar potensi terjadinya
kecurangan. Menurut Ramadhani & Nurbaiti (2020) dan Purba & Putra (2017) nature industry
berpengaruh positif bagi pendeteksian kecurangan laporan keuangan. Hipotesis berikut dibentuk
berdasarkan deskripsi ini:
H5 : Nature of Industry berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud

Pengaruh Opportunity yang diproksikan dengan Ineffective Monitoring terhadap Financial


Statement Fraud
Kecurangan laporan keuangan dapat dipicu oleh kegagalan perusahaan untuk mengawasi
personilnya secara efektif, sehingga menciptakan kemungkinan bagi karyawan untuk melakukan

417
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

kecurangan (Lestary dan Henny, 2019). Pengawasan terkait erat dengan dewan komisaris, karena
dewan diberi wewenang untuk memantau kegiatan perusahaan. Komisaris independen ditunjuk oleh
pihak di luar perusahaan dan dapat meningkatkan efektivitas pengawasan dengan mencegah
penipuan laporan keuangan (Yesiariani dan Rahayu, 2017). Menurut Skousen et al (2008),
perusahaan yang melakukan kecurangan biasanya memiliki jumlah dewan komisaris yang sedikit.
Oleh karena itu, semakin kecil rasio dewan komisaris yang diukur dengan BDOUT maka tingkat
kecurangan akan semakin tinggi. Sebaliknya, semakin besar rasio dewan komisaris maka tingkat
kecurangan akan semakin menurun. Studi Lestari dan Henny (2019) dan Agustina dan Pratomo
(2019) menunjukkan bahwa kecurangan laporan keuangan dapat dipicu oleh tidak efektifnya
pengawasan perusahaan saat ini. Kemudian, penelitian Rengganis et al (2019) menunjukkan
pengawasan yang tidak memadai berpengaruh secara negatif terhadap kecurangan laporan keuangan
Hipotesis berikut dibentuk berdasarkan deskripsi ini:

H6: Ineffective Monitoring berpengaruh negatif terhadap Financial Statement Fraud

Pengaruh Rationalization yang diproksikan dengan Change in Auditor terhadap Financial


Statement Fraud
Menurut SAS No.99 Interaksi manajerial dengan auditor adalah rasionalisasi manajemen.
Auditor adalah supervisor kritis yang memenuhi syarat untuk melakukan audit atas akun keuangan
perusahaan. Temuan auditor menetapkan ketidakjujuran perusahaan. Perusahaan yang sering
terdapat kecurangan lebih cenderung untuk beralih auditor, karena manajemen berupaya
meminimalkan potensi ditemukannya kecurangan laporan keuangan oleh auditor sebelumnya
(Rahmayuni, 2018). Perubahan pada auditor berkaitan dengan penipuan laporan keuangan.
Perubahan di kantor akuntan publik dilihat sebagai tanda rasionalisasi (Skousen et al., 2009). Durasi
sering auditor diganti, semakin besar peluang kecurangan. Dalam penelitian ini, pergantian auditor
dikuantifikasi memakai variabel dummy dengan nilai “1” (satu) untuk setiap perubahan auditor dan
nilai “0” (nol) untuk tidak ada pergantian auditor, yang digunakan untuk membandingkan periode
dua tahun. Ulfah et al., (2017) menunjukkan pergantian auditor berpengaruh pada financial statement
fraud. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H7 : Change in Auditor berpengaruh positif terhadap Financial Statement Fraud

Pengaruh Capability yang diproksikan dengan CEO’s Education terhadap Financial


Statement Fraud
Posisi dan tingkat intelegensi seorang eksekutif perusahaan memberikan kapabilitas untuk
melakukan kecurangan. Tingkat kecerdasan yang digambarkan melalui pendidikan memiliki
pengaruh terhadap pemahaman lingkungan (Murtanto, 2016). Menurut AFCE (2018) persentase
kecurangan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki tingkat pendidikan sarjana adalah sebesar 47%
dan persentase kecurangan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki tingkat pendidikan magister
atau pascasarjana adalah 14%. Mereka yang memiliki gelar pascasarjana menyebabkan rata-rata
kerugian USD 230.000 dan mereka yang memiliki gelar sarjana menyebabkan kerugian rata-rata
sebesar USD 160.000. Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa pihak yang memiliki
pendidikan tinggi memiliki potensi untuk melakukan kecurangan. Hal tersebut juga dipengaruhi
karena individu yang berpendidikan lebih tinggi cenderung menempati posisi yang lebih tinggi dalam

418
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

suatu organisasi. Dalam penelitian ini CEO’s Education dapat diukur dengan variabel dummy dimana
Apabila latar belakang Pendidikan terakhir CEO selama tahun 2018-2020 adalah magister atau
diatasnya maka diberi nilai 1. Apabila latar belakang Pendidikan terakhir CEO selama periode 2018-
2020 dibawah magister maka diberi nilai 0. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum dan
Murtanto (2016) menunjukkan bahwa CEO’s Education tidak memiliki pengaruh dalam mendeteksi
kecurangan laporan keuangan. Tujuan penelitian ini untuk menguji kembali pengaruh CEO’s
Education dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan.

H8 : CEO’s Education berpengaruh positif terhadap Financial statement fraud

METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian dengan pengujian hipotesis untuk
menganalisis pengaruh Fraud Diamond terhadap Financial Statement Fraud. Sumber data yang
digunakan adalah data sekunder yang berasal dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2018 sampai dengan 2020.
Penelitian ini memakai metode purposive sampling untuk mengumpulkan data. Purposive sampling
ialah jenis penghimpunan sampel yang dilaksanakan pada tujuan tertentu dan telah ditentukan
sebelumnya.

