Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH UAS

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

“Kasus PT Asuransi Jiwasraya”

Dosen Pengampu:

Erwan Sastrawan, S.E., M.M

Disusun Oleh:

MOH. MA’RUF MY TUNGGENG_C20121058

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO
2022
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2

1.3 Tujuan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3

2.1 Kronologi Kasus Asuransi Jiwasraya.......................................................................3

2.2 Analisis Kategori Fraud...........................................................................................5

2.3 Identitas Korban Dan Pelaku....................................................................................5

2.4 Dampak Dari Kasus Asuransi Jiwasraya..................................................................6

BAB III PENUTUP......................................................................................................7

3.1 Kesimpulan..............................................................................................................7

3.2 Saran........................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................8

i
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Pada perkembangan zaman saat ini, perkembangan teknologi dan inovasi


bisnis juga semakin meningkat menyebabkan persaingan usaha yang semakin
ketat. Dalam hal ini, perusahaan memiliki strategi masing-masing dalam
meningkatkan reputasi serta kinerja perusahaan demi memenuhi ekspektasi dan
kebutuhan dari konsumen (Febrina, 2022). Namun, tidak semua hal yang
dilakukan berupa tindakan yang positif, salah satunya merupakan fraud. Fraud
sendiri merupakan sebuah tindakan curang yang dilakukan dengan berbagai cara
secara cerdik dan fiktif untuk mengambil keuntungan dari pihak lain (Syofyan,
2021). Association of Certified Fraud Examiners (2016) menjelaskan bahwa
skema fraud terbagi menjadi tiga kategori dalam bentuk fraud tree, yang pertama
merupakan penyelewengan aset yang dapat berupa pencurian kas, skimming,
penyalahgunaan aset perusahaan. Kedua, korupsi, tindakan ini merupakan
penyalahgunaan wewenang karyawan yang dilakukan atas keuntungan pribadi.
Ketiga, kecuangan laporan keuangan, dimana tindakan ini berkaitan dengan
manipulasi laporan keuangan perusahaan (Wells, 2016).

Pada awal tahun 2000, skandal keuangan yang terjadi menarik perhatian
yang cukup besar dari media, dunia bisnis, dan masyarakat umum. Dimulai
dengan kasus bangkrutnya perusahaan besar di Amerika Serikat, yaitu Enron,
yang terjadi akibat manipulasi laporan keuangan yang dilakukan dan
menyebabkan penurunan harga saham secara drastis (Awalia & Daljono, 2014).
Skandal tersebut secara langsung meningkatkan kesadaran terhadap kecurangan,
yang dilanjutkan dengan terdeteksinya kecurangan pada perusahaan WorldCom,
Tyco, Adelphia, dan perusahaan-perusahaan lainnya (Indrati et al., 2021; Mishra
et al., 2021). Peluang terjadinya kecurangan tidak terbatas pada tingkat kemajuan
negara atau kesuksesan sebuah perusahaan. Hingga saat ini, kasus fraud masih
sering terjadi di Indonesia dan beberapa di antaranya membawa kerugian yang
cukup besar bagi negara.

1
Laporan keuangan adalah salah satu dokumen yang digunakan oleh
berbagai pihak untuk melihat bagaimana kinerja perusahaan. Banyak perusahaan
yang menggunakan laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan. Pada tahun 2018, terdapat beberapa kasus penipuan yang terjadi di
perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, salah satunya adalah PT Garuda
Indonesia. Perusahaan ini mengubah laporan keuangannya dengan mencatat utang
dari PT Mahata Aero Teknologi sebagai keuntungan bagi maskapai. Selain itu,
ada juga kasus penipuan laporan keuangan yang dilakukan oleh PT Asuransi
Jiwasraya (Persero) karena tindak pidana korupsi dan pencucian uang. Menurut
CNN Indonesia (2020), kasus di perusahaan asuransi ini telah terjadi sejak tahun
2000-an, tetapi baru mencapai puncaknya pada tahun 2018. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk meneliti kasus penipuan yang terjadi di PT
Asuransi Jiwasraya (Persero) pada tahun 2018, dengan mencakup beberapa aspek
seperti kategori kecurangan, hasil analisis dari lokasi geografis atau industri
terjadinya kecurangan, profil korban dan pelaku kecurangan, motivasi dari pelaku
kecurangan, dampak dari kecurangan, serta strategi dalam mendeteksi terjadinya
kecurangan.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa penyebab terjadinya kasus Asuransi Jiwasraya ini?


