Anda di halaman 1dari 8

Nama : Siti Fatimah

NIM : 12030122420061
Prodi : Magister Akuntansi

TUGAS MAKUL KEJAHATAN EKONOMI & TEKNOLOGI

 Artikel 1

"Detecting financial statement fraud through new fraud diamond model: the case of
Indonesia"
Oleh : Siti Fatimah
Program Studi Magister Akuntansi Universitas Diponegoro

Abstrak : Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penggunaan model baru yang
disebut "fraud diamond model" dalam mendeteksi kasus kecurangan laporan keuangan.
Model ini didasarkan pada empat faktor, yaitu motivasi, kesempatan, integritas pribadi, dan
kemampuan. Penelitian ini menggunakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2015–2019 sebagai populasi. Terdapat pengaruh positif antara
personal financial need (OSHIP), nature of the industry (RECEIVABLE) dan history of sale
(SG) terhadap financial statement fraud, sedangkan efek negatif hanya ditemukan pada
effective monitoring (IND). ”Fraud diamond model” baru ini masih perlu diteliti lebih lanjut
untuk memastikan keakuratannya. Oleh karena itu, penulis merekomendasikan adanya
penelitian lebih lanjut dalam pengembangan model baru ini.
Kata kunci : Financial statement fraud, Indonesia Stock Exchange, History of sale, Nature of
industry, New fraud diamond model, Personal financial needs.
PENDAHULUAN

Menurut sebuah studi oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE, 2020),
penipuan akuntansi hanya terjadi pada 10% dari semua kasus penipuan, namun rata-rata
menderita kerugian terbesar. Selisihnya juga lebih besar dari bentuk penipuan lainnya, yaitu
$95,000.00. Ini menunjukkan besarnya dampak kerugian dari kecurangan pelaporan
keuangan. Selain itu, Ernst dan Muda (2009) menemukan bahwa lebih dari separuh penipu
adalah pemilik bisnis. Berdasarkan Tiffani dan Marfuah (2015), kecurangan laporan
keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan administratif berupa salah saji material
laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditur. Penipuan ini dapat berupa penipuan
finansial atau penipuan non-finansial. Skandal akuntansi tersebar luas, seperti yang terjadi di
Amerika Serikat. Spathis (2002) menjelaskan bahwa di Amerika Serikat, kecurangan
akuntansi yang melanda Enron menyebabkan kerugian besar di hampir setiap industri.
Skandal akuntansi merugikan Enron sekitar $50 miliar, tambahan kerugian $32 miliar bagi
investor, dan ribuan karyawan Enron yang kehilangan pensiun hampir $1 miliar.

Berdasarkan Tiffani dan Marfuah (2015) di Indonesia, yang memiliki kondisi


ekonomi yang tidak stabil, mengalami maraknya kasus skandal akuntansi. Pada tahun 2001,
PT Kimia Farma Tbk (PT KF), sebuah perusahaan milik negara yang sahamnya telah
diperdagangkan di bursa efek, terbukti melakukan kecurangan pada laporan keuangannya
yang menyebabkan laba bersih lebih banyak sebesar Rp32,7 miliar atau 2,3% dari penjualan
dan 24,7% dari laba bersih. Kecurangan dilakukan dengan melebihi penjualan dan persediaan
di 3 unit usaha serta menggelembungkan harga persediaan yang telah ditetapkan oleh
Direktur Produksi untuk menentukan nilai persediaan di unit distribusi PT Kimia Farma per
31 Desember 2001. Selain itu, PT. Kimia Farma juga membukukan penjualan ganda dari dua
unit bisnis. Pada tahun 2004, PT Pakuwon Jati Tbk juga terbukti melanggar peraturan
Bapepam nomor VIII.G.7 tentang penyajian laporan keuangan. Pada tahun 2005, PT Sari
Husada diduga melanggar Pasal 91 perdagangan saham dan terdapat pelanggaran peraturan
Bapepam terkait transaksi pembelian kembali saham oleh manajemen dan orang dalam PT.
Sari Husada Tbk. Akhirnya, Bapepam memberikan sanksi administratif berupa teguran
tertulis dan denda kepada perusahaan-perusahaan tersebut serta manajemen yang terlibat
dalam kecurangan tersebut.

