2
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
Pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melaporkan/mengungkapkan kewajiban perpajakan yang
belum dipenuhi secara sukarela melalui pembayaran PPh berdasarkan pengungkapan harta
1. Latar Belakang
a. Masih terdapat peserta Pengampunan Pajak yang belum mendeklarasikan seluruh aset pada saat Pengampunan Pajak
dan apabila ditemukan oleh DJP akan dikenai PPh final (PP-36/2017) yang dirasakan terlalu tinggi ditambah sanksi
sebesar 200% (Pasal 18 ayat (3) UU TA) → Kondisi I.
b. Masih terdapat WP OP yang belum mengungkapkan seluruh penghasilan dalam SPT Tahunan 2016 s.d. 2020 →
Kondisi II.
c. Dengan adanya data dari pertukaran data otomatis (AEOI) dan data perpajakan dari ILAP, sedangkan WP belum
mendeklarasikan seluruh aset dan penghasilan, sehingga perlu diberikan kesempatan secara sukarela untuk
memenuhi kewajiban pajak.
2. Pengaturan Saat ini
a. Kondisi I
Bagi peserta TA (OP atau Badan) yang belum melaporkan seluruh harta dalam Surat Pernyataan Harta (SPH),
apabila harta tersebut ditemukan oleh DJP akan dianggap penghasilan dan dikenai PPh Final 25% (Badan); 30%
(OP); 12,5% (WP Tertentu) dari Harta Bersih Tambahan (PP-36/2017) ditambah sanksi 200%.
b. Kondisi II
Terhadap WP OP yang belum melaporkan penghasilan Tahun Pajak 2016-2020 sesuai ketentuan akan dikenai
PPh sesuai tarif yang berlaku ditambah sanksi administrasi. 3
DAMPAK TAX AMNESTY 2016-2017
Rasio Kepatuhan & pembayaran PPh Tahunan WP TA lebih tinggi dibandingkan WP Non-TA
2 Pada periode setelah Tax Amnesty, PPh Tahunan OP Peserta TA melonjak signifikan, jauh lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan Non Peserta TA di tahun yang sama.
5 Bukan Peserta TA
triliun
Rp
3
2 23,0%
26,8% 13,2% 21,4% 13,1%
1
0
2014 2015 2016 2017 2018 2019
3 Bagi Peserta TA masih terdapat permasalahan harta yang kurang diungkap pada saat TA (kondisi I).
Bagi Non Peserta TA perlu ditingkatkan kepatuhannya sebagaimana para Peserta TA (kondisi II). 4
PEMANFAATAN DATA AEOI Data AEoI diterima
tahun 2018 senilai
Rp683 T (inbound) Dividen
SELISIH HARTA SETARA KAS DENGAN DATA SALDO PENYANDINGAN ANTARA PENGHASILAN INBOUND
KEUANGAN (DOMESTIK DAN INBOUND) DENGAN PENGHASILAN LUAR NEGERI SPT TAHUNAN
Penyandingan antara Data Saldo Keuangan dengan Penyandingan antara EOI Penghasilan (Inbound) yang terdiri
Harta Setara Kas SPT Tahunan PPh orang pribadi: dari data penghasilan dividen, bunga, penjualan dan
1. Data yang telah terklarifikasi dalam SPT senilai penghasilan lainnya dengan data penghasilan luar negeri
Rp5.646 Triliun (795.505 WP) SPT Tahunan PPh orang pribadi:
2. Data yang sedang diklarifikasikan kepada Wajib Pajak 1. Data yang telah terklarifikasi dalam SPT senilai Rp7 Triliun
dengan nilai sebesar Rp670 Trilliun (131.438 WP) (6.055 WP)
2. Data yang sedang diklarifikasi kepada Wajib Pajak
sebesar Rp676 Trilliun (50.095 WP)
5
PROGRAM PENGUNGKAPAN SUKARELA
Voluntary Disclosure Program (VDP)
1. Sebuah program yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak dan diselenggarakan berdasarkan
asas kesederhanaan, kepastian hukum, serta kemanfaatan.
