Disusun Oleh:
4. Kerangka Berfikir.............................................................................................................. 4
6. Metode Penelitian.............................................................................................................. 6
a) Metode................................................................................................................... 6
b) Populasi ................................................................................................................. 7
c) Sampel ............................................................................................................................. 7
ii
1. Latar Belakang
Persaingan antar perusahaan pada saat ini semakin ketat dan menyebabkan
biaya yang dikeluarkan perusahaan akan semakin tinggi, hal ini akan mempengaruhi
tingkat kinerja perusahaan. Apabila perusahaan tidak mampu untuk bersaing, maka
perusahaan akan mengalami kerugian, ketika kondisi seperti ini berjalan terus menerus
maka perusahaan akan mengalami kondisi financial distress dan dapat mengakibatkan
terjadinya kebangkrutan. Untuk menguji kondisi financial distress maka diperlukan
model yang dikembangkan untuk mengetahui kondisi perusahaan sejak dini, sehingga
dapat mengantisipasi kondisi kebangkrutan.
Perusahaan menyajikan laporan keuangan sebagai salah satu sumber informasi
yang digunakan untuk menilai kinerja serta perubahan posisi keuangan untuk
mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Informasi dari laporan keuangan yang
digunakan untuk pengambilan keputusan supaya menjadi bermanfaat, maka data
keuangan tersebut harus dikonversi supaya menjadi informasi yang berguna untuk
pengambilan keputusan dengan cara melakukan analisis laporan keuangan. Model yang
sering digunakan untuk melakukan analisis tersebut adalah dalam bentuk rasio-rasio
keuangan (Almilia dan Kristijadi, 2003:183).
Financial distress merupakan suatu risiko melekat yang dapat dialami oleh
setiap perusahaan. Financial distress dapat didefinisikan sebagai kondisi di mana
aktivitas perusahaan terhambat dikarenakan mengalami masalah kesulitan keuangan.
Perusahaan yang terindikasi mengalami kebangkrutan ditandai dengan gejala kesulitan
keuangan (Parulian, 2012). Kondisi ini ditandai apabila perusahaan tersebut tidak dapat
memenuhi kewajiban finansialnya (Wahyuningtyas, 2010).
Banyak faktor yang dapat menjadi determinan financial distress. Menurut
Rodoni dan Ali (2010) menyebutkan bahwa terdapat tiga kondisi di mana financial
distress berpotensi di derita. Ketiga kondisi tersebut yakni kurangnya tambahan modal,
beban utang yang terlampau tinggi, dan perusahaan membukukan kerugian selama
beberapa periode.
Beberapa penyebab financial distress yakni adanya kesalahan yang terjadi
dalam perusahaan, adanya langkah atau keputusan yang kurang tepat dari manajer, serta
berbagai kelemahan dalam perusahaan, seperti kelemahan dalam pengendalian dan
pengawasan, khususnya terhadap kondisi keuangan. Beberapa faktor tersebut dapat
berimplikasi terhadap financial distress baik secara langsung maupun tidak langsung.
1
Tidak ada jaminan bahwa perusahaan besar akan secara otomatis terhindar dari risiko
kesulitan keuangan. Hal ini sangat argumentatif, mengingat setiap perusahaan
dihadapkan pada target laba di mana setiap keputusan yang akan diambil akan
berdampak pada kondisi keuangan perusahaan (Brigham dan Daves, 2003) dalam (A
Novianita, 2017). Perusahaan yang sudah mengetahui adanya tanda-tanda financial
distress harus segera mengambil tindakan agar tidak sampai bangkrut atau pailit.
Perusahaan yang sudah memasuki fase financial distress, mengharuskan
manajemen untuk berhati hati karena hal ini akan menjadi pertanda bahwa perusahaan
tersebut beresiko mengalami kebangkrutan. Perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan akan mempengaruhi keputusan investor untuk menanamkan sejumlah modall
pada perusahaan tersebut. Investor tidak akan mau menanamkan modal pada
perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan karena investor tak mau menderita
kerugian jika perusahaan tersebut bangkrut.
Istilah umum untuk menggambarkan beberapa situasi dimana perusahaan
menghadapi masalah kesulitan keuangan (Financial distress) tersebut adalah
kebangkrutan, kegagalan, ketidakmampuan melunasi hutang. Kondisi ini biasanya
ditandai dengan adanya penundaan pengiriman, kualitas produk yang menurun dan
penundaan pembayaran tagihan dari bank. Apabila kondisi financial distress ini
diketahui sejak awal, diharapkan dapat dilakukan tindakan untuk memperbaiki situasi
tersebut sehingga perusahaan tidak akan masuk ke tahap kesulitan yang lebih berat
seperti kebangkrutan atau likuidasi.
Prediksi kondisi financial distress menjadi topik yang menarik bagi banyak
peneliti. Penelitian ini penting untuk diteliti karena penelitian ini mampu untuk
memprediksi kontinuitas atau kelangsungan hidup suatu perusahaan. Prediksi ini
penting dilakukan oleh manajemen, agar manajemen dapat mengerti kondisi tersebut
serta mengambil tindakan antisipasi dan perbaikan agar kondisi financial distress tidak
terus berkembang dan perusahaan mengalami kebangkrutan, informasi tentang prediksi
financial distress juga memberikan keuntungan bagi banyak pihak terutama bagi
kreditur dan debitur (A Novianita, 2017). Untuk penelitian ini, penulis memilih
beberapa dari banyaknya factor yang mempengarui financial distress, antara lain: laba,
arus kas, dan ukuran perusaaan.