2. Bagaimana kronologi kasus Asuransi Jiwasraya ini bisa terjadi?
3. Bagaimana dampak dari kasus Asuransi Jiwasraya ini?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kasus Asuransi Jiwasraya ini.
2. Untuk mengetahui kronologi kasus Asuransi Jiwasraya ini.
3. Untuk mengetahui dampak dari kasus Asuransi Jiwasraya ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Kronologi Kasus Asuransi Jiwasraya

Perusahaan PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) adalah salah satu perusahaan


asuransi negara yang tertua dan terbesar yang telah berdiri sejak 31 Desember
1859. Kegiatan utama yang dilakukan oleh perusahaan ini adalah memberikan
edukasi kepada masyarakat tentang perencanaan masa depan serta mencoba untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat yang terkait dengan asuransi jiwa dan
perencanaan keuangan yang kompleks. Pada pertengahan tahun 2018, kejanggalan
ditemukan dalam laporan keuangan oleh direksi baru perusahaan yang kemudian
terbukti melakukan kecurangan dan manipulasi laporan keuangan pada November
2018.

Pada tahun 2006, Kementerian BUMN dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
mengumumkan bahwa nilai ekuitas perusahaan mengalami defisit sebesar 3,29
triliun rupiah. Pada tahun 2008, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan
audit terhadap perusahaan tersebut, yang kemudian memberikan opini disclaimer
yang berarti bahwa auditor tidak memberikan pendapat terkait laporan keuangan
perusahaan pada tahun 2006 hingga 2007 karena tidak dapat mempercayai
kebenaran informasi mengenai cadangan yang diberikan. Pada tahun yang sama,
ekuitas perusahaan terus menurun hingga mencapai Rp 5,7 triliun pada tahun
2008 dan Rp 6,3 triliun pada tahun 2009. Perusahaan terus menerapkan skema
reasuransi pada tahun 2010 hingga 2012 dan berhasil mencatat angka positif
sebesar Rp 1,3 triliun pada akhir tahun 2011. Namun, Isa Rachmatawarta yang
merupakan kepala dari Biro Perasuransian menyatakan bahwa metode reasuransi
hanyalah solusi sementara terhadap seluruh masalah yang dihadapi. Hal ini
mendukung keputusan Kepala Biro Perasuransian pada tahun 2012, dimana
permohonan perpanjangan reasuransi juga ditolak dengan alasan bahwa laporan
keuangan perusahaan belum memenuhi standar yang ditetapkan.

Perusahaan tersebut mulai menunjukkan tanda-tanda aneh sejak tahun 2014,


ketika perusahaan tersebut mampu memberikan sponsor kepada klub sepak bola
Manchester City meskipun mengalami masalah keuangan. Namun, keuangan
perusahaan kembali mengalami peningkatan dengan pendapatan yang diperoleh
dari produk JS Saving Plan sebesar Rp 21 triliun. Kinerja perusahaan tidak
bertahan lama, di mana pada tahun 2018, Direktur Utama dan Direktur Keuangan
Jiwasraya diganti. Posisi Direktur Utama digantikan oleh Asmawi Syam, dan di

