Anda di halaman 1dari 17

UAS

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 2


UPAYA YUDISIAL DALAM MENGATASI FINANCIAL DISTRESS PADA PT
HANSON INTERNATIONAL TBK

Disusun oleh
I Kadek Yudha Ady Pranata
1917051231
6G / S1 Akuntansi

EKONOMI DAN AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSTITAS PENDIDIKAN GANESHA
2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya
makalah yang berjudul “Upaya Yudisial Dalam Mengatasi Financial Distress Pada PT Hanson
International Tbk’. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas UAS Akuntansi Keuangan
Lanjutan 2, serta untuk menambah wawasan bagi pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih
banyak kepada ibu Luh Putu Ekawati, SE.,M.Si.,Ak selaku dosen Mata Kuliah Akuntansi
Keuangan Lanjutan 2 atas bimbingan dan sarannya dalam pembuatan makalah ini. Serta pihak-
pihak lainnya yang banyak memberikan bantuan kepada penulis sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini dan masih jauh
dari kata sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun dari rekan-rekan sangat
dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat berguna
bagi penulis dan pembacanya.

Singaraja, 24 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat........................................................................................................................ 2
BAB II........................................................................................................................................ 3
KAJIAN TEORI ........................................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Financial Distress ...................................................................................... 3
2.2 Bentuk-Bentuk dari Financial Distress ....................................................................... 3
2.3 Penyebab Financial Distress........................................................................................ 3
2.4 Rangkaian Tindakan .................................................................................................... 4
BAB III ...................................................................................................................................... 8
STRUKTUR PERUSAHAAN .................................................................................................. 8
3.1 Profil PT Hanson International Tbk ............................................................................ 8
BAB IV ...................................................................................................................................... 9
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 9
4.1 Permasalahan PT Hanson International Tbk ............................................................... 9
4.2 Penundaan Pembayaran PT Hanson International Tbk ............................................. 10
4.3 Kebangkrutan dan Likuidasi PT Hanson International Tbk...................................... 11
4.4 Penghapusan Saham PT Hanson International Tbk dari Bursa Efek Indonesia ....... 12
BAB V ..................................................................................................................................... 13
PENUTUP................................................................................................................................ 13
5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 13
5.2 Saran .......................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia usaha saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dalam menjalankan
usahanya para pengusaha membutuhkan suatu wadah /sarana. Perseroan Terbatas merupakan
pilihan bentuk badan usaha yang banyak diminati oleh masyarakat, sehingga jumlah badan
usaha dalam bentuk perseroan terbatas jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah bentuk
badan usaha lainnya. Selain pertimbangan ekonomi, pemilihan Perseroan Terbatas dilatar
belakangi oleh beberapa hal, yaitu : Modal/saham, memiliki kekayaan yang terpisah dari
kekayaan para perseronya, pemegang saham memiliki tanggung jawab yang terbatas, adanya
pemisahan fungsi antara pemegang saham dan pengurus atau direksi, memiliki komisaris yang
berfungsi sebagai pengawas, serta kekuasaan tertinggi berada pada Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS). Adapun tujuan Perseroan Terbatas didirikan adalah untuk menjalankan suatu
perusahaan dengan modal tertentu yang terbagi atas saham-saham, yang dimana para
pemegang saham (persero) ikut serta mengambil satu saham atau lebih dan melakukan
perbuatan-perbuatan hukum dibuat oleh nama bersama, dengan tidak bertanggung jawab
sendiri untuk persetujuan-persetujuan perseroan itu (dengan tanggung jawab yang semata-
mata terbatas pada modal yang mereka setorkan). Perseoran harus mempunyai maksud dan
tujuan serta kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang -
undangan, ketertiban umum, dan atau kesusilaan.
Diiringi dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat akan menyebabkan
terjadinya persaingan antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya yang semakin kuat
dan munculnya perusahaan-perusahaan baru untuk bersaing dan menawarkan produk kepada
masyarakat. Sehingga banyak perusahaan yang bersaing ketat untuk menciptakan kinerja
perusahaan yang optimal. Jika suatu perusahaan tidak mampu bersaing dengan perusahaan
lainnya maka akan mengakibatkan penurunan kinerja keuangan yang akan berujung pada
kesulitan keuangan atau financial distress. Tahap awal perusahaan yang berada dalam kondisi
financial distress biasanya cenderung dengan kemampuan perusahaan yang semakin menurun
dalam memenuhi setiap kewajibannya. Financial distress merupakan tahapan penurunan
kondisi keuangan suatu perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi,
kondisi ini disebabkan oleh banyak hal yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan, misalnya
ditinjau dari komposisi neraca yaitu perbandingan jumlah aset dan liabilitas dimana pada saat
aset tidak cukup atau lebih kecil daripada jumlah liabilitasnya (Andre and Taqwa 2014).

