Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEWIRAUSAHAAN
“PERLINDUNGAN USAHA DAN NASABAH KABUR”

Dosen Pengampu :
Omi Pramiana, SE, M.Ak

Oleh : Kelompok 13
1. Yhanie Candra Puspitasari (1562084)
2. Akhmad Ainun Rosyidi (1562163)

AKUNTANSI B 2015
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE)
PGRI DEWANTARA JOMBANG
2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahnya.sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Perlindungan Usaha dan Nasabah Kabur”. Makalah ini disusun dalam rangka
memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan.
Makalah ini di tulis mempunyai tujuan untuk sebagai bahan pembelajaran dan
sebagai salah satu sumber pengetahuan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menemukan beberapa kesulitan baik dari
buku atau sumber yang dijadikan narasumber maupun hal-hal yang harus diungkapkan.
Walaupun menemukan beberapa kesulitan, penulis juga banyak memperoleh bantuan serta
bimbingan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besar nya kepada pihak yang ikut serta
dalam membantu penyusunan makalah ini sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.
Akhir kata, penulis sangat menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh
dari sempurna, maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna sempurnanya makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Jombang. 21 Desember 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
2.1 Pengertian Perlindungan Usaha ....................................................................................... 6
2.2 Jenis-jenis Risiko Kerugian .............................................................................................. 6
2.3 Cara Melindungi Usaha .................................................................................................... 8
2.3 Cara Menghindari Risiko Kerugian ............................................................................... 10
2.4 Pengertian Nasabah Kabur ............................................................................................. 11
2.5 Sebab-sebab Nasabah Kabur .......................................................................................... 11
2.6 Cara-cara Membuat Nasabah Betah ............................................................................... 11
2.7 Rencana Bisnis ............................................................................................................... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pada saat terjadi krisis moneter pertengahan 1997, di mana para pengusaha besar dan
BUMN tidak dapat bertahan menghadapinya, usaha kecil (dan sektor informal) mampu
bertahan ditengah krisis tersebut dan bahkan berkembang. Usaha kecil dan sektor informal
telah menunjukkan eksistensinya dalam perekonomian nasional dengan pelbagai kontribusi,
baik itu dari sisi makro maupun mikro. Hal tersebut sebenarnya merupakan fakta lama,
namun tidak pernah terangkat ke permukaan.
Kisah kesuksesan usaha kecil dan sektor informal tersebut, ternyata tidak berbanding
lurus dengan kepedulian pemerintah untuk mengangkat usaha kecil dan sektor informal ke
jenjang yang lebih tinggi dalam kancah perekonomian negeri ini. Keberadaan usaha kecil dan
sektor informal masih dipandang sebelah mata, setidaknya dapat tercermin dari rendahnya
distribusi kredit kepada usaha kecil dan sektor informal karena minimnya agunan, sementara
harus diakui bahwa kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan kontribusinya
dalam penyerapan tenaga kerja cukup tinggi.
Pengertian lain dikembangkan dari karakterisitik pelakunya. Umumnya yang terlibat
pada sektor informal berpendidikan rendah, miskin, tidak terampil dan kebanyakan para
migran. Karena itu, cakrawala mereka terbatas untuk mencari kesempatan kerja dan
menghasilkan pendapatan langsung bagi dirinya sendiri, tidak untuk maksimasi profit.
Meskipun demikian harus diakui banyak di antara pelaku sektor informal berusaha dan
berhasil mengatasi berbagai masalah dan hambatan yang ada dan secara perlahan masuk ke
dalam sektor formal.
Masalah lain menyangkut pendekatan pembinaan (pemberdayaan) yang kurang
didukung penataan aturan-aturan untuk melindungi sektor informal. Hal ini menimbulkan
kesulitan terhadap pemerintah dalam membina sektor informal, sebab tidak sedikit di
kalangan sektor informal yang pesimis dan skeptis dengan setiap program pembinaan dan
pengembangan yang diprakarsai pemerintah.
Mengingat hal tersebut di atas, terdapat perbedaan antara unit-unit sektor informal
dengan usaha kecil karena akan berimplikasi pada tataran operasional. Umumnya, usaha kecil
cenderung berorientasi keuntungan (profit) dan sudah didukung keterampilan yang memadai.
Masalah yang dihadapi pengusaha kecil lebih condong pada peningkatan kemampuan
manajerial dan peluang lebih besar dalam mendapatkan dukungan permodalan.

