Anda di halaman 1dari 7

KASUS MANIPULASI LAPORAN KEUANGAN

PT ASURANSI JIWASRAYA

Dosen Pengampu

Alfa Vivianita, SE, MSi

Disusun Oleh :

Nanda Wulandari

B.231.19.0094

Kelas Karyawan

AUDITING 1
PROGRAM SARJANA AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEMARANG

2021

A. Latar Belakang
Kinerja dalam sebuah perusahaan dapat dinilai memalui laporan keuangannya. Laporan
keuangan yang dapat diandalkan dalam isinya menyediakan informasi yang diperlukan
bagi para pengguna laporan keuangan.
Kecurangan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan dengan secara sengaja yang
bertujuan untuk mengelabuhi orang lain dengan menyembunyikan, menghilangkan,
merubah informasi yang dilihat mampu untuk mempengaruhi dan merubah keputusan,
maka dapat memberikan keuntungan bagi orang yang melakukannya. Kasus kecurangan
di Indonesia, merupakan salah satu permasalahan yang dapat dikatakan banyak terjadi.
Kecurangan dalam pelaporan keuangan dapat mengakibatkan dampak yang cukup besar,
hal ini dapat berdampak pada informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tidak
relevan dan tidak dapat diandalkan. Informasi tersebut dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan pihak eksternal dan internal perusahaan, serta dapat berpotensi munculnya
pihak yang merasa dirugikan.
Kecurangan dalam laporan keuangan, dapat terjadi karena disebabkan adanya motivasi
dan dorongan dari berbagai pihak, baik itu dari pihak dalam perusahan maupun pihak dari
luar perusahaan. Dorongan serta motivasi supaya laporan keuangan yang disajikan
terlihat baik dan menarik perhatian investor ataupun calon investor, maka manajer akan
berusaha melakukan berbagai cara untuk menyajikan laporan keuangan yang baik dan
rapi.
Kasus PT Asuransi Jiwasraya adalah salah satu skandal manipulasi laporan keuangan
yang terjadi di Indonesia. Dimana upaya manipulasi laporan keuangan tersebut dilakukan
atas sepengetahuan jajaran Kementerian BUMN selaku pemegang saham dan pejabat
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam LK) yang kini
namanya menjadi Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kronologi kasus yang terjadi pada PT Asuransi Jiwasraya ?
2. Bagaimana terjadinya manipulasi pada laporan keuangan PT Asuransi Jiwasraya?
C. Landasan Teori
1. Teory Agency
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan hubungan hubungan keagenan timbul
karena adanya kontrak atau perjanjian antara prinsipal dan agen dengan
mendelegasikan beberapa wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Ketika
manajer mempunyai kepentingan dalam memaksimalkan kesejahteraannya, dapat
memungkinkan agent tidak bertindak sesuai kepentingan principal. Berdasarkan hal
tersebut informasi yang dihasilkan oleh manajemen dapat memungkinkan untuk
menyesatkan para pengguna laporan keuangan. Perbedaan kepentingan dapat
mengakibatkan timbulnya konflik kepentingan antara agent dan principal yang akan
menimbulkan adanya biaya agensi.
2. Teory Fraud Trianggle.
Cressey membuat suatu teori bahwa ketiga kondisi yang selalu hadir saat terjadi
kecurangan laporan keuangan. Ketiga kondisi tersebut ialah tekanan (pressure),
kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalitation). Ketiga kondisi tersebut
saling mendukung dan membentuk sebuah pilar kecurangan yang dapat disebut
sebagai fraud trianggle.
a. Tekanan
Shelton menyatakan bahwa tekanan merupakan motivasi seseorang untuk
melakukan penipuan, dan biasanya karena beban keuangan. Tekanan juga dapat
dikatakan sebagai keinginan atau intuisi seseorang yang terdesak melakukan
kejahatan. Menurut SAS No. 99 ( dalam Skousen et al., 2008) bahwa terdapat
beberapa kondisi terkait dengan tekanan yang mengakibatkan seseorang unuk
melakukan kecurangan yaitu, financial stability, external pressure, personal
financial need dan financial target.
b. Kesempatan
Kesempatan merupakan suatu kondisi yang memungkinkan untuk dilakukannya
suatu kejahatan. Shelton menyatakan kesempatan merupakansuatu metode