1
Financial distress dikarakteristikkan dengan kumulatif “earning” yang negatif selama
paling tidak beberapa tahun berturut-turut, rugi, dan kinerja yang buruk. Kebangkrutan adalah
salah satu kemungkinan yang akan terjadi dari kondisi financial distress (Jaisheela 2015).
Financial distress ini dapat terjadi dan dialami oleh semua perusahaan di berbagai sektor. Dari
uraian tersebut diketahui bahwa financial distress yang berkelanjutan menyebabkan debitur
tidak mampu membayar utangnya pada kreditur, yang hal ini terjadi pada PT Hanson
International Tbk yang telah dinyatakan pailit melalui putusan nomor 667 K/Pdt.Sus-
Pailit/2021.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah langkah ataupun upaya yang dilakukan oleh PT Hanson
International Tbk dalam melakukan penundaan pembayaran?
2. Bagaimana kondisi kebangkrutan dan likuidasi yang dialami PT Hanson
International Tbk?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui langkah ataupun upaya yang dilakukan PT Hanson
International Tbk dalam melakukan penundaan pembayaran.
2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi kebangkrutan dan likuidasi yang dialami
PT Hanson International Tbk.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis, makalah ini diharapkan mampu memenuhi tugas UAS AKL 2.
2. Bagi Peursahaan, makalah ini diharapkan mampu menjadi tinjauan untuk
menambah wawasan.
3. Bagi pemerintah, diharapkan melalui makalah ini dapat membantu pemerintah
dalam menerapkan kebijakan yang layak bagi perusahaan yang mengalami
kepailitan.

2
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Financial Distress
Terdapat beberapa pengertian mengenai financial distress yang menjelaskan tentang
bagaimana financial distress itu dapat terjadi dalam suatu perusahaan. Menurut Yessie (2011)
kesulitan keuangan bisa diartikan sebagai kegagalan dalam menutupi biaya operasi
perusahaan, tingkat laba lebih kecil dari pengeluaran, proyeksi tidak terpenuhi, gagal dalam
memenuhi kewajiban, kekayaan bersih yang negative, dan lain-lain yang dapat menyebabkan
perusahaan bangkrut. Emery dan Finnerty (1997) dalam (Suciati, 2008) menyatakan bahwa
sebuah perusahaan dikatakan mengalami kondisi financial distress yaitu pada saat perusahaan
tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi jadwal pembayaran kembali
hutangnya kepada kreditur pada saat jatuh tempo. Dengan adanya ketidakmampuan
perusahaan untuk dapat memenuhi kewajiban keuangannya secara terus-menerus dapat
membuat perusahaan tersebut mengalami kebangkrutan. Pengertian lain dari Financial
Distress ialah suatu situasi dimana aliran kas operasi sebuah perusahaan tidak cukup
memuaskan kewajiban-kewajiban yang sekarang (seperti perdagangan kredit atau pengeluaran
bunga) dan perusahaan dipaksa untuk melakukan tindakan korektif (Iflaha, 2008).
2.2 Bentuk-Bentuk dari Financial Distress
Menurut Plat dan Plat (2002) dalam Almilia (2006) mendefinisikan financial distress
adalah tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan
ataupun likuidasi. Namun, secara umum terdapat beberapa macam kondisi perusahaan yang
mengalami financial distress (Emery dan Finnerty, 1997; Brigham, 1997; Gitman, 1994 dalam
Suciati, 2008), yaitu : 1.) Economic Failure (kegagalan ekonomi), 2.) Business Failure
(kegagalan bisnis), 3.) In Default, 4.) Insolvent, 5.) Bankruptcy.
2.3 Penyebab Financial Distress
Terdapat banyak faktor yang menjelaskan mengenai penyebab dari kesulitan keuangan.
Faktor yang dapat menyebabkan kesulitan keuangan secara umum adalah faktor internal dan
eksternal. Menurut Damodaran (1997) 25 dalam Hasymi (2007), faktor internal kesulitan
keuangan merupakan faktor dan kondisi yang timbul dari dalam perusahaan yang bersifat
mikro ekonomi. Faktor-faktor tersebut adalah : a. Kesulitan arus kas Hal ini disebabkan karena
tidak seimbangnya antara aliran penerimaan uang yang bersumber dari penjualan dengan
pengeluaran uang untuk pembelanjaan dan terjadinya kesalahan pengolahan arus kas (cash
flow) oleh manajemen dalam membiayai operasional perusahaan sehingga arus kas
perusahaan berada pada kondisi defisit b. Besarnya jumlah utang Perusahaan yang mampu
3
mengatasi kesulitan keuangan melalui pinjaman bank, sementara waktu kondisi defisit arus
kas dapat teratasi. Namun, pada masa selanjutnya akan menimbulkan masalah baru yang
berkaitan dengan pembayaran pokok dan bunga pinjaman, sekiranya sumber arus kas dari
operasional perusahaan tidak dapat menutupi kewajiban pada pihak bank. c. Kerugian dalam
kegiatan operasional perusahaan selama beberapa tahun. Hal ini merupakan salah satu faktor
utama yang menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress).
Situasi ini perlu mendapat perhatian manajemen dengan lebih seksama dan terarah.
2.4 Rangkaian Tindakan
Kepailitan merupakan langkah terakhir yang dapat diambil oleh ambil oleh usaha yang
mengalami tekanan usaha yang mengalami tekanan keuangan. Namun sebelum langkah
diambil manajemen biasanya berupaya untuk bekerja sama dengan kreditur perusahaan untuk
memenuhi klaim kreditur, sekaligus berupaya untuk memastikan kelangsungan usaha
perusahaan. Sejumlah perjanjian nonyudisial dapat dilakukan dengan kreditur. Jika langkah
ini gagal, maka perusahaan umumya akan menghadapi tindakan yudisial yang diberlakukan
oleh pengadila niaga.
1. Tindakan Nonyudisial
Perjanjian formal antara perusahaan dan kreditur merupakan tindakan yang mengikat
secara hukum tetapi tidak berada di bawah pengadilan.
A. Perjanjian Restrukturisasi Utang
Perjanjian antara perusahaan debitur dengan satu atau lebih kreditur merupakan hal
yang umum bagi perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan untuk sementara sementara
waktu. Pihak debitur dapat mengajukan perpanjangan waktu jatuh tempo utang, meminta
penurunan suku bunga utang, atau meminta modifikasi persyaratan dalam kontrak utang.
Pihak kreditur umumnya bersedia bersedia untuk memberikan untuk memberikan konsesi
kepada konsesi kepada debitur debitur daripada daripada menghadapi resi menghadapi resiko
beban legal dan kerugian legal yang timbul dari tindakan hukum dari tindakan hukum terhadap
debitur yang sebelumnya terhadap debitur yang sebelumnya sangat berharga. Sebagai contoh,
kebanyakan bank lebih suka untuk terus bekerja sama dengan satu nasabah yang sedang
mengalami kesulitan keuangan untuk sementara waktu ketimbang memaksa nasabah tersebut
untuk pailit. Pengalaman menunjukan bahwa pada akhirnya akan memperoleh bagian piutang
yang lebih besar dan terus memiliki nasabah di masa depan, jika meraka membantu pihak
debitur dengan kesulitan keuangan melalu restrukturisasi utang. Akuntansi debitur untuk
restrukturisasi utang bermasalah ini diatur dalam PSAK 54 tentang “Akuntansi untuk Utang

