Anda di halaman 1dari 18

TUGAS 1

MATA KULIAH
SEMINAR AKUNTANSI

FINANCIAL STATEMENT FRAUD

NENDA MARLIANI
(1212171015)
1 Artikel ilmiah – Financial Statement Fraud

MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SANGGA BUANA YPKP

PENDAHULUAN
Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk
menggambarkan kinerja perusahaan (Maula dan Rakhman, 2018). Namun
terdapat beberapa kasus di mana manajer gagal dalam mencapai tujuan kinerjanya
sehingga informasi yang akan tampil dalam laporan keuangan tidak akan
memuaskan. Untuk menutupi hal tersebut terkadang manajemen rela melakukan
kecurangan supaya informasi dalam laporan keuangan terlihat baik. Sebagai
upaya dalam mencegah perbuatan tersebut maka menjadi tugas bagi auditor untuk
mendeteksi adanya kecurangan (Arles, 2014).
Kecurangan (fraud) merupakan bahaya laten yang mengancam dunia.
Hasil penelitian Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) Global
menunjukkan bahwa setiap tahun, rata-rata 5% dari pendapatan organisasi
menjadi korban fraud. Penelitian yang dilakukan oleh ACFE yang dituangkan
dalam laporan Report To The Nation (RTTN) menunjukkan pada tahun 2016 total
kerugian yang diakibatkan oleh fraud mencapai USD 6,3 miliar dengan ratarata
kerugian per kasus mencapai lebih dari USD 2,7 juta (Nugrahaeni & Triatmoko,
2017). Menurut ACFE, fraud dapat dibagi menjadi 3 yaitu coruption (korupsi),
asset misappropriatio (penyalahgunaan asset), dan financial statement fraud
(kecurangan laporan keuangan).
2 Financial statement fraud merupakan tindakan
Artikel ilmiah yang Statement
– Financial dilakukanFraud
oleh
pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi
kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam
penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan (Kennedy &
Siregar, 2018). Banyak hal yang dapat mendorong atau memicu manajemen
perusahaan untuk melakukan kecurangan dalam laporan keuangan, salah satunya
yaitu adanya konflik kepentingan antara agen yang dalam hal ini adalah
manajemen perusahaan dan investor sebagai principal, dimana investor
menginginkan agar perusahaan selalu meningkatkan kinerja setiap tahunnya untuk
menaikkan nilai perusahaan di bursa efek. Adanya tuntutan tersebut membuat
perusahaan melakukan berbagai macam cara agar bisa memenuhi keinginan
investor meskipun dengan cara yang menyimpang yaitu fraud (Rahmayuni, 2018).
Terdapat berbagai fenomena kasus financial statement fraud yang terjadi,
kasus yang paling banyak mengundang perhatian dunia adalah kasus perusahaan
Enron yang merupakan salah satu perusahaan terbesar di Amerika Serikat. Enron
melakukan aksi penipuan laporan keuangan perusahaan demi menarik investor,
hal tersebut dilakukan dengan cara melebih-lebihkan keuntungan di laporan
keuangan dan memanipulasi laporan keuangan hingga utang-utangnya tidak
ketahuan. Ketika kasus skandal akuntansi tersebut terungkap Pada akhir 2001 ,
hanya dalam waktu kurang dari setahun, saham Enron anjlok parah hingga ke
level US$ 26 cents. (sumber: www.liputan6.com, diakses 26 Oktober 2018, Pukul
17:00 WIB).
Kasus financial statement fraud diantaranya terjadi juga pada Toshiba
Corp, British Telecom, dan Bank Bukopin:
1. Toshiba Corp membesar-besarkan laba operasioanl sebesar ¥ 151.8 miliar atau
sekitar US$ 1,22 miliar sejak enam tahun terakhir yaitu antara tahun 2008
sampai 2014. Berdasarkan hasil penyelidikan, skandal tersebut dilakukan
karena CEO Toshiba Corp yaitu Hisao Tanaka dan Wakil direktur Norio Sasaki
ditekan divisi bisnis untuk memenuhi target yang sulit (sumber:
www.liputan6.com, diakses 26 Oktober 2018, Pukul 17:30 WIB).
2. British Telecom melakukan modus fraud akuntansi dengan cara inflasi
(peningkatan) atas laba perusahaan selama beberapa tahun dengan cara
tidak wajar melalu kerja sama koruptif dengan klien-klien perusahaan dan
jasa keuangan. Modusnya adalah membesarkan penghasilan perusahaan
melalui perpanjangan kontrak yang palsu dan invoice-nya serta transaksi
yang palsu dengan vendor. Praktik fraud ini sudah terjadi sejak tahun 2013.
Dorongan untuk memperoleh bonus (tantiem) menjadi stimulus fraud
akuntansi ini (sumber: www.wartaekonomi.co.id, diakses 26 Oktober 2018,
Pukul 17:25 WIB).
3 3. Bank Bukopin melakukan manipulasi laporan
Artikel ilmiah keuangan
– Financial untuk
Statement Fraud
memperindah kinerja perusahaan. Modifikasi tersebut dilakukan pada akun
laba bersih, pendapatan provisi dan komisi yang merupakan pendapatan dari
kartu kredit, dan beban penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset keuangan
(sumber: www.cnbcindonesia.com, diakses 9 November 2018, Pukul 10:09
WIB).
Banyaknya kasus skandal financial statement fraud yang terjadi
merupakan salah satu indikasi bahwa topik mengenai financial statement
fraud merupakan topik yang menarik untuk dibahas.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai
financial statement fraud. Penelitian yang dilakukan oleh Sartono (2013)
menyimpulan bahwa financial statement fraud sangat berdampak buruk bagi
perusahaan publik dan menggerus tingkat keyakinan investor terhadap
bonafiditas perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa efek. Selain
itu Suprajadi (2009) menyimpulkan bahwa pelaku akan melakukan
kecurangan karena merasa yakin bahwa perbuatannya tidak akan ditemukan.
Langkah sistematis untuk mendeteksi kecurangan adalah melalui pemahaman
teori kecurangan, mengamati sinyal kecurangan dan memahami skenario
kecuranlan (awareness) serta metodologi yang didisain untuk menemukan
kecurangan.
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah yang akan dibahas
dalam artikel ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan kecurangan laporan keuangan?
2. Apa saja skema yang dilakukan dalam kecurangan laporan keuangan?
3. Motif apakah yang melatarbelakangi terjadi kecurangan dalam laporan
keuangan?
4. Bagaimanakah cara mencegah kecurangan laporan keuangan ?