3
bawah kepemimpinannya, Asmawi melaporkan keanehan laporan keuangan
perusahaan kepada Kementerian BUMN. Keanehan tersebut terbukti dari hasil
audit PricewaterhouseCoopers (PwC) atas laporan keuangan tahun 2017 yang
melakukan koreksi terhadap laporan keuangan interim dari laba sebesar Rp 2,4
triliun menjadi Rp 428 miliar. Pada bulan Agustus 2018, Menteri BUMN
mengadakan pertemuan dengan direksi perusahaan untuk mengidentifikasi
penyebab kegagalan dalam membayar nasabah, serta mengundang BPK dan
BPKP untuk terlibat dalam audit investigasi terhadap perusahaan. Pada Oktober
2018, masalah likuiditas mulai diketahui oleh publik dan perusahaan juga
mengumumkan tidak mampunya membayar klaim polis yang jatuh tempo kepada
nasabah JS Saving Plan sebesar Rp 802 miliar. Akibatnya, pemegang saham
menunjuk Hexana Tri Sasongko sebagai direktur utama menggantikan Asmawi
Syam. Direktur baru ini menyatakan bahwa perusahaan membutuhkan dana
sebesar Rp 32,89 triliun untuk memenuhi rasio solvabilitas 120 persen, sementara
aset perusahaan hanya sebesar Rp 23,26 triliun dengan kewajiban perusahaan
mencapai Rp 50,5 triliun.

Kemudian Menteri BUMN, Erick Thohir mengaku telah melaporkan


indikasi kecurangan di perseroan ini ke Kejaksaaan Agung pada bulan November
2019. Hal ini dilakukan setelah pemerintah telah memperhatikan secara detail
laporan keuangan perusahaan yang dinilai tidak transparan. Selain itu, kegiatan
investasi perusahaan terhadap saham - saham yang buruk juga menjadi salah satu
penyebab gagal bayar klaim asuransi nasabah. Hasil audiensi Kepala Staf
Kepresidenan Moeldoko dengan Forum Nasabah Korban Jiwasraya
mengungkapkan bahwa kegagalan bayar klaim asuransi tersebut melibatkan
korban sebanyak 5,3 juta nasabah dan sekitar 80 persen di antaranya merupakan
nasabah dari kalangan menengah ke bawah. Pada bulan yang sama, status
pemeriksaan perusahaan dinaikkan dari penyelidikan menjadi penyidikan kasus
korupsi. Kemudian, pada bulan Desember 2019, penyidikan Kejagung terhadap
dugaan korupsi perusahaan menyebutkan bahwa Jiwasraya menempatkan 95 dana
investasi pada aset yang berisiko.

Pada tanggal 25 Agustus 2021, enam orang terdakwa yang diduga


menyebabkan kerugian sebesar Rp 16 trilyun bagi negara melalui tindakan
korupsi dan pencucian uang di PT Asuransi Jiwasraya (Persero) telah dipenjara
oleh Kejagung DKI Jakarta. Para terpidana tersebut adalah komisaris PT Trada
Alam Minera Heru Hidayat, mantan kepala divisi investasi, direktur, dan
keuangan Jiwasraya, Syahwirman, mantan direktur Maxima Integra Joko Hartono,
mantan direktur keuangan Jiwasraya Hary Prasetyo, mantan direktur utama Rahim
Hendrisman, serta komisaris PT Hanson Internasional Benny Tjokcrosaputro.

4
Penjara dan denda merupakan hukuman pidana yang diberikan oleh Mahkamah
Agung atas kasus perseroan yang terus berlangsung hingga tahun 2021 ini.

Dari kronologi kasus di atas saya memberikan opini bahwa dampak dari
kasus ini memberikan kerugian yang sangat besar bagi negara. Seharusnya ini
dapat menjadi contoh untuk bahan evaluasi bagi perusahaan lain yang sejenis
maupun tidak sejenis agar tidak terulang lagi skandal korupsi dan pencucian uang
yang telah merugikan negara ini. Selain itu juga perusahaan perlu memastikan
bahwa semua laporan keuangan yang diberikan kepada pihak terkait sesuai
dengan kondisi yang sebenarnya, sehingga tidak terjadi kecurangan dan
manipulasi lagi. Selain itu, perusahaan juga harus memastikan bahwa semua
karyawan dan pejabat di dalamnya memahami dan taat pada prinsip - prinsip
integritas dan profesionalisme, agar tidak terjadi tindakan yang merugikan
perusahaan maupun masyarakat.

