Anda di halaman 1dari 15

Tugas Kelompok

Manajemen Keuangan Pemerintah


Budgetary under
Financial Management Stress

Kelompok 5
Anggota Kelompok :
Aghnia Silviani Effendi (1)
Annisa Kinanti (6)
Lukas Abiyoso (16)
Qisthon Ad Dari (24)
Rahayu Asriyani (25)

Kelas : 8-2

Program Studi Diploma IV Akuntansi Alih Program


Politeknik Keuangan Negara STAN
2018
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerintah menjalankan aktivitas keuangannya melalui mekanisme APBN. Berbeda
dengan perusahaan swasta yang memiliki tujuan untuk memperoleh laba atau profit, tujuan
keuangan pemerintah adalah untuk membiayai kegiatan operasional pemerintah dan
melakukan belanja demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam APBN, pemerintah
memiliki anggaran, dari sisi pendapatan dan belanja negara. Pada sisi pendapatan, APBN
berisi target pemerintah atas sumber dana masukan yang dapat diperoleh dari sektor
perpajakan, PNBP, dan hibah. Pada sisi belanja, APBN berisi rencana pengeluaran pemerintah
untuk berbagai jenis belanja, misalnya belanja pegawai, belanja barang, belanja subsidi, dan
lain-lain. Selain itu terdapat pula sisi pembiayaan, yang berisi pengeluaran yang akan diterima
kembali atau pendapatan yang akan dikeluarkan kembali. Umumnya, sisi pembiayaan ini berisi
sumber pendanaan defisit baik melalui mekanisme pinjaman dalam negeri, pinjaman luar
negeri, Surat Berharga Negara, dan lain-lain.
Dalam perjalanan realisasi APBN, pemerintah mengalami banyak tantangan. Tantangan
tersebut sering menyebabkan realisasi APBN tidak berjalan sesuai apa yang direncanakan
sehingga tak jarang pemerintah harus membuat APBN-P pada tahun berjalan untuk
menyesuaikan APBN dengan kondisi yang sebenarnya. Selain itu, pemerintah juga harus
mengelola defisit anggaran serta menerapkan strategi pembiayaan yang tepat untuk menutupi
ketidakseimbangan antara pendapatan dan belanja pemerintah. Pengelolaan pembiayaan
menjadi salah satu hal penting untuk diperhatikan karena hal tersebut dapat menimbulkan krisis
seperti yang pernah dialami Indonesia pada tahun 1998, dimana nilai rupiah melemah dan
seluruh pembiayaan yang berasal dari luar negeri dengan menggunakan mata uang asing
nilainya meningkat menjadi berkali - kali lipat. Krisis tersebut dapat mendorong Indonesia
mengalami fiscal distress.
Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin pengelolaan keuangan yang baik
agar krisis tersebut tidak terulang kembali. Pada beberapa negara didunia, ketidakmampuan
pemerintah dalam mengelola anggarannya dapat memicu terjadinya fiscal distress atau krisis
yang berkepanjangan yang menyebabkan suatu negara mengalami kebangkrutan dan kondisi
ekonomi negara tersebut menjadi tidak stabil. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk
dapat meramalkan anggaran dengan baik di tengah kondisi negara yang dinamis dan penuh
ketidakpastian agar Indonesia dapat terhindar dari fiscal distress.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, kami menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa itu financial distress dan fiscal distress?
2. Apa saja indikator terjadinya fiscal distress?
3. Apa penyebab dari fiscal distress?
4. Apa dampak dari fisccal distress?
5. Bagaimana contoh fiscal distress yang terjadi di berbagai negara?
6. Bagaimana cara mencegah fiscal distress?
6. Bagaimana cara menangani fiscal distress?
PEMBAHASAN

