SKRIPSI
Oleh
Fakhrurozie
3351402595
Akuntansi S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
ii
SURAT REKOMENDASI
mahasiswa:
Nama : Fakhrurozie
NIM : 3351402595
Jurusan : Akuntansi
bimbingan skripsi dan siap untuk diajukan pada sidang ujian skripsi.
mestinya.
Mengetahui
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Penguji Skripsi
Anggota I Anggota II
Mengetahui
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini
Fakhrurozie
NIM. 3351402595
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
(Fakhrurozie)
ruang imajinasi tinggi menjadi karya tulis dengan penuh inovatif dan
PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmad dan hidayah-Nya, penulis
Ekonomi (SE).
berbagai pihak. Harapan penulis, semoga budi baik tersebut mendapat balasan
yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyampaikan penghargaan dan terima
kasih kepada:
Semarang.
Semarang.
skripsi ini.
vii
6. Drs. Fachrurrozie, M.Si, penguji skripsi yang telah memberikan koreksi,
7. Azik Aslam Abdillah, S.Kom, Staff Pengelola Harian Pojok BEJ UNDIP
Penulis
viii
ABSTRAK
ix
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN.................................................................................................. iv
KATA PENGANTAR........................................................................................ vi
DAFTAR ISI....................................................................................................... ix
2.1 Saham.................................................................................................... 9
x
2.1.3 Penilaian Harga Saham ............................................................... 11
xi
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 41
4.2 Pembahasan........................................................................................... 55
BAB V PENUTUP.............................................................................................. 58
LAMPIRAN........................................................................................................ 62
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
laba. Dalam hal ini maka berlaku prinsip going concern yang artinya kegiatan
usaha harus dilakukan secara terus-menerus tidak hanya sesaat atau sekali selesai
lalu tidak berkelanjutan (Umi, 2006:5). Menurut Indriyo (2000:5) tujuan utama
Setelah terjadi krisis, pada bulan Juli 1998 nilai mata uang rupiah
menjadi 16,8%, suku bunga meningkat menjadi 65%, dan nilai impor menurun
hingga 33,4% (Kompas, 23 Juli 1998). Di samping itu, sejak bangsa Indonesia
mengalami krisis ekonomi banyak bank yang dilikuidasi. Bank yang dilikuidasi
berjumlah 16 bank.
1
2
biaya modal perusahaan yang lebih besar daripada tingkat laba biaya historis
investasi.
tentu saja membuat para investor dan kreditur merasa khawatir jika
tahun 1998 yang mengatur kepailitan. Menurut Perpu tersebut debitur yang
terkena default (gagal bayar) dapat dinyatakan bangkrut oleh dua debitur saja.
Hal ini sebenarnya tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar jika proses
likuidasi pada sebuah lembaga perbankan dapat diprediksi lebih dini sehingga
Cash flow to total debt, Net income to total assets, Total debt to total assets,
Working capital to total assets, dan Current ratio. Temuan Altman (1968)
tersebut diperkuat oleh hasil eksperimen Beaver dalam Setyorini (1999:4). Beaver
memberikan ekstensi dari temuan Altman dengan menambah jumlah sampel serta
3
dari 79 perusahaan yang sehat dan 79 perusahaan yang bangkrut. Dari kedua
signifikan antara perusahaan yang gagal dan perusahaan yang berhasil, dan para
modal yang diukur dengan loans-to-capital kurang memadai, dan rasio likuiditas
lebih rendah dibandingkan bank yang tidak bermasalah dalam empat tahun
yang terdiri dari 23 perusahaan bangkrut dan 23 perusahaan tidak bangkrut dari
diperoleh tingkat resiko keuangan semakin rendah dan tingkat kesehatan semakin
atau sama dengan 0,5) tidak konsisten dengan seluruh sampel, karena tidak
4
terdapat perbedaan potensi kebangkrutan yang signifikan antara sebelum dan pada
masa krisis ekonomi. Sedangkan kelompok 2 (leverage ratio lebih besar dari 0,5)
menunjukkan konsistensi dengan seluruh sampel. Hal ini berarti bahwa potensi
signifikan antara sebelum dan masa krisis. Hasil pengujian antara tahun 1996 dan
1997 untuk semua sampel dan kelompok 2 menunjukkan konsistensi dengan hasil
pengujian antara tahun 1996 dan 1998, yaitu terdapat perbedaan potensi
tahun 1996 dan 1997 tidak konsisten dengan hasil pengujian antara tahun 1996
dan 1998.