4
Bermasalah”. Akuntansi bagi kreditur untuk penurunan nilai utang wesel dan pinjaman juga
disajikan dalam PSAK 54.
B. Manajemen Komite Kreditur
Melalui manajemen komite debitur (creditor’s comittee management), kreditur
menyetujui untuk membantu pihak debitur dalam mengelola pembayaran yang paling efisiensi
terhadap klaim kreditur. Kebanyakan komite kreditur memberikan nasihat dan pendoman
kepada pihak kreditur karena pihak kreditur tidak ingin menanggung tambahan kewajiban dan
masalah operasi aktual pihak debitur. Pembentukan komite kreditur merupakan tindakan
nonyudisial yang umumnya diawali dengan rencana penyelesaian (plat of settlement) yang
diajukan oleh pihak debitur. Rencana penyelesaian penyelesaian ini merupakan merupakan
dokumen lengkap yang berisi skedul pembayaran yang menyebutkan menyebutkan utang
khusus dan prakiraan pembayaraan. Pihak kreditur kreditur kemudian berkerja sama dengan
debitur untuk melaksanakan rencana tersebut.
C. Pengalihan Aset
Beberapa debitur dalam kesulitan keuangan dapat mengalihkan aset, seperti piutang
atau instrumen keuangan lainnnya, dalam upaya untuk memperoleh uang tunai. Sebagai
contoh, debitur dengan kebutuhan akan uang tunai dapat melakukan anjak piutang usaha
dengan nilai diskon, dan kontrak yang dibuat dapat menentukan apakah piutang ters akah
piutang tersebut dijual “bersyarat” ebut dijual “bersyarat” (with recourse) atau “tanpa syarat”
(without recourse). Ketentuan bersyarat (with recourse) berati pihak debitur harus menerima
pengembalian setiap piutang usaha yang yang tertagih yang sebelumnya telah dialihkan.
Masalah akuntansi yang timbul adalah menentukan apakah pengalihan ini harus dicatat
sebagai dicatat sebagai penjualan penjualan piutang piutang atau sebagai atau sebagai
perjanjian pend perjanjian pendanaan antara perusahaan debitur dengan perusahaan anjak
piutang. PSAK 54 menetapkan bahwa pengalihan aset keuangan diangap sebagai penjualan
hanya jika pihak yang melakykan pengalihan (transfeor atau perusahaan debitur) telah
menyerahkan kendali atas aset yang dialihkan tersebut.
2. Tindakan Yudisial
Kepailitan atau kebangkrutan merupakan tindakan yudisial yang dilakukan oleh
pengadilan niaga dan hakim pengadilan niaga dengan menggunakan pedoman dalam Undang-
Undang Kepailitan No. 37/2004, UU Kepailitan ini menyediakan kerangka yang diperlukan
untuk pengajuaan kepailitan. Baik debitur maupun kreditur dapat memuutuskan bahwa
tindakan yudisial merupakan yang terbaik dalam suatu keadaan tertentu. Pihak debitur dapat
mengajikan sebuah petisi petisi sukarela sukarela (voluntary petition) untuk mendapat
5
perlindungan yudisial dalam bentuk urutan pembebasan (order of relief) dari inisiasi atau
kelanjutan klam hukum yang diajukan kreditur kepada debitur. Cara yang lain adalah pihak
kreditur mengajikan sebuah petisi pemaksaaan (involuntary petition) atas debitur.
A. Penundaan Pembayaran
Penundaan pembayaraan memungkinkan untuk perlindungan legal dari tindakan
kreditur selama periode waktu yang diperluk periode waktu yang diperlukan untuk
mereorganisasi perusahaan debitur dan mengembalikan operasi perusahaan perusahaan ke
tingkat ke tingkat yang me yang menguntungkan.
 Reorganisasi
Reorganisasi dilakukan oleh pengadilan niaga dan niaga dan trustee sering kali diangkat
oleh pengadilan untuk mengarahkan proses reorganisasi. Umumnya reorganisasi dapat
dijelaskan melalui 4P Reorganisasi. Perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan
mengajukan petisi petisi (petition) kepada pengadilan niaga untuk memperoleh perlingungan
(protection) dari para krediturnya. Jika perlindungan telah diberikan, perusahaan menerima
surat perintah pembebasan untuk menunda melakukan pembayaran atas utang-utang sebelum
petisi diajukan.
 Akuntansi Permulaan Baru
Permulaan Baru (Fresh Start Accounting) Pandangan dasar reorganisasi adalah
merupakan permulaan baru (fresh start) bagi perusahaan. Namun demikian, sulit untuk
menentukan apakah penundaan pembayaran menghasilkan entitas baru di mana akuntansi
permulaan baru yang harus digunakan, atau apakah reorganisasi menghasilkan kelanjutan
entitas yang lama.
 Perusahaan yang Tidak Memenuhi Persyaratan untuk Akuntuansi Permulaan Baru
Perusahaan-perusahaan yang usahanya tidak memenuhi dua kondisi untuk kondisi
untuk akuntansi permulaan akuntansi permulaan baru harus menentukan apakah asetnya
mengalami penurunan. Selain itu, mereka harus melporkan kewajiban tu, mereka harus
melporkan kewajiban sejumlah nilai sekarang jumlah yang akan dibayarkan, dengan
keuntungan atau kerugian dari penilaian kerugian dari penilaian kembali kewajiban dicatat
sebagai pos luar kembali kewajiban dicatat sebagai pos luar biasa atau biasa.
B. Kebangkrutan dan Likuidasi
Kebangkrutan dapat dipahami sebagai keadaan keuangan, di mana seseorang
dinyatakan pailit oleh pengadilan, sehingga perintah hukum diarahkan untuk menyelesaikan
kepailitan, yaitu untuk membuang aset pribadi untuk melepaskan kewajiban. Di sisi

