Anda di halaman 1dari 16

FINANCIAL DISTRESS (KESULITAN KEUANGAN)

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Topik Khusus Akuntansi Keuangan

DOSEN MATA KULIAH

Dr. Siti Kustinah, SE.,MSi.,Ak.,CA

Disusun oleh

Mutiara Sari (5211161013)

Yeni Rimayanti (5211161027)

KELAS : A

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2018
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan
Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam
memahami kesulitan keuangan pada perusahaan.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Mohon maaf apabila dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Cimahi, September 2018

Penyusun

i
Daftar isi

Kata Pengantar ......................................................................................................................... i

Daftar isi ................................................................................................................................... ii

BAB I ........................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

1.3. Tujuan .......................................................................................................................... 2

BAB II ....................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Financial Distress....................................................................................... 3

2.2 Faktor Penyebab Financial Distress ............................................................................. 5

2.3 Alasan Utama Perusahaan Hingga Mengalami Kebangkrutan .................................... 6

2.4 Tahapan Perusahaan Mengalami Kebangkrutan .......................................................... 7

2.5 Pihak yang Melakukan Prediksi Atas Kemungkinan Terjadinya Financial Distress . 7

2.6 Cara Memprediksi Financial Distress .......................................................................... 8

2.7 Analisis Laporan Keuangan ......................................................................................... 8

2.8 Analisis Rasio .............................................................................................................. 2

2.8.1 Rasio Likuiditas .................................................................................................... 2

2.8.2 Rasio Leverage ..................................................................................................... 2

2.8.3 Rasio Profitabilitas ............................................................................................... 7

2.9 Kasus Financial Distress ................................................................................................... 7

BAB III ..................................................................................................................................... 9

PENUTUP ................................................................................................................................ 9

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap perusahaan didirikan dengan harapan akan menghasilkan keuntungan sehingga


mampu bertahan atau berkembang dalam jangka panjang dan tidak mengalami likuidasi.
Kenyataannya, asumsi tersebut tidak selalu terlaksana sesuai dengan harapan. Seringkali
perusahaan yang telah beroperasi dalam jangka waktu tertentu terpaksa bubar atau dilikuidasi
karena mengalami kesulitan keuangan yang berujung pada kebangkrutan. Analisis mengenai
gejala-gejaja kebangkrutan harus dilakukan, guna mengantisipasi terjadinya kebangkrutan
dimasa yang akan datang. Hal ini mengingat tidak sedikit fenomena-fenomena kebangkrutan
yang dialami perusahaan-perusahaan di Indonesia (Adriana, 2012).

Penurunan ekonomi di perusahaan perlu di waspadai oleh pihak manajemen.Oleh


sebab itu, pihak manajemen sebaiknya mengambil tindakan dengan melakukan prediksi dini
agar dapat memperbaiki kondisi ekonomi perusahaan.Kondisi Indonesia saat ini sangat rawan
terjadinya kesulitan keuangan (financial distress) pada beberapa perusahaan nasional. Hal ini
merupakan akibat dari pulihnya Amerika Serikat dari krisis, yang menyebabkan negara
berkembang seperti Indonesia terkena dampaknya yang menyebabkan mata uang rupiah
terpuruk. Kondisi ini di perparah dengan ekspor yang semakin anjlok dan juga harga
komoditas ekspor yang juga anjlok di pasar komoditas dunia.

Kondisi ekonomi gobal yang memburuk memberi peringatan kepada perusahaan agar
lebih waspada karena akan berdampak pada kinerja perusahaan. Tindakan yang harus diambil
oleh perusahaan yaitu dengan memperkuat fundamental perusahaan. Namun, jika pihak
manajemen tidak mampu mengelola keuangannya dengan baik maka lambat laun perusahaan
akan mengalami kesulitan keuangan atau financial distress. Apabila keadaan ini dibiarkan
terjadi terus-menerus maka perusahaan akan mengalami kebangkrutan. Perusahaan
menerbitkan laporan keuangan untuk mengukur sehat tidaknya kondisi suatu peruahaan.

