Anda di halaman 1dari 23

KEMENTERIAN KEUANGAN

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN
JAKARTA

PAPER
SISTEM APLIKASI KEUANGAN TINGKAT INSTANSI (SAKTI) – MODUL
ANGGARAN

Disusun oleh:
1. M. Abdul Baasith (16)
2. Ragil Novitasari (26)
3. Satya Permadi (30)

Kelas 9-01 DIV Akuntansi Alih Program


Untuk Memenuhi Tugas pada
Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi Pemerintah
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... .................................................................................................................................................1


DAFTAR ISI ... .............................................................................................................................................................2
A. OVERVIEW SAKTI .............................................................................................................................................3
B. PROSES BISNIS PENGANGGARAN ...............................................................................................................4
C. MODUL PENGANGGARAN PADA SAKTI ....................................................................................................8
1. Pembuatan Usulan Standar Biaya Keluaran (SBK) dengan SAKTI ........................................................ 13
2. Pembuatan RKA-K/L ................................................................................................................................ 14
3. Aktivasi Pagu Dipa .................................................................................................................................... 16
4. Pembuatan Adk Perencanaan Kas .............................................................................................................. 17
D. ANALISIS .......................................................................................................................................................... 19
E. KESIMPULAN ................................................................................................................................................... 22
A. OVERVIEW SAKTI
Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) adalah aplikasi yang dibangun
guna mendukung implementasi Sistem Perbendaharaandan Anggaran Negara (SPAN).
SAKTI pada dasarnya adalah SPAN untuk tingkat satuan kerja yang tidak mendapat
akses langsung ke SPAN. Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) dibangun
guna mendukung perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban pengelolaan
keuangan negara pada tingkat Kementerian dan Lembaga. Dengan SAKTI ini satuan
kerja (entitas akuntansi dan pelaporan) mengelola anggaran dan menyusun laporan
keuangan berbasis akrual. Sayangnya, sampai saat ini belum seluruh satuan kerja
(satker) di kementerian atau lembaga yang ada di Indonesia menggunakan SAKTI.
SAKTI adalah gabungan dari beberapa aplikasi yang telah digunakan pada tingkat
satker saat ini.Selain menggabungkan beberapa aplikasi yang dahulunya terpisah-pisah
juga mengadopsi proses bisnis yang baru sesuai dengan proses bisnis yang dianut oleh
SPAN. Berikut beberapa modul yang ada di SAKTI : (1). Modul Penganggaran, (2). Modul
Komitmen, (3). Modul Pembayaran, (4). Modul Bendahara, (5). Modul Persediaan, (6).
Modul Aset Tetap, (7). Modul Pelaporan,dan (8). Modul Administrator. Modul-modul
tersebut mengakses satu database bersama, sehingga tidak lagi terjadi duplikasi data
seperti pada aplikasi sekarang. Desain pengembangan Aplikasi SAKTI merupakan
kelanjutan dari aplikasi-aplikasi eksisting yang telah digunakan dalam pengelolaan
keuangan negara sehingga ada beberapa modul dalam Aplikasi SAKTI yang
membutuhkan inputan data migrasi ataupun konversi agar transaksi yang sudah ada tidak
perlu diinputkan secara manual kembali dalam Aplikasi SAKTI.
Mengingat SAKTI nanti akan mengadopsi proses bisnis yang dianut oleh SPAN,
interaksi antara SATKER dan KPPN akan meningkat. Untuk mengakomodasi peningkatan
interaksi tersebut, akan disediakan jembatan komunikasi antara SATKER dan KPPN
berupa Portal SPAN dan SMS Gateway. Fasilitas ini dapat digunakan SATKER untuk
menyampaikan data maupun menerima informasi dari SPAN. Sehubungan dengan pola
komunikasi tidak langsung ini, maka proses pengecekan atas keabsahan suatu dokumen
akan dikerjakan oleh sistem. Rekan-rekan di Front Office (FO) KPPN tidak perlu lagi
melakukan pengecekan manual terhadap keaslian suatu tanda tangan pejabat. Tanda
tangan tersebut akan digantikan dengan penggunaan PIN Pejabat yang hanya diketahui
oleh pejabat yang bersangkutan. Oleh karena itu tanggung jawab dan risiko atas
penyalahgunaan PIN menjadi tanggung jawab pejabat dimaksud.
Hal lain yang berbeda dari aplikasi SATKER yang ada sekarang adalah dari sisi
pengguna (user). Penggoperasian SAKTI akan banyak melibatkan pengguna dengan
kewenangan yang berbeda-beda, mulai dari pengguna sebagai KPA, Bendahara, PPK,
PPSPM, dan operator masing-masing modul. ADK suatu modul tidak akan terbentuk
bilamana semua pengguna yang berwenang belum terlibat dan melakukan persetujuan
terhadap suatu proses yang dikerjakan.
Untuk merintis aplikasi yang benar-benar terintegrasi secara nasional, SATKER
lingkup DJPBN(Kantor Pusat, Kanwil, dan KPPN) akan menggunakan SAKTI Online.
Pengguna (client) SAKTI Online adalah seluruh unit DJPBN yang tersebar di seluruh
Indonesia, sementara database SAKTI terpusat di Jakarta. Bagi SATKER lain di luar
DJPBN, koneksi antara client dan database SAKTI akan dihubungkan dengan LAN dalam
lingkup kantornya. Untuk SATKER kecil dan benar-benar minim fasilitas, penggunaan
SAKTI cukup dengan satu unit komputer (standalone), client dan database berada di
dalam komputer tersebut.
Dengan adanya SAKTI diharapkan dapat memudahkan satker dalam pengelolaan
keuangan negara. SAKTI menuntun Satker melakukan pencairan secara online. Uangnya
nanti akan langsung ditransfer ke rekening Satker masing-masing. Dengan adanya SAKTI
diharapkan kinerja Ditjen Perbendaharaan maupun Satker dapat menjadi semakin efektif.
Selain itu dengan adanya SAKTI diharapkan dapat menghindari terjadinya pungli.

