BAB 4
PEMBAHASAN
12
Nachrowi D Nachrowi dan Hardius Usman. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika
untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. LPFEUI. 2006. h. 355
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
40
Pada tingkat level ada beberapa variabel yang tidak stasioner sehingga
perlu dilihat variabel tersebut di tingkat first difference. Hasilnya terlihat bahwa
seluruh variabel dapat stasioner pada tingkat first difference dengan berbagai
kondisi.
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
41
13
Mandala Manurung dan Prathama Rahardja. 2004. Uang, Perbankan, dan Ekonomi Moneter.
FEUI.
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
42
14
Suherman, “Estimasi Model Permintaan Uang Kartal Indonesia”. Tesis. Universitas Indonesia.
Tahun 2003.
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
43
Pada Model 1, menunjukkan nilai |t-statistik| yaitu 5,695178 lebih besar dari
MacKinnon critical value pada tingkat kepercayaan 99% (4,234972), sehingga
H0 ditolak. Hal tersebut menunjukkan bahwa residual dari Model 1 tersebut
stasioner atau terkointegrasi.
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
44
Pada Model 2, menunjukkan nilai |t-statistik| yaitu 5,825312 lebih besar dari
MacKinnon critical value pada tingkat kepercayaan 99% (4.234972), sehingga
H0 ditolak. Itu menunjukkan bahwa residual dari Model 2 tersebut ternyata juga
stasioner atau terkointegrasi.
Dengan demikian, baik Model 1 maupun Model 2 tidak spurious,
walaupun secara individu tidak semua variabel stasioner pada tingkat level I(0),
akan tetapi kombinasi linier antara dua data atau lebih data time series dapat
menjadi stasioner. Hasil ini meyakinkan bahwa seluruh data penelitian bisa
digunakan di dalam mengestimasi model penelitian.
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
45
dengan membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel. Hipotesis dalam uji ini
adalah sebagai berikut :
Hipotesis untuk hasil regresi untuk variabel yang berkorelasi positif :
H0 : βi = 0 ; variabel bebas tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
variabel terikat
H1 : βi > 0 ; variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel
terikat
Hipotesis untuk hasil regresi untuk variabel yang berkorelasi negatif :
H0 : βi = 0 ; variabel bebas tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap
variabel terikat
H1 : βi < 0 ; variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel
terikat
Dengan ketentuan bahwa bila diperoleh :
- |t-stat| > t-tabel maka H0 ditolak, artinya terdapat pengaruh signifikan antara
variabel bebas terhadap variabel terikat.
- |t-stat| < t-tabel maka H0 tidak ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh
signifikan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Tabel 4.5 Nilai t-tabel
Degree of α
Freedom (df) 1% 5% 10%
n-k = 40 – 5 = 35 2,7238 2,0301 1,6896
n = jumlah observasi, k = jumlah variabel bebas
Sumber : output Microsoft Excel (telah diolah kembali)
Tabel 4.5 di atas menunjukkan nilai batas kritis pengujian t-statistik sementara
Tabel 4.6 dan Tabel 4.7 merupakan hasil pengujian t-statistik.
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
46
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
47
Dari hasi regresi Model 1 diperoleh F-hitung 64.91789. Nilai ini lebih
besar dari F-tabel pada tingkat signifikansi 1%. Sehingga H0 ditolak yang artinya
secara statistik variabel bebas : Pendapatan (lag 1), Bunga SBI 3 bulan, Inflasi
(lag 3), Inovasi, dan Pajak secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan
terhadap variabel Permintaan Uang Kartal.
Dari hasi regresi Model 2 diperoleh F-hitung 67.73006. Nilai ini lebih
besar dari F-tabel pada tingkat signifikansi 1%. Sehingga H0 ditolak yang artinya
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
48
secara statistik variabel bebas : Pendapatan (lag 1), Bunga Deposito 1 bulan,
Inflasi (lag 3), Inovasi, dan Pajak secara bersama-sama mempunyai pengaruh
signifikan terhadap variabel Permintaan Uang Kartal.
4.4.2. Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi yang harus dipenuhi agar taksiran parameter dalam
model regresi bersifat BLUE adalah var (ui) harus sama dengan σ2 (konstan), atau
dengan kata lain, semua residual atau error mempunyai varian yang sama.
Kondisi seperti itu disebut dengan homoskedastis. Sedangkan apabila varian
tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedastis. Uji formal
untuk masalah ini salah satunya adalah Uji White / White-Test. Uji ini dapat
dilakukan secara langsung dengan program EViews.