KAJIAN PUSTAKA

Teori Ekonomi (Economic Theory)


Menurut Rilam dan Saladin (1990:6), teori ekonomi adalah teori yang
menjelaskan sifat-sifat hubungan antara variabel-variabel ekonomi, sehingga
diperoleh gambaran bagaimana perilaku kegiatan antara sistem ekonomi yang
terjadi. Misalnya: teori permintaan menjelaskan hubungan antara harga dan
jumlah barang yang diminta. Economic theory study dalam financial statement
fraud ini mendasari pada economic agency theory yang menganalogikan
manajemen adalah agen dari suatu prinsipal.
4 Artikel ilmiah – Financial Statement Fraud
Teori Agensi (Agency Theory)
Agency theory atau yang biasa disebut teori agensi menjelaskan tentang
hubungan antara dua pihak yaitu pemilik (principal) dan manajemen (agent)
(Putri dan Yuyetta, 2013). Pengertian principal dalam agency theory adalah
pihak-pihak yang menyerahkan sebagian atau seluruh wealth-nya untuk
dikembangkan pihak lain. Sedangkan yang dimaksud dengan agent adalah
pengelola perusahaan (Sutedi, 2011:15).
Pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan merupakan
salah satu faktor yang memicu timbulnya konflik kepentingan yang lebih dikenal
dengan konflik keagenan. Konflik keagenan yang timbul antara berbagai pihak
yang memiliki banyak kepentingan dapat mempersulit dan menghambat
perusahaan dalam mencapai kinerja yang positif untuk menghasilkan nilai yang
beguna bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi shareholders. Selain itu, Adanya
ketidakseimbangan penguasaan informasi dapat memicu munculnya suatu kondisi
yang disebut dengan asimetri infromasi (information asymmetry) (Jensen dan
Meckling , 1976).
Kaitan teori agensi dengan financial statement fraud adalah financial
statement fraud dapat dialakukan karena adanya tekanan dari principal kepada
agen untuk menunjukan kinerja tertentu, sehingga agar kinerjanya terlihat baik
oleh principal maka agen melakukan financial statement fraud.
Fraud Triangle Theory
Pada tahun 1973 Cressey menyatak sebuah teori yang dinamakan dengan
teori segitiga kecurangan atau farud triangle. Teori ini sudah banyak dipakai oleh
para professional untuk mengjelaskan mengapa kecurang terjadi. Menurut
Cressey (1973) kecurangan dapat terjadi karena adanya tekanan (pressure),
kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization) yang kemudian
dikenal dengan istilah fraud triangle.
1. Tekanan (pressure)
Pressure (tekanan), yaitu adanya insentif/tekanan/kebutuhan untuk melakukan
fraud. Menurut SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi
pada pressure yang dapat mengakibatkan kecurangan, yaitu financial stability,
external pressure, personal financial need, dan financial targets (Sidiq dan
Hadinata, 2016).
2. Kesempatan (opportunity)
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan terjadinya fraud. Para pelaku
fraud percaya bahwa aktivitas mereka tidak akan terdeteksi (Widiyarti, 2018).
3. Rasionalisasi (rationalization)
Rasionalisasi (rationalization) merupakan pembenaran terhadap tindakan
5 kecurangan yang dilakukan oleh pelaku. Pelaku
Artikel ilmiah biasanya
– Financialmencari
Statementberbagai
Fraud
alasan yang rasional untuk membenarkan tindakan yang dilakukan (Septriani &
Handayani, 2018).

