DRAFT TESIS
Disusun Oleh :
Amira Tresnawati
NIM. 178110002
Alhamdulillah puji dan syukur saya ucapkan kepada Allah SWT. yang telah
proposal penelitian ini tepat pada waktunya. Shalawat dan salam juga semoga
Proposal penelitian ini saya susun untuk memenuhi salah satu persyaratan
Adapun judul proposal penelitian yang saya ajukan adalah Pengaruh Rasio
banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun agar saya dapat lebih baik lagi dalam menyusun suatu laporan
Harapan saya semoga proposal penelitian yang saya buat ini dapat bermanfaat
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan suatu badan yang didirikan oleh perorangan atau lembaga dengan
1
(financial distress). Kondisi financial distress mempunyai arti bahwa
menurun. Kondisi ini pada umumnya ditandai dengan berbagai kondisi. Salah
“Sejumlah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sektor aneka industri dan
Keuangan per 31 Desember 2018, beberapa BUMN pada bidang aneka industri
karena perolehan nilai buruk pada indeks ini. "Untuk sektor lainnya masih
2
terbilang aman. Rata-rata ada di zona kuning dan hijau," jelasnya dalam Rapat
BUMN industri dan pertanian yang berada di zona merah adalah karena
kurangnya aset lancar pada perusahaan tersebut. Selain itu, laba sebelum bunga
tambahan modal pada perusahaan yang mengalami financial distress. Hal ini
Salah satu contoh penambahan modal adalah dengan menerbitkan surat utang.
membayar dengan tepat waktu, ia optimistis cara ini tidak akan menimbulkan
masalah tambahan”.
laku, bencana alam yang membuat aset perusahaan rusak,sistem tata kelola
3
dikelompokan menjadi tiga bagian, yaitu kondisi ekonomi secara makro,
kebijakan industri dan finansial, perilaku debitor dan kreditor. Brigham dan
secara langsung maupun tidak langsung kepada manajemen serta tidak adanya
isinya menyebutkan debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak
dapat membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh waktu dan tidak dapat
atas permohonan sendiri, maupun atas permintaan lima orang atau lebih
kepentingan umum.
4
1998 membuat banyak perusahaan mengalami kesulitan keuangan karena
banyak perusahaan yang memiliki hutang pada pihak ketiga, dimana pada saat
itu bunga hutang melonjak sangat tinggi karena adanya krisis, sehingga jumlah
terjadi kebangkrutan ataupun likuidasi (Platt dan Platt, 2002). Definisi lain
financial distress adalah saat arus kas perusahaan kurang dari jumlah utang
porsi utang jangka panjang yang telah jatuh tempo. Hal ini berarti perusahaan
pada saat itu juga. Kondisi perekonomian yang kurang stabil seperti sekarang
tinggi.
5
perusahaan yang besar. Peliknya permasalahan keuangan pada perusahaan ini
menjadi bahan yang menarik untuk diteliti karena banyak perusahaan berusaha
memiliki pengaruh yang besar, dimana bukan hanya pihak perusahaan yang
Earning Per Share (EPS) negatif, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
perusahaan yang memiliki laba per lembar saham (Earning Per Share) negatif.
Penggunaan EPS sebagai proksi penelitian karena EPS adalah rasio yang
periode tersebut dan secara implisit bagaimana kinerja perusahaan pada masa
yang baik di masa yang akan datang apabila mempunyai nilai Earning Per
Share (EPS) positif secara terus menerus pada setiap periodenya. Sebaliknya,
yang tidak baik dan juga pertumbuhan perusahaannya sehingga hal tersebut
kurang menarik bagi para investor. Dalam kondisi seperti itu perusahaan akan
6
sulit untuk mendapatkan dana dikarenakan pendapatanya negatif, sehingga
keadaaan stabil, baik dari segi keuangannya, personel, maupun iklim politik
dan sosial dari negara tempat perusahaan tinggal. Alasan mengapa perusahaan
sukses atau gagal menurut Porter (1991) mungkin lebih disebabkan oleh
rencana yang ada dan juga untuk mengurangi adanya praktik kecurangan dari
7
kebijakan, pengembangan, maupun rencana-rencana dimasa depan. Hal ini
dipenuhinya itu dapat berupa utang yang akan jatuh tempo dalam jangka dekat,
upah tenaga kerja, utang bahan yang dibelinya, pembayaran rekening listrik,
air minum yang diperlukan dalam proses produksi dan sebagainya. Kewajiban
tersebut dapat ditutup dari alat-alat likuid yang dimiliki perusahaan. Adapun
alat likuidnya yang paling likuid adalah uang kas (Indriyani, 2009). Dalam
dari ancaman mengalami financial distress. Namun tidak sejalan dengan hasil
likuidasi. Artinya financial distress dapat dijadikan sinyal atau tanda bahwa
8
merugikan perusahaan yang mengalaminya. Oleh sebab itu, model sistem
Selain itu dengan isu global yang tengah berkembang saat ini mengenai
wabah pandemi virus Corona Covid-19 juga ikut serta memberikan pengaruh
harus bekerja dari rumah (Working From Home) sehingga aktivitas normal
untuk setiap perusahaan, sehingga tidak dapat dijadikan ukuran yang dapat
9
1.2. Rumusan Masalah
Indonesia ?
financial distress ?
10
10. Seberapa besar pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas, Tata Kelola
Indonesia.
11
8. Menganalisis dan menjelaskan seberapa besar pengaruh Tata Kelola
berikut :
a. Manfaat Teoritis
perusahan.
b. Manfaat Praktis
12
menyebabkan terjadinya financial distress dan dapat menghindarkan
13
BAB II
HIPOTESIS
Kajian pustaka dalam penelitian ini memuat berbagai teori dari para ahli,
hasil penelitian orang lain dan publikasi umum yang berhubungan dengan
berbagai sumber dan literature baik berupa buku maupun referensi lain sebagai
sebagainya. Karena itu rasio likuiditas sering disebut dengan short term
keuangan tepat pada waktunya disebut likuid, yaitu apabila aktiva lancar lebih
14
memenuhi atau membayar kewajiban keuangan tepat pada waktunya disebut
bahwa nilai kekayaan lancar (yang segera dapat dijadikan uang) ada
Ratio yang tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar
dengan kas, sehingga quick ratio jauh lebih ketat dari current ratio.
Cash rasio menujukkan hubungan antara perbandingan kas dan setara kas
dengan hutang lancar yang dimiliki oleh koperasi. Rasio ini digunakan
15
untuk mengukur kemampuan kas yang sesungguhnya untuk memenuhi
tersimpan dalam kas dan juga bank dalam satu periode akuntansi.
bahwa :
turnover ini investor atau pun kreditor ingin mengetahui seberapa besar
perusahaan.
5. Rasio Modal Kerja Terhadap Total Aset (Working Capital to Total Asset
Ratio)
16
dikeluarkan dapat kembali masuk ke dalam perusahaan dalam jangka
sebagai berikut :
utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih. Artinya, kemampuan
kewajiban yang berumur di bawah satu tahun atau sama dengan satu
17
piutang. Dalam hal ini aktiva lancar dikurangi sediaan utang yang
membayar utang.
sebagai berikut :
Tabel 2.1
Pengukuran Rasio Likuiditas
Standar Rasio Standar Keterangan
Likuditas Industri
Current Ratio 2 kali Baik
18
2.1.2. Rasio Profitabilitas
suatu periode.
19
b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
sekarang.
d. Untuk menilai besrnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
20
b) Net Profit Margin adalah mengukur laba yang dicapai dibandingkan
dengan penjualan.
Keterangan :
yaitu :
manajemen.
sebagai berikut :
21
Tabel 2.2
Standar Rasio Profitabilitas
Keterangan :
(Kasmir, 2017:208-209).
22
Good Corporate Governance mempunyai banyak definisi yang
yang berbeda :
suatu negara.
menguntungkan.
sebuah aturan main, prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak
23
menjadi mekanisme pengendalian internal dan mekanisme
sebagai seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses,
perusahaan.
inti yang sama, yaitu sebagai konsep yang dapat memberikan manfaat positif
24
1. Mendorong tercapainya kesinambungan perusahaan melalui
PemegangSaham.
terhadap peraturanperundang-undangan.
sekitarperusahaan.
nasionalyang berkesinambungan.
prinsip tertentu agar pelaksanaanya sesuai dengan aturan dan rencana yang
25
telah dituliskan dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance
Indonesia adalah :
Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai
26
sesuai dengan peraturan dan perundangan-undangan yang berlaku dan
dengan baik. Hal ini diperjelas dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta
komisaris.
2. Komite Audit.
3. Sekretaris perusahaan.
sisi, yaitu etika dan peraturan. Dorongan dari etika (ethical driven) datang dari
27
dan menghindari cara-cara menciptakan keuntungan sesaat. Di sisi lain,
adalah :
1. Kepemilikan institusional
2. Kepemilikan manajerial
arahan strategi pada pengelola perusahaan dalam hal ini dikoordinatori oleh
28
2.1.3.1. Indikator Tata Kelola Perusahaan
indikator :
1. Dewan Direksi
yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka pendek
maupun jangka panjang. Dewan direksi juga merupakan salah satu indikator
2. Kepemilikan Institusional
yang dimiliki oleh institusi atau badan usaha atau organisasi. Kepemilikan
29
yang dilakukan oleh pemilik institusional tersebut akan membuat perusahaan
lebih efisien dalam penggunaan aset sebagai sumber daya perusahan dalam
kinerja perusahaan ke arah yang lebih baik. Lebih lanjut, Nuraeni (2010)
30
menjelaskan pengawasan terhadap perusahaan tidak hanya terbatas dilakukan
oleh pihak dalam perusahaan, tetapi juga dapat dilakukan dari pihak eksternal
institusional.
keuangan maka akan semakin besar kekuatan suara dan dorongan institusi
3. Kepemilikan Manajerial
31
sebagai pemilik perusahaan sekaligus sebagai pengelola perusahaan
memberikan tekanan atau saran bagi perusahaan untuk berjalan ke arah yang
dikehendakinya.
yang efektif sebagai salah satu sarana monitoring yang dapat membawa pada
kualitas pelaporan yang lebih baik (Setiawan, 2011). Hal ini dikarenakan
32
Pernyataan tersebut didukung oleh pendapat Demsey & Laber (1993)
ownership kecil berarti hanya sedikit jumlah pemegang saham yang ikut
manajerial maka semakin kecil peluang terjadinya konflik, karena jika pemilik
33
Candradewi dan I Bagus Sedana (2016) Apabila kepemilikan manajerial kecil
maka semakin sedikit pula pemegang saham yang terlibat dalam pengelolaan
tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional. Sesuai dengan
independen.
34
baik termasuk memastikan bahwa direksi telah memperhatikan
sementara.
Dewan komisaris dapat terdiri dari komisaris yang tidak berasal dari
pengendali, anggota direksi dan dewan komisaris lain, serta dengan perusahaan
itu sendiri. Mantan anggota direksi dan dewan Komisaris yang terafiliasi
kategoriterafiliasi.
35
yang menggunakan dana masyarakat di dalam pembiayaan usahanya (KNKG,
2006).
Sesuai dengan ketentuan di Pasar Modal dalam Surat Direksi PT. Bursa
jumlah saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan
bersangkutan;
36
4. Komisaris independen harus mengerti peraturan perundang-
Saham (RUPS).
37
pelaksanaan tugas oleh masing-masing anggota direksi tetap merupakan
bertindak independen.
Menurut Fama dan Jensen (1983) direktur memiliki dua fungsi utama,
yaitu :
38
perusahaan. Pengaruh ini terjadi karena peranan yang sangat penting
diatas direktur masih terdapat dewan komisaris yang selalu mengawasi semua
agensi yang timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham. Oleh karena
hampir di setiap perusahaan saat ini dipimpin tidak hanya satu direktur saja,
tetapi beberapa direktur yang membentuk dewan direksi. Dewan direksi dalam
suatu perusahaan akan menentukan kebijakan yang akan diambil atau strategi
peran dewan komisaris dalam suatu perusahaan lebih ditekankan pada fungsi
39
Ukuran perusahaan adalah skala yang menunjukkan besar kecilnya
perusahaan yang dapat diukur dengan berbagai cara, antara lain : total aset, log
size, nilai pasar saham, dan lain-lain. Namun, pada dasarnya ukuran
perusahaan hanya terbagi dalam 3 kategori yaitu perusahaan besar (large firm),
2009).
Logika yang dapat kita simpulkan adalah semakin perusahaan itu besar,
maka akan menghasilkan laba yang lebih besar dari pada perusahaan kecil.
perusahan besar yang sering terjadi adalah masalah keagenan yang lebih besar
yang lebih baik. Di sisi lain, perusahaan kecil dapat memiliki kesempatan
dalam jangka waktu yang telah ditetapkan atau pun dalam keadaan tertentu
dilakukan perubahan dalam jajaran direksi. Hal ini dapat terjadi karena
40
beberapa faktor, misalnya kinerja yang ditunjukan oleh jajaran direksi
aturan bahwa anggota direksi dipilih dan diberhentikan oleh RUPS melalui
proses yang transparan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,
oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap
sehari-hari.
signifikan dalam hal tingkat turnover dari manajemen antara perusahaan yang
41
2.1.4. Kebijakan Hutang
menggunakan modal yang berasal dari hutang. Hal ini berkaitan erat dengan
antara modal asing atau hutang dengan modal sendiri. Pemilik perusahaan
Kebijakan hutang sering diukur dengan debt to equity ratio (DER) yaitu
Semakin rendah DER berarti semakin kecil tingkat hutang yang dimiliki dan
(Pakpahan, 2012).