penelitian ini memperkuat formula dan penelitian yang telah dilakukan oleh
Altman, sebab hasil dari penelitiannya terlihat bahwa semua atau sepuluh
dengan tingkat resiko keuangan yang tinggi karena rasionya di bawah 1,20.
keuangan setiap bank, baik kelompok bank yang terlikuidasi maupun yang tidak
pada setiap bank. Implikasi praktisnya adalah alternatif metode lain bagi lembaga
5
kondisi finansial perusahaan sehingga apabila terjadi kesulitan akan segera dapat
diambil tindakan perbaikan untuk mencapai kinerja keuangan yang lebih baik.
keuangan merupakan suatu alat yang sangat penting untuk mengetahui posisi
serta hasil-hasil yang telah dicapai di waktu lampau dan di waktu yang sedang
berjalan. Selain itu dengan melakukan analisis keuangan di waktu lampau, maka
tersebut.
2003:263).
investor mengakui dan menyesuaikan posisi yang baru dari perusahaan yang
tidak untuk waktu yang lama. Sedangkan menurut Rini Astuti (2003:72) pengaruh
rasio keuangan model Altman terhadap harga saham pada perusahaan properti dan
keuangan merupakan suatu alat analisis yang sering digunakan oleh banyak pihak,
baik pihak intern sebagai dasar untuk evaluasi dan perbaikan kinerja di masa yang
saham suatu perusahaan adalah di pasar modal. Pasar modal di Indonesia adalah
EFEK JAKARTA”
7
a. Manfaat Teoritis
Altman Z-Score.
bank terhadap harga saham, yang dapat dijadikan sebagai inspirasi dalam
b. Manfaat Praktis
saham perusahaan tersebut, Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Saham
seseorang membeli saham, maka ia akan menjadi pemilik dan disebut pemegang
macam saham, maka saham itu disebut saham biasa (common stock). Saham biasa
ada dua jenis, yaitu saham atas nama dan saham atas unjuk. Untuk saham atas
nama, nama pemilik saham tertera di atas saham tersebut, sedangkan saham atas
unjuk yaitu nama pemilik saham tidak tertera di atas saham, tetapi pemilik saham
adalah yang memegang saham tersebut. Apabila saham yang dikeluarkan itu dua
macam yang satu adalah saham biasa dan yang lain adalah saham prioritas
(preferred stock). Saham adalah surat berharga sebagai bukti penyertaan atau
kepemilikan atas suatu perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas. Jadi dapat
disimpulkan saham adalah surat kepemilikan modal dalam suatu perusahaan yang
Salah satu harapan investasi yang paling mendasar atas saham adalah
Harga saham adalah harga suatu saham pada pasar yang sedang
pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam
dan sekumpulan faktor-faktor lain. Jika pasar bursa efek ditutup, maka harga pasar
adalah harga penutupannya (closing price). Jadi harga pasar inilah yang
menyatakan naik turunnya suatu saham. Jika harga pasar ini dikalikan dengan
jumlah saham yang diterbitkan (outstanding share), maka akan didapatkan nilai
merupakan modal disetor penuh bagi suatu perseroan dan dalam pencatatan
akuntansi, nilai nominal dicatat sebagai modal ekuitas perseroan dalam naraca.
Harga dasar akan berubah sesuai dengan aksi emiten. Untuk saham baru harga
dasar merupakan harga perdananya. Untuk mengitung nilai dasar yaitu harga
atau jika pasar sudah tutup maka harga pasar adalah harga penutupannya
(closing price). Harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu
menghitung nilai pasar (kapitalisasi pasar) yaitu harga pasar dikalikan dengan
Harga saham di pasar pada dasarnya ditentukan oleh kekuatan pasar atau
terdapat dua jenis pendekatan yang digunakan untuk menilai investasi dalam
Dalam teori ini setiap instrumen investasi baik itu saham atau yang
lain mempunyai landasan yang kuat yang disebut dengan nilai intrinsik yang
dapat ditentukan melalui suatu analisis yang hati-hati terhadap kondisi pada
saat sekarang dan prospeknya di masa yang akan datang. Pada saat harga turun
atau naik di atas nilai intrinsiknya yang bersifat pasti, maka kesempatan
seluruh aliran penerimaan deviden yang akan diterima dalam periode yang
akan datang. Hal ini berarti pemilik saham atau investor mendiskontokan nilai
memperhatikan unsur risiko dan waktu. Teori ini didasarkan pada pendekatan
penerimaan deviden dimana semakin besar penerimaan saat ini dan prospek
pertumbuhannya di masa yang akan datang maka akan semakin besar nilai
a) Bersedia membayar harga yang lebih tinggi untuk suatu saham yang
b) Bersedia membayar harga yang lebih tinggi atas suatu saham yang
c) Bersedia membayar harga yang lebih tinggi atas suatu saham yang
d) Bersedia membayar harga yang lebih tinggi atas suatu saham jika suku
pada nilai psikologis. Pengikut teori ini lebih menekankan pendekatan tingkah
laku investor di masa yang akan datang berdasarkan kebiasaan di masa lalu
dan bukannya pada nilai instrinsik saham itu. Teori ini kurang setuju dengan
pendekatan The Firm Foundation Theory yang memerlukan banyak kerja dan
di masa mendatang.