4
Lebih lanjut, ada dua definisi usaha kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama, definisi
usaha kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil adalah kegiatan
ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1 milyar dan memiliki
kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp 200
juta (Sudisman & Sari, 1996:5). Kedua, menurut kategori Biro Pusat Statistik (BPS), usaha
kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan
industri berdasrakan jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4
orang; (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja
20-99 orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih (BPS, 1999:250).
Berdasarkan uraian di atas maka perlindungan bagi usaha tidak hanya difokuskan
pada asuransi untuk melindungi kuantitas dan kualitas hasil usaha secara fisik tetapi juga
perlu adanya perlindungan usaha di bidang HAKi dan persaingan mengingat usaha mandiri
baik kecil maupun menengah adalah tulang punggung nperkembangan ekonomi
Indonesia.maka untuk membahas lebih lanjut maka makalah ini adalah “Perlindungan
Usaha” khususnya untuk Usaha Kecil.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk memberikan uraian dari penjelasan makalah ini, maka diperlukan adanya
perumusan masalah yang gunanya untuk membatasi pembahasan agar tidak menyimpang
jauh dari topik yang telah ditentukan.

Dalam makalah ini telah dirumuskan yaitu:

1) Apa pengertian perlindungan usaha?


2) Jelaskan Jenis-jenis Risiko Kerugian?
3) Bagaimana Cara Menghindari Risiko Kerugian
4) Bagaimana Cara Melindungi Usaha?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud perlindungan usaha.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis perlindungan usaha
3. Untuk mengetahui bagaimana cara menghindari resiko kerugian.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara melindungi usaha

5
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perlindungan Usaha


Menurut definisi KBBI perlindungan adalah tempat berlindung (bersinonim dengan
pertahanan), hal perbuatan memperlindungi" (bersinonim dengan konservasi, penjagaan).
Sedangkan usaha yaitu suatu kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk
mencapai suatu maksud; pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai
sesuatu: bermacam-macam -- telah ditempuhnya untuk mencukupi kebutuhan hidup; --
meningkatkan mutu pendidikan; atau kegiatan di bidang perdagangan (dengan maksud
mencari untung), perdagangan, perusahaan: -- perkayuan mengalami kemajuan; -- nya di
bidang tenun ikat berkembang
Jadi perlindungan usaha merupakan suatu hal perbuatan melindungi, menjaga, merawat
serta mempertahankan sesuatu kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, pekerjaan
untuk mencapai sesuatu hal yang menjadi tujuan atau sasaran utama.

2.2 Jenis-jenis Risiko Kerugian


Dalam menjalankan suatu usaha ada berbagai jenis resiko yang akan dihadapi oleh
perusahaan. Masing-masing resiko memiliki tingkat kerugian tersendiri. Besar kecil risiko
yang akan dihadapi diukur dari tingkat kerusakan dari harta benda yang dimiliki. Hanya saja,
kepastian terjadi atau tidaknya risiko tersebut sulit diukur. Dalam kenyataannya risiko yang
akan dihadapi oleh seorang pengusaha adalah sebagai berikut :
1) Risiko jiwa
2) Risiko kehilangan harta
3) Risiko kerusakan harta
4) Risiko penggantian kepada pihak lain; dan
5) Risiko lainya.
Risiko jiwa artinya jiwa pengusaha dan seluruh karyawannya akan terancam pada saat
mereka melakukan perkejaan (sedang berkeja). Risiko jiwa yang dapat terjadi antara lain
kecelakaan dalam menjalankan tugas akibat penggunaan mesin; tersengat listrik, tertabrak
kendaraan di jalan atau menabrak orang benda pada saat membawa kendaraan; terbakat,
tengelam, dan resiko jiwa lainya. Risiko jiwa ini dapat menyebabkan seseorang menjadi cacat
sementara, cacat seumur hidup, atau menyebabkan kematian.