B. PROSES BISNIS PENGANGGARAN

Proses bisnis Modul Penganggaran terdiri dari 3 aktivitas utama yaitu


penyusunan RKAKL, pengesahan DIPA, dan revisi DIPA. Ketiga proses tersebut di
bagi lagi kedalam beberapa alur kerja sesuai dengan cakupan masing-masing. Alur
kerja untuk tiap-tiap bisnis proses adalah sebagai berikut:
1. Penyusunan RKAKL
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (RKA-KL)
merupakan dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan
kegiatan suatu Kementerian Negara/Lembaga dan sebagai penjabaran dari Rencana
Kerja Pemerintah dan Rencana Kerja Kementerian Negara/Lembaga yang
bersangkutan dalam satu tahun anggaran serta anggaran yang diperlukan untuk
melaksanakannya. Kementerian Negara/Lembaga menyesuaikan RKP dan Renja K/L
yang telah disepakati DPR dalam menyusun RKA-KL yang dirinci menurut unit
organisasi, Satuan Kerja dan kegiatan.
Penganggaran secara strategis dalam RKA-KL perlu dibatasi dengan pagu
realistis, agar tekanan pengeluaran/pembelanjaan tidak mengganggu pencapaian
tujuantujuan fiskal, sehingga penyusunan RKA-KL oleh Kementerian Negara/
Lembaga dilaksanakan setelah menerima Surat Edaran Menteri Keuangan tentang
Pagu Sementara Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan pagu anggaran
yang didasarkan atas kebijakan umum dan prioritas anggaran hasil pembahasan
Pemerintah Pusat dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Pagu Sementara
tersebut merupakan batas tertinggi alokasi anggaran yang dirinci menurut program
dan terdiri atas pagu rupiah murni, PHLN, dan PNBP.
Pagu Anggaran K/L yang ditetapkan menggambarkan arah kebijakan yang
telah ditetapkan oleh Presiden, yang dirinci paling sedikit menurut unit organisasi dan
program. Pagu Anggaran K/L disampaikan kepada setiap K/L paling lambat
akhir bulan Juni. Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun RKA-K/L berdasarkan
pada :
1) Pagu Anggaran,
2) Rencana Kerja Kementerian/Lembaga
3) Rencana Kerja Pemerintah ,
4) Hasil kesepakatan Pemerintah dan DPR dalam pembicaraan pendahuluan
RAPBN, dan
5) Standar biaya.

2. Pengesahan DIPA
Secara garis besar proses penyusunan RKAKL sampai dengan pengesahan
DIPA dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) K/L menyusun Renja K/L untuk tahun anggaran yang sedang disusun dengan
mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif yang
ditetapkan dalam Surat Edaran Bersama antara Menteri Negara PPN/Kepala
Bappenas dengan Menteri Keuangan. Renja K/L memuat kebijakan, program,
dan kegiatan yang dilengkapi dengan sasaran kinerja, alokasi anggaran yang
berasal dari pagu indikatif, dan prakiraan maju untuk tahun anggaran berkutnya;
b) Renja K/L ditelaah dan ditetapkan oleh Kementerian PPN/Bappenas
berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan;
c) K/L menyesuaikan Renja K/L menjadi RKA-KL atau menyusun RKA-KL setelah
menerima Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara. Pagu
sementara merupakan dasar K/L mengalokasikan anggaran dalam
program/kegiatan;
d) RKA-KL yang telah disesuaikan tersebut dibahas oleh K/L bersama-sama
dengan DPR (Komisi terkait di DPR);
e) RKA-KL hasil pembahasan tersebut dijadikan bahan penelaahan oleh
Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan c.q. Direktorat
Jenderal Anggaran. Kementerian Perencanaan menelaah kesesuaian antara
RKA-KL hasil pembahasan dengan RKP. Kementerian Keuangan menelaah
RKA-KL hasil pembahasan dengan pagu sementara, prakiraan maju yang telah
disetujui tahun sebelumnya, dan standar biaya yang telah ditetapkan;
f) Seluruh RKA-KL hasil pembahasan atau yang telah disepakai oleh DPR
kemudian dihimpun menjadi Himpunan RKA-KL yang merupakan lampiran tak
terpisahkan dari Nota Keuangan dan RAPBN dan selanjutnya diajukan
Pemerintah kepada DPR untuk dibahas dan ditetapkan menjadi UU APBN;
g) Kementerian Keuangan bersama K/L melakukan penyesuaian RKA-KL
sepanjang hasil pembahasan RAPBN antara Pemerintah dan DPR
menyebabkan adanya perubahan;
h) RKA-KL yang telah disepakati DPR ditetapkan dalam Peraturan Presiden
(Perpres) tentang Rincian ABPP. Rincian ABPP tersebut dirinci menurut
organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.
i) Perpres tentang Rincian ABPP menjadi dasar K/L untuk menyusun konsep DIPA;
j) Konsep DIPA ditelaah dan disahkan oleh Kementerian Keuangan c.q. Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.