42
2.1.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengarui Kebijakan Hutang
mereka akan memperoleh dividen atas saham yang mereka miliki juga
telah ditentukan.
luar. Namun sebaliknya jika investasi yang dilakukan tidak cukup jika
43
alternatif untuk memperoleh dana dari luar disamping dengan
menerbitkan saham.
optimal untuk tahun yang akan datang. Modal merupakan hasil produksi yang
jangka panjang dengan modal sendiri. Berdasarkan pada konsep cost of capital
maka kebijakan hutang yang optimum adalah struktur modal yang dapat
semakin besar dalam kebijakan hutang, maka hasil atas pengembangan modal
sendiri akan sangat meningkat, karena tingkat keuntungan jauh lebih baik
daripada bunga yang baru dibayarkan. Kebijakan hutang adalah jumlah hutang
44
2.1.4.3. Dividen
dividen, yaitu :
pajak terhadap dividen dan capital agains para investor lebih menyukai
capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh karena itu
lebih tinggi pada saham yang memberikan devidend yield tinggi. Jika
pajak atas dividen lebih besar dari pajak atas capital gains.
khususnya pembelanjaan internal. Hal ini terjadi karena besar kecilnya dividen
45
yang dibayarkan perusahaan akan mempengaruhi sumber dan internal
perusahaan yaitu laba ditahan, dan sebaliknya. Penentuan besarnya bagian laba
akan menikmati keuntungan dalam bentuk dividen yang besar pula. Dividen
oleh manajer, karena semakin tinggi dividen yang dibayar kepada pemegang
saham maka free cash flow dalam perusahaan akan kecil sehingga manajer
harus memikirkan untuk memperoleh sumber dana dari luar yang bisa saja
berupa hutang.
kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para pemegang saham dan
46
pihak kedua perusahaan itu sendiri. Dividen diartikan sebagai pembayaran
dana yang guna membayar dividen adalah suatu bagian dari minotoring
dividen lebih besar jika insider memiliki proporsi saham yang lebih rendah
(Desyyana, 2013).
1 Oktober 2004, investasi adalah suatu asset yang digunakan perusahaan untuk
dividen dan bunga sewa untuk apresiasi nilai investasi atau manfaat lain bagi
aktiva jangka pendek dan aktiva jangka panjang. Aktiva jangka pendek
biasanya didefinisikan sebagai aktiva dengan jangka waktu kurang dari satu
47
tahun atau kurang dari satu siklus bisnis, dalam hal ini dana yang di
dalam waktu dekat atau kurang dari satu tahun dan diterima sekaligus. Tujuan
sebagai modal kerja atau operasional perusahaan. Contoh aktiva jangka pendek
jangka waktu lebih dari satu tahun, dalam hal ini dana yang ditanamkan pada
aktiva jangka panjang akan diterima kembali dalam waktu lebih dari satu tahun
dan kembalinya secara bertahap. Contoh aktiva jangka panjang, dalam bentuk
tanah, gedung, kendaraan, mesin, peralatan produksi, dan aktiva tetap lainnya.
untuk melakukan investasi dan tidak kehilangan kepercayaan diri dari pihak
luar.
48
yang menguntungkan, maka manejer berusaha mengambil peluang-peluang
langsung oleh pihak luar. Investment Opportunities Set (IOS) merupakan nilai
ditetapkan manajemen dimasa yang akan datan, dimana pada saat ini
return yang besar. IOS didefenisikan sebagai nilai perusahaan yang nilanya di
proksi melalui IOS. IOS tidak dapat diobservasi secara langsung, sehingga
Earning Ratio (PER), dimana ratio ini menunjukan perbandingan antara harga
saham (closing price) dengan laba per lembar saham (earning per share)
(Martono dan Harjito, 2005). Bagi para investor semakin tinggi rasio harga
terhadap laba (PER) maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan
jangka waktu yang diperlukan untuk pengambilan dana pada tingkat harga
saham dan keuntungan perusahaan pada suatu periode tertentu. Oleh karena itu
49
2.1.5. Financial Distress
difficulties with respect to poor cash flows and profitability and is a condition
where a company cannot meet, or has difficulty paying off, its financial
obligations to its creditors, typically due to high fixed costs, illiquid assets or
perusahaan berada dalam posisi yang tidak aman dari ancaman kebangkrutan
kondisi yang paling mudah dilihat dari perusahaan yang mengalami financial
Whitaker (1999), financial distress terjadi saat arus kas perusahaan kurang dari
jumlah porsi hutang jangka panjang yang telah jatuh tempo. Intinya, financial
50
keputusan yang tidak tepat, dan kelemahan-kelemahan yang saling
Hal ini memberikan kesimpulan bahwa tidak menjamin perusahaan besar dapat
1. Lau (1987) dan Hill et al. (1996) financial distress dilihat dengan
pembayaran deviden.
negative.
51
ditanggung. Menurut Anggarini (2010), perusahaan yang mengalami financial
52
b. Accounting insolvency, perusahaan memiliki negative
perusahaan tersebut.
kegagalan bisnis yang terlihat dari pendapatan perusahaan yang tidak dapat
menutupi biaya perusahaan yang timbul. Berarti jika terjadi hal demikian,
adalah :
53
1. Kesulitan arus kas
perusahaan tidak cukup untuk menutupi bebab-beban usaha yang timbul atas
perusahaan.
tempo dan perusahaan tidak mempunyai cukup dana untuk membayar tagihan-
tahun
perusahaan. Hal ini dapat terjadi karena beban operasional lebih besar dari
54
menyebabkan financial distress. Menurut Damodaran (2001) faktor eksternal
dapat berupa kebijakan pemerintah yang dapat menambah beban usaha yang
menambah beban perusahaan. Selain itu masih ada kebijakan suku bunga
perusahaan meningkat.
Keterangan:
55
X1 = working capital to total assets
Z = overall index
Keterangan:
Z = Overall Index
Nilai cut-off adalah Z < 1,81 perusahaan masuk katagori bangkrut; 1,81
< Z < 2,67 perusahaan masuk wilayah abu-abu (grey areaatau zone of
56
2. Model Zeta
Model ini dikembangkan pada tahun 1977 oleh Altman dan Zeta
Service Inc., sebuah perusahaan keuangan dimana model ini lebih akurat
2008).
3. Model O-Score
4. Model Zmijewski
Keterangan:
57
LIQ = current assets to current liabilities.
(Fachrudin, 2008).
5. Rasio CAMEL
CAMEL memiliki daya klasifikasi atau daya prediksi untuk kondisi bank yang
2010).
58
Metode Z-Score (Altman) menggunakan berbagai rasio untuk
di bawah ini:
a. WCTA (Working capital to total asset atau modal kerja dibagi total aset)
aktiva)
c. EBITTA (Earning before interest and taxes to total asset atau laba
public. Perubahan rasio terjadi pada rasio MVEBVL (Market value of equity
to book value of liability atau nilai pasar sekuritas dibagi dengan nilai buku
utang) menjadi BVEBVL (Book Value of equity to book value of liability atau
nilai buku modal dibagi dengan nilai buku utang) yang digunakan untuk
perusahaan manufaktur yang tidak go public, karena perusahaan jenis ini tidak
59
Rumus Altman Z-Score :
S/TA
Keterangan:
S: Sales
60
Tabel 2.1.
Penelitian Terdahulu
61
Revinta Dara Regina ANALISIS Kinerja keuangan PT.
(2017) PROFITABILITAS, Unilever Indonesia, Tbk
LIKUIDITAS, DAN pada tahun 2011 sampai
AKTIVITAS 2015 berdasarkan net
TERHADAP KINERJA profit margin mengalami
KEUANGAN PT. penurunan. Return On
UNILEVER Asset pada tahun 2011
INDONESIA, Tbk sampai 2013
mengalamipeningkatan,
Return on asset tahun
2014 dan 2015
mengalami penurunan.
Kinerja keuangan
berdasarkan return on
equity pada tahun 2011
sampai 2013 mengalami
peningkatan, return on
equitypada tahun 2014
dan 2015 mengalami
penurunan.
kerugian. Rasio keuangan ini pula yang dapat memberikan kita gambaran apakah
suatu perusahaan mengalami financial distress atau tidak. Selain itu factor tata
kelola perusahaan yang baik atau yang dikenal dengan Good Corporate
dasarnya kebijakan hutang akan menentukan nilai perusahaan. Hal ini berkaitan
dengan pendanaan yang diperoleh melalui hutang. Hutang dapat sangat membantu
62
dalam mengatasi masalah pendanaan, akan tetapi perlu dipertimbangkan risiko
akan terjadinya kebangkrutan pada penggunaan hutang dalam jumlah yang besar.
Dari penjelasan tersebut, maka dapat dibuat kaitan antara rasio keuangan
hutang terhadap financial distress dengan kerangka pemikiran pada gambar sebagai
berikut.
angka-angka tertentu, seperti angka rasio cepat, angka rasio lancar, dan angka rasio
maka semakin tinggi juga kinerja perusahaan tersebut. Selain itu, biasanya
perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi akan memiliki kesempatan lebih baik
untuk mendapatkan berbagai dukungan dari banyak pihak, mulai dari lembaga
Current Ratio (CR) atau rasio lancar dihitung dengan membagi aset lancar
kewajiban lancar ditutupi oleh aset yang diharapkan akan menjadi kas dalam
waktu dekat (Brigham dan Houston, 2010). Nilai CR yang tinggi menunjukkan
bahwa perusahaan melakukan penempatan dana yang besar pada sisi aktiva
lancar. Penempatan dana yang besar pada aktiva lancar bisa menyebabkan
63
membaik, tentunya akan berdampak pada semakin meningkatnya profitabilitas
perusahaan tersebut.
yang dihasilkan dengan total aktiva yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi
yang maksimal sehingga semakin cepat tingkat perputaran aktiva maka semakin
cepat peningkatan laba yang dihasilkan. Atau juga penjualan yang meningkat
manajemen aktiva, dan manajemen utang pada hasil operasi. Rasio ini meliputi
64
margin laba bersihatas penjualan, rasio kemampuan dasar untuk menghasilkan
ekuitas saham biasa. Perusahaan dengan likuiditas yang semakin tinggi memiliki
menghasilkan laba semakin rendah. Hal ini dikarenakan rasio lancar yang terlalu
Governance)
yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban kepada pihak ketiga (Kasmir,
Yang diukur dengan quick ratio. Tingkat likuiditas yang tinggi memperkecil
kepada kreditur dan berlaku pula sebaliknya. Tinggi rendahnya rasio ini akan
rasio ini maka makin efisien perusahaan dalam mendayagunakan Asset lancar
65
Perusahaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi menandakan bahwa
jangka pendeknya tepat waktu. Perusahaan yang dapat dengan segera memenuhi
yang baik akan membuat tingkat kepercayaan investor semakin tinggi karena
mampu memberikan jaminan keamanan atas dana atau aset yang tertanam pada
66
perusahaan. Serta Ukuran Perusahaan yang merupakan salah satu variabel yang
keuangan perusahaan salah satu faktor yang dilihat oleh calon investor untuk
aset tidak dinyatakan terlalu tinggi serta beban dan utang dinyatakan tidak terlalu
67
2.2.3. Hubungan Likuiditas Dengan Kebijakan Hutang
dipandang bagai dua sisi mata uang dengan profitabiltas (Irawan dan Faturohman,
alat untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dengan cara mengukur kemampuan
suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Salah satu rasio
likuiditas yaitu current ratio (CR) yang merupakan perbandingan antara aktiva
kekurangan modal kerja untuk memenuhi kewajiban yang segera jatuh tempo,
sedangkan rasio yang tinggi menandakan bahwa investasi yang dilakukan tidak
dianggap dapat diterima atau acceptable, nilai yang kurang dari 1 kali
pengembalian utang. Hasil penelitian (Ramlall, 2009, Paydar dan Bardai, 2012)
68
membuktikan bahwa likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap
kebijakan utang, hasil ini berarti semakin likuid suatu perusahaan maka
semakin kecil utang perusahaan. Hasil yang berbeda diperoleh (Sabir dan
terhadap kebijakan utang, hasil ini berarti semakin likuid suatu perusahaan
makan akan semakin mudah perusahaan memperoleh utang dari kreditur. Menurut
Ozkan (2001) bahwa perusahaan yang memiliki current ratio tinggi berarti
dengan teori pecking order yang menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan
dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba
ditahan, utang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir (Mamduh, 2004).
utang
Corporate Governance)
69
profitabilitasnya, salah satunya adalah dengan menerapkan tata kelola yang
2014). Menurut penelitian Tjondro dan Wilopo (2012) terdapat hubungan positif
antara GCG dan profitabilitas. Semakin baik penerapan GCG maka akan
berpengaruh baik pada harga saham. Dengan demikian penerapan GCG (Good
baik terhadap Net Profit Margin (NPM) maupun Return on Assets (ROA) yang
70
informasi laba yang berkualitas. Good Corporate Governance yang mengandung
keagenan serta nilai perusahaan akan dapat dinilai dengan baik olehinvestor.
Kinerja keuangan yang baik salah satunya ditandai dengan adanya peningkatan
71
maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas mempunyai tujuan dan manfaat, tidak
hanya bagi pihak pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar
dengan perusahaan
gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-
periode tertentu (Safitri & Yulianto, 2015). Penerapan GCG berpengaruh positif
terhadap profitabilitas.
menjadi lebih yakin atas pengembalian dana investasi yang mereka serahkan.
72
menggunakan hutang dapat mengurangi masalah keagenan, dikarenakan kebijakan
kata lain debt to equity ratio (DER) berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
tinggi profit yang diperoleh perusahaan maka akan semakin kecil penggunaan
menggunakan modal sendiri yang diperoleh dari laba ditahan terlebih dahulu.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Purnaningrum (2012)
kebijakan hutang.