Fraud Diamond Theory


Pada tahun 2004 Wolfe dan Hermanson menngemukakan sebuah teori
yang dikenal dengan teori fraud diamond. Teori ini adalah bentuk penyempurnaan
dari teori fraud triangle oleh Cressey (1953). Teori fraud diamond menambahlan
satu factor yang dapat menyebabkan kecurangan yaitu kemampuan (capability),
factor tersebut tidak terdapat dalam teori triangle.
Capability artinya seberapa besar daya dan kapasitas dari seseorang itu
melakukan fraud di lingkungan perusahaan. Perubahan direksi adalah penyerahan
wewenang dari direksi lama kepada direksi baru. Hal ini bertujuan untuk
memperbaiki kinerja manajemen sebelumnya. Namun, perubahan direksi dapat
menimbulkan stress period sehingga berdampak pada semakin terbukanya
peluang untuk melakukan fraud (Nurbalti & Hanafi, 2017).

Fraud Pentagon Theory


Fraud pentagon merupakan pengembangan dari fraud triangle theory oleh
Cressey (1953), kemudian fraud diamond theory yang dikembangkan oleh Wolf
& hermanson (2004). Crowe (2011) mengembangkan teori fraud triangle dan
fraud diamond dengan merubah fraud risk factor berupa capability menjadi
competence yang memiliki makna istilah yang sama. Selain itu ada penambahan
risk factor berupa arrogance (arogansi).
Arrogance (Arogansi) yaitu sifat superioritas atas hak yang dimiliki dan
merasa bahwa pengendalian internal dan kebijakan perusahaan tidak berlaku
untuk dirinya (Crowe, 2011). Kesombongan ini muncul dari keyakinan bahwa
dirinya mampu melakukan kecurangan dan kontrol yang ada tidak dapat menimpa
dirinya sehingga pelaku kecurangan biasanya berpikir bebas untuk melakukan
kecurangan tanpa takut adanya sanksi yang akan menjeratnya (Crowe, 2011).

PEMBAHASAN

DEFINISI KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN


Financial statement fraud atau kecurangan pelaporan keuangan adalah
salah saji yang disengaja atau kelalaian dari jumlah atau pengungkapan
dengan maksud untuk menipu pengguna laporan keuangan (Arens et al, 2014
dalam Adelina & Harindahyani, 2018).
Statement of Auditing Standards No.99 mendefinisikan financial
statement fraud sebagai tindakan atau perbuatan yang disengaja untuk
6 menghasilkan salah saji material dalamArtikel ilmiahkeuangan
laporan – Financialyang
Statement Fraud
merupakan
subjek audit (Nugrahaeni & Triatmoko, 2017).
Australian Auditing Standarts (2000) yang menyatakan kecurangan
laporan keuangan adalah tindakan salah saji material yang disengaja untuk
menyesatkan informasi laporan keuangan. Sehingga dapat berakibat kesalahan
dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para pengguna informasi
laporan keuangan (Maula dan Rakhman, 2018).
Financial statement fraud adalah tindakan yang dilakukan oleh pejabat
atau eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi
kondisi keuangan yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan
dalam penyajian laporan keuangannya untuk memperoleh keuntungan
(ACFE, 2016).
Dalam The Treadway Commission’s Report of the National
Commission on Fraudulent Financial Reporting, (1987), financial statement
fraud diartikan sebagai kesengajaan atau kecerobohan dalam melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan yang
menyebabkan laporan keuangan menjadi penyesatkan secara material (Purba
dan Putra, 2017).
Rezaee dan Riley (2009) mendefinisikan kecurangan pelaporan
keuangan sebagai berikut:
“Financial statement fraud is a deliberate attempt by corporations to deceive
or mislead users of published financial statements, especially investors and
creditors, by preparing and disseminating materially misstated financial
statements”.

Artinya, kecurangan pelaporan keuangan merupakan suatu usaha yang


dilakukan dengan sengaja oleh perusahaan untuk mengecoh dan menyesatkan
para pengguna laporan keuangan, terutama investor dan kreditor, dengan
menyajikan dan merekayasa nilai material dari laporan keuangan. Manipulasi
keuntungan (earning manipulation) disebabkan keinginan perusahaan agar
saham tetap diminati investor (Sidiq dan Hadinata, 2016).
Dari definisi-definisi yang telah diuraikan diatas maka:
1. Semua definsi diatas sepakat bahwa financial statement fraud merupakan
perbuatan yang disengaja.
2. Statement of Auditing Standards No.99, Australian Auditing Standarts
(2000), The Treadway Commission’s Report of the National Commission
on Fraudulent Financial Reporting (1987), Rezaee dan Riley (2009)
menyatakan penyataan yang sama bahwa perbuatan financial statement
fraud yang disengaja tersebut berupa salah saji yang material.
7 3. Arens et al (2014), Australian AuditingArtikelStandarts (2000),Statement
ilmiah – Financial The Treadway
Fraud
Commission’s Report of the National Commission on Fraudulent
Financial Reporting, (1987), Rezaee dan Riley (2009) menyatakan hal
yang sama bahwa financial statement fraud dilakukan untuk menyesatkan
informasi keuangan sehingga menipu pengguna laporan keuangan.
4. Sedangkan ACFE (2016) menyatakan bahwa financial statement fraud
dilakukan untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya.