II.2 Analisis Kategori Fraud

Berdasarkan hasil investigasi terkait kasus PT. Asuransi Jiwasraya


(Persero), dapat diketahui bahwa tindakan fraud yang dilakukan oleh perusahaan
tersebut berupa korupsi dan manipulasi laporan keuangan. Korupsi merupakan
tindakan fraud yang sering terjadi dan sangat merugikan di Indonesia (Murdock,
2018). Selain melakukan tindak pidana korupsi dan manipulasi laporan keuangan,
perusahaan tersebut juga terbukti melakukan pencucian uang. Pencucian uang
adalah upaya yang dilakukan secara sengaja untuk menyembunyikan hasil dari
tindak kriminal, termasuk korupsi, judi, atau tindakan lain yang melanggar
hukum. Berdasarkan hasil analisis dari kasus fraud PT. Asuransi Jiwasraya
(Persero), diketahui bahwa kecurangan ini dilakukan oleh para direksi perusahaan
yang merupakan warga negara Indonesia dan bekerja di salah satu industri jasa
keuangan milik negara. Tindakan fraud tersebut terdeteksi di ibu kota Negara
Kesatuan Republik Indonesia, yaitu DKI Jakarta.

II.3 Identitas Korban Dan Pelaku

Aksi korupsi dan pencucian uang yang terjadi di PT. Asuransi Jiwasraya
(Persero) menyebabkan kerugian bagi banyak pihak, salah satunya adalah negara
Indonesia yang mengalami kerugian sebesar Rp 16 triliun akibat tindakan fraud
yang dilakukan oleh perseroan. Selain itu, kasus ini juga merugikan 5,3 juta
nasabah, dimana 80 persen di antaranya merupakan nasabah dari kalangan
menengah ke bawah. Tahun 2018, kasus fraud PT. Asuransi Jiwasraya (Persero)
telah menjerat enam orang terdakwa yang kemudian dipidanakan oleh Mahkamah
Agung pada tahun 2021, yaitu komisaris PT Trada Alam Minera Heru Hidayat,
mantan kepala divisi investasi direktur dan keuangan Jiwasraya Syahwirman,

5
mantan direktur Maxima Integra Joko Hartono, mantan direktur keuangan
Jiwasraya Hary Prasetyo, mantan direktur utama Rahim Hendrisman, dan
komisaris PT Hanson Internasional Benny Tjokrosaputro. Dari hasil pembahasan
dan analisa kasus PT. Asuransi Jiwasraya (Persero), terungkap bahwa pelaku
fraud melakukan investasi pada saham-saham yang tidak layak dan melakukan
korupsi, yang kemudian menyebabkan defisit pada ekuitas perseroan. Nilai negatif
yang tercatat dalam laporan keuangan ini menimbulkan tekanan bagi para pelaku,
sehingga mereka melakukan manipulasi terhadap laporan keuangan.

II.4 Dampak Dari Kasus Asuransi Jiwasraya

Terdapat dua jenis dampak yang ditimbulkan oleh PT. Asuransi Jiwasraya
(Persero) dalam tindak kecurangan yang dilakukannya, yaitu dampak dari segi
keuangan dan non-keuangan. Dari segi keuangan, kecurangan tersebut
menyebabkan kerugian investasi reksadana dan pembelian saham bagi Indonesia
yang mencapai Rp 16 triliun. Selain itu, jumlah transaksi perusahaan juga
berkurang di pasar modal dan frekuensi transaksi harian di bursa turut mengalami
penurunan. Tindak kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan juga
menyebabkan dampak dari segi non-keuangan, yaitu menurunnya tingkat
kepercayaan nasabah terhadap industri jasa keuangan, terutama asuransi. Kasus
kecurangan yang dilakukan oleh PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) memang sangat
merugikan, baik bagi perusahaan maupun masyarakat Indonesia. Oleh karena itu,
perlu adanya tindakan yang tegas dari pihak-pihak terkait untuk menangani kasus
ini dan mencegah terjadinya kecurangan yang sama di masa yang akan datang.

