Anda di halaman 1dari 8

KECURANGAN DALAM LAPORAN KEUANGAN “MENGUJI TEORI FRAUD TRIANGLE”

Oleh :

ANDI RATRI PRATIWI

202110079

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

KONSENTRASI MANEJEMEN KEUANGAN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAKASSAR

TAHUN 2023

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN TEORITIS

1. Teori Agensi (Agency Theory)

Teori agensi (agency theory) adalah teori yang terjadi karena adanya konflik antara kepentingan
pihak principal dengan kepentingan pihak agent. Teori agensi mendeskripsikan hubungan antara
pemegang saham sebagai principal dengan manajemen sebagai agent. Jensen dan Meckling
(1976) mengatakan adanya kontrak satu atau lebih pihak yang menggunakan pihak lain
melakukan sesuatu bagi kepentingan mereka berdasarkan wewenang untuk mengambil keputusan
ke pihak lain tersebut disebut sebagai hubungan agensi.

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan bahwa terjadinya masalah keagenan adalah hasil dari
kontrak antara prinsipal dan agen. Dalam prakteknya, manajer perusahaan bertindak sebagai agen
dengan tanggung jawab meningkatkan keuntungan dari pemilik, tetapi manajer juga memiliki
kesempatan untuk mempertahankan kesejahteraan mereka. Perbedaan kepentingan antara
prinsipal dan agen mengakibatkan konflik kepentingan. Dengan adanya konflik kepentingan
tersebut menimbulkan berbagai tekanan bagi perusahaan, dimana perusahaan harus meningkatkan
kinerjanya agar dapat memberikan rasionalisasi. Kemungkinan kecurangan juga dapat dengan
mudah terjadi ketika manajemen memiliki kemampuan, akses dan posisi yang kuat dan strategis
(capability) dan juga peluang untuk melakukan kecurangan akuntansi (opportunities).

2. Laporan keuangan

Definisi laporan keuangan

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 1 2019:1), “Laporan keuangan
adalah penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas”. Laporan
ini menampilkan sejarah entitas yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Menurut (Kasmir
2019:7) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan
pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Menurut (Prihadi 2020:8) laporan keuangan
adalah hasil dari kegiatan pencatatan seluruh transaksi keuangan di perusahaan.
Menurut Priswita (2019) Laporan keuangan adalah suatu catatan informasi keuangan suatu
perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja
perusahaan tersebut.

Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan pada bagian Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan (2017:1.3:9), tujuan laporan keuangan adalah:

“Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi
keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas
penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.”

Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut pisisi keuangan,
kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pengambilan keputusan (IAI, 2009). Salah satu komponen laporan keuangan yang
sangat penting adalah Laporan Laba/Rugi karena didalamnya terdapat informasi laba. (Feby
priswita, Salma taqwa,2019)

Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2016) lebih lanjut menjelaskan elemen-elemen dari tujuan
laporan keuangan ini :

1) Tujuan umum (general-purpose)

Tujuan umum laporan keuangan adalah memberikan informasi pelaporan keuangan ke berbagai
macam pengguna secara luas dengan efektif. Jadi dengan kata lain tujuan umum laporan
keuangan adalah memberikan informasi yang berguna bagi penggunanya dengan biaya yang
terjangkau.

2) Investor

Laporan keuangan menetapkan investor sebagai kelompok yang paling


menggunakan/memanfaatkan laporan keuangan. Investor membutuhkan informasi dalam laporan
keuangan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba serta kemampuan
manajemen perusahaan dalam mengelola dan melindungi asset perusahaan.

3) Perspektif entitas

Dari perspektif ini, perusahaan akan dipandang terpisah dan berbeda dari pemiliknya (pemegang
saham). Jadi intinya aset perusahaan yang tertera dalam laporan keuangan dipandang sebagai
miliki perusahaan dan bukan milik kreditor atau pemegang saham spesifik.

4) Kebergunaan-Keputusan (Decision-Usefulness)
Investor tertarik dalam laporan keuangan karena menyediakan informasi yang berguna untuk
membuat keputusan. Seperti yang ditunjukkan sebelumnya, ketika membuat keputusan ini,
investor tertarik untuk menilai:

a) Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas bersih; dan

b) Kemampuan manajemen untuk melindungi dan meningkatkan investasi penyedia modal.

