PAPER
SISTEM APLIKASI KEUANGAN TINGKAT INSTANSI (SAKTI) – MODUL
ANGGARAN
Disusun oleh:
1. M. Abdul Baasith (16)
2. Ragil Novitasari (26)
3. Satya Permadi (30)
2. Pengesahan DIPA
Secara garis besar proses penyusunan RKAKL sampai dengan pengesahan
DIPA dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) K/L menyusun Renja K/L untuk tahun anggaran yang sedang disusun dengan
mengacu pada prioritas pembangunan nasional dan pagu indikatif yang
ditetapkan dalam Surat Edaran Bersama antara Menteri Negara PPN/Kepala
Bappenas dengan Menteri Keuangan. Renja K/L memuat kebijakan, program,
dan kegiatan yang dilengkapi dengan sasaran kinerja, alokasi anggaran yang
berasal dari pagu indikatif, dan prakiraan maju untuk tahun anggaran berkutnya;
b) Renja K/L ditelaah dan ditetapkan oleh Kementerian PPN/Bappenas
berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan;
c) K/L menyesuaikan Renja K/L menjadi RKA-KL atau menyusun RKA-KL setelah
menerima Surat Edaran Menteri Keuangan tentang pagu sementara. Pagu
sementara merupakan dasar K/L mengalokasikan anggaran dalam
program/kegiatan;
d) RKA-KL yang telah disesuaikan tersebut dibahas oleh K/L bersama-sama
dengan DPR (Komisi terkait di DPR);
e) RKA-KL hasil pembahasan tersebut dijadikan bahan penelaahan oleh
Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan c.q. Direktorat
Jenderal Anggaran. Kementerian Perencanaan menelaah kesesuaian antara
RKA-KL hasil pembahasan dengan RKP. Kementerian Keuangan menelaah
RKA-KL hasil pembahasan dengan pagu sementara, prakiraan maju yang telah
disetujui tahun sebelumnya, dan standar biaya yang telah ditetapkan;
f) Seluruh RKA-KL hasil pembahasan atau yang telah disepakai oleh DPR
kemudian dihimpun menjadi Himpunan RKA-KL yang merupakan lampiran tak
terpisahkan dari Nota Keuangan dan RAPBN dan selanjutnya diajukan
Pemerintah kepada DPR untuk dibahas dan ditetapkan menjadi UU APBN;
g) Kementerian Keuangan bersama K/L melakukan penyesuaian RKA-KL
sepanjang hasil pembahasan RAPBN antara Pemerintah dan DPR
menyebabkan adanya perubahan;
h) RKA-KL yang telah disepakati DPR ditetapkan dalam Peraturan Presiden
(Perpres) tentang Rincian ABPP. Rincian ABPP tersebut dirinci menurut
organisasi, fungsi, program, kegiatan dan jenis belanja.
i) Perpres tentang Rincian ABPP menjadi dasar K/L untuk menyusun konsep DIPA;
j) Konsep DIPA ditelaah dan disahkan oleh Kementerian Keuangan c.q. Direktorat
Jenderal Perbendaharaan.
3. Revisi DIPA
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32 tahun 2013 mengenai
tata cara revisi anggaran tahun anggaran 2013, revisi anggaran terdiri atas:
a) Perubahan rincian anggaran yang disebabkan penambahan atau
pengurangan pagu anggaran belanja termasuk pergeseran rincian anggaran
belanjanya. Prosesnya dapat dijelaskan sbb.
1. KPA menyiapkan usulan revisi anggaran yang menjadi kewenangan
Eselon I beserta data pendukung.
2. Eselon I menerima usulan revisi anggaran, meneliti surat usulan, mengecek
kewenangan revisi anggaran, serta memeriksa kelengkapan dokumen
pendukung.
3. Eselon I menyiapkan surat usulan revisi anggaran yang dilengkapi
dokumen pendukung sebagai dasar bagi DJA untuk mengesahkan dan
meng-update sistem database.
4. Berdasarkan usulan revisi anggaran Eselon I, DJA melakukan update
database RKA-K/L DIPA dan mengesahkan revisi anggaran.
b) Perubahan atau pergeseran rincian anggaran dalam hal pagu anggaran
tetap, prosesnya dapat dijelaskan sbb
1. KPA/Eselon I menyiapkan usulan revisi anggaran yang menjadi
kewenangan Kanwil Ditjen Perbendaharaan dengan dilengkapi dokumen
pendukung.
2. Kanwil Ditjen Perbendaharaan meneliti usulan revisi anggaran dan
kelengkapan dokumen pendukung.
3. Dalam hal revisi anggaran ditolak, Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan
menerbitkan surat penolakan revisi anggaran.