intrinsik saham adalah sebuah impian. Pertukaran nilai setiap assetnya sangat
tergantung dari transaksi riil atau yang diharapkan. Pendekatan riil ini
contohnya adalah analisis teknis, analisis ini di dasarkan pada anggapan yang
luas bahwa harga efektif ditentukan oleh penawaran harga saham pada masa
perusahaan adalah pada akhir periode akuntansi yang berupa deviden. Oleh karena
itu, banyak invetor yang menanamkan modalnya terutama pada perusahaan yang
(return) kepada investor. Menurut Hanafi dan Abdul Halim (1996:300) return
sebagai perubahan nilai antara periode t+1 dengan periode t ditambah pendapat-
return expektasi (expected return) dan return realisasi (realized return). Return
mendatang. Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung
berdasarkan data historis. Return ini merupakan selisih harga sekarang dan
perusahaan dan sebagai penentu resiko di masa depan. Yang dirumuskan sebagai
berikut :
Pt - Pt-1
Rt =
Pt-1
Jogiyanto (2000:108)
Keterangan :
Rt = Retun Saham
dimana suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila debitur memiliki
dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih. Kebangkrutan sering juga disebut likuidasi
atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti
tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas
perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya
dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan. Bahkan
kegagalan dapat juga berarti bahwa tingkat pendapatan atas biaya historis dari
investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang dikeluarkan untuk
makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam
sakit kemudian semakin sakit dan bangkrut. Perusahaan yang belum sakitpun
faktor ekonomi saja tetapi bisa disebabkan oleh faktor lain yang sifatnya non-
ekonomi.
membedakan antara dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas
a) Insolvensi teknis
kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total utang
atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih
kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap utang
lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva
yang disyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup untuk
17
tertentu.
kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari
4) Kualitas manajemen.
antara lain :
penting pada lemahnya peluang bisnis, apalagi jika disaat yang sama banyak
b) Indikator internal
proaktif. Lebih cenderung bersikap reaktif, dan oleh karena itu biasanya terlambat
mengantisipasi perubahan.
c) Indikator kombinasi
datang dari lingkungan bisnis dan kelemahan yang berasal dari lingkungan
perusahaan itu sendiri. Jika disebabkan oleh keduanya, biasanya membawa akibat
yang lebih kompleks dibanding yang disebabkan oleh salah satu saja.
nilai mata uang rupiah yang menurun, suku bunga tinggi, terjadinya rush, hutang
membengkak, simpanan nasabah rendah dan tingginya kredit macet yang melanda
19
hampir seluruh bank di Indonesia. Menurut Jauch dan Glueck dalam Adnan
perusahaan adalah :
a. Faktor Umum
1) Sektor ekonomi
inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku
bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang
2) Sektor sosial
karyawan. Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang
terjadi di masyarakat.
3) Teknologi
4) Sektor pemerintah
2) Faktor pemasok/kreditur
(jangka pendek) dan jangka panjang, sedangkan pemakai eksternal yaitu investor
atau calon investor yang meliputi pembeli atau calon pembeli saham atau obligasi,
kreditor atau peminjam dana bank, dan pemakai lain seperti karyawan, analisis
untuk :
22
a. Pemberi pinjaman
b. Investor
Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan tentunya
c. Pemerintah
d. Akuntan
perusahaan.
e. Manajemen
diminimalisir.
23
a) Bagi Investor
b) Bagi Pemerintah
pinjaman.