Berikut adalah kriteria sampel:

a. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2018-
2020.
b. Perusahaan menyajikan laporan keuangan tahunannya dalam website perusahaan atau
website BEI selama periode 2018-2020.
c. Perusahaan dalam posisi laba selama periode 2018-2020.
d. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah.
e. Perusahaan yang memiliki kelengkapan data untuk seluruh tahun pengamatan

Definisi Operasional dan Pengukuran


Variabel

Variabel Independen

Financial Stability
Financial Stability kondisi di mana bisnis dipaksa untuk mempertahankan kinerja keuangan
yang konsisten. Kesehatan aset perusahaan memberikan wawasan tentang stabilitas keuangannya
(Norbarani, 2012). Menurut Skousen et al. (2009), besarnya persentase perubahan jumlah aset
perusahaan, semakin besar peluang kecuranganlaporan keuangan. Rasio perubahan total aset
(AChange) berfungsi sebagai proksi untuk stabilitas keuangan:

419
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

External Pressure
External Pressure mengacu pada pemberian beban kepada manajemen untuk meminjam
utang dan melengkapi kewajiban utang yang dikenakan oleh pihak lain, serta tekanan untuk
membayar kembali pinjaman. Rasio leverage digunakan untuk mewakili tekanan eksternal dalam
investigasi ini. Rasio Leverage diperoleh memakai rumus Debt to Asset Ratio:

Financial Target
Financial target ialah kondisi dimana
perusahaan menetapkan tingkat keuntungan yang
harus didapatkan untuk terus beroperasi. Return On Assets adalah salah satu metrik pemakaian untuk
menentukan jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan relatif terhadap jumlah uang yang
dihabiskan untuk bisnis (ROA). Laba sebagai persentase dari total aset ROA ialah penggunaan
metrik kinerja operasional untuk menentukan efisiensi aset yang telah dioperasikan (Skousen, 2009).
Rasio Return On Assets dipakai untuk mengevaluasi kinerja manajer, serta untuk menetapkan
kenaikan insentif dan kompensasi. Akibatnya, ROA sebagai pengganti financial target. Penghitungan
ROA dengan menggunakan rumus:

Personal Financial Need


Personal Financial Need mengacu pada keperluan finansial para pemimpin perusahaan.
Variabel ini diwakili oleh alokasi saham eksekutif senior di perusahaan yang diwakili oleh OSHIP.
Rumus untuk menghitung rasio kepemilikan saham (OSHIP) adalah sebagai berikut:

Nature of Industry
Nature of Industry menggambarkan kondisi optimal suatu bisnis dalam industrinya. Akun-
akun tertentu dalam laporan keuangan suatu perusahaan memiliki nilai keseimbangan yang
ditentukan oleh perusahaan berdasarkan estimasi atau evaluasi subjektif. Maka, penelitian ini
memakai fluktuasi piutang sebagai proksi sifat Industri. Perhitungan memakai rumus:

Ineffective Monitoring
Ineffective Monitoring Pemantauan tidak efisien adalah situasi bisnis yang disebabkan oleh
kurangnya pengendalian internal yang efektif. Menurut SAS No. 99, hal ini mungkin terjadi sebagai
akibat dari dominasi manajerial oleh individu atau sekelompok, tidak adanya pemantauan
kompensasi, dewan direksi dan komite audit tidak cukup memantau tahapan pelaporan keuangan dan
peninjauan internal. Rasio komisaris (BDOUT) dalam penelitian ini berfungsi sebagai proksi untuk
ineffective monitoring:

420
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

Change in Auditor
Change in auditor perusahaan dilihat seperti usaha penemuan menghapus jejak penipuan
oleh auditor yang lalu. Ini mendorong bisnis untuk mengubah auditor independen mereka untuk
menyembunyikan kecurangan periode lalu. Dengan demikian, penelitian ini merupakan proksi
rasionalisasi menggunakan perubahan KAP yang pengukuran dengan variabel dummy dimana jika
terjadi perubahan KAP antara tahun 2018 dan 2020 berkode 1, dan jika ada tidak ada perubahan di
tempat kerja akuntan publik antara tahun 2018 dan 2020, berkode 0.

CEO’s Education
CEO’s Education atau tingkat Pendidikan CEO merupakan tingkatan pendidikan yang akan
mempengaruhi posisi jabatan individu dalam perusahaan termasuk presiden direktur maupun
anggota dewan. Semakin tinggi jabatan seseorang yang berpendidikan tinggi, maka semakin mudah
mereka melakukan manipulasi dengan pengetahuan yang dimilikinya. Penelitian ini memproksikan
capability dengan CEO’s Education (tingkatan Pendidikan CEO). CEO’s Education diukur dengan
variabel dummy. Apabila latar belakang Pendidikan terakhir CEO selama tahun 2018-2020 adalah
magister atau diatasnya maka diberi nilai 1. Apabila latar belakang Pendidikan terakhir CEO selama
periode 2018-2020 dibawah magister maka diberi nilai 0.

Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah financial statement fraud diproksikan
dengan manajemen laba (earning management) yang diukur dengan nilai discretionary accrual dari
Model Modified Jones yang merupakan perkembangan dari model Jones yang dapat mendeteksi
manajemen laba lebih baik dibandingkan dengan model-model lainnya (Iqbal & Murtanto, 2016)

Untuk mengukur discretionary accruals, terlebih dahulu menghitung total akrual untuk tiap
perusahaan i di tahun t dengan metode modifikasi Jones yaitu:

TAC it = Niit – CFOit ………………………………………………,……….(1)

Dimana,

TAC it = Total akrual

Niit = Laba Bersih

CFOit = Arus kas Operasi

Nilai total accrual (TAC) diestimasi dengan persaman regresi OLS sebagai berikut:

TACit/Ait-1 = β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevt/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)+e ........................ (2)

Dengan menggunakan koefisien regresi diatas, nilai non discretionary accrual (NDA) dapat dihitung
dengan rumus :

NDAit = β1(1/Ait-1)+β2(ΔRevt/Ait-1-ΔRect/Ait-1)+β3(PPEt/Ait-1)…...…...... (3)

Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:

421
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

DAit = TACit/Ait-NDAit .................................................................................... (4)

Dimana,

DAit = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t

TACit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t

Niit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke t

CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t

Ait-1 = Total aktiva perusahaan i pada periode ke t-1

ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t

PPEt = Aktiva tetap perusahaan pada periode ke t

ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t

e = error

Metode Analisa Data


Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode analisis regresi
berganda (multiple regression). Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh antara
variabel bebas (independen) dengan variabel terikat (dependen). Persamaan regresi linier berganda
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Keterangan:

Y = Financial Statement Fraud

a = Konstanta

b = Koefisien

X1 = Financial stability

X2 = External Pressure

X3 = Financial Target

X4 = Personal Financial Need

X5= Nature of Industry

X6 = Ineffective Monitoring

X7= Change in Auditor

422
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

X8= CEO’s Education

e = Standar Error

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Deskripsi Data
Hasil pemilihan sampel dengan metode purposive sampling selama periode pengamatan tahun 2018-
2020 diperoleh jumlah sampel sebanyak 168 Sampel. Proses pengambilan sampel bisa dilihat dalam
tabel berikut:

Tabel 1

Pengambilan Sampel Penelitian

No. Kriteria Jumlah Sampel

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 195
2018-2020.
2. Dikeluarkan dari sampel karena:
a. Perusahaan yang tidak menyajikan laporan keuangan tahunannya dalam (54)
website perusahaan atau website BEI selama periode 2018-2020.
b. Perusahaan manufaktur yang mengalami kerugian selama periode penelitian (46)
(2018-2020)
c. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan dalam mata uang Asing. (10)

d. Perusahaan yang tidak memiliki kelengkapan data untuk seluruh tahun (29)
pengamatan 2018-2020.
3 Jumlah Perusahaan yang digunakan 56
4 Periode pengamatan 2018-2020 3
5 Jumlah sampel akhir yang digunakan pada tahun 2018 hingga 2020. 168

Sumber : Hasil Olah data

423
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda
dengan pengolahan data menggunakan program pengolahan statistik SPSS. Penjelasan dari masing-
masing tahapan pengujian dengan menggunakan analisis regresi linier berganda akan dijabarkan
sebagai berikut:

Statistik Deskriptif
Tabel 2

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics
n Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Financial_Stability 168 -0,3078 1,6761 0,097971 0,2215593
External_Pressure 168 0,0035 0,8448 0,389250 0,1885872
Financial_Target 168 0,0000 0,9210 0,082371 0,1033137
Personal_Financial_Needs 168 0,0000 0,2996 0,021903 0,0519346
Nature_of_Industry 168 -0,8137 0,2193 -0,012991 0,1140557
Ineffective_Monitoring 168 0,2000 0,8333 0,401757 0,1010971
Change_in_Auditor 168 0,0000 1,0000 0,160714 0,3683652
CEO'S_Education 168 0,0000 1,0000 0,244048 0,4308052
Financial_Statement_Fraud 168 -0,3668 1,1911 0,025215 0,1255004
Valid N (listwise) 168
Sumber : Hasil Olah data SPSS

Hasil statistik deskriptif menunjukkan bahwa 1) Financial Stability yang diukur dengan rasio
perubahan total asset (ACHANGE) memiliki nilai minimum -0,30 dan nilai maksimum 1,68 dengan
nilai rata-rata sebesar 0,10 dan nilai deviasi standar sebesar 0,22; 2) External Pressure memiliki
nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 0,84 dengan nilai rata-rata sebesar 0,39 dan nilai deviasi
standar sebesar 0,19; 3) Financial Target memiliki nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 0,92
dengan nilai rata-rata sebesar 0,08 dan nilai deviasi standar sebesar 0,10; 4) Personal Financial
Needs memiliki nilai minimum 0,00 dan nilai maksimum 0,30 dengan nilai rata-rata sebesar 0,02
dan nilai deviasi standar sebesar 0,05; 5) Nature of Industry memiliki nilai minimum -0,81 dan nilai
maksimum 0,22 dengan nilai rata-rata sebesar -0,01 dan nilai deviasi standar sebesar 0,11;
6) Ineffective Monitoring memiliki nilai minimum 0,20 dan nilai maksimum 0,83 dengan nilai rata-
rata sebesar 0,40 dan nilai deviasi standar sebesar 0,10.

424
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

Tabel 3
Komposisi Variabel Dummy-Change in Auditor

Dummy = 1 Dummy = 0 Total


Variabel
N % N % N %
Change in Auditor 27 16% 141 84% 168 100
Sumber : Hasil Olah data

Hasil statistik deskriptif diatas menunjukan bahwa 84% dari sampel perusahaan yang tidak
melakukan pergantian auditor selama periode penelitian, sedangkan 16% dari sampel perusahaan
melakukan pergantian auditor selama periode penelitian.

Tabel 4
Komposisi Variabel Dummy-CEO’s Education

Dummy = 1 Dummy = 0 Total


Variabel
N % N % N %
CEO's Education 41 24% 127 76% 168 100
Sumber: Hasil Olah Data

Hasil statistik deskriptif diatas menunjukan bahwa 76% dari sampel perusahaan yang
memiliki latar belakang pendidikan terakhir CEO dibawah magister selama periode penelitian,
sedangkan 41% dari sampel perusahaan memiliki latar belakang pendidikan terakhir CEO magister
atau diatasnya.