A. Definisi Financial Distress dan Fiscal Distress


Financial distress adalah kesulitan dana untuk menutup kewajiban perusahaan atau
kesulitan likuiditas yang diawali dengan kesulitan ringan sampai pada kesulitan yang lebih
serius, yaitu jika utang lebih besar dibandingkan dengan aset. Menurut Hanafi (2007:278),
financial distress dapat digambarkan dari dua titik ekstrem yaitu kesulitan likuiditas jangka
pendek sampai insolvabel. Kesulitan keuangan jangka pendek biasanya bersifat jangka pendek,
tetapi bisa berkembang menjadi parah. Indikator Kesulitan keuangan dapat dilihat dari analisis
aliran kas, analisis strategi perusahaan, dan laporan keuangan perusahaan. Sedangkan pada
sektor pemerintahan, financial distress adalah ketidakmampuan pemerintah untuk menyediakan
pelayanan publik sesuai standar mutu pelayanan yang ditetapkan.
Menurut Kordestani et al., dalam febriani (2010:196), tahapan dari kebangkrutan tersebut
dijabarkan sebagai berikut:
a. Latency. Pada tahun latency, Return on Assets (ROA) akan mengalami penurunan.
b. Shortage of Cash. Dalam tahap kekurangan kas, perusahaan tidak memiliki cukup sumber
daya kas untuk memenuhi kewajiban saat ini, meskipun masih mungkin memiliki tingkat
profitabilitas yang kuat.
c. Finanial Distress. Kesulitan keuangan, dimana kondisi ini mendekati kebangkrutan
d. Bankruptcy. Jika perusahaan tidak dapat menyembuhkan gejala kesulitan keuangan
(financial distress), maka perusahaan akan bangkrut.
Menurut Lizal dalam Febriani (2010:197) mengelompokkan penyebab kesulitan, yang
disebut dengan Model Dasar Kebangkrutan atau Trinitas Penyebab Kesulitan Keuangan. Ketiga
alasan utama tersebut adalah:
a. Neoclassial Model
Financial distress dan kebangkrutan terjadi jika alokasi sumber daya di dalam perusahaan
tidak tepat. Manajemen yang kurang bisa mengalokasikan sumber daya (aset) yang ada di
perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan.
b. Financial Model
Pencampuran aset benar tetapi struktur keuangan salah dengan liquidity constraints. Hal ini
berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka panjang tapi ia
harus bangkrut juga dalam jangka pendek.
c. Corporate Governance Model
Menurut model ini, kebangkrutan mempunyai campuran aset dan struktur keuangan yang
benar tetapi dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan menjadi Out
of the market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola perusahaan yang tak
terpecahkan.
Pihak-pihak yang memiliki kepentingan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya
financial distress adalah sebagai berikut:
a. Kreditor atau Pemberi Pinjaman. Institusi pemberi pinjaman memprediksi financial distress
dalam memutuskan apakah akan memberikan pinjaman dan menentukan kebijakan
pengawasan atas pinjaman yang telah diberikan kepada perusahaan. Selain itu juga
digunakan untuk menilai kemungkinan masalah yang akan dialami suatu perusahaan dalam
melakukan pembayaran kembali pokok dan bunga pinjaman.
b. Investor. Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan memutuskan
untuk berinvestasi pada suatu perusahaan.
c. Pembuat Peraturan atau Badan Regulator. Badan regulator mempunyai tanggung jawab
mengawasi kesanggupan membayar utang dan menstabilkan perusahaan. Hal ini
menyebabkan perlunya suatu model untuk mengetahui kesanggupan perusahaan membayar
utang dan menilai stabilitas perusahaan.
d. Pemerintah. Prediksi financial distress penting bagi pemerintah dalam melakukan antitrust
regulation.
e. Auditor. Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam
membuat penilaian going concern perusahaan. Pada tahap penyelesaian audit, auditor harus
membuat penilaian tentang going concern perusahaan. Jika ternyata perusahaan diragukan
going concern-nya, maka auditor akan memberikan opini wajar tanpa pengecualian dengan
paragraf penjelas atau bisa juga memberikan opini disclaimer.
Fiscal distress adalah situasi ketika terjadi ketidakseimbangan antara sumber daya
keuangan yang harus disediakan oleh sebuah negara dibandingkan dengan sumber daya yang
dimiliki oleh negara tersebut. Bradbury dan Katharine (1982) mendefinisikan fiscal distress
sebagai keadaan ketika pemerintah tidak dapat mempertahankan anggaran yang seimbang.
Groves dan Valente (1994) mendefinisikan fiscal distress sebagai kegagalan pemerintah
memenuhi “budgetary solvency” atau kapasitas pemerintah untuk menghasilkan sumber daya
yang cukup pada periode anggarannya untuk memenuhi belanjanya tanpa harus mengalami
defisit.

B. Indikator Terjadinya Fiscal Distress

Kategori Indikator Penjelasan


Trend ekonomi o populasi Penurunan dapat mengindikasikan
umum o penghasilan per kapita penurunan bisnis dan penerimaan
pajak
Pendapatan o Pendapatan per Kapita Jika pendapatan perkapita turun,
o Proposi pendapatan yang dapat mengakibatkan kegagalan
dibatasi, pemerintah untuk menyediakan
intergorvernmental,dan PAD
jasa kepada masyarakat.
dari total Pendapatan
o Nilai tax base, tax rate, rasio Peningkatan mengindikasikan
pajak yang tidak tertagih, hilangnya kontrol dan
pendapatan dari investasi Elastisitas dalam anggaran