73
manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan
(Wahyudin & Solikhah, 2017). Praktik corporate governance (CG) belum bisa
kinerja perusahaan agar rasio utang semakin berkurang. Dengan adanya kesadaran
dari manajemen sebagai agen untuk mengurangi rasio utang, maka mekanisme
GCG yang dilakukan oleh perusahaan akan menghasilkan skor dan penilaian GCG
yang semakin tinggi. Penelitian ini didukung oleh Adnan, dkk (2014), Aprilia, dkk.
apakah yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di
74
masa datang (Sartono 2011). Pertimbangan yang diperlukan dalam membuat
kepentingan antara pemegang saham dan manajemen perusahaan itu sendiri. Oleh
karena itu, diperlukan suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik yaitu
Distress
(Hapsari,2012).
uang,pendapatan tidak mampu menutup biaya sendiri karena tingkat laba yang
lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang,arus kas perusahaan lebih
kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas perusahaan sebenarnya jauh
di bawah arus kas yang diharapkan atau tingkat pendapatan atas biaya historis
75
dan investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan yang dikeluarkan
ringan sampai pada kesulitan yang lebih serius, yaitu jika hutang lebih besar
distress yang lebih buruk. Financial distress dapat dikenali melalui laporan
Menurut Imam dan Reva (2012) financial distress dapat diukur melalui
laporan keuangan dengan cara menganalisis laporan keuangan. Salah satu cara
2014).
76
bahwa semakin likuid suatu perusahaan maka perusahaan tersebut semakin
likuid akan mampu untuk melunasi hutang tersebut dan tidak akan
pihak luar bahwa perusahaan mampu untuk melunasi hutang lancarnya dan
dengan baik dan laba perusahaan semakin meningkat. Dari hasil laba yang
operasional dan juga dapat membagikan laba tersebut kepada investor. Adanya
lebih kecil (Okta, 2015). Hal tersebut akan memberikan sinyal positif kepada
pihak eksternal bahwa perusahaan sedang tidak mengalami masalah keuangan. Hal
77
(2016) dan Al-Khatib dan Al-Horani (2012) menunjukkan bahwa profitabilitas
dihasilkan oleh perusahaan dalam satu tahun. Semakin besar total penjualan
maka semakin besar pula ukuran suatu perusahaan (Sri dan Agnes, 2015). Penjualan
78
tahan terhadap masalah ekonomi dimana hal tersebut memberikan sinyal
financial distress. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Wayan dan Ni Ketut (2014)
yang dimiliki oleh badan hukum atau institusi keuangan seperti perusahaan
dapat terhindar.
jangka waktu tertentu pihak perusahaan wajib membayar kembali atau wajib
memenuhi tagihan yang berasal dari pihak luar tersebut. Pemenuhan kewajiban
ini dapat berupa pembayaran uang, penyerahan barang atau jasa kepada pihak
digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER
79
(debt to equity ratio), semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen yang akan diterima. DER yang rendah diharapkan dapat mengurangi
kebangkrutan pada periode yang akan datang. Perusahaan dinilai beresiko apabila
memiliki porsi hutang yang besar dalam struktur modal, namun sebaliknya
apabila perusahaan menggunakan hutang kecil atau tidak sama sekali maka
pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar
sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Financial
distress adalah suatu konsep luas yang terdiri dari beberapa situasi
80
Gambar 2.1.
Kerangka Pemikiran
Kasmir (2014:104)
Kasmir (2014:104)
Sutedi (2012:24)
Kebijakan
- 0:78)Hutang (X4)
- Debt to Equity Ratio (DER)
- Debt to Total Asset Ratio (DAR)
- Long Term Debt to Equity Ratio /
LTDER
Kasmir (2014)
81
2.5. Pengembangan Hipotesis
Indonesia.
Indonesia.
82
BAB III
METODE PENELITIAN
metode penelitian adalah cara yang digunakan oeh penliti dalam mengumpulkan
berikut :
merupakan suatu cara atau jalan pengaturan atau pemeriksaan sesuatu secara benar,
merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dalam melaksanakan
83
signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang
memeperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.
penelitian yang berdasarkan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan
kuantitatif adalah jenis penelitian yang berdasarkan data berupa angka dalam
data yang akan diperoleh berupa informasi atau data kualitatif yang diangkakan.
84
deskriptif dan metode verifikatif. Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono
Umar (2011:22) adalah metode yang bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu
yang tengah berlangsung pada riset dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari
terjadi saat sekarang. Metode ini memusatkan perhatian pada masalah aktual
deskriptif ini merupakan metode yang bertujuan untuk mengetahui sifat serta
hubungan yang lebih mendalam antara tiga variabel dengan cara mengamati aspek-
aspek tertentu secara lebih spesifik untuk memperoleh data yang sesuai dengan
masalah yang ada dengan tujuan penelitian, dimana data tersebut diolah, dianalisis,
dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang telah dipelajari sehingga data
ini untuk mengetahui sifat masing-masing yang dimiliki sebuah variabel dan
mengetahui hubungan yang lebih mendalam antara tiga variabel dengan cara
mengamati aspek-aspek tertentu secara lebih spesifik untuk memperoleh data yang
85
sesuai dengan masalah yang ada dengan tujuan penelitian agar dapat ditarik menjadi
sebuah kesimpulan.
yang bertujuan untuk mengecek kebenaran dari hasil penelitian lain. Sedangkan
menguji kebenaran teori dan hipotesis yang telah dikemukakan para ahli mengenai
keterkaitan antara kapasitas sumber daya manusia, kualitas pelaporan keuangan dan
pemeriksaan pajak. Serta menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah
diterima atau ditolak. Alasan menggunakan metode verifikatif dalam penelitian ini
Objek penelitian dalam tesis ini adalah likuiditas, profitabilitas, tata kelola
dependen. Kedua variabel dalam penelitian ini bersifat kuantitatif, yaitu berupa
rasio. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan sektor aneka industri yang terdaftar
86
Jakarta Selatan 12190, Indonesia. Penulis memilih sektor aneka industri sebagai
objek penelitian karena di sana terdapat fenomena yang layak untuk diteliti yaitu
dari data yang diteliti selama 5 tahun terakhir terdapat kemungkinan sektor ini yang
berikut: Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk
adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.
kegiatan menguji hipotesis, yaitu menguji kecocokan antara teori dan fakta empiris
di dunia nyata. Hubungan nyata ini lazim dibaca dan dipaparkan dengan berstandar
kepada variabel. Dari pengertian di atas maka dapat dikatakan bahawa variabel
penelitan merupakan Segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian untuk menguji
hipotesis.
serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini, sehingga
pengujian hipotesis yang akan dilakukan dengan dibantu oleh alat statistik akan
sesuai dengan variabel-variabel dalam penelitian ini. Untuk menguji hipotesis yang
87
diajukan, maka variabel-variabel yang akan diteliti perlu diberi batasan-batasan
sebagai berikut :
variabel-variabel lain, bahkan variabel ini merupakan faktor penyebab yang akan
akibat pada variabel yang lain, yang pada umumnya berada dalam urutan tata waktu
yang terjadi lebih dulu. Keberadaan variabel ini dalam penelitian kuantitatif
variabel terikat, biasanya dinotasikan dengan simbol x. Dengan kata lain, variabel
bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan
ini adalah Rasio Keuangan, Tata Kelola Perusahaan / Good Corporate Governance
88
Variabel terikat menurut Sugiyono (2010:61) menyatakan bahwa Variabel
dependent adalah variabel terkait yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena
terikat merupakan variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi oleh variabel bebas.
Keberadaan variabel ini dalam penelitian kuantitatif adalah sebagai variabel yang
dijelaskan dalan fokus atau topik penelitian. Dan menurut Robbins (2009:23) dalam
Juliansyah Noor (2012:49) variabel terikat merupakan faktor utama yang ingin
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk sektor pertanian dan aneka industri
Tabel 3.1.
Operasional Variabel
89
yang sudah jatuh Rasio Perputaran CTR = Net Sales /
tempo.” Kas (Cash Working Capital
Kasmir (2014:129) Turnover Ratio)
Tata Kelola “Struktur dan proses Dewan Direksi Ukuran Dewan Rasio
Perusahaan (Peraturan, Sistem dan Direksi = ∑ Anggota
(Good Prosedur) untuk Dewan Direksi
Corporate memastikan Prinsip
Governance) TARIF bermigrasi
(X3) menjadi kultur, Kepemilikan Kepemilikan
mengarahkan dan Institusional Institusional =
mengendalikan (Jumlah Saham
perusahaan untuk Institusi :
mewujudkan Jumlah Saham
pertumbuhan Beredar di Pasar) x
berkelanjutan, 100%
meningkatkan nilai
tambah dengan tetap
memperhatikan Kepemilikan Kepemilikan
keseimbangan Manajerial Manajerial =
kepentingan (Jumlah Saham oleh
stakeholders yang sesuai pihak manajemen :
dengan prinsip korporasi Jumlah Saham
yang sehat dan peraturan Beredar) x 100%
perundang-undangan
yang berlaku". (Daniri,
2014:5)
90
Kebijakan “Kebijakan hutang Rasio hutang DER = (total utang : Rasio
Hutang (X4) merupakan keputusan terhadap ekuitas modal) x 100%
yang sangat penting (debt to equity
dalam perusahaan. ratio)
Dimana kebijakan
hutang merupakan salah Rasio hutang DAR = (total utang :
satu bagian dari terhadap total total aktiva) x 100%
kebijakan pendanaan aktiva (debt to
perusahaan. Kebijakan total asset ratio)
hutang adalah kebijakan
yang diambil pihak Rasio hutang Long Term Debt to
manajemen dalam jangka panjang Equity Ratio =
rangka memperoleh terhadap total Hutang Jangka
sumber daya modal (Long Term Panjang : Total
pembiayaan bagi Debt to Equity Equity
perusahaan sehingga Ratio / LTDER)
dapat digunakan untuk
membiayai aktivitas
operasional
perusahaan.” (Bambang
Riyanto, 2011:98)
Financial “Financial distress Altman’s Z-score atau Zi = 0,717X1 + Rasio
Distress (Y) represents a state where Altman Bankrupty 0,847X2 + 3,107X3 +
firms are facing Prediction Model Z- 0,420X4 + 0,998X5
financial difficulties score
with respect to poor cash Keterangan :
flows and profitability Xl = (Aktiva lancar -
and is a condition where utang lancar)/Total
a company cannot meet, Aset
or has difficulty paying X2 = Laba yang
off, its financial ditahan/Total Aset
obligations to its X3 = Laba sebelum
creditors, typically due bunga dan
to high fixed costs, pajak/Total Aset
illiquid assets or X4 = Nilai pasar
revenues sensitive to saham biasa dan
economic downturns”. preferen/Nilai buku
(Nagar, 2016:15) total utang
X5 = Penjualan/Total
Aset Zi = Nilai Z-
Score
rasio. Skala rasio merupakan skala pengukuran yang memiliki semua sifat skala
91
interval ditambah satu sifat lain yaitu memberikan informasi tentang nilai absolut
dari objek yang diukur. Skala rasio merupakan skala pengukuran yang ditujukan
kepada hasil pengukuran yang bisa dibedakan, diurutkan, mempunyai jarak tertentu
dan bisa dibandingkan.Skala ini menggunakan titik baku atau titik nol mutlak. Jadi,
ukuran yang dilihat adalah perbedaan nilai antara objek dengan nilai nol absolut.
Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk sektor pertanian dan aneka
92
yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak
secara langsung maupun tidak langsung. Maka dalam penelitian ini penulis
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk sektor pertanian dan aneka
3.5.1. Populasi
berikut :
subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang
berkaitan dengan masalah dalam penelitian maka yang menjadi populasi sasaran
93
dalam penelitian ini adalah perusahaan Manufaktur yang sudah terdaftar di Bursa
3.5.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,tenaga dan
waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari
populasi.
anggota yang dipilih dari populasi. Dan menurut Suharsimi Arikunto (2010:174)
sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Adapun teknik
oleh peneliti untuk menentukan sampel adalah dengan menentukan sektor aneka
kesalahan dalam populasi diizinkan 10% jika besar proporsi sampel sukses 0,5.
p=x
n
rumus Slovin yang dikutip oleh Husein Umar (2010:78), yaitu sebagai berikut :
94
n = N
2
(n . e + 1)
Keterangan:
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
dalam penyusunan penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia sektor pertanian dan aneka industri selama periode 2014 s.d 2019.
sebagai berikut:
Metode analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematik data
yang telah diproses dari hasil observasi lapangan dan dokumentasi dengan cara
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan
95
yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
verifikatif.
2) Menyusun data yang sudah diberi skor ke dalam tabel (tabulasi data).
3) Dihitung besarnya tingkat variabel laten dengan melihat jumlah total skor
jawaban variabel laten (skor aktual) yang dibandingkan dengan skor tertinggi yang
diperlukan alat ukur yang valid dan dapat diandalkan, atau dengan kata lain harus
memiliki validitas dan reliabilitas. Hal ini diperlukan agar hasil akhir dan
96
kesimpulan yang dikemukakan peneliti tidak akan keliru dan memberikan
gambaran yang tidak jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya serta hipotesis
yang digunakan juga akan mengenai sasarannya. Suatu alat ukur yang tidak valid
dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan
subjek yang dikenai tes tersebut. Untuk itulah maka perlu dilakukan uji validitas
dan uji reliabilitas terhadap alat ukur penelitian ini. Analisis Verifikatif dalam
penelitian ini dengan menggunakan alat uji statistik yaitu dengan uji Model
variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel laten (tidak
indikator-indikator dari variabel laten yang merefleksikan paling kuat dan paling
97
Menurut Imam Ghozali (2006:18) Partial Least Square (PLS) didefinisikan
sebagai berikut :
Model ini dikembangkan sebagai alternatif untuk situasi dimana dasar teori
pada perancangan model lemah atau indikator yang tersedia tidak memenuhi model
pengukuran refleksif. PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga
dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan teorinya
sebagai berikut:
PLS menggunakan literasi algoritma yang terdiri dari seri analisis ordinary
least squares maka persoalan identifikasi model tidak menjadi masalah untuk
model recursive, juga tidak mengasumsikan bentuk distribusi tertentu untuk skala
ukuran variabel. Lebih jauh lagi jumlah sampel dapat kecil dengan perkiraan kasar.