6
Risiko kehilangan harta perusahaan maksudnya kemungkinan harta milik perusahaan
hilang karena kecurian, tengelam, terbakar, atau kelalain lainnya. Faktor kecurian dapat
terjadi pada peralatan, hasil produksi, sarana tranportasi seperti mobil, atau kehilangan barang
muatan karena tenggela, kehilangan sejumlah harta karena terbakar, dan berbagai bentuk
kehilangan lainnya seperti kesalahan dalam penyetoran, pembayaran, atau akibat kesalahan
pencatatan keuangan.
Risiko kerusakan harta dapat juga disebabkan oleh berbagai hal sehingga merugikan
perusahaan.kerusakan harta dapat terjadi karena kebakaran atau kebanjiran yang
menyebabkan kerusakan kualitas atau nilai harta tersebut. Risiko kerusakan harta lainnya
dapat pula terjadi akibat pengangkutan atau kelalaian karyawan dalam proses produksi.
Semakin banyak kerusakan, semakin besar pula tingkat kerugian yang diderita perusahaan.
Risiko perhentian kepada pihak lain merupakan risiko yang disebabkan oleh
kesalahan perusahaan, dalam hal ini karyawan yang menyebabkan pihak lain menderita
kerugian. Misalnya, karyawan perusahaan (sopir) menabrak orang lain yang mengakibatkan
kerugian di pihak lain, baik jiwa maupu harta benda. Risiko ini dapat pula timbul karena
terhambat melakukan pengintaun benda yang mengalami kerugian patut dan wajib
mendapatkan ganti rugi dari perusahaan.
Pihak asuransi biasanya mengklasifikasikan suatu risiko ke dalam tiga jenis berikut.
1) Risiko murni
Risiko murni adalah ketidakpastian terjadinya sesuatu kerugian atau ada peluang
merugi atas harta atau jiwa perusahaan. Risiko seprti ini misalnya rumah terbakar,
mobil tertabrak, muatan kapal tenggelam, atau risiko murni lainnya.
2) Risiko spekulatif
Risiko spekulatif terjadi atas dua kemungkinan, yaitu adanya peluang untuk
memperoleh keuntungan dan adanya peluang untuk menderita kerugian.
3) Risiko Individu
Risiko individu adalah risiko yang ditanggung oleh pribadi seseorang. Risiko jenis ini
terdiri dari tiga jenis berikut:
a) Risiko pribadi,misalnya menderita sakit sehingga memerlukan biaya
pengobatan; risiko kehilangan perkejaan akibat kelalain pegawai tersebut,
akibat perusahaan bangkrut, atau karyawan tersebut meninggal dunia.
b) Risiko harta, misalanya kehilangan harta benda karena dicuri atau risiko
rusaknya harta tersebut sehinggamengurangi atau bahkan menghilangkan
nilai harta tersebut.

7
c) Risiko tanggung gugat adalah risiko menanggung kerugian seseorang.
Sebagai contoh, kelalaian karyawan dalam mengendarai kendaraan di jalan
sehingga menyebabkan orang tertabrak. Karena kesalahan karyawan tersebut,
kerusakan atau kerugian pihak yang tertabrak.