2. Program ini berupa pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melaporkan atau mengungkapkan kewajiban
perpajakan yang belum dipenuhi secara sukarela melalui:
1) Pembayaran Pajak Penghasilan berdasarkan pengungkapan harta yang tidak atau belum sepenuhnya dilaporkan oleh
peserta program Pengampunan Pajak (Kebijakan I); dan
2) pembayaran Pajak Penghasilan berdasarkan pengungkapan harta yang belum dilaporkan dalam SPT Tahunan Pajak
Penghasilan orang pribadi Tahun Pajak 2020 (Kebijakan II).
3. Program dilaksanakan selama 6 bulan (1 Januari 2022 s.d. 30 Juni 2022)
4. Terdiri dari 2 kebijakan:
A C Harta Harta
Per Per
B 31/12/2015 31/12/2020
D E
KEBIJAKAN I
Tuan A telah mengikuti program Pengampunan Pajak (Tax Amnesty/TA) 2015, tetapi pada saat TA masih
terdapat sebuah rumah di dalam negeri yang tidak diungkap dengan nilai per 31 Desember 2015 sebesar
Rp 2 Miliar. Untuk menghindari pengenaan sanksi Undang-Undang TA, Tuan A mengikuti Program
Pengungkapan Sukarela.
Tuan A berniat hanya mendeklarasikan aset dalam negeri tersebut tanpa menginvestasikan pada
SBN/hilirisasi/renewable energy, sehingga Tuan A membayar PPh Final dengan tarif 8% sebesar Rp 160 juta
(8% x Rp 2 Miliar)
KEBIJAKAN II
Tuan B memiliki 2 buah rumah dan sebuah rekening di Indonesia yang diperoleh selama tahun 2016
sampai dengan tahun 2020. 2 buah rumah telah dilaporkan dalam SPT Tahunan 2020 senilai Rp 3 Miliar,
namun 1 rekening senilai Rp 1 Miliar belum dicantumkan dalam SPT Tahunan Tahun 2020.
Tuan B akan mengikuti Program Pengungkapan Sukarela dan berniat menginvestasikan uangnya pada
SBN, sehingga Tuan B membayar PPh Final dengan tarif 12% sebesar Rp 120 juta (12% x Rp 1 Miliar).
8
SKEMA SANKSI KEBIJAKAN I
WP menggunakan tarif lebih rendah namun gagal repatriasi/investasi
Jenis Tarif Sanksi
officio 5,5%
Deklarasi & Repatriasi 8% Gagal Repatriasi
self declare 4%
11
Deklarasi saja
%
SKEMA SANKSI KEBIJAKAN II
WP menggunakan tarif lebih rendah namun gagal repatriasi/investasi
officio 6,5%
Deklarasi & Repatriasi 14% Gagal Repatriasi
self declare 5%
14
KETENTUAN UMUM Pasal 5
PENGUNGKAPAN HARTA BERSIH
(Harta 1 Januari 1985-31 Desember 2015)
Wajib Pajak dapat mengungkapkan harta bersih yang belum atau kurang
diungkapkan dalam surat pernyataan sepanjang Direktur Jenderal Pajak belum
menemukan data dan/atau informasi mengenai harta dimaksud.
Harta bersih merupakan nilai harta dikurangi nilai utang sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak. Harta
bersih dianggap sebagai tambahan penghasilan dan dikenai Pajak Penghasilan
yang bersifat final.
Harta merupakan harta yang diperoleh Wajib Pajak sejak tanggal 1 Januari 1985
sampai dengan tanggal 31 Desember 2015.
PPh bersifat final dihitung dengan cara: tarif x dasar pengenaan pajak.
15
PERHITUNGAN PPh Pasal 5
(Harta 1 Januari 1985-31 Desember 2015)
PPh bersifat final dihitung dengan cara: tarif x dasar pengenaan pajak.
atas harta bersih yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
LANJUT KE PASAL 7 16
PERHITUNGAN PPh Pasal 5
(Harta 1 Januari 1985-31 Desember 2015)
atas harta bersih yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
e. 11%, atas harta yang tidak dialihkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
LANJUT KE PASAL 7 17
NILAI HARTA Pasal 5
(Harta 1 Januari 1985-31 Desember 2015)
Dasar pengenaan pajak yakni sebesar jumlah harta bersih (nilai harta – nilai utang)
yang belum atau kurang diungkapkan dalam surat pernyataan.
