Anda di halaman 1dari 18

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

“PENGGABUNGAN BADAN USAHA”

OLEH :

NAMA : DIAH AYU MULKUD REVANI

NIM : 17441454

KELAS : 6A AKUNTANSI

DOSEN PENGAMPU : Dra. KHUSNATUL ZULFA


WAFIROTIN, MM, Ak. CA

S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat limpahan
rahmat dan karuniannya sehingga penulis dapat menyusun makalah akuntansi keuangan
lanjutan ini, yang bejudul “Penggabungan Badan Usaha”, tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangatpenulis harapkan
untuk menyempurnakan makalah selanjutnya.

Ponorogo, 22 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 1
1.3 Tujuan............................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Penggabungan Badan Usaha .......................................................... 3


2.2 Jenis-Jenis Penggabungan Usaha ..................................................................... 3
2.3 Motif Penggabungan Usaha ............................................................................. 4
2.4 Manfaat dan Risiko Penggabungan Usaha ....................................................... 8
2.4.1. Manfaat Penggabungan Usaha ................................................................ 8
2.4.2. Risiko Penggabungan Usaha................................................................... 8
2.5 Metode Akuntansi Kombinasi Bisnis ............................................................... 8
2.5.1. Harga Akuisisi ........................................................................................ 10
2.5.2. Goodwill dan Diskon Pembelian ............................................................ 11
2.6 Pembukuan Entitas Pengakuisisi Setelah Kombinasi Bisnis ........................... 12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 14


3.2 Saran ................................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Memasuki era globalisasi, mengakibatkan semakin ketatnya persaingan diantara


perusahaan, tidak jarang pula terjadi persaingan yang tidak sehat dan saling
menjatuhkan. Dengan semakin berkembangnya teknologi, memudahkan akses kerja
sama dan juga persaingan antara perusahaan dalam cakupan nasional maupun
internasional.

Hal ini menimbulkan tidak sedikit perusahaan kecil dan menengah yang gulung
tikar. Sedangkan bagi perusahaan yang masih bertahan, harus berjuang agar tetap
bertahan dan melakukan perubahan-perubahan dan strategi yang memungkinkan
perusahaan untuk dapat bertahan dan terus berkembang.

Untuk mengatasi adanya kemungkinan saling menjatuhkan dibutuhkan adanya


suatu bentuk kerjasama yang tepat dan saling menguntungkan, yang memungkinkan
perusahaan untuk tetap bertahan dan berkembang. Salah satu bentuk kerja sama yang
dapat dilakukan adalah melalui penggabungan usaha antara perusahaan satu dengan
yang lain baik sejenis maupun tidak sejenis.

Dengan dilakukannya penggabungan usaha, akan memungkinkan perusahaan


yang bersangkutan untuk dapat bertahan dan berkembang karena semakin luasnya
usaha akibat dari penggabungan tersebut. Maka dari itu disini akan dibahas mengenai
penggabungan badan usaha dan metode akuntansi yang digunakan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan penggabungan badan usaha?


2. Apa saja jenis-jenis penggabungan usaha?
3. Bagaimana motif dalam penggabungan usaha?
4. Apa saja manfaat dan risiko dari penggabungan usaha?
5. Bagaimana metode akuntansi yang digunakan dalam kombinasi bisnis?

1
6. Bagaimana pembukuan entitas pengakuisisi setelah kombinasi bisnis?