2.3 Cara Melindungi Usaha


Risiko yang akan dihadapi perusahaan dapat terjadi setiap saat, baik risiko yang sudah
dapat diprediksi (diramal) maupun yang belum. Agar perusahaan tidak mengalami kerugian
yang besar, risiko ini perlu memperoleh perlindungan. Perlindungan untuk kasus penggantian
terhadap risiko yang mukin timbul dapat dilakukan dengan mengasuransikannya kepada
pihak asuransi. Dengan memberikan perlindungan terhadap risiko besarnya risiko kerugian
dapat diminimalkan. Asuransi yang berasal dari bahasa inggris insurance adalah menanggung
sesuatu yang mungkin atau tidak mungkin terjadi; sedangkan kata assurance brakti
menanggung sesuatu yang pasti terjadi.
Sementara itu, pengertian menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1992 yang dimaksud
dengan asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dengan
mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan pengantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hokum kepada pihak ketiga
yang mungkin akan diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti
atau untuk memberikan sesuatu pembayaran yang didasarkan atas meningeal atau hidupnya
seseorang yang dipertanggungkan. Kegiatan pertanggungan ini akan menyebabkan
tertanggung (nasabah) untuk membayar sejumlah premi kepada pihak asauransi
(penanggung). Besarnya premi dibayar tertanggung ditaksir terlebih dulu atau diperhitungkan
dengan nilai risiko yang akan dihadapi, semakin besar risiko yang akan dihadapi semakin
besar pula premi yang dibayar dan demikian pula sebaliknya.
Setiap perjanjian asuransi akan tertuang dalam polis asuransi. Di dalam polis tersebut
dimuat, syarat-syarat, hak, dan kewajiban masing-masing pihak. Selain itu, juga dimuat
jumlah uang yang dipertanggungkan, jangka waktu asuransi, dan ditandatangani oleh kedua
belah pihak.
Dalam praktisnya terhadap berbagai jenis asuransi yang dapat dipilih oleh perusahaan.
Pemilihan jenis asuransi tergantung dari jenis pertanggungan yang diinginkan.
Berikut ini jenis-jenis asuransi yang ada di Indonesia.

8
1. Dilihat dari segi fungsinya
a. Asuransi Kerugian (non life insurance)
 Asuransi Kebakaran, meliputi kebakaran, peledakan, petir, kecelakaan
pesawat terbang.
 Asuransi pengangkutan.
 Asuransi aneka, termasuk asuransi kebakaran dan pengangkutan,
kendaraan bermotor, kecelakaan, pencurian, dan lainnya.
b. Asuransi jiwa (life insurance)
 Asuransi berjangka
 Tabungan
 Asuransi seumur hidup
c. Reasuransi (reinsurance)
2. Dilihat dari segi kepemilikan
a. Milik pemerintah
b. Milik swasta nasional
c. Milik asing
d. Milik campuran
3. Ada beberapa tujuan atau keuntungan yang dapat dinikmati dari mengasuransikan
karyawan dan harta milik seluruh perusahaan. Tujuan utamanya adalah melindungi
karyawan dan harta perusahaan dari resiko kerugian dan menjaga masa depan
perusahaan.
Adapun tujuan yang diinginkan oleh perusahaan asuransi kepada para klien adalah
sebagai berikut :
o Memberikan rasa aman;
o Memberikan rasa ketenangan berusaha;
o Merupakan simpanan yang pada saat jatuh tempo dapat diambil;
o Terhindar dari risiko kerugian;
o Terhindar dari risiko kehilangan;
o Memperboleh penghasilan di masa yang akan datang;
o Memperboleh penggantian akibat kerusakan dan kehilangan milik sendiri atau
milik orang lain.
Perasaan tenang amat penting bagi siapa pun yang sedang menjalankan usaha. Rasa
tenang di sini berarti tidak adanya kecemasan atau ketakutan akan terjadi sesuatu yang tidak

9
diinginkan. Tampa rasa tenang, tujuan tidak dapat tercapai dengan mudah. Jadi, tujuan
mengasuransikan harta benda perusahaan adalah untuk memberikan rasa tenang dalam
berusaha. Asuransi merupakan simpanan yang pada saat jatuh tempo dapat diambil berlaku
untuk jenis asuransi tertentu. Misalnya, asuransi beasiswa yang memiliki jangka waktu
tertentu. Setoran premi yang dibayarkan oleh seseorang akan diambil pada saat pension (jatuh
tempo). Demikian pula dengan asuransi beasiswa dapat diambil pada saat si anak masuk
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Atas, atau perguruan Tinggi. Asuransi dapat
menghindarkan pengusaha dari risiko kerugian. Jika tidak terjadi risiko, perusahaan hanya
mengalami kerugian atas prime yang disetor. Sementara itu, bila terjadi risiko kerugian, tidak
sebesar harta yang mengalami kerugian. Misalnya, jika tidak diasuransikan, pengusaha akan
menderita kerugian 100%, tetapi dengan diansurasikan mendapat pengantian sebesar 80%,
misalnyadari nilai harta yang mengalami kerusakan. Bahkan, ada usaha yang diganti 100%
oleh pihak asuransi. Hal ini tergantung dari objek yang diasuransikan.
Asuransi dapat menghindarkan pengusaha dari risiko kehilangan berarti kehilangan
atas nyawa atau harta benda milik perusahaan akan memperoleh penggantian sekalipun tidak
seratus persen. Paling tidak kerugian akibat kehilangan dapat diminimalkan apabila
diansuransikan atau bagi mereka yang kehilangan jiwa masih memperoleh santunan untuk
kerluarga yang ditingalkan guna meringankan beban keluarga yang terkenak musibah.
Memperoleh penghasilan di masa yang akan datang dapat diperoleh dari asuransi hari tua
(pensiun). Dana yang dibayarkan perusahaan atau seseorang melalui premi setiap bulan akan
dapat diambil oleh seseorang yang telah memasuki usia pansiun, misalnya 55 tahun.
Memperoleh penggantian akibat kerusakan dan kehilangan milik sendiri maupun milik orang
lain berakti apabila terjadi kerusakan atau kehilangan barang, perusahaan akan memperoleh
pengantian. Demikian juga jika kerusakan terjadi pada orang lain akibat perbuatan kita
seperti menabrak harta benda atau jiwa, seseorang juga akan memperoleh pengantian.