24
terbatas karena dilakukan secara terpisah, artinya setiap rasio diuji secara terpisah.
perusahaan dengan metode Altman Z-Score. Z-Score adalah skor yang ditentukan
selama emiten mempunyai kondisi keuangan yang sama dengan pada saat prediksi
dilakukan. Apabila emiten melakukan perbaikan kerja melalui strategi yang tepat,
keputusan.
Modal kerja yang di sini dimaksud adalah selisih antara aktiva lancar
assets pada perusahaan perbankan terdiri dari cash on hand and banks,
placement in other banks, notes and securities, loan and investmen. Current
liabilities terdiri dari demand deposit, time deposit, dan saving deposit.
Sedangkan total assets adalah semua assets yang ada di dalam perusahaan
tersebut. Menurut Supardi (2003:81) rasio ini pada dasarnya merupakan salah
kewajiban jangka pendek. Hasil rasio tersebut dapat negatif apabila aktiva
lancar lebih kecil dari kewajiban lancar. Jika dikaitkan dengan indikator-
ditahan. Hal tersebut menyebabkan perusahaan yang masih relatif muda pada
umumnya akan menunjukkan hasil rasio tersebut yang rendah, kecuali yang
Rasio Earning Before Interest and Tax di sisni adalah operating income.Rasio
yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan
berkurang serta kesediaan memberi kredit pada konsumen yang tak dapat
sendiri (Adnan, 2001:190). Rasio market value equity di sini adalah closing
price tahunan dikali dengan total share tahunan. Modal yang dimaksud di sini
adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen, sedangkan
5) Sales/Total Assets
aktiva yang berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini mengukur
sekunder) lebih banyak dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual yang
(bangkrut atau sehat), prospek industri, situasi politik, kebijakan pemerintah dan
kondisi bursa itu sendiri Sunariyah dalam (Septanti, 2000:86). Dari faktor-faktor
dasari persepsi tersebut, maka akan terbentuk permintaan dan penawaran terhadap
perusahaan sehat atau tidak sehat di masa datang. Sebab bagi investor membeli
saham berarti membeli prospek perusahaan. Harga saham akan meningkat jika
rasio keuangan baik Altman Z-Score maupun CAMEL maka kelangsungan hidup
Suad Husnan (2003) banyak jenis informasi yang mungkin dapat mempengaruhi
Roll dan Ross (1984) dalam (Rini Astuti, 2004:87) melaporkan faktor
bank yang ada di Indonesia, hal ini merupakan salah satu langkah yang diambil
perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta. Bagi seorang kreditur dan seorang
terjadi nantinya. Analisa rasio keuangan merupakan suatu alat analisis yang sering
digunakan oleh banyak pihak, baik pihak intern sebagai dasar untuk evaluasi dan
perbaikan kinerja di masa yang akan datang, maupun pihak ekstern sebagai dasar
30
satu periode itu dapat dilihat penurunan laba bersih perusahaan. Investor di bursa
efek akan bereaksi setelah mengetahui laporan keuangan tersebut. Reaksi investor
di bursa efek dapat dilihat dari pergerakan harga saham dan volume perdagangan
diungkap dalam penelitian ini adalah tentang analisis pengaruh kebangkrutan bank
Z-Score : 0,717 WC/TA + 0,847 RE/TA + 3,107 EBIT/TA + 0,420 MVE/BVD + 0,998 S/TA
Z > 2,90
Perusahaan Sehat
Naik
Turun
Z < 1,20
Perusahaan
Berpotensi Bangkrut
32
Hipotesis penelitian adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang
dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering dituntut untuk melakukan
Jakarta.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
karena populasi penelitian merupakan sumber data atau subyek yang akan
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh bank yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta. Penelitian ini adalah termasuk penelitian populasi, yaitu ingin melihat dan
meneliti semua populasi. Sedangkan populasi sasaran dalam penelitian ini adalah
Data dan sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) Pojok Bursa Efek
Jakarta, Majalah Info Bank, dan sumber-sumber lain yang relevan berupa laporan
neraca dan laporan rugi laba untuk tahun 2003, 2004, dan 2005.
dengan jelas sebelum mulai pengumpulan data. Variabel merupakan obyek atau
apa saja yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002:96).
33
34
Variabel independent dalam penelitian ini adalah nilai rasio keuangan Altman
Z-Score.