Dengan demikian laporan keuangan harus mampu membantu investor menilai perkiraan jumlah,
waktu, dan ketidakpastian dari laba maupun aset perusahaan. Untuk itu, laporan keuangan harus
disajikan dengan cara yang mampu dimengerti investor. Informasi yang berguna dalam
pembuatan keputusan investor akan berguna juga bagi pengguna lain yang bukan penyedia modal
atau investor.

Pengguna Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan pada bagian Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan dalam PSAK Ikatan Akuntan Indonesia (2015:2) menyebutkan terdapat 7
(tujuh) pengguna laporan keuangan yaitu investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan
kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah, dan masyarakat.

Komponen Laporan Keuangan

Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 Paragraf 7 (2017:1.3:10),


laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut:

1) Laporan laba rugi, adalah laporan yang melaporkan pendapatan, beban, dan laba bersih suatu
perusahaan.

2) Laporan perubahan ekuitas, adalah laporan untuk perubahan yang berasal dari transaksi
dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah
keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama periode yang
bersangkutan.

3) Neraca, adalah laporan yang menunjukkan sumber daya yang dimiliki suatu perusahaan
(aktiva), kewajiban perusahaan (passiva), dan selisih bersih antara aktiva dan kewajiban, yang
mewakili ekuitas atau modal pemilik.

4) Laporan arus kas (cashflow statement), adalah laporan yang menunjukkan keluar masuknya
kas suatu perusahaan yang dibedakan menjadi arus kas operasi, investasi, dan pendanaan.
5) Catatan atas laporan keuangan, adalah catatan yang meliputi penjelasan naratif atau rincian
jumlah yang tertera dalam laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, neraca, dan laporan
aruskan serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen.

3. Fraud

Fraud adalah suatu perbuatan yang melawan hukum, mengandung unsur kesengajaan, niat jahat,
penipuan, penyembuyian, dan penyalahgunaan kepercayaan serta perbuatan tersebut bertujuan
mengambil keuntungan haram (illegal advantage) yang bisa berupa uang, barang/harta, dan jasa
(Priantara, 2013:4-5). Dalam SAS No. 99 menyatakan bahwa fraudulent financial statement
adalah kesengajaan dalam menghasilkan salah saji material dalam laporan keuangan yang
merupakan subjek audit.

Fraud Triangle Theory Tuannakota (2010) adalah model yang menjelaskan orang melakuan
kecurangan (fraud) termasuk korupsi . Konsep segitiga kecurangan ini pertama kali diperkenalkan
oleh Donald R. Cressey (1993) dalam disertasinya. Cressy tertarik pada embezzlers yang
disebutnya sebagai “trust violators” atau pelanggar kepercayaan, yakni mereka yang melanggar
kepercayaan atau amanah yang dititipkan kepada mereka.

Menurut Albrecht(2017:45), “Fraud adalah sebagai suatu istilah yang

umum, dan tidak mencakup segala macam cara yang dapat digunakan dengan

keahlian tertentu, yang dipilih oleh seorang individu, untuk mendapatkan

keuntungan dari pihak lain dengan melakukan representasi yang salah”.

Tidak ada aturan yang baku dan tetap yang bisa dikeluarkan sebagai

proposisi umum dalam mendefinisikan kecurangan, termasuk kejutan,tipu

muslihat, ataupun cara-cara yang licik dan tidak wajar yang digunakan untuk

melakukan penipuan. Batasan satu-satunya dalam mendefinisikan kecurangan

adalah hal-hal yang membatasi ketidakjujuran manusia.


a. Unsur-Unsur Fraud

Untuk melakukan kecurangan, terdapat beberapa unsur yang menjadikan sebuah perilaku
dikategorikan sebagai bentuk kecurangan. Menurut Priantara (2013:6), unsur-unsur tersebut
sebagai berikut:

1) Adanya pernyataan palsu atau salah saji.

2) Perbuatan melanggar peraturan, standar, ketentuan dan hukum.

3) Penyalahgunaan atau pemanfaatan kedudukan, pekerjaan, dan jabatan untuk kepentingan


pribadi.

4) Meliputi masa lampau atau sekarang.

5) Didukung oleh fakta yang bersifat material

6) Dilakukan dengan sengaja, bukan karena kelalaian.