Belanja o Belanja per Kapita Bertambahnya beban perkapita


o Belanja berdasarkan Fungsi mengindikasikan bahwa biaya
o Proporsi Beban operasi dari pemerintahan melebihi kemampuan
Total Beban
penduduk untuk membayar.
Dapat juga untuk mengindikasikan
penurunan produktifitas
Indikator ini dapat mengilustrasikan
dan membantu untuk menganalisa
Pertumbuhan pengeluaran
pemerintah setiap waktu. Dan juga
semakin tinggi fixed costs akan
mengakibatkan ruang
Fiskal pemerintah menjadi
berkurang.
Saldo Dana dan o Total pendapatan terhadap Untuk mengilustrasikan
Defisit total belanja peningkatan beban utang.
o Proporsi Defisit terhadap
Pendapatan
o Saldo Dana yang Menurun
o Anggaran Berlebih yang
Terus – Menerus
o Kekurangan Pendapatan
yang Meningkat
Utang o Utang per Kapita Untuk mengilustrasikan
o Biaya Jasa Utang dibanding peningkatan beban utang.
Pendapatan
o Pinjaman untuk Menutup
Arus Kas
Dana pensiun Kesulitan untuk membayar Mengindikasikan kewajiban masa
pensiun depan yang tidak diperhatikan.
Manajemen o Jumlah Pekerja per Kapita Peningkatan dalam hal ini
o Bunga Jasa mengindikasikan efisiensi yang
berkurang
Lain-lain o Tidak ada rencana jangka
panjang
o kegagalan untuk mengatasi
pendapat independen
auditor atas laporan
keuangan yang tidak baik
o kegagalan mengatasi
temuan audit
o pengeluaran dan
pemeliharaan modal yang
ditangguhkan

C. Penyebab Terjadinya Fiscal Distress


Salah satu penyebab kesulitan keuangan menurut Brighaam dan Daves (2003) adalah
adanya serangkaian kesalahan yang terjadi di dalam negara, pengambilan keputusan yang
kurang tepat oleh pemerintah, dan kelemahan - kelemahan yang saling berhubungan yang
dapat menyumbang secara langsung maupun tidak langsung terhadap pemerintahan, serta
penyebab yang lain adalah kurangnya upaya pengawasan terhadap kondisi keuangan negara
sehingga penggunaan dana negara tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Penyebab fiscal distress antara lain yaitu:
1. Kesalahan dalam alokasi sumber daya
Sumber daya yang tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan penerimaan suatu
negara menjadi berkurang. Dengan penerimaan yang berkurang, maka arus kas pemerintah
menjadi lebih kecil untuk memenuhi kewajiban-kewajibannya terutama kewajiban jangka
pendek
2. Struktur keuangan yang salah dan jumlah utang yang besar
Struktur keuangan yang baik akan mendukung kemampuan pemerintah dalam menjalankan
pemerintahannya, sehingga dapat membuat negara menjadi sehat. Pemerintah harus
berhati-hati dalam mengambil kebijakan utang, dikarenakan adanya beban bunga yang
harus dibayar di masa yang akan datang
3. Tata kelola yang buruk
Semakin transparan dan akuntabel suatu negara, maka semakin baik nilai negara tersebut
dimata negara lain. Hal tersebut berpengaruh terhadap investment grade negara tersebut.
Hal ini bermanfaat agar penerimaan negara yang tinggi sehingga dapat menjadikan
kemampuan suatu negara meningkat untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
4. Kondisi makro ekonomi yang buruk
Kondisi ekonomi makro juga berperan penting terutama atas negara-negara yang memiliki
ekonomi yang kuat yang dapat mempengaruhi negara-negara lainnya
5. Demographic Stressor
Dampak Demographic Stressor contohnya adalah apabila penduduk banyak maka
pengeluaran sosial akan meningkat. Namun apabila penduduk sedikit, maka pajak
penghasilan, pajak penjualan dan pajak-pajak lain akan menurun.

D. Dampak Terjadinya Financial Distress


Apabila suatu negara megalami financial distress, maka pasar modal dunia akan
bereaksi. Banyak negara akan mencabut investasinya di negara tersebut. Hasilnya, investor
dan kreditor akan berhati-hati untuk melakukan investasi dan memberikan pinjaman kepada
negara tersebut. Stakeholder kemungkinan akan bereaksi negartif terhadap keadaan ini. Oleh
karena itu, pemerintah harus segera melakukan tindakan, baik untuk mencegah maupun
menangani financial distress ini