1.3 TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah makalah ini salah satunya adalah sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 2 serta sebagai
penambah wawasan mengenai:

1. Pengertian dari penggabungan badan usaha


2. Jenis-jenis penggabungan usaha
3. Motif penggabungan usaha
4. Manfaat dan risiko penggabungan usaha
5. Metode akuntansi yang digunakan dalam kombinassi bisnis
6. Pembukuan entitas pengakuisisi setelah kombinasi bisnis

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENGGABUNGAN BADAN USAHA

Penggabungan usaha (business combination) secara umum adalah penyatuan


dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu
perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan
operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha dapat berupa pembelian saham suatu
perusahaan oleh perusahaan lain, atau pembelian aktiva neto suatu perusahaan.
Sedangkan menurut IFRS Penggabungan usaha (business combination) adalah
transaksi atau kejadian lainnya, yang dalam trasaksi atau kejadian itu, entitas
pengakuisisi (acquirer) memperoleh kendali (control) atas satu usaha atau lebih
(Muldiani: 2012).

Disamping itu pengertian Transaksi kombinasi menurut PSAK 22 revisi tahun


2010 terjadi ketika suatu entitas memperoleh pengendalian atas entitas lain yang
berupa bisnis. Disini yang dimaksud dengan pengendalian adalah kekuasaan untuk
mengatur kebijaksanaan keuangan dan operasi suatu entitas demi memperoleh
manfaat dari aktivitas entitas tersebut. Kombinasi bisnis melibatkan 2 pihak, yakni
entitas pengakuisisi dan entitas yang diakuisisi. Pihak pengakuisisi merupakan entitas
yang memperoleh pengendalian atas entitas yang diakuisisi dalam transaksi bisnis.
Sebaliknya, entitas yang diakuisisi, atau disebut juga entitas target, merupakan entitas
yang dalam transaksi kombinasi bisnis dikendalikan oleh entitas lain (entitas
pengakuisisi).

2.2 JENIS-JENIS PENGGABUNGAN USAHA


a. Merger

Dalam peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1998 tentang Penggabungan,


Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas menjelaskan bahwa merger
atau penggabungan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan,
atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan
selanjutnya perseroan yang telah menggabungkan diri menjadi bubar.

b. Akuisisi

3
Dalam peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1998 tentang Penggabungan,
Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas menjelaskan bahwa Akuisisi
atau pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum
atau orang perseorangan untuk mengambilalih baik seluruh ataupun sebagian
besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian
terhadap perseroan tersebut.

c. Konsolidasi

Konsolidasi adalah penggabungan usaha antara 2 perusahaan atau lebih


dimana untuk meneruskan kegiatan usaha gabungan dibentuk perusahaan baru
dan semua perusahaan yang bergabung menghentikan kegiatannya.

2.3 MOTIF PENGGABUNGAN USAHA


1. Motif Ekonomi

Motif ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu


meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kemakmuran pemegang
saham. Maka, seluruh aktivitas dan keputusan yang diambil oleh perusahaan
harus diarahkan mencapai tujuan ini. Implementasi program yang dilakukan oleh
perusahaan harus melalui langkah-langkah konkrit seperti melalui efisiensi
produk, peningkatan penjualan, pemberdayaan dan peningkatan produktivitas
sumber daya manusia. Disamping itu dalam motif ekonomi merger dan akuisisi
yang lain diantaranya :

a. Mengurangi waktu,biaya dan risiko kegagalan memasuki pasar baru


b. Mengakses reputasi teknologi, produk dan merk dagang
c. Memperoleh individu-individu sumber daya manusia yang professional
d. Membangun kekuatan pasar
e. Memperluas pangsa pasar
f. Mengurangi persaingan
g. Mendiversifikasi lini produk
h. Mempercepat pertumbuhan
i. Menstabilkan cash flow dan keuntungan

2. Motif Sinergi

4
Sinergi yang besar dan kuat merupakan salah satu alasan utama bagi para
pembeli untuk bersedia membeli dengan harga yang lebih tinggi, melebihi nilai
yang sebenarnya dari perusahaan yang diminati. Sinergi mengacu pada reaksi
yang ditimbulkan ketika dua perusahaan digabungkan untuk menghasilkan efek
yang jauh lebih baik bagi kedua entity yang bersangkutan pada masing-masing
perusahaan melakukan kegiatan operasinya secara independen. Didalam konteks
merger, hal ini diartikan sebagai kemampuan dari dua atau lebih perusahaan yang
digabungkan untuk menghasilkan keuntungan lebih besar dibandingkan jika
perusahaan tersebut beroperasi secara independen. Bentuk-bentuk sinergi
disajikan berikut ini:

a. Sinergi operasi (operating synergy)