7) Mengakibatkan kerugian bagi korbannya.

b. Dampak Negatif Fraud

Fraud di suatu Negara dapat berdampak pada berbagai sendi kehidupan bernegara dan semakin
besar fraud maka semakin besar dampaknya. Menurut Richard Holoway dalam Karyono (2013),
penasehat anti KKN di Indonesia, beberapa dampak fraud korupsi di Indonesia yaitu :

1. Dampak Financial

a. Aset financial negara pindah ke tangan pribadi atau kelompok.

b. Rendahnya pendapatan negara terutama dari pajak.

c. Kurangnya dana untuk pelayanan publik bagi warganya seperti kesehatan,

pendidikan dan kesejahteraan lainnya.

d. Dana yang dibutuhkan untuk menciptakan pendapatan dan investasi asing

lambat masuk karena iklim keuangan tidak sehat.

2. Modal Sosial

a. Kurang percayanya masyarakat pada sistem peradilan dan lembaga negara

yang kurang efektif.

b. Penguasa mendahulukan pencepatan pribadi daripada negara.


c. Kurang memahami kesepakatan tentang praktik tata pemerintah yang baik.

d. Ketidakpercayaan pada institusi publik.

3. Modal Fisik

a. Banyaknya sumber daya yang hilang.

b. Sumber daya yang ada mengalami erosi sehingga tidak berkelanjutan.

c. Merosotnya infrastruktur nasional karena dibangun di bawah standar.

4. Modal Manusia

a. Kemampuan rakyat untuk memenuhi kebutuhan keluarganya berkurang.

b. Orang miskin semakin tidak dapat mengakses pelayanan pemerintah.

c. Kesempatan warga untuk berperan serta dalam proses melahirkan aturan yang

mengatur kehidupan sangat minim.

Cressey (1953) dalam Tuanakotta (2010) menyimpulkan bahwa kecurangan secara umum
mempunyai tiga sifat dalam teori ini yaitu “tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan
pembenaran (rationalization)”.

a. Tekanan (Pressure)

Tekanan adalah dorongan untuk melakukan kecurangan. Tekanan dapat mencakup hampir semua
hal termasuk gaya hidup, tuntutan ekonomi, dan lain- lain, termasuk hal keuangan dan
nonkeuangan yang dirasakan pelaku kecurangan yang dipandangnya sebagai kebutuhan keuangan
kepada orang lain. Arens (2008) mendefinisikan perceived pressure sebagai situasi dimana
manajemen atau pegawai memiliki insentif atau tekanan untuk melakukan kecurangan (fraud).
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan tekanan (pressure) antara lain:

1. Masalah keuangan, seperti tamak/rakus, hidup melebihi kemampuan, banyak hutang, biaya
kesehatan yang besar, kebutuhan tak terduga.

2. Sifat buruk, seperti penjudi, peminum, pecandu narkoba.

3. Lingkungan pekerjaan, misalnya sudah bekerja dengan baik tetap kurang

mendapat perhatian, kondisi yang buruk.

4. Lain-lain, seperti tekanan dari lingkungan keluarga.

b. Kesempatan (Opportunity)
Kesempatan atau peluang adalah situasi yang membuka kesempatan bagi

manajemen atau pegawai yang memungkinkan terjadinya kecurangan. Lister (2007)


mendefinisikan kesempatan sebagai “bahan bakar yang terus membuat api” atau dengan kata lain,
walaupun individu memiliki tekanan dalam dirinya untuk melakukan fraud, itu tidak akan bisa
dilakukan jika tidak ada kesempatan. Kesempatan atau opportunity yang didefenisikan
Tuanakotta (2010) sebagai peluang untuk melakukan kecurangan seperti yang dipersepsikan
pelaku kecurangan. Mengungkapkan dari penelitian Cressey, pelaku kecurangan selalu

memiliki pengetahuan dan kesempatan untuk melakukan tindakan agar tidak terdeteksi.

Pembenaran (Razionalization)

Pembenaran merupakan bagian fraud triangle yang paling sulit untuk diukur. Rasionalisasi
menjadi elemen penting dalam terjadinya kecurangan, dimana pelaku mencari pembenaran atas
perbuatannya. “Pembenaran merupakan sikap karakter atau serangkaian nilai-nilai etis yang
membolehkan manajemen atau pegawai melakukan tindakan tidak jujur, atau mereka berada
dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka membenarkan tindakan yang tidak
jujur”( Tunggal , 2011).

Menurut Mustikasari (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang mencari pembenaran


(razionalization) atas tindakannya melakukan fraud, antara lain sebagai berikut:

a. Mencontoh atasan atau rekan kerja.

b. Merasa sudah berbuat banyak kepada organisasi.

c. Menganggap bahwa yang diambil tidak disenggaja.

d. Dianggap hanya sekedar meminjam dan pada wktunya akan dikembalikan.

Anda mungkin juga menyukai