Laporan keuangan sangat penting digunakan karena berisi informasi-informasi yang


dapat digunakan oleh pihak yang terkait ataupun yang mempunyai kepentingan.Dari hasil
laporan keuangan pihak manajemen dapat menjadikan hal ini sebagai tolok ukur kinerja

1
2

keuangan di masa mendatang.Sedangkan bagi pihak eksternal dapat melakukan analisis


laporan keuangan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan financial distress?


2. Apa saja faktor penyebab terjadinya financial distress?
3. Apa saja alasan utama perusahaan hingga mengalami kebangkrutan?
4. Bagaimana tahapan-tahapan kebangkrutan yang dialami perusahaan?
5. Siapa saja pihak yang berkepentingan untuk melakukan prediksi atas kemungkinan
terjadinya financial distress?
6. Bagaimana cara memprediksi financial distress?
7. Bagaimana analisa laporan keuangannya?
8. Apa contoh kasus dari financial distress?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari financial distress


2. Mengetahui faktor penyebab terjadinya financial distress
3. Mengetahui alasan utama perusahaan hingga mengalami kebangkrutan
4. Mengetahui tahapan-tahapan kebangkrutan yang dialami perusahaan
5. Mengetahui pihak yang berkepentingan untuk melakukan prediksi atas
kemungkinan terjadinya financial distress
6. Mengetahui cara memprediksi financial distress
7. Mengetahui analisa laporan keuangan perusahaan
8. Mengetahui contoh kasus financial distress
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Financial Distress


Financial distress merupakan suatu kondisi perusahaan yang mengalami illikuid
akantetapi masih dalam keadaan solven. Berikut ini terdapat definisi financial distress yaitu
sebagai berikut:
Menurut Hanafi dalam Indosaja.com:

Financial distress dapat digambarkan dari dua titik ekstrem yaitu kesulitan likuiditas
jangka pendek sampai insolvabel. Kesulitan keuangan jangka pendek biasanya bersifat
jangka pendek, tetapi bisa berkembang menjadi parah.Indikator kesulitan keuangan
dapat dilihat dari analisis aliran kas, analisis strategi perusahaan, dan laporan
keuangan perusahaan.

Menurut Plat dan Plat dalam Fahmi (2013:158) dalam Indosaja.com mendefinisikan financial
distress:

Sebagai tahap penurunan kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya


kebangkrutan ataupun likuidasi.Financial distress dimulai dengan ketidakmampuan
memenuhi kewajiban-kewajibannya, terutama kewajiban yang bersifat jangka pendek
termasuk kewajiban likuiditas, dan juga termasuk kewajiban dalam kategori
solvabilitas.

Menurut Brigham dan Daves (2003):

Kesulitan keuangan (financial distress) dimulai ketika perusahaan tidak dapat


memenuhi jadwal pembayaran atau ketika proyeksi arus kas mengindikasikan bahwa
perusahaan tersebut akan segera tidak dapat memenuhi kewajibannya.

Menurut Darsono dan Ashari (2005):

Financial distress atau kesulitan keuangan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan


perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang
menyebabkan kebangkrutan perusahaan.

3
4

Menurut Gamayuni (2011):

Financial distress adalah keadaan kesulitan keuangan atau likuiditas yang mungkin
merupakan awal dari terjadinya kebangkrutan.

Berdasarkan uraian di atas mengenai definisi dari financial distress dapat ditarik
kesimpulan bahwa financial distress merupakan suatu masalah keuangan yang dihadapi oleh
sebuah perusahaan berupa krisis ekonomi yang mana perusahaan mengalami kerugian
beberapa tahun terakhir karena dianggap tidak mampu membayar kewajiban saat jatuh tempo.

Jenis dan Kategori Financial Distress

Menurut Gamayuni (2011), terdapat lima bentuk kesulitan keuangan atau financial
distress, yaitu sebagai berikut:

1. Economic failure. Suatu keadaan pendapatan perusahaan tidak dapat menutup total
biaya perusahaan, termasuk biaya modal.
2. Business failure. Suatu keadaan perusahaan menghentikan kegiatan operasional
dengan tujuan mengurangi (akibat) kerugian bagi kreditor.
3. Technical insolvency . Suatu keadaan perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban
yang jatuh tempo.
4. Insolvency in bankruptcy . Suatu keadaan nilai buku dari total kewajiban melebihi
nilai pasar aset perusahaan.
5. Legal bankruptcy . Suatu keadaan perusahaan dikatakan bangkrut secara hukum.