Salah satu faktor utama yang mempengaruhi kecurangan adalah kelemahan dalam tata
kelola perusahaan, terutama pada manajemen puncak. Selain itu, teori fraud triangle
menyebutkan tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya fraud, yaitu tekanan, kesempatan,
dan rasionalisasi. Teori ini terus berkembang dan muncul teori-teori baru seperti teori fraud
diamond dan model berlian penipuan baru yang menambahkan faktor kapabilitas atau
integritas pribadi sebagai penyebab terjadinya kecurangan. Beberapa penelitian terkait faktor
penyebab kecurangan laporan keuangan menggunakan analisis segitiga kecurangan, fraud
diamond, dan model berlian penipuan baru. Namun, terdapat perbedaan dalam analisis faktor
yang digunakan oleh masing-masing penelitian.

Landasan teori

1. New Fraud Diamond Model

model ini yang dikembangkan oleh Gbegi dan Adebisi (2013). Model ini merupakan
pengembangan dari model sebelumnya yaitu berlian penipuan yang dikembangkan oleh
Wolfe dan Hermanson (2004). Dalam fraud diamond model, Gbegi dan Adebisi (2013)
memasukkan integritas pribadi sebagai faktor yang penting dalam mencegah penipuan.
Mereka berpendapat bahwa integritas pribadi dapat diamati melalui keputusan dan proses
pengambilan keputusan seseorang. Komitmen seseorang terhadap pengambilan keputusan
etis dapat membantu menilai integritas seseorang.

Selain itu, model ini juga menunjukkan tata kelola perusahaan sebagai kunci untuk mencegah
penipuan. Aspek penting dari tata kelola perusahaan adalah sifat dan tingkat akuntabilitas
seseorang dalam organisasi. Tata kelola perusahaan adalah prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang
memandu suatu organisasi dalam menjalankan aktivitas sehari-hari dan bagaimana para
pemangku kepentingan berhubungan satu sama lain.

Gbegi dan Adebisi (2013) juga mengembangkan konsep motivasi pelaku penipuan dengan
mengidentifikasi NAVSMICE, yaitu NAVs = sistem nilai nasional, M = uang, I = ideologi, C
= paksaan dan E = ego. Konsep ini membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi pelaku penipuan.

Pengembangan Hipotesis

Hipotesis Penelitian :

H1. Stabilitas keuangan diduga berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan

H2. Diduga tekanan eksternal berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan.

H3.Kebutuhan keuangan pribadi diduga berpengaruh positif terhadap keuangan penipuan

pernyataan

H4. Diduga financial target berpengaruh positif terhadap financial statement fraud.

H5. Diduga sifat industri berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan.

H6. Pengawasan yang efektif diduga berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan

keuangan.

H7.Diduga manajemen laba berpengaruh positif terhadap keuanganpenipuan pernyataan

H8. Diduga sejarah penjualan berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan.
H9. Diduga pertumbuhan laba berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan.

H10. Pergantian direksi diduga berpengaruh positif terhadap kecurangan laporan keuangan

Kerangka pemikiran :

Berikut adalah tabel formula perhitungan menggunakan Beneish M-score model ratio :
Berikut ini adalah data distribusi sampel penelitian :

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah sampe penelitiannya berjumlah 60 sampel.

HASIL PENELITIAN

Lalu dikakukan pengujian olah data, dengan hasil olah data sebagai berikut :
Kesimpulan:

Kebutuhan keuangan pribadi, sifat industri, dan sejarah penjualan memiliki efek positif dan

signifikan pada penipuan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak

saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan, semakin tinggi peningkatan piutang dan

penjualan perusahaan, yang berarti semakin besar potensi bagi manajemen untuk melakukan

penipuan laporan keuangan. Pemantauan yang efektif memiliki efek negatif dan signifikan

pada penipuan laporan keuangan. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar proporsi

komite audit independen, semakin efektif proses pemantauan perusahaan akan menjadi

sehingga akan mengurangi potensi bagi manajemen untuk melakukan penipuan laporan
keuangan. Stabilitas keuangan, tekanan eksternal, target keuangan, manajemen laba,

pertumbuhan laba, dan perubahan direktur tidak memiliki efek signifikan pada penipuan

laporan keuangan. Ini berarti bahwa enam variabel tersebut tidak mampu mendeteksi potensi

kecurangan yang terjadi di perusahaan manufaktur di Indonesia.