6
lain, likuidasi dapat didefinisikan sebagai proses penutupan urusan perusahaan dengan
melepaskan aset, untuk melepaskan kewajiban dari kreditor pemegang surat hutang, karyawan
dan pihak lain.
 Jenis-Jenis Kreditur
1. Kreditur Preferen
Kreditur Preferen diartikan sebagai kreditur yang memiliki hak istimewa. Hak istimewa
adalah hak kreditur untuk didahulukan daripada kreditur lainnya karena alasan yang sah
menurut hukum seperti karena diperintahkan oleh undang-undang. Kreditur preferen yang
memiliki hak istimewa berdasarkan perindah undang-undang adalah negara. Artinya, negara
sebagai kreditur yang terlebih dahulu yang wahib didahulukan untuk mendapatkan
pembayaran seperti kewajiban debitur untuk membayar pajak terlebih dahulu atau kewajiban
lainnya yang harus dibayarkan kepada negara.
2. Kreditur Separatis
Kreditur separatis adalah kreditur yang memegang hak jaminan seperti hak gadai, hak
jaminan, hak hipotek dan hak-hak jaminan atas kebendaan lainnya.
3. Kreditur Konkuren
Kreditur konkuren adalah kreditur yang tidak memegang hak jaminan namun memiliki
hak untuk menagih debitur karena memiliki tagihan yang dapat ditagih terhadap debitur yang
didasarkan pada perjanjian. Sebagai contoh, kreditur memiliki tagihan terhadap debitur yang
didasarkan pada perjanjian utang piutang tanpa adanya jaminan (agunan). Biasanya perjanjian
yang dibuat antara kreditur dan debitur ini jumlahnya tidak besar, sehingga tagihannya pun
kecil.