Menurut Fahmi (2011), secara umum membagi financial distress atau kesulitan
keuangan menjadi empat kategori, yaitu sebagai berikut:

a. Financial distress kategori A (sangat tinggi dan benar-benar membahayakan)

Kategori ini memungkinkan perusahaan dinyatakan untuk berada di posisi bangkrut atau
pailit. Pada kategori ini memungkinkan pihak perusahaan melaporkan ke pihak terkait seperti
pengadilan bahwa perusahaan telah berada dalam posisi bankruptcy (pailit) dan menyerahkan
berbagai urusan untuk ditangani oleh pihak luar perusahaan.

b. Financial distress kategori B (tinggi dan dianggap berbahaya)

Pada posisi ini perusahaan harus memikirkan berbagai solusi realistis dalam menyelamatkan
berbagai aset yang dimiliki, seperti sumber-sumber aset yang ingin dijual dan tidak
5

dijual/dipertahankan. Termasuk memikirkan berbagai dampak jika dilaksanakan keputusan


merger (penggabungan) dan akuisisi (pengambilalihan). Salah satu dampak yang sangat nyata
terlihat pada posisi ini adalah perusahaan mulai melakukan PHK (Pemutusan Hubungan
Kerja) dan pensiun dini pada beberapa karyawannya yang dianggap tidak layak (infeasible)
lagi untuk dipertahankan.

c. Financial distress kategori C (sedang dan dianggap masih bisa menyelamatkan diri)

Pada kondisi ini perusahaan sudah harus melakukan perombakan berbagai kebijakan dan
konsep manajemen yang diterapkan selama ini, bahkan jika perlu melakukan perekrutan
tenaga ahli baru yang dimiliki kompetensi yang tinggi untuk ditempatkan di posisi-posisi
strategis yang bertugas mengendalikan dan menyelamatkan perusahaan, termasuk target
dalam menggenjot perolehan laba kembali.

d. Financial distress kategori D (rendah)

Pada kategori ini perusahaan dianggap hanya mengalami fluktuasi finansial temporer yang
disebabkan oleh berbagai kondisi eksternal dan internal, termasuk lahirnya dan dilaksanakan
keputusan yang kurang begitu tepat.

2.2 Faktor Penyebab Financial Distress


Menurut Damodaran dalam Kolomlisan wordpres,terdapat tiga keadaan penyebab
financial distress antara lain faktor kekurangan modal, beban utang yang terlalu besar serta
mengalami kerugian berkelanjutan. Masing-masing aspek mempunyai keterkaitan sehingga
keseimbangannya perlu dijaga agar perusahaan dapat terhindar dari kondisi financial distress
hingga terjadi kebangkrutan.
Selain dari segi internal, financial distress juga disebabkan oleh segi eksternal
dimana pada beberapa tahun ini kondisi perekonomian dunia masih rentan dan penuh risiko.
Hal ini disebabkan oleh perlambatan ekonomi pada negara ekonomi terbesar kedua di dunia
yaitu negara Cina.Perlambatan ekonomi terjadi karena penurunan harga komoditas dan harga
minyak yang terus-menerus. Selain itu, adanya kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat yang
menaikkan suku bunga secara bertahap. Hal ini akan memperburuk kondisi ekonomi global
dan berimbas pada negara-negara dunia termasuk salah satunya yaitu negara Indonesia.
Fenomena ini menjadi tantangan dan ancaman terbesar bagi Indonesia untuk mencapai target
pertumbuhan ekonomi.
6

Selain itu, menurut Hanafi (2004), terdapat beberapa penyebab lain terjadinya
kesulitan keuangan khususnya pada kelompok usaha kecil, yaitu sebagai berikut:

a. Struktur permodalan yang kurang


1. Kekurangan modal untuk membeli barang modal dan peralatan.
2. Kekurangan modal untuk memanfaatkan barang persediaan yang dijual dengan
potongan kuantitas, atau jenis potongan lainnya.

b. Menggunakan peralatan dan metode bisnis yang ketinggalan jaman


1. Gagal menerapkan pengendalian persediaan.
2. Tidak dapat melakukan pengendalian kredit.
3. Kurang memadainya catatan akuntansi.

c. Ketiadaan perencanaan bisnis


1. Ketidakmampuan mendeteksi dan memahami perubahan pasar.
2. Ketidakmampuan memahami perubahan kondisi ekonomi.
3. Tidak menyiapkan rencana untuk situasi darurat atau di luar dugaan.
4. Ketidakmampuan mengantisipasi dan merencanakan kebutuhan keuangan.

d. Kualifikasi pribadi
1. Kurangnya pengetahuan bisnis.
2. Tidak ingin bekerja terlalu keras.
3. Tidak ingin mendelegasikan tugas dan wewenang.
4. Ketidakmampuan memelihara hubungan baik dengan konsumen.

2.3 Alasan Utama Perusahaan Hingga Mengalami Kebangkrutan


Menurut Lizal dalam blog.ub.ac.id mengelompokkan penyebab kesulitan,yang
disebut dengan Model Dasar Kebangkrutan atau Trinitas Penyebab Kesulitan Keuangan.
Terdapat alasan utama mengapa perusahaan bisa mengalami financial distress dan kemudian
bangkrut, yaitu:
a. Neoclassical model

Financial distress dan kebangkrutan terjadi jika alokasi sumberdaya di dalam


perusahaan tidak tepat.Manajemen yang kurang bisa mengalokasikan sumber daya
(aset) yang ada di perusahaan untuk kegiatan operasional perusahaan.
7

b. Financial model

Pencampuran aset benar tetapi struktur keuangan salah dengan liquidity constraints.
Hal ini berarti bahwa walaupun perusahaan dapat bertahan hidup dalam jangka
panjang tapi ia harus bangkrut juga dalam jangka pendek.

c. Corporate governance model

Menurut model ini, kebangkrutan mernpunyai campuran aset dan struktur keuangan
yang benar tapi dikelola dengan buruk. Ketidakefisienan ini mendorong perusahaan
menjadi Ollt of the market sebagai konsekuensi dari masalah dalam tata kelola
perusahaan yang tak terpecahkan.

2.4 Tahapan Perusahaan Mengalami Kebangkrutan


Menurut Kordestani et at.,dalam Indosaja.com Tahapan dari kebangkrutan tersebut
dijabarkan sebagai berikut:
a. Latency. Pada tahap latency, Return on Assets (ROA) akan mengalami penurunan.
b. Shortage of Cash. Dalam tahap kekurangan kas, perusahaan tidak memiliki cukup
sumber daya kas untuk memenuhi kewajiban saat ini, meskipun masih mungkin
memiliki tingkat profitabilitas yang kuat.
c. Financial Distress. Kesulitan keuangan dapat dianggap sebagai keadaan darurat
keuangan, dimana kondisi ini mendekati kebangkrutan.
d. Bankruptcy. Jika perusahaan tidak dapat menyembuhkan gejala kesulitan keuangan
(financial distress), maka perusahaan akan bangkrut.

2.5 Pihak yang Melakukan Prediksi Atas Kemungkinan Terjadinya Financial Distress
a. Pemberi Pinjaman atau Kreditor
Institusi pemberi pinjaman memprediksi financial distress dalam memutuskan apakah
akan memberikan pinjaman dan menentukan kebijakan mengawasi pinjaman yang
telah diberikan pada perusahaan. Selain itu juga digunakan untuk menilai
kemungkinan masalah suatu perusahaan dalam melakukan pembayaran kembali pokok
dan bunga.
b. Investor
Model prediksi financial distress dapat membantu investor ketika akan memutuskan
untuk berinvestasi pada suatu perusahaan.
c. Pembuat Peraturan atau Badan Regulator
8

Badan regulator mempunyai tanggung jawab mengawasi kesanggupan membayar


hutang dan menstabilkan perusahaan individu.Hal ini menyebabkan perlunya suatu
model untuk mengetahui kesanggupan perusahaan membayar hutang dan menilai
stabilitas perusahaan.
d. Pemerintah, Prediksi
Financial distress penting bagi pemerintah dalam melakukan antitrust regulation.
e. Auditor
Model prediksi financial distress dapat menjadi alat yang berguna bagi auditor dalam
membuat penilaian going concern perusahaan. Pada tahap penyelesaian audit, auditor
harus membuat penilaian tentang going concern perusahaan. Jika ternyata perusahaan
diragukan going concern-nya, maka auditor akan memberikan opini wajar tanpa
pengeculian dengan paragraf penjelas atau bisa juga memberikan opini disclaimer
(atau menolak memberikan pendapat).

2.6 Cara Memprediksi Financial Distress


Salah satu cara untuk memprediksi financial distress hingga kebangkrutan yaitu Model
Altman’s Z-score. Pada saat ini banyak formula yang di kembangkan untuk menjawab
permasalahan tentang bankrupty ini, salah satu yang dianggap populer dan banyak
dipergunakan dalam berbagai penelitian serta analisis secara umum adalah model
kebangkrutan Altman. Model Altman ini atau lebih umum disebutdenganAltmanZ-score.
Model Altman Z-scorememiliki 2 versi yaitu model dan model asli. Model baru
tersebut mempunyai kemampuan prediksi yang cukup baik yaitu (94% benar atau 62 benar
dari total sampel 66),sedangkan model Altman Z-scoreyang asli memiliki kemampuan
prediksi sebesar (95% benar atau 63 benar dari 66 sampel).Model Altman Z-score asli
merupakan model paling baik alam mengukur financial distress karena model tersebut lebih
baik dalam memprediksi financial distress yaitu 95%.

2.7 Analisis Laporan Keuangan


Laporan keuangan merupakan proses akhir dari pencatatan kegiatan transaksi yang
dilakukukan oleh perusahaan. Menurut Kasmir dalam FadhilAnalisis.blogspot.com , tujuan
utama analisis Laporan keuangan adalahagar dapat mengetahui posisi keuangan saat ini.
dengan mengaetahui posisi keuangan, setelah dilakukan analisis laporan keuangan secara
mendalam, akan terlihat apakah perusahaan dapat mencapai target yang telah direncanakan
sebelumnya atau tidak. Hasil analisis laporan keuangan akan memberikan informasi tentang
9

kekuatan dan kelemahan perusahaan. Dengan adanya kelemahan dan kekuatan yang dimiliki
maka akan tergambar kinerja perusahaan.

Hasil analisis laporan keuangan ini tercermin dalam rasio-rasio keuanganperusahaan.


Rasio-rasio keuangan yang dihasilkan dari analisis laporan keuangan inilah yang merupakan
indikator yang digunakan untuk memprediksi terjadinya financial distress.

Menurut Wild dalam e-akuntansi.com,dalam menganalisis laporan keuangan, tersedia


beragam alat yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan yang spesifik. Alat-alat tersebut
adalah sebagai berikut:

1. Analisis laporan keuangan Komparatif


2. Analaisis laporan keuangan commond size
3. Analisis rasio
4. Analisis arus kas
5. Valuasi

2.8 Analisis Rasio


2.8.1 Rasio Likuiditas
Menurut Lukman (2004:40) dalam Elfiraworotitjans Blog , likuiditas
merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar
semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan aktiva
lancar yang tersedia. Apabila perusahaan mampu mendanai dan melunasi
kewajiban jangka pendeknya dengan baik maka potensi perusahaan mengalami
financial distress akan semakin kecil.