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain yaitu
Kegiatan dalam analisis data meliputi : pengelompokan data tiap variabel yang
variabel yang diteliti telah sesuai dengan tolak ukur yang telah ditetapkan. Analsis
ini digunakan untuk mendeskripsikan hasil penelitian data dari variabel yang
diteliti.
Z-Score : 0,717 WC/TA + 0,847 RE/TA + 3,107 EBIT/TA + 0,420 MVE/BVD + 0,998 S/TA
Keterangan :
antara laba sebelum biaya bunga dan pajak dengan total aktiva.
aktiva.
b. Apabila nilai Z-Score antara 1,20 sampai 2,90 (1,20 < Z-Score < 2,90)
mengalami kebangkrutan.
1) Regresi Sederhana
Y = a + bX
Keterangan:
a = Konstanta
2) Koefisien Determinasi
yang terbaik. Kondisi ini akan terjadi jika dipenuhi beberapa asumsi klasik
a. Uji Normalitas
distribusi normal ataukah tidak normal. Model regresi yang baik adalah
apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan uji
Skewness
Zskewness =
6
N
Kurtosis
Zkurtosis =
24
N
(Ghozali, 2001:76)
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Jika data
menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka
b. Uji Autokorelasi
atau dengan kata lain variabel gangguan tidak random, akibatnya variabel
bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu regresi linier ada korelasi
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari
model regresi dilakukan dengan melihat nilai dari statistik Durbin Watson
39
(D-W) test (Algifari, 2000). Untuk melihat hasil uji Durbin Watson adalah
sebagi berikut:
d1 du 4-du 4-d1
keterangan:
Jika d lebih kecil dari pada d1 atau lebih besar dari 4-d1, maka
c. Uji Heteroskedastisitas
tertentu pada grafik (dapat dilihat dari hasil analisis), dimana sumbu X
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
BAB IV
Penelitian ini adalah termasuk penelitian populasi, yaitu ingin melihat dan
intermediary) anatara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan
dana, serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran.
Supaya setiap bank mampu bertahan maka diperlukan suatu perhitungan untuk
Informasi kebangkrutan sangat penting, oleh karena itu perlu diukur dan
dianalisis. Salah satu cara untuk menilai tingkat kesehatan perusahan adalah
aktiva di satu pihak dengan pasiva di lain pihak akan dapat diperoleh banyak
41
42
keuangan antara periode yang satu dengan periode yang lain akan dapat dianalisis
likuiditas dalam hal ini terdiri atas working capital/total assets, rasio profitabilitas
terdiri dari retained earnings/total asssets dan earning before interest and
tax/total assets, serta rasio rentabilitas yaitu terdiri dari market value of
diperoleh data nilai rasio keuangan yang dapat dideskripsikan sebagai berikut:
(Persero) Tbk yaitu sebesar Rp 34.144.405, pada tahun 2004 tetap diperoleh Bank
tahun 2005 tertinggi diperoleh Bank Danamon Tbk yaitu sebesar Rp 17.977.111.
Indonesia Tbk yaitu sebesar (Rp 13.468.797). Pada tahun 2004 working capital
yang terendah dimiliki oleh Bank Lippo sebesar (104.836.823), sedangkan pada
tahun 2005 yang terendah dimiliki oleh Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar
(10.178.119).
diperoleh Bank Mandiri (Persero) Tbk yaitu pada tahun 2003 Rp 249.435.554,
43
Sedangkan total assets yang terendah selama tiga tahun berturut-turut diperoleh
Bank Swadesi Tbk, pada tahun 2003 sebesar Rp 6 33.093, pada tahun 2004 Rp
Retained earnings yang tertinggi pada tahun 2003 yang tertinggi diperoleh
Bank Central Asia Tbk sebesar Rp 7.246.480, pada tahun 2004 dan 2005 retained
selama tiga tahun berturut-turut dimiliki Bank Lippo Tbk pada tahun 2003 sebesar
(Rp 9.749.065) begitu pula pada tahun 2004 sebesar (Rp 8.916.457) dan pada
Earning Before Interest and Tax tertinggi selama dua tahun diperoleh oleh
bank Mandiri (Persero) Tbk yaitu pada tahun 2003 sebesar Rp 7.031.524 dan Rp
7.525.002 di tahun 2004, pada tahun 2005 diperoleh Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk yaitu sebesar Rp 5.607.952. Sedangkan EBIT yang terendah pada
tahun 2003 dimiliki Bank Lippo (Rp 362.957), pada tahun 2004 terendah dimiliki
Bank Century Tbk (Rp 693.688) dan pada tahun 2005 dimiliki oleh Bank
Selama dua tahun berturut-tururt nilai market value of equity (MVE) yang
tertinggi diperoleh Bank Mandiri (Persero) Tbk yaitu, pada tahun 2003 sebesar
Rp 27.720.000 dan pada tahun 2004 sebesar Rp 38.370.707. MVE yang tertinggi
pada tahun 2005 diperoleh Bank Central Asia Tbk sebesar Rp 39.909.542.