4. Dalam hal revisi anggaran diterima, Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan
melakukan upload ADK RKA-K/L DIPA ke server
5. Setelah ADK RKA-K/L DIPA divalidasi oleh sistem, secara otomatis
akan diterbitkan notifikasi dank ode digital stamp baru sebagai tanda
pengesahan revisi anggaran.
6. Kanwil Ditjen Perbendaharaan menyampaikan surat persetujuan
yang dilampiri notifikasi pengesahan revisi anggaran.
7. KPA melaksanakan kegiatan berdasarkan pengesahan revisi anggaran dari
Kanwil Ditjen Perbendaharaan.
c) Perubahan/ralat karena kesalahan administrasi
Selain itu Kuasa Pengguna Anggaran juga dapat melakukan revisi dengan cara:
1. KPA melakukan revisi anggaran sesuai dengan kewenangannya.
2. KPA meneliti apakah revisi anggaran yang dilakukan KPA mengubah DIPA Petikan
atau tidak.
3. Dalam hal DIPA Petikan tidak berubah, KPA meng-update ADK RKA-K/L DIPA
serta mencetak dan menetapkan POK. Dalam hal revisi anggaran mengakibatkan
perubahan
4. DIPA Petikan, KPA menyiapkan usulan revisi anggaran beserta dokumen
pendukungnya.
Dalam hal satker yang direvisi merupakan satker BLU dan pagu satker tidak
berubah, Kanwil Ditjen Perbendaharaan akan langsung menyelesaikan revisi RKA-
K/L DIPA.
5. Dalam hal yang direvisi bukan merupakan satker BLU dan pagu satker berubah,
revisi
6. RKA-K/L DIPA diteruskan ke Eselon I untuk diproses lebih lanjut.
Data-data yang digunakan dan dihasilkan dalam modul penganggaran adalah sebagai
berikut.
1. Data input
a. ADK, terdiri dari:
1) GPP dari aplikasi Gaji/GPP
2) TPNBP dari aplikasi TPNBP
3) KPJM dari aplikasi KPJM
4) SBK dari aplikasi SBK
b. Dokumen, terdiri dari
1) RKA-Satker
2) KAK/RAB
2. Data output
a. ADK, terdiri dari:
1) RKAKL/DIPA POK
2) Renkas
b. Dokumen, meliputi :
1) RKA-Satker
2) Usulan Revisi DIPA
3) Laporan-laporan (Lampiran RKA Satker, Perencanaan Kas, Laporan
Alokasi Anggaran, Laporan lain-lain).
Hubungan data input dan output dalam modul penganggaran dapat dilihat sebagai
berikut.
MODUL PENGANGGARAN
SBK
SPAN
KPJM
RKA RENK
KL AS
TPNBP OMSPA
N
GAJ
I
Fitur-Fitur pada Modul Penganggaran yang terintegrasi dengan modul lain pada SAKTI
adalah:
1. Fitur Locking Pagu pada proses Revisi Anggaran (RKA-K/L dan DIPA)
Fitur ini terkait dengan fitur perhitungan ketersediaan dana /FA (Fund Availability)
yang dihitung otomatis oleh sistem pada modul GL. Dimana nilai FA akan dipengaruhi
oleh pagu anggaran yang dikurangi dengan realisasi pelaksanaan anggaran yang sudah
diposting dan dijurnal pada modul GLP. Realisasi Pelaksanaan anggaran yang
dimaksud terdiri dari : Kontrak, Resume Tagihan, Realisasi Belanja (SP2D), Bon/Kuitansi
dan Pengembalian Belanja. Nilai FA akan bergerak secara real time setiap kali ada
transaksi pelaksanaan anggaran yang menghasilkan nilai akhir akumulatif per satu tahun
anggaran. Pada saat revisi anggaran akan dilakukan pada modul penganggaran, sistem
akan secara otomatis melakukan “locking pagu” dan memberikan notifikasi apabila nilai
yang direvisi melebihi nilai FA. Locking pagu merupakan proses pembatasan terhadap
pagu anggaran yang akan direvisi dengan menyesuaikan nilai FA yang dihitung otomatis
secara sistem modul GL sehingga pagu yang direvisi tidak melebihi nilai FA. Fitur ini
digunakan untuk menghindari adanya pagu minus akibat revisi yang tidak menyesuaikan
dengan realisasi pelaksanaan anggaran.
3. Fitur penyediaan Pagu Anggaran sebagai pagu dasar pelaksanaan Anggaran sampai
dengan pelaporan.