Menurut Fornell yang dikutip Imam Ghozali (2006:1) kelebihan lain yang
didapat dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) adalah sebagai berikut:
SEM berbasis variance atau PLS ini memberikan kemampuan untuk melakukan
analisis jalur (path) dengan variabel laten. Analisis ini sering disebut sebagai kedua
model analisis PLS merupakan pengembangan dari model analisis jalur, adapun
beberapa kelebihan yang didapat jika menggunakan model analisis PLS yaitu data
98
tidak harus berdistribusi tertentu, model tidak harus berdasarkan pada teori dan
adanya indeterminancy, dan jumlah sampel yang kecil. Beberapa istilah umum
yang berkaitan dengan SEM menurut Hair et al (1995), diuraikan sebagai berikut:
a) Konstruk Laten
ketentuan konseptual namun tidak secara langsung (bersifat laten), tetapi diukur
kejadian dari suatu amatan yang diformulasikan dalam bentuk konseptual dan
b) Variabel Manifest
Konstrak laten tidak dapat diukur secara langsung (bersifat laten) dan
oleh variabel lainnya. Variabel eksogen memberikan efek kepada variabel lainnya.
Dalam diagram jalur, variabel eksogen ini secara eksplisit ditandai sebagai variabel
yang tidak ada panah tunggal yang menuju kearahnya. Variabel endogen adalah
99
variabel yang dijelaskan oleh variabel eksogen. Variabel endogen adalah efek dari
variabel eksogen. Dalam diagram jalur, variabel endogen ini secara eksplisit
d) Variabel Intervening
sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel laten. Hal ini mengakibatkan bila
terjadi perubahan dari satu indikator akan berakibat pada perubahan pada indikator
lainnya dengan arah yang sama. Ciri-ciri model indikator reflektif adalah:
consistency reliability).
100
2) Model formatif dipandang secara matematis, indikator seolah-olah
sebagai variabel yang mempengaruhi variabel laten, jika salah satu indikator
meningkat, tidak harus diikuti oleh peningkatan indikator lainnya dalam satu
konstruk, tapi jelas akan meningkatkan variabel latennya. Ciri-ciri model indikator
formatif adalah:
Menurut Imam Ghozali (2006:4) PLS adalah salah satu metode yang dapat
asumsi yang ketat, baik mengenai sebaran dari perubahan pengamatan maupun
variabel laten) dan outer model (model pengukuran yaitu hubungan antara indikator
101
dengan konstruknya) dispesifikasi. Hasilnya adalah residual variance dari variabel
Semua variabel laten dalam PLS terdiri dari tiga set hubungan, yaitu: (1)
inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten (structural model),
(2) outer model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten dengan
indikator atau variabel manifestnya (measurement model), dan (3) weight relation
dalam mana nilai kasus dari variabel laten dapat diestimasi. Tanpa kehilangan
generalisasi, dapat diasumsikan bahwa variabel laten dan indikator atau manifest
variabel diskala zero means dan unit variance sama dengan satu sehingga parameter
variabel laten dengan variabel manifes. Untuk variabel laten Kapasitas Sumber
Daya Manusia terdiri dari 3 variabel manifes. Kemudian variabel laten Kualitas
Pelaporan Keuangan terdiri dari 4 variabel manifes dan variabel laten Kualitas
Model struktural (inner model) pada penelitian ini terdiri dari satu variabel
laten eksogen (Kapasitas Sumber Daya Manusia) dan dua variabel laten endogen
102
(Kualitas Pelaporan keuangan dan Kuaitas Pemeriksaan Pajak). Inner model yang
kadang disebut juga dengan inner relation structural model dan substantive theory,
Dimana βji dan γjb adalah koefisien jalur yang menghubungkan prediktor
endogen dan variabel laten eksogen ξ dan ε sepanjang range indeks i dan b dan δj
teoritis yang telah dibangun pada tahap pertama. Diagram alur menggambarkan
hubungan antar konstruk dengan anak panah yang digambarkan lurus menunjukkan
eksogen dikenal dengan independent variabel yang tidak diprediksi oleh variabel
yang lain. Konstruk eksogen adalah konstruk yang dituju oleh garis dengan satu
ujung panah. Secara lengkap_model struktural pada penelitian ini dapat lihat pada
103
Gambar 3.1.
Struktur Model Analisis Variabel Penelitian Secara Keseluruhan
X1
X2
X3 ξ1
X4
X5
X6
X7
X8 ξ2
ƞ
X9
X10
X11
X12 ξ3
X13
X14
X15
ξ4
X16
X17
104
4) Menjabarkan Diagram Alur ke Dalam Persamaan Matematis
hipotesis.
X= Λxξ + δ Y = ΛyȠ + ɛ
η1 = γξ + ζ1
η2 = βη1 + ζ2
X1.1 = λ1 ξ 1 + 1
X1.2 = λ2 ξ 1 + δ2
105
X1.3 = λ3 ξ 1 + δ3
X1.4 = λ4 ξ 1 + δ4
Y1= λ4η1 + ε1
Y2= λ5η1 + ε2
Y3= λ6η1 + ε3
Y4= λ7η1 + ε4
Z1= λ8η2 + ε5
Z2= λ9η2 + ε6
Z2= λ10η2 + ε7
Interpretasi model atau hasil pengujian pada tahap ini disesuaikan dengan data
Tabel 3.8
Keterangan Simbol-Simbol
106
5) Estimasi
Pada tahapan ini nilai γ dan λ yang terdapat pada langkah keempat
bobot (weight estimate), tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan
outer model, tahan ketiga menghasilkan estimasi means dan parameter lokasi
(konstanta).
partial least square terdiri dari dua jenis, yaitu uji kecocokan model pengukuran dan
Uji kecocokan model pengukuran (fit test of measurement model) adalah uji
107
a) Indikator validitas: dilihat dari nilai faktor loading dan t-statistic sebagai
berikut:
1) Jika nilai faktor loading antara 0,5-0,6 maka dikatakan cukup, sedangkan
jika nilai faktor loading ≥ 0,7 maka dikatakan tinggi (Imam Ghozali, 2006).
Kriteria dikatakan reliabel adalah nilai CR lebih besar dari 0,7 (Yamin dan
adalah lebih besar dari 0,5 (Yamin dan Kurniawan, 2011 dalam Uce Indahyanti,
2013).
yaitu dengan cara melihat nilai cross loading factor dan membandingkan akar AVE
lebih besar dibandingkan korelasi antara indikator dengan variabel laten yang lain.
Jika korelasi indikator dengan variabel latennya memiliki nilai lebih tinggi
dibandingkan dengan korelasi indikator tersebut terhadap variabel laten lain, maka
dikatakan variabel laten tersebut memiliki validitas diskriminan yang tinggi (Uce
108
b) Uji Kecocokan Model Struktural (Inner Model)
Uji kecocokan model struktural (fit test of structural model) adalah uji
variabel, dimana nilai koefisien korelasi menunjukkan arah dan kuat hubungan
antara dua variabel. Karena data yang dipakai dalam penelitian ini menggunakan
skala rasio, maka koefisien korelasi yang dipakai adalah Koefisien Korelasi Pearson
Product Moment.
Bentuk dan besarnya koefisien korelasi (r) memiliki nilai -1 sampai dengan +1
109
variabel terikat turun. Sebaliknya, jika variabel bebas turun, maka variabel
terikat naik.
b) Jika r > 0, berarti hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
merupakan hubungan positif. Artinya, jika variabel bebas naik, maka variabel
terikat naik. Sebaliknya, jika variabel bebas turun, maka variabel terikat turun.
c) Jika r = 0, berarti hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat tidak
ada hubungan. Artinya, jika salah satu variabel berubah maka tidak
d) Jika r = -1 atau 1, berarti antara variabel bebas dan variabel terikat terdapat
Tabel 3.9
Kriteria Penilaian Koefisien Korelasi
110
2) Koefisien hubungan antar variabel tersebut signifikan secara statistik yaitu
dengan nilai t-statistic ≥ 1,645. Taraf nyata atau taraf keberartian (α) dalam
penelitian ini adalah 0,05, dimana di dalam tabel distribusi normal nilainya adalah
1,645. Apabila nilai t-statistic ≥ 1,645 berarti ada suatu hubungan atau pengaruh
antar variabel dan menunjukkan bahwa model yang dihasilkan semakin baik (Uce
Indahyanti, 2013).
3) Nilai koefisien determinasi (R2 atau R-square) mendekati nilai 1. Nilai R2 untuk
menerangkan variabel endogen. Nilai R2 ini dalam PLS disebut juga Q-square
predictive relevance. Besarnya R2 tidak pernah negatif dan paling besar sama
dengan satu (0 ≤ R2 ≤ 1). Semakin besar nilai R2, berarti semakin baik model yang
Tabel 3.10
Kriteria Penilaian Koefisien Determinasi
Nilai Koefesien Tafsiran
Determinasi
> 0,40 Sangat rendah
0,40 ≤ R2 < 0,16 Rendah
0,16 ≤ R2 < 0,49 Sedang/Cukup
0,49 ≤ R2 < 0,81 Tinggi
0,81 ≤ R2 < 1,00 Sangat Tinggi
Sumber: Guilford (1956:145)
111
3.9. Pengujian Hipotesis
Setelah kita mendapatkan data dan mengolah data maka pengujian hipotesis
akan sampai pada membuat kesimpulan menerima atau menolak hipotesis tersebut.
hipotesis maka hipotesis alternatih (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (H0).
dengan pengujian hipotesis adalah salah satu cara dalam statistika untul menguji
dari populasi, cara ini lebih mudah dibandingkan dengan menghitung seluruh
anggota populasi. Setelah mendapatkan hasil statistik dari sampel, maka hasil
tersebut dapat digunakan untuk menguji pernyataan populasi, apakah bukti empiris
112
a) Merumuskan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). H0
(hipotesis alternatif) adalah suatu pernyataan yang diterima jika data sampel
memberikan cukup buki bahwa hipotesis nol adalah salah. H0 mempunyai tanda
benar. Semakin kecil semakin baik. Besar taraf nyata bisa 0,1; 0,05; dan 0,01.
d) Menentukan daerah keputusan, yaitu nilai Z kritis dari taraf nyata. Daerah
Gambar 3.2
Daerah Keputusan Hipotesis
keputusan. Terdapat dua hipotesis dalam penelitian ini. Kedua hipotesis ini diuji
dengan statistik uji t dengan ketentuan H0 ditolak jika thitung lebih besar dari nilai
113
BAB IV
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019. Jumlah perusahaan yang
penelitian ini adalah Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
sampel perusahaan yang akan diteliti. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, laporan tahunan
114
1. Astra International Tbk (ASII)
dengan nama Astra International Inc. yang didirikan tahun 1957 di Jakarta. Seiring
menjadi PT Astra International Tbk. Saham Perseroan dicatat dibursa dengan ticker
ASII.
Skala usaha Astra terus berkembang, sehingga saat ini memiliki 225.580
karyawan pada 183 anak perusahaan, pengendalian bersama entitas dan perusahaan
asosiasi yang menjalankan enam segmen usaha, yaitu Otomotif, Jasa Keuangan,
Alat Berat dan Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur, Logistik dan Lainnya, dan
penghujung
tahun 2014 adalah sebesar Rp 301 triliun (posisi penutupan 30 Desember 2014).
membanggakan. Berawal dari distributor Toyota di tahun 1969, segmen ini terus
berkembang dan kini mampu menyediakan beragam pilihan dan model terbaru
kendaraan bermotor sesuai kebutuhan konsumen, mulai dari sepeda motor Honda,
hingga berbagai ukuran mobil dan truk bermerek Toyota, Daihatsu, Isuzu, BMW,
Peugeot dan UD Trucks. Astra juga memastikan kemudahan bagi konsumen untuk
115
perusahaan pembiayaan Astra yang menawarkan kredit konvensional dan Syariah
yang terjangkau serta variasi jenis suku cadang dan aksesoris otomotif hasil
produksi Astra Otoparts. Komitmen penyediaan produk dan layanan purna jual
Indonesia.
Segmen jasa keuangan Astra terdiri dari empat pilar bisnis utama dalam
penjualan rantai usaha bisnis lainnya. Keempat pilar bisnis tersebut adalah:
pembiayaan mobil Astra dan non Astra; pembiayaan alat berat; asuransi yang terdiri
dari asuransi umum dan asuransi jiwa; serta layanan perbankan. Dengan berfokus
menyeluruh dan disiplin, membuat setiap bisnis jasa keuangan Astra berhasil
menjaga, bahkan memperbaiki kualitas aset dan tingkat rasio kredit bermasalah
roda empat. Segmen pasar terbesar Perseroan adalah pasar pabrikan otomotif
116
(REM/Replacement Market). Saat ini Grup Astra Otoparts terdiri dari 7 unit bisnis,
pemasok komponen terkemuka dari Jepang, Eropa, Amerika Serikat, China, dan
Taiwan, seperti Aisin Seiki, Aisin Takaoka, Akashi Kikai Seisakusho, Akebono
Brake, Aktiebolaget SKF, Asano Gear, Daido Steel, Denso, DIC Corporation, GS
NHK Precision, Nippon Gasket, Nittan Valve, Pirelli, SunFun Chain, Toyoda
OEM dan ke pasar REM di dalam dan luar negeri melalui unit bisnis perdagangan
kendaraan roda empat; dan Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki, dan TVS untuk
117
Di bidang perdagangan, Astra Otoparts memiliki unit bisnis domestik, unit
domestik yang luas, mencakup 50 main dealers, 23 kantor penjualan, dan 12.000
toko suku cadang yang tersebar di seluruh Indonesia. Produk Perseroan tidak hanya
menguasai pasar dalam negeri tetapi juga telah merambah ke lebih dari 30 negara
di Timur Tengah, Asia Oceania, Afrika, Eropa, dan Amerika, serta memiliki kantor
retail otomotif modern pertama di Indonesia dengan konsep bisnis waralaba yang
fokus pada fast moving parts, quick service, dan related service. Jaringan retail yang
dikenal dengan nama Shop&Drive ini terus berkembang hingga akhir tahun 2014,
dan telah memiliki 335 outlet yang tersebar di pulau Jawa, Bali, Kalimantan, dan
Sulawesi.
triliun, terus meningkat menjadi Rp 10,70 triliun pada tahun 2013 dan Rp 12,25
triliun pada tahun 2014. Laba bersih Perseroan yang mencapai Rp 1,05 triliun pada
tahun 2012, mengalami sedikit penurunan menjadi Rp 948 miliar pada tahun 2013,
dan menjadi Rp 872 miliar pada tahun 2014. Keberhasilan Astra Otoparts
situasi pasar yang penuh tantangan merupakan hasil dari pencapaian dua aspek
118
pelanggan. Dengan profil keuangan yang sehat dan portofolio bisnis yang beragam,
Perseroan akan terus bertumbuh menjadi pemasok komponen otomotif kelas dunia.
berdasarkan Akta Notaris dari Lenny Budiman, S.H., Notaris di Jakarta No. 28
tanggal 15 Maret 1982. Akta pendirian ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman
kegiatan operasi komersialnya sejak tahun 1982, Perseroan memiliki dua lokasi
pabrik masing-masing terletak di Jl. Kapuk Raya No. 23, Jakarta Utara, dan Jl.
