Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Rekayasa Laporan
Keuangan dengan dosen pengampu Bu Ruri Octari Dinati, S.E., M.SA
Disusun oleh:
Muhammad Zahran Ramadhan
1402200134
AK4307
UNIVERSITAS TELKOM
Fraud atau kecurangan adalah kata yang memang sudah tidak terdengar asing bagi
auditor, investor, maupun masyarakat. Fraud merupakan salah satu penyebab permasalahan
yang dialami oleh perusahaan atau instansi. Fraud ini juga tidak hanya muncul pada perusahaan
atau instansi berukuran besar, tetapi sekecil gerai di pinggir jalan pun dapat terkena
permasalahan fraud. Fraud biasa dilakukan untuk membuat atau memanipulasi kinerja dan citra
perusahaan yang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Dampak dari fraud atau
kecurangan menyebabkan banyak pihak yang merasa dirugikan. Jika ada kecurangan terhadap
laporan keuangan perusahaan bukan hanya perusahaan yang terkena dampaknya, tetapi para
investor juga merasa dirugikan. Kecurangan jelas adalah suatu tindakan yang melanggar
hukum yang telah ditetapkan dan juga termasuk tindakan yang tidak etis. Banyak cara bagi
para pelaku untuk melakukan fraud, seperti mencari sebuah “loophole” dalam sebuah regulasi
standar akuntansi, manajemen laba, dan tindakan kecurangan lainnya. Menurut Palshikar pada
tahun 2002, kecurangan pada laporan keuangan yang dilakukan dengan sengaja adalah
termasuk kepada White Collar Crime. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Association of
Certified Fraud Examiner (ACFE) pada tahun 2016, fraudulent financial reporting adalah jenis
fraud yang dinilai paling merugikan. Hal ini dikarenakan kejahatan laporan keuangan masih
banyak yang belum terungkap di Indonesia. Alasan mengapa kecurangan pada pelaporan
keuangan dilakukan adalah untuk menyembunyikan kebenaran atas kinerja perusahaan untuk
mempertahankan atau mengendalikan status, serta untuk meningkatkan keuntungan. Dalam
kasus kecurangan laporan keuangan Garuda Indonesia yang akan dianalisi pada jurnal ini
terungkap bahwa sudah melakukan kecurangan dengan memoles laporan keuangannya yang
seharusnya terjadi kerugian, tetapi yang tercatat pada laporan keuangan adalah keuntungan.
Kecurangan pada laporan keuangan ini adalah masalah yang sama sekali tidak bisa dianggap
remeh. Sehingga, perlu adanya pendeteksian dan pencegahan terhadap kecurangan laporan
keuangan.
Pada tahun 2019, Georgios L. Vousinas mengemukakan sebuah teori yang dinamakan
Fraud Hexagon Theory. Teori ini mengatakan terdapat enam faktor yang menjadi pendorong
terjadinya fraud atau kecurangan. Enam faktor tersebut adalah Stimulus (Tekanan), Capability
(Kapabilitas), Opportunity (Kesempatan), Rationalization (Rasionalisasi), Ego (Arogansi), dan
Collusion (Kolusi). Pada jurnal ini akan menerapkan Vousinas’s fraud hexagon theory dengan
enam unsur pada teori tersebut yang mendasarkan seseorang melakukan kecurangan atau fraud.
Di jurnal ini penulis ingin menganalisi apa dasar dan dorongan yang membuat terjadinya
kecurangan laporan keuangan pada kasus Garuda Indonesia di tahun 2019
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahu apakah kasus kecurangan pada laporan
keuangan dipengaruhi unsur-unsur yang ada di fraud hexagon. Dan juga, untuk mengetahui
apa dan dimana yang membuat kecurangan pada kasus Garuda Indonesia.
Kontribusi pada penelitian dengan judul “Analisis Fraud Hexagon dan Pengaruhnya
Terhadap Kasus Garuda Indonesia” adalah penyusun berharap dapat mewujudkan hasil
penelitan yang bermanfaat bagi pemangku kepentingan dan juga bisa sebagai referensi
mengenai apa saja faktor yang mendorongi seseorang atau kelompok melakukan kecurangan.
Serta, menemukan di titik mana kecurangan terjadi, sehingga dapat mencari solusi ataupun
pencegahan agar kecurangan tersbut tidak terjadi lagi.
