MATA KULIAH
SEMINAR AKUNTANSI
NENDA MARLIANI
(1212171015)
1 Artikel ilmiah – Financial Statement Fraud
MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP
PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan (Maula dan Rakhman, 2018). Namun
terdapat beberapa kasus di mana manajer gagal dalam mencapai tujuan kinerjanya
sehingga informasi yang akan tampil dalam laporan keuangan tidak akan
memuaskan. Untuk menutupi hal tersebut terkadang manajemen rela melakukan
kecurangan supaya informasi dalam laporan keuangan terlihat baik. Sebagai
upaya dalam mencegah perbuatan tersebut maka menjadi tugas bagi auditor untuk
mendeteksi adanya kecurangan (Arles, 2014).
Kecurangan (fraud) merupakan bahaya laten yang mengancam dunia.
Hasil penelitian Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Global
menunjukkan bahwa setiap tahun, rata-rata 5% dari pendapatan organisasi
menjadi korban fraud. Penelitian yang dilakukan oleh ACFE yang dituangkan
dalam laporan Report To The Nation (RTTN) menunjukkan pada tahun 2016 total
kerugian yang diakibatkan oleh fraud mencapai USD 6,3 miliar dengan ratarata
kerugian per kasus mencapai lebih dari USD 2,7 juta (Nugrahaeni & Triatmoko,
2017). Menurut ACFE, fraud dapat dibagi menjadi 3 yaitu coruption (korupsi),
asset misappropriatio (penyalahgunaan asset), dan financial statement fraud
(kecurangan laporan keuangan).
2 Financial statement fraud merupakan tindakan
Artikel ilmiah yang Statement
– Financial dilakukanFraud
oleh
pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi
kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam
penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan (Kennedy &
Siregar, 2018). Banyak hal yang dapat mendorong atau memicu manajemen
perusahaan untuk melakukan kecurangan dalam laporan keuangan, salah satunya
yaitu adanya konflik kepentingan antara agen yang dalam hal ini adalah
manajemen perusahaan dan investor sebagai principal, dimana investor
menginginkan agar perusahaan selalu meningkatkan kinerja setiap tahunnya untuk
menaikkan nilai perusahaan di bursa efek. Adanya tuntutan tersebut membuat
perusahaan melakukan berbagai macam cara agar bisa memenuhi keinginan
investor meskipun dengan cara yang menyimpang yaitu fraud (Rahmayuni, 2018).
Terdapat berbagai fenomena kasus financial statement fraud yang terjadi,
kasus yang paling banyak mengundang perhatian dunia adalah kasus perusahaan
Enron yang merupakan salah satu perusahaan terbesar di Amerika Serikat. Enron
melakukan aksi penipuan laporan keuangan perusahaan demi menarik investor,
hal tersebut dilakukan dengan cara melebih-lebihkan keuntungan di laporan
keuangan dan memanipulasi laporan keuangan hingga utang-utangnya tidak
ketahuan. Ketika kasus skandal akuntansi tersebut terungkap Pada akhir 2001 ,
hanya dalam waktu kurang dari setahun, saham Enron anjlok parah hingga ke
level US$ 26 cents. (sumber: www.liputan6.com, diakses 26 Oktober 2018, Pukul
17:00 WIB).
Kasus financial statement fraud diantaranya terjadi juga pada Toshiba
Corp, British Telecom, dan Bank Bukopin:
1. Toshiba Corp membesar-besarkan laba operasioanl sebesar ¥ 151.8 miliar atau
sekitar US$ 1,22 miliar sejak enam tahun terakhir yaitu antara tahun 2008
sampai 2014. Berdasarkan hasil penyelidikan, skandal tersebut dilakukan
karena CEO Toshiba Corp yaitu Hisao Tanaka dan Wakil direktur Norio Sasaki
ditekan divisi bisnis untuk memenuhi target yang sulit (sumber:
www.liputan6.com, diakses 26 Oktober 2018, Pukul 17:30 WIB).
2. British Telecom melakukan modus fraud akuntansi dengan cara inflasi
(peningkatan) atas laba perusahaan selama beberapa tahun dengan cara
tidak wajar melalu kerja sama koruptif dengan klien-klien perusahaan dan
jasa keuangan. Modusnya adalah membesarkan penghasilan perusahaan
melalui perpanjangan kontrak yang palsu dan invoice-nya serta transaksi
yang palsu dengan vendor. Praktik fraud ini sudah terjadi sejak tahun 2013.
Dorongan untuk memperoleh bonus (tantiem) menjadi stimulus fraud
akuntansi ini (sumber: www.wartaekonomi.co.id, diakses 26 Oktober 2018,
Pukul 17:25 WIB).