Industri Raya III Blok AE No. 23 Jatake, Tangerang. Sesuai dengan Pasal 3
perdagangan umum, industri, dan jasa. Saat ini Perseroan melakukan kegiatan
usaha di bidang industri komponen dan sub komponen (termasuk mur dan baut)
kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat. Di awal kegiatan operasionalnya,
Kemudian pada tahun 1989, Perseroan mulai memasok suku cadang jenis mur dan
baut ke beberapa produsen kendaraan roda dua, disusul pada tahun 1992 Perseroan
mulai memasok mur dan baut untuk kendaraan roda empat ke beberapa produsen
119
kendaraan tersebut. Dari dua pabriknya di Kapuk Kamal Raya (Jakarta Utara) dan
kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat, seperti engine bolts, wheel bolts,
screw, nut and rivets, suspension and brake parts, dan 4T-12T fasteners. Perseroan
dapat memproduksi suku cadang tersebut dengan spesifikasi sesuai pesanan untuk
digunakan pada motor, mobil, truk, bus, dan juga untuk mesin lainnya. Perseroan
menyimpan bahan baku dalam jumlah tertentu sesuai dengan kebutuhan kapasitas
di gudang yang dapat memenuhi kebutuhan untuk 2 bulan pesanan pelanggan, yang
terbagi menjadi 1 (satu) bulan untuk buffer shipping dan 1 (satu) bulan untuk buffer
persediaan. Perseroan tidak memiliki ketergantungan pada satu pemasok dan juga
tidak memiliki ketergantungan terhadap produk dan pelayanan dari pihak tertentu.
waktu lama untuk menyimpan sejumlah besar persediaan barang jadi karena setelah
itu, jenis produk yang dihasilkan Perseroan tidak memerlukan pemeliharaan khusus
selama masa penyimpanan yang relatif singkat. Hal ini berkat penerapan proses
pemeliharaan khusus terkait dengan sifat bahan baku utama berupa besi baja, yang
itu, Perseroan telah mengatur sistem persediaan dengan metode First-In First-Out,
dan membungkus besi baja dengan kemasan yang dapat mencegah proses oksidasi.
120
Perseroan menerapkan beberapa kebijakan mengenai termin pembayaran kepada
adalah rata-rata 45 hari. Untuk pelanggan dari kategori lain, seperti pedagang toko
retail atau produk after market, termin pembayaran akan dievaluasi berdasarkan
tersebut didasarkan pada kredibilitas dan reputasi serta track record pembayaran
Perseroan didirikan pada tahun 1981 dengan nama PT Branta Mulia sebagai
perusahaan pemasok utama bahan penguat ban premium di kawasan Asia Tenggara.
dengan kualitas nomor satu, kinerja dengan profesionalisme yang tinggi, serta
Dengan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga Perseroan tetap
1985, Perseroan memulai operasi pabrik kain ban (TCF) pertama di Citeureup,
Bogor, Jawa Barat. Selanjutnya kegiatan operasi secara komersil dimulai pada
tanggal 1 April 1987. Saham Perseroan mulai tercatat di Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya pada tahun 1990 dengan nama PT Branta Mulia Tbk.
121
strategis bagi bisnis Perseroan. Kerjasama tersebut berakhir pada tahun 2006 ketika
sahamnya di Thai Branta Mulia Co Ltd dari 49% menjadi 64,19%. Pada tahun 2006,
Kordsa AS (Kordsa) yang merupakan salah satu anak perusahaan Sabanci Holding
Group, Turki mengakuisisi 51,3% saham Perseroan. Lalu pada tahun 2007, Kordsa
nama menjadi PT Indo Kordsa Tbk., sedangkan PT Branta Mulia Teijin Indonesia
PT Indo Kordsa Teijin menjadi 99,90% dengan membeli saham yang dimiliki oleh
Teijin Fibers Limited, Japan. Sehingga pada tahun 2009, PT Indo Kordsa Teijin
menyeluruh di pabrik benang nylon, membangun pabrik kain ban No. 2 (TCF 2)
juga ekspansi di pabrik benang polyester. Fasilitas TCF2 dan ekspansi di pabrik
benang polyester tersebut diresmikan pada awal tahun 2015 oleh Menteri
Perindustrian Republik Indonesia, Bapak Saleh Husin dan Bupati Bogor, Ibu
Nurhayanti.
Saat ini pabrik kain Perseroan dapat memproduksi kain ban sampai dengan
60 kilo ton per tahun. Sementara produksi pabrik benang polyester dan nylon adalah
122
sebesar 39 kilo ton dan 24 kilo ton. Pada tahun 2017, Perseroan memfokuskan
kinerjanya dalam memaksimalkan utilisasi kapasitas produksi yang ada selain itu
industri kain ban, serat/filament buatan, benang Nylon dan benang Polyester.
produksi dan awal diversifikasinya dalam pembuatan ban sepeda motor dan ban
komersial. Perusahaan mulai memproduksi ban sepeda motor pada tahun 1973 dan
mulai memproduksi ban bias untuk penumpang dan kendaraan komersial pada
tahun 1981. Pada tahun 1993, Perusahaan mulai memproduksi dan menjual ban
dan penjualan ban radial, ban bias, ban sepeda motor, ban dalam, flap dan rim tape,
Perusahaan juga memproduksi serta menjual tali ban dan karet sintetis beserta
olahan, yang merupakan komponen utama yang digunakan dalam pembuatan ban.
Sebagian besar pendapatan Perusahaan adalah dari penjualan ban di Indonesia dan
123
luar negeri. Perusahaan juga mendapatkan pendapatan dari penjualan produk yang
terkait dengan ban, yang terdiri dari kain ban dan karet sintetis. Melalui divisi
produk yang terkait dengan ban, selain menjual kepada pihak ketiga, Perusahaan
juga memproduksi kain ban dan karet sintetis digunakan untuk memproduksi ban
sendiri, hal ini sebagai bagian dari strategi untuk mengintegrasikan secara vertikal
memproduksi ban radial untuk mobil penumpang, ban bias untuk truk dan bus, ban
sepeda motor, ban TBR, dan ban dalam (baik untuk sepeda motor dan automotive
serta aksesoris ban seperti flaps, rim tape dan O-rings) dengan fasilitas pendukung
pabrik yang memproduksi produk yang terkait dengan ban yaitu kain ban dan karet
sintetis. Pabrik yang memproduksi produk yang terkait dengan ban berlokasi di
Tangerang dan Serang. Perusahaan juga memiliki sekitar 100 hektar tanah di
Karawang, yang rencananya akan digunakan sebagian untuk pengujian desain ban
dan sisanya direncanakan akan digunakan untuk ekspansi dan diversifikasi lini
visi dan misi yang membantu Perusahaan tetap fokus dalam meraih pencapaian
keberhasilan. Visi dan misi ini membantu Gajah Tunggal untuk selalu berupaya
mereka bekerja sama demi tujuan-tujuan yang sama, yang akan menjadi sumbangan
124
6. Indomobil Sukses International Tbk (IMAS)
suatu kelompok usaha otomotif terpadu yang memiliki beberapa anak perusahaan
yang
tahun 1976 dengan nama PT lndomobil Investment Corporation dan pada tahun
Perseroan berkantor pusat di Wisma lndomobil I, Lantai 6, Jl. MT. Haryono Kav.
Bidang usaha utama Perseroan dan anak perusahaan antara lain meliputi:
pemegang lisensi merek, distributor penjualan kendaraan, layanan purna jual, jasa
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan dengan standar kualitas yang
dijamin oleh perusahaan prinsipal serta didukung oleh layanan purna jual yang
prima melalui jaringan 3S (Sales, Service, dan Spare parts) yang tersebar di seluruh
terkenal dengan reputasi internasional yang meliputi Audi, Datsun, Foton, Hino,
Zoomlion.
125
Produk-produk yang ditawarkan meliputi jenis kendaraan bermotor roda
dua, kendaraan bermotor roda empat, bus, truk, dan alat berat. Sinergi dari seluruh
nilai-nilai yang baik yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap Perseroan
memproduksi pegas untuk kendaraan, baik berupa pegas daun maupun pegas keong
yang diproduksi dengan proses dingin maupun panas, dengan lisensi dari
produksi, operasi dan pemasaran pegas daun pada bulan Januari 1979 dan pegas
keong pada bulan Oktober 1988. Pada bulan Agustus 1990 Perseroan memasuki
pasar modal dengan mencatatkan 15.000.000 saham di Bursa Efek Jakarta dan
Bursa Efek Surabaya. Tahun 1993 saham bonus sejumlah 22.500.000 lembar
saham bonus dengan nominal sama yaitu Rp 1.000,- per lembar. Pada tanggal 10
Mei 1997, PT. Indospring Tbk telah mengadakan Perjanjian Bantuan Teknik dan
Lisensi Murata Spring Co. Ltd., Jepang khusus untuk produksi valve spring. Tahun
126
2011 Perusahaan melakukan Penawaran Umum Terbatas (PUT I) kepada para
pemegang saham Perseroan dalam rangka penerbitan Hak Memesan Efek Terlebih
atas 5 HMETD untuk membeli 5 saham baru dengan nominal Rp 1.000,- yang
sebanyak 90.000.000 lembar saham yang diambil dari kapitalisasi tambahan modal
disetor dengan rasio 5 lembar saham lama mendapatkan 2 lembar saham bonus
dengan nominal Rp. 1.000,- per lembar. Sesuai dengan program pemberdayaan
SDM yang salah satunya dilakukannya program inhouse training dan eksternal
training, technical training dan basic training. Hal tersebut didasarkan pada
ratus sembilan belas) jenis inhouse training yang diikuti oleh 4.700 karyawan
sebagai peserta. Selain itu sebanyak 1.488 karyawan juga diikutkan pelatihan di
luar (eksternal training) termasuk seminar, lokakarya dan kursus. Dalam upaya
menciptakan etos kerja yang positif, selain faktor kedisiplinan yang sudah menjadi
perhatian sejak Perseroan didirikan, faktor integritas dan tanggung jawab terhadap
pekerjaan juga salah satu perhatian khusus di tahun 2019. Faktor inilah yang
menjadi poin penting dalam penilaian kinerja selain faktor prestasi kerja dan
127
ketrampilan kerja, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kenaikan angka kredit
dan juga pemberian pelatihan baik inhouse training maupun eksternal training. Hal
bergerak didalam Industri manufaktur busi dan suku cadang kendaraan bermotor,
yang didirikan pada tanggal 7 Januari 1982, yang dibuat dihadapan Notaris
perubahan nama Perseroan menjadi PT Multi Prima Sejahtera Tbk. yang dibuat
dihadapan Notaris Misahardi Wilamarta SH, dengan nomor akta 137, dengan
Negara nomor 8217, dan tambahan nomor 100 pada tanggal 14 Desember 2001.
“busi” dengan merek dagang “Champion”, lisensi yang berasal dari Federal Mogul
lingkup kegiatan Perusahaan meliputi kegiatan industri busi dan suku cadang
aktivitas professional, ilmiah, dan teknis lainnya serta melakukan kegiatan aktivitas
128
perusahaan holding. Pada tahun 1990 merupakan awal bagi Perseroan untuk
dengan nilai nominal Rp 1.000.- Pada tahun 1991 Perseroan kembali menerbitkan
lembar saham baru sebanyak 6.375.000 lembar saham, dengan harga nominal yang
sama dengan harga per saham di awal Penerbitan. Hingga pada saat itu tercatat
Perseroan telah menerbitkan 7.625.000 lembar saham. Pada tahun 2019, Perseroan
kembali melakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split), dengan rasio 1:4
(satu banding empat) dengan nilai nominal sebelumnya Rp 100.- per lembar saham,
106.250.000 lembar saham menjadi 425.000.000 lembar saham hingga saat ini.
ban di Indonesia yang didirikan pada tahun 1988 dengan nama PT Oroban Perkasa
akta No. 33 pada tanggal 9 Desember 1996, nama Perseroan diubah menjadi “PT
Achilles dan Corsa, Perseroan juga memproduksi ban untuk perusahaan lain dengan
dan internasional. Pada tahun awal berdiri dengan memanfaatkan area pabrik yang
129
bantuan teknis berupa desain dan distribusi dari Pirelli-Itali dan Continental GMbh-
Jerman.