7
BAB III
STRUKTUR PERUSAHAAN
3.1 Profil PT Hanson International Tbk
PT Hanson International Tbk (dahulu Hanson Industri Utama Tbk) (MYRX) didirikan
dengan nama PT Mayertex Indonesia tanggal 07 Juli 1971 dan mulai beroperasi secara
komersial pada tahun 1973. Kantor pusat MYRX berlokasi di Mayapada Tower, lantai 21, Jl.
Jend. Sudirman Kav 28, Jakarta Selatan 12920 – Indonesia. Pemegang saham yang memiliki
5% atau lebih Saham Biasa Hanson International Tbk (MYRX), antara lain: Benny
Tjokrosaputro (pengendali) (14,81%) dan PT ASABRI (Persero) (11,66%). Sebelumnya
kegiatan usaha MYRX meliputi bidang industri kimia dan serat sintesis, pemintalan dan
pertenunan, industri tekstil lainnya, perdagangan ekspor impor, lokal, leveransir, grosir dan
distributor, serta agen. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
usaha MYRX adalah bergerak di bidang Industri, Perdagangan Umum dan Pembangunan.
Kegiatan usaha MYRX hanya melakukan penyertaan saham pada anak usaha.
Penyertaan saham terbesar MYRX adalah pada PT Mandiri Mega Jaya (aset sebelum
eliminasi mencapai Rp4,99 triliun per 30-Sep-2015). PT Mandiri Mega Jaya merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang properti mulai dari perencanaan, pengembangan,
pelaksanaan proyek, jasa pemborongan dan konstruksi umum pada sektor perumahan (real
estate), kawasan industri, gedung-gedung apartemen, kondominium, perkantoran, pertokoan
beserta fasilitas-fasilitasnya. Pada tanggal 10 September 1990, MYRX memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham
MYRX (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per
saham dengan harga penawaran Rp9.900,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada
Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 31 Oktober 1990. Saham diterbitkan kepada Benny
Tjokrosaputro berupa saham Seri C dengan nilai nominal Rp110,-. Dana dari Penambahan
Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMT-HMETD) ini digunakan untuk
tambahan modal di anak usaha (PT Mandiri Mega Jaya). PT Mandiri Mega Jaya akan
menggunakan seluruh dana ini untuk penyertaan saham di PT Soilindo Prima Perkasa. Dimana
PT Soilindo Prima Perkasa akan mengerjakan proyek kawasan residential di daerah Jatiasih,
Bekasi.