Uji Asumsi Klasik


Tujuan dari uji ini yaitu untuk melihat apakah model regresi yang digunakan sudah memenuhi uji
asumsi klasik dalam menganalisis data.

Uji Normalitas
Tabel 5

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Normalitas N Unstandardized Residual Keputusan


Asymp. Sig. (2-tailed) 168 0,064 Terdistribusi Normal
Sumber : Hasil Olah data SPSS

Hasil pengujian normalitas di atas menunjukkan bahwa pada model regresi berganda yang dibuat
telah berdistribusi normal.

425
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

Uji Multikolinearitas
Tabel 6

Hasil Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas
Model Kesimpulan
Tolerance VIF
Financial Stability 0,890 1,123 Tidak ada multikolinearitas
External Pressure 0,851 1,176 Tidak ada multikolinearitas
Financial Target 0,813 1,230 Tidak ada multikolinearitas
Personal Financial Needs 0,964 1,037 Tidak ada multikolinearitas
Nature of Industry 0,906 1,104 Tidak ada multikolinearitas
Ineffective Monitoring 0,867 1,153 Tidak ada multikolinearitas
Change in Auditor 0,868 1,152 Tidak ada multikolinearitas
CEO'S Education 0,851 1,175 Tidak ada multikolinearitas
Sumber : Hasil Olah data SPSS

Tabel di atas menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai VIF<10 sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas (H0 diterima). Selain itu nilai tolerance juga
menunjukkan nilai lebih besar dari 0,10 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada korelasi antar
variabel independen tersebut.

Uji Heterokedastisitas
Tabel 7

Hasil Uji Heterokedastisitas

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
T Sig. Kesimpulan
Std.
B Beta
Error
(Constant) 0,039 0,024 1,635 0,104
Financial_Stability 0,036 0,026 0,095 1,378 0,170 Tidak terdapat heterokedastisitas
External_Pressure 0,053 0,030 0,122 1,726 0,086 Tidak terdapat heterokedastisitas
Financial_Target 0,437 0,057 0,558 7,735 0,173 Tidak terdapat heterokedastisitas
Personal_Financial_Needs
-0,067 0,104 -0,043 -0,648 0,518 Tidak terdapat heterokedastisitas
Nature_of_Industry 0,064 0,048 0,091 1,329 0,186 Tidak terdapat heterokedastisitas
Ineffective_Monitoring -0,060 0,056 -0,075 -1,068 0,287 Tidak terdapat heterokedastisitas
Change_in_Auditor 0,022 0,016 0,097 1,393 0,166 Tidak terdapat heterokedastisitas
CEO'S_Education -0,010 0,013 -0,055 -0,779 0,437 Tidak terdapat heterokedastisitas
Sumber : Hasil Olah Data SPSS

426
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

Hasil pengujian heterokedastisitas di atas menunjukkan semua variabel memiliki nilai sig
lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terkendala
heterokedastisitas.

Uji Autokorelasi
Tabel 8

Hasil Uji Autokorelasi

Hipotesis K n dL dU 4-dU 4-dL DW Kesimpulan


Model regresi Tidak terdapat
1,6491 1,8482
berganda 8 168 2,1518 2,3509 2,048 autokorelasi
Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Berdasarkan tabel pada signifikansi 5%, dengan jumlah sampel 168 dan jumlah variabel
independen 8 (k=8) maka tabel Durbin Watson akan memberikan nilai du sebesar 1,8482. Oleh
karena nilai dw sebesar 2,048 lebih besar dari batas atas (du) sebesar 1,8482 dan kurang dari 4-du
(4-1,8482=2,1518) dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

Uji Hipotesis

Uji Koefisien Determinasi (R2)


Tabel 9

Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)

Model R2
Model Regresi Linear Berganda 0,260
Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Pada tabel 9 dapat diketahui bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,260. Artinya bahwa variasi
dari variabel independen (Financial Stability, External Pressure, Financial Target, Personal
Financial Needs, Nature of Industry, Ineffective Monitoring, Change in Auditor, & CEO’S
Education) mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen (Financial Statement Fraud) sebesar
26% sedangkan sisanya 74% varians variabel terikat yang dijelaskan oleh faktor lain.

Uji F
Tabel 10

Hasil Uji F

Model Regresi F Sig Keterangan


Model Regresi 6,190 0,000 Signifikan
Linier Berganda
Sumber : Hasil Olah Data SPSS

Tabel 10 menunjukkan nilai sig dari F sebesar 0,000 dimana nilai ini lebih kecil dari 0,05
(α=0,05) dan F hitung nya sebesar 6,190 > F tabel nya sebesar 2,07, jadi dapat disimpulkan bahwa

427
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

dengan tingkat kepercayaan 95%, semua variabel secara bersama-sama berpengaruh secara
signifikan terhadap Financial Statement Fraud.

Uji Parsial (t test)


Tabel 11

Hasil Uji Parsial t

Prediksi Hipotesis B T Sig. Sig. One Tailed Kesimpulan


Financial_Stability (-) 0,118 2,920 0,004 0,002 H1 Ditolak
External_Pressure (+) 0,079 2,042 0,043 0,022 H2 Diterima
Financial_Target (+) 0,570 6,072 0,000 0,000 H3 Diterima
Personal_Financial_Needs (+) 0,396 2,303 0,023 0,012 H4 Diterima
Nature_Of_Industry (+) 0,209 2,250 0,028 0,014 H5 Diterima
Ineffective_Monitoring (-) -0,152 -1,634 0,104 0,052 H6 Ditolak
Change_In_Auditor (+) 0,048 1,994 0,041 0,021 H7 Diterima
CEO's_Education (+) 0,005 0,222 0,825 0,413 H8 Ditolak
Sumber : Hasil Olah data SPSS

Financial Stability Berpengaruh Positif terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan hasil pengujian uji t dari tabel tersebut pada model regresi Financial Stability
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,002 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,002 < 0,05) dan nilai
unstandardized beta 0,118 dengan arah Positif dan T hitung > T Tabel (2,920 > 1,9749). Maka dapat
disimpulkan bahwa H1 ditolak, hal ini berarti secara parsial variabel Financial Stability berpengaruh
Positif terhadap Financial Statement Fraud.