Tujuan utama suatu perusahaan adalah mendapatkan laba. Laporan laba rugi
disusun dengan maksud untuk menggambarkan hasil operasi perusahaan dalam suatu
periode waktu tertentu. Dengan kata lain, laporan laba rugi menggambarkan
2
keberhasilan atau kegagalan operasi perusahaan dalam upaya mencapai tujuannya.
Hasil operasi perusahaan diukur dengan membandingkan antara pendapatan
perusahaan dengan biaya. Apabila pendapatan lebih besar daripada biaya maka
dikatakan bahwa perusahaan memperoleh laba dan bila terjadi sebaliknya maka
perusahaan mengalami rugi. Salah satu kegunaan dari informasi laba yaitu untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam pembagian deviden kepada para investor.
Laba bersih suatu perusahaan digunakan sebagai dasar pembagian deviden kepada
investornya. Jika laba bersih yang diperoleh perusahaan sedikit atau bahkan mengalami
rugi maka pihak investor tidak akan mendapatkan deviden. Hal ini jika terjadi berturut-
turut akan mengakibatkan para investor menarik investasinya karena mereka
menganggap perusahaan tersebut mengalami kondisi permasalahan keuangan atau
financial distress. Kondisi ini ditakutkan akan terus menerus terjadi yang nantinya akan
berakhir pada kondisi kebangkrutan. Dengan kondisi demikian maka laba dapat
dijadikan indikator oleh pihak investor untuk mengetahui kondisi keuangan
perusahaan. Atas dasar ini peneliti ingin membuktikan secara empiris mengenai
kemampuan informasi laba dalam memprediksi kondisi financial distress suatu
perusahaan.
Dalam penelitian ini arus kas operasi digunakan sebagai informasi yang relevan
mengenai kesehatan perusahaan. Arus kas digunakan sebagai indikator bagi pihak
investor dan kreditor untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan. Arus kas juga
sangat berguna bagi investor untuk mengetahui bagaimana perusahaan memenuhi
kewajiban dalam membayar dividen. Apabila arus kas mempunyai jumlah yang besar
maka kreditor akan mempunyai rasa percaya pada perusahaan untuk membayar
liabilitasnya yang diajukan, sebaliknya jika arus kas dalam perusahaan kecil maka
kreditor cenderung kurang percaya pada perusahaan (Rizkiyah, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Putri (2017) mengungkapkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap financial distress, hal tersebut
dikarenakan perusahaan yang memiliki aset yang besar dapat melunasi kewajibanya
sehingga perusahaan tersebut dapat menghindari kesulitan keuangan. Penelitian dengan
hasil yang berbeda ditunjukkan oleh Wibowo dan Musdholifah (2017) yang
menyatakan bahwa tidak ada pengaruh ukuran perusahaan terhadap finansial distress,
karena perusahaan yang memiliki aset yang besar tidak dapat memprediksi finansial
distress.
3
2. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian
sebagai berikut:
2) Untuk menguji dan menganalisis pengaruh arus kas terhadap prediksi kondisi
financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka muncul beberapa masalah pada
penelitian tersebut, yaitu:
2) Apakah terdapat pengaruh arus kas terhadap kondisi financial distress pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI?
4. Kerangka Berfikir
LABA (X1)
UKURAN PERUSAHAAN
(X3)
4
Variabel dependen yang digunkan dalam penelitian ini adalah financial distress,
sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba, arus
kas, dan ukuran perusahaan.
5. Pengembangan Hipotesis
5
sehingga nilai perusahaan akan naik dan semakin kecil kemampuan perusahaan
mendekati kondisi financial distress.
Dari penelitian tersebut dapat dibentuk hipotesis sebagai berikut:
H2: Arus Kas berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress perusahaan
6. Metode penelitian
a) Metode
6
b) Populasi
Menurut Sugiyono (2018) mengatakan populasi merupakan wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualiatas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah
perusahaan seluruh sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) tahun 2015 sampai dengan 2019. Berdasarkan data yang diperoleh dari
situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu maka diperoleh populasi sebanyak
188 perusahaan.
c) Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Sehingga sampel merupakan bagian dari populasi yang ada, sehingga
untuk pengambilan sampel harus menggunakan cara tertentu yang didasarkan
oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada (Sugiyono, 2018). Perusahaan yang
menjadi sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang dipilih dengan
menggunakan metode cluster sampling. Teknik ini digunaka bilamana populasi
tidak terdiri dari individu-individu, meliankan kelompok-kelompok atau
cluster. Teknik sampling digunkan untuk menentukan sampel bila objek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas.
7
DAFTAR PUSTAKA
Mamang Hariyanto. 2018. Pengaruh Laba dan Arus Kas Terhadap Kondisi Financial
Distress. Jurnal Akuntamsi Dan Investasi.No.1, 44-60.
Intan Saputri Ayuningtiyas Dan Banbang Suryono. 2019. Pengaruh Likuiditas
Profitabilitas Leverage dan Arus Kas Terhadap Kondisi Financial Distress. Jurnal Ilmia
dan Riset Akuntansi. No.1.
Norisa Putri Dan Erly Mulyani. 2019. Pengaruh rasio hutan profit margin dan ukuran
perusahaan tehradap financial distress. No.1,1968-1983.