E. Financial Distress Negara Lain


1. Indiana, Amerika serikat
Awal 1990-an adalah masa-masa yang sulit bagi Amerika Serikat karena kerusakan akibat
resesi nasional yang berkepanjangan ditambah dengan komitmen layanan pada masyarakat
yang makin meningkat. Meskipun terjadi penurunan pertumbuhan pendapatan karena resesi,
permintaan tetap tinggi pada sisi pengeluaran disebabkan meningkatnya tuntutan layanan
pada masyarakat, mandat federal, dan faktor-faktor lainnya. Banyak negara bagian yang
dihadapkan pada defisit anggaran yang besar, yang memaksa tiap-tiap negara bagian untuk
mencari jalan keluar atas kekurangan yang diproyeksikan. Pada akhirnya pendekatan yang
dilakukan pun bervariasi dari ssatu negara bagian ke negara bagian lain. Namun pada
umunya, yang dilakukan adalah kombinasi pemotongan pengeluaran dan penyempurnaan
pendapatan untuk menutup defisit yang diproyeksikan.
Salah satu negara bagian, Indianamemberikan fokus besar pada pengurangan pengeluaran
sebagai cara untuk menutup kekurangan yang diproyeksikan. Komponen kunci dari rencana
pengurangan pengeluarannya adlah dengan penerapan kebijakan rencana adanya badan
pengelolaan keuangan khusus.
2. New York, Amerika Serikat
Saat New York berhasil keluar dari resesi besar, banyak pemerintah daerah yang masih
berjuang dengan dampak yang terjadii, beberapa diantaranya mengatakan yang lebih baik
dari yang lain. Banyak faktor, termasuk penurunan basis pajak, meningkatnya biaya
anggaran tetap, kehilangan banyak penduduk dan sektor industri yang memburuk telah
menciptakan kesenjangan anggaran yang kronisdan tekanan fiskal yang di negara bagian,
kota dan desa di New York. Beberapa pemerintah di negara bagian lain bahkan mengajukan
petisi kebangkrutan.
Tanggapan negara tehadap krisis fiskal pemerintah daerah secara historis, dan terus
berlanjut sebagian besar bersifat ad hoc. Legislatif mengambil tindakan, mulai dari
pemberian bantuan darurat satukali hingga memungkinkan biaya defisit untuk menunjuk
dewan kontrol dengan kekuatan luar biasa. Dalam kasus bantuan satu kali, ini mungkin
memerlukan perencanaan multiyears. Dalam hal pembiayaan defisit, ini mencakup
pelaporan anggaran triwulanan, pengawasan perencanaan dan anggaran multiyears oleh
Pengawas Keuangan Negara, dan dalam kasus Dewan Kontrol, Legislatif bahkan dapat
mengajukan pembatasan kontrol lokal yang cukup berat mengenai keputusan fiskal tertentu.
Kunci untuk keluar dari tekanan fiskal adalah manajemen yang cermat, dan dengan
melibatkan pengambilan keputusan yang tidak populer, setidaknya dalam jangka pendek.
Manajemen memperhatikan proses anggaran, perencanaan jangka panjang yang baik.
3. Afrika Selatan
Di Afrika Selatan, NT (2011) terdapat 7 indikator fiscal distress, seperti kas sebagai
persentase dari pengeluaran operasional, persistensi saldo kas negatif, overspending
operating budget, underspending capital budger, debitur sebagai persentase dari
pendapatan, pertumbuhan debitur dari tahun ke tahun, dan kreditur sebagai presentase dari
kas dan investasi. Untuk mendeteksi dan mengelola fiscal distress didalam pemerintah
daerah di negara Afrika Selatan sendiri, Komisi merekomendasikan agar pemerintahnya
yang menuju fiscal distress, dan pemerintah menggunakan sistem peringatan dini sebagai
alat untuk memantau dan membantu pemerintah kota menghadapi fiscal distress.

F. Pencegahan Fiscal Distress


Thomas P. DiNapoli (2013) menyatakan bahwa terdapat beberapa langkah efektif
manajemen keuangan untuk mencegah atau memitigasi fiscal stress, diantaranya yaitu:
1. Penganggaran (Budgeting)
Kesahatan fiskal dapat tercapai dengan menyusun anggaran yang baik atau seimbang, yang
berisi pengeluaran yang realistis dan proyeksi pendapatan. Penyusunan anggaran ini tidak
hanya mempertimbangkan anggaran setahun berikutnya (tahunan), namun juga
mempertimbangkan anggaran pada tahun – tahun berikutnya dalam jangka panjang
(multiyears) untuk membantu pemerintah daerah, baik yang mengalami tekanan secara
fiskal maupun tidak, sehingga dapat menilai kecenderungan defisit, apakah bersifat jangka
pendek atau jangka panjang, serta menjawab pilihan – pilihan pemotongan anggaran. Hal
lain yang dapat dilakukan pemerintah dalam menyusun anggaran yaitu dengan menetapkan
target jumlah saldo dana dan cadangan yang tersedia agar dapat mencegah sumber daya
tersedia yang habis secara tiba – tiba dan mengurangi kebutuhan pinjaman jangka pendek.
2. Peluang Penghematan Biaya (Cost – Cutting Opportunities)
Pengendalian biaya dapat dilakukan baik dalam proses penganggaran maupun proses
pelaksanaan anggaran. Dalam proses penganggaran pemerintah dapat memperbesar
potensi penghematan dengan cara menyusun proyeksi pos-pos anggaran dan standar biaya
dengan presisi untuk menghindari pembengkakan biaya pada saat pelaksanaan anggaran.
Skedul proyek pembangunan jangka panjang misalnya, dapat menjadi acuan dalam
menentukan prioritas pengeluaran pemerintah. Dari segi ekonomis, efektivitas dan efisiensi
program juga perlu diperhatikan. Dalam proses pelaksanaan anggaran, pengendalian biaya
dapat dilakukan dengan cara penggunaan sumber daya yang mendukung layanan
pemerintah dengan efektif dan efisien. Selain itu, proses pengadaan barang dan jasa yang
terbuka dan bersaing dapat meningkatkan sisi ekonomis pengeluaran pemerintah.
3. Pembangkitan Pendapatan (Revenue Generation)
Dari sisi penerimaan, pemerintah dapat menjadikan kebijakan tarif dan fasilitas perpajakan
sebagai alat untuk menghimpun penerimaan. Kebijakan-kebijakan terhadap sektor
perekonomian lain seperti industri dalam negeri maupun komoditas ekspor dapat menjadi
insentif tidak langsung untuk memacu perekonomian dan meningkatkan penerimaan.
4. Akuntabilitas dan Transparansi (Accountability and Transparency)
Akuntabilitas dan transparansi menjadi faktor utama dalam manajemen keuangan
pemerintah. Penyelenggaraan keuangan negara yang akuntabel dan transparan akan
meningkatkan kepercayaan masyarakat secara umum, dan kepercayaan investor secara
khusus. Tingkat kepercayaan yang tinggi dapat meningkatkan minat investor untuk
menanamkan dananya pada portofolio pemerintah. Selain itu, kreditor juga akan merasa
lebih aman untuk meminjamkan uangnya pada pemerintah