Sedangkan nilai MVE yang terendah pada tahun 2003 diperoleh Bank
44
Victoria Internasional Tbk sebesar Rp 65.387, pada tahun 2004 diperoleh Bank
Kesawan Tbk sebesar Rp 67.495, dan pada tahun 2005 tetap diperoleh Bank
Nilai book value of debt (BVD) yang tertiggi selam tiga tahun berturut-
turut diperoleh Bank Mandiri (Persero) Tbk, yaitu pada tahun 2003 sebesar Rp
229.036.856, pada tahun 2004 sebesar Rp 223.217.577, dan pada tahun 2005
sebesar Rp 240.164.245. Sedangkan nilai BVD yang terendah selama tiga tahun
berturut-turut diperoleh Bank Swadesi, yaitu pada tahun 2003 sebesar Rp.
537.433, pada tahun 2004 Rp. 725.148, dan pada tahun 2005 Rp 813.739.
Nilai Sales yang tertinggi selama tiga tahun berturut-turut diperoleh Bank
Mandiri (Persero) Tbk yaitu pada tahun 2003 sebesar Rp 29.354.086, pada tahun
2004 sebesar Rp 23.260.414, dan pada tahun 2005 sebesar 23.577.554. Untuk
nilai sales yang terendah selama tiga tahun berturut-turut dimiliki oleh Bank
Swadesi Tbk yaitu pada tahun 2003 sebesar Rp 75.777, pada tahun 2004 sebesar
Nilai rasio keuangan working capital to total asset (WC/TA) yang tertinggi
selama tiga tahun berturut-turut yaitu diperoleh Bank Danamon Tbk, pada tahun
2003 sebesar 0,53739, pada tahun 2004 sebesar 0,22412, dan pada tahun 2005
sebesar Rp 0,26514.
45
Sedangkan rasio working capital to total assets yang terendah dimiliki oleh
Bank Internasional Indonesia Tbk, yaitu pada tahun 2003 sebesar -0,38764,
sedangkan tahun 2004 dan 2005 nilai rasio working capital to total assets yang
terendah dimiliki oleh Bank Lippo Tbk yaitu masing-masing sebesar -3,76676 dan
–0,24638.
Rasio keuangan retained earnings to total assets (RE/TA) yang tertinggi pada
tahun berikutnya selama tiga tahun berturut-turut nilai rasio ini yang tertinggi
dimiliki Bank Danamon Tbk yaitu pada tahun 2003 sebesar 0,06139, pada tahun
Rasio retained to tatal assets yang terendah selama tiga tahun berturut-turut
diperoleh Bank Lippo Tbk yaitu pada tahun 2003 sebesar -0,36836, tahun 2004
Rasio keuangan ini, pada tahun 2003 nilai yang tertinggi diperoleh Bank
Rakyat Indonesia (Persero)Tbk yaitu sebesar 0,03919, pada tahun 2004 tertinggi
diperoleh Bank Danamon Tbk yaitu sebesar 0,05744, dan pada tahun 2005
Sedangkan rasio EBIT/TA yang terendah dimiliki oleh Bank Lippo Tbk yaitu
sebesar -0,01371, pada tahun 2004 EBIT/TA yang terendah dimiliki Bank
Century Tbk sebesar -0,08836, dan pada tahun 2005 dimiliki oleh Bank Eksekutif
Rasio market value of equity to book value of debt (MVE/BVD) yang nilainya
tertinggi pada tahun 2003 diraih oleh Bank Bumiputera Tbk yaitu sebesar
0,49139, pada tahun 2004 dan 2005 rasio market value of equity to book value of
debt yang nilainya tertinggi diperoleh Bank Danamon Tbk yaitu maing-masing
Internasional Tbk pada tahun 2003 sebesar 0,04048, pada tahun 2004 rasio
MVE/BVD yang terendah dimiliki oleh Bank Kesawan Tbk yaitu sebesar
0,04687, sedangkan pada tahun 2005 dimiliki Bank Internasional Indonesia Tbk
sebesar Rp 0,01867.