Penulis menggunakan studi kasus di Indonesia sebagai contoh dalam mengaplikasikan model

ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut berperan penting dalam kasus

kecurangan laporan keuangan di Indonesia. Namun, penulis juga menyebutkan bahwa model

baru ini masih perlu diteliti lebih lanjut untuk memastikan keakuratannya. Oleh karena itu,

penulis merekomendasikan adanya penelitian lebih lanjut dalam pengembangan model baru

ini.

Referensi :

ACFE (2020), “Report to the nations. Diambil dari”, available at: www.acfe.org AICPA
(2002), Consideration of Fraud in a Financial Statement Audit: Statement on
Auditing Standard No. 99, New York, NY: AICPA.

BAPEPAM (2002), Pedoman Penyajian Dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten Atau
Perusahaan – Perusahaan Publik, Jakarta: BAPEPAM

Beasly, M., Joseph, V., Dana, R. and Terry, L. (2010), “Diambil dari”, available at:
www.coso.org/ documents/COSOFRAUDSTUDY2010_001.pdf

Brigham, E.F. and Houston, J.F. (2006), “Fundamentals of financial management. Tenth
edition (manajemen keuangan. Edisi kesepuluh), buku I. Terjemahan dari: Ali akbar
yulianto. Jakarta: Salemba empat”.

Cressey, D.R. (1953), Other People’s Money, Montclair, NJ: Patterson Smith: 1-300.

Efitasari, H.C. (2013), Pendeteksian Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement


Fraud) Dengan Menggunakan Beneish Ratio Index Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Listing di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2011. Skripsi Program Studi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Yogyakarta, available at:
http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/17896

Ernst and Young (2009) Detecting Financial Statement Fraud: What Every Manager Needs to
Know, E and Y LLP, London, pp. 1-8. Diakses dari, available at: www.ey.com

Gbegi, D.O. and Adebisi, J.F.P.D. (2013), “The new fraud diamond Model-How can it help
forensic accountants in fraud investigation in Nigeria?”, European Journal of
Accounting Auditing and Finance Research, Vol. 1 No. 4, pp. 129-138.

Ghozali, I. (2011), Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19, Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Rachmawati, K.K. (2014), “Pengaruh Faktor-Faktor dalam perspektif fraud triangle terhadap
fraudulent financial reporting”, Journal of Accounting Fakultas Ekonomika Dan
Bisnis. Universitas Diponegoro. Semarang,

Sihombing, K.S. and Nur Rahardjo, D.S. (2014), “Analisis fraud diamond dalam mendeteksi
financial statement fraud: Studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar
Di bursa efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2012”, Diponegoro Journal of
Accounting, Vol. 3 No. 2, pp. 1-12.

Skousen, J.C., Wright, J.C. and Dan Smith Kevin, R. (2009), “Detecting and predicting
financial statement fraud: the effectiveness of the fraud triangle and SAS no. 99”,
Corporate and Firm Performance Advances in Financial Economics, Vol. 13, pp. 53-
81.

Tiffani, L. and Marfuah, D. (2015), “Deteksi financial statement fraud dengan analisis fraud
triangle pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia”, Jurnal
Akuntansi and Auditing Indonesia, Vol. 19 No. 2, pp. 112-125, doi:
10.20885/jaai.vol19.iss2.art3.

Wolfe, D.T. and Hermanson, D.D.R. (2004), “The fraud diamonds: considering the four
elements of fraud”, CPA Journal, Vol. 74 No. 12, pp. 38-42.

Anda mungkin juga menyukai