External Pressure Berpengaruh Positif terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan hasil pengujian uji t dari tabel tersebut pada model regresi External Pressure
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,022 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,022 < 0,05) dan nilai
unstandardized beta 0,079 dengan arah Positif dan T hitung > T Tabel (2,042 > 1,9749). Maka dapat
disimpulkan bahwa H2 diterima, hal ini berarti secara parsial variabel External Pressure
berpengaruh Positif terhadap Financial Statement Fraud.

Financial Target Berpengaruh Positif terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan hasil pengujian uji t dari tabel tersebut pada model regresi Financial Target
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) dan nilai
unstandardized beta 0,570 dengan arah Positif dan T hitung > T Tabel (6,072 > 1,9749). Maka dapat
disimpulkan bahwa H3 diterima, hal ini berarti secara parsial variabel Financial Target berpengaruh
Positif terhadap Financial Statement Fraud.

Personal Financial Needs Berpengaruh Positif terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan hasil pengujian uji t dari tabel tersebut pada model regresi Personal Financial
Needs diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,012 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,012 < 0,05) dan

428
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

nilai unstandardized beta 0,396 dengan arah Positif dan T hitung > T Tabel (2,303 > 1,9749). Maka
dapat disimpulkan bahwa H4 diterima, hal ini berarti secara parsial variabel Personal Financial
Needs berpengaruh Positif terhadap Financial Statement Fraud.

Nature of Industry Berpengaruh Positif terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan hasil pengujian uji t dari tabel tersebut pada model regresi Nature of Industry
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,014 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,014 < 0,05) dan nilai
unstandardized beta 0,209 dengan arah Positif dan T hitung > T Tabel (2,250 > 1,9749). Maka dapat
disimpulkan bahwa H5 diterima, hal ini berarti secara parsial variabel Nature of Industry
berpengaruh Positif terhadap Financial Statement Fraud.

Ineffective Monitoring Tidak Berpengaruh terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan hasil pengujian uji t dari tabel tersebut pada model regresi Ineffective Monitoring
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,052 yang berarti lebih besar dari 0,05 (0,052 > 0,05) dan nilai
unstandardized beta -0,152 dengan arah Negatif dan T hitung > T Tabel (-1,634 < 1,9749). Maka
dapat disimpulkan bahwa H6 ditolak, hal ini berarti secara parsial variabel Ineffective Monitoring
tidak berpengaruh terhadap Financial Statement Fraud.

Change In Auditor Berpengaruh Positif terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan hasil pengujian uji t dari tabel tersebut pada model regresi Change in Auditor
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,021 yang berarti lebih kecil dari 0,05 (0,021 < 0,05) dan nilai
unstandardized beta 0,048 dengan arah Positif dan T hitung > T Tabel (2,250 > 1,9749). Maka dapat
disimpulkan bahwa H7 diterima, hal ini berarti secara parsial variabel Change in Auditor
berpengaruh Positif terhadap Financial Statement Fraud.

CEO’S Education Tidak Berpengaruh terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan hasil pengujian uji t dari tabel tersebut pada model regresi CEO’s Education
diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,413 yang berarti lebih besar dari 0,05 (0,413 > 0,05) dan nilai
unstandardized beta 0,005 dengan arah Positif dan T hitung < T Tabel (0,222 < 1,9749). Maka dapat
disimpulkan bahwa H8 ditolak, hal ini berarti secara parsial variabel CEO’S Education tidak
berpengaruh terhadap Financial Statement Fraud.

Pembahasan Hasil Penelitian

Pengaruh Financial Stability Terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa financial stability yang
diproksikan dengan rasio perubahan total asset berpengaruh terhadap financial statement fraud
dengan nilai koefisien positif 0,118 (H1 ditolak). Kondisi stabilitas keuangan dalam perusahaan
dapat digambarkan melalui aset yang dimiliki oleh perusahaan karena hal tersebut mencerminkan
kekayaan perusahaan. Kinerja manajemen yang tidak bisa memaksimalkan aset perusahaan dapat
mengakibatkan perusahaan tersebut berada di kondisi yang tidak stabil, sehingga dapat menghasilkan
perubahan aset yang terlalu rendah atau terlalu tinggi pada periode tertentu (Annisya, 2016). Dalam
kondisi perusahaan dengan jumlah total aset rendah pada periode sebelumnya akan memberikan
tekanan bagi manajemen untuk melakukan kecurangan pada laporan keuangan. Kecurangan pada
laporan keuangan yang dilakukan manajemen bertujuan untuk memanipulasi stabilitas perusahaan
agar terlihat lebih baik dengan cara meningkatkan jumlah total aset.