Nilai harta yang dijadikan pedoman untuk menghitung besarnya jumlah harta bersih
ditentukan berdasarkan:
a. nilai nominal, untuk harta berupa kas atau setara kas;
b. nilai yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu Nilai Jual Objek Pajak, untuk tanah
dan/atau bangunan dan Nilai Jual Kendaraan Bermotor, untuk kendaraan bermotor;
c. nilai yang dipublikasikan oleh PT Aneka Tambang Tbk., untuk emas dan perak;
d. nilai yang dipublikasikan oleh PT Bursa Efek Indonesia, untuk saham dan waran
(warrant) yang diperjualbelikan di PT Bursa Efek Indonesia; dan/atau
e. nilai yang dipublikasikan oleh PT Penilai Harga Efek Indonesia, untuk surat berharga
negara dan efek bersifat utang dan/atau sukuk yang diterbitkan oleh perusahaan, sesuai
kondisi dan keadaan harta pada akhir Tahun Pajak terakhir.
Dalam hal tidak terdapat nilai yang dapat dijadikan pedoman, nilai harta ditentukan
berdasarkan nilai dari hasil penilaian kantor jasa penilai publik.
18
SURAT PEMBERITAHUAN Pasal 6
PENGUNGKAPAN HARTA
(Harta 1 Januari 1985-31 Desember 2015)
19
SURAT KETERANGAN Pasal 6
(Harta 1 Januari 1985-31 Desember 2015)
20
FASILITAS PESERTA PPS Pasal 6
(Harta 1 Januari 1985-31 Desember 2015)
Fasilitas:
▪ Wajib Pajak yang telah memperoleh surat keterangan tidak dikenai sanksi administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016
tentang Pengampunan Pajak.
▪ Data dan informasi yang bersumber dari surat pemberitahuan pengungkapan harta dan
lampirannya yang diadministrasikan oleh Kementerian Keuangan atau pihak lain yang
berkaitan dengan pelaksanaan Undang-Undang ini tidak dapat dijadikan sebagai dasar
penyelidikan, penyidikan, dan/atau penuntutan pidana terhadap Wajib Pajak.
21
PENGALIHAN HARTA DAN Pasal 7
PENGINVESTASIAN HARTA BERSIH
(Harta 1 Januari 1985-31 Desember 2015)
▪ Wajib Pajak yang menyatakan mengalihkan harta bersih ke dalam wilayah NKRI wajib
mengalihkan harta dimaksud paling lambat tanggal 30 September 2022.
▪ Investasi harta bersih tersebut wajib dilakukan paling singkat 5 (lima) tahun sejak
diinvestasikan.
Dalam hal pengalihan harta dan penginvestasian harta bersih tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak
yang menyatakan mengalihkan dan/atau menginvestasikan harta bersih,
✓ atas bagian harta bersih yang tidak memenuhi ketentuan tersebut diperlakukan sebagai
penghasilan yang bersifat final pada Tahun Pajak 2022 dan berlaku ketentuan:
a. terhadap penghasilan dimaksud dikenai tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final
melalui Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak
dengan tarif sebesar:
4,5% bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 ayat (7) huruf a atau huruf c angka 2;
7,5% bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 ayat (7) huruf c; atau
5,5% bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 ayat (7) huruf d angka 1.
b. terhadap penghasilan dimaksud dikenai tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final
dalam hal Wajib Pajak atas kehendak sendiri mengungkapkan penghasilan tersebut dan
menyetorkan sendiri Pajak Penghasilan yang terutang dengan tarif sebesar:
3% bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 ayat (7) huruf a atau huruf c angka 2;
6% bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 ayat (7) huruf c; atau
4% bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 5 ayat (7) huruf d angka 1.