Michelin telah membuat dan menandatangani Agreement for the sale and purchase
tersebut, tepatnya pada tanggal 6 Maret 2019 telah terjadi akusisi sebesar 87,59%
saham (99,64%). Dengan terjadinya akuisisi yang dilakukan oleh Michelin, sampai
saat ini Perseroan masih dalam proses transisi dari Manajemen lama ke Manajemen
berhasil mendapatkan dana segar untuk ekspansi melalui berbagai inovasi dan
Perseroan, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan adalah usaha dalam
bidang industri ban yang mencakup usaha pembuatan ban dengan bahan utamanya
130
dari karet alam ataupun karet buatan untuk semua jenis kendaraan bermotor, baik
kendaraan roda empat maupun roda dua. Pengembangan terhadap dua merek utama
produk ban kendaraan, yakni Achilles untuk TC, ST maupun PL dan Corsa untuk
2W masih terus dilakukan. Selain itu, Perseroan juga masih memproduksi ban
pada tahun 1974. Melakukan penawaran umum pada bulan Agustus tahun 1992 dan
sahamnya tercatat pada Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak bulan Oktober tahun 1992
dengan kode saham ESTI. PT Ever Shine Tex Tbk dan entitas anak, PT Indo Yong
Tex Jaya dan PT Prima Rajuli Sukses adalah produsen benang dan kain. Dilengkapi
pabrik, Ever Shine Tex saat ini memiliki kapasitas produksi kain tenun sebanyak
80 juta yard kain tenun per tahun dan kain rajut sebesar 1500 ton per tahun. Pabrik
memproduksi kain untuk berbagai kebutuhan pelanggan sesuai design, hand feel,
raga, baju anak-anak, baju luar, busana wanita, pita, gaun pengantin, perlengkapan
interior rumah, dekorasi, tas, paying dan lain-lain. Sedangkan entitas anak yakni PT
Prima Rajuli Sukses memproduksi benang nylon dengan kapasitas produksi sebesar
12,000 ton per tahun terdiri dari benang Polyamid nylon 6, textured, twisted dan
micro fi lament yarn untuk berbagai macam pembuatan kain tenun dan kain rajut.
131
Evershinetex memperoleh berbagai sertifikasi mutu termasuk dari Marks &
Spencer, Gemex Trading, Testex of Swiss Textile Testing Institute, ISO 9002 dan
Modal Dalam Negeri No. 6 Tahun 1968 dengan nama PT Ever Shine Textile
Industry pada tanggal 11 Desember 1973 berdasarkan akta notaris Kartini Mulyadi,
S.H No. 82 yang kemudian diubah dengan akta No. 14 tanggal 4 Februari 1974 dan
Rasio Lancar per 31 Desember 2014 adalah sebesar 70,6% atau lebih rendah
disebabkan oleh turunnya aset lancar berupa kas dan bank turun sebesar US$0,51
juta, piutang usaha turun sebesar US$1,82, pajak dibayar dimuka turun sebesar
US$0,41 juta dan pengklasifi kasian asset tidak lancar tersedia untuk dijual yaitu
tanah dan bangunan (PT Indoyongtex Jaya), yang semula dicatat sebagai aset lancar
menjadi aset tidak digunakan dalam usaha yang dicatat sebagai aset tidak lancar,
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih, yang antara lain diukur
dari rasio marjin bersih (net margin), imbal hasil aset(return on assets) dan imbal
Perusahaan pada tahun 2014, maka semua angka imbal hasilnya negatif. Rasio
marjin bersih tahun 2014 adalah sebesar -13,5% dibandingkan tahun 2013 sebesar
-13,5%. Rasio rugi komprehensif atas total asset tahun 2014 adalah sebesar -9,1%
132
versus tahun 2013 sebesar -9,1% . Rasio rugi komprehensif atas ekuitas tahun 2014
Akta Pendirian No. 105 tanggal 10 Februari 1987. Pada tahun 1995, Perseroan
159 tanggal 27 Juni 1995. Selanjutnya, pada tahun 2000, Perseroan berganti nama
November 2015.
Sebagai salah satu langkah strategis untuk memperluas jaringan usaha, pada
tahun 1996, Perseroan mengkuisisi 94,12% saham PT Apac Inti Corpora. PT Apac
Inti Corpora kemudian menjadi satu-satunya Entitas Anak Perseroan dan mulai
berproduksi secara komersial pada tahun 1995 dengan menjalankan kegiatan usaha
melakukan penawaran umum saham perdana di Bursa Efek Surabaya dan Bursa
Efek Jakarta pada tahun 1989. Langkah-langkah strategis yang dilakukan tersebut
telah mengantarkan Perseroan menjadi salah satu grup tekstil berskala besar di
Indonesia. Hubungan rantai pasokan yang baik dan dapat diandalkan dengan para
133
yang mapan, tidak hanya di pasar domestik, namun juga di pasar Internasional,
telah menarik minat investor untuk menanamkan modal. Pada tahun 2017, PT
World Harvest Textile menjadi investor dan Pemegang Saham Utama Perseroan
semangat serta meningkatkan kualitas produk dan jasa. Komitmen ini akan terus
dalam jangka waktu yang lebih panjang lagi. Sesuai Pasal 3 Anggaran Dasar
Perseroan, kegiatan utama Perseroan meliputi industri tekstil dan pakaian jadi.
Kegiatan usaha utama tersebut dijalankan melalui Entitas Anak yang memproduksi
benang, kain mentah lembaran, kain denim, kain rajut, dan pakaian jadi, sedangkan
Entitas Anak.
diubah dengan akta notaris No. 58 tanggal 16 Oktober 1980. Akta pendirian
tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat
Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 59. Anggaran Dasar Perusahaan
telah mengalami beberapa kali perubahan yang terakhir berdasarkan Akta Notaris
134
No. 37 tanggal 23 Desember 2019 Notaris Fathiah Helmi, S.H., dan telah mendapat
gedung perkantoran, taman hiburan atau rekreasi dan kawasan berikat. Perusahaan
PT. Pan Brothers Tbk dan Entitas Anak yang di bidang garmen
masyarakat di tahun 1990 dan telah tercatat di Bursa Efek Indonesia sejak tahun
1990. Sampai 31 Desember 2019 saat ini Perseroan memiliki anak perusahaan: PT.
Pancaprima Ekabrothers (PPEB), PT. Hollit International (HI), Continent 8 Pte Ltd.
(C8), PT. Ocean Asia Industry (OAI), PT. Apparelindo Prima Sentosa (APS), PT.
Eco Smart Garment Indonesia (ESGI), Cosmic Gear Ltd (CG), PT. Prima Sejati
Sejahtera (PSS), PT. Teodore Pan Garmindo (TPG), PT. Victory Pan Multitex
(VPM), PT. Berkah Indo Garmen (BIG), PB International BV (PBI) dan PB Island
(PBL). Ekspor Perseroan tersebar ke seluruh Amerika Serikat, Eropa Barat dan
135
Sebagai produsen garmen yang berorientasi ekspor, Perseroan telah
kerja yang sehat dan hak asasi manusia. Penjualan Perseroan setelah konsolidasi
untuk tahun 2019 adalah sebesar USD 665.0 juta naik sebesar 8.8 % dibandingkan
dengan penjualan tahun 2018 sebesar USD 611.4 juta. Penjualan tahun 2017 adalah
sebesar USD 549.4 juta. Perseroan juga mulai memproduksi Alat Pelindung Diri
(APD) sejak awal Maret 2020, dimulai dari masker dan dilanjutkan dengan
mendapatkan dari pasar dan sebagian untuk didonasikan kepihak tertentu yang
membutuhkan.
PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex atau Perseroan) berawal dari sebuah
Redjeki” yang berada di Pasar Klewer, Solo, yang didirikan oleh H. M. Lukminto
pada 1966. Sritex berkembang dengan memproduksi kain yang dikelantang dan
dicelup di pabrik pertama yang dibangun di Baturono, Solo, pada 1968. Pada 1978,
“Sri Redjeki” secara resmi berubah menjadi PT Sri Rejeki Isman. Perseroan secara
resmi melakukan Penawaran Saham Perdana pada 2013 yang otomatis mengubah
nama menjadi PT Sri Rejeki Isman Tbk. Saat ini, Sritex telah menjadi produsen
136
mengkonsentrasikan sebagian besar operasinya di lahan seluas 79 hektar di
dengan standar kendali mutu yang tinggi. Sritex telah menjelma menjadi
perusahaan modern yang memiliki tenaga-tenaga profesional dari dalam dan luar
negeri, seperti Korea Selatan, Filipina, India, Jerman, maupun Tiongkok. Sritex
juga telah memiliki banyak pelanggan peritel besar dan modern seperti H&M,
Walmart, K-Mart dan Jones Apparel. Hingga tahun 2019, Perusahaan memiliki 4
Mandiri Jaya dan Golden Legacy Pte Ltd yang mendukung bisnis perusahaan
tumbuh 2,5% pada tahun 2020 lantaran mewabahnya virus Corona alias Covid-19.
yang tengah berlangsung ditambah dengan penurunan harga komoditas dan gejolak
pasar keuangan akan berimplikasi negatip bagi perekonomian dunia dan Indonesia
tahun ini. Sementara versi Pemerintah, pertumbuhan ekonomi tahun 2020 dalam
skenario berat hanya tumbuh 2,35% sedangkan skenario sangat berat bisa -0,4%.
berdasarkan akta No. 34 tanggal 19 Mei 2008 dari Pahala Sutrisno Amijojo
Tampubolon, S.H., notaris di Jakarta dengan nama PT. Star Asia International, yang
137
kemudian dengan akta No. 35 tanggal 13 Oktober 2010 dari Yulia, S.H., notaris di
Jakarta, diubah namanya menjadi PT. Star Petrochem, Tbk. Akta pendirian telah
mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
13 Juni 2008 telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 65
Besar dengan komoditas perdagangan komoditi benang, kapas dan fiber. Pada
tepatnya pada tanggal 13 Juli 2011, resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
dan pelatihan seperti melalui training, seminar maupun kursus sesuai dengan bidang
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bursa, dalam penerapan GCG Perseroan dibantu
138
oleh perangkat implementasinya antara lain, Komisaris Independen, Direktur
Republik Indonesia pada tanggal 25 September 1973 untuk kemudian secara resmi
didirikan pada tanggal 25 Oktober di tahun yang sama. Awal pembangunan dimulai
pada tanggal 15 Juli 1974 dan pada bulan Juli 1976, kegiatan produksi komersial
dimulai. Produk utama Perseroan berupa biji poliester (polyester chip), serat
poliester (polyester staple fiber), dan benang poliester (polyester filament yarn).
Kapasitas produksi saat ini untuk polyester chip 210.000 ton per tahun, polyester
staple fiber 133.000 ton per tahun dan polyester filament yarn mencapai 65.000 ton
per tahun. Pada tanggal 15 April 2010, Perseroan diambil alih (akuisisi) oleh sebuah
konsorsium dan kemudian berganti nama menjadi PT Tifico Fiber Indonesia, Tbk.
Menurut data Biro Administrasi Efek, pemegang saham Perseroan per tanggal 31
Desember 2014 terdiri atas PT Prospect Motor sebesar 33,08 persen, Pioneer
sebesar 17,38 persen, PT Wiratama Karya Sejati sebanyak 16,79 persen, dan
Masyarakat sebanyak 1,15 persen. Perseroan dikelola dengan komitmen yang tinggi
139
Sebagai Perseroan yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat,
Perseroan mengambil bagian dalam tanggung jawab sosial dan lingkungan. Hal ini
dilakukan dengan menjaga dan melestarikan ruang terbuka hijau di kawasan pabrik
dan mengimplementasikan program nir limbah (zero waste). Program nir limbah
yang dikembangkan dan dikelola oleh Perseroan secara terukur dan memenuhi
standar, serta program 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu dan Shitsuke) yang mampu
membangun perilaku disiplin dalam dunia kerja hingga menjadi kebiasaan atau
budaya dalam Perseroan. Perseroan juga mengelola berbagai sarana dan prasarana
halnya menyediakan tempat tinggal bagi sebagian karyawan yang ditempatkan pada
lokasi yang tenang dan nyaman, serta kantin Perseroan yang dikelola dengan baik
pabrik yang hijau ini juga tersedia berbagai sarana untuk aktivitas dan olahraga
Fashion berdasarkan Akta Notaris No. 38 tanggal 13 Desember 2004 dan Akta
Notaris No. 26 tanggal 15 Februari 2005 oleh Achmad Bajumi, SH. Pendirian ini
140
dan ritel. Seiring dengan perkembangan usaha yang baik, Perseroan mendapatkan
lisensi untuk menggunakan merek “Jack Nicklaus” dari Amerika Serikat dan dapat
meluncurkan merek pakaian sendiri dengan nama “JOBB” di tahun 1995. Didirikan
tanggal 13 Desember 2004 dan Akta Notaris No. 26 tanggal 15 Februari 2005 oleh
Achmad Bajumi, SH yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi
TH.2005 tanggal 31 Mei 2005 dan telah diumumkan pada Berita Negara Republik
mencatatkan saham untuk pertama kalinya di Bursa Efek Indonesia. Aksi korporasi
tersebut diikuti pelaksanaan penawaran umum dengan hak memesan efek terlebih
dahulu (PMHMETD I) di tahun 2019. Hal ini memperkuat struktur dan jumlah
produk dan perluasan usaha selanjutnya. Dengan menjunjung filosofi “to Create a
Better Life for All” serta nilai-nilai “quality, care, and commitment”, Perseroan
dan 1 fasilitas produksi tekstil dengan total volume produksi sekitar 4 juta garmen
141
17. Supreme Cable Manufacturing and Commerce Tbk (SCCO)
dengan dukungan teknis dari Furukawa Electric Co., Ltd. Tokyo, Jepang. Pada
tahun 1982, Perseroan telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, sekarang
perusahaan antara lain : PT Tembaga Mulia Semanan Tbk, PT Setia Pratama Lestari
beberapa kali perubahan, antara lain dengan Akta No. 138 tanggal 28 April 1997
dari Notaris Poerbaningsih Adi Warsito, S.H., mengenai peningkatan modal dasar
Anggaran Dasar Perseroan, maksud dan tujuan Perseroan adalah untuk melakukan
usaha dalam bidang industri dan perdagangan. Untuk mencapai maksud dan tujuan
macam kabel dan produk-produk yang berhubungan dengan itu dan bahan-
bahan bakunya.