6
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan
PT Asuransi Jiwasraya merupakan salah satu perusahaan asuransi milik
negara yang tertua dan terbesar yang telah berdiri sejak tahun 1859. Fraud adalah
tindakan yang tidak jujur dan dilakukan dengan berbagai cara yang cerdik dan
fiktif untuk mengambil keuntungan dari pihak lain. Fraud yang terjadi di
perusahaan dapat berupa penyelewengan aset, korupsi, kecurangan dalam laporan
keuangan, dan lainnya. Berdasarkan kasus yang terjadi di PT. Asuransi Jiwasraya
(Persero), ditemukan bahwa perusahaan telah melakukan tindakan fraud berupa
korupsi dan manipulasi laporan keuangan. Perusahaan tersebut memanipulasi
laporan keuangan atas defisit ekuitas yang terjadi karena tindak pidana korupsi
yang dilakukan oleh direksi dan pihak lainnya dalam melakukan investasi pada
saham-saham yang tidak bagus. Tindakan fraud ini melibatkan enam pihak dan
menyebabkan kerugian bagi nasabah dan negara dengan jumlah kerugian yang
mencapai Rp 16 triliun. Kecurangan ini terdeteksi setelah beberapa tahun dan
melalui pemeriksaan oleh berbagai pihak eksternal. Berdasarkan hasil analisa
kasus ini, direkomendasikan untuk para konsumen dan investor untuk lebih hati-
hati dalam mengambil keputusan investasi atau membeli produk dari sebuah
perusahaan untuk menghindari kerugian yang tidak diinginkan. Pengendalian
internal di perusahaan juga perlu diperkuat untuk meminimalisir peluang bagi
pelaku fraud untuk melakukan kecurangan, terutama dalam penyusunan laporan
keuangan. Pengawasan dan pemeriksaan rutin terhadap laporan keuangan juga
perlu dilakukan agar kejanggalan atau salah saji yang terjadi dapat terdeteksi
secepatnya.

III.2 Saran
Seharusnya ini dapat menjadi contoh untuk bahan evaluasi bagi perusahaan
lain yang sejenis maupun tidak sejenis agar tidak terulang lagi skandal korupsi
dan pencucian uang yang telah merugikan negara ini. Selain itu juga saya
menyarankan perusahaan perlu memastikan bahwa semua laporan keuangan yang
diberikan kepada pihak terkait sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, sehingga
tidak terjadi kecurangan dan manipulasi lagi. Selain itu, perusahaan juga harus
memastikan bahwa semua karyawan dan pejabat di dalamnya memahami dan taat

7
pada prinsip - prinsip integritas dan profesionalisme, agar tidak terjadi tindakan
yang merugikan perusahaan maupun masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Awalia, A., & Daljono, D. (2014). Pengaruh Risiko Litigasi Terhadap Kualitas

Pelaporan Keuangan Dengan Keahlian Hukum Komite Audit Sebagai

Variabel Pemoderasi (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012). Diponegoro Journal of

Accounting, 0(0), Article 0.

Febrina, R. (2022). Persaingan Usaha pada Era Digital Menurut Persepektif

Hukum Persaingan Usaha. 1, 121–127.

Indrati, M., Hermanto, H., Purwaningsih, E., Agustinah, W., & Sarikha, A.

(2021). Corporate Governance Mechanisms and Possible Financial

Statements Containing Fraud. Budapest International Research and

Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal), 4(4), Article 4.

https://doi.org/10.33258/birci.v4i4.2805

Mishra, K., Azam, P. M. K., & S.O.Junare, D. (2021). Role of Forensic Audit in

Controlling Financial Statement Fraud: A case study of Satyam

Computers. Psychology and Education Journal, 58(2), Article 2.

https://doi.org/10.17762/pae.v58i2.2672

Murdock, D. H. (2018). Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) | 3 |

Auditor Essentia. Taylor & Francis.

8
https://www.taylorfrancis.com/chapters/mono/10.1201/9781315178141-

3/association-certified-fraud-examiners-acfe-dr-hernan-murdock

Syofyan, E. (2021). Corruption from Fraud Theory Perspective. JURNAL

AKUNTANSI, EKONOMI Dan MANAJEMEN BISNIS, 9(2), Article 2.

https://doi.org/10.30871/jaemb.v9i2.2955

Wells, D. J. T. (2016). Report To the Nations 2016 Global Study on Occupational

Fraud and Abuse.

Anda mungkin juga menyukai