SKEMA YANG DILAKUKAN DALAM KECURANGAN LAPORAN


KEUANGAN
Sartono (2013) dalam jurnalnya menyatakan bahaw COSO
menyebutkan adapun skema yang sering dilakukan dalam penyimpangan
laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Pengakuan pendapatan yang tidak benar;
b. Melebih-lebihkan nilai asset perusahaan;
c. Penyajian biaya yang tidak benar;
d. Penyalahgunaan aset;
e. Pengungkapan secara tidak tepat; dan
f. Skema lainnya.
Menurut COSO sekitar separuh dari semua penyimpangan yang ada
adalah melebih-lebihkan pendapatan. Manajemen akan menggunakan
bermacam teknik akunting “kreatif” agar laporan keuangan tampak sehat.
Berikut di bawah ini kategori kecurangan yang sering dilakukan
manajemen.
a. Penjualan fiktif/overstatement.
Dalam katagori ini penjualan dilakukan dengan cara memfakturkan kepada
pelanggan yang tidak pernah ada atau kepada pihak hubungan istimewa
dengan harga yang diatur, atau dengan cara faktur palsu yang tidak pernah
dikirim ke pelanggan tapi dicatat. Overstatement penjualan juga dilakukan
dengan mencatat penjualan kepada cabang sendiri, mencatat deposit
pelanggan sebagai pendapatan, penjualan retur dianggap pendapatan, dan
mencatat seluruh hasil penjualan atas aktiva yang dijual (seperti aktiva
tetap, surat berharga) sebagai pendapatan.
b. Lebih dini mengakui pendapatan.
Dalam katagori ini termasuk:
- Mencatat penjualan beberapa hari setelah tanggal neraca.
- Melakukan pengiriman barang dan mencatat penjualan walaupun pada
saat tanggal neraca pelanggan belum setuju dengan syarat-syarat pada
8 kontrak jual beli. Artikel ilmiah – Financial Statement Fraud
- Mengakui penjualan destination point walaupun pada tanggal neraca
barang belum tiba di pelabuhan pembeli.
- Overstatement persentase pendapatan berdasarkan penyelesaian
(percentage of companion) walaupun terdapat keraguan atas tingkat
penyelesaian sesuai kontrak.
- Tidak mencatat penjualan retur dan klaim penjualan.
- Mencatat penjualan atas pengiriman barang lebih dini tanpa persetujuan
pembeli.
- Barang masih dalam proses perakitan telah diakui sebagai penjualan.
c. Sengaja salah mengklasifikasi pendapatan dan aktiva
- Transaksi ekstra ordinasi dan rugi laba nonrecurring dicatat sebagai
pendapatan operasi.
- Sengaja salah mencatat ke aktiva lancar dan tidak lancar.
- Menggabung saldo kas dan bank dalam restriksi ke saldo tanpa restriksi.
- Investasi jangka panjang dicatat sebagai surat berharga jangka pendek
d. Mencatat aktiva fiktif.
Umumnya dilakukan dengan overstatement persediaan barang dagangan
dengan cara:
- Mencatat barang rusak dengan label baru dan barang dengan nilai rendah
seolah olah barang mahal dan laku di pasaran.
- Mencatat barang konsinyasi seperti barang sendiri.
- Mencatat barang belum tiba di gudang dimana pembelian dilakukan
dengan syarat destination point.
e. Overvalued aktiva dan undervalued biaya dan kewajiban.
Ini umumnya dilakukan dengan cara:
- Mencatat dengan nilai nominal piutang yang sudah lama jatuh tempo.
- Nilai piutang yang material kepada pihak hubungan istimewa.
- Cadangan piutang/pinjaman dan biaya piutang/pinjaman ragur-ragu
kurang dicatat.
- Cadangan kerugian persediaan usang kurang dicatat.
- Tidak mengkoreksi penurunan nilai pasar investasi atau surat berharga.
- Menangguhkan biaya administrasi dan biaya penjualan sebagai beban
yang masih mempunyai manfaat di mada depan (deferred cost atau
preoperational expense) dan menyusutkan secara periodik.
- Masih tetap mencatat biaya research and development cost yang
diketahui sudah gagal sebagai deferred charges.
- Kurang membukukan penurunan nilai aktiva
f. Tidak mencatat kewajiban.
- Tidak atau kurang mencatat kewajiban pensiun kepada karyawan.
9 - Tidak mencatat putusan pengadilan yang
Artikel ilmiahmengharuskan perusahaan
– Financial Statement Fraud
membayar kerugian sejumlah tertentu kepada pihak ketiga, namun baru
mencatat saat dibayar (cash basis method).
- Tidak atau kurang mencatat biaya yang akan timbul pada masa garansi
produk tertentu.
- Tidak mencatat hutang komisi penjualan kepada pihak ketiga.
g. Menghilangkan atau mengurangi disclosure penting.
Ini mengakibatkan laporan keuangan menjadi tidak transparan, misal
penjelasan atas perubahan prinsip akuntansi, penjelasan perubahan
manajemen puncak dan komposisi pemegang saham, penjelasan atas aktiva
yang dijaminkan untuk pinjaman bang yang diterima.
h. Kecurangan dalam permodalan.
Ini mencakup :
- Overvalued aktiva yang merupakan setoran modal.
- Melakukan overvalued nilai appraisal atas aktiva tetap, misal dalam
rangka kuasi reorganisasi dimana keuntungan atau selisih nilai buku
dengan nilai appraisal digunakan untuk menutupi kerugian akumulasi.
- Memilih metode akuntansi yang salah untuk merger atau akuisisi, yakni
antara metode pembelian dengan metode penggabungan kepentingan.
- Hubungan dengan pihak istimewa. Banyak sekali jenis kecurangan yang
dapat dilakukan dengan pihak ini, kecurangan transaksi ini meliputi;
- Melakukan penjualan dan pembelian fiktif.
- Pemberian/penerimaan pinjaman tanpa bunga atau bunga di bawah
ketentuan pasar.
- Pemberian fee atas jasa manajemen tanpa kejelasan jasa yang
diberikan.
- Transfer pricing.
- Pemberian dividen terselubung saat perusahaan merugi.
- Kurangnya disclosure pada laporan keuangan.
i. Kecurangan dalam laporan keuangan dengan “arah terbalik”.
Hal ini dilakukan dengan undervalued aktiva/pendapatan dan overvalued
kewajibannya/biaya dengan tujuan menghindari/merendahkan kewajiban
paja perusahaan, atau menghindari akuisisi yang tidak diinginkan oleh
manajemen agar perusahaan tampak tidak sehat secara keuangan
(financially not health), atau “menabung saat panen raya” contoh
kecurangan seperti ini adalah :
- Membentuk pencadangan yang menjadikan biaya lebih besar (seperti
membentuk cadangan piutang ragu saat semua piutang dapat ditagih) saat
laba perusahaan tinggi di suatu periode dengan harapan di kemudian hari
saat perusahaan merugi/laba kecil, cadangan dimaksud di jurnal balik
10 (reverse) dan diakui sebagai pendapatan.
Artikel ilmiah – Financial Statement Fraud
- Menggeser pendapatan ke periode mendatang.
- Mencatat pembelian aktiva tetap sebagai biaya saat laba perusahaan
tinggi.
- Menghapuskan aktiva tetap yang masih operasional dengan alasan rusak
atau tidak ekonomis lagi. Unsur-unsur dan klasifikasi dari kecurangan
laporan keuangan:

MOTIF YANG MELATARBELAKANGI TERJADI KECURANGAN


DALAM LAPORAN KEUANGAN
Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya kecurangan dalam laporan
keuangan umumnya melibatkan 5 (lima) faktor yang saling berinteraksi,
disingkat dengan CRIME (Sartono, 2013). Dalam bentuk formula dijabarkan
sebagai berikut:
Cooks + Recipes + Incentives + Monitoring (lack of) = End result

Cooks
hasil survey di Amerika, Beasley, et al (1999), ternyata kecurangan selama
tahun 1987 hingga 1997 banyak melibatkan “Koki-koki” manajemen puncak,
dimana CEO dan CFO terlibat dalam 83% kasus, controller dalam 21% kasus
dan hanya 10% kasus yang melibatkan manajemen puncak bawah.
Kecurangan yang melibatkan manajemen puncak disebabkan lemah dan tidak
efektifnya dewan komisaris dan komite audit yang merupakan bagian dari
corporate governance, dan ini dimanfaatkan oleh manajemen puncak yang
menjadi sangat dominan dan tanpa kendali dalam menjalankan perusahaan.

Recipes
Kecurangan dapat dilaksanakan dengan bermacam cara yakni penjualan fiktif,
penangguhan pengakuan biaya hingga kecurangan dalam pembayaran hutang
atas pembelian yang tidak pernah dilakukan. Transaksi fiktif merupakan
kecurangan yang lebih agresif dan mendapatkan perhatian lebih dari auditor
dan regulator dibandingkan dengan sengaja mengakui lebih dini (atau
penangguhan) suatu transaksi. Survei di Amerika yang dilakukan COSO atas
kecurangan high profile yang terjadi di sana, mengungkapkan bahwa
kecurangan yang dilakukan sebagian besar dengan overstatement pendapatan
dan aktiva, dan hanya 20% dengan understatement biaya dan kewajiban.

Incentives
Menjelaskan motivasi mengapa perusahaan dan para koki (manajemen
puncak) melakukan kecurangan. Beberapa motivasi dilakukannya kecurangan
11 dalam laporan keuangan: Artikel ilmiah – Financial Statement Fraud
a. Mencapai tujuan perusahaan;
b. Ingin menunjukkan patuh terhadap syarat-syarat perjanjian kredit;
c. Adanya bonus kinerja;
d. Dalam rangka mencari pembiayaan baru;
e. Untuk meng-counter opini negatif pasar; dan
f. Tax avoidance.

Monitoring (lack of)


Tata kelola perusahaan yang menuntut kualitas yang tinggi terhadap pelaporan
keuangan dan tidak mentolerir adanya kesalahan pada laporan keuangan
merupakan mekanisme monitoring utama yang proaktif dalam mencegah dan
mendeteksi kecurangan. Mekanisme penting lainnya adalah keberadaan
pengendalian intern yang terstruktur dan efektif. Selanjutnya, walaupun
manajemen bertanggung jawab atas pembentukan dan penerapan pengendalian
intern, namun audit komite, internal audit dan akuntan publik harus yakin
bahwa pengendalian intern adalah efektif dalam mencegah, mendeteksi dan
mengkoreksi kecurangan, dan tidak memberikan sedikitpun kesempatan bagi
manajemen untuk mengabaikan aktivitas pengendalian. Internal audit
dianggap sebagai palang pintu pertama dalam mencegah kecurangan,
sedangkan sudah menajdi tradisi bahwa akuntan publik dianggap bertanggung
jawab dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan.