Fitur ini sangat dipengaruhi pada tersedianya Data DIPA yang sudah disahkan
oleh Kementerian Keuangan melalui sistem SPAN. Data DIPA berupa rencana
penerimaan/pendapatan dan rencana belanja selama setahun untuk tahun yang akan
datang. Meskipun data DIPA dapat diinput dari modul penganggaran, namun data DIPA
tersebut belum dapat dijadikan acuan pagu sebagai dasar pelaksanaan anggaran dan
pelaporan sebelum adanya pengesahan. Hal ini berlaku tidak hanya untuk Pagu Awal
saja yang bersumber dari DIPA Awal, namun berlaku sama ketika ada proses revisi
anggaran. Setelah data DIPA (Awal maupun Revisi) yang sudah disahkan dari SPAN
diterima pada SAKTI melalui modul penganggaran, maka secara otomatis pagu
anggaran sebagai dasar pelaksanaan anggaran sudah diaktifkan. Data DIPA tersebut
akan terlebih dahulu dikirim ke modul GL untuk dilakukan pembentukan COA (Chart of
Account) kemudian diposting dan dilakukan penjurnalan. Setelah COA terbentuk,
barulah kemudian transaksi pelaksanaan anggaran dari Modul Komitmen, Pembayaran,
Bendahara, Aset dan Persediaan dapat dilakukan. Adapun parameter data DIPA yang
digunakan dalam pelaksanaan anggaran adalah Nomor DIPA, Tanggal DIPA, Kode COA
(12 Segmen), Jenis Kontrak (SC,CC,NC), Informasi Blokir, Versi DIPA (Revisi), Fungsi
dan sub fungsi.
2. Pembuatan RKA-K/L
Proses ini merupakan proses penyusunan rencana kerja dan anggaran Satuan
kerja yang nantinya akan disahkan menjadi dokumen pelaksanaan anggaran (DIPA)
tahun anggaran berikutnya. Proses yang ada pada aplikasi SAKTI dimulai dari usulan
Satuan kerja yang nantinya akan disampaikan ke level Unit Eselon I dan selanjutnya akan
disampaikan ke Direktorat Jenderal Anggaran. Kegiatan ini melibatkan dua level user,
yaitu: Operator dan Approver (KPA), baik itu di level Satker, Unit Eselon I, maupun DJA.
Atas proses Revisi DIPA, Satker menerima ADK Revisi DIPA untuk diunggah ke
dalam Modul Penganggaran. Mekanisme Revisi DIPA mengacu pada Peraturan
Menteri Keuangan mengenai Revisi Anggaran.
E. KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan dan analisis pada bagian sebelumnya, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut.
1. Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI) adalah aplikasi yang dibangun
guna mendukung implementasi Sistem Perbendaharaandan Anggaran Negara
(SPAN).
2. Proses bisnis Modul Penganggaran terdiri dari 3 aktivitas utama yaitu penyusunan
RKAKL, pengesahan DIPA, dan revisi DIPA. Ketiga proses tersebut di bagi lagi
kedalam beberapa alur kerja sesuai dengan cakupan masing-masing.
3. Proses yang terdapat pada modul penganggaran mencakup:
a. Penyusunan Standar Biaya Kegiatan (SBK),
b. Penyusunan RKA-K/L,
c. Penyusunan DIPA, dan
d. Perencanaan Realisasi Anggaran.
4. Aplikasi SAKTI juga terdapat fitur-fitur yang bertujuan untuk mempermudah
proses penyusunan anggaran, diantaranya:
a. Pencatatan History Kertas Kerja dan DIPA.
b. Pembentukan COA pada saat transaksi DIPA untuk perhitungan FA (Fund
Available) yang dipengaruhi juga oleh Informasi dari Modul Bendahara,
Komitmen dan Pembayaran.
c. Proses Locking pagu pada saat proses revisi pagu anggaran.
d. Penerapan Role (Operator, Validator dan Approval).
e. Penggabungan informasi RUH Pendapatan dengan rencana Penerimaan.
f. Perhitungan otomatis halaman III DIPA dari POK.
g. Perhitungan pergerakan AFP dari POK, dan mengambil informasi langsung
dari modul pembayaran, bendahara dan komitmen.
h. Penerapan metode konsolidasi Kertas Kerja (RKAKL) pada level unit.
5. Keunggulan SAKTI dibandingkan dengan aplikasi yang telah ada:
a. Pengendalian Internal yang bagus.
b. Fungsi Locking anggaran mencegah pagu minus.
c. Lebih efektif dan efisien.
d. Integrasi Database
6. Kekurangan SAKTI:
a. Satker belum siap dengan implementasi SAKTI.
b. Kemampuan teknis SDM belum merata.
c. Terdapat banyak bug.
d. Keterbatasan sarana IT pada satker tertentu.
e. Jangkauan internet yang melum menyeluruh.