3. Revisi DIPA
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32 tahun 2013 mengenai
tata cara revisi anggaran tahun anggaran 2013, revisi anggaran terdiri atas:
a) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau
pengurangan pagu anggaran belanja termasuk pergeseran rincian anggaran
belanjanya. Prosesnya dapat dijelaskan sbb.
1. KPA menyiapkan usulan revisi anggaran yang menjadi kewenangan
Eselon I beserta data pendukung.
2. Eselon I menerima usulan revisi anggaran, meneliti surat usulan, mengecek
kewenangan revisi anggaran, serta memeriksa kelengkapan dokumen
pendukung.
3. Eselon I menyiapkan surat usulan revisi anggaran yang dilengkapi
dokumen pendukung sebagai dasar bagi DJA untuk mengesahkan dan
meng-update sistem database.
4. Berdasarkan usulan revisi anggaran Eselon I, DJA melakukan update
database RKA-K/L DIPA dan mengesahkan revisi anggaran.
b) Perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran
tetap, prosesnya dapat dijelaskan sbb
1. KPA/Eselon I menyiapkan usulan revisi anggaran yang menjadi
kewenangan Kanwil Ditjen Perbendaharaan dengan dilengkapi dokumen
pendukung.
2. Kanwil Ditjen Perbendaharaan meneliti usulan revisi anggaran dan
kelengkapan dokumen pendukung.
3. Dalam hal revisi anggaran ditolak, Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan
menerbitkan surat penolakan revisi anggaran.
4. Dalam hal revisi anggaran diterima, Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan
melakukan upload ADK RKA-K/L DIPA ke server
5. Setelah ADK RKA-K/L DIPA divalidasi oleh sistem, secara otomatis
akan diterbitkan notifikasi dank ode digital stamp baru sebagai tanda
pengesahan revisi anggaran.
6. Kanwil Ditjen Perbendaharaan menyampaikan surat persetujuan
yang dilampiri notifikasi pengesahan revisi anggaran.
7. KPA melaksanakan kegiatan berdasarkan pengesahan revisi anggaran dari
Kanwil Ditjen Perbendaharaan.
c) Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi

Selain itu Kuasa Pengguna Anggaran juga dapat melakukan revisi dengan cara:
1. KPA melakukan revisi anggaran sesuai dengan kewenangannya.
2. KPA meneliti apakah revisi anggaran yang dilakukan KPA mengubah DIPA Petikan
atau tidak.
3. Dalam hal DIPA Petikan tidak berubah, KPA meng-update ADK RKA-K/L DIPA
serta mencetak dan menetapkan POK. Dalam hal revisi anggaran mengakibatkan
perubahan
4. DIPA Petikan, KPA menyiapkan usulan revisi anggaran beserta dokumen
pendukungnya.
Dalam hal satker yang direvisi merupakan satker BLU dan pagu satker tidak
berubah, Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan langsung menyelesaikan revisi RKA-
K/L DIPA.
5. Dalam hal yang direvisi bukan merupakan satker BLU dan pagu satker berubah,
revisi
6. RKA-K/L DIPA diteruskan ke Eselon I untuk diproses lebih lanjut.

C. MODUL PENGANGGARAN PADA SAKTI

Pada Satker, modul penganggaran merupakan semua proses penyusunan


rencana kerja dan anggaran termasuk perencanaan realisasi anggaran bulanan dalam
jangka waktu 1 (satu) tahun anggaran. Proses yang terdapat pada modul penganggaran
mencakup:
1. Penyusunan Standar Biaya Kegiatan (SBK),
2. Penyusunan RKA-K/L,
3. Penyusunan DIPA, dan
4. Perencanaan Realisasi Anggaran.
Setiap user pada modul penganggaran memiliki Level user dan peran User yang akan
mempengaruhi lingkup kerja dan hak aksesnya terhadap fungsi- fungsi teknis yang
terdapat pada modul penganggaran. Level user yang terlibat dalam Modul
penganggaran adalah :
1. Level Satuan Kerja , sebagai pemberi usulan anggaran.
2. Level Unit/ Eselon I, sebagai konsolidator.
Masing – masing Level user dapat menentukan peran user yang terdiri dari:
1. Operator Penganggaran : pelaksana teknis penganggaran yang melakukan fungsi
teknis atas data transaksi terkait penganggaran. Operator Modul Penganggaran
mempunyai wewenang untuk:
a) Membuat Rencana Kerja Anggaran Satker (RKAKL) beserta usulan revisinya.
b) Mencetak RKA Satker.
c) Mencetak Lampiran RKA Satker.
d) Mencetak Lampiran Blokir.
e) Mengirim ADK RKA Satker.
f) Merekam data POK.
g) Merekam data pegawai dalam rangka menyusun RKA Satker.
h) Menayangkan rencana penarikan pendapatan/penerimaan.
i) Merekam Rencana Kas harian.
j) Menghitung dan menayangkan data AFP (Annual Financial Plan).
k) Mencetak konsep DIPA.
l) Mengakses data referensi, dan lain-lain.
2. Checker/Validator Penganggaran: pelaksana/pejabat penganggaran yang
diberikan kewenangan dan tanggung jawab untuk memvalidasi semua proses teknis
yang dilakukan oleh operator. Validator Modul Penganggaran mempunyai wewenang
untuk:
a) Validasi data belanja dan pendapatan/penerimaan beserta usulan revisinya.
b) Validasi data POK.
c) Validasi data Perencanaan Kas Harian.
3. Approver Penganggaran: pejabat penganggaran yang diberikan kewenangan dan
tanggung jawab untuk menyetujui semua data transaksi penganggaran yang sudah
divalidasi . Approver Modul Penganggaran mempunyai wewenang untuk :
a) Approval data belanja dan penerimaan/pendapatan beserta usulan revisinya.
b) Approval data POK.
c) Approval data Perencanaan Kas Harian.

Data-data yang digunakan dan dihasilkan dalam modul penganggaran adalah sebagai
berikut.
1. Data input
a. ADK, terdiri dari:
1) GPP dari aplikasi Gaji/GPP
2) TPNBP dari aplikasi TPNBP
3) KPJM dari aplikasi KPJM
4) SBK dari aplikasi SBK
b. Dokumen, terdiri dari
1) RKA-Satker
2) KAK/RAB
2. Data output
a. ADK, terdiri dari:
1) RKAKL/DIPA POK
2) Renkas
b. Dokumen, meliputi :
1) RKA-Satker
2) Usulan Revisi DIPA
3) Laporan-laporan (Lampiran RKA Satker, Perencanaan Kas, Laporan
Alokasi Anggaran, Laporan lain-lain).
Hubungan data input dan output dalam modul penganggaran dapat dilihat sebagai
berikut.

MODUL PENGANGGARAN
SBK
SPAN
KPJM
RKA RENK
KL AS
TPNBP OMSPA
N
GAJ
I

Gambar 1. Hubungan Antar Sistem Dalam Modul Penganggaran

Aplikasi SAKTI juga terdapat fitur-fitur yang bertujuan untuk mempermudah


proses penyusunan anggaran, diantaranya:
1. Pencatatan History Kertas Kerja dan DIPA
2. Pembentukan COA pada saat transaksi DIPA untuk perhitungan FA (Fund
Available) yang dipengaruhi juga oleh Informasi dari Modul Bendahara,
Komitmen dan Pembayaran.
3. Proses Locking pagu pada saat proses revisi pagu anggaran
4. Penerapan Role (Operator, Validator dan Approval)
5. Penggabungan informasi RUH Pendapatan dengan rencana Penerimaan
6. Perhitungan otomatis halaman III DIPA dari POK
7. Perhitungan pergerakan AFP dari POK, dan mengambil informasi
langsung dari modul pembayaran, bendahara dan komitmen
8. Penerapan metode konsolidasi Kertas Kerja (RKAKL) pada level unit

Fitur-Fitur pada Modul Penganggaran yang terintegrasi dengan modul lain pada SAKTI
adalah:

1. Fitur Locking Pagu pada proses Revisi Anggaran (RKA-K/L dan DIPA)
Fitur ini terkait dengan fitur perhitungan ketersediaan dana /FA (Fund Availability)
yang dihitung otomatis oleh sistem pada modul GL. Dimana nilai FA akan dipengaruhi
oleh pagu anggaran yang dikurangi dengan realisasi pelaksanaan anggaran yang sudah
diposting dan dijurnal pada modul GLP. Realisasi Pelaksanaan anggaran yang
dimaksud terdiri dari : Kontrak, Resume Tagihan, Realisasi Belanja (SP2D), Bon/Kuitansi
dan Pengembalian Belanja. Nilai FA akan bergerak secara real time setiap kali ada
transaksi pelaksanaan anggaran yang menghasilkan nilai akhir akumulatif per satu tahun
anggaran. Pada saat revisi anggaran akan dilakukan pada modul penganggaran, sistem
akan secara otomatis melakukan “locking pagu” dan memberikan notifikasi apabila nilai
yang direvisi melebihi nilai FA. Locking pagu merupakan proses pembatasan terhadap
pagu anggaran yang akan direvisi dengan menyesuaikan nilai FA yang dihitung otomatis
secara sistem modul GL sehingga pagu yang direvisi tidak melebihi nilai FA. Fitur ini
digunakan untuk menghindari adanya pagu minus akibat revisi yang tidak menyesuaikan
dengan realisasi pelaksanaan anggaran.

2. Fitur perhitungan pergerakan AFP (Annual Financial Plan )


Fitur ini digunakan untuk memonitor perencanaan realisasi anggaran bulanan
selama satu tahun anggaran. Dengan fitur ini juga dapat membantu terlaksananya
perencanaan kas pemerintah pusat yang lebih akurat dan akuntabel. Perhitungan nilai
AFP hampir sama dengan perhitungan nilai FA, hanya saja perhitungan nilai FA
merupakan perhitungan akumulatif per satu tahun anggaran, sedangkan AFP
merupakan perhitungan bulanan dalam satu tahun anggaran yang bergerak setiap kali
ada transaksi pelaksanaan anggaran. Faktor–faktor yang mempengaruhi pergerakan
AFP adalah informasi perencanaan penarikan dana bulanan yang bersumber dari POK,
perencanaan penerimaan/pendapatan bulanan, dikurangi dengan realisasi pelaksanaan
anggaran. Adapun parameter yang digunakan dalam perhitungan AFP adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan penarikan dana bulanan : kode satker, kode kppn, kode akun, jumlah
rencana pencairan dana bulanan
b. Perencanaan penerimaan bulanan : kode satker, kode kppn, kode akun, jumlah
rencana pencairan dana bulanan
c. Realisasi Pelaksanaan Anggaran :
• Modul Komitmen : Kontrak (kode satker, kode kppn, kode akun, Id Jadwal
Bayar, Nilai Pembayaran, Tanggal Pembayaran, dan nomor kontrak) .
• Modul Bendahara: Bon/Kuitansi (kode satker, kode kppn, kode akun, Id Bon
Kuitansi, Nilai Pembayaran, Tanggal Kuitansi, dan nomor kuitansi) dan
Realisasi Pendapatan (kode satker, kode kppn, kode akun, Id Bon Kuitansi,
Nilai Pembayaran, Tanggal Kuitansi, dan nomor kuitansi).
• Modul Pembayaran : Resume Tagihan/SPP (kode satker, kode kppn, kode
akun, Id SPP, Nilai SPP, Tanggal SPP, nomor SPP dan Id Jadwal Bayar) , dan
Realisasi Belanja (kode satker,kode kppn,kode akun, Id SP2D, Nilai SP2D,
Tanggal SP2D, nomor SP2D dan Nomor SPP) Nilai AFP bulanan dapat di-
update menyesuaikan dengan sisa AFP bulanan baik dengan perhitungan
otomatis dari sistem maupun secara manual (update POK) sehingga
perencanaan realisasi anggaran bulan berikutnya dapat terus termonitor
mendekati prediksi nilai real transaksi.

3. Fitur penyediaan Pagu Anggaran sebagai pagu dasar pelaksanaan Anggaran sampai
dengan pelaporan.
Fitur ini sangat dipengaruhi pada tersedianya Data DIPA yang sudah disahkan
oleh Kementerian Keuangan melalui sistem SPAN. Data DIPA berupa rencana
penerimaan/pendapatan dan rencana belanja selama setahun untuk tahun yang akan
datang. Meskipun data DIPA dapat diinput dari modul penganggaran, namun data DIPA
tersebut belum dapat dijadikan acuan pagu sebagai dasar pelaksanaan anggaran dan
pelaporan sebelum adanya pengesahan. Hal ini berlaku tidak hanya untuk Pagu Awal
saja yang bersumber dari DIPA Awal, namun berlaku sama ketika ada proses revisi
anggaran. Setelah data DIPA (Awal maupun Revisi) yang sudah disahkan dari SPAN
diterima pada SAKTI melalui modul penganggaran, maka secara otomatis pagu
anggaran sebagai dasar pelaksanaan anggaran sudah diaktifkan. Data DIPA tersebut
akan terlebih dahulu dikirim ke modul GL untuk dilakukan pembentukan COA (Chart of
Account) kemudian diposting dan dilakukan penjurnalan. Setelah COA terbentuk,
barulah kemudian transaksi pelaksanaan anggaran dari Modul Komitmen, Pembayaran,
Bendahara, Aset dan Persediaan dapat dilakukan. Adapun parameter data DIPA yang
digunakan dalam pelaksanaan anggaran adalah Nomor DIPA, Tanggal DIPA, Kode COA
(12 Segmen), Jenis Kontrak (SC,CC,NC), Informasi Blokir, Versi DIPA (Revisi), Fungsi
dan sub fungsi.

1. Pembuatan Usulan Standar Biaya Keluaran (SBK) dengan SAKTI


Standar Biaya Keluaran adalah besaran biaya yang ditetapkan untuk menghasilkan
keluaran (output)/Subkeluaran (suboutput). Mekanisme penyusunan SBK mengacu
pada Peraturan Menteri Keuangan mengenai Standar Biaya Keluaran. Dalam rangka
penyusunan Standar Biaya Keluaran (SBK), Kementerian Negara/Lembaga c.q. Unit
Eselon I Kementerian Negara/Lembaga mengajukan usulan SBK kepada
Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran menggunakan dokumen
dan ADK Usulan SBK yang bersumber dari Modul Penganggaran.
Pembuatan Usulan SBK sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan dengan
mekanisme sebagai berikut:
a. Operator melakukan perekaman usulan SBK berdasarkan dokumen pendukung
usulan SBK yang telah disetujui di tingkat Kementerian Negara/ Lembaga;
b. Validator melakukan validasi data Usulan SBK sesuai dengan dokumen pendukung
usulan SBK;
c. Dalam hal data Usulan SBK tidak sesuai, Validator mengembalikan dokumen
pendukung usulan SBK kepada Operator untuk diperbaiki;
d. Dalam hal data Usulan SBK sesuai, Validator memberikan tanda validasi dan
menyampaikan Dokumen usulan SBK kepada Approver,
e. Approver meneliti kesesuaian data Usulan SBK dengan dokumen pendukung
Usulan SBK;
f. Dalam hal data Usulan SBK tidak sesuai, Approver mengembalikan dokumen
pendukung Usulan SBK kepada Operator melalui Validator untuk diperbaiki;
g. Dalam hal data Usulan SBK sesuai, Approver melakukan persetujuan usulan
SBK dengan memberikan tanda persetujuan dan mengembalikan dokumen
pendukung usulan SBK kepada Operator untuk ditatausahakan;
h. Operator mencetak Dokumen Usulan SBK untuk disahkan dan diajukan oleh
Approver kepada Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran;
i. Approver membuat ADK usulan SBK dan menyampaikan kepada Operator Portal
untuk diunggah di Portal.

2. Pembuatan RKA-K/L
Proses ini merupakan proses penyusunan rencana kerja dan anggaran Satuan
kerja yang nantinya akan disahkan menjadi dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA)
tahun anggaran berikutnya. Proses yang ada pada aplikasi SAKTI dimulai dari usulan
Satuan kerja yang nantinya akan disampaikan ke level Unit Eselon I dan selanjutnya akan
disampaikan ke Direktorat Jenderal Anggaran. Kegiatan ini melibatkan dua level user,
yaitu: Operator dan Approver (KPA), baik itu di level Satker, Unit Eselon I, maupun DJA.

Pembuatan RKA-K/L dalam Modul Penganggaran meliputi: a) Pembuatan Kertas Kerja


dan RKA Satker; dan b) Pembuatan RKA-K/L Unit Eselon I. Dalam Pembuatan RKA-
K/L Data input yang dibutuhkan adalah ADK GPP dari aplikasi Gaji/GPP, TPNBP dari
aplikasi TPNBP, KPJM dari aplikasi KPJM, SBK dari aplikasi SBK serta Dokumen
RKA-Satker dan KAK/RAB

Pembuatan Kertas Kerja dan RKA-Satker


Pembuatan Kertas Kerja dan RKA Satker sebagaimana dimaksud dilakukan dengan
mekanisme sebagai berikut:
a. Operator melakukan perekaman Kertas Kerja dan RKA Satker berdasarkan
dokumen pendukung;
b. Validator melakukan validasi data Kertas Kerja dan RKA Satker sesuai dengan
dokumen pendukung;
c. Dalam hal data Kertas Kerja dan RKA Satker tidak sesuai, Validator
mengembalikan dokumen pendukung kepada Operator untuk diperbaiki;
d. Dalam hal data Kertas Kerja RKA Satker sesuai, Validator memberikan
tanda validasi dan menyampaikan Kertas Kerja dan RKA Satker kepada
Approver,
e. Approver meneliti kesesuaian data Kertas Kerja RKA Satker dengan dokumen
pendukung;
f. Dalam hal data Kertas Kerja dan RKA Satker tidak sesuai, Approver
mengembalikan dokumen pendukung kepada Operator melalui Validator untuk
diperbaiki;
g. Dalam hal data Kertas Kerja RKA Satker sesuai, Approver melakukan
persetujuan Kertas Kerja dan RKA Satker dengan memberikan tanda persetujuan
dan mengembalikan dokumen pendukung kepada Operator untuk
ditatausahakan;
h. Operator mencetak Kertas Kerja dan RKA Satker untuk disahkan dan
diajukan oleh Approver kepada Unit Eselon I;
i. Dalam hal Satker menggunakan SAKTI Online, Operator melakukan proses kirim
data Kertas Kerja cdan RKA Satker kepada Eselon I; atau jika menggunakan
Offiine, Approver membuat ADK Kertas Kerja dan RKA Satker dan menyampaikan
kepada Eselon I.

Pembuatan RKA-K/L Unit Eselon I


Pembuatan RKA-K/L Unit Eselon I dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Operator menerima/mengunduh ADK Kertas Kerja dan RKA Satker;
b. Validator melakukan validasi data RKA-K/L. Unit Eselon I sesuai dengan
Kertas Kerja dan RKA Satker;
c. Dalam hal data RKA-K/L Unit Eselon I tidak sesuai, Validator mengembalikan data
Kertas Kerja dan RKA Satker kepada Operator untuk diperbaiki;
d. Dalam hal data RKA-K/L Unit Eselon I sesuai, Validator memberikan tanda
validasi dan menyampaikan RKA-K/L Unit Eselon I kepada Approver;
e. Approver meneliti kesesuaian data RKA-K/L Unit Eselon I dengan dokumen Kertas
Kerja dan RKA Satker;
f. Dalam hal data RKA-K/L Unit Eselon I tidak sesuai, Approver mengembalikan
dokumen Kertas Kerja dan RKA Satker kepada Operator melalui Validator untuk
diperbaiki;
g. Dalam hal data usulan RKA-K/L Unit Eselon I sesuai, Approver melakukan
persetujuan usulan RKA- K/L Unit Eselon I dengan memberikan tanda persetujuan
dan mengembalikan dokumen usulan Kertas Kerja dan RKA Satker kepada
Operator untuk ditatausahakan;
h. Approver membuat ADK RKA-K/L Unit Eselon I dan menyampaikan kepada
Operator Portal untuk diunggah di Portal;
i. Operator mencetak RKA-K/L Unit Eselon I untuk disahkan oleh Approver.
Dalam penyusunan RKA-K/L Unit Eselon I, Eselon I dapat melakukan
perubahan atas Kertas Kerja dan RKA Satker. Mekanisme penyusunan RKA-K/L
mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan mengenai Petunjuk Penyusunan dan
Penelaahan RKA-K/L

3. Aktivasi Pagu Dipa

Berdasarkan RKA-K/L dari Kementerian Negara/Lembaga, Direktorat Jenderal


Anggaran mengesahkan DIPA. Berdasarkan DIPA yang telah disahkan oleh Direktorat
Jenderal Anggaran. Satker melakukan aktivasi pagu DIPA dalam rangka pelaksanaan
anggaran. Aktivasi pagu DIPA dilakukan oleh Operator dengan cara mengunggah
ADK DIPA yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Anggaran ke dalam Modul
Penganggaran.

Pembuatan ADK Revisi Dipa

Dalam hal pelaksanaan anggaran memerlukan adanya revisi anggaran, Kementerian


Negara/Lembaga dapat melakukan revisi DIPA. Pembuatan ADK Revisi DIPA
dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:

a. Operator melakukan R/U/H data DIPA berdasarkan perintah KPA dan/atau


dokumen usulan Revisi Anggaran;
b. Validator melakukan validasi data Revisi DIPA sesuai dengan dokumen usulan
Revisi Anggaran;
c. Dalam hal data Revisi DIPA tidak sesuai, Validator mengembalikan dokumen
usulan Revisi Anggaran kepada Operator untuk diperbaiki;
d. Dalam hal data Revisi DIPA sesuai, Validator memberikan tanda validasi dan
menyampaikan dokumen usulan Revisi Anggaran kepada Approver;
e. Approver meneliti kesesuaian data Revisi DIPA dengan dokumen usulan Revisi
Anggaran;
f. Dalam hal data Revisi DIPA tidak sesuai, Approver mengembalikan dokumen
usulan Revisi Anggaran kepada Operator melalui Validator untuk diperbaiki;
g. Dalam hal data Revisi DIPA sesuai, Approver melakukan persetujuan Revisi
DIPA dengan memberikan tanda persetujuan dan mengembalikan dokumen usulan
Revisi Anggaran kepada Operator untuk ditatausahakan;
h. Dalam hal Revisi DIPA berdasarkan ketentuan yang berlaku merupakan
kewenangan Satker, Approver memerintahkan kepada Operator untuk melakukan
penyesuaian data Pagu;
i. Dalam hal Revisi DIPA berdasarkan ketentuan yang berlaku merupakan
kewenangan Kanwil DJPB/DJA, Approver membuat ADK Revisi DIPA dan
menyampaikan kepada Operator Portal untuk diunggah ke Portal

Atas proses Revisi DIPA, Satker menerima ADK Revisi DIPA untuk diunggah ke
dalam Modul Penganggaran. Mekanisme Revisi DIPA mengacu pada Peraturan
Menteri Keuangan mengenai Revisi Anggaran.

4. Pembuatan ADK Perencanaan Kas

Perencanaan Kas adalah akumulasi RPD Dana, dan Harian, Proyeksi


pengeluaran/ penerimaan unit eselon I Kementerian Keuangan selama periode tertentu
untuk pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara yang dituangkan dalam
perencanaan kas pemerintah pusat (Pasal 1 PMK Nomor 197 Tahun 2017 tentang
Rencana Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana, dan Perencanaan Kas).
Perencanaan Kas Harian pada dasarnya adalah pendetilan dari POK (Petunjuk
Operasional Kegiatan). Jumlah total Renkas Harian dalam satu bulan dibatasi oleh
nominal pada POK. Setiap satuan kerja wajib membuat Renkas Harian sebelum
mengajukan permintaan pembayaran ke KPPN atas jumlah SPM tertentu. Jangka waktu
pembuatan Renkas Harian dapat bervariasi, antara 5 atau 10 atau 15 hari tergantung
dengan jumlah SPM dan tipe KPPN bersangkutan. SAKTI mengirim data Renkas Harian
secara otomatis setelah dilakukan persetujuan oleh PPK. Data yang sudah terkirim dapat
diakses oleh KPPN dan Direktorat PKN-DJPB melalului online monitoring SPAN.
Dalam rangka penyusunan Standar Biaya Keluaran (SBK), Kementerian
Negara/Lembaga c. q. Unit Eselon I Kementerian Negara/Lembaga mengajukan usulan
SBK kepada Kementerian Keuangan c. q. Direktorat Jenderal Anggaran menggunakan
dokumen dan ADK (Arsip Data Komputer) Usulan SBK yang bersumber dari Modul
Penganggaran. Data DIPA termasuk Revisi DIPA dalam Database SAKTI dapat
digunakan sebagai bahan Perencanaan Kas (Renkas) bagi Direktorat Jenderal
Perbendaharaan c. q. Direktorat Pengelolaan Kas Negara.
Renkas sebagaimana merupakan akumulasi dari Rencana Penarikan Dana,
Rencana Penerimaan Dana, dan Proyeksi Pengeluaran/Penerimaan Unit Eselon I
Kementerian Keuangan selama periode tertentu dalam rangka pelaksanaan APBN.
Rencana Penarikan Dana dan Rencana Penerimaan Dana disusun berdasarkan ADK
Renkas pada satker. Pembuatan ADK Renkas dilakukan dengan mekanisme sebagai
berikut:
a. Operator melakukan perekaman data Renkas yang terdiri atas:
1. Rencana Penarikan Dana dan pemutakhirannya;
2. Rencana Penerimaan Dana dan pemutakhirannya.
b. Validator melakukan validasi data Renkas;
c. Dalam hal data Renkas tidak sesuai dengan dokumen pendukung, maka Validator
menginformasikan kepada Operator untuk diperbaiki;
d. Dalam hal data Renkas sesuai dengan dokumen pendukung, maka Validator
memberikan tanda validasi dan menginformasikan kepada Approver;
e. Berdasarkan informasi yang diterima dari Validator, Approver meneliti kesesuaian
data Renkas dengan dokumen pendukung;
f. Dalam hal data Renkas tidak sesuai, Approver menginformasikan kepada Operator
melalui Validator untuk diperbaiki;
g. Dalam hal data Renkas sesuai, Approver melakukan persetujuan dengan memberikan
tanda persetujuan dan mengembalikan dokumen pendukung Revisi Anggaran kepada
Operator untuk ditatausahakan;
h. Approver membuat ADK Renkas dan menyampaikan kepada diunggah ke Portal.

Mekanisme penyusunan Renkas mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan


mengenai Rencana Realisasi Penarikan Dana, Rencana Penerimaan Dana, dan
Perencanaan Kas (PMK No. 197/PMK.05/2017).
D. ANALISIS
SAKTI merupakan program transformasi berskala besar dibidang keuangan negara
yang bertujuan meningkatkan efisiensi, efektivitas, akuntabilitas dan transparansi dalam
pengelolaan anggaran dan perbendaharaan negara pada tingkat instansi melalui
penyempurnaan proses bisnis dan pemanfaatan teknologi informasi yang terintegrasi.
Pengembangan SAKTI berfokus pada penyempurnaan proses bisnis dan pemanfaatan
teknologi informasi yang terintegrasi.
Dalam Modul Penganggaran, berdasarkan analisis yang kami lakukan, kami
menemukan bahwa modul pengganggaran SAKTI memiliki beberapa kelebihan yaitu
a) Pengendalian Internal yang bagus.
Salah satu prinsip keamanan sistem Informasi adalah dengan menerapkan
pemisahan fungsi, dimana dalam melakukan sebuah transaksi setidaknya
dibutuhkan dua orang untuk menyelesaikan transaksi tersebut. Individu pertama
bertugas untuk membuat transaksi sedangkan Individu yang lain terlibat dalam
melakukan otorisasi/ persetujuan. Disini pemisahan wewenang memainkan
peranan yang penting. Dalam modul pengganggaran SAKTI, user dibagi menjadi 2
bagian yaitu operator yang berfungsi sebagai melakukan fungsi teknis atas data
transaksi terkait penganggaran sedangkan approver berfungsi sebagai pihak yang
yang diberikan kewenangan dan tanggung jawab untuk menyetujui semua data
transaksi penganggaran yang sudah divalidasi.
b) Memiliki fungsi locking anggaran.
Fitur ini terkait dengan fitur perhitungan ketersediaan dana /FA (Fund Availability)
yang dihitung otomatis oleh sistem pada modul GL. Dimana nilai FA akan
dipengaruhi oleh pagu anggaran yang dikurangi dengan realisasi pelaksanaan
anggaran yang sudah diposting dan dijurnal pada modul GL. Realisasi
Pelaksanaan anggaran yang dimaksud terdiri dari : Kontrak, Resume Tagihan,
Realisasi Belanja (SP2D), Bon/Kuitansi dan Pengembalian Belanja. Nilai FA akan
bergerak secara real time setiap kali ada transaksi pelaksanaan anggaran yang
menghasilkan nilai akhir akumulatif per satu tahun anggaran. Pada saat revisi
anggaran akan dilakukan pada modul penganggaran, sistem akan secara otomatis
melakukan “locking pagu” dan memberikan notifikasi apabila nilai yang direvisi
melebihi nilai FA. Locking pagu merupakan proses pembatasan terhadap pagu
anggaran yang akan direvisi dengan menyesuaikan nilai FA yang dihitung otomatis
secara sistem modul GL sehingga pagu yang direvisi tidak melebihi nilai FA. Fitur
ini digunakan untuk menghindari adanya pagu minus akibat revisi yang tidak
menyesuaikan dengan realisasi pelaksanaan anggaran.
Terkait dengan revisi anggaran, terdapat PMK No. 11/PMK.02/2018 tentang Tata
Cara Revisi Anggaran Tahun Anggaran 2018, dimana Dalam hal Revisi Anggaran
dilakukan dalam rangka pelaksanaan:
a. pergeseran anggaran untuk belanja pegawai;
b. pergeseran anggaran dari Bagian Anggaran 999 . 08 (BA BUN Pengelolaan
Belanja Lainnya) ke bagian anggaran Kementerian/ Lembaga;
c. Kegiatan yang dananya bersumber dari Penerimaan Negara Bukan Pajak,
pinjaman luar negeri, hibah luar negeri terencana, dan hibah dalam negeri
terencana, pinjaman dalam negeri, serta SBSN;
d. Kegiatan Kementerian/ Lembaga yang merupakan tindak lanjut dari hasil
sidang kabinet yang ditetapkan setelah terbitnya Undang-Undang mengenai
perubahan atas Undang-Undang mengenai APBN Tahun Anggaran 2018;
dan/atau
e. Kegiatan-Kegiatan yang membutuhkan data/ dokumen yang harus mendapat
persetujuan dari unit eksternal Kementerian/ Lembaga seperti persetujuan
Dewan Perwakilan Rakyat, persetujuan Menteri Keuangan, hasil audit
eksternal, dan sejenisnya,
batas akhir penerimaan usul Revisi Anggaran oleh Direktorat Jenderal Anggaran
ditetapkan paling lambat pada tanggal tanggal 14 Desember 2018.
Untuk sistem aplikasi, terdapat ketentuan peralihan dimana disebutkan Dalam hal
Sistem Aplikasi yang clibangun oleh Kementerian Keuangan belum sepenuhnya
tersedia, penyelesaian usul Revisi Anggaran ke Kementerian Keuangan,
disampaikan dengan surat elektronik kedinasan yang telah terdaftar dalam
database.
Dalam hal terjadi kendala teknis berupa terganggunya jaringan listrik dan/ atau
internet, atau gangguan lain yang tidak diperkirakan sebelumnya, penyampaian
usul Revisi Anggaran ke Kementerian Keuangan dapat disampaikan secara
manual (persuratan).
c) Lebih efektif dan efisien.
SAKTI dapat mengeliminasi cost atau biaya yang dikeluarkan dalam manajemen
operasional suatu instansi. Pimpinan KL atau satker selaku Pengguna Anggaran
(PA) atau Kuasa PA dapat secara langsung memonitor pelaksanaan dan pelaporan
anggaran by system melalui SAKTI, tanpa harus menunggu cetakan/harcopy suatu
laporan keuangan Prinsip less paper yang dimiliki SAKTI akan berdampak pada
penghematan anggaran operasional. SAKTI merupakan bagian dari SPAN
sehingga interaksi antara keduanya dapat dilakukan secara langsung tanpa melalui
proses konversi sebagaimana yang berjalan selama ini dan juga dilakukan secara
online.
d) Integrasi Database.
Integrasi Database akan memudahkan satker dalam menggunakan dan
meningkatkan akurasi data transaksi keuangannya serta penyajian informasi yang
realtime. Duplikasi pekerjaan dan entry data seringkali menyebabkan terjadinya
perbedaan data antara satu sistem dengan sistem lainnya sehingga informasi yang
dihasilkan pun menjadi tidak akurat.
Sedangkan beberapa kekurangan modul penganggaran dalam aplikasi SAKTI yang
mungkin timbul dalam penerapannya adalah:
a) Satker masih terbiasa dengan sistem sebelum penerapan SAKTI/ manual dalam
penyususan RKAKL.
b) Kemampuan teknis SDM di bidang TI yang belum merata.
c) Masih terdapat banyak bug yang memerlukan penyempurnaan.
d) Keterbasan sarana IT di satker-satker tertentu.
e) Membutuhkan internet untuk mengoperasikannya, sementara masih terdapat blank
spot akses internet di daerah.

E. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan dan analisis pada bagian sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) adalah aplikasi yang dibangun
guna mendukung implementasi Sistem Perbendaharaandan Anggaran Negara
(SPAN).
2. Proses bisnis Modul Penganggaran terdiri dari 3 aktivitas utama yaitu penyusunan
RKAKL, pengesahan DIPA, dan revisi DIPA. Ketiga proses tersebut di bagi lagi
kedalam beberapa alur kerja sesuai dengan cakupan masing-masing.
3. Proses yang terdapat pada modul penganggaran mencakup:
a. Penyusunan Standar Biaya Kegiatan (SBK),
b. Penyusunan RKA-K/L,
c. Penyusunan DIPA, dan
d. Perencanaan Realisasi Anggaran.
4. Aplikasi SAKTI juga terdapat fitur-fitur yang bertujuan untuk mempermudah
proses penyusunan anggaran, diantaranya:
a. Pencatatan History Kertas Kerja dan DIPA.
b. Pembentukan COA pada saat transaksi DIPA untuk perhitungan FA (Fund
Available) yang dipengaruhi juga oleh Informasi dari Modul Bendahara,
Komitmen dan Pembayaran.
c. Proses Locking pagu pada saat proses revisi pagu anggaran.
d. Penerapan Role (Operator, Validator dan Approval).
e. Penggabungan informasi RUH Pendapatan dengan rencana Penerimaan.
f. Perhitungan otomatis halaman III DIPA dari POK.
g. Perhitungan pergerakan AFP dari POK, dan mengambil informasi langsung
dari modul pembayaran, bendahara dan komitmen.
h. Penerapan metode konsolidasi Kertas Kerja (RKAKL) pada level unit.
5. Keunggulan SAKTI dibandingkan dengan aplikasi yang telah ada:
a. Pengendalian Internal yang bagus.
b. Fungsi Locking anggaran mencegah pagu minus.
c. Lebih efektif dan efisien.
d. Integrasi Database
6. Kekurangan SAKTI:
a. Satker belum siap dengan implementasi SAKTI.
b. Kemampuan teknis SDM belum merata.
c. Terdapat banyak bug.
d. Keterbatasan sarana IT pada satker tertentu.
e. Jangkauan internet yang melum menyeluruh.

Anda mungkin juga menyukai