Sinergi operasi terjadi ketika perusahaan hasil kombinasi mencapai
efisiensi biaya. Efisiensi ini dicapai dengan cara pemanfaatan secara
optimal sumber daya perusahaan. Sehinga dengan adanya merger ataupun
akuisisi yang dilakukan perusahaan maka diharapkan perusahaan dapat
memasarkan produksinya hingga kapasitas penuh, dimana yang sebelumnya
masih idle akan dapat dioptimalkan untuk mendukung permintaan pasar.
Disini terjadi efisiensi karena pemanfaatan kapasitas produksi yang semula
masih menganggur.
b. Sinergi financial (financial synergy)
Sinergi financial dihasilkan ketika perusahaan hasil merger memiliki
struktur modal yang kuat dan mampu mengakses sumber-sumber dana dari
luar secara lebih mudah dan murah sedemikian rupa sehingga biaya modal
perusahaan semakin menurun. Struktur permodalan yang kuat akan
menjamin berlangsungnya aktivitas operasi perusahaan tanpa menghadapi
kesulitan likuiditas. Akses yang semakin mudah terhadap sumber-sumber
dana dimungkinkan ketika perusahaan memiliki ukuran yang semakin
besar. Perusahaan memiliki struktur permodalan uang kuat dan size yang
besar akan diberi kepercayaan pihak lain seperti lembaga keuangan
sehingga tidak ragu untuk meminjamkan dana.perusahaan yang memiliki
kepercayaan dari public seperti itu memiliki risiko kebangkrutan yang lebih
kecil daripada yang tidak memiliki kepercayaan public.
c. Sinergi manajerial (managerial synergy)

5
Sinergi manajerial dihasilkan ketika terjadi transfer kapabilitas
manajerial dan skill dari perusahaan yang satu ke perusahaan lain atau
ketika secara bersama-sama mampu memanfatkan kapasitas know-how
yang mereka miliki. Transfer kapabilitas terutama sekali terjadi sebuah
perusahaan yang memiliki kinerja manajerial yang kurang bagus.
Perusahaan yang superior dalam suatu industry seringkali memiliki
sumberdaya manajemen yang lebih bagus dibanding perusahaan yang lain
di industry yang sama. Perusahaan yang belum memiliki manajerial yang
bagus perlu pembelajaran internal (internal learning) melalui merger dengan
perusahaan lain apabila ingin memiliki keunggulan manajerial.
d. Sinergi teknologi
Sinergi teknologi bisa dicapai dengan memadukan keunggulan teknik
sehingga saling memetik manfaat. Sinergi teknologi dapat terjaddi misalnya
pada departemen riset dan pengembangan, departemen desain dan
engineering, proses manufacturing, departemen desain dan engineering dan
teknologi informasi.
e. Sinergi pemasaran
Perusahaan yang melakukan merger akan memperoleh manfaat dari
semakin luasnya dan terbukanya produk, bertambahnya lini produk yang
dipasarkan, dan semakin banyak produk yang dipasarkan, dan semakin
banyak konsumen yang dapat dijangkau.

3. Motif Diversifikasi

Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan


melalui merger dan akuisisi. Diversifikasi dimaksud untuk mendukung aktivitass
bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing. Akan tetapi
jika melakukan diversifikasi yang semakin jauh dari bisnis semula, maka
perusahaan tidak lagi berada pada koridor yang mendukung kompetensi ini (core
competence). Disamping memberikan manfaat seperti transfer teknologi dan
pengalokasian modal, diversifikasi juga membawa keugian yaitu adanya subsidