Anda di halaman 1dari 79

PERAN GURU WALI KELAS XII DALAM MEMBINA ETIKA

BERPAKAIAN SISWA DI MA AL-HIDAYAH PAMBANG


BARU KECAMATAN BANTAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

JULIANA
NIM. 1811170009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
BENGKALIS
2020 M/1440 H
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Karya tulis saya, skripsi dengan judul “Peran Guru Wali Kelas XII Dalam
Membina Etika Berpakaian Siswa Di MA AL-Hidayah Pambang Baru
Kecamatan Bantan“ adalah asli belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar
akademik di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN) Bengkalis.
2. Karya tulis ini murni gagasan, penilaian, dan rumusan saya sendiri tanpa bantuan
tidak sah dari pihak lain kecuali arahan dari pembimbing.
3. Didalam karya tulis ini tidak terdapat hasil atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain kecuali dikutip secara tertulis dengan jelas dan
dicantumkan sebagai acuan didalam naskah saya dengan disebutkan nama
pengarangnya dan dicantumkan pada daftar pustaka.
4. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya sesungguhnya
atau merupakan hasil ciplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah saya peroleh serta
sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku

Bengkalis, 03 November 2020


Saya yang menyatakan

Materai 6000

JULIANA
NIM. 1811170009
MUHAMMAD AUFA MUIS, MA.Pd
DOSEN STAIN BENGKALIS
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 2 Eksemplar
Hal : Naskah Skripsi
Saudari JULIANA
Kepada
Yth Ketua Stain Bengkalis
Di _
Bengkalis
Assalamu’alaikum. Wr.Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari :
Nama : JULIANA
NIM : 1811170009
Jurusan : Tarbiyah Dan Keguruan
Prodi : Pendidikan Agama Islam
Judul : Peran Guru Wali Kelas XII Dalam Membina
Etika Berpakaian Siswa Di Ma Al-Hidayah
Pambang Baru Kecamatan Bantan

Dengan ini kami mohon skripsi saudari tersebut diatas supaya


segera dimunaqasahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr . Wb
Bengkalis, 03 November 2020
Pembimbing,

Muhammad Aufa Muis MA.Pd


NIP. 19851125 201801 1 001
LEMBARAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “Peran Guru Wali Kelas XII Dalam Membina Etika

Berpakaian Siswa Di MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan” Pada

Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri

(STAIN) Bengkalis diterima dan dibuktikan untuk diujikan oleh dewan penguji pada

jurusan tarbiyah dan keguruan sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

(S.Pd)

Bengkalis, 03 November 2020

Ketua Program Studi Pembimbing


Pendidikan Agama Islam,

Dra. ROBI’AH, M.Pd.I Muhammad Aufa Muis, MA.Pd


NIDN. 2007106602 NIP. 19851125 201801 1 001
ABSTRAK

JULIANA (2020) : PERAN GURU WALI KELAS XII DALAM MEMBINA


ETIKA BERPAKAIAN SISWA DI MA AL-HIDAYAH PAMBANG BARU
KECAMATAN BANTAN

Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya membina etika
berpakaian siswa. Karena guru merupakan pendidik profesional di bidangnya
yang memiliki tugas utama dalam mendidik, mengajar, membimbing, dan
memberi arahan karenanya ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul
sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. Akan
tetapi kata guru sebenarnya bukan saja mengandung arti “pengajar”, melainkan
juga “pendidik”, baik di dalam maupun di luar sekolah. Guru dituntut untuk
berperan aktif dalam membina etika berpakaian siswa yang mana sangat terlihat
terhadap keberhasilan siswa dan guru merupakan salah satu komponen yang
sangat besar baik tergantung dari bagaimana guru membina siswanya, agar bisa
mendapatkan pendidikan yang diharapkan, guru harus bisa membina etika
berpakaian yang tepat kepada siswa tersebut.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peran guru wali kelas
XII dalam membina etika berpakaian siswa di MA AL-Hidayah pambang baru
kecamatan bantan. Penelitian ini dilaksanakan di MA AL-Hidayah pambang baru
kecamatan bantan waktu pelaksanaan penelitian ini dari bulan september sampai
november 2020. Menggunakan metode deskriptif kualitatif hasil penelitian ini
bahwa peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa
dikategorikan “cukup baik” dengan data kuantitatif 72%.

Kata kunci : peran guru wali kelas, membina etika berpakaian siswa

i
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan Rahmat, Taufik, dan hidayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Skripsi ini dengan tepat waktu, sebagai salah satu persyaratan

untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Shalawat dan salam tidak lupa penulis panjatkan atas junjungan alam Nabi

Muhammad SAW, yang telah memberikan nikmat sehat dan nikmat kesempatan

dan dengan izin Allah SWT penulis telah selesai menulis sebuah skripsi dengan

judul “Peran Guru Wali Kelas XII Dalam Membina Etika Berpakaian Siswa

Di MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan”.

Penulis menyadari sepenuhnya kekurangan dan tidak sempurnya skripsi

ini merupakan hasil jerih payah penulis dalam menyelesaikan tugas akhir yang

menjadi tuntutan dari perguruan tinggi agama islam (STAIN) Bengkalis.

Tentunya dalam penyelesaian skripsi ini banyak penulis melibatkan semua pihak

dalam hal motivasi, dukungan, saran-saran, doa dan sumbangan baik secara

materi maupun non-materi, Alhamdulillah skripsi ini dapat diselesaikan dengan

baik, walaupun masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis ingin

menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Kepada Ayah tersayang Atan dan Ibu tercinta Saloma, dan juga Kakek

tersayang Nurdin yang telah memberikan segalanya kepada penulis dan kepada

Abang pitriadi, Kakak Asmarani dan Yunita, Adik Julianti dan Norizal yang

telah banyak memberikan bantuan kepada penulis baik moril maupun materil.

ii
1. Bapak Prof. Dr. H. Samsul Nizar, MA selaku ketua Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri (STAIN) Bengkalis.

2. Ibu Ika Kurnia Sofiani, S. Th.I, M.Pd.I selaku ketua Jurusan Tarbiyah dan

Keguruan yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan perkuliahan.

3. Ibu Dra. Robi’ah, M.Pd.I selaku ketua Prodi Pendidikan Agama Islam

(STAIN) Bengkalis, dan juga selaku PA penulis yang banyak memberikan

motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Muhammad Aufa Muis, MA.Pd selaku pembimbing penulisan skripsi

yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, kepada penulis sehingga

bisa menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan bimbingan yang bermanfaat

kepada penulis.

6. Bapak ibu dosen civitas akademika dan staff Sekolah Tinggi Agama Islam

Negeri (STAIN) Bengkalis yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan

selama perkuliahan.

7. Ibu Faridah selaku Kepala Sekolah MA AL-Hidayah Pambang Baru yang telah

memberikan dukungan terutama memberikan data-data yang diperlukan oleh

penulis.

8. Kepada Andi Putra selaku teman dekat penulis yang banyak sekali memberikan

dukungan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Teman-teman seperjuangan yang lokal A PAI.

10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

iii
Akhirnya kepada Allah SWT penulis memohon semoga pengorbanan dan

keikhlasan yang telah di berikan akan di balasnya dengan balasan yang berlipat

ganda. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua penulis maupun bagi pembaca.

Amin ya rabbal alamin.

Bengkalis, 03 November 2020

Penulis,

JULIANA
NIM.1811170009

iv
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN
NOTA PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ............................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................v
DAFTAR TABEL .................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Permasalahan .................................................................................................4
C. Alasan Memilih Judul ...................................................................................4
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian ..................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Kajian Teoritis ...............................................................................................7
B. Penelitian Yang Relevan ..............................................................................31
C. Definisi Operasional .....................................................................................32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A. Waktu Dan Lokasi Penelitian.......................................................................35
B. Objek Dan Subjek Penelitian .......................................................................35
C. Populasi Dan Sampel Penelitian ..................................................................36
D. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 36
E. Teknik Analisa Data .....................................................................................38

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA


A. Tinjauan Umum Loikasi/Subjek Penelitian .................................................40
B. Penyajian Data..............................................................................................45
C. Analisa Data .................................................................................................60

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................................64
B. Saran .............................................................................................................64

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................66


LAMPIRAN ............................................................................................................68
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................69

v
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Defenisi Operasional ....................................................................................... 32

Tabel IV.1 Keadaan Guru .................................................................................................. 42

Tabel IV.2 Keadaan jumlah siswa kelas XII MA AL-Hidayah Pambang Baru kecamatan
bantan ............................................................................................................. 44

Tabel IV.3 keadaan sarana dan fasilitas Ma al-hidayah pambang baru ........................... 44

Tabel IV.4 peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa di ma al-
hidayah pambang baru kecamatan bantan ...................................................... 47

Tabel IV.5 peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa di ma al-
hidayah pambang baru kecamatan bantan ...................................................... 48

Tabel IV.6 peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa di ma al-
hidayah pambang baru kecamatan bantan ...................................................... 49

Tabel IV.7 peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa di ma al-
hidayah pambang baru kecamatan bantan ...................................................... 50

Tabel IV.8 peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa di ma al-
hidayah pambang baru kecamatan bantan ...................................................... 51

Tabel IV.9 peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa di ma al-
hidayah pambang baru kecamatan bantan ...................................................... 57

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Guru merupakan pendidik profesional di bidangnya yang memiliki

tugas utama dalam mendidik, mengajar, membimbing, dan memberi arahan

karenanya ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian

tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua. Mereka

menyerahkan anaknya ke sekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian

tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru. Akan tetapi kata guru

sebenarnya bukan saja mengandung arti “pengajar”, melainkan juga

“pendidik”, baik di dalam maupun di luar sekolah.1

‫ىا ۡٱل ِع ۡل َن د ََس َٰ َج ٖۚت‬


ْ ُ‫ىا ِهٌ ُكنۡ َوٱله ِزييَ أُوت‬
ْ ٌُ‫ٱَّللُ ٱله ِزييَ َءا َه‬
‫يَ ۡشفَ ِع ه‬

Artinya:

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Q.S. Al-

Mujadilah:11)2

Etika adalah suatu ilmu yang menjelaskan tentang apa yang baik apa

yang buruk, nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau

masyarakat.3 Menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia didalam

perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus

diperbuat. Perbuatan baik yang timbul dari orang yang melakukannya dengan

1
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta:Bumi Aksara, 2016) h. 39
2
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009) h. 543
3
Cecep triwibowo, Etika & Hukum Kesehatan (Yogyakarta: Nuha Medika, 2014) h. 1

1
sengaja dan berdasarkan kesadarannya sendiri serta dalam melakukan

perbuatan itu dia tau bahwa itu termasuk perbuatan baik atau buruk.4

Menurut Martin, etika didefinisikan sebagai “the discipline which can

act as the performance index or reference for our control system” etika akan

memberikan batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia

di dalam kelompok sosialnya. Etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk

aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan

prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa

difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang

secara logika-rasional umum dinilai menyimpang dari kode etik.5

Etika harus dibiasakan sejak dini, seperti halnya dengan etika

berpakaian, anak perempuan dibiasakan menggunakan berpakaian berciri khas

perempuan seperti jilbab mengulurkan ketubuhnya atau menutup dada

sedangkan laki-laki memakai kopiah dan sebagainya.6 Islam sangat

memperhatikan etika berpakaian sebagaimana yang tercantum dalam surat al-

Ahzab ayat 59.

َ ِ‫َٰيََٰٓأَيُّهَا ٱلٌهبِ ُّي قُل أِّلَ ۡص َٰ َو ِجكَ َوبٌََاتِكَ َوًِ َسآَٰ ِء ۡٱل ُو ۡؤ ِهٌِييَ ي ُۡذًِييَ َعلَ ۡي ِه هي ِهي َج َٰلَبِيبِ ِه ٖۚ هي َٰ َرل‬
‫ك‬
٩٥ ‫ىسا هس ِح ٗيوا‬ ٗ ُ‫ٱَّللُ َغف‬ ‫أَ ۡدًَ َٰ َٰٓى أَى ي ُۡع َش ۡفيَ فَ ََل ي ُۡؤ َر ۡي َۗيَ َو َكاىَ ه‬
Artinya:

“Hai nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu

dan istri-istri orang-orang mu’min: hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya

ketubuhnya. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal,
4
Cecep triwibowo, Etika & Hukum Kesehatan (Yogyakarta: Nuha medika, 2014), h. 1
5
Ibid h. 2
6
Faisal Badroen, Etika Bisnis Dalam Islam (Jakarta:Kencana, 2006) h. 5

2
karena itu mereka tidak diganggu. Dan allah adalah maha pengampun, lagi

maha penyayang. (Al-Ahzab (33):59)7

Pakaian adalah barang yang dipakai atau dikenakan tubuh, seperti baju

dan celana, untuk menutupi aurat dan anggota tubuh lainnya dari berbagai

macam perubahan cuaca. karena pakaian merupakan sebagaian dari nikmat

yang dikaruniakan oleh allah kepada manusia dan tidak kepada makhluk lain.

Selain itu untuk memelihara kemuliaan.8

Jadi etika berpakaian adalah sikap berpakaian yang pantas dan sopan

dalam setiap situasi dan keadaan. Fungsi pakaian ialah pelengkap kebutuhan

fisik, rohani, dan status sosial atau harga diri, dan islam mengatur mengenai

etika berpakaian adalah dengan menutup aurat.9

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa guru wali kelas XII

dalam membina etika berpakaian siswa yang baik, sopan, menutup aurat akan

berdampak yang baik pula bagi dirinya para guru-guru dan siswa ketika

didalam lingkungan sekolah. Guru akan membina dan mengajarkan kepada

siswanya bagaimana etika berpakaian yang baik, dan guru sekaligus menjadi

contoh atau cerminan bagi siswanya terutama dalam segi berpakaian.

Berdasarkan observasi yang peneliti lihat dilapangan pada hari senin

tanggal 03 Agustus 2020 pernyataan di atas sangat bertolak belakang dengan

siswa kelas XII MA AL-Hidayah Pambang baru kecamatan bantan karena

masih ada di antara siswa yang melanggar peraturan sekolah atau kode etik

7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan (Jakarta: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009) h. 426
8
Toto Edidarmo dan Mulyadi, Akidah Akhlak Aliyah Kelas XI (Semarang: PT. Karya
Toha Putra, 2015) h. 63
9
Ibid h. 64

3
berpakaian disekolah, dan masih ada diantara siswa kelas XII yang tidak

memakai seragam sekolah, masih ada siswa yang memakai celana yang bukan

seragam sekolah, dan masih ada yang memakai jilbab tidak menutupi dada,

dan ada siswa yang mengecilkan celana nya.

Berdasarkan gejala-gejala diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk

penelitian lebih lanjut melalui penelitian yang dituangkan dalam judul: Peran

Guru Wali Kelas XII Dalam Membina Etika Berpakaian Siswa Di MA

AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan.

B. Alasan Memilih Judul

1. Penulis merasa tertarik untuk meneliti masalah mengenai peran guru wali

kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa di MA AL-Hidayah

Pambang Baru Kecamatan Bantan.

2. Untuk menambah wawasan penulis khususnya mengenai peran guru wali

kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa di MA AL-Hidayah

Pambang Baru Kecamatan Bantan.

3. Untuk persyaratan mendapatkan gelar serjana pendidikan agama islam (S1).

4. Ditinjau dari kemampuan dan linteratur yang berhubungan dengan masalah

ini penulis merasa mampu untuk menyelesaikan penelitian ini baik dari segi

waktu, dana dan tenaga.

C. Permasalahan

1. Identifikasi Masalah

a. Masih rendahnya perhatian guru wali kelas XII dalam membina etika

berpakaian siswa

4
b. Masih rendahnya kepedulian guru wali kelas XII dalam membina etika

berpakaian siswa

c. Masih terdapat kendala guru wali kelas XII dalam membina etika

berpakaian siswa

2. Batasan Masalah

Oleh karena permasalahan yang ada terlalu luas, serta terbatasnya

kemampuan peneliti, maka peneliti hanya memfokuskan penelitian ini

sesuai pada permasalahan yaitu: Peran Guru Wali Kelas XII Dalam

Membina Etika Berpakaian Siswa Di MA AL-Hidayah Pambang Baru

Kecamatan Bantan.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis paparkan di atas,

maka dapat dirumuskan masalah pokok yaitu Bagaimana Peran Guru Wali

Kelas XII Dalam Membina Etika Berpakaian Siswa Di MA AL-Hidayah

Pambang Baru Kecamatan Banta

D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan selaras dan berorientasi pada acuan-

acuan didalam rumusan masalah. Sesuai dengan rumusan masalah yang

sudah tertulis diatas, maka tujuan penelitian ini adalah Bagaimana Peran

Guru Wali Kelas XII Dalam Membina Etika Berpakaian Siswa Di MA AL-

Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan.

5
2. Kegunaan Penelitian

Sebagai wahana untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi

peneliti pada bidang pendidikan agama islam.

a. Secara teoritis kegunaan penelitian ini dapat memperbanyak atau

memperkaya tentang peran guru wali kelas XII dalam membina etika

berpakaian siswa.

b. Hasil penelitian ini bisa dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

para guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Definisi Peran Guru

Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai dengan kedudukannya dalam suatu sistem.10 Sedangkan

peran guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling

berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan

dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang

menjadi tujuannya.11 Berdasarkan pendapat diatas penulis berpendapat

bahwa peran adalah suatu tindakan-tindakan yang di lakukan oleh guru

kepada siswanya.

Guru adalah seorang tenaga pendidik profesional yang mendidik,

mengajarkan suatu ilmu, membimbing, mengarahkan, melatih, memberikan

penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik pada pendidikan

anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

menengah.12 Guru adalah poros utama pendidikan. Ia menjadi penentu

kemajuan suatu negara di masa depan. Secara umum, tugas guru adalah

mengajar siswa-siswi agar memilki pengetahuan dan keterampilan dalam

masing-masing bidang pelajaran. Selain itu guru juga mempunyai tanggung

10
Suryanah, Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK (Jakarta: EGC, 1996) h. 8
11
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) h.
4
12
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka
setia, 2010), h. 100.

7
jawab dalam mendidik siswa agar mempunyai sikap dan tingkah laku yang

baik ketika berada di lingkungan sekolah ataupun masyarakat.

Guru juga seseorang yang telah mengabdikan dirinya untuk

mengajarkan suatu ilmu, mendidik, mengarahkan, dan melatih muridnya

agar memahami ilmu pengetahuan yang diajarkan.13

Dalam hal ini guru tidak hanya mengajarkan pendidikan formal, tapi

juga pendidikan lainnya dan bisa menjadi sosok yang diteladani oleh para

muridnya. Peran guru artinya terciptanya serangkaian tingkah laku yang

saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta behubungan

dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang

menjadi tujuannya. Maka kita dapat memahami bahwa peran guru sangat

penting dalam proses menciptakan generasi penerus yang berkualitas, baik

secara intelektual maupun akhlaknya.

Menurut Dri Atmaka guru adalah orang yang bertanggung jawab

untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam pengembangan baik fisik

dan spiritual. Sedangkan menurut Husnul Khotimah guru adalah orang

yang memfasilitasi proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar

ke peserta didik.

Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan

anak didik yang memiliki beberapa sifat sebagai berikut:

a. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan.

b. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira.

13
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional (Tembilahan: PT. Indragiri Dot Com, 2019) h. 6.

8
c. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat-

akibat yang timbul.

d. Menghargai anak didik.

e. Bijaksana dan hati-hati (tidak nekat, tidak sembrono, tidak singkat akal)

f. Takwa terhadap tuhan yang maha esa.

Jadi guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan

perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik. Dengan

demikian, tanggung jawab guru adalah membentuk anak didik agar menjadi

orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa di masa

yang akan datang.

Guru adalah mitra anak didik dalam kebaikan. Guru yang baik akan

membuat anak didik pun menjadi baik. Tidak ada seorang guru yang

bermaksud menjerumuskan anak didiknya. Karena kemuliaan guru,

berbagai gelar pun disandangnya.14

Profil guru yang ideal adalah sosok yang mengabdikan diri

berdasarkan panggilan jiwa, panggilan hati nurani, bukan karena tuntutan

uang belaka, yang membatasi tugas dan tanggung jawabnya sebatas dinding

sekolah. Akan tetapi, jangan pula hanya menuntut pengabdian guru tanpa

memerhatikan kesejahteraannya. Guru yang ideal selalu ingin bersama anak

didik di dalam dan di luar sekolah. Jadi kemulian hati seorang guru

tercermin dalam kehidupan sehari-hari.

14
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka
setia, 2010), h. 119.

9
Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam pendidikan, bahkan

guru pada hakikatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran

yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Guru

memiliki peran penting dalam pendidikan, adapun peran guru adalah

sebagai berikut:15

a. Sebagai pengajar, yaitu orang yang mengajarkan suatu ilmu pengetahuan

kepada para anak didiknya.

b. Sebagai pendidik, yaitu orang yang mendidikan muridnya agar memiliki

tingkah laku yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku di

masyarakat.

c. Sebagai pembimbing, yaitu orang yang mengarahkan muridnya agar

tetap berada pada jalur yang tepat sesuai tujuan pendidikan.16

d. Sebagai inspirator, orang yang menginspirasi para muridnya sehingga

memiliki suatu tujuan di masa depan.

e. Sebagai informator, yaitu orang yang memberikan ragam informasi dan

kemajuan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya agar ilmu

pengetahuan anak didik semakin luas dan mendalam.

f. Sebagai organisator, yaitu yang memiliki kemampuan mengelola

kegiatan pembelajaran dengan baik dan benar.

g. Sebagai motivator, yaitu orang yang memberikan motivasi dan semangat

kepada muridnya dalam belajar sebagai teladan, yaitu orang yang

memberikan contoh dan teladan yang baik kepada muridnya. Sebagai


15
Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006) h. 9
16
Dewi Safitri, Menjadi Guru Profesional (Tembilahan: PT. Indragiri Dot Com, 2019) h. 20.

10
seorang motivator, seorang guru diharapkan mampu memberikan

dorongan mental dan moral kepada anak didik agar kedepannya, mereka

selalu memiliki semangat dan tujuan dalam belajar. Seorang motivator

yang handal akan menjadikan muridnya sebagai seseorang yang handal

dan berani dalam menghadapi setiap masalah yang ada di kehidupan.

h. Sebagai inisiator, yaitu memiliki pencetus gagasan bagi pengembangan

dan kemajuan pendidikan.

i. Sebagai fasilitator, yaitu menyediakan fasilitas pendidikan dan

pembelajaran bagi kegiatan belajar anak didiknya.

j. Sebagai demonstrator, yaitu memberikan contoh dan mempraktikkan

berbagai alat pembelajaran agar anak didik cepat memahami bahan ajar

yang disampaikan.

k. Sebagai pengelola kelas yaitu yang memanfaatkan kelas agar dijadikan

tempat pembelajaran yang efektif, efisien, dan menggairahkan anak

didik.

l. Sebagai mediator, yaitu sebagai alat ukur bagi anak didik dalam menilai

hasil pembelajaran anak didik, atau perantara antara ilmu pengetahuan

dan anak didiknya.

m. Sebagai moderator dalam berbagai kegiatan anak didik, misalnya dalam

diskusi dan sejenisnya.

n. Supervisor, yaitu membantu, memperbaiki, dan menilai secara kritis,

terhadap proses pengajaran. Guru berperan sebagai pengawas dan

pengendali serta Pembina proses pembelajaran.

11
o. Sebagai administrator, orang yang mencatat perkembangan para

muridnya. Dimana guru yang bersangkutan akan mencatat perkembangan

individual muridnya dan menyampaikannya kepada orangtua. Hal ini

diharapkan dapat menjaga anak yang bersangkutan untuk selalu berjalan

di jalur yang benar.

p. Sebagai evaluator, orang yang melakukan evaluasi terhadap proses

belajar anak didiknya, yaitu dengan menilai dengan semua aktivitas

pembelajaran anak didik, Sebagai seorang evaluator, seorang guru berhak

memberikan penilaian dan masukan-masukan untuk kemajuan peserta

didiksehingga akan dapat memperbaharui dan mengembangkan

pendidikan ke arah yang lebih baik.17

2. Etika berpakaian

Secara etimologi etika berasal dari bahasa yunani yaitu ethos, yang

berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (costum). Etika biasanya

berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa

latin, yaitu mos dan dalam bentuk jamaknya mores, yang berarti juga adat

kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik

(kesusilaan), dan menghindari hal-hal atau tindakan-tindakan yang buruk.18

Adapun definisi yang lain etika adalah memberikan hukuman baik

buruk kepada suatu perbuatan yang tujuannya mempengaruhi dan

mendorong kehendak agar perbuatan baik dan membentuk hidup yang suci

17
Hasan Basri dan Beni Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: Pustaka
setia, 2010), h. 120.
18
Dadan Suryana, Stimulasi & Aspek Perkembangan Anak (Jakarta: Kencana, 2016)
h. 25.

12
dan berbudi pekerti yang luhur dan menghasilkan kebaikan, kesempurnaan

serta memberi faedah kepada sesama.

Sedangkan menurut imam Al-Gazali etika/moral (etika) adalah bentuk

batin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia berbuat

(tingkah laku), dan bukan karena suatu pemikiran atau pertimbangan,

dimana batin seseorang ada yang baik dan ada pula yang buruk, ada yang

terpuji dan ada pula yang tercela.19

Etika merupakan suatu ilmu yang mempelajari perbuatan baik dan

perbuatan buruk manusia yang dapat diterima oleh akal sehat. Sebagai ilmu,

etika mencari kebenaran mengenai perbuatan manusia. Sebagai filsafat,

etika mencari keterangan secara radiks mengenai kebaikan perbuatan

manusia. Kemudian sebagai ilmu dan filsafat, etika menghendaki ukuran

yang umum untuk semua perbuatan manusia. Tujuannya adalah mencari

ukuran tersebut dan bagaimana manusia seharusnya berbuat.20

Berpakaian adalah sebagai pelindung/pemeliharaan. Jadi makna yang

dikandung adalah pakaian yang dapat menghindarkan seseorang dari

bencana. Dalam kamus besar bahasa indonesia, pakaian diartikan sebagai

“barang apa yang biasa dipakai oleh seorang baik berupa baju, jaket, celana,

sarung, selendang, kerudung, jubbah, surban, dan lain sebagainya”.

Secara istilah, pakaian adalah segala sesuatu yang dikenakan

seseorang dalam berbagai ukuran dan modelnya berupa (baju, celana,

19
Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara,
2011), h. 68
20
Novan Ardy Wiyani, Etika Profesi Keguruan (Yogyakarta: Gava Media, 2015), h.
2

13
sarung, jubah, ataupun yang lain). Yang disesuaikan dengan kebutuhan

pemakainya untuk suatu tujuan yang bersifat khusus maupun umum. Tujuan

bersifat khusus artinya pakaian yang dikenakan lebih berorientasi pada nilai

keindahan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi pemakaian.21

Menutup Aurat adalah Kewajiban, Allah telah menganugerahi

hamba-hambanya dengan cara menutup auratnya dengan pakaian yang

nyata. Kemudian dia menyarankan mereka agar mengenakan pakaian lain

yang sifatnya abstrak dan lebih baik dari pada pakaian yang pertama.

Pakaian sebagai kebutuhan dasar manusia sudah dikenal sejak jaman

dahulu. Pada mulanya pakaian berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap

pengaruh cuaca, gigitan serangga, dan lainnya yang kemudian berkembang

ke arah etika dan estetika. Semenatara sekarang pakaian telah berkembang

model dan bentuknya dan tujuannya pun telah bergeser tidak hanya sebagai

kebutuhan rutin, tetapai berubah menjadi sesuatu prestise sosial atau gaya

hidup. Bahkan pada kalangan tertentu seseorang akan merasa rendah diri

dan terhina bila pakainnya tidak mengikuti model (Up to date).

Pandangan agama menilai busana tidak hanya sebagai pelindung dari

dingin dan panasnya sengatan matahari tapi juga untuk menutup aurat.

Menilik sejarah, pakaian modern pada masa kolonial identink dengan “gadis

sekolahan” namun begitu, para murid wanita dari sekolah-sekolah yang

berbasis agama seperti Muhammadiyah, masih tetap memakai pakaian

tradisi. Identitas yang ditampilkan dalam pakaian para murid wanita adalah

21
Syaikh Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Panduan Beribadah Khusus Wanita
(Jakarta: almahira, 2007), h. 139.

14
sebuah kerudung atau penutup kepala. Di era penjajahan pula, kain kebaya

mulai kehilangan “pamor” sebagai pakaian sekolah dan harian para wanita

Jawa dari golongan atas dan menengah. Namun pakaian kebaya dan kain

panjang tetap mendominasi gaya berpakaian kaum wanita dari kalangan

bawah. Salah satu persamaan antara golongan atas dan golongan bawah

tentang kain kebaya adalah ketika pakaian tersebut menjadi pakaian dalam

acara khusus seperti perkawainan dan khitanana. Perbedaanya terletak pada

aksesoris yang dipakai.

Melihat era sekarang pergeseran budaya cara berpakaian sudah

demikian besar. Desainer pakaian sekarang hanya berorientasi model dan

gaya modern namun kurang memperhatikan unsur-unsur pakaian yang

menutup aurat dengan baik dan benar. Pakaian dengan gaya

kemuslimahannya (memakai kerudung atau jilbab), namun maaf dengan

baju dan celana atau rok yang ketat sekali akibatnya busana tersebut

membentuk hampir seluruh anggota badan, sehingga mempertontonkan

kemolekan tubuh Perlu keteladanan dan ketegasan.

Pesatnya perkembangan teknologi dan informasi juga berpangaruh

terhadapa gaya berpakaian siswa meskipun tidak jarang pula guru yang

berpakaian “modis” saat berada disekolahan. Menurut undang-undang guru

dan dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Kompetensi Kepribadian yang

15
dimaksud adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian

yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlak mulia.

Kompetensi kepribadian erat hubungannya dengan perilaku

keseharian baik didalam kelas maupun diluar kelas tidak terkecuali dalam

hal berpakaian. Cerminan Kompetensi kepribadian ada pada perilaku dan

cara berpakaian selama memberikan pelajaran sebagai peribadi seorang

pendidik supaya dihoramati dan disegani oleh peserta didik. Dari

kompetensi yang harus dimiliki pendidik.

Fenomena yang sering muncul sekarang siswa berpakaian tidak

seperti seragam sewajarnya dalam artian seragam sekolah sudah

dimodifikasi sendiri sesuai dengan tren dan gaya anak muda dengan meniru

gaya di televisi pada sinetron yang melibatkan pemuda dan anak sekolah

dengan gaya gelamor. Misalnya celana yang di buat model pensil dan rok

mini yang terlalu keatas. Selain itu fenomena lain siswa merias dirinya juga

sudah sering dijumpai di beberapa sudut sekolah hal ini tentu

meperihatinkan karena bisa mempengaruhi konsesntarsi siswa terhadap

belajarnya.

Kegiatan mengurus tugas disekolahan menjadi terganggu dengan

kegiatan merias wajahnya terlebih mereka yang sudah berpacaran tersebut

perilaku jauh lebih merepotkan diri mereka sendiri. Dari fenomena diatas

tentu butuh keteladanan dan ketegasan semua unsur mulai dari keluarga,

sekolah, dan masyarakat untuk setidaknya mengingatkan perlilaku yang

16
berlebihan karena berpakaian dengan berlebihan dan berias secara

berlebihan hanya akan menimbulkan dampak negatif bagi disi siswa

tersebut. Dari kelauarga perlu memahamkan cara berdanadan yang sopan,

terlebih dari pihak sekolah dengan mempertegas peraturan berdandan dan

berhias yang sewajarnya.

Meskipun pada mulanya konsep busana pada awalnya identik

dengan nilai-nilai kehormatan, keagungan yang mengagumkan, dan harga

diri. Disadari atau tidak budaya berpakain dan berhias secara berlebihan

menjadi identik dengan mengorbankan kehormatan bahkan bisa dikatakan

merendahkan harga diri pemakainya.

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir mengatakan: “Allah memberikan

anugerah kepada hamba-hambanya berupa pakaian dan bulu”. Pakaian

untuk menutup aurat dan kemaluan. Sedangkan bulu untuk mempercantik

diri secara lahir. Yang pertama adalah kebutuhan primer, sedangkan yang

kedua adalah kebutuhan sekunder dan tersier. 22

Menutup aurat adalah etika yang diperintahkan oleh islam. Bahkan di

dalam islam laki-laki dan perempuan tidak boleh melihat aurat lawan

jenisnya, karena adanya dampak negatif yang ditimbulkannya. Syariat islam

datang untuk menutup setiap jalan menuju keburukan. Aurat adalah sesuatu

yang tidak pantas diperlihatkan dan tidak pantas pula dilihat oleh manusia.

Aurat berarti aib, yaitu sesuatu yang tidak baik untuk dipandang. Karena

memandangnya termasuk aib (tercela).

22
Fuad Abdul Aziz Asy-Syalhub, Harits bin Zaidan Al-Muzaidi. Panduan Etika
Muslim Sehari-hari (Surabaya: PT. Elba Fitrah Mandiri Sejahtera, 2011), h. 493.

17
Aurat laki-laki yang diperintahkan untuk ditutupi selain terhadap isteri

dan budak perempuannya ialah antara pusar dan lutut. Sedangkan wanita,

seluruh tubuhnya adalah aurat, kecuali bagi suaminya. Adapun mahramnya

boleh melihat bagian tubuhnya yang biasanya tampak, seperti wajah, tangan,

rambut, leher, dan sebagainya. Sedangkan bagi sesame wanita, auratnya

ialah antara pusar dan lututnya.

Fungsi pakaian dalam pandangan islam:

a. Sebagai penutup aurat

Menurut Ibrahim Anis dalam kitabnya Al-Mu’jam Al-Wash

mendefinisikan aurat adalah kullu ma yasturuhu lisanmu istinkafan

auwhayan yaitu setiap yang ditutup manusia, karena malu mlihatnya atau

karena malu terlihat.

b. Sebagai perhiasan

Fungsi yang kedua ini adalah menunjukkan begitu besar islam

memperhatikan keindahan-keindahan atau estetika merupakan salah satu

fitrah diantara fitrah-fitrah lainnya. Kaitan dengan hal ini dijelaskan:

Setiap manusia senang kepada perhiasan dan keindahan, hanya saja

tidak setiap manusia memiliki ketajaman dalam menikmati perhiasan dan

keindahan tersebut. Begitu juga dalam hal berpakaian, ada yang hanya

memenuhi fungsi yang pertama saja. Yakni yang penting menutup aurat,

tetapi ada juga malahan ini yang lebih banyak bahwa berpakaian itu juga

harus sesuai antara badan, warna kulit dan bahan pakaiannya, model serta

dimana dalam acara apakah itu dikenakan.

18
c. Sebagai pelindungan

Untuk melindungi kulit dari sengatan matahari, dinginnya cuaca

sehingga suhu badan tetap terjaga. Maka pakaian dapat menjaga

kesehatan manusia. Tidak mudah terjangkit virus, iritasi kulit, dan lain

sebagainya. Bahwa dalam peperangan sekalipun, pakaian memiliki

fungsi yang sangat penting bagi manusia.

Tujuan bersifat umum lebih berorientasi pada keperluan untuk

menutup ataupun melindungi bagian tubuh yang perlu ditutup atau dilindungi,

lebih mengarahkan pada keperluan menutup aurat sesuai ketentuan hukum

syari’at dengan tujuan untuk beribadah dan mencari ridho allah.

Etika berpakaian adalah cara dalam melakukan sesuatu yang sesuai

dengan aturan yang berlaku di sekolah. Aturan tersebut lebih mengarahkan

pada nilai kesopanan, akhlak, atau kebaikan budi pekerti. Berpakaian

merupakan keindahan tersendiri untuk manusia. Allah SWT pun menyukai

keindahan dan keserasian. Rasulullah SAW selalu menganjurkan umatnya

untuk selalu berpakaian dengan rapi.

Di dalam Islam ada garis panduan tersendiri mengenai etika

berpakaian (untuk lelaki dan wanita) yaitu :

1. Menutup aurat

Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah dari pada pusat hingga ke lutut.

Aurat wanita pula ialah seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak

tangan dan tapak kakinya. Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Paha itu

adalah aurat." (HR.Bukhari).

19
2. Tidak menampakkan tubuh

Pakaian yang jarang sehingga menampakkan aurat tidak memenuhi

syarat menutup aurat. Pakaian jarang bukan saja menampak warna kulit,

malah boleh merangsang nafsu orang yang melihatnya.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Dua golongan ahli neraka

yang belum pernah aku lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti

ekor lembu yang digunakan bagi memukul manusia dan satu golongan lagi

wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang dan meliuk-liukkan badan

juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk.Mereka tidak masuk

syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat

dicium daripada jarak yang jauh." (HR.Muslim)

3. Pakaian tidak ketat.

Tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan yang

merangsang lawan jenis untuk bermaksiat.

4. Tidak menimbulkan perasaan riya.

Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Siapa yang melabuhkan

pakaiannya kerana perasaan sombong, Allah SWT tidak akan

memandangnya pada hari kiamat." Dalam hadis lain, Rasulullah SAW

bersabda bermaksud: "Siapa yang memakai pakaian yang berlebih-lebihan,

maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat nanti."

(Ahmad, Abu Daud, an-Nasa'iy dan Ibnu Majah).

20
5. Lelaki dan wanita berbeda.

Maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh

wanita, begitu juga sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini

dengan tegas sabdanya yang artinya: "Allah mengutuk wanita yang meniru

pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru pakaian dan sikap

perempuan." (Bukhari dan Muslim).

Beliau SAW juga bersabda: "Allah melaknat lelaki berpakaian wanita

dan wanita berpakaian lelaki." ?(Abu Daud dan Al-Hakim).

6. Larangan pakai sutera.

Islam mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah SAW

bersabda bermaksud: "Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya

orang yang memakainya di dunia tidak dapat memakainya di akhirat."

(Muttafaq 'alaih).

7. Memanjangkan pakaian.

Contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak

syarak yaitu bagi menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga

dada. Allah berfirman bermaksud: "Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah)

isteri-isteri dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan

beriman, supaya mereka memanjangkan pakaiannya bagi menutup seluruh

tubuhnya (ketika mereka keluar rumah); cara yang demikian lebih sesuai

untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu

mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan

Maha Penyayang." ?(al-Ahzab:59).

21
8. Memilih warna sesuai.

Contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak

bersih dan warna ini sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah

SAW. Baginda bersabda bermaksud: "Pakailah pakaian putih kerana ia lebih

baik, dan kafankan mayat kamu dengannya (kain putih)." (an-Nasa'ie dan al-

Hakim).

9. Larangan memakai emas.

Termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam ialah barang-barang

perhiasan emas seperti rantai, cincin dan sebagainya.

Bentuk perhiasan seperti ini umumnya dikaitkan dengan wanita

namun pada hari ini ramai antara para lelaki cenderung untuk berhias seperti

wanita sehingga ada yang sanggup bersubang dan berantai. Semua ini amat

bertentangan dengan hukum Islam. Rasulullah SAW bersabda bermaksud:

"Haram kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan

(memakainya) kepada wanita."

10. Mulakan sebelah kanan.

Apabila memakai baju,celana atau seumpamanya, mulailah sebelah

kanan. Imam Muslim meriwayatkan daripada Saidatina Aisyah

bermaksud: "Rasulullah suka sebelah kanan dalam segala keadaan, seperti

memakai sandal,sepatu, berjalan kaki dan bersuci."Apabila memakai

sepatu atau seumpamanya, mulai dengan sebelah kanan dan apabila

menanggalkannya, mulai dengan sebelah kiri.

22
Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Apabila seseorang memakai

sendal, mulakan dengan sebelah kanan, dan apabila menanggalkannya,

mulai dengan sebelah kiri supaya yang kanan menjadi yang pertama

memakai sendal dan yang terakhir menanggalkannya." (Riwayat Muslim).

11. Selepas beli pakaian

Apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah seperti yang

diriwayatkan oleh Abu Daud dan At-Tarmizi yang bermaksud: "Ya Allah,

segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon

kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon

perlindungan kepada-Mu daripada kejahatannya dan kejahatan apa-apa

yang diperbuat untuknya. Demikian itu telah datang daripada Rasulullah".

12. Berdoa.

Ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah

yang mengurniakan pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat

mengindahkan diri dalam kehidupanku, dengan nama Allah yang tiada

Tuhan melainkan Dia. Sebagai seorang Islam, sewajarnya seseorang itu

memakai pakaian yang sesuai menurut tuntutan agamanya.Karena

sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup aurat adalah cermin

seorang Muslim yang sebenarnya.

Sebagaiman firman Allah SWT dalam surah Al-A’raf ayat 31

sebagai berikut:
ٖۚ ۡ ‫ىا َو‬
‫ُىا َو ََل تُ ۡس ِشفُ َٰٓى ْا إًِههۥُ ََل‬
ْ ‫ٱش َشب‬ ْ ُ‫وا ِصيٌَتَ ُكنۡ ِعٌ َذ ُك أل َه ۡس ِجذ َو ُكل‬
ْ ‫َءا َد َم ُخ ُز‬ ‫َٰيَ َبٌِ َٰٓي‬
١٣ َ‫ۡٱل ُو ۡس ِشفِيي‬ ُّ‫يُ ِحب‬

23
“Wahai anak cucu adam! pakailah pakaianmu yang bagus pada

setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.

Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan. (Q.S Al-

a’Raf : 31)23

Ayat tersebut telah memberi acuan cara berpakaian sebagaimana

dituntut oleh sifat takwa, yakni untuk menutup aurat dan berpakaian rapi,

sehingga tampak simpati dan berwibawa serta anggun untuk

dipandangnya, bukan menggiurkan dibuatnya.

Berikut ini merupakan contoh atau cara Pakaian yang harus

digunakan atau dipakai oleh seorang Wanita Seorang wanita dinilai

berbusana baik dan serasi kalau mereka senantiasa menggunakan pakaian

yang cocok dengan usia dan kepribadiannya masing-masing.

Pegangan utama yang perlu diperhatikan dalam berpakaian yaitu

tidak perlu berlebihan dan lebih baik berpakaian sederhana yang dapat

menutupi aurat. Menurut ajaran islam, aurat wanita islam adalah seluruh

badannya, kecuali muka dan telapak tangan sehingga wajib bagi seorang

wanita islam memelihara beberapa bagian badannya dan menutup dadanya

dengan kerudung. Contoh etika berpakaian di dalam ajaran Islam,

berpakaian tidak hanya sekedar sebagai kain penutup badan, tidak hanya

sekedar mode atau trend yang hanya mengikuti perkembangan zaman.

23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan (Jakarta: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009) h. 154

24
Islam mengajarkan tata cara atau adab berpakaian yang sesuai

dengan ajaran agama, baik secara moral, indah dipandang dan nyaman

digunakan serta tidak dapat mengumbar nafsu lawan jenis.

Diantara etika berpakaian dalam pandangan Islam adalah sebagai

berikut:

a. Harus dapat memperhatikan syarat-syarat pakaian yang islami, yakni

yang dapat menutupi aurat, terutama wanita

b. Pakailah pakaian yang bersih dan rapi, sehingga tidak akan

menimbulkan kesan kumal dan dekil, yang akan berpengaruh terhadap

pergaulan dengan sesame

c. Hendaklah mendahulukan anggota badan sebelah kanan, kemudian

anggota badan sebelah kiri

d. Tidak dapat menyerupai pakaian wanita bagi laki-laki, atau pakaian

laki-laki bagi wanita

e. Tidak menyerupai dengan pakaian Pendeta Yahudi atau Nasrani, dan

atau melambangkan sebuah pakaian kebesaran agama lain

f. Tidak terlalu ketat dan juga transparan, sehingga terkesan ingin selalu

untuk memperlihatkan lekuk tubuhnya atau mempertontonkan

kelembutan kulitnya

g. Tidak terlalu berlebihan atau sengaja melebihkan lebar kainnya,

sehingga terkesan berat dan rikuh menggunakannya, disamping dapat

mengurangi nilai kepantasan dan keindahan pemakainya

25
Etika berpakaian bagi wanita dan laki-laki dalam islam:

a. Membaca doa

b. “segala puji bagi allah yang telah menutupi aku dengan pakaian ini dan

mengaruniakannya kepadaku tanpa daya dan kekuatan dariku”

c. Disunnahkan mendahulukan bagian yang kanan ketika mengenakan

pakaian.

d. Pakaian harus menutup aurat, yaitu longgar tidak membentuk lekuk

tubuh dan tebal, tidak (tipis hingga) memperlihatkan apa yang ada di

baliknya.

e. Disunnahkan memakai pakaian bagus (atau pantas yang dimiliki) dan

bersih.

f. Tidak sombong.

g. Tidak berpakaian dengan pakaian jahiliyah.

h. Pakaian tersebut tidak menyerupai pakaian lawan jenisnya. Yakni,

pakaian laki-laki tidak menyerupai pakaian wanita, atau sebaliknya.24

i. Tidak menyerupai pakaian pendeta.

j. Tidak memakai sepatu sambil berdiri.

Etika berpakaian dalam islam ini juga harus memperhatikan batas

aurat. Aurat laki-laki yang wajib di tutupi adalah anggota tubuh antara

pusar hingga lutut. Sedangkan aurat perempuan adalah anggota tubuh

kecuali wajah dan kedua telapak tangan baik luar maupun dalam hingga

batas pergelangan.

24
Ade Ikwan Ali, Adab Harian Muslim (Jakarta: Pustaka Ibnu Umar, 2016), h. 22.

26
Sedangkan etika berpakaian menurut pandangan islam ialah:

Laki-laki:

1. Pakaian yang digunakan menutup aurat dari pusat sehingga lutut.

2. Pakailah pakaian yang terbaik dan indah mata memandang.

3. Memakai jeans yang ketat karena hukumnya makruh bagi lelaki.

4. Dilarang menyerupai pakaian perempuan.

Perempuan:

1. Pakaian yang digunakan menutup aurat yaitu menutup seluruh bentuk

badan kecuali pergelangan tangan dan muka.

2. Pakailah pakaian yang indah dan tidak mencolok mata.

3. Jangan berlebihan dalam berpakaian25 nabi telah bersabda:

“makanlah, minumlah, bershadaqahlah dan berpakaianlah sepanjang

tidak dicampuri oleh berlebih-lebihan atau kebanggaan dan

kesombongan. (HR. Bukhari, Nasa’i dan ibnu Majah).

4. Memakai pakaian yang longgar dan tidak mencolok mata

5. Memakai pakaian yang longgar dan tidak menarik perhatian.

Cara berpakaian di sampaikan Allah SWT dalam firmannya:

َ ‫ص ِش ِه هي َويَ ۡحفَ ۡظيَ فُش‬


‫ُوجه هُي َو ََل ي ُۡب ِذييَ ِصيٌَتَه هُي إِ هَل‬ َ َٰ ‫ُضيَ ِه ۡي أَ ۡب‬ۡ ‫ت يَ ۡغض‬ ِ ٌََٰ ‫َوقُل لأ ۡل ُو ۡؤ ِه‬
١٣ ‫ض ِش ۡبيَ بِ ُخ ُو ِش ِه هي َعلَ َٰى ُجيُىبِ ِه ۖ هي‬
ۡ َ‫ظهَ َش ِه ٌۡهَ ۖا َو ۡلي‬ َ ‫َها‬

“Dan katakanlah kepada wanita-wanita beriman. Hendaklah mereka

menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka

25
Syaikh Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Panduan Beribadah Khusus Wanita
(Jakarta: almahira, 2007), h. 336.

27
menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak dari padanya. Dan

hendaklah mereka menutupkan khumur (jilbab) nya ke dadanya.’’ (QS. An-

Nur [24]:31).26

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa etika berpakaian adalah

suatu bentuk sikap dan perilaku dalam cara berpakaian yang ditampilkan oleh

seseorang dalam bentuk perbuatan dan menjadi cermin kepribadian yang

dimiliki dalam kehidupan sehari-hari. Berpakaian muslim bagi siswa adalah

untuk menggambarkan keimanan seseorang dan bertaqwa kepada allah SAW

serta taat mengamalkan agama islam.

3. Strategi guru dalam membina etika berpakaian siswa

Strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam

usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Strategi guru adalah suatu

rencana yang dilaksanakan pendidik (guru) untuk mengoptimalkan potensi

peserta didik agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan

mencapai hasil yang diharapkan.

Sedangkan membina berasal dari kata bina artinya membangun atau

mendirikan.27 Membina memiliki pengertian “mengusahakan agar lebih

baik, mengupayakan agar sedikit lebih maju atau sempurna”. Membina

secara garis besarnya dapat dimaknai sebagai upaya untuk membuat sesuatu

menjadi lebih baik atau lebih maju dan lebih meningkat dari keadaan

sebelumnya. Siswa adalah anak didik yang dikelola dalam proses belajar

mengajar dan diharapkan dapat memiliki sikap yang aktif, kreatif dan
26
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan (Jakarta: PT. Sygma Examedia
Arkanleema, 2009) h. 353
27
Mukhtazar, Teknik Penyusunan Skripsi (Yogyakarta: Absolute Media, 2012), h. 85.

28
dinamis. Dalam hal ini siswa tidak hanya sebagai objek tapi juga sebagai

subjek.28

Dalam membina etika berpakaian siswa, hal pertama yang harus

dilakukan oleh guru adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman

mengenai apa yang akan diajarkan dan disampaikan. Kemudian guru

memilih cara atau metode yang tepat sehingga proses pembinaan berjalan

efektif dan efisien. Sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai

karena pakaian sopan dan menutup aurat adalah cermin seseorang itu

Muslim yang sebenarnya. Islam tidak menetapkan bentuk atau warna

pakaian untuk dipakai, baik ketika beribadah atau di luar ibadat. Islam

hanya menetapkan bahwa pakaian itu mestilah bersih, menutup aurat, sopan

dan sesuai dengan akhlak seorang Muslim.

Strategi yang dapat dilakukan oleh guru dalam membina akhlak siswa

dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, di antaranya dengan

memberikan contoh yang baik (keteladanan), membiasakan berpakaian yang

sopan, memberikan nasehat dan hukuman.

a. Keteladanan

Teladan adalah salah satu upaya yang dapat dipergunakan oleh guru

dalam berinteraksi dengan siswa untuk menumbuhkan jasmani dan

mengembangkan akal serta jiwa anak. Guru adalah teladan bagi anak

didiknya, maka akhlak mulia pun menjadi syarat mutlak baginya. Perilaku

28
Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah (Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2002), h. 138.

29
guru mencerminkan sikap terpuji dan patut diteladani.29 Keteladanan

mempunyai pengaruh yang besar dalam proses membina etika berpakaian

siswa, karena teladan lebih mudah bagi anak untuk mempraktekannya dalam

kehidupan sehari-hari. Sebagai teladan guru harus memiliki kepribadian

yang dapat dijadikan profil dan idola. Sedikit saja guru berbuat yang tidak

atau kurang baik, kewibawaannya dan charisma secara perlahan akan

berkurang.

b. Pembiasaan

Pembiasaan dalam membina etika berpakaian siswa dan

mengembangkan akal sehat serta jiwa dan berpakaian yang sopan pada anak

memiliki pengaruh yang sangat besar. Karena hasil dari pembiasaan anak

dalam membina etika berpakaian siswa yang sejalan dengan nilai-nilai

ajaran islam, sehingga ucapan, perilaku, sikap dan cara berpakaian.

c. Nasehat

Nasehat dapat membuka mata siswa pada hakikat sesuatu, dan

mendorong menuju situasi luhur dan menghiasinya dengan akhlak mulia

dan membekalinya dengan prinsip-prinsip islam. Guru harus memberikan

nasehat tentang bagaimana etika berpakaian yang baik, sopan dan menutup

aurat. Dengan adanya nasehat maka anak dapat menerima, memahami dan

melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga anak berpakaian

yang sopan, menutup aurat, dan berpakaian yang longgar, dan patuh pada

perintah orang tua dan guru.

29
Dahlam dan Muhtarom, Menjadi Guru Yang Bening Hati (Yogyakarta:
Deepublish, 2018) h. 51.

30
d. Pemberian hukuman

Hukuman merupakan cara terakhir yang dilakukan guru dalam mebina

etika berpakaian siswa, strategi guru dalam membina etika berpakaian siswa

adalah dengan keteladanan, pembiasaan, pemberian hadiah, pemberian

hukuman. Strategi demikian penggunaannya harus sejalan dengan

perkembangan perilaku siswa, sehingga penggunaannya dapat tepat dan

berhasil.

B. Penelitian yang relevan

Penelitian yang relevan menurut penulis adalah penelitian oleh Destri

Novianti Institut Agama Islam Negeri Tulungagung dengan judul peran guru

pendidikan agama islam dalam membina etika toleransi antar umat beragama

siswa di SMP Negeri 1 Rejotangan Tulungagung, 2018 pada penelitaian ini

terdapat persamaan dan perbedaan, Persamaannya adalah sama-sama

membahas tentang peran guru dalam membina sedangkan perbedaannya adalah

penelitian Destri Novianti membahas tentang etika toleransi antar umat

beragama.

Penelitian yang relevan menurut penulis addalah penelitian

Munawirul Hadi Sholeh Institute Agama Islam Negeri Ponogoro dengan judul

peran guru pendidikan agama islam dalam membina akhlak berpakaian islami

di MA An-Najiyyah Lengkong Sukorejo, 2019 pada penelitian ini terdapat

persamaan dan perbedaan antara penulis. Persamaannya adalah sama-sama

membahas tentang peran guru dalam membina, sedangkan perbedaannya

31
adalah penelitian Munawirul Hadi Sholeh membahas tentang peran guru

pendidikan agama islam dalam membina akhlak berpakaian.

C. Definisi Operasional

Kosep Operasional merupakan definisi operasional dari semua

variabel yang dapat diolah dan bukan merupakan devinisi konseptual.30

Agar penelitian ini dapat terlaksana dan terstruktur pelaksanaanya

lebih baik dalam kajian teoritis dan tidak menjadi kesalah pahaman, maka perlu

dikongkritkan terlebih dahulu sehingga masalahnya semakin jelas, terutama

bagian konsep-konsep yang masih abstrak yaitu Peran Guru Wali Kelas XII

Dalam Membina Etika Berpakaian Siswa Di MA AL-Hidayah Pambang Baru

Kecamatan Bantan.

Tabel II.1
Definisi Operasional

Judul Variabel Sub variabel Indikator

Peran guru Guru wali kelas 1. Teladan adalah - Guru mengatur

wali kelas XII XII dalam salah satu upaya siswa supaya

dalam membina etika yang dapat berpakaian yang

membina etika berpakaian siswa dipergunakan sopan.

berpakaian oleh guru dalam

siswa di MA berinteraksi

Al-Hidayah dengan siswa

30
Mufaro’ah dkk, Buku Pedoman Penulisan Skripsi (Bengkalis: Sekolah Tinggi Agama
Islam Negeri Bengkalis, 2015) Hlm. 10

32
Pambang Baru

kecamatan 2. Pembiasaan - Guru membina

Bantan dalam membina etika berpakaian

etika berpakaian siswa yang

siswa dan sejalan dengan

mengembangka nilai-nilai ajaran

n akal sehat islam.

serta jiwa dan - Guru

berpakaian yang membiasakan

sopan. siswa untuk

selalu

berperilaku,

sikap, ucapan

dan cara

berpakaian yang

baik dan sopan.

3. Nasehat dapat - Guru

membuka mata memberikan

siswa pada nasehat tentang

hakikat sesuatu, bagaimana

dan mendorong etika

menuju situasi berpakaian

luhur dan yang baik,

33
menghiasinya sopan dan

dengan akhlak menutup aurat.

mulia. - Guru

mengingatkan

siswa, apabila

siswa

berpakaian

yang tidak

sopan.

4. Pemberian - Guru

hukuman memberikan

hukuman

apabila siswa

telah melanggar

peraturan

sekolah

mengenai

tentang etika

berpakaian.

34
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Untuk mencapai pada penelitian yang sempurna dan dapat di uji

kebenarannya maka sangat dibutuhkan suatu metode penelitian serta teknik

pengumpulan analisa yang ada relevansinya dengan permasalahan penelitian.

Metode merupakan suatu cara yang dipakai untuk mencapai tujuan suatu

penelitian dengan itu metode dan langkah sistematis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Waktu Dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian menunjukkan batas penelitian itu dilakukan dari mulai

hingga berakhir. Sedangkan tempat penelitian menunjukkan lokasi dimana

penelitian dilakukan.31

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September s/d November 2020.

Adapun tempat penelitian ini adalah di MA AL-Hidayah Desa pambang Baru

Kecamatan Bantan.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek adalah orang yang terlibat dalam penelitian, subjek penelitian

adalah sumber data penelitian.32 Adapun subjek dalam penelitian ini adalah 1

orang guru wali kelas XII di MA AL-Hidayah Pambang Baru kecamatan

Bantan.

31
Mufaro’ah dkk, Buku Pedoman Penulisan Skripsi (Bengkalis: Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Bengkalis, 2015) h. 15
32
Mufaro’ah dkk, Buku Pedoman Penulisan Skripsi (Bengkalis: Sekolah Tinggi
Agama Islam Negeri Bengkalis, 2015) h. 17

35
Objek adalah masalah yang dijadikan fokus utama penelitian.33 Adapun

yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah peran guru wali kelas XII

dalam membina etika berpakaian siswa di MA Al-Hidayah Pambang Baru

kecamatan Bantan .

C. Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keselurahan subjek penelitian, apabila seseorang ingin

meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian. Dalam penelitian

ini populasinya adalah guru wali kelas dan siswa kelas XII di MA AL-

Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan.

Sedangkan sampel adalah sebagian atau mewakili populasi yang diteliti.

Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan purposive sample. Yang

dipilih adalah 1 orang guru wali kelas dan 9 orang siswa kelas XII di MA AL-

Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan.

D. Teknik pengumpulan data

1. Observasi

Yaitu dengan melakukan pengamatan terhadap objek penelitian

mengenai peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa

di MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan dan yang diobservasi

adalah guru wali kelas XII.

2. Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu

33
Ibid h. 16

36
topik tertentu. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara

(interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara

pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang yang

diwawancarai (interview) melalui komunikasi langsung. Dapat pula

dikatakan bahwa wawancara merupakan percakapan tatap muka (face to

face) antara pewawancara dengan sumber informasi, di mana pewawancara

bertanya langsung tentang sesuatu objek yang diteliti dan telah dirancang

sebelumnya.

Teknik wawancara ini menggunakan teknik wawancara tak

terstruktur, wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di

mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun

secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya, pedoman

wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan

yang akan ditanyakan

Wawancara ini digunakan dalam penelitian pendahuluan atau

penelitian yang lebih mendalam peran guru wali kelas XII dalam membina

Etika Berpakaian Siswa di MA AL-Hidayah Pambang Baru.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,

dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan

sebagainya.34

34
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2006) Hlm. 158

37
E. Teknik analisa data

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan persentase, adapun

caranya adalah sebagai berikut: apabila datanya telah terkumpul maka akan

diklasifikasikan menjadi 2 kelompok data, yaitu data kualitatif dan data

kuantitatif. Data kualitatif digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang

dpisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Data kuantitatif

yang berwujud angka-angka, hasil perhitungan atau pengukuran dapat diproses

dan cara dijumlahkan dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan

diperoleh persentase.

Adapun stand dan persentase yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Persentase antara 76-100% “baik”

2. Persentase antara 56-75% “ cukup baik”

3. Persentase antara 40-55% “kurang baik”

4. Persentase antara 40% kebawah dikategorikan “ tidak baik”

Untuk menganalisa hasil dari pengumpulan data peneliti menggunakan

rumus:

Keterangan:

P = persentase

F = frekuensi

38
N = jumlah data35

35
Anas Sudijono, statistik pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007)
hlm. 43.

39
BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Tinjauan Umum Lokasi / Subjek Penelitian

Gambaran lokasi penelitian yaitu sekolah MA AL-Hidayah Pambang

Baru dilihat dari sejarah berdirinya, profil sekolah, keadaan guru, dan keadaan

siswa kelas XII.

1. Sejarah Singkat Berdirinya MA AL-Hidayah Pambang Baru

MA AL-Hidayah Pambang Baru berada di jalan Sriwijaya desa

Pambang Baru Kecamatan Bantan kabupaten Bengkalis Provinsi Riau.

Sekolah ini didirikan pada tahun 1991. MA AL-Hidayah ini merupakan

sekolah pertama yang dibuka di desa tersebut sebelum sekolah SMA.

Adapun penggerak sekolah ini adalah Drs. Misban Ja’afar, Drs. Abd.

Rahman, Nadori, M. Ilham, dan Abdul Kirom yang merupakan pemuda dari

desa tersebut. Tujuan didirikan sekolah ini adalah untuk mempermudahkan

anak-anak desa tersebut dalam melanjutkan pendidikannya, untuk

mengembangkan generasi Pambang yang berakhlakul karimah, beriman dan

bertaqwa. Sebelum didirikan sekolah tersebut masyarakat menyekolahkan

anak-anaknya diluar desa tersebut. Serta ada juga yang tidak melanjutkan

pendidikan dikarenakan jaraknya terlalu jauh.

Dalam mendirikan sekolah ini tentunya tidak lepas dari bantuan

masyarakat. Sekolah ini mendapatkan sumbangan tanah dari salah satu

masyarakat di desa tersebut. Pada awalnya tanah itu hanya untuk

40
pembangunan MA AL-Hidayah, sekarang tanah itu dibagi dua dengan MTs

AL-Khairiyah. Bangunan MA AL-Hidayah bersebelahan dengan sekolah

MTs AL-Khairiyah. Untuk biaya pembangunan didapatkan dari bantuan

masyarakat dan lama-kelamaan mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Pada awal dibuka sekolah ini banyak mendapat respon yang baik dari

masyarakat tersebut, dapat dilihat dari banyaknya jumlah siswa di sekolah

MA AL-Hidayah tersebut. Kepala sekolah yang pertama adalah Drs. Abd.

Rahman yang menjabat dari awal pendirian sekolah tersebut sampai ia wafat

pada tahun 2012. Kemudian digantikan oleh ibu Faridah, S.Ag sampai

sekarang. Pada saat ini MA AL-Hidayah merupakan sekolah swasta yang

telah diakreditasi B dengan nilai 83, berdasarkan SK penetapan hasil

akreditasi BAP-S/M Nomor 581/BAP-SM/KP-09/X/2016 ditetapkan pada

tanggal 26 Oktober 2016 sampai dengan tanggal 26 Oktober 2021.

2. Profil MA AL-Hidayah Pambang Baru

1) Nama Sekolah : Madrasah Aliyah (MA) AL-Hidayah

2) Nama Yayasan : Yayasan Pendidikan Keluarga Pambang

(YPKP)

3) Kepala Sekolah : Faridah, S. Ag

4) Jenjang : Madrasah Aliyah

5) Status : Swasta

6) Tahun Berdiri : 1991

7) Alamat :

a) Jalan : Jl. Sriwijaya

41
b) Desa/Kelurahan : Pambang Baru

c) Kecamatan : Bantan

d) Kabupaten/Kota : Bengkalis

e) Provinsi : Riau

3. Keadaan Guru MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan

Keadaan guru MA AL-Hidayah Pambang Baru dapat dilihat dari data

sebagai berikut:

Tabel IV. 1

Keadaan pendidik dan tenaga kependidikan MA AL-Hidayah

Bidang Studi yang di


No Nama Jabatan Ajar
1 Faridah, S. Ag Kepala Sekolah Bahasa Indonesia
(Kelas XA, XB)
2 Samad, S.Sos.i Wali Kelas Bahasa Arab
(Kelas X, XI, XII)
3 Supami, S.Pd.I Wakil Kepala Bahasa Inggris (Kelas
X, XI, XII)
Bagian Kurikulum

4 Siti Zaharah BK Bimbingan Konseling


(Kelas X, XI, XII)
5 Lili Suryani, S.Pd.I Wali Kelas Fiqih (Kelas X, XI,
XII)
6 Aminah, S.H.I KA. Lab dan TIK (Kelas X, XI,
XII)
Komputer

7 Murni, S.E.I Wakil Kepala Ekonomi (Kelas X,


XI, XII)

42
Bagian Kesiswaan

8 Fika Rimayani, S.Sos.I GUBID Seni Budaya (Kelas


X, XI, XII)
9 Erwan, S. Ag Wali Kelas Alqur’an Hadist dan
Akidah Akhlak (Kelas
X, XI,XII)
10 Debi Suryana, S.Sos GUBID PKN (Kelas X, XI,
XII)
11 Nova Linda, S. Pd GUBID Geografi (Kelas X,
XI, XII)
12 Widi Astuti, S.E.I GUBID Sosiologi

13 Murnaili Staff TU -

14 Ruslan, S. Pd.I Pembina Ekstra Penjaskes (Kelas X,


XI, XII)
Voli

15 Muslihah, S. Pd.I Kepala TU -

16 Supandi Staff TU -

17 Nurbina Fitri, S. Pd. I Wali Kelas Sejarah (Kelas X, XI,


XII)
18 Norizan, S. Pd. I Wakil Kepala Bahasa Indonesia
(Kelas X, XI, XII)
Bagian Sarana

Prasarana

19 Ria Afriani, S. Pd Pembina OSIS Matematika (Kelas X,


XI, XII)

43
4. Keadaan siswa Kelas XII MA AL-Hidayah Pambang Baru.

Tabel IV.2

Data Keadaan Siswa

No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah

1 XII 4 5 9

5. Sarana dan Prasarana yang di miliki MA AL-Hidayah Pambang Baru

Kecamatan Bantan

Tabel IV.3

No Sarana dan Prasarana Jumlah Keterangan

1 Ruang kepala sekolah 1 Baik

2 Lokal belajar 3 Baik

3 Ruang perpustakaan 1 Baik

4 Gudang 1 Baik

5 WC (Kepala Sekolah, Guru dan 2 Baik

Siswa)

6 Kantor Guru 1 Baik

7 Labor Komputer 1 Baik

8 Kantin 1 Baik

9 Dapur Guru 1 Baik

Sarana olahraga

1 Lapangan Futsal 1 Baik

2 Lapangan Voly 1 Baik

44
6. Visi dan misi, tujuan MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan

a. Visi

Terwujudnya lembaga pendidikan agama islam yang unggul

berkualitas, beriman dan bertaqwa serta berdaya guna.

b. Misi

1) Meningkatkan akademik prestasi lulusan.

2) Membentuk peserta didik yang berakhlak dan berbudi pekerti luhur.

3) Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan.

4) Meningkatkan prestasi ekstra kulikuler.

5) Menumbuhkan minat baca.

c. Tujuan

Tujuan madrasah sebagai bagian dari tujuan pendidikan nasional

adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia,

berbudi luhur, serta keterampilan untuk hidup mandiri, berprestasi di bidang

intrakurikuler dan ekstrakulikuler dan mampu untuk bersaing dan dapat

melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

B. Penyajian Data; Menjawab Rumusan Masalah yang dibuat Pada BAB 1

Dalam bab ini akan disajikan data-data yang berhubungan dengan

masalah yang penulis angkat data yang penulis sajikan dalam penelitian ini

merupakan data yang diperoleh dari lapangan yang berasal dari data observasi

yang dilakukan oleh 1 orang guru wali kelas XII MA AL-Hidayah Pambang

Baru Kecamatan Bantan. Dalam rangka untuk menemukan jawaban dari

permasalahan di atas, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan

45
metode yaitu observasi dan wawancara merupakan data primer dalam

penelitian ini, sedangkan dokumentasi sebagai metode pendukung dalam

pengumpulan data agar data yang di peroleh bisa akurat, dokumentasi bisa juga

bisa di sebut sebagai data sekunder.

Agar lebih jelas sempurnanya penelitian ini maka penulis memperkuat

dengan wawancara. Data yang dikumpulkan melalui observasi kuantitatif

kemudian dikualitatifkan setiap item yang ada didalam format observasi diserta

dengan dua jawaban alternatif “YA” dan jawaban “TIDAK” jawaban “YA”

menunjukan terlaksananya peran guru wali kelas XII jawaban “TIDAK”

menunjukkan tidak terlaksananya penerapan guru wali kelas XII dalam

membina etika berpakaian siswa.

Data yang diperoleh dari observasi atau ceklis dijumlah kan atau

dikelompokkan sesuai dengan instrumen yang digunakan. Jika jawaban

berbentuk “ya” dan “tidak” penelitian hanya menjumlahkan saja beberapa

banyak jawaban “ya” dan “tidak”.36

Observasi yang penulis lakukan terhadap 1 (satu) orang guru wali

kelas XII sebanyak 3 (tiga) kali peneliti observasi. Dengan demikian observasi

yang peneliti lakukan sebanyak 3 (tiga) kali.

36
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktik (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 240

46
Tabel IV.4

Peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa di

MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan.

Observasi :1

Nama Guru Wali Kelas XII : Nurbina Fitri S. Pd.i

Hari/Tanggal : Selasa/29 September 2020

No Pernyataan Observasi

Ya Tidak

1 Guru mengajarkan siswa supaya berpakaian yang sopan 

2 Guru membina etika berpakaian siswa yang sesuai dan 


sejalan dengan ajaran islam
3 Guru membiasakan siswa untuk selalu berperilaku, sikap, 
ucapan dan cara berpakaian yang baik dan sopan
4 Guru selalu memberikan nasehat kepada siswa tentang 
bagaimana berpakaian yang sopan dan menutup aurat
5 Guru selalu mengingatkan siswa, apabila siswa berpakaian 
yang tidak sopan
6 Guru memberikan hukuman/sanksi apabila siswa 
melanggar peraturan sekolah mengenai etika berpakaian
Jumlah 3 3

persentase 50% 50%

Untuk dapat melihat peran guru wali kelas XII dalam membina etika

berpakaian siswa di MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan Kabupaten

Bengkalis dapat dilihat dari data-datanya sebagai berikut: Berdasarkan pengamatan

pertama bahwasanya ditemukan 3 ya dan 3 tidak.

47
Tabel IV.5

Peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa di

MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan.

Observasi :2

Nama Guru Wali Kelas XII : Nurbina Fitri S. Pd.I

Hari/Tanggal : Rabu/30 September 2020

No Pernyataan Observasi

Ya Tidak

1 Guru mengajarkan siswa supaya berpakaian yang sopan 

2 Guru membina etika berpakaian siswa yang sesuai dan 


sejalan dengan ajaran islam
3 Guru membiasakan siswa untuk selalu berperilaku, sikap, 
ucapan dan cara berpakaian yang baik dan sopan
4 Guru selalu memberikan nasehat kepada siswa tentang 
bagaimana berpakaian yang sopan dan menutup aurat
5 Guru selalu mengingatkan siswa, apabila siswa berpakaian 
yang tidak sopan
6 Guru memberikan hukuman/sanksi apabila siswa 
melanggar peraturan sekolah mengenai etika berpakaian
Jumlah 4 2

persentase 67 % 33 %

Untuk dapat melihat peran guru wali kelas XII dalam membina etika

berpakaian siswa di MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan Kabupaten

Bengkalis dapat dilihat dari data-datanya sebagai berikut: Berdasarkan pengamatan

pertama bahwasanya ditemukan 4 ya dan 2 tidak.

48
Tabel IV.6

Peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa di

MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan.

Observasi :3

Nama Guru Wali Kelas XII : Nurbina Fitri S. Pd.I

Hari/Tanggal : Kamis/01 Oktober 2020

No Pernyataan Observasi

Ya Tidak

1 Guru mengajarkan siswa supaya berpakaian yang sopan 

2 Guru membina etika berpakaian siswa yang sesuai dan 


sejalan dengan ajaran islam
3 Guru membiasakan siswa untuk selalu berperilaku, sikap, 
ucapan dan cara berpakaian yang baik dan sopan
4 Guru selalu memberikan nasehat kepada siswa tentang 
bagaimana berpakaian yang sopan dan menutup aurat
5 Guru selalu mengingatkan siswa, apabila siswa 
berpakaian yang tidak sopan
6 Guru memberikan hukuman/sanksi apabila siswa 
melanggar peraturan sekolah mengenai etika berpakaian
Jumlah 6 0

persentase 100 % 0%

Untuk dapat melihat peran guru wali kelas XII dalam membina etika

berpakaian siswa di MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan Kabupaten

Bengkalis dapat dilihat dari data-datanya sebagai berikut: Berdasarkan pengamatan

pertama bahwasanya ditemukan 6 ya dan 0 tidak.

49
Tabel IV.7

No Pernyataan Observasi I Observasi II Observasi III


Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
1 Guru mengajarkan siswa   
supaya berpakaian yang sopan
2 Guru membina etika   
berpakaian siswa yang sesuai
dan sejalan dengan ajaran
islam
3 Guru membiasakan siswa   
untuk selalu berperilaku, sikap,
ucapan dan cara berpakaian
yang baik dan sopan
4 Guru selalu memberikan   
nasehat kepada siswa tentang
bagaimana berpakaian yang
sopan dan menutup aurat
5 Guru selalu mengingatkan   
siswa, apabila siswa
berpakaian yang tidak sopan
6 Guru memberikan   
hukuman/sanksi apabila siswa
melanggar peraturan sekolah
mengenai etika berpakaian
Jumlah 3 3 4 2 6 0

Persentase 50% 50% 67% 33% 100% 0%

Untuk dapat melihat peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian

siswa di MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan dapat dilihat dari data-datanya

sebagai berikut:

50
1. Berdasarkan pengamat pertama bahwasannya ditemukan 3 ya dan 3 tidak

2. Pada pengamatan kedua ditemukan 4 ya dan 2 tidak

3. Dan pada pengamatan terakhir ditemukan 6 ya 0 tidak

Jika dapat disimpulkan bahwa dari hasil observasi pertama, kedua dan

ketiga terhadap ibuk Nurbina Fitri S. Pd.I selaku guru wali kelas XII dikatakan

kurang baik pada observasi pertama dengan 3 ya dan 3 tidak sementara

dikatakan cukup baik pada hasil observasi kedua yaitu 4 ya dan 2 tidak, dan

dikatakan baik pada observasi ketiga/terakhir yaitu 6 ya dan 0 tidak.

Selanjutnya untuk memberi kemudahan dalam membaca jumlah frekuensi

hasil observasi terhadap peran guru wali kelas XII dalam membina etika

berpakaian siswa di MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan

berdasarkan tabel dapa dilihat penjelasan hasil observasi sebagai berikut:

Tabel IV.8

Hasil pengamatan F P

Ya 13 72%

Tidak 5 28%

Jumlah 18 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jawaban Ya sebanyak 13 kali

dan jawaban tidak sebanyak 5 kali. Adapun jumlah frekuensi jawaban

semuanya adalah 18 kali. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa

frekuensi jumlah jawaban yang tertinggi adalah jawaban ya dengan persentase

51
78% dan frekuensi jawaban terendah adalah jawaban tidak dengan persentase

28%.

Berdasarkan hasil frekuensi dan observasi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian

siswa didalam proses membina etika berpakaian telah menunjukan sikap yang

“baik” hal ini terlihat dari hasil persentase observasi terlihat jumlah yang

tertinggi adalah alternative Ya yaitu 72% dan masih ada sebagian kecil yaitu

28% yang belum terlaksana dalam membina etika berpakaian siswa ketika

menerapkannya.

Sebagaimana dapat dilihat dari penjelasan observasi pertama, kedua

dan ketiga adalah sebagai berikut:

I. Guru mengajarkan siswa supaya berpakaian yang sopan. Pada item ini

ditemukan jawaban ”ya” sebanyak 3 kali dan “tidak” sebanyak 0

II. Guru membina etika berpakaian siswa yang sesuai dan sejalan dengan

ajaran islam. Pada item ini ditemukan jawaban ”ya” sebanyak 3 kali dan

“tidak” sebanyak 0

III. Guru membiasakan siswa untuk selalu berperilaku, sikap, ucapan dan cara

berpakaian yang baik dan sopan. Pada item ini ditemukan jawaban ”ya”

sebanyak 2 kali dan “tidak” sebanyak 1 kali

IV. Guru selalu memberikan nasehat kepada siswa tentang bagaimana

berpakaian yang sopan dan menutup aurat. Pada item ini ditemukan jawaban

”ya” sebanyak 3 kali dan “tidak” sebanyak 0

52
V. Guru selalu mengingatkan siswa, apabila siswa berpakaian yang tidak

sopan. Pada item ini ditemukan jawaban ”ya” sebanyak 1 kali dan “tidak”

sebanyak 2 kali

VI. Guru memberikan hukuman/sanksi apabila siswa melanggar peraturan

sekolah mengenai etika berpakaian. Pada item ini ditemukan jawaban ”ya”

sebanyak 1 kali dan “tidak” sebanyak 2 kali.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dari ke 6 item yang diamati terhadap

ibuk Nurbina Fitri S.Pd.I selaku wali kelas XII terdapat beberapa item yang

belum berhasil di ajarkan terhadap siswa di MA AL-Hidayah Desa

Pambang Baru Kecamatan Bantan yaitu pada item Guru memberikan

hukuman/sanksi apabila siswa melanggar peraturan sekolah mengenai etika

berpakaian. Akan tetapi disini guru belum sepenuhnya memberikan

hukuman/sanksi kepada siswa yang melanggar etika berpakaian disekolah

tersebut, sehingga membuat siswa tersebut jera dan mau mengikuti atau

tidak lagi melanggar aturan berpakaian disekolah.

1. Peran Guru Wali Kelas XII Dalam Membina Etika Berpakaian Siswa

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru wali kelas XII

dapat direkapitulasi hasil wawancara tersebut yaitu Peneliti wawancara

dengan ibuk Nurbina Fitri guru wali kelas XII bertempat di MA Al-Hidayah

pambang baru Kecamatan Bantan yaitu pada hari Senin 05 Oktober 2020,

hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut:

P : Apakah ibuk mengajarkan siswa supaya berpakaian yang sopan?

53
R : Ya, seorang guru itu adalah sebagai tauladan, sebagai figure untuk siswa

siswinya, kalau guru nya berpakaian yang sopan, rapi, bersih pasti akan

dicontohkan anak itu sendiri atau oleh siswa itu sendiri. Berpakaian

yang sopan itu yang pertama adalah bajunya, kemudian celananya yang

sopan dan menutup aurat, dan terutama untuk yang perempuan

memakai jilbab dan yang laki-laki nya, ya yang sopanlah pasti setiap

guru mengajarkan siswanya berpakaian yang sopan dan rapi.

P : Bagaimana ibuk membina etika berpakaian siswa yang sesuai dan

sejalan dengan ajaran islam?

R : Ya, yang sesuai dengan ajaran islam yaitu laki-laki dan perempuan kalau

disekolah, khususnya MA AL-Hidayah, kalau laki-laki dan perempuan

kalau disekolah, khususnya di MA AL-Hidayah kalau laki-laki

memakai baju kemeja panjang, kemudian celananya sampai ke batas

mata kaki, ya kemudian memakai kopiah. Kemudian yang perempuan

atau siswi itu wajib menggunakan jilbab ya, dan memakai anak/alas

jilbab, kemudian bajunya juga sampai batas lengan dan kemudian

memakai rok tidak diwajibkan memakai celana kecuali memakai baju

olahraga rok sampai batas mata kaki, ya intinya sesuai dengan syariat

ajaran islam yaitu menutup aurat.

P : Bagaimana cara guru membiasakan siswa untuk selalu berperilaku,

sikap, ucapan dan cara berpakaian yang baik dan sopan?

R : Ya, mengenai berperilaku, sikap serta ucapan dan cara berpakaian yang

baik dan sopan ibuk membiasakan dengan memberikan contoh dari diri

54
ibuk sendiri mulai dari berprilaku, sikap ibuk, ucapan ibuk itu ibuk jaga

dan ibuk juga selalu memberikan pandangan kepada siswa Kelas XII

yaitu, misalnya ketika belajar yang pertama adalah kita menetapkan

peraturan, misalnya untuk hari senin siswa/siswi diwajibkan memakai

pakaian yang rapi, sopan, bersih itu memakai baju warna putih abu-abu,

untuk hari selasa untuk keseragamannya putih abu-abu juga, kemudian

hari rabu memakai batik rok dan celana warna hitam, kemudian hari

kamis memakai baju pramuka atau baju saka, dan kemudian selanjutnya

hari jumat memakai baju muslim atau baju kurung melayu ya, dan

untuk hari sabtu memakai pakaian olahraga.

P : Apakah guru selalu memberikan nasehat kepada siswa tentang

bagaimana berpakaian yang sopan dan menutup aurat?

R : Ya, selalu bahkan tiap hari sampai dirumah pun ibuk selalu memberikan

nasehat memberikan saran, kalaupun berpakaian jangan hanya di

sekolah saja yang sopan tapi diluar juga harus sopan, rapi dan harus

menutup aurat. Kita kan basic nya sekolah agama, ya jadi kalau keluar

kemanapun harus berpakaian yang sopan dan menutup aurat. Intinya

ibu sering bahkan setiap hari memberikan nasehat kepada siswa siswi

kelas XII MA AL-Hidayah.

P : Apakah guru selalu mengingatkan siswa, apabila siswa berpakaian yang

tidak sopan?

R : Ya, selalu apa lagi pernah kejadian dulu siswa ibuk memakai celana

yang tidak seragam dengan teman-teman nya misalnya pada hari senin,

55
ia memakai baju putih tapi celana nya atau rok nya warna hijau atau

warna pink itukan tidak ketentuan dari sekolah, kemudian ibuk tegur

mereka kenapa memakai celana coklat, atau celana warna biru

alasannya dia karena celananya belum distrika, karena celananya sobek

itu bukan menjadi sebuah alasan pasti kita persiapan kalau mau sekolah,

malam sudah kita persiapkan. Begitu ya, bajunya distrika celananya

disiapkan, jadi selalu ibu mengingatkan.

P : Apakah guru memberikan hukuman/sanksi apabila siswa melanggar

peraturan sekolah mengenai etika berpakaian?

R : Ya, selalu bahkan gini ya kalau siswa kita, ya ibuk contohkan tadi kan

hari senin memakai baju putih tapi celana nya tidak seragam atau celana

hijau atau warna lainnya. Nah, itu dari sekolah ada untuk peraturannya

atau kredit pointnya. Kredit poin itu salah satunya tidak berpakaian

seragam disekolah itu akan dikenakan denda. Denda itu tidak berupa

uang khusus untuk keseragaman sekolah atau busana tadi atau etika

berbusana, itu kalau siswa/siswi tidak memakai seragam pasti akan

dikenakan atau dipakaikan baju yang lain atau pakai mukena yang

perempuan, belajar memakai mukena kemudian yang laki-laki memakai

kain sarung, biar dia malu dikelas dia sendiri memakai kain, itulah

peraturan sekolah yang ibuk pahami, berikan sanksi supaya dia jera kan.

Bahwa sekolah itu punya aturan untuk berbusana atau beretika pakaian

yang baik, sopan dan menutup aurat.

56
C. Teknik Analisa Data

1. Analisa hasil Observasi

Peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa di

MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan

Tabel IV.9

No Pernyataan Alternative Pernyataan Jumlah

Ya Tidak

1 Guru mengajarkan siswa 3 0 3


supaya berpakaian yang
sopan
2 Guru membina etika 3 0 3
berpakaian siswa yang
sesuai dan sejalan dengan
ajaran islam
3 Guru membiasakan siswa 2 1 3
untuk selalu berperilaku,
sikap, ucapan dan cara
berpakaian yang baik dan
sopan
4 Guru selalu memberikan 3 0 3
nasehat kepada siswa
tentang bagaimana
berpakaian yang sopan dan
menutup aurat
5 Guru selalu mengingatkan 1 2 3
siswa, apabila siswa
berpakaian yang tidak sopan
6 Guru memberikan 1 2 3

57
hukuman/sanksi apabila
siswa melanggar peraturan
sekolah mengenai etika
berpakaian
Jumlah 13 5 18

Rata-rata 72% 28% 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui rekapitulasi hasil

observasi yang telah dilaksanakan pada responden, setelah mendapatkan

data yang diperlukan maka selanjutnya peneliti menganalisa dengan cara

berikut:

Dengan hasil tersebut maka dapat diketahui bahwa 72% termasuk

dalam rentang nilai 72% sd 100%, dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa di

MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan dikategorikan baik.

Dan berdasarkan ketentuan di atas, maka peneliti dapat menganalisa

data dari permasalahan yang telah penulis sebutkan pada bab 1 sebagai

berikut:

a. Guru mengajarkan siswa supaya berpakaian yang sopan. Pada item ini

ditemukan jawaban ”ya” sebanyak 3 kali dan “tidak” sebanyak 0

58
b. Guru membina etika berpakaian siswa yang sesuai dan sejalan dengan

ajaran islam. Pada item ini ditemukan jawaban ”ya” sebanyak 3 kali dan

“tidak” sebanyak 0

c. Guru membiasakan siswa untuk selalu berperilaku, sikap, ucapan dan

cara berpakaian yang baik dan sopan. Pada item ini ditemukan jawaban

”ya” sebanyak 2 kali dan “tidak” sebanyak 1 kali

d. Guru selalu memberikan nasehat kepada siswa tentang bagaimana

berpakaian yang sopan dan menutup aurat. Pada item ini ditemukan

jawaban ”ya” sebanyak 3 kali dan “tidak” sebanyak 0

e. Guru selalu mengingatkan siswa, apabila siswa berpakaian yang tidak

sopan. Pada item ini ditemukan jawaban ”ya” sebanyak 1 kali dan

“tidak” sebanyak 2 kali

f. Guru memberikan hukuman/sanksi apabila siswa melanggar peraturan

sekolah mengenai etika berpakaian. Pada item ini ditemukan jawaban

”ya” sebanyak 1 kali dan “tidak” sebanyak 2 kali.

Berdasarkan analisa di atas diketahui bahwa jawaban tertinggi

“ya”. Oleh karena itu terlihat bahwa peran guru wali kelas XII dalam

membina etika berpakaian siswa di MA AL-Hidayah Pambang Baru

Kecamatan Bantan dikategorikan “Baik”

Pernyataan di atas dapat dilihat pada standarisasi yang telah dibuat

bahwa dikatakan baik dengan nilai 76-100%, dikatakan cukup baik dengan

nilai antara 56-75% dikatakan kurang baik nilai antara 40-55% dikatakan

tidak baik dengan nilai dibawah 40%.

59
Dari 6 item yang peneliti amati dapat disimpulkan bahwa guru wali

kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa di MA AL-Hidayah

Pambang Baru Kecamatan Bantan dikatakan baik 4 item terlaksana dengan

baik selebihnya belum terlaksana dengan baik.

2. Analisis Hasil Wawancara

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan sebagaimana

yang peneliti paparkan pada bab terdahulu, dan peneliti mendapatkan hasil

wawancara dari subjek, maka hasil yang dianalisis secara Deskriptif yaitu

menganalisis dengan menggunakan kata-kata.

Dari wawancara yang dilakukan dengan guru wali kelas XII terlihat

bahwa peran guru wali kelas XII dalam membina etika berpakaian siswa di

MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan sangatlah penting.

Hal ini dapat dilihat dari proses pembelajaran berlangsung guru selalu

memberikan contoh etika berpakaian yang baik dan sopan serta menutup aurat.

Untuk membentuk suatu etika berpakain yang baik dan sopan guru selalu

memberikan sebuah nasehat serta memberikan contoh bagaimana berpakaian

yang sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan sekolah, yaitu berpakaian

yang sesuai dengan hari, dan tidak melanggar etika berpakaian, tujuannya agar

siswa/siswi tidak melanggar etika berpakaian.

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan guru wali kelas XII

yaitu ibu Nurbina Fitri S.Pd.I pada hari rabu tanggal 30 September 2020 di MA

AL-Hidayah Pambang Baru dapat direkapitulasi hasil wawancara sebagai

berikut:

60
Adapun peran guru wali kelas XII lakukan dalam membina etika

berpakaian siswa yaitu:

a. Mengajarkan siswa supaya berpakaian yang sopan

Guru mengajarkan siswanya untuk berpakaian yang sopan, rapi dan

menutup aurat. Karena guru sebagai suri tauladan bagi segenap siswa/siswi

nya, serta sebagai tokoh yang sangat dihargai dan paling disorot

dilingkungan masyarakat, guru harus mampu menjaga dirinya, terutama

dalam cara berpakaian. Penampilan seorang guru, baik di kelas maupun

dalam kehidupan sehari-harinya, akan mengundang berbagai penilaian dan

asumsi dari semua orang.

b. Membina etika berpakaian siswa yang sesuai dan sejalan dengan ajaran

islam.

Guru membina etika berpakaian siswa sesuai dan sejalan dengan

ajaran islam yaitu menutup aurat, tidak memakai pakaian ketat, dan juga

tidak transparan. Yang menjadi dasar agar pakaian tersebut dapat dikatakan

sesuai dengan hukum islam, bahwa aurat laki-laki adalah antara pusar

sampai lutut dan aurat perempuan adalah seluruh badan kecuali dua telapak

tangan dan wajah.

c. Membiasakan siswa untuk selalu berperilaku, sikap, ucapan dan cara

berpakaian yang baik dan sopan

Guru membiasakan dengan memberikan contoh dari diri guru itu

sendiri. Tidak sekedar mendidik dan memberikan materi akademik saja di

sekolah. Guru juga diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai positif pada

61
siswa, karena guru sebagai model bagi para siswa. Guru dipandang siswa

sebagai orang tua yang lebih dewasa, itu berarti murid menilai guru mereka

merupakan contoh dalam bertindak dan berperilaku. Dari sikap yang baik

maupun yang buruk, itu dapat mempengaruhi siswa bagaimana cara

bersikap bersama dengan sesama majlis guru dan maupun siswa, bagaimana

cara berbicara maupun cara berpakaian. Hal ini tentu membuat guru harus

pandai dalam menjaga sikap untuk memberikan contoh yang terbaik.

Dengan mengingat diri sendiri sebagai contoh, maka guru akan lebih

berhati-hati dalam bersikap sehingga lebih bijak dari setiap tindakan yang

akan diambil. Dari memberikan contoh, diharapkan siswa bisa mengikuti

sisi positif yang dimiliki guru mulai dari berperilaku, sikap, ucapan dan cara

berpakaian yang baik dan sopan.

d. Memberikan nasehat kepada siswa tentang bagaimana berpakaian yang

sopan dan menutup aurat.

Guru selalu memberikan nasehat memberikan saran, kalaupun

berpakaian jangan hanya di sekolah saja yang sopan tapi diluar juga harus

sopan. Nasehat yang berkesan dari seorang guru akan terus diingat oleh

siswanya. Nasehat itu akan terus memotivasi dirinya agar siswa tersebut

terbiasa dan terlatih dengan berpakaian yang sopan dan menutup aurat.

e. Mengingatkan siswa apabila berpakaian yang tidak sopan

Guru memberi peringatan lisan kepada siswa apabila siswa berpakaian

yang tidak sopan dan siswa memakai seragam tidak sesuai dengan aturan

62
yang ditetapkan sekolah atau memakai seragam sekolah tidak sesuai dengan

hari.

f. Memberikan hukuman/sanksi apabila siswa melanggar peraturan sekolah

mengenai etika berpakaian.

Guru memberikan hukuman/sanksi kepada siswa apabila melanggar

peraturan sekolah mengenai etika berpakaian berupa Kredit poin itu salah

satunya tidak berpakaian seragam disekolah itu akan dikenakan denda.

Denda itu tidak berupa uang khusus untuk keseragaman sekolah atau busana

tadi atau etika berbusana, belajar memakai mukena kemudian yang laki-laki

memakai kain sarung, guru berikan sanksi supaya siswa jera. Sekolah punya

aturan beretika pakaian yang baik, sopan dan menutup aurat.

63
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah peneliti melakukan pengumpulan data melalui observasi dan

wawancara dan dilakukan analisis terhadap data tersebut, maka berdasarkan

hasil analisa data dapat disimpulkan bahwa Peran guru wali kelas XII dalam

membina etika berpakaian siswa di MA AL-Hidayah Pambang Baru

Kecamatan Bantan dikategorikan pada standar peran “cukup baik” dengan

data kuantitatif 72%. Hal ini berarti subjek penelitian yang berjumlah 1 orang

guru wali kelas XII di MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan

sudah melaksanakan tugasnya dengan cukup baik , dari 6 item yang peneliti

amati terdapat 2 item yang belum terlaksana dengan baik.

Pendidikan di sekolah tidak hanya mengenai materi pembelajaran di

dalam kelas, tetapi juga budi pekerti. Budi pekerti meliputi beberapa hal

seperti sopan santun, tingkah laku, hingga cara berpakaian yang baik Sebagai

seorang siswa, cara berpakaian dan penampilan saat di sekolah tentu harus

diperhatikan. Pakaian siswa juga harus bersih dan dalam keadaan yang baik

dan sopan. Selain itu, pakaian yang digunakan juga harus disesuaikan dengan

peraturan sekolah.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, peneliti memberikan beberapa saran

bahwa membina etika berpakaian siswa itu sangat penting dilakukan sebagai

untuk mengajarkan siswa supaya berpakaian yang sopan dan menutup aurat,

64
sehingga menjadi siswa yang taat dalam menuntut ilmu dan juga berguna baik

dikeluarga maupun dilingkungan masyarakat, dan mereka lebih siap untuk

melanjutkan kesekolah tinggi, dan juga merupakan salah satu usaha dan

upaya masyarakat serta kerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan

mutu pendidikan khususnya bagi anak-anak usia dini yang sedang

berkembang.

Oleh karena itu ada beberapa masukan utama peneliti dalam hal ini

yaitu:

1. Bagi guru, hendaknya selalu memberikan ajaran yang baik dan tegas

dalam etika berpakaian agar siswa bisa berpakaian yang sopan dan

menutup aurat, dan tidak melanggar etika berpakaian disekolah, dan juga

jangan pernah menganggap bahwa autra etika berpakaian itu hal yan tidak

boleh dilanggar.

2. Bagi peneliti berikutnya, agar dapat memberikan hasil penelitian lainnya

tentang bagaimana meningkatkan peran guru wali kelas XII dalam

membina etika berpakaian siswa.

65
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2006

Badroen Faizal, Etika Bisnis Dalam Islam, Jakarta: Kencana, 2007

Basri Hasan, Saebani Beni Ahmad, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka

Setia, 2010

Cecep triwibowo, Etika & Hukum kesehatan, Yogyakarta: Nuha medika, 2014

Dadan Suryana, Stimulasi & Aspek Perkembangan Anak, Jakarta: Kencana, 2016.

Dahlam dan Muhtarom, Menjadi Guru Yang Bening Hati, Yogyakarta:

Deepublish, 2018

Daradjat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2016

Darajat Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,

2011

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahan: Juz 1-30, Jakarta: PT.

Sygma Examedia Arkanleema, 2009

Edidarmo, Toto dan mulyadi, Akidah Akhlak Aliyah Kelas XI, Semarang: PT.

Karya Toha Putra, 2015

Fuad Abdul Aziz Asy-Syalhub, Harits bin Zaidan Al-Muzaidi. Panduan Etika

Muslim Sehari-hari, Surabaya: PT. Elba Fitrah Mandiri Sejahtera, 2011

Mufaro’ah dkk, Buku Pedoman Penulisan Skripsi, Bengkalis: Sekolah Tinggi

Agama Islam Negeri Bengkalis, 2015

66
Mukhtazar, Teknik Penyusunan Skripsi, Yogyakarta: Absolute Media, 2012

Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), Jakarta: PT Bumi Aksara, 2004

Novan Ardy Wiyani, Etika Profesi Keguruan, Yogyakarta: Gava Media, 2015

Safitri Dewi, Menjadi Guru Profesional, Tembilahan: PT. Indragiri Dot Com,

2019.

Suryanah, Keperawatan Anak Untuk Siswa SPK, Jakarta: EGC, 1996

Syaikh Abu Malik Kamal bin as-Sayyid Salim, Panduan Beribadah Khusus

Wanita, Jakarta: almahira, 2007

Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta,

2020

Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006

67
DOKUMENTASI PENELITIAN DI MA AL-HIDAYAH PAMBANG BARU
KECAMATAN BANTAN

Wawancara Bersama Guru Wali Kelas XII Yaitu Ibuk Nurbina Fitri S.Pd.I Di MA
AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan

Siswa/i Kelas XII MA AL-Hidayah Pambang Baru Kecamatan Bantan

68
RIWAYAT HIDUP

A. BIODATA PRIBADI
Nama : Juliana
NIM : 1811170009
Jenis kelamin : Perempuan
Tempat tanggal lahir : Kudap, 05 Maret 1999
Kebangsaan : Indonesia
Suku : Melayu
Status : Belum Menikah
Tinggi, berat badan : 165 cm, 59 Kg
Agama : Islam
Alamat : Jl. Sriwijaya, Desa
Pambang Baru
Email : juleanajuli07@gmail.com

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
SD : Sekolah Dasar (SD) Negeri 05 Kudap
SMP : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Kudap
SMA : Madrasah Aliyah (MA) AL-Hidayah Pambang Baru.
S1 : Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Bengkalis

C. BIODATA ORANG TUA


Ayah : Atan
TTL : Ketam Putih, 10 November 1969
Alamat : Jl. Husni Tamrin Kudap, Kecamatan Tasik Putri
Puyu, Kabupaten Meranti
Pekerjaan : Buruh

Ibu : Saloma
TTL : Kudap, 19 Mei 1975
Alamat : Jl. Husni Tamrin Kudap, Kecamatan Tasik Putri
Puyu, Kabupaten Meranti
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

69

Anda mungkin juga menyukai