2.8.2 Rasio Leverage


Rasio ini digunakan untuk melihat kemampuan perusahaan memenuhi
kewaiban totalnya. Apabila suatu perusahaan pembiayaannya lebih banyak
menggunakan utang, hal ini berisiko akan terjadi kesulitan pembayaran di masa
yang akan datang akibat utang lebih besar dari aset yang dimiliki. Jika keadaan ini
tidak dapat diatasi dengan baik, potensi terjadinya financial distress pun semakin
besar. Kebangkrutan biasanya diawali dengan terjadinya moment gagal bayar, hal
11

ini disebabkan semakin besar jumlah hutang, semakin tinggi probabilitas financial
distress.

2.8.3 Rasio Profitabilitas


Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk melihat
kemampuan perusahaan menghasilkan profit. Return on assets merupakan rasio
pengukuran profi tabilitas yang sering digunakan oleh manajer keuangan untuk
mengukur efektifitas keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan aset yang
tersedia. Semakin tinggi hasil Return on assets suatu perusahaan mencerminkan
bahwa semakin baik penggunaan aset yang dilakukan perusahaan untuk
menghasilkan laba.

2.9 Kasus Financial Distress


PT. Matahari Department Store terpaksa menutup dua gerainya yang cukup besar di
Pasaraya Blok.M dan Pasaraya Manggarai. Penutupan ini terjadi karena menurut pihak
manajemen Matahari, unit bisnis ini hanya sebagian kecil dibandingkan bisnis department
store yang lebih besar lagi.

Bahkan pihak manajemen sempat mengakui bahwa toko tutup lantaran pusat
perbelanjaan sepi pengunjung, sehingga sudah tidak bisa mencapai target. Hal ini menjadi
fakta yang mendukung bahwa adanya tren pergeseran belanja masyarakat di mall. Semula
mereka berbelanja membeli baju di toko offline, sekarang mereka cenderung mencari hiburan
jenis lain ketika pergi ke sebuah mall atau pusat perbelanjaan.

Penutupan kedua toko ritel ini membuat keduanya memberikan diskon besar-besaran
dalam rangka menghabiskan persediaan barang. Barang-barang yang dijual, diobral dengan
potongan harga hingga 75 persen. Tidak hanya melakukan potongan harga yang fantastis,
Matahari juga memberikan bonus 1 barang ketika membeli 1 barang lainnya. Akibatnya,
11

masyarakat sempat berburu habis ke 2 toko ritel ini untuk memborong habis persediaan
barang.

Dari penutupan kedia gerai ini, karyawan juga terpaksa dilakukan pemberhentian kerja
secara besar-besaran. Banyak karyawan yang mengaku kesulitan untuk mencari kerja pasca
PHK yang mereka alami. Walaupun begitu PT. Matahari Department Store akan melakukan
ekspansi bisnis lagi dengan membuka gerai-gerai baru hinga akhir tahun 2017.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Financial distress atau kesulitan keuangan merupakan kondisi perusahaan yang


mengalami kemunduran kinerja sehingga dapat berpotensi ke arah kebangkrutan. Prediksi
financial distress diperlukan untuk menekan kemungkinan perusahaan mengalami
kebangkrutan, dengan gejala paling ringan ditunjukkan pada pengurangan jumlah tenaga
kerja, harga bahan baku yang melonjak tinggi, serta penurunan tingkat penjualan pada
perusahaan.

Indikator keuangan diukur menggunakan beberapa rasio keuangan seperti Return on


Asset (ROA), Current Ratio (CR), serta Debt to Asset Ratio (DAR). Return on Asset
(ROA) berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial
distress. Sedangkan untuk Current Ratio (CR) dan Debt to Asset Ratio (DAR) tidak
memiliki pengaruh terhadap kemungkinan perusahaan mengalami financial distress.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://fadhilanalisis.blogspot.com/2011/10/analisis-laporan-keuangan.html?m=1

https://kolomlisan.wordpress.com/2017/01/29/penyebab-financial-distress-kesulitan-
keuangan-menurut-damodaran/

http://blog.ub.ac.id/silviansyahtri/2014/04/01/financial-distress/

https://www.indosaja.com/2018/05/30/penyebab-dan-pengertian-kebangkrutan/

https://www.indosaja.com/2018/05/30/pengertian-financial-distress-perusahaan-dan-
kebangkrutan/

10

Anda mungkin juga menyukai