2.3 Cara Menghindari Risiko Kerugian


Risiko kerugian selalu ada dan relative sulit untuk dihindari sama sekali. Seperti
dijelaskan sebelumnya bahwa risiko terjadi karena dua sebab. Pertama karena unsur
kesengajaan dan kedua unsur ketidaksengajaan. Selalu ada celah untuk menghindari
terjadinya kedua unsur risiko tersebut. Banyak cara untuk menghindari risiko kerugian.
Berikut ini ada beberapa cara sebagai payung untuk melindungi usaha dari risiko kerugian,
yaitu dengan cara :

10
1. Menetapkan prosedur dan tartib kerja;
2. Menyediakan alat pengamanan;
3. Meminta pertanggungan asuransi

2.4 Pengertian Nasabah Kabur


Pengertian pelanggan atau nasabah adalah pelanggan atau nasbah pergi meninggalkan
perusahaan atau tidak lagi membeli, mengkomsumsi, atau memiliki produk yang di tawarkan
perusahaan, baik untuk sementara waktu atau selamanya. Artinya nasabah tidak akan menjadi
nasabah kita atau membeli produk yang kita tawarkan dan mungkin sudah beralih
keperusahaan lain. Arti lain pelanggan atau nasabah sudah mulai mengurangi volume
pembelanjaan atau prekuensi transaksi atau dengan kata lain nasabah sudah tidak melulu
menggunakan produk yang kita jual.

2.5 Sebab-sebab Nasabah Kabur


1. Pelayanan yang tidak memuaskan
Pelayanan yang tidak memuaskan artinya apa yang diharapkan pelanggan tida sesuai
dengan yang diterimanya atau dengan kata lain harapan tidak sama dengan kenyataan.
Produk yang tidak baik dan tidak lengkap
2. Kelengkapan produk yang ditawarkan kurang juga berpotensi membuat nasabah tidak
menjadi pelanggan kita lagi. Artinya sekali berhenti dalam suatu perusahaan nasabah
ingin kebutuhannya segera terpenuhi dengan tersedia produk atau jasa yang lengkap.
3. Ingkar janji dan tidak tepat waktu
Ingkar janji dan tidak tepat waktu artinya karyawan tidak menepati janji seperti waktu
pelayanan atau pengiriman barang.
4. Biaya yang relatif mahal

2.6 Cara-cara Membuat Nasabah Betah


Pengertian nasabah betah adalah nasabah merasa nyaman untuk berhubugan dengan
perusahaan,sehingga tidak pindah keperushaan atau produk lain. Atau dengan kata lain
nasabah akan terus mengomsusi atau membeli produk yang ditawarkan.