G. Penanganan Fiscal Distress


Pemulihan Fiskal adalah proses mengenali, menahan dan membalikkan pola penurunan
keuangan. Mengidentifikasi fiscal distress dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut ;
a. Defisit anggaran yang signifikan dan berulang
b. Menurunnya rating kredit (credit rating)
c. Saldo Dana Cadangan di bawah tingkat yang dapat diterima
d. Ketidakmampuan untuk memenuhi komitmen financial
Langkah-langkah signifikan dalam Fiscal Distress Recovery :
1. Tahapan Bridging
Menanggulangi krisis dengan segera untuk menciptakan tenggat waktu yang dapat
digunakan untuk melakukan reformasi keuangan yang berkelanjutan. Tahapan awal untuk
mengatasi fiscal distress dimulai dengan kesadaran bahwa telah terjadi kesulitan keuangan
dalam manajemen kemudian meyakinkan stake holder hal tersebut sedang terjadi. Setelah
itu hal untuk menjembatani kepada solusi adalah dengan mendiagnosis penyebab terjadinya
fiscal distress, Menerapkan Fiscal First Aid dan mengembangkan rencana pemulihan (fiscal
recovery). Penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi masalah atau menyadari adanya fiscal distress
Mengidentifikasi masalah dapat dengan cara:
 Memahami masalah apa yang sedang terjadi, periksa dan dapatkan pemahaman
secara mendasar tentang permasalahan tersebut. Dapat juga dengan menjawab
pertanyaan :
a. Apakah ini masalah struktural atau siklus? Akankah fiscal recovery bisa
memecahkan masalah?
b. Apakah pilihan-pilihan pengumpulan pendapatan dapat dilaksanakan?
c. Seberapa parah dampak dari utang yang tidak terbayarkan terhadap
perekonomian?
 Mulai mengembangkan dan mencari solusi yang memungkinkan
 Meminta bantuan kepada pemerintah lain
a. Yakinkan pemerintah lain, kalau pemerintah sedang mengalami masalah
b. Bangun saling pengertian antar pemerintah untuk menaikkan kepercayaan
c. Siapkan fiscal first aid untuk menghindari kepanikan
d. Siapkan ide awal dalam pemangkasan biaya dan menemukan sumber dana baru
2. Mengidentifikasi penyebab
Setelah identifikasi masalah selesai selanjutnya mencari penyebab fiscal distress. Alasan
utama terjadinya fiscal distress adalah sebagai berikut :
Alasan secara langsung :
 Kegagalan dalam pengumpulan pendapatan
 Teknik penganggaran yang tidak efektif
 Meningkatnya pengeluaran
Mencari akar permasalahan dari fiscal distress, beberapa contohnya adalah :
 Lemahnya basis ekonomi
 Manajemen yang buruk sebagai contoh :
o Kurangnya hubungan kerja yang baik antara Staf dan Dewan
o Kurangnya Inovasi
o Pengambilan keputusan yang buruk
3. Penetapan pilihan kebijakan
Setelah diketahui adanya ancaman fiscal distress dan penyebab mengapa bisa terjadi,
pemerintah kemudian menetapkan beberapa alternatif yang dapat direalisasikan.
Alternatif - alternatif ini biasanya dalam bentuk jangka pendek sebagai cara cepat
penanggulangan. Setelah keadaan menjadi semakin terkendali, pemerintah akan
menetapkan kebijakan kebijakan jangka panjang untuk pencegahan hal yang sama
terulang kembali. Contoh kebijakan jangka pendek adalah fiscal first aid, definisi dan
penjelasan lebih lanjut ada pada bagian berikutnya.
4. Menerapkan Fiscal First Aid
Mengacu pada taktik penghematan untuk menstabilkan kondisi keuangan negara yang
berlaku untuk jangka pendek (Short Term) dan bertujuan untuk menambah/mengulur
waktu untuk mengembangkan strategi pemulihan keuangan yang lebih komprehensif.
Beberapa Fiscal First Aid yang dapat digunakan secara langsung adalah :
 Investasi jangka pendek yang menghasilkan
 Pendanaan yang tidak kompleks
 Kebijakan yang Reversible, dapat kembali atau dibatalkan
Contoh : Fiscal First Aid moratorium penerimaan pegawai
Dianjurkan Membutuhkan perhatian Tidak dianjurkan
Memperbaiki prosedur Melakukan penundaan Menggunakan praktik
penagihan dan pencairan terhadap pemeliharaan akuntansi untuk
piutang barang modal menyembunyikan
masalah
Meningkatkan pengelolaan Penghentian pembayaran Mengurangi anggaran
barang modal gaji dan pensiun belanja modal untuk
pembayaran utang
Meningkatkan efisiensi Menggunakan utang Menggunakan dana untuk
pembelanjaan untuk mendanai capital membayar kewajiban
expenditure lancar daripada kewajiban
masa depan (gaji >
obligasi)
Pendataan program Menggunakan
pelayanan untuk mengetahui pendapatan non-recurring
scope of service offered untuk pendanaan