End result
Hasil akhir dari kecurangan dalam laporan keuangan sangatlah buruk bagi
korporasi yakni berakhir pada kebangkrutan, penggantian pemegang saham
delisting dari pasar modal dan penurunan yang sangat atas harga saham.
Manajemen puncak yang terlibat dalam cooking the books menderita
konsekuensi pribadi seperti: Kehilangan nilai dari saham kompensasinya,
dipecat, dilarang menjabat sebagai manajemen dalam perusahaan publik
lainnya, dan denda uang hingga dipenjara.
Akuntan publik yang terlibat dalam kecurangan juga mengalami hal
terburuknya yakni di-suspense hingga pencabutan ijin pemeriksaan yang
berdampak pada kehilangan klien dan akhirnya menurut kepada kebangkrutan
seperti terjadi pada akuntan publik kelas dunia, Arthur Andersen.

CARA MENCEGAH KECURANGAN LAPORAN KEUANGAN


12 Undang-undang Sarbanes-Oxley Artikel
memfokuskan terhadap
ilmiah – Financial pencegahan
Statement Fraud
terhadap kecurangan dalam laporan keuangan. Landasan utama dalam
SarbanesOxley adalah untuk meminimalisir terjadinya kecurangan dalam laporan
keuangan dengan menekankan pada penerapan Good Corporate Governance
(GCG) dengan mengoptimalkan peran dari elemen-elemen GCG. Menurut Sutedi
(2011) good corporate governance merupakan sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk
semua stakeholder. Elemen-elemen GCG yang dimaksud yakni:
1. Dewan Komisaris
Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas pada pasal
108 ayat 1 dijelaskan bahwa tugas dan fungsi dewan komisaris adalah
melakukan pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada
umumnya, baik mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, dan memberi
nasihat kepada Direksi.
2. Komite Audit
Menurut Keputusan Ketua Bapepam dan LK nomor : Kep-643/BL/2012,
komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggungjawab kepada
dewan komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan
komisaris. Komite audit adalah komite yang lazimnya dibentuk oleh dewan
komosaris atau direksi korporasi dengan tujuan:
1. Memantau kinerja internal audit sebagai kepanjangan tangan dewan
komisasris yang diberi mandat mengawasi seluruh aktivitas korporasi,
termasuk merekomendasikan dewan komisaris/direksi untuk memberikan
sanksi kepada individu auditor atau institusi internal audit, bila terjadi
penyimpangan dari kaidah profesionalisme yang berlaku (Kumaat, 2011:59).
2. Menjadi institusi yang akan memberikan final judgment terhadap solusi atau
sanksi atas temuan internal audit, terutama bila dijumpai tindak kecurangan
(fraund) atau kasus yang melibatkan senior management (direksi,
manajemen) atau permasalahan sistem yang menyentuh corporate/business
strategy secara substansial (Kumaat, 2011:59).
3. Management
Manajemen adalah anggota gorporate governance yang paling bertanggung
jawab atas kualitas, integritas dan kehandalan proses pelaporan keuangan dan
penyajian yang wajar atas laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum, dan oleh karenanya manajemen bertanggung jawab atas
pencegahan dan pendeteksian kecurangan atas laporan keuangan (Sartono,
2013).
4. Internal Audit
Internal audit bertanggung jawab memonitor aspek operasional, kinerja
13 keuangan dan struktur pengendalian intern
Artikel (Sartono, 2013). Statement
ilmiah – Financial Internal auditor,
Fraud
menurut IIA (2011) No. 2120.A1 menjelaskan bahwa aktivitas internal audit
harus mengevaluasi risiko yang berhubungan dengan tata kelola perusahaan,
operasi dan sistem informasi untuk memenuhi kehandalan dan intergritas
informasi keuangan dan operasi, keefektivan dan efisiensi operasi dan program,
mengamankan harta dan taat pada hukum, regulasi, kebijakan, prosedur dan
kontrak. Internal auditor juga adalah auditor yang harus memiliki pengetahuan
yang cukup untuk mengevaluasi risiko atau potensial terjadinya kecurangan
dan sikap yang ada di perusahaan, tetapi tidak diharapkan untuk mendeteksi
dan menginvestigasi kecurangan sebagai tanggung jawab utamanya (IIA, 2011)
dalam (Lukman dan Harun, 2018).
Sawyer’s (2005:10) dalam Yuliani et al (2013) menggambarkan lingkup audit
internal modern sebagai sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang
dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda
dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi
telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah
diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan
prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang
memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan
ekonomis dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua
dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan
membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggungjwabnya secara
efektif.
5. Eksternal Audit
Auditor eksternal adalah pihak yang bertanggung jawab untuk merencanakan
dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan (IAPI, 2011) dalam (Lukman dan Harun, 2018).
Akuntan publik bertanggung jawab untuk melaksanakan auditing dan attestasi
atas kewajaran laporan keuangan (Sartono, 2013). Auditor memberikan
kredibilitas laporan keuangan perusahaan dan dengan demikian menambah
nilai tata kelola perusahaan melalui audit yang terintegrasi terhadap pelaporan
keuangan dan laporan keuangan (Anugerah, 2014).
6. Regulator
Pihak regulator merupakan bagian dari CG yang tak kalah pentingnya dalam
mencegah terjadinya kecurangan material dalam pelaporan keuangan dengan
mengeluarkan aturan-aturan yang disebut diatas dan mengenakan sanksi
terhadap setiap pelanggaran ketentuan peraturan oleh pihak yang menyebabkan
terjadinya pelanggaran (Sartono, 2013).