8
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Permasalahan PT Hanson International Tbk
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Oktober 2019 menindak tegas PT Hanson
International Tbk, karena melakukan aktivitas penghimpunan dana yang dianggap ilegal dan
manipulasi laporan keuangan. Dalam keterbukaan informasi pada awal November 2019,
MYRX mengklarifikasi bahwa aktivitas penghimpunan dana ini tercatat di laporan keuangan
sebagai pinjaman individual jangka pendek. Sepanjang 3 tahun berjalan, aktivitas itu diklaim
belum pernah mengalami gagal bayar sekalipun.
1. Adapun dana yang dihimpun digunakan sebagai modal untuk pembebasan dan
pematangan lahan. Hingga 25 Oktober 2019, MYRX mencatatkan pinjaman individual
jangka pendek senilai Rp2,53 triliun dengan total jumlah kreditur 1.197 pihak.
Pinjaman ini menawarkan bunga sekitar 9-12 persen dengan tenor 3-12 bulan. Pinjaman
individual itu bisa dikembalikan dengan uang tunai atau berbentuk produk properti
yang dimiliki perseroan, serta melalui penjualan di proyek Citra Majaraya, Forest Hill,
dan Pacific Millenium City. Dalam keterbukaan informasi di laman resmi Bursa Efek
Indonesia (BEI), Rabu (15/1), Direktur Hanson Rony Agung mengakui telah gagal
bayar pinjaman individual, total nilainya mencapai Rp2,66 triliun.
2. Laporan keuangan kuartal III/2019 MYRX menunjukkan pendapatan perusahaan turun
15,74 persen secara year-on-year (yoy) menjadi Rp923,011 miliar, dari sebelumnya
Rp1,09 triliun. Laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas
induk juga terpangkas 57,54 persen dari Rp182,37 miliar menjadi Rp77,43 miliar.
Posisi kas dan setara kas perseroan adalah Rp220,78 miliar per 30 September 2019,
lebih rendah ketimbang 31 Desember 2018, yang sebesar Rp274,24 miliar.
3. Adapun nilai aset secara keseluruhan adalah Rp12,9 triliun per kuartal III/2019, lebih
tinggi dari posisi 2018, yang sekitar Rp11,65 triliun. Pada Kamis (20/2), MYRX
kembali menyampaikan keterbukaan informasi yang isinya berisi pemberitahuan skema
penyelesaian utang kepada kreditur individu/pemilik Short Term Borrowing (STB). Di
dalamnya, Rony Agung mengemukakan pihaknya mengambil opsi konversi utang
menjadi saham atau debt to equity swap untuk melunasi utang individual perseroan.
4. Dalam catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), PT Hanson International pernah terbukti
melakukan manipulasi penyajian laporan keuangan tahunan (LKT) untuk tahun 2016.
OJK pun menjatuhkan sanksi, baik untuk perusahaan maupun direktur utamanya,
Benny Tjokro. Dalam pemeriksaan yang dilakukan OJK, ditemukan manipulasi dalam
9
penyajian akuntansi terkait penjualan kavling siap bangun (Kasiba) dengan nilai gross
Rp 732 miliar, sehingga membuat pendapatan perusahaan naik tajam.
4.2 Penundaan Pembayaran PT Hanson International Tbk
Melihat dari permasalahan diatas, maka PT Hanson Internasional Tbk mengajukan
PKPU kepada Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Hanson dimohonkan PKPU oleh pemohon
Lanny Nofianti dengan nomor perkara 29/Pdt.Sus-PKPU/2020/PN Niaga Jkt.Pst pada 10
Februari 2020. Sejak permohonan PKPU dikabulkan, Hanson International harus
menyerahkan proposal perdamaian kepada para krediturnya yang berisi skema pembayaran
utang. Jika selama 43 hari yang telah ditetapkan tidak tercapai kesepakatan antara Hanson
International dengan para krediturnya, masa PKPU sementara perusahaan properti itu bisa
diperpanjang atau justru dinyatakan pailit. Dan Hanson dinyatakan pailit pada 12 Agustus
2020 lalu.
Namun PT Hanson International Tbk atau yang berkode saham MYRX telah mencapai
perdamaian dalam perkara pailit di Pengadilan Niaga PN Jakarta Pusat. Perkara pailit itu
diajukan oleh para nasabahnya dan tercatat dalam perkara nomor
29/PDT.SUS/2020/PN.Niaga.Jkt.Pst. Dengan adanya perjanjian perdamaian ini, maka status
pailit yang diberikan kepada Hanson pada Agustus 2020 lalu akan dicabut setelah perusahaan
memenuhi semua hal dalam perjanjian perdamaian yang disepakati.
Kantor Hukum Bob Hasan dan Partners selaku pihak kuasa hukum MYRX menyatakan
keputusan damai itu berdasarkan sidang atau rapat permusyawaratan hakim yang dilaksanakan
pada 18 Februari 2021 oleh Majelis Hakim Pemeriksa Perkara Nomor
29/PDT.SUS/2020/PN.Niaga.Jkt.Pst. Dalam rapat sidang di tanggal 18 Februari itu, majelis
hakim memutuskan 5 hal soal perkara pailit yang menyangkut Hanson.
1. Pertama, menyatakan sah dan mengikat perjanjian perdamaian pada 18 Februari
2021, antara PT Hanson International Tbk (dalam pailit) selaku debitur dengan
para kreditur.
2. Menghukum PT Hanson International Tbk selalu debitur dan para kreditur untuk
tunduk dan patuh dalam perjanjian perdamaian yang telah disahkan
(dihomologasi)," bunyi poin keputusan ke dua.
3. Ketiga menetapkan biaya kepailitan dan imbalan jasa bagi kurator akan
ditetapkan dalam suatu penetapan tersendiri.
4. "Menyatakan kepailitan debitur (MYRX) berakhir pada saat putusan pengesahan
atas perjanjian perdamaian a quo berkekuatan hukum tetap," bunyi poin
keputusan ke empat.
10
5. Yang kelima adalah memerintahkan tim kurator untuk mengumumkan
berakhirnya kepailitan debitur dalam berita negara Republik Indonesia dan paling
sedikit dua surat kabar harian pada saat putusan pengesahan atas perjanjian
perdamaian ini berkekuatan hukum tetap.
Namun PT Hanson Internasional Tbk kembali dinyatakan pailit pada 8 juni 2021, dalam
putusan nomor 667 K/Pdt.Sus-Pailit/2021, setelah MA membatalkan putusan Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 29/Pdt.Sus-PKPU/2020/PN Niaga.Jkt.Pst
pada 18 Februari 2021.
4.3 Kebangkrutan dan Likuidasi PT Hanson International Tbk
Kebangkrutan PT Hanson Intenrasional Tbk dilihat dari harga rata-rata perdagangan
saham Perusahaan Terbuka di Bursa Efek dalam jangka waktu 30 hari terakhir yang dihitung
mundur dari hari perdagangan terakhir atau hari dihentikan sementara perdagangannya.
Kedua, nilai buku per saham berdasarkan laporan keuangan terakhir digunakan yang lebih
tinggi. Mengacu pada hal tersebut, harga saham MYRX saat ini berada di kisaran Rp50 per
saham. Bahkan sebelum saham emiten itu disuspensi, perseroan telah masuk dalam zona
saham gocap. Saat ini, investor publik menjadi pemegang saham mayoritas MYRX sebesar
77,29 miliar atau setara dengan 89,15 persen. Jika menggunakan harga terakhir, maka dana
investor ritel yang wajib dibeli sebesar Rp3,86 triliun. Akan tetapi menilik dari hasil laporan
keuangan terakhir perseroan pada kuartal III/2019, MYRX hanya memiliki kas dan setara kas
awal mencapai Rp274,24 miliar. Perseroan juga sebelumnya gagal membayar pinjaman
individu senilai Rp2,66 triliun.
Melihat dari putusan pailit yang kembali diberikan pada PT Hanson Internasional Tbk
maka MYRX melalui kuasa hukumnya melakukan kasasi namun tidak mengubah keputusan
perusahaan mengalami likuidasi serta penunjukan kurator dalam mengeksekusi harta MYRX.
Kuasa Hukum MYRX menyampaikan beberapa pokok bahasan atas Putusan Mahkamah
Agung Nomor 667 K/Pdt.Sus-Pailit/2021 antara lain sebagai berikut:
 Mengabulkan permohonan kasasi dari Para Pemohon Kasasi;
 Membatalkan Putusan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor 29/Pdt.Sus-
PKPU/2020/PN Niaga Jkt.Pst tanggal 18 Februari 2021;
 Menyatakan Penundaan kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) PT Hanson
Internasional Tbk, selaku Termohon Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
(PKPU) sebagai Debitor berakhir;