3 3. Bank Bukopin melakukan manipulasi laporan
Artikel ilmiah keuangan
– Financial untuk
Statement Fraud
memperindah kinerja perusahaan. Modifikasi tersebut dilakukan pada akun
laba bersih, pendapatan provisi dan komisi yang merupakan pendapatan dari
kartu kredit, dan beban penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan
(sumber: www.cnbcindonesia.com, diakses 9 November 2018, Pukul 10:09
WIB).
Banyaknya kasus skandal financial statement fraud yang terjadi
merupakan salah satu indikasi bahwa topik mengenai financial statement
fraud merupakan topik yang menarik untuk dibahas.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai
financial statement fraud. Penelitian yang dilakukan oleh Sartono (2013)
menyimpulan bahwa financial statement fraud sangat berdampak buruk bagi
perusahaan publik dan menggerus tingkat keyakinan investor terhadap
bonafiditas perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek. Selain
itu Suprajadi (2009) menyimpulkan bahwa pelaku akan melakukan
kecurangan karena merasa yakin bahwa perbuatannya tidak akan ditemukan.
Langkah sistematis untuk mendeteksi kecurangan adalah melalui pemahaman
teori kecurangan, mengamati sinyal kecurangan dan memahami skenario
kecuranlan (awareness) serta metodologi yang didisain untuk menemukan
kecurangan.
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah yang akan dibahas
dalam artikel ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan kecurangan laporan keuangan?
2. Apa saja skema yang dilakukan dalam kecurangan laporan keuangan?
3. Motif apakah yang melatarbelakangi terjadi kecurangan dalam laporan
keuangan?
4. Bagaimanakah cara mencegah kecurangan laporan keuangan ?
KAJIAN PUSTAKA
PEMBAHASAN
Cooks
hasil survey di Amerika, Beasley, et al (1999), ternyata kecurangan selama
tahun 1987 hingga 1997 banyak melibatkan “Koki-koki” manajemen puncak,
dimana CEO dan CFO terlibat dalam 83% kasus, controller dalam 21% kasus
dan hanya 10% kasus yang melibatkan manajemen puncak bawah.
Kecurangan yang melibatkan manajemen puncak disebabkan lemah dan tidak
efektifnya dewan komisaris dan komite audit yang merupakan bagian dari
corporate governance, dan ini dimanfaatkan oleh manajemen puncak yang
menjadi sangat dominan dan tanpa kendali dalam menjalankan perusahaan.
Recipes
Kecurangan dapat dilaksanakan dengan bermacam cara yakni penjualan fiktif,
penangguhan pengakuan biaya hingga kecurangan dalam pembayaran hutang
atas pembelian yang tidak pernah dilakukan. Transaksi fiktif merupakan
kecurangan yang lebih agresif dan mendapatkan perhatian lebih dari auditor
dan regulator dibandingkan dengan sengaja mengakui lebih dini (atau
penangguhan) suatu transaksi. Survei di Amerika yang dilakukan COSO atas
kecurangan high profile yang terjadi di sana, mengungkapkan bahwa
kecurangan yang dilakukan sebagian besar dengan overstatement pendapatan
dan aktiva, dan hanya 20% dengan understatement biaya dan kewajiban.
Incentives
Menjelaskan motivasi mengapa perusahaan dan para koki (manajemen
puncak) melakukan kecurangan. Beberapa motivasi dilakukannya kecurangan
11 dalam laporan keuangan: Artikel ilmiah – Financial Statement Fraud
a. Mencapai tujuan perusahaan;
b. Ingin menunjukkan patuh terhadap syarat-syarat perjanjian kredit;
c. Adanya bonus kinerja;
d. Dalam rangka mencari pembiayaan baru;
e. Untuk meng-counter opini negatif pasar; dan
f. Tax avoidance.
End result
Hasil akhir dari kecurangan dalam laporan keuangan sangatlah buruk bagi
korporasi yakni berakhir pada kebangkrutan, penggantian pemegang saham
delisting dari pasar modal dan penurunan yang sangat atas harga saham.
Manajemen puncak yang terlibat dalam cooking the books menderita
konsekuensi pribadi seperti: Kehilangan nilai dari saham kompensasinya,
dipecat, dilarang menjabat sebagai manajemen dalam perusahaan publik
lainnya, dan denda uang hingga dipenjara.
Akuntan publik yang terlibat dalam kecurangan juga mengalami hal
terburuknya yakni di-suspense hingga pencabutan ijin pemeriksaan yang
berdampak pada kehilangan klien dan akhirnya menurut kepada kebangkrutan
seperti terjadi pada akuntan publik kelas dunia, Arthur Andersen.