Rasio keuangan sales to total assets (S/TA) yang nilainya tertinggi pada tahun
2003 dan tahun 2004 diperoleh Bank Eksekutif Internasional Tbk, yaitu masing-
masing sebesar 0,18545 dan 0,19452. sedangkan pada tahun 2005 diperoleh Bank
Sedangkan rasio keuangan sales to total assets yang terendah dimiliki oleh
Bank Permata Tbk selama dua tahun berturut-turut yaitu pada tahun 2003 sebesar
0,04818, dan tahun 2004 sebesar 0,05809. sedangkan pada tahun 2005 dimiliki
6. Harga Saham
penelitian ini menggunakan retun saham didapatkan retun saham tertinggi pada
tahun 2003 diperoleh Bank Bumiputera Tbk sebesar 0,4762, pada tahun 2004 nilai
yang tertinggi diperoleh Bank Buana Indonesia Tbk sebesar 0,30370. Sedangkan
pada tahun 2005 yang tertinggi diperoleh Bank Century Tbk yaitu sebesar
0,25000.
berturut-turut pada tahun 2003 dan tahun 2004 dimiliki oleh Bank Century Tbk
yaitu sebesar -0,4286, dan -0,2857. Sedangkan pada tahun 2005 yang terendah
Bursa Efek Jakarta pada tahun 2003 nilai Z-Score yang tertinggi diperoleh Bank
Danamon Tbk sebesar 0,79729 dan nilai Z-Score yang terendah dimiliki oleh
Bank Lippo Tbk yaitu -0,40605. Sedangkan rata-rata nilai Z-Score tahun 2003
masih tetap berada di bawah 1,20 sehingga semua bank masuk dalam kategori
Sedangkan nilai Z-Score yang tertinggi pada tahun 2004 diperoleh Bank
Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yaitu sebesar 1,83132. Sedangkan yang terendah
dimiliki oleh Bank Century Tbk yaitu –0,29452. Rata-rata nilai Z-Score pada
tahun 2004 masih di bawah 1,20 meskipun ada satu bank yang termasuk dalam
48
perusahaan yang berada dalam daerah kelabu (grey area). Pada kondisi seperti ini,
Pada tahun 2005 nilai Z-Score yang tertinggi diperoleh Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk yaitu sebesar 0,94682. Sedangkan nilai Z-Score yang
terendah diperoleh Bank Century Tbk yaitu 0,02468. Rata-rata nilai Z-Score pada
tahun 2005 masih tetap di bawah 1.20 dan seluruh bank yang ada di Bursa Efek
Jakarta masih termasuk dalam kategori bangkrut. Untuk lebih jelasnya dapat
Meskipun demikian bank yang terdapat di Bursa Efek Jakarta pada tahun
suatu bank bukan menggunakan rasio keuangan model Altman Z-Score, tetapi
1) Regresi Sederhana
Dalam uji ini model regresi yang digunakan adalah model regresi
Y = a + bX
Keterangan:
a = Konstanta
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .024 .013 .182 .126
ZScore .208 .050 .463 4.182 .000
a. Dependent Variable: HrgShm
Dari Tabel 4.1 di atas dapat diketahui bahwa persamaan regresi linear
Y = 0,024 + 0,208 X
0,024.
Karena t hitung > t tabel (4,182 > 1,671) maka ada pengaruh antara
2) Koefisien Determinasi
Dari Tabel 4.2 di atas, hasil uji regresi diperoleh nilai koefisien
determinasi (R Square) sebesar 0,215 atau 21,50%. Hasil ini berarti bahwa
nilai Z-Score.
Sum
Mode Square df Mean F Sig.
1 Regression .265 1 .265 17.49 .001 a
Residua .969 64 .015
Total 1.233 65
a. Predictors: (Constant),
b. Dependent Variable:
0.001. Karena probabilitas (0,001) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi
distribusi normal ataukah tidak normal. Model regresi yang baik adalah
52
apakah distribusi data normal atau tidak dapat dilakukan dengan uji statistik.