5. Mengembangkan fiscal recovery plan


Setelah dilakukan ataupun seiring dengan dilakukannya Fiscal First Aid yang menjadi
pilihan, pemerintah juga harus menyiapkan fiscal recovery plan. Fiscal recovery plan
dapat berupa rencana jangka menengah untuk memulihkan perekonomian. Dalam
pengembangan dan pemilihan fiscal recovery plan, terdapat beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan:
1) Penetapan strategi kebijakan keuangan yang seimbang
2) Perencanaan harus kompleks, mencakup semua bidang namun tetap simpel
3) Berbasis kepada komunikasi yang efisien
4) Mengacu pada kerja sama tim
5) Mempertimbangkan pemikiran dan usulan dari masyarakat

2. Tahapan Reform
Melaksanakan rencana pemulihan jangka pendek, mengembangkan dan menerapkan
rencana jangka panjang.
Pada tahapan ini, pemerintah mulai melaksanakan Fiscal recovery plan yang telah di
tetapkan. Pelaksanakan rencana pemulihan jangka pendek, mengembangkan dan
menerapkan rencana jangka panjang yang telah ada. Dalam memilih rencana jangka
panjang, pemerintah harus dapat mengatasi masalah yang menjadi penyebab dari fiscal
distress. Fokus pada akar masalah yang harus dapat dikendalikan atau diatasi antara lain :
a. Politik internal
Termasuk diantaranya krisis kepemerintahan, biaya biaya personnel yang terlalu mahal
dan model gaji/dana pensiun yang tidak berkelanjutan
b. Teknikal ekonomi internal
Termasuk lemahnya praktik penganggaran yang representatif, kurangnya inovasi dan
ketahanan terhadap perubahan dan tantangan terhadap manajemen yang baik.
c. Politik eksternal
Termasuk penolakan publik untuk membayar pajak, penurunan pendapatan antar negara
dan ketidakefektifan komunikasi dengan masyarakat.
d. Teknikal ekonomi internal
Termasuk resesi/kelesuan ekonomi global, perubahan pokok dalam tatanan ekonomi
dalam negeri dan perubahan demographics.
Cara cara yang dapat ditempuh untuk menanggulangi hal tersebut diantaranya :
a. Politik internal
Adopsi kebijakan perekonomian negara lain yang sesuai, meningkatkan kerja sama dan
sinergi, melakukan reorganisasi dan review dari program pemerintah yang telah
dijalankan.
b. Teknikal ekonomi internal
Reformasi dalam penyusunan anggaran, menjadikan inovasi sebagai salah satu disiplin,
mendorong proses bisnis yang ramping dan menggunakan budget variance modelling.
c. Politik eksternal
Melakukan review kembali terhadap mandat, memahami pelayanan prioritas kepada
masyarakat dan menyelaraskan pengumpulan sumber pendapatan baru dengan
kemauan dan kemampuan masyarakat.
d. Teknikal ekonomi internal
Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menekan inflasi, reformasi dalam bidang pensiun
dan membagi atau kerjasama dengan pihak lain untuk melaksanakan pelayanan publik.
Perencanaan financial jangka panjang adalah kombinasi dari strategi dan analisis
teknikal, yang memproyeksikan dan mencegah ketidakseimbangan financial di masa yang
akan datang. Perencanaan financial jangka panjang juga mencakup estimasi keadaan di
masa depan yang menekankan kepada keberlanjutan finansial yang sehat dan
berimbang.