11
Cara membuat agar pelanggan atau nasabah betah berurusan dengan perusahaan adalah
sebagai berikut:
1. Karyawan harus menarik, baik dari segi penampilan, gaya bicara maupun gerak
geriknya sehingga tidask membosankan. Butlah agar nasabah selalu senang, ceria dan
bersemangat dalam berhadapan dengan kita.
2. Cepat tanggap terhadap keinginan nasabah dan cepat mengerjakan atau melayani
nasabah.
3. Ruang tunggu yang nyaman, tengang dan nyaman, sehingga begitu nasbah masuk
dapat merasakannya.
4. Brosur yang tersedia lengkap dan mampu menjelaskan segala sesuatu sehingga
suasana dengan keinginan nasabah.
5. Keragaman atau kelengkapan produk atau jasa yang ditawarkan.
6. Lokasi yang nyaman dan aman.

2.7 Rencana Bisnis


1. Produk : Produk yang direncanakan untuk diproduksi adalah “Lepet Jagung
Manis”.
2. Place : Lokasi bertempat di Bangsal Mojokerto CP : 085854350584
3. Price : 1.250
4. Promosi : Promosi dilakukan dengan cara posting di akun media sosial dan
menempel stiker pada bungkus produk.
5. Bahan Pembuatan
 500 gr jagung manis (diparut)
 250 gr kelapa parut
 100 ml santan kental
 50 gr tepung maizena
 1 sachet vanili
 70 gr gula pasir
 ½ sdt garam
 Kulit jagung untuk pembungkus
6. Alat yang digunakan
o Parut

12
o Baskom Besar
o Pengaduk
o Kompor
o Panci Pengukus
7. Cara Membuat
 Campurkan semua bahan jadi satu, aduk rata.
 Ambil selembar kulit jagung, lalu letakkan 2 sendok makan adonan, bungkus
seperti membungkus tempe kemudian tali degan kulit jagung yang disuir.
 Kukus selama kurang lebih 30 menit atatu sampai matang.
 Lepet jagung siap disantap.
8. Biaya Pembuatan
Jagung Manis 1 kg = Rp. 7.000
Kelapa 2 butir = Rp. 16.000
Tepung maizena = Rp. 6.500
Vanili = Rp. 1.500
Gula pasir ¼ = Rp. 4.000
Total = Rp. 35.000
9. Penghitungan Laba
Dari bahan tersebut bisa membuat 40 lepet jagung manis dengan harga jual @1.250 x
40 biji = 50.000
Maka keuntungan adalah 50.000 – 35.000 = Rp. 15.000 setiap pesanan.

13
BAB III PENUTUP

Perlindungan usaha adalah sesuatu hal yang dapat kita lakukan seperti menjaga,
merawat dan melindungi usaha yang sudah kita jalankan. Perlindungan usaha ini, salah satu
hal yang terpenting dan harus dimengerti serta diterapkan oleh para pengusaha baik pemula
maupun yang lainnya.
Dalam perlindungan usaha ini, kita mengetahui apa saja sebab-sebab usaha yang kita
jalankan itu gagal dan kegagalan itu janganlah kita jadikan sebagai keputusasaan sebaliknya
kita jadikan sebagai motivasi dan dorongan untuk lebih maju lagi dan berhati-hati dalam
mengembangkan usaha. Maka, makalah ini diharapkan bisa bermanfaat bagi para pembaca
dan semuanya , untuk mengantisipasi resiko kegagalan atau kerugian yang besar tanpa kita
duga atau lampaui, maka dengan adanya perlindungan usaha ini serta kita mengetahui cara
melindungi dan cara menghindari resiko sehingga hal tersebut dapat kita waspadai sejak dini
dan usaha yang kita jalankan akan tetap berkembang dan bertahan dengan adanya pesaing-
pesaing baru.

14
DAFTAR PUSTAKA

o Basrowi. 2011. Kewirausahan Untuk Perguruan Tinggi. Bogor: Ghalia


Indonesia.
o Shodiq Askandar, Noor. 2013. 99 Great Ways: Menjadi Pengusaha Muslim
Sukses. Jakarta : Penerbit Erlangga
o http://adhityadwiputra.blogspot.com/2012/11/jenis-jenis-resiko-tingkatan-dan-
cara.html.
o http://www.iskandarst.com/apa-yang-harus-dilakukan-mencegah-kerugian/.
o http://chayatul.blogspot.com/2017/11/makalah-perlindungan-usaha.html

15

Anda mungkin juga menyukai