Test statistik sederhana dapat dilakukan adalah berdasarkan nilai kurtosis atau
sebagai berikut :
Kurtosis
Zkurtosis =
24
N
(Ghozali, 2001:76)
Hasil uji normalitas menggunakan uji kurtosis dapat dilihat pada tabel
di bawah ini.
distribusi data tidak normal. Misalkan nilai Z hitung > 2,58 menunjukan
penolakan asumsi normalitas pada tingkat signifikansi 0,01 dan pada tingkat
Dari Tabel 4.4 didapatkan nilai Z hitung semua variabel < 1,96
sehingga model statistik dalam penelitian ini bisa dikatakan bahwa datanya
normal.
53
b) Uji Autokorelasi
model regresi adalah dengan melakukan Uji Durbin Watson (Dw). Bila nilai
Dw terletak antara batas atas atau Upper Bound (du) dan (4-du), maka
koefisien autokorelasi sama dengan nol yang berarti tidak ada gangguan
autokorelasi.
sebagai berikut:
1 1,924
a Predictors: (Constant), ZScore
b Dependent Variable: HrgShm
Sumber : Data diolah
Dari Tabel 4.6, dapat diketahui bahwa angka Durbin Watson (Dw)
sebesar 1,924 yang apabila dilihat pada Tabel 4.5, maka berarti angka tersebut
54
c) Uji Heteroskedastisitas
varians dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua variabel bebas.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas, dapat juga
dideteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik (dapat dilihat
dari hasil analisis), dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan
Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
Scatterplot
4
Regression Studentized Deleted
2
(Press) Residual
-2
-4
-2 0 2 4
4.2 Pembahasan
Dari hasil perhitungan Altman Z-Score tahun 2003 sampai dengan 2005
diperoleh sebagian besar nilai Z-Score masih di bawah 1,20 yang berarti bank-
bank tersebut masuk dalam kategori perusahaan yang berpotensi bangkrut. Hanya
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk saja yang nilainya Z-Score di atas 1,20
56
yaitu sebesar 1,83 itupun hanya di tahun 2004. Meskipun hasil perhitungan nilai
Hasil tersebut konsisten dan sesuai dengan penelitian Supardi dan Mastuti
perusahaan perbankan. Disamping itu sesuai dengan penelitian Adnan dan Eha
Hasil uji t dari tabel 4.2 di atas diperoleh t hitung 4,182 dengan tingkat
(4,182 > 1,671) maka ada pengaruh antara nilai Z-Score terhadap harga saham
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Beaver
dalam (Akhyar 2001:187) yang menyatakan bahwa para investor mengakui dan
keuangan mempengaruhi harga saham, tetapi hanya sedikit dan untuk waktu tidak
yang lama.
diperoleh korelasi sebesar 0,181 atau 18,10%. Dalam penelitian Rini Astuti
(2004) juga diperoleh pengaruh rasio keuangan model Altman terhadap harga
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
berikut :
a. Dari perhitungan rasio keuangan Z-Score pada tahun 2003 sampai tahun 2005
diperoleh nilai Z-Score yang masih rendah di bawah nilai 1,20 sehingga
kategori perusahaan yang bangkrut. Hanya pada tahun 2004 Bank Rakyat
Indonesia (Persero) Tbk yang memiliki nilai Z-Score 1,83 itupun masih dalam
daerah grey area. Meskipun demikian sampai saat ini perusahaan perbankan
saham pada perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta dalam penelitian ini
5.2 Saran
sebagai berikut :
c. Penelitian ini dapat dikembangkan dengan pelbagai disiplin ilmu pada kajian
dapat ditemukan faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham pada
DAFTAR PUSTAKA
Algifari, 2000. Analisis Regresi “Teori, Kasus dan Solusi”. Yogyakarta: BPFE.
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia (The Intelligent Guide to
Indonesian Capital Market). First Edition. Jakarta: Mediasoft Indonesia.
60
61
Pedoman Penulisan Skripsi. 2003. Fakultas Ilmu Sosial. Semarang: Unnes Press.
Santoso, Singgih. 2005. SPSS versi 13.0 Mengolah Data Statistik Secara
Profesional. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Setyorini dan Abdul Halim. 1999. Studi Potensi Kebangkrutan Perusahaan Publik
di Bursa Efek Jakarta Tahun 1996-1998. Dalam Simposium Nasional
Akuntansi II di Universitas Brawijaya Malang: IAI Yogayakarta.
Supardi dan Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score Altman Untuk
Menilai Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Go Publik di Bursa
Efek Jakarta. Dalam Kompak No. 7. Januari-April .