kejahatan yang dapat dilakukan misalnya seperti beban keuangan. Menurut SAS
No.99 dalam Skousen et al 2008 terdapat beberapa kondisi terkait dengan
kesempatan yang dapat mengakibatkan seseorang untuk melakukan kecurangan
yaitu, nature of industry, ineffective of monitoring, dan struktur organisasional.
c. Rasionalisasi
Rasionalisasi adalah elemen ketiga dari fraud trianggle dan paling sulit diukur.
Rasionalisasi adalah sikap yang memperbolehkan seseorang melakukan
kecurangan, dan menganggap tindakannya tersebut tidaklah salah. Mereka yang
terlibat dalam penipuan secara konsisten dengan mereka kode etik mereka. Ada
beberapa kesempatan dalam kondisi yang mengakibatkan seseoarang untuk
melakukan kecurangan yaiut, auditor change dan opini audit dalam Skousen et al
2008.
3. Ketidak Efektifan Pengawasan dan Kecurangan Laporan Keuangan
Kecurangan dapat diminimalkan dengan salah satunya menerapkan mekanisme
pengawasan yang baik. Komite audit dipercaya dapat meningkatkan efektifitas
pengawasan perusahaan. Semakin besar proporsi komite audit independen (IND)
maka proses monitoring terhadap perusahaan semakin efektif sehingga menurunkan
potensi manajemen untuk melakukan kecurangan laporan keuangan.
D. Pembahasan
A. Kronologi Kasus PT Asuransi Jiwasraya
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang saat ini tengah menjadi sorotan publik. Dimana
Jiwasraya tengah mengalami tekanan likuiditas sehingga ekuitas perseroan tercatat
negatif Rp23,92 triliun pada September 2019. Selain itu, Jiwasraya membutuhkan uang
sebesar Rp32,89 triliun untuk kembali sehat. Permasalahan yang dialami Jiwasraya
ternyata telah terjadi sejak tahun 2000-an, berikut kronologi kasus Jiwasraya:
a. Pada tahun 2006 Kementerian BUMN dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
menyatakan ekuitas Jiwasraya tercatat negatif Rp3,29 triliun.
b. Pada tahun 2008 Badan Pemeriksa Keuangan memberikan opini disclaimer (tidak
menyatakan pendapat) untuk laporan keuangan 2006-2007 lantaran penyajian
informasi cadangan tidak dapat diyakini kebenarannya. Defisit perseroan semakin
lebar, yakni Rp5,7 triliun pada 2008 dan Rp6,3 triliun pada 2009.
c. Pada tahun 2010-2012 Jiwasraya melanjutkan skema reasuransi dan mencatatkan
surplus sebesar Rp1,3 triliun pada akhir 2011. Namun, Kepala Biro Perasuransian Isa
Rachmatawarta menyatakan penyelesaian sementara terhadap seluruh masalah.
Sebab, keuntungan operasi dari reasuransi cuma mencerminkan keuntungan semu dan
tidak memiliki keuntungan ekonomis.
Pada Mei 2012 Isa menolak permohonan perpanjangan reasuransi. Laporan keuangan
Jiwasraya 2011 disebut tidak mencerminkan angka yang wajar. Pada tahun 2012
Bapepam Lk memberikan izin produk JS Proteksi Plan pada 18 Desember 2012. JS
Proteksi Plan dipasarkan melalui kerja sama dengan bank (bancassurance). Produk
ini ikut menambah sakit perseroan lantaran menawarkan bunga tinggi, yakni 9 hingga
13 persen.
d. Pada tahun 2014 di tengah permasalahan keuangan, Jiwasraya menggelontorkan
sponsor untuk klub sepakbola asal Inggris, Manchester City.
e. Pada tahun 2017 kondisi keuangan Jiwasraya tampak membaik. Laporan keuangan
Jiwasraya pada tahun 2017 positif dengan raihan pendapatan premi dari produk JS
Saving Plan mencapai Rp21 triliun. Selain itu juga, perseroan meraup laba Rp2,4
triliun naik 37,64 persen dari tahun 2016. Sepanjang tahun 2013-2017 pendapatan
premi Jiwasraya meningkat karena penjualan produk JS Saving plan dengan periode
pencairan setiap tahun.
f. Pada tahun 2018 Direktur Pengawasan Asuransi OJK, Ahmad Nasrullah menerbitkan
surat pengesahan cadangan premi 2016 sebesar Rp10,9 triliun.
Pada bulan yang sama, Direktur Utama Jiwasraya Hary Prasetyo dicopot. Nasabah
mulai mencairkan JS Saving Plan karena mencium kobobrokan direksi lama. Pada
bulan Mei 2018, pemegang saham menunjuk Asmawi Syam sebagai Direktur Utama
Jiwasraya. Pada saat menjabat, direksi baru melaporkan terdapat kejanggalan laporan
keuangan kepada Kementerian BUMN. Indikasi kejanggalan itu benar, karena hasil