Berdasarkan uji White-Test menggunakan Program EViews versi 6,
didapatkan Probabilitas Chi-Square dari Obs*R-squared atas Model 1 sebesar
15
Nachrowi D Nachrowi dan Hardius Usman. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika
untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. LPFEUI. 2006.
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
49
0,6285 atau lebih besar dari α = 5%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Model 1
tidak mengandung heteroskedastisitas.
Pada Model 2, Probabilitas Chi-Square dari Obs*R-squared adalah
sebesar 0,6171 atau lebih besar dari α = 5%. Dengan demikian Model 2 pun tidak
mengandung heteroskedastisitas.
4.4.3. Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi yang
diurutkan menurut waktu. Autokoreasi mengakibatkan varians residual yang akan
diperoleh lebih rendah daripada semestinya sehingga mengakibatkan R2 lebih
tinggi dari seharusnya. Selain itu pengujian hipotesis dengan menggunakan t-
statistik dan F-statistik akan menyesatkan.
Uji yang dilakukan :
a) Uji Durbin-Watson
Dilakukan dengan membandingkan nilai DW statistik dengan Tabel DW.
Dengan ketentuan seperti pada gambar 4.1.
Tidak tahu Tidak tahu
0 dL dU 4-dU 4-dL 4
Gambar 4.1. Aturan Membandingkan Uji DW dengan Tabel DW
Sumber : Nachrowi, D.N. dan Hardius Usman. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. LPFEUI
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
50
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas, maka dapat dihitung nilai dari (4-dL) yaitu
sebesar 2,770 sementara nilai (4-dU) adalah 2,214.
Oleh karena nilai DW-stat hasil regresi dalam Model 1 adalah 1,848 dan
Model 2 adalah 1,889 atau berada di antara nilai dU dan 4-DU, maka dapat
disimpulkan bahwa baik Model 1 dan Model 2 tidak ada korelasi positif maupun
negatif atau tidak ada autokorelasi.
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
51
Hasil regresi menunjukkan hal yang sama yaitu koefisien dari pendapatan
disposabel pada Model 1 adalah sebesar 1,520 yang dapat diinterpretasikan setiap
peningkatan 1% pendapatan disposabel satu periode sebelumnya, ceteris paribus,
akan menyebabkan kenaikan permintaan uang kartal sebesar 1,520%. Sementara
koefisien dari pendapatan disposabel pada Model 2 adalah sebesar 1,496 yang
dapat diinterpretasikan setiap peningkatan 1% pendapatan disposabel satu
periode sebelumnya, ceteris paribus, akan menyebabkan kenaikan permintaan
uang kartal sebesar 1,496%.
Sedangkan tingkat suku bunga yang merupakan opportunity cost dari
memegang uang, tentu saja berkorelasi negatif dengan permintaan uang. Pada
Model 1 yang menggunakan suku bunga SBI 3 bulan, maupun Model 2 yang
menggunakan suku bunga deposito 1 bulan, memiliki koefisien bernilai -0,012
yang dapat diinterpretasikan bahwa setiap kenaikan 1% poin tingkat suku bunga
SBI 3 bulan maupun deposito 1 bulan (misalnya dari 7% menjadi 8%), ceteris
paribus, akan menyebabkan permintaan uang kartal turun sebesar 1,2%.
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
52
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
53
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
54
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
55
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
56
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
57
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
58
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
59
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
60
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
61
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
62
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
63
Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa kebijakan perpajakan yang diambil
ternyata semakin meningkatkan kegiatan underground economy. Demikian pula
pada tahun 2008, underground economy secara riil mengalami kenaikan cukup
tinggi yaitu 19,40% - 20,03%. Pada tahun tersebut pemerintah juga baru saja
memberlakukan kebijakan di bidang perpajakan yaitu Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Sementara itu nilai potensi pajak atas kegiatan underground economy
yang telah dihitung mencapai rata-rata Rp 4,72 Triliun – Rp 4,74 Triliun tiap
periode triwulan atau Rp 18,88 Triliun – Rp 18,96 Triliun setiap tahunnya. Ini
berarti sekitar 0,62% - 0,63% dari nilai PDB.
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
64
16
Iqbal, Z. and S.K. Qureshi. (1998). The Underground Economy and Tax Evasion in Pakistan :
A Fresh Assessment. International Monetary Fund Working Paper. 00/26
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
65
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
66
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.
67
Universitas Indonesia
Estimasi underground..., Kuntarto Purnomo, FE UI, 2010.