3. Tahapan Transform (Ketahanan Finansial)


Melembagakan (mendirikan lembaga) perencanaan keuangan jangka panjang dan menjadi
lebih tahan terhadap financial distress dan lebih mudah beradaptasi dengan kondisi
lingkungan yang terus berubah. Karakteristik dari Ketahanan Finansial:
a. Diversifikasi (Mencegah suatu kegagalan atau ketergantungan pada satu solusi)
Aspek paling mendasar dari penganekaragaman dalam perencanaan keuangan adalah
dilihat dari berbagai sudut pandang mengenai kesehatan finansial. Sudut pandang
pemerintah tidak boleh hanya berfokus pada pendapatan dan pengeluaran. Pola
penggunaan lahan, tren demografis, dan kewajiban jangka panjang (seperti pensiun)
perlu diperhatikan secara seksama.
Misalnya, perencanaan keuangan jangka panjang menunjukkan hubungan yang positif
antara penggunaan lahan dengan kondisi keuangan jangka panjang penyewa.
b. Keberlanjutan (Mencegah dari terbatasnya mekanisme penyelamatan/pemulihan)
Saldo pendanaan ataupun cadangan adalah kunci dari keberlanjutan. Kuat lemahnya
dana cadangan pemerintahan dipengaruhi oleh kualitas aturan keuangan yang mengatur
atas dana cadangan tersebut. Sebuah kebijakan dapat mencegah penggunaan dana
cadangan untuk pengeluaran rutin, kecuali untuk modal kerja, atau stabilisasi anggaran
yang bersifat sementara dalam kondisi penurunan ekonomi. Dana Cadangan harus
menjadi perhatian yang serius oleh semua jajaran pengguna anggaran, sehingga dapat
mencegah penggunaan saldo dana yang tidak berkelanjutan yang menekankan untuk
menjaga dana cadangan sebagai alat penyelamat dari situasi krisis.
c. Desentralisasi (Suatu solusi dari kelemahan sistem terpusat)
Sistem yang melibatkan seluruh unit/organisasi pemerintah daerah dalam perencanaan
keuangan agar berpandangan lebih strategis mengenai keuangannya daripada kesehatan
keuangannya dalam jangka panjang yang hanya mengandalkan kebijakan pemerintah
pusat.
d. Transparansi (Memudahkan untuk mencari suatu permasalahan)
Transparansi menekankan pada keterbukaan, komunikasi dan akuntabilitas. Transparansi
mencakup pelaksanaan perencanaan keuangan pemerintah yang memiliki ketahanan
finansial. Beberapa hal yang perlu diperhatikan atas transparansi:
o Tujuan organisasi : Menyakinkan semua orang pada organisasi mengetahui tujuan
organisasi, bagaimana proses dan kegiatan/pekerjaan apa yang dilaksanakan untuk
mencapainya
o Perkiraan asumsi : Asumsi yang memperkirakan tren penerimaan dan pengeluaran
harus ada untuk diuji. Beberapa asumsi termasuk tren jumlah populasi; jumlah tenaga
kerja; perubahan nilai properti dan perubahan perilaku konsumen.
o Dana Cadangan yang ditetapkan : Seberapa banyak dana cadangan yang akan
ditetapkan? Mengapa pada jumlah tersebut ditetapkan? Apakah jumlahnya terlalu
sedikit atau sebaliknya?
e. Kolaborasi (Bekerja sama untuk menjadi lebih kuat)
Segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan pemerintah daerah secara
langsung maupun tidak langsung bergantung pada kepala daerah tersebut. Hal tersebut
dikarenakan kepala daerah memiliki keputusan serta wewenang terhadap kebijakan
pajak dan penganggaran daerah/wilayah yang dipimpinnya. Artinya, kepala daerah harus
mampu bekerja sama dengan dengan para pembantunya untuk membentuk
pemerintahan yang tangguh terutama pada urusan keuangannya.
f. Kegagalan yang tidak dapat dihindari (Kegagalan terjadi, namun memastikan tidak
memberikan efek berkelanjutan)
Pemerintah yang memiliki ketahanan yang kuat di bidang keuangan dapat dilihat dari
caranya dalam memprakirakan; perubahan kondisi dalam menghadapi kondisi kegagalan.
Ketika akan mengalami kegagalan, pemerintah yang memiliki ketahanan yang kuat di
bidang keuangan secara dini mengenalinya dan melakukan langkah revisi pada
prakiraan, melakukan skenario baru untuk menentukan parameter keuangan dimana
strategi baru dibentuk, secara teratur memantau kondisi pasar serta menjalin komunikasi
secara terbuka dengan unit/organisasi untuk secara bersama melakukan langkah korektif
ke depannya.
g. Fleksibilitas (Siap terhadap perubahan ketika rencana awal tidak berjalan sebagaimana
mestinya)
Pemerintah yang memiliki ketahanan finansial/keuangan yang kokoh akan terus
memantau kondisi pasar dan keuangannya, agar mengetahui apakah strategi
keuangannya berjalan sesuai dengan recana awal dan menganalisis apakah dalam
periode berjalan perlu dilakukan perubahan. Hal tersebut dapat dilihat dari kebiasaan
pemerintah secara berkelanjutan memantau kegiatan/aktifitas/program yang sedang
berjalan serta implikasi dampak yang ditimbulkan kepada keuangan pemerintah.
h. Orientasi Masa Depan
Berhasil-tidaknya perencanaan keuangan jangka panjang bergantung pada baik-tidaknya
perencanaan pemerintah di bidang lainnya. Memprakirakan sebagai tujuan identifikasi
parameter bagaimana strategi keuangan disusun dan dijalankan. Melibatkan semua pihak
terkait dalam prakiraan yang dilakukan. Unit/organisasi pengguna anggaran dapat
meningkatkan kualitas prakiraan aktivitas keuangannya dalam periode tertentu dan
pejabat/pimpinan unit/organisasi terkait meninjau asumsi-asumsi yang dianggap penting.
SIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:


1. Fiscal distress adalah situasi ketika terjadi ketidakseimbangan antara sumber daya
keuangan yang harus disediakan oleh sebuah negara dibandingkan dengan sumber daya
yang dimiliki oleh negara tersebut.
2. Ciri-ciri yang umum dari fiscal distress adalah adanya defisit yang besar.
3. Penyebab fiscal distress diantaranya yaitu kesalahan dalam alokasi sumber daya, struktur
keuangan yang salah dan jumlah utang yang besar, tata kelola yang buruk, kondisi makro
ekonomi yang buruk, dan demographic stressor.
4. Dampak terjadinya financial distress yaitu pasar modal dunia akan bereaksi. Banyak negara
akan mencabut investasinya di negara tersebut. Hasilnya, investor dan kreditor akan berhati-
hati untuk melakukan investasi dan memberikan pinjaman kepada negara tersebut.
Stakeholder kemungkinan akan bereaksi negartif terhadap keadaan ini.
5. Contoh fiscal distress di negara lain yaitu Indiana dan New York di Amerika Serikat serta
Afrika Selatan.
6. Pencegahan fiscal distress menurut Thomas P. DiNapoli (2013) yaitu penganggaran,
peluang penghematan biaya, pembangkitan pendapatan, serta akuntabilitas dan
transparansi.
7. Penanganan fiscal distress dapat dilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahapan bridging,
reform, dan transform.
DAFTAR PUSTAKA

Dinapoli, Thomas P. 2013. Research Brief Office of the New York State Comptroller Division of
Local Gobernment and School Accountability : Fiscal Stress Drivers and Coping
Strategies. https://www.osc.state.ny.us/localgov/pubs/research/fiscalstressdrivers.pdf
S. Dwijayanti, Patricia Febrina. 2010. Penyebab, Dampak, dan Prediksi dari Financial Distress
serta Solusi untuk Mengatasi Financial Distress. Jurnal Akuntansi Kontemporer 2 (2): 191
– 205. http://journal.wima.ac.id/index.php/JAKO/article/view/102
Finegold, Kenneth. Stephanie Schardin, and Rebecca Steinbach. 2003. How Are States
Responding to Fiscal Stress? THe Urban Institute : New Federalism Issues and Options
for States Series A, No. A-58.
https://www.urban.org/sites/default/files/publication/58881/310658-How-Are-States-
Responding-to-Fiscal-Stress-.PDF
Goldberg, Jeremy M. 2014. Managing Budgets During Fiscal Stress. IBM Center of the
Business of Government.
Meyers, Roy T. Handbook of Government Budgeting. Josey-Bass Publishers.
Ncube, Mkhululi, dan Nomfundo Vacu. 2014. Measuring Fiscal Distress in South Africa Local
Government Sector.
Nursetyautami, Annisa Fisakinah. 2013. Examining the Association between Local Government
Financial Indicators and Public Service.
Sartika, Dewi. 2016. Analisis Prediksi Financial Distress Pemerintah Daerah Kabupaten/KotaDi
Indonesia Periode 2011-2013. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Baldacci, Emanuele et. al. 2011. Assessing Fiscal Stress. IMF Working Paper WP/11/100. C.
Kurt Zorn. Financial Management Under Budgetary Stress.
Carmeli, Abraham, dan Aaron Cohen. 2001. The Financial Crisis of The Local Authorities in
Israel : A Resources – Based Analysis. Europen Forum.

Anda mungkin juga menyukai