11
 Menyatakan PT Hanson International Tbk, selaku Termohon Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang (PKPU) menjadi Debitor “Pailit” dengan segala bentuk hukumnya;
 Memerintahkan kepada Ketua Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
untuk menunjukan Hakim Pengawas dalam kepailitan a quo;
 Mengangkat Muhammad Deni, S.H.,M.H., Rinaldi, S.H., Enriko Simanjuntak, S.H.,
Riski Maruli, S.H., sebagai Tim Kurator untuk melaksanakan tugas pengurusan dan
pemberesan harta (boedel pailit) dalam proses kepailitan Debitor;
Dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang (UU Kepailitan) Pasal 1 angka 1 menyatakan Kepailitan adalah
sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan
oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas. Mengenai harta (boedel) pailit akan
dilakukan pengurusan dan/atau pemberasan oleh Kurator yang sudah ditunjuk sekalipun
terhadap putusan itu berpotensi dilakukan Peninjauan Kembali (PK) sebagaimana dinyatakan
pada Pasal 16 UU Kepailitan dan PKPU. Dengan demikian dilakukannya acara PK tidak akan
berpengaruh pada wewenang tersebut. Kurator akan melakukan pelelangan atas aset milik
MYRX dan kemudian akan dibagikan kepada kreditur. “Di sisi lain saham daripada MYRX
akan menjadi tidak ada nilai sebab harta (boedel) pailit akan pertama kali dibagikan kepada
kreditur; apabila terdapat sisa baru bisa dibagikan kepada pemegang sahamnya,” ungkap
Akademisi Hukum Ekonomi Universitas Indonesia Teddy Anggoro.
4.4 Penghapusan Saham PT Hanson International Tbk dari Bursa Efek Indonesia
PT Hanson International Tbk (MYRX) milik Benny Tjokrosaputro wajib
mengembalikan dana investor ritel Rp3,86 triliun. BEI mengumumkan jika emiten properti itu
telah menggenapi masa suspensi selama 24 bulan per 16 Januari 2022. Dengan begitu, emiten
terafiliasi Benny Tjokrosaputro itu memenuhi syarat untuk didepak dari pasar modal atau
delisting. Namun sebelum keluar, perseroan wajib membeli kembali saham investor ritel
hingga jumlah pemegang saham kurang dari 50 pihak. Hal itu tertuang POJK No. 3
/POJK.04/2021 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal.