14 Artikel ilmiah – Financial Statement Fraud


KESIMPULAN
Dari hasil pembahsan diatas, maka kesimpulan dari studi literatur ini adalah:
1. Financial statement fraud adalah tindakan atau perbuatan yang disengaja
untuk menghasilkan salah saji material untuk menutupi kondisi keuangan
yang sebenarnya, sehingga informasi keuangan yang dihasilkan
menyesatkan dan menipu pengguna laporan keuangan.
2. Skema yang dilakukan dalam kecurangan laporan keuangan adalah
melakukan pencatatan penjualan fiktif/overstatement, mengakui pendapatan
lebih dini, sengaja salah mengklasifikasi pendapatan dan aktiva, mencatat
aktiva fiktif, overvalued aktiva dan undervalued biaya dan kewajiban, tidak
mencatat kewajiban, menghilangkan atau mengurangi disclosure penting,
kecurangan dalam permodalan, kecurangan dalam laporan keuangan
dengan “arah terbalik”.
3. Hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya kecurangan dalam laporan
keuangan umumnya melibatkan 5 (lima) faktor yang saling berinteraksi,
disingkat dengan CRIME (Cooks + Recipes + Incentives + Monitoring
(lack of) = End result). Cooks maksudnya adalah pihak yang banyak
melakukan kecurangan adalah manjemen puncak (koki perusahaan) karena
beliaulah tanpa kendali dalam menjalankan perusahaan. Hal ini disebabkan
lemah dan tidak efektifnya dewan komisaris dan komite audit yang
merupakan bagian dari corporate governance. Recipes (resep) maksudnya
kecurangan dapat dilaksanakan dengan bermacam cara yakni penjualan
fiktif, penangguhan pengakuan biaya hingga kecurangan dalam pembayaran
hutang atas pembelian yang tidak pernah dilakukan. Incentives adalah
menjelaskan motivasi mengapa perusahaan dan para koki (manajemen
puncak) melakukan kecurangan. beberapa motivasi dilakukannya
kecurangan dalam laporan keuangan: mencapai tujuan perusahaan, ingin
menunjukkan patuh terhadap syarat-syarat perjanjian kredit, adanya bonus
kinerja, dalam rangka mencari pembiayaan baru, untuk meng-counter opini
negatif pasar dan tax avoidance. Monitoring maksudnya adalah untuk
mencegah dan mendeteksi kecurangan maka diperlukan Tata kelola
perusahaan dan pengendalian intern yang memadai. End result maksudnya
adalah hasil akhir dari kecurangan dalam laporan keuangan sangatlah buruk
bagi korporasi dan akuntan public.
4. Cara mencegah kecurangan laporan keuangan adalah dengan
menekankan pada penerapan Good Corporate Governance (GCG) dengan
mengoptimalkan peran dari elemen-elemen GCG yaitu dewan komisaris,
komite audit, manajemen, internal audit, eksternal audit, dan regulator.