23
Dalam hal pengalihan harta dan penginvestasian harta bersih Pasal 7
tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak yang menyatakan
mengalihkan dan/atau menginvestasikan harta bersih,
a. terhadap penghasilan dimaksud dikenai tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final melalui Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dengan tarif sebesar:
TARIF PENYEBAB
TARIF PENYEBAB
▪ Wajib Pajak orang pribadi yang dapat mengungkapkan harta bersih harus memenuhi ketentuan:
a. tidak sedang dilakukan pemeriksaan, untuk Tahun Pajak 2016, 2017, 2018, 2019, dan/atau 2020;
b. tidak sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan, untuk Tahun Pajak 2016, 2017, 2018, 2019,
dan/atau 2020;
c. tidak sedang dilakukan penyidikan atas tindak pidana di bidang perpajakan;
d. tidak sedang berada dalam proses peradilan atas tindak pidana di bidang perpajakan; dan/atau
e. tidak sedang menjalani hukuman pidana atas tindak pidana di bidang perpajakan.
26
PPh FINAL Pasal 9
(WP OP ungkap Harta 1 Januari 2016-31 Desember 2020)
▪ PPh yang bersifat final dihitung dengan cara: tarif x dasar pengenaan pajak.
▪ Dasar pengenaan pajak yakni sebesar jumlah harta bersih (Nilai Harta-Nilai Utang)
yang belum atau kurang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
Penghasilan orang pribadi Tahun Pajak 2020.
▪ Nilai harta yang dijadikan pedoman untuk menghitung besarnya jumlah harta bersih
ditentukan berdasarkan:
▪ a. nilai nominal, untuk harta berupa kas atau setara kas; atau
▪ b. harga perolehan, untuk harta selain kas atau setara kas.
27
PERHITUNGAN PPh Pasal 9
(WP OP ungkap Harta 1 Januari 2016-31 Desember 2020)
PPh bersifat final dihitung dengan cara: tarif x dasar pengenaan pajak.
atas harta bersih yang berada di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
LANJUT KE PASAL 12 28
PERHITUNGAN PPh Pasal 9
(WP OP ungkap Harta 1 Januari 2016-31 Desember 2020)
atas harta bersih yang berada di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
e. 18%, atas harta yang tidak dialihkan ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
LANJUT KE PASAL 12 29
Surat Pemberitahuan Pengungkapan Harta Pasal 10
(WP OP ungkap Harta 1 Januari 2016-31 Desember 2020)
WP OP mengungkapkan harta bersih melalui surat pemberitahuan
pengungkapan harta dan disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak
sejak tanggal 1 Januari 2022 sampai dengan tanggal 30 Juni 2022.
WP OP yang menyampaikan surat pemberitahuan pengungkapan harta harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
b. membayar Pajak Penghasilan yang bersifat final sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1);
c. menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak 2020; dan
d. mencabut permohonan:
1. pengembalian kelebihan pembayaran pajak;
2. pengurangan atau penghapusan sanksi administratif;
3. pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak yang tidak benar;
4. pengurangan atau pembatalan Surat Tagihan Pajak yang tidak benar;
5. keberatan;
6. pembetulan;
7. banding;
8. gugatan; dan/atau
9. peninjauan kembali,
dalam hal Wajib Pajak sedang mengajukan permohonan tersebut dan belum diterbitkan surat keputusan atau
putusan.
30
Surat Pemberitahuan Pengungkapan Harta Pasal 10
(WP OP ungkap Harta 1 Januari 2016-31 Desember 2020)
31
Surat Pemberitahuan Pengungkapan Harta Pasal 10
(WP OP ungkap Harta 1 Januari 2016-31 Desember 2020)
▪ Pembetulan SPT Tahunan PPh orang pribadi untuk Tahun Pajak 2016 s.d. 2020,
yang disampaikan oleh Wajib Pajak yang menyampaikan SPPH setelah tanggal
diundangkannya UU HPP, dianggap tidak disampaikan.
▪ Wajib Pajak yang bermaksud mengikuti PPS namun belum menyampaikan SPT
Tahunan PPh orang pribadi Tahun Pajak 2020, wajib terlebih dahulu
menyampaikan SPT Tahunan tersebut dengan ketentuan:
a. SPT Tahunan tersebut harus mencerminkan harta yang telah dilaporkan
dalam SPT Tahunan PPh orang pribadi sebelum Tahun Pajak 2020 yang
disampaikan sebelum tanggal diundangkannya UU HPP, ditambah dengan
harta yang bersumber dari penghasilan pada Tahun Pajak 2020; dan
b. harta bersih yang dimiliki selain pada huruf a harus diungkapkan dalam
SPPH.