audit Kantor Akuntan Publik (KAP) PricewaterhouseCoopers (PwC) atas laporan
keuangan 2017 mengoreksi laporan keuangan interm dari laba sebesar Rp2,4 triliun
menjadi hanya Ro428 miliar.
Pada bulan Agustus 2018, Menteri BUMN Rini Soemarno mengumpulkan direksi
untuk mendalami potensi gagal bayar perseroan. Ia juga meminta BPK dan BPKP
untuk melakukan auit investigasi terhadap Jiwasraya. Pada bulan Oktober-November
2018, masalah tekanan likuiditas Jiwasraya mulai tercium publik. Perseroan
mengumumkan tidak dapat membayar kalim polis jatuh tempo nasabah JS Saving
Plan sebesar Rp802 miliar. Pada November pemegang saham menunjuk Hexana Tri
Sasongko sebagai Direktur Utama menggantikan Asmawi Syam.
B. Manipulasi Laporan Keuangan PT Asuransi Jiwasraya
Sejumlah fakta telah terungkap pada saat jelang putusan sidang kasus dugaan korupsi
PT Asuransi Jiwasraya (Persero) yang merugikan negara hingga mencapai Rp16,8
triliun. Mantan Direktur Keuangan, Hary Prasetyo, periode 2008-2018 mengakui
bahwa untuk dapat menjalankan perusahaan selama 10 tahun tahun ia bersama
dengan mantan Direktur Utama Jiwasraya Hendrisman Rahim telah melakukan
sejumlah rencana atau contingency plan.
Hary mengatakan bahwa sebagai dampak rencana cadangan bersama Hendrisman
yang saat ini berstatus sebagai terdakwa direksi pun melakukan manipulasi laporan
keuangan atau window dressing.
Manipulasi laporan keuangan dilakukan dengan menampilkan laporan keuangan yang
selalu sehat kepada Bapepam Lk yang kini menjadi OJK dan Kementerian Badan
Usaha Milik Negara (BUMN).
Pada saat di dalam persidangan, Hary Prasetyo dinilai terbukti bersalah dalam
melakukan tindak pidana korupsi dan secara bersama-sama dengan terdakwa lainnya
sehingga merugikan negara hinga Rp16,8 triliun. Hary diketahui menerima suap oleh
terdakwa lainnya pada saat Jiwasraya menempatkan portofolio investasi perusahaan
yang dananya diperoleh dari premi yang disetor pemegang polis.
Dari adanya bukti yang dikumpulkan, Hary terbutki menerima yang sebesar Rp2,4
miliar, mobil Toyota Harrier senilai Rp550 juta hingga mobil Marcedes Benz E Class
senilai Rp950 juta, serta tiket perjalana bersama istri menonton konser Coldplay ke
Melbourne (Australia).
Selain itu, Hary juga menerima fasilitas pembayaran biaya jasa konsultan pajak hary
Prasetyo dari Joko Hartono selaku pihak terafiliasi terdakwa Heru Hidayat sebesar
Rp46 juta. Dari bukti tersebut, Jaksa Penuntun Umum meminta majelis hakim
menjatuhkan pidana seumur hidup dengan denda Rp1 miliar.
E. Solusi
Berikut beberapa solusi yang dapat digunakan dalam pencegahan manipulasi lapoan
keuangan, yaitu :
1. Terus mendorong dan meningatkan kualitas pengawasan terhadap profesi keuangan.
Pengawasan yang dimaksud meliputi Kantor Akuntan Publik (KAP), profesi penilai,
hingga profesi akuntan publiknya.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia profesi keuangan. Karena pengawasan
saja tidak cukup maka perlu perbaikan kualitas sumber daya manusia agar akuntansi
dilaporkan secara benar.
3. Memberikan sanksi. Sanksi dapat dinilai tetap diperlukan agar dapat memberikan
efek jera atau setidaknya mengingatkan para profesi keuangan agar tidak melakukan
manipulasi akuntansi.
F. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari adanya kasus PT Asuransi Jiwasraya yaitu kasus
yang melanda persero merupakan kasus yang sudah lama terjadi dan kasus tersebut dapat
disebut sebagai kongkalikong. Dalam PT Asuransi Jiwasraya dapat dibilang bahwa
persero tersebut dimana kurang adanya pengawasan serta sumber daya manusia yang
didalamnya tidak memiliki cukup kualitas bagi profesinya.
Dengan adanya kasus seperti itu, maka persero diharapkan dalam lebih berhati-hati
mengenai pengelolaan laporan keuangan serta memperhatikan sumber daya manusia
yang ada di dalamnya. Kasus seperti ini dapat merugikan persero dimana nama baik
persero dapat tercemar. Sehingga dapat menimbulkan rasa ketidakpercayaan masyarakat
terhadap persero atas kasus yang menimpanya.

Anda mungkin juga menyukai