Fraud
Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia, fraud atau kecurangan adalah suatu
tindakan yang disengaja oleh satu individua tau lebih dalam manajemen atau pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola, karyawan, dan pihak ketiga yang melibatkan penggunaan
tipu muslihat untuk memperoleh satu keuntungan secara tidak adil atau melanggar hukum.
ACFE (Association of Certified Fraud Examiner) memvisualisasikan fraud dalam bentuk
pohon dengan sebutan fraud tree. Fraud Tree sendiri memiliki 3 cabang pada pohonnya, yaitu
ada Asset Misappropiation (Penyimpangan Aset), Financial Statement Fraud (Kecurangan
Laporan Keuangan), dan Corruption (Korupsi).
Fraudulent Financial Reporting
Fraud memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah kecurangan dalam laporan
keuangan (fraudulent financial reporting). Menurut SAS No. 99, fraudulent financial
reporting adalah kelalaian yang disengaja atas informasi yang ada di dalam laporan keuangan
yang dirancang untuk mengelabui pengguna laporan keuangan.
Akuntansi Kreatif
Manajemen Laba
Dalam kasus Garuda Indonesia terungkap bahwa sudah melakukan kecurangan dengan
memoles atau mempercantik laporan keuangannya. Hal yang dilakukan Garuda Indonesia ini
adalah penggunaan salah satu jenis akuntansi kreatif yaitu manajemen laba. Menurut
(Wirakusuma, 2016), Manajemen Laba adalah suatu proses yang disengaja dengan Batasan
standar akuntansi keuangan untuk mengarahkan pelaporan laba pada tingkat tertentu.
Sedangkan, menurut Schipper dalam Riske dan Basuki (2013) manajemen laba adalah suatu
tindakan dimana manajemen melakukan intervensi dalam proses penyusunan laporan
keuangan bagi pihak eksternal sehingga dapat menaikkan, meratakan, dan bahkan menurunkan
laba. Dan manajemen lab aini jelas faktor yang membuat kredibilitas dari laporan keuangan
berkurang.
Teori Fraud Hexagon
Fraud hexagon adalah teori yang menjelaskan bahwa terdapat enam elemen atau unsur yang
mendorong seseorang atau kelompok untuk melakukan kecurangan. Unsur tersebut akan
memberikan gambaran di titik mana seseorang akan melakukan sebuah kecurangan yang jelas
melanggar regulasi. Salah satu contoh unsur pada fraud hexagon adalah kolusi, disini telah
dijelaskan pada bagian tinjauan literatur bahwa kecurangan terjadi karena ada dua pihak yang
bekerjasama untuk melakukan kecurangan. Hubungan teori ini terhadap kasus Garuda
Indonesia adalah adanya unsur-unsur teori tersebut yang membuat pelaku kasus tersebut
melakukan kecurangan dan di faktor manakah yang lebih membuat pelaku terdorong
melakukan hal yang tidak etis tersebut.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan dua metode. Pertama, dengan menganalisis data
kualitatif yang hasilnya akan memberikan kejelasan mengenai fenomena kasus kecurangan
laporan keuangan Garuda Indonesia. Dan juga, menggunakan metode penelitian studi kasus
dengan menyelidiki fenomena kasus kecurangan tersebut untuk memberikan jawaban yang
sebelumnya masih kabur berdasarkan apa pelaku melakukan kecurangan. Sedangkan, cara
mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menganalisis fenomena atau kasus ini adalah
dengan cara observasi dan menggunakan daftar Pustaka.
Daftar Pustaka
1. https://www.jurnal.id/id/blog/2018-mengenal-istilah-fraud-kecurangan-dalam-
akuntansi/#:~:text=Menurut%20Institut%20Akuntan%20Publik%20Indonesia,satu%20keuntu
ngan%20secara%20tidak%20adil
2. https://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/download/6529/5700#:~:text=Menurut%20SA
S%20No.%2099%20Fraudulent,untuk%20mengelabui%20pengguna%20laporan%20keuanga
n.
3. http://repository.unika.ac.id/24883/2/15.G2.0001%20-%20Julius%20Bernard%20Dajau%20-
%20BAB%20I.pdf
4. http://eprints.ums.ac.id/71337/8/naspub%20rizky.pdf
5. http://eprints.umpo.ac.id/4082/3/BAB%20II.pdf
6. https://accounting.binus.ac.id/2020/12/12/fraud-hexagon-model-sebuah-perkembangan-teori-
fraud/
7. http://repository.unika.ac.id/22344/1/Proposal%20Riset.pdf
8. http://eprints.ums.ac.id/30395/2/BAB_I.pdf