32
SURAT KETERANGAN Pasal 10
(WP OP ungkap Harta 1 Januari 2016-31 Desember 2020)
33
FASILITAS PESERTA PPS DAN SANKSI Pasal 11
KURANG UNGKAP HARTA BERSIH
(WP OP ungkap Harta 1 Januari 2016-31 Desember 2020)
Terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang telah memperoleh surat keterangan, berlaku ketentuan:
a. tidak diterbitkan ketetapan pajak atas kewajiban perpajakan untuk Tahun Pajak 2016, 2017, 2018, 2019, dan 2020, kecuali
ditemukan data dan/atau informasi lain mengenai harta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) yang belum atau
kurang diungkapkan dalam surat pemberitahuan pengungkapan harta;
b. kewajiban perpajakan sebagaimana dimaksud dalam huruf a meliputi Pajak Penghasilan orang pribadi, Pajak Penghasilan
atas pemotongan dan/atau pemungutan, dan Pajak Pertambahan Nilai, kecuali atas pajak yang sudah dipotong atau
dipungut tetapi tidak disetorkan; dan/atau
c. data dan informasi yang bersumber dari surat pemberitahuan pengungkapan harta dan lampirannya yang diadministrasikan
oleh Kementerian Keuangan atau pihak lain yang berkaitan dengan pelaksanaan Undang-Undang ini tidak dapat dijadikan
sebagai dasar penyelidikan, penyidikan, dan/atau penuntutan pidana terhadap Wajib Pajak.
Dalam hal Direktur Jenderal Pajak menemukan data dan/atau informasi lain mengenai harta yang belum atau kurang
diungkapkan :
a. nilai harta bersih yang belum atau kurang diungkapkan tersebut diperlakukan sebagai penghasilan yang bersifat final pada
Tahun Pajak 2022; dan
b. terhadap penghasilan tersebut:
1. dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan tarif sebesar 30% (tiga puluh persen); dan
2. dikenai sanksi administratif berupa bunga sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (2) Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan dan perubahannya, melalui penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar oleh Direktur Jenderal Pajak.
34
PENGALIHAN HARTA DAN Pasal 12
PENGINVESTASIAN HARTA BERSIH
(WP OP ungkap Harta 1 Januari 2016-31 Desember 2020)
▪ Wajib Pajak yang menyatakan mengalihkan harta bersih ke dalam wilayah NKRI wajib
mengalihkan harta dimaksud paling lambat tanggal 30 September 2022.
▪ Investasi harta bersih tersebut wajib dilakukan paling singkat 5 (lima) tahun sejak
diinvestasikan.
Dalam hal pengalihan harta dan penginvestasian harta bersih tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak
yang menyatakan mengalihkan dan/atau menginvestasikan harta bersih,
✓ atas bagian harta bersih yang tidak memenuhi ketentuan tersebut diperlakukan sebagai
penghasilan yang bersifat final pada Tahun Pajak 2022 dan berlaku ketentuan:
a. terhadap penghasilan dimaksud dikenai tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final
melalui Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak
dengan tarif sebesar:
4,5% bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat (3) huruf a atau huruf c angka 2;
8,5% bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat (3) huruf c; atau
6,5% bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat (9) huruf d angka 1.
b. terhadap penghasilan dimaksud dikenai tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final
dalam hal Wajib Pajak atas kehendak sendiri mengungkapkan penghasilan tersebut dan
menyetorkan sendiri Pajak Penghasilan yang terutang dengan tarif sebesar:
3% bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat (3) huruf a atau huruf c angka 2;
7% bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat (3) huruf c; atau
5% bagi Wajib Pajak yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 9 ayat (3) huruf d angka 1.
36
Dalam hal pengalihan harta dan penginvestasian harta bersih Pasal 12
tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak yang menyatakan
mengalihkan dan/atau menginvestasikan harta bersih,
a. terhadap penghasilan dimaksud dikenai tambahan Pajak Penghasilan yang bersifat final melalui Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak dengan tarif sebesar:
TARIF PENYEBAB
TARIF PENYEBAB