142
4.2 Pembahasan
indikator sebagai faktor penyebab variabel penelitian. Dari penelitian ini indikator
yang digunakan antara lain Rasio Lancar (Current Ratio), Rasio Cepat (Quick
Ratio), Rasio Kas (Cash Ratio), Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover Ratio),
Rasio Modal Kerja Terhadap Total Aset (Working Capital to Total Asset Ratio).
lancar yang dimiliki perusahaan. Hutang jangka pendek ini merupakan hutang
yang jangka pelunasannya kurang dari satu tahun, seperti hutang dagang,
hutang wesel, dividen, pendapatan diterima di muka, dan hutang biaya. Hasil
Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019 dapat
Table 4.1
Rasio Lancar (Current Ratio) pada perusahaan Manufaktur Sektor Aneka
Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019
143
4. BRAM 1.42 1.81 1.89 2.39 2.15 2.90 2.09
5. GJTL 2.02 1.78 1.73 1.63 1.50 1.49 1.69
6. IMAS 1.03 0.94 0.92 0.84 0.77 0.77 0.88
7. INDS 2.91 2.23 3.03 5.13 5.21 5.83 4.06
8. LPIN 2.16 0.80 0.71 5.21 7.92 13.04 4.98
9. MASA 1.75 1.29 1.05 0.95 1.06 1.78 1.31
10. ESTI 0.71 0.67 1.38 0.94 0.91 1.11 0.95
11. MYTX 0.42 0.35 0.42 0.47 0.43 0.44 0.42
12. PBRX 3.86 3.60 3.76 4.58 6.46 6.51 4.79
13. SRIL 5.33 4.81 3.06 3.68 3.08 4.90 4.14
14 STAR 1.74 1.81 2.00 2.77 2.87 6.45 2.94
14. TFCO 1.84 3.03 3.23 3.39 4.62 5.51 3.60
16. TRIS 2.00 1.89 1.64 1.92 1.61 1.82 1.81
17. SCCO 1.57 1.69 1.69 1.74 1.91 2.09 1.78
RATA-RATA 1.93 1.99 1.97 2.45 2.64 3.50 2.41
NILAI TERTINGGI 5.33 4.81 4.14 5.21 7.92 13.04 6.74
NILAI TERENDAH 0.42 0.35 0.42 0.47 0.43 0.44 0.42
Rasio Lancar untuk perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019 berada di angka 2,41 kali. Rasio Lancar
(Current Ratio) tertinggi yaitu pada PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, (LPIN) dengan
nilai sebesar 13,04 kali pada tahun 2019. Dan Rasio Lancar terendah yaitu pada PT.
Asia Pasific Investama Tbk, (MYTX) dengan nilai 0,35 kali pada tahun 2015.
Tabel 4.2.
Standar Rasio Industri Likuiditas
No Jenis Rasio Standar Industri
1. Current Ratio 2 kali
2. Quick Ratio 1,5 kali
3. Cash Ratio 50 %
4. Cash Turnover 10 %
5. Inventory to Net Working Capital 12 %
Sumber : Kasmir (2008:143
144
Jika dilihat dari standar Rasio Industri Likuiditas untuk Rasio Lancar
(Current Ratio), perusahaan yang memiliki rasio lancar 2,0 kali atau lebih maka
yang dimiliki. Namun jika rasio lancar yang dimiliki perusahaan nilainya di bawah
2,0 kali, maka kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya masih kurang
baik. Selain itu, jika rasio lancar suatu perusahaan nilainya lebih dari 3,0 kali bukan
berarti perusahaan tersebut dalam keadaan keuangan yang baik. Bisa jadi
memanfaatkan aktiva lancarnya secara efektif dan efisien, dan tidak mengelola
modalnya dengan baik sehingga memiliki nilai rasio lancar yang terlalu tinggi.
rasio lancar paling rendah dari tahun ke tahun adalah PT. Asia Pasific Investama
Tbk, (MYTX) dengan nilai 0,42 kali. Artinya perusahaan perlu meningkatkan nilai
aktiva lancarnya untuk meningkatkan nilai rasio lancarnya. Dari data di atas
perusahaan yang memiliki nilai rasio lancar rata-rata dengan nilai tertinggi sebesar
4,98 kali yaitu PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, (LPIN). Artinya perusahaan perlu
mengoptimalkan aktiva lancar yang dimilikinya agar memiliki nilai rasio lancar
yang optimal.
145
Tabel 4.3
Rasio Cepat (Quick Ratio) pada perusahaan Manufaktur Sektor Aneka
Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019
Rasio Cepat untuk perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019 berada di angka 1,53 kali. Artinya secara
rata-rata keseluruhan nilai rasio cepat (quick ratio) perusahaan dinilai baik karena
berada di atas nilai standar Quick Ratio untuk industri. Rasio Cepat (Quick Ratio)
tertinggi yaitu pada PT. Multi Prima Sejahtera Tbk, (LPIN) dengan nilai sebesar
10,07 kali pada tahun 2019. Dan Rasio Cepat terendah yaitu pada PT. Asia Pasific
Investama Tbk, (MYTX) dengan nilai 0,13 kali pada tahun 2019.
146
3. Rasio Kas (Cash Ratio)
Tabel 4.4
Rasio Kas (Cash Ratio) pada perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019
Tabel 4.5
Rasio Perputaran Kas (Cash Turnover Ratio) pada perusahaan Manufaktur
Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-
2019
147
6. IMAS 52.29 (21.46) (15.76) (6.00) (3.54) (3.88) 0.28
7. INDS 2.91 3.03 2.49 2.34 2.62 2.63 2.67
8. LPIN 1.54 (2.18) (1.89) 0.95 0.79 0.68 (0.02)
9. MASA 3.97 6.71 29.79 (30.86) 22.97 5.63 6.37
10. ESTI (3.49) (2.90) 4.73 (22.26) (12.8) 9.70 (4.50)
11. MYTX (2.70) (2.02) (2.62) (1.87) (2.16) (2.01) (2.23)
12. PBRX 1.61 1.87 1.70 1.60 1.60 1.49 1.65
13. SRIL 2.12 2.43 2.67 1.62 2.17 1.66 2.11
14 STAR 1.17 1.40 0.67 0.56 0.61 0.16 0.76
14. TFCO 7.01 3.88 3.15 2.90 2.81 2.34 3.68
16. TRIS 3.85 4.27 4.99 4.52 5.16 4.34 4.52
17. SCCO 7.92 6.29 4.54 4.80 4.69 4.28 5.42
RATA-RATA 6.71 1.71 3.62 (0.87) 3.58 3.32 3.01
NILAI TERTINGGI 52.29 10.01 29.79 9.13 22.97 9.70 9.10
NILAI TERENDAH (3.49) (21.46) (15.76) (30.86) (12.8) (3.88) (4.50)
5. Rasio Modal Kerja Terhadap Total Aset (Working Capital to Total Asset Ratio)
Tabel 4.6
Rasio Modal Kerja Terhadap Total Aset (Working Capital to Total Asset
Ratio) pada perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019
148
4.2.1.2. Analisis Rasio Profitabilitas pada perusahaan Manufaktur Sektor
2019
Tabel 4.7
Return on Investment (ROI) pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka
Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019
Tabel 4.8
Return on Assets (ROA) pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka
Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019
149
No. Kode 2014 2015 2016 2017 2018 2019 RATA-
RATA
1. ASII 0.09 0.07 0.08 0.08 0.08 0.07 0.08
2. AUTO 0.08 0.02 0.04 0.03 0.05 0.05 0.05
3. BOLT 0.33 0.12 0.10 0.08 0.07 0.04 0.12
4. BRAM 0.06 0.04 0.08 0.09 0.09 0.06 0.07
5. GJTL 0.02 (0.01) 0.02 (0.01) 0.01 0.02 0.01
6. IMAS (0.00) (0.00) 0.08 0.02 (0.00) 0.02
7. INDS 0.06 0.05 0.06 0.05 0.05 0.16 0.07
8. LPIN (0.02) (0.05) (0.14) 0.71 0.11 0.09 0.12
9. MASA 0.00 (0.05) (0.01) (0.01) (0.03) (0.03) (0.02)
10. ESTI (0.09) (0.18) 0.06 (0.03) 0.02 (0.05) (0.05)
11. MYTX (0.08) (0.15) (0.22) 0.35 (0.04) (0.07) (0.04)
12. PBRX 0.03 0.02 0.02 0.01 0.03 0.02 0.02
13. SRIL 0.06 0.07 0.06 0.06 0.06 0.05 0.06
14 STAR 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
14. TFCO (0.01) (0.00) 0.02 0.01 (0.00) (0.02) 0.00
16. TRIS 0.07 0.07 0.03 0.04 0.03 0.02 0.04
17. SCCO 0.08 0.09 0.14 0.39 0.06 0.07 0.14
RATA-RATA 0.04 0.01 0.02 0.11 0.04 0.03 0.04
NILAI TERTINGGI 0.33 0.12 0.14 0.71 0.11 0.16 0.14
NILAI TERENDAH (0.09) (0.18) (0.22) (0.03) (0.04) (0.07) (0.05)
Tabel 4.9
Return on Equity (ROE) pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka
Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019
No. Kode 2014 2015 2016 2017 2018 2019 RATA-
RATA
1. ASII 0.184 0.130 0.142 0.145 0.165 0.125 0.15
2. AUTO 0.113 0.028 0.050 0.042 0.066 0.063 0.06
3. BOLT 0.577 0.149 0.120 0.140 0.125 0.067 0.20
4. BRAM 0.095 0.057 0.114 0.133 0.116 0.081 0.10
5. GJTL 0.049 (0.03) 0.078 (0.025) 0.032 0.058 0.03
6. IMAS (0.001) (0.00) (0.00) 0.282 0.087 (0.00) 0.06
7. INDS 0.070 0.069 0.070 0.052 0.052 0.172 0.08
8. LPIN (0.030) (0.15) (1.258) 0.826 0.125 0.098 (0.06)
9. MASA 0.001 (0.07) (0.019) (0.026) (0.06) (0.062) (0.04)
10. ESTI (0.272) (0.80) 0.194 (0.116) 0.087 (0.208) (0.19)
11. MYTX 0.615 0.521 0.386 3.448 (0.59) (0.884) 0.58
12. PBRX 0.049 0.049 0.056 0.037 0.067 0.059 0.05
13. SRIL 0.192 0.200 0.176 0.149 0.167 0.136 0.17
150
14 STAR 0.001 0.002 0.001 0.001 0.002 0.004 0.00
14. TFCO (0.016) (0.00) 0.021 0.010 (0.00) (0.016) (0.00)
16. TRIS 0.115 0.114 0.063 0.055 0.056 0.028 0.07
17. SCCO 0.169 0.165 0.280 0.573 0.087 0.096 0.23
RATA-RATA 0.11 0.03 0.03 0.34 0.03 (0.01) 0.09
NILAI TERTINGGI 0.62 0.52 0.39 3.45 0.17 0.17 0.58
NILAI TERENDAH -0.272 -0.8 -1.258 -0.116 -0.59 -0.884 (0.19)
4. Profit Margin
Tabel 4.10
Profit Margin pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019
No. Kode 2014 2015 2016 2017 2018 2019 RATA-
RATA
1. ASII 0.11 0.09 0.11 0.11 0.12 0.10 0.11
2. AUTO 0.09 0.02 0.04 0.03 0.05 0.05 0.05
3. BOLT 0.31 0.13 0.11 0.10 0.08 0.04 0.13
4. BRAM 0.08 0.05 0.10 0.12 0.10 0.07 0.09
5. GJTL 0.02 (0.02) 0.03 (0.01) 0.01 0.02 0.01
6. IMAS (0.00) (0.00) (0.00) 0.17 0.05 (0.00) 0.04
7. INDS 0.07 0.08 0.09 0.06 0.05 0.21 0.09
8. LPIN (0.06) (0.23) (0.46) 1.86 0.36 0.34 0.30
9. MASA 0.00 (0.11) (0.03) (0.03) (0.07) (0.04) (0.05)
10. ESTI (0.14) (0.28) 0.09 (0.05) 0.04 (0.09) (0.07)
11. MYTX (0.08) (0.16) (0.28) 0.73 (0.06) (0.15) 0
12. PBRX 0.03 0.03 0.03 0.02 0.03 0.02 0.03
13. SRIL 0.08 0.09 0.09 0.09 0.08 0.07 0.08
14 STAR 0.00 0.00 0.00 0.00 0.01 0.02 0.01
14. TFCO (0.02) (0.01) 0.03 0.01 (0.00) (0.02) (0.00)
16. TRIS 0.05 0.04 0.02 0.03 0.02 0.01 0.03
17. SCCO 0.04 0.04 0.09 0.35 0.05 0.05 0.10
RATA-RATA 0.03 (0.01) 0.00 0.21 0.05 0.04 0.06
NILAI TERTINGGI 0.31 0.13 0.11 1.86 0.36 0.34 0.30
NILAI TERENDAH (0.14) (0.28) (0.46) (0.05) (0.07) (0.15) (0.07)
151
1. Kepemilikan Institusional
Tabel 4.14
Kepemilikan Institusional pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka
Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2019
2019
Tabel 4.16
Rasio Hutang Terhadap Ekuitas (Debt to Equity Ratio) pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2014-2019
152
No. Kode 2014 2015 2016 2017 2018 2019 RATA-
RATA
1. ASII
2. AUTO
3. BOLT
4. BRAM
5. GJTL
6. IMAS
7. INDS
8. LPIN
9. MASA
10. ESTI
11. MYTX
12. PBRX
13. SRIL
14 STAR
14. TFCO
16. TRIS
17. SCCO
RATA-RATA
NILAI TERTINGGI
NILAI TERENDAH
2019
di bawah (<) 1,23. Kemudian kategori gray atau ragu-ragu yaitu dengan nilai Z-
Score di rentang antara 1,23-2,90. Yang terakhir kategori non bangkrut dengan nilai
Tabel 4.19
Analisis Financial Distress (dengan Z-Score) pada Perusahaan Manufaktur
Sektor Aneka Industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2014-2019
153
No. Kode 2014 2015 2016 2017 2018 2019 RATA-
RATA
1. ASII 2.69 2.26 2.50 2.40 2.18 1.89 2.32
2. AUTO 3.22 1.83 2.21 2.35 2.21 2.22 2.34
3. BOLT 1.93 6.77 4.81 3.65 3.10 3.07 3.89
4. BRAM 1.61 1.69 2.27 2.64 2.54 3.93 2.45
5. GJTL 1.45 1.04 1.30 1.18 1.12 1.29 1.23
6. IMAS 1.19 0.94 0.66 0.53 0.47 0.43 0.70
7. INDS 2.20 1.11 1.64 2.66 3.75 3.69 2.51