15 Artikel ilmiah – Financial Statement Fraud


DAFTAR PUSTAKA

ACFE Indonesia Chapter #111. (2016). Survai Fraud Indonesia. Association Of


Certified Fraud Examiners.
Adelina, Nadia Dan Harindahyani, Senny. 2018. Analisis Fraud Diamond Dalam
Mendeteksi Potensi Financial Statement Fraud Pada Perusahaan Lq-45
Periode 2011-2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7
No.1 (2018).
Anugerah, Rita. 2014. Peranan Good Corporate Governance Dalam Pencegahan
Fraud. Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014 : 101 - 113
Issn 2337-4314.
Arles, Leardo. 2014. Faktor – Faktor Pendorong Terjadinya Fraud : Predator Vs.
16 Accidental Fraudster Diamond Theory Refleksi
Artikel ilmiah Teori Statement
– Financial Fraud Triangle
Fraud
(Klasik) Suatu Kajian Teoritis. Papper Mahasiswa Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Riau 15 Januari 2014.
Cressey, D. (1953). Other People’s Money, Dalam: “The Internal Auditor As
Fraud Buster, Hillison, William. Et. Al. 1999. Managerial Auditing Journal,
Mcb University Press, 14/7:351-362.
Horwarth, Crowe. 2010. “Iia Practice Guide : Fraud And Internal Audit”.
Jensen M. C. dan Meckling, W. H. 1976. Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics. Vol. 3, Pages 305-360.
Kennedy, Posma Sariguna Johnson Dan Siregar, Santi Lina. 2017. Para Pelaku
Fraud Di Indonesia Menurut Survei Fraud Indonesia. Buletin ekonomi FE
UKI Vol 21 No.2 September 2017.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:
Kep-643/BL/2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit.
Kumaat, Valery G. 2011. Internal Audit. Jakarta:Erlangga.
Lukman, Hendro Dan Harun, Viviani. 2018. Faktor Yang Mempengaruhi Deteksi
Kecurangan Dalam Persepsi Auditor Eksternal Dan Auditor Internal. Jurnal
Akuntansi/Volume Xxii, No. 02, Mei 2018: 255-265 255.
Maula, Kholida Atiyatul Dan Rakhma, Arif. 2018. Pengaruh Board Diversity
(Ceo Wanita, Cfo Wanita, Proporsi Dewan Komisaris Wanita, Proporsi
Komite Audit Wanita) Terhadap Pelanggaran Aturan Laporan Keuangan.
Jurnal Universitas Singaperbangsa Karawan Vol. 3 No. 01 2018.
Nugraheni, Nella Kartika Dan Triatmoko, Hanung. 2017. Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Terjadinya Financial Statement Fraud: Perspektif
Diamond Fraud Theory (Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016). Jurnal Akuntansi Dan
Auditing Volume 14/No. 2 Tahun 2017: 118-143.
Nurbalti, Zulfi Dan Hanafi, Rustam. 2017. Analisis Pengaruh Fraud Diamond
Dalam Mendeteksi Tingkat Accounting Irregularities. Jurnal Akuntansi
Indonesia, Vol. 6 No. 2 Juli 2017, Hal. 167 – 184.
Pemerintah Republik Indonesia, Undang- Nomor 40 Tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas.
Purba, Erny Luxy D. Dan Putra, Samuel. 2017. Analisis Fraud Diamond Dalam
Mendeteksi Financial Statement Fraud : Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2013-
2015. Jakpi Vol 05 No 01 - April 2017.

17 Putri, Noviatara Dwi dan Etna Nur Afri Yuyetta.


Artikel ilmiah – 2013. Pengaruh
Financial StatementStruktur
Fraud
Kepemilikan dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba. Diponogoro
Journal of Accounting Vol.2 No.3 Tahun 2013 Hal 1-13.
Rilam, A dan Djaslim, Saladin. 1990. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung: CV
Sulita.
Rahmayuni, Sri. 2018. Analisis Pengaruh Fraud Diamond Terhadap Kecurangan
Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bei Tahun 2013-2016). Jurnal Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Sartono, Mohammad Ali. 2014. Kecurangan Dalam Laporan Keuangan. Jurnal
Studia Akuntansi Dan Bisnis- Vol. 1│No. 2. 2014.
Septriani, Yossi Dan Handayani, Desi. 2018. Mendeteksi Kecurangan Laporan
Keuangan Dengan Analisis Fraud Pentagon. Jurnal Akuntansi, Keuangan
Dan Bisnis Vol. 11, No. 1, Mei 2018, 11-23.
Siddiq, Faiz Rahman Dan Hadinata, Sofyan. 2016. Fraud Diamond Dalam
Financial Statement Fraud. Jurnal Bisnis Dan Manajemen Islam Bisnis, Vol.
4, No. 2, Desember 2016.
Suprajadi, Lusy. 2009.Teori Kecurangan, Fraud Awareness, Dan Metodologi
Untuk Mendeteksi Kecurangan Pelaporan Keuangan. Bina Ekonomi Majalah
Llmiah Fakultas Ekonomi Unpar Volume 13, Nomor 2, Agustus 2009.
Sutedi, Adrian. 2011. Good Corporate Governance. Jakarta :Sinar Grafka Offset.

Widiyarti, Agung. 2018. Determinan Kemungkinan Terjadinya Fraud Pada


Perusahaan Daerah air Minum Di Indonesia. Prospek Dan Tantangan Issn
2460-0784 Pengelolaan Keuangan Desa. Seminar Nasional Dan The 5th Call
For Syariah Paper.
Wolfe, David T, And Dana R. Hermanson. 2004. The Fraud Diamond:
Considering The Four Element Of Fraud. The Cpa Journal, P. 38-42.
Yuliana, Rita. 2013. Determinan, Deteksi Dan Konsekuensi Fraud Di Pasar
Modal: Sudut Pandang Teori Keagenan Dan Teori Ekspektasi Rasional. Jaffa
Vol. 01 No. 1 April 2013 Hal. 53 – 68.
Sumber dari internet :
www.Liputan6.com. 3 April 2014. Energi Yang Cekik Investor Enron, Skandal
Besar Perusahaan. (Diakses 26 Oktober 2018, Pukul 17:00 WIB).
www.Liputan6.com.. 22 Juli 2015. Skandal Terungkap, Ceo Toshiba Mundur.
(Diakses 26 Oktober 2018, Pukul 17:30 WIB).
18 www.wartaekonomi.co.id . 22 Juni 2017.
ArtikelKetika
ilmiah –Skandal
Financial Fraud Akuntansi
Statement Fraud
Menerpa British Telecom Dan Pwc. (Diakses 26 Oktober 2018, Pukul 17:25
WIB).
www.cnbcindonesia.com. 27 April 2018. Drama Bank Bukopin: Kartu Kredit
Modifikasi Dan Rights Issue. (Diakses 9 November 2018, Pukul 10:09
WIB).

Anda mungkin juga menyukai