12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kepailitan merupakan langkah terakhir yang dapat diambil oleh ambil oleh usaha yang
mengalami tekanan usaha yang mengalami tekanan keuangan. Namun sebelum langkah
diambil manajemen biasanya berupaya untuk bekerja sama dengan kreditur perusahaan untuk
memenuhi klaim kreditur, sekaligus berupaya untuk memastikan kelangsungan usaha
perusahaan. Sejumlah perjanjian nonyudisial dapat dilakukan dengan kreditur. Jika langkah ini
gagal, maka perusahaan umumya akan menghadapi tindakan yudisial yang diberlakukan oleh
pengadila niaga. Kepailitan dan likuidasi ini terjadi pada salah satu perusahaan di indonesia
yakni PT Hanson International Tbk, yang mengalami kasus PKPU dan Likuidasi, yang
dikarenakan kesulitan keuangan yang dialami perusahaan diakibatkan oleh kelalaian
manajemen perushaan dan manipulasi laporan keuangan yang dilakukan direkturnya sehingga
tidak mampu membayar tagihan kreditur.
PKPU PT Hanson International terjadi 2 kali yaitu pada 10 februari 2020 serta 18
Februari 2021 namun kembali dinyatakan pailit pada bulan agustus 2021, pihak perushaan telah
mencoba berbagai upaya untuk menyelamatkan perusahaan dan sempat mencapai perjanjian
perdamaian dengan pihak kreditur namun karena perusahaan tetap tidak mampu membayarkan
utangnya maka perusahaan kembali dinyatakan pailit oleh pengadilan.Setelah dinyatakan pailit
oleh pengadilan perusahaapun harus dilikuidasi asetnya untuk diberikan pada kreditor, dan hal
ini terjadi pada Hanson International Tbk yang harus merelakan asetnya pada pihak kreditur.
Dan adapun penjualaan saham perusahaan di BEI telah diberhentikan peredarannya karena
kasus ini pada 16 januari 2020 dan pada 16 januari 2022 perusahaan telah memenuhi syarat
untuk didepak dari bursa ataupun delisting.
5.2 Saran
Mengacu pada kasus PT Hanson International Tbk tersebut, sebaiknya stakeholder
perusahaan lebih teliti dan bertanggung jawab lagi dalam mengatur kondisi keuangan
perusahaan dan laporan keuangan perushaaan sehingga tidak terjadi kesuiltan keuangan yang
membahayakan perusahaan, disisi lain auditor harusnya bekerja secara independen tanpa
dipengaruhi oleh pihak lainnya. Serta pemerintah harus lebih tegas lagi pada kebijakan-
kebijakan yang diterapkan pada perusahaan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Andani, Devi. "DIVIDEN PERSEROAN TERBATAS YANG TIDAK DIBAGIKAN
KEPADA PEMEGANG SAHAM SEBAGAI UTANG DALAM
KEPAILITAN." Refleksi Hukum: Jurnal Ilmu Hukum 6.1 (2021): 53-70.
Britama.com. Sejarah dan Profil Singkat MYRX (Hanson International Tbk).
https://britama.com/index.php/2012/12/sejarah-dan-profil-singkat-myrx/. (Diakses
Tanggal 24 Juni 2022).
Gumilar, Pandu. 20 Jan 2022. Mau Delisting, Emiten Benny Tjokro (MYRX) Wajib
Kembalikan Dana Investor Ritel Rp3,86 Triliun.
https://m.bisnis.com/amp/read/20220120/192/1491327/mau-delisting-emiten-benny-
tjokro-myrx-wajib-kembalikan-dana-investor-ritel-rp386-triliun. (Diakses Tanggal 24
Juni 2022).
Hikam, Herdi Alif Al. 8 Maret 2021. Sempat Pailit, Hanson Kini Damai dengan Kreditur,
https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-5485117/sempat-pailit-hanson-kini-
damai-dengan-kreditur, (Diakses Tanggal 24 Juni 2022).
KlikLegal.Com, 15 Oktober 2021, MYRX Dinyatakan Pailit, Bagaimana Nasib Kreditur?,
https://kliklegal.com/myrx-dinyatakan-pailit-bagaimana-nasib-kreditur/, (Diakses
Tanggal 24 Juni 2022).
Lavinda. 13 Oktober 2021. MA Kabulkan Permohonan Pailit Hanson International Milik
Benny Tjokro. https://katadata.co.id/lavinda/finansial/6166a8de28ad6/ma-kabulkan-
permohonan-pailit-hanson-international-milik-benny-tjokro, (Diakses Tanggal 24 Juni
2022).
Maulana, Rivki. 29 Agustus 2020. Hanson International (MYRX). Perusahaan Milik Terdakwa
Kasus Jiwasraya Dinyatakan Pailit.
https://market.bisnis.com/read/20200829/192/1284651/hanson-international-myrx-
perusahaan-milik-terdakwa-kasus-jiwasraya-dinyatakan-pailit. (Diakses Tanggal 24
Juni 2022).
Pratiwi, Agustina Ni Made Ayu Darma. "STATUS BADAN HUKUM TERHADAP
PERSEROAN TERBATAS YANG DIPUTUS PAILIT." Jurnal Hukum Saraswati
(JHS) 1.1 (2019).
Yulianti, Erlita, and Endang Purwanti. "Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi
Kebangkrutan Perusahaan pada PT. Kimia Farma (Persero). Tbk Periode 2006-
2010." Among Makarti 6.1 (2015).

14

Anda mungkin juga menyukai