8. LPIN 1.06 0.22 (0.35) 4.98 3.04 3.74 2.12
9. MASA 0.69 0.40 0.43 0.45 0.42 0.74 0.52
10. ESTI 0.50 0.37 1.19 0.68 0.72 0.47 0.66
11. MYTX (0.03) (0.51) (1.00) (0.38) (0.30) (0.49) (0.45)
12. PBRX 2.20 1.95 1.83 1.86 2.07 1.99 1.98
13. SRIL 1.67 1.66 1.50 1.57 1.68 1.64 1.62
14 STAR 0.86 0.98 0.99 2.06 1.90 4.22 1.84
14. TFCO 3.64 5.13 5.77 4.12 4.30 3.66 4.44
16. TRIS 2.80 2.77 2.39 2.63 2.14 2.46 2.53
17. SCCO 3.48 3.29 3.18 2.40 2.57 2.75 2.95
RATA-RATA 1.83 1.88 1.84 2.10 1.99 2.22 1.98
NILAI TERTINGGI 3.64 6.77 5.77 4.98 4.30 4.22 4.44
NILAI TERENDAH (0.03) (0.51) (1.00) (0.38) (0.30) (0.49) (0.45)
penelitian ini. Pada penelitian ini, pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis
Partial Least Square (PLS) dengan program smartPLS 3.0. Berikut ini adalah
154
Sumber : Hasil Pengolahan Data Program PLS
A. Uji Validitas
ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang
mengkorelasikan skor item dengan total item-item tersebut. Dalam penelitian ini
ada beberapa tahap yang dilakukan dalam melakukan pengujian terhadap validitas
155
1. Convergent Validity
a. Loading Factor
Validity dalam kategori baik apabila nilai outer loading > 0,7. Berikut adalah
Tabel 4.20
Outer Loading
Variabel Indikator Outer Loading Kesimpulan
LIK1 0,964 Valid
LIK2 0,957 Valid
X1-Likuiditas LIK3 0,796 Valid
LIK4 0,116 Tidak Valid
LIK5 0,83 Valid
PRO1 0,317 Tidak Valid
PRO2 0,945 Valid
X2-Profitabilitas PRO3 0,471 Tidak Valid
PRO4 0,954 Valid
PRO5 0,434 Tidak Valid
PRO6 0,922 Valid
X3-GCG (Good GCG1 0,254 Tidak Valid
Corporate GCG2 0,857 Valid
Governance) GCG3 0,907 Valid
X4-Kebijakan DEBT1 0,754 Valid
Hutang DEBT2 0,837 Valid
DEBT3 0,754 Valid
Y – Financial Y (Z-Score) 1 Valid
Distress
Berdasarkan sajian data dalam tabel 4.19 di atas, diketahui bahwa masing-
masing indikator variabel penelitian banyak yang memiliki nilai outer loading >
0,7. Namun, terlihat masih terdapat beberapa indikator yang memiliki nilai outer
156
loading < 0,7. Sehingga indikator yang tidak memenuhi syarat convergent validity
tersebut tidak dapat dijadikan sebagai indikator penelitian. Dari 18 indikator yang
di uji, ada 13 indikator dinyatakan layak atau valid untuk digunakan dalam
diketahui melalui metode lainnya yaitu dengan melihat nilai Average Variant
Tabel 4.21
Average Variant Extracted (AVE)
Variabel AVE
Likuiditas 0,802
Profitabilitas 0,917
GCG (Good Corporate 0,818
Governance)
Kebijakan Hutang 0,598
Financial Distress 1
Berdasarkan sajian data dalam tabel 4.3 di atas, diketahui bahwa nilai AVE
Hutang dan Financial Distress > 0,5. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa
setiap variabel dalam penelitian ini telah memenuhi Convergent Validity yang baik.
Berikut ini adalah chart yang menggambarkan kondisi Average Variant Extracted
157
Gambar 4.22
Chart Average Variant Extracted (AVE)
2. Discriminant Validity
Uji discriminant validity ini dilakukan untuk melihat nilai korelasi antara
a. Cross Loading
Pada bagian ini akan diuraikan hasil uji discriminant validity. Uji
lainnya. Cross Loading ini dilakukan untuk melihat nilai korelasi antara
indikator dengan variabel penelitian. Berikut ini adalah nilai cross loading
masing-masing indikator :
158
Tabel 4.23
Cross Loading
Variabel
Indikator X1 X2 X3 X4 Y
Likuiditas Profitabilitas GCG Kebijakan Financial
Hutang Distress
LIK1 0.974 0.325 -0.180 -0.427 0.534
LIK2 0.967 0.305 -0.199 -0.386 0.463
LIK3 0.811 0.264 -0.148 -0.277 0.328
LIK5 0.818 0.325 -0.163 -0.519 0.606
PRO2 0.276 0.941 -0.096 -0.272 0.434
PRO4 0.313 0.981 -0.103 -0.230 0.366
PRO6 0.389 0.950 -0.102 -0.344 0.453
GCG2 -0.151 -0.097 0.886 -0.066 -0.167
GCG3 -0.196 -0.094 0.923 -0.071 -0.198
DEBT1 -0.208 -0.091 -0.065 0.727 -0.334
DEBT2 -0.535 -0.368 -0.060 0.859 -0.759
DEBT3 -0.105 -0.050 -0.057 0.725 -0.314
Y (Z-Score) 0.560 0.441 -0.203 -0.713 1
Sumber : Data Pengolahan Program PLS
Berdasarkan sajian data pada tabel 4.21 di atas dapat diketahui bahwa
lebih besar pada variabel yang dibentuknya dibandingkan dengan nilai cross
loading pada variabel lainnya. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat
masing.
cross loading, uji Fornell Larcker Criterion ini dilakukan untuk melihat nilai
korelasi antara variabel dengan variabel itu sendiri dan variabel dengan variabel
159
lainnya. Berikut ini adalah nilai Fornell Larcker Criterion untuk masing-masing
variabel :
Tabel 4.24
Fornell Larcker Criterion
Criterion lebih besar pada variabel itu sendiri dibandingkan dengan nilai Fornell
B. Uji Reliabilitas
Setelah semua tahap Uji Validitas tadi terlewati, artinya seluruh indikator
yang digunakan dalam penelitian ini telah layak / valid untuk dapat mengukur
variabel penelitian ini langkah selanjutnya adalah dengan melakukan tahap Uji
Reliabilitas. Yaitu untuk memastikan bahwa data penelitian yang telah di uji
160
sebelumnya bernilai reliable (dapat dipercaya) atau tidak. Pada penelitian ini uji
a. Composite Reliability
Yaitu nilai yang menunjukkan bahwa data penelitian ini reliable di mana
nilai yang harus ditunjukkan pada uji ini adalah di atas (>) 0,7.
Tabel 4.25
Composite Reliability
composite reliability semua variabel penelitian > 0,7. Hasil ini menunjukkan
tinggi
b. Cronbach’s Alpha
Alpha juga harus menunjukkan angka di atas (>) 0,7. Uji realibilitas dengan
alpha. Suatu variabel dapat dinyatakan reliabel atau memenuhi cronbach alpha
apabila memiliki nilai cronbach alpha > 0,7. Berikut ini adalah nilai cronbach
alpha dari masing-masing variabel. Artinya setiap indikator dalam penelitian ini
161
sudah mampu untuk mengukur variabel-variabelnya sehingga penelitian ini
Tabel 4.26
Cronbach’s Alpha
Variabel Cronbach’s Alpha
X1-Likuiditas 0.917
X2-Profitabilitas 0.955
X3-GCG (Good Corporate Governance) 0.780
X4-Kebijakan Hutang 0.755
Y-Financial Distress 1
Berdasarkan sajian data di atas pada tabel 4.23, dapat diketahui bahwa
nilai Cronbach’s Alpha dari masing-masing variabel penelitian > 0,7. Dengan
penelitian ini. Nilai R-Square ini hanya dimiliki oleh variabel dependent /
berikut.
162
Tabel 4.27
R-Square
Variabel Nilai R-Square
X2-Profitabilitas 0.119
X3-GCG (Good Corporate 0.039
Governance)
X4-Kebijakan Hutang 0.271
Y-Financial Distress 0.641
Sumber : Data Pengolahan Program PLS
penelitian ini adalah sebesar 64%, dan sisanya 36% itu dipengaruhi oleh
Dengan demikian, dari hasil tersebut maka model penelitian ini dapat
dalam penelitian ini memiliki arah positif atau negatif. Suatu variabel
dikatakan memiliki arah hubungan yang positif terhadap hipotesis nya jika
nilai Path Coefficients nya memiliki rentang nilai antara 0-1, dan dikatakan
negatif jika Path Coefficients nya bernilai kurang dari (<) 0. Berikut adalah
163
Tabel 4.28
Path Coefficients
Variabel X1 X2 X3 X4 Y-
Eksogen Likuiditas Profitabilitas GCG Kebijakan Financial
Hutang Distress
X1- 0.345 -0.179 -0.444 0.187
Likuiditas
X2- -0.043 -0.166 0.180
Profitabilitas
X3-GCG -0.179 -0.192
(Good
Corporate
Governance)
X4- -0.586
Kebijakan
Hutang
Sumber : Data Pengolahan PLS
Berdasarkan tabel di atas dapat kita simpulkan bahwa untuk variabel X1-
memiliki pengaruh yang positif terhadap variabel endogen (Y) sebesar 0,180.
nilai Path Coefficients negatif sebesar -0,192 terhadap variabel endogen (Y).
Distress. Artinya kedua variabel yang bernilai negatif tersebut memiliki arah
164
Tabel 4.29
Epsilon 42.13
Sumber : Diolah peneliti dengan program PLS (2020)
3. Uji Hipotesis
Berdasarkan olah data yang telah dilakukan, hasilnya dapat digunakan untuk
menjawab hipotesis pada penelitian ini. Uji hipotesis pada penelitian ini
penelitian dapat dinyatakan diterima apabila nilai P-Values < 0,05. Setelah
melakukan uji T-Statistic penelitian yaitu untuk melihat seberapa besar nilai
signifikansi dalam penelitian ini. Uji T-Statistic ini dalam aplikasi Smart PLS
tersedia pada layar framework yang sudah kita jalankan dalam aplikasi PLS.
165
Berikut ini adalah hasil yang menunjukkan nilai T-Statistic dan P-Values
Tabel 4.30
T-Statistics dan P-Values
ini semuanya memiliki nilai P-Values < 0,05 sehingga semua hipotesis dalam
penelitian ini diterima. Kemudian nilai T-Statistics dalam penelitian ini masing-
masing untuk setiap hipotesis dan variabel penelitian adalah di mana Rasio
(X2) memiliki nilai T-Statistics sebesar 3,129 ; untuk GCG (Good Corporate
Governance - X3) memiliki nilai T-Statistics sebesar 3,367 ; dan untuk variabel
Kebijakan Hutang (X4) memiliki nilai T-Statistics sebesar 9,516. Nilai T-Statistics
ini untuk melihat seberapa besar tingkat signifikansi variabel eksogen (X) terhadap
166
variabel endogen (Y). Variabel independent / eksogen memiliki signifikansi
terhadap variabel dependent / endogen jika nilainya > 1,96, dan dikatakan tidak
signifikan jika nilainya < 1,96. Dari tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa semua
terhadap yang cukup tinggi terhadap variabel dependent / endogen yaitu Financial
Distress.
4. Predictive Relevance
Tabel 4.31
Predictive Relevance
Berdasarkan data tabel di atas, nilai Predictive Relevance nya adalah sebesar
167
penelitian ini memiliki nilai yang baik, sebaliknya jika nilainya di bawah 0
5. Model Fit
Yaitu untuk melihat seberapa baik model yang diteliti dalam penelitian ini.
program smartPLS 3.0, diperoleh nilai Model Fit dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut.
Tabel 4.32
Model Fit
Berdasarkan tabel di atas, nilai Model Fit nya dapat di lihat di baris NFI yang
mana nilainya sebesar 0,627 (62,7%) artinya model penelian dalam penelitian
ini baik.
168
Berdasarkan hasil uji hipotesis yang dilakukan pada variabel penelitian
(H1) 0,001 artinya di atas 0,05 sehingga hipotesis diterima. Dan nilai T-
Statisticnya sebesar 3,308. NIlainya di atas (>) 1,96 artinya variabel likuiditas
169
BAB V
5.1.Kesimpulan
5.2. Saran
170
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A., R. J.Elder, dan M. S. Beasley. (2011). Auditing dan Jasa
Yogyakarta: Andi
Dwi Prastowo D., M. A., et al. (2008). Analisis Laporan Keuangan konsep
YKPN.
Bandung: Alfabeta
Pertama
171
Ikatan Akuntansi Indonesia.PSAK No. 1 Tentang Laporan Keuangan–edisi revisi
Jonathan Sarwono. 2012. Path Analysis Teori, Aplikasi, Prosedur Analisis Untuk
ElexMedia Komputindo.
Jakarta : AV Publisher.Widarjono,
172
Agus, 2007. Ekonometrika:Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan Bisnis,
173