429
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

Kondisi perusahaan yang stabil dapat mencerminkan kinerja manajemen yang dinilai bagus
dan menggambarkan kondisi perusahaan yang baik. Kondisi tersebut digunakan pihak manajemen
untuk menarik minat investor dan kreditor untuk meminjamkan modal kepada perusahaannya. Hal
tersebut berkaitan dengan agency theory yaitu pihak principal menginginkan kondisi keuangan yang
stabil dan terus meningkat, namun disisi lain manajemen memiliki tekanan karena ketidakstabilan
kondisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu, manajemen melakukan manipulasi rasio perubahan
total aset perusahaan. Akibatnya timbul konflik kepentingan atas permasalahan tersebut. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Istiyanto & Yuyetta (2021), Andy et al.,
(2020), dan Warsidi et al., (2018) menggunakan rasio total perubahan aset (AChange) menunjukan
bahwa financial stability berpengaruh terhadap financial statement fraud, namun tidak sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Arief et al., (2021), Andi Aulia Ramadhany (2020), dan
Agusputri & Sofie (2019) yang menyatakan bahwa financial stability tidak berpengaruh terhadap
financial statement fraud.

Pengaruh External Pressure Terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa External Pressure berpengaruh
terhadap financial statement fraud dengan koefisien positif sebesar 0,079 (H2 diterima). Adanya
risiko kredit yang tinggi dalam perusahaan maka terdapat kekhawatiran bahwa perusahaan tersebut
tidak mampu untuk melunasi pinjaman yang telah diperolehnya. Oleh karena itu, perusahaan akan
semaksimal mungkin untuk mempertahankan perusahaan sehingga perusahaan akan melakukan
kecurangan untuk melunasi hutang yang dimiliki perusahaan. Sehingga semakin besar external
pressure yang diproksikan dengan rasio leverage maka kemungkinan terjadinya financial statement
fraud akan semakin tinggi juga. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Yesiariani & Rahayu (2017), dan Septriani & Handayani (2018) yang mengukur external
pressure dengan proksi leverage ratio hasilnya menunjukan bahwa external pressure berpengaruh
terhadap financial statement fraud, namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Fadrul et al., (2021) dan Arief et., al (2021) yang menyatakan bahwa external pressure tidak
berpengaruh terhadap financial statement fraud.

Pengaruh Financial Target Terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Financial Target berpengaruh
terhadap financial statement fraud dengan koefisien positif sebesar 0,570 (H3 diterima). Secara
umum ROA (Return on Asset) digunakan untuk menilai kinerja manajer dalam menentukan bonus,
kenaikan upah, dan lain-lain. Jika ROA semakin meningkat, maka kinerja pihak manajemen juga
semakin baik. Hal tersebut menggambarkan bahwa operasi perusahaan secara keseluruhan berjalan
efektif. Namun, dalam meningkatkan kinerja dengan menargetkan ROA yang meningkat, tidak
menutup kemungkinan pihak manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan. Seperti
halnya manajer perusahaan pada umumnya, manajer dalam industri manufaktur juga dituntut untuk
melakukan tanggung jawabnya dengan performa terbaik sehingga dapat mencapai laba perusahaan.
Semakin tinggi tekanan kepada manajemen terhadap financial target, maka akan semakin tinggi
kemungkinan terjadinya tindakan kecurangan laporan keuangan. Financial Target berhubungan
langsung dengan pihak agent dan principal, sehingga dapat menimbulkan konflik kepentingan
dimana principal mengharapkan dividen yang tinggi dan pihak agent harus memenuhi keinginan
tersebut dengan meningkatkan laba perusahaan. Pihak agent dapat merasa tertekan dalam mencapai

430
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

target perolehan laba yang ditentukan, sehingga mendorongnya untuk melakukan kecurangan pada
laporan keuangan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Istiyanto & Yuyyeta (2021),
Ramadhani & Nurbaiti (2020), dan Andi Auliya Ramadhany (2020) yang menunjukkan bahwa
financial target berpengaruh terhadap financial statement fraud, namun tidak sejalan dengan
penelitian Arief et al., (2021) dan Puspitadewi & Sormin (2018) yang menyatakan bahwa financial
target tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud.

Pengaruh Personal Financial Needs Terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Personal Financial Needs
berpengaruh terhadap financial statement fraud dengan koefisien positif sebesar 0,396 (H4 diterima).
Adanya kepemilikan saham oleh orang dalam perusahaan dapat menyebabkan yang bersangkutan
merasa memiliki hak klaim atas aktiva perusahaan sehingga mempengaruhi kondisi keuangan
perusahaan. Personal Financial Needs yaitu keadaan dimana seseorang bertujuan melakukan
kecurangan laporan keuangan saat keadaan keuangan pribadinya terancam oleh kinerja perusahaan,
sehingga semakin tinggi persentase kepemilikan saham oleh orang dalam, maka praktek fraud dalam
memanipulasi laporan keuangan semakin bertambah hal ini juga dikarenakan ketidakjelasan
pemisahan antara pemilik serta kontrol dari perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Murtanto & Sandra (2019) dan Nugrahaeni & Triatmoko (2017) menyatakan bahwa
Personal Financial Need berpengaruh terhadap Financial Statement Fraud, namun tidak sejalan
dengan penelitian Fadrul et al.,(2021) dan Yesiriani & Rahayu (2017) yang menyatakan bahwa
personal financial needs tidak berpengaruh terhadap financial statement fraud.

Pengaruh Nature of Industry Terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Nature of Industry berpengaruh
terhadap financial statement fraud dengan koefisien positif sebesar 0,209 (H5 diterima). Dalam
laporan keuangan terdapat akun-akun tertentu yang besar saldonya dapat ditentukan perusahaan
berdasarkan estimasi salah satunya akun piutang tak tertagih. Menyajikan saldo piutang tak tertagih
secara berlebih dilakukan untuk membuat cadangan laba yang dapat digunakan untuk menaikkan
laba dikemudian hari saat perusahaan tidak dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Oleh karena
itu nature of industry dalam penelitian ini yang diproksikan dengan rasio perubahan piutang
penjualan selama 2 tahun. Semakin tinggi rasio perubahan piutang kemungkinan terjadinya
kecurangan juga tinggi. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ramadhani & Nurbaiti (2020) dan juga Purba & Putra (2017) menghasilkan
Nature of Industry berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan, namun tidak
sejalan dengan penelitian Andy et al., (2020) yang menyatakan bahwa nature of industry tidak
berpengaruh terhadap financial statement fraud.

Pengaruh Ineffective Monitoring Terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Ineffective Monitoring tidak
berpengaruh terhadap financial statement fraud dengan koefisien negatif sebesar - 0,152
(H6 ditolak). Keberadaan dewan komisaris independen akan memberikan kepastian secara umum
bahwa monitoring perusahaan akan semakin independen dan objektif serta jauh dari intervensi dari

431
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

berbagai pihak tertentu. Sihombing & Raharjo (2014) menyatakan bahwa semakin banyak komisaris
independen diharapkan akan semakin meningkatkan kinerja perusahaan. Namun berbeda jika
ditemukan intervensi kepada dewan komisaris independen yang mengakibatkan tidak objektifnya
suatu pengawasan yang dilakukan oleh dewan independen tersebut. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Purba & Putra (2017) menghasilkan Ineffective
Monitoring tidak berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan laporan keuangan, namun tidak
sejalan dengan penelitian Lestari dan Henny (2019) dan Agustina dan Pratomo (2019) yang
membuktikan kecurangan laporan keuangan dapat disebabkan karena ketidakefektifan pengawasan
yang ada dalam perusahaan.

Pengaruh Change in Auditor Terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa Change in Auditor berpengaruh
terhadap financial statement fraud dengan koefisien positif sebesar 0,048 (H7 diterima). Adanya
pergantian auditor dianggap mampu menyembunyikan jejak kecurangan yang telah ditemukan
auditor sebelumnya. Sehingga perusahaan yang kerap kali melakukan kecurangan lebih sering
melakukan pergantian auditor karena pihak manajemen perusahaan berusaha mengurangi
kemungkinan pendeteksian oleh auditor lama terkait kecurangan laporan keuangan (Rahmayuni,
2018). Dalam penelitian ini change in auditor dapat diukur dengan variabel dummy dimana setiap
ada pergantian auditor maka bernilai “1” (satu), sedangkan jika tidak ada pergantian auditor maka
akan bernilai “0” (nol) yang digunakan untuk membandingkan dua tahun periode. Hasil penelitian
ini sejalan dengan Ulfah et al., (2017) menghasilkan pergantian auditor berpengaruh terhadap
fraudulent financial statement, namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ramadhani & Nurbaiti (2020) yang menyatakan bahwa perubahan auditor tidak berpengaruh
terhadap kecurangan laporan keuangan.

Pengaruh CEO’S Education Terhadap Financial Statement Fraud


Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa CEO’s education tidak
berpengaruh terhadap financial statement fraud. Hal ini ditunjukkan dengan hasil nilai signifikansi
sebesar 0,413 >0,05 dan memiliki arah positif yang ditunjukan dengan nilai B 0,005 (H8 ditolak).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusumaningrum & Murtanto
(2016) yang menyatakan bahwa CEO’s Education tidak memiliki pengaruh terhadap kecurangan
laporan keuangan. Hal ini bisa saja terjadi karena dengan pendidikan minimal magister, CEO
perusahaan dianggap memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga berbagai kesalahan
yang terjadi bisa diatasi dengan pengambilan keputusan yang andal, bukan dengan cara melakukan
tindakan kecurangan. Hal ini memiliki kaitan dengan agency theory dimana principal beranggapan
bahwa tingkat Pendidikan CEO minimal magister akan membawa dampak baik bagi perusahaan.
Namun, disisi lain apabila semakin tinggi tingkat Pendidikan CEO maka tingginya kemampuan yang
dimiliki CEO dalam memahami tindakan kecurangan tersebut dapat disalahgunakan karena pelaku
merasa dapat mengontrol internal perusahaan. Namun, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Siddiq et al (2017) yang menyatakan bahwa CEO’s Education berpengaruh
positif dalam mendeteksi kecurangan laporan keuangan.

432
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

SIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan hasil penelitian ini bahwa Pressure yang diproksikan dengan Financial Stability
berpengaruh positif dalam mendeteksi financial statement fraud. Pressure yang diproksikan dengan
External Pressure berpengaruh positif dalam mendeteksi financial statement fraud. Pressure yang
diproksikan dengan Financial Target berpengaruh positif dalam mendeteksi financial statement
fraud. Pressure yang diproksikan dengan Personal Financial Need berpengaruh positif dalam
mendeteksi financial statement fraud. Opportunity yang diproksikan dengan Nature of Industry
berpengaruh positif dalam mendeteksi financial statement fraud. Opportunity yang diproksikan
dengan Ineffective Monitoring tidak berpengaruh dalam mendeteksi financial statement fraud.
Rationalization yang diproksikan dengan Change in Auditor berpengaruh positif dalam mendeteksi
financial statement fraud. Capability yang diproksikan dengan CEO’s Education tidak berpengaruh
dalam mendeteksi financial statement fraud.

DAFTAR PUSTAKA

AFCE. (2018). Global Study on Occupational Fraud and Abuse. Association of Certified
Fraud Examiners, 10,80.
Agusputri, H., & Sofie, S. (2019). Faktor - Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Fraudulent Financial
Reporting Dengan Menggunakan Analisis Fraud Pentagon. Jurnal Informasi, Perpajakan,
Akuntansi, Dan Keuangan Publik, 14(2), 105–124. https://doi.org/10.25105/jipak.v14i2.5049
Annisa Dida Ramadhani, & Nurbaiti, A. (2020). Pengaruh Fraud Diamond Terhadap Pendeteksian
Kecurangan Laporan Keuangan Menggunakan Analisis Beneish Ratio Index. Jurnal Mitra
Manajemen, 4(2), 262–277. https://doi.org/10.52160/ejmm.v4i2.346
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE). (2018). Report To the Nations 2018 Global Study
on Occupational Fraud and Abuse.
Dharma Pangestu, A., Oktavia, R., & Amelia, Y. (2020). Pendeteksian kecurangan laporan keuangan
dengan menggunakan model beneish m-score: perspektif fraud diamond. Jurnal Akuntansi,
Keuangan, Dan Manajemen, 1(4), 301–313. https://doi.org/10.35912/jakman.v1i4.90
Fadrul, Clara Desli, C., & Zul Azmi, dan. (2021). Analysis of Testing With Fraud Diamond and on
Effect on Financial Statement Fraud on Go Public Companies Lq-45 Listed in Indonesia Stock
Exchange (Idx) Period 2015-2019. Jurnal Ilmiah Akuntansi, 5(2), 135–152.
http://www.ejournal.pelitaindonesia.ac.id/ojs32/index.php/BILANCIA/index
Ghozali, Imam, 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPSS 25, Edisi 9,
Cetakan IX, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Iqbal, M., & Murtanto. (2016). Analisa Pengaruh Faktor-faktor Fraud Triangle terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan pada Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Seminar Nasional Cendikiawan 2016, ISSN: 2540-7589,2002,1-20.
Istiyanto, A. S., & Yuyetta, E. N. A. (2021). Analisis Determinan Financial Statement Fraud dengan
Perspektif Fraud Pentagon. Diponegoro Journal of Accounting, 10, 1–12.
Khamainy, A. H., Ali, M., & Setiawan, M. A. (2022). Detecting financial statement fraud through
new fraud diamond model: the case of Indonesia. Journal of Financial Crime, 29(3), 925–941.
https://doi.org/10.1108/JFC-06-2021-0118
Kusumaningrum, A. W., & Murtanto. (2016). Analisis Pengaruh Fraud Diamond Dalam Mendeteksi
Kecurangan Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi Dan Bisnis, 2 (September), 412-422.
Lestari, M.I., & Henny, D. (2019) Pengaruh Fraud Pentagon Terhadap Fraudulent Financial
Statements Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-

433
Volume 11, Nomor 2, Agustus 2022

2017. Jurnal Akuntansi Trisakti, 6(1), 141.).


https://doi.org/10/25105/jat.v6i1.5274
Murtanto, M., & Sandra, D. (2019). Pengaruh Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Tingkat
Accounting Irregularities. Media Riset Akuntansi, Auditing & Informasi, 19(2), 209.
Prakoso, D. B., & Setiyorini, W. (2021). Pengaruh Fraud Diamond terhadap Indikasi Kecurangan
Laporan Keuangan ( Studi pada Perusahaan Perkebunan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2015-2019 ). Jurnal Akuntansi Dan Perpajakan, 7(2), 48–61.
Puspitadewi, E., & Sormin, P. (2018) Pengaruh Fraud Diamond Dalam Mendeteksi Financial
Statemenr Fraud. Jurnal Akuntansi, 12 (2), 146-162.
https://doi.org/10.25170/jara.v12i2.86
Rahmayuni,S. (2018). Analisis Pengaruh Fraud Diamond Terhadap Kecurangann Laporan Keuangan
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI Tahun 2013-2016). Journal
Akuntansi Universitas Negeri Padang, 6, 1-20.
Rengganis, R. M. Y. D., Sari, M. M. R., Budiasih, I. G. A. ., Wirajaya, I. G. A., & Suprasto, H. B.
(2019). The fraud diamond: element in detecting financial statement of fraud. International
Research Journal of Management, IT and Social Sciences, 6(3), 1–10.
https://doi.org/10.21744/irjmis.v6n3.621
Rini, V. Y., & Achmad, T. (2012). Analisis Prediksi Potensi Risiko Fraudulent Financial Statement
melalui Fraud Score Model. Diponegoro Journal of Accounting, 1, 1–15.
Skousen, C. J., & Twedt, B. J. (2009). Fraud in emerging markets: A cross country analysis. Cross
Cultural Management: An International Journal, 16, 301-316
Sihombing, K.S., & Shiddiq, N.R. (2014). “Analisis Fraud diamond dalam Mendeteksi Financial
Statement Fraud: Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) Tahun 2010-2012”. Diponegoro Journal of Accounting. Universitas
Diponegoro.
Tamba, J. (2020). Pengaruh Fraud Pentagon Theory Dalam Mendeteksi Financial Statement Fraud
(Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan Dan Keuangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia (Bei) Tahun 2016-2018). In Repository Universitas Sumatera Utara (Vol. 1, Issue
3).
Ulfah et al. (2017). Pengaruh Fraud Pentagon dalam Mendeteksi Fraudulent Financial Reporting
(Studi Empiris pada Perbankan di Indonesia yang Terdaftar di BEI. Jurnal Akuntansi,
Universitas PGRI Madiun. Vol. 5, No. 1, Hlmn. 399-418.
Wolfe, D. T., & Hermanson, D. R. (2004). The FWolfe, D. T. and Hermanson, D. R. (2004) 'The
Fraud Diamond : Considering the Four Elements of Fraud: Certified Public Accountant', The
CPA Journal, 74(12), pp. 38-42. doi: DOI: fraud Diamond : Considering the Four ElemWolfe,
D. T. and Hermanson, D.R. The CPA Journal, 74(12), 38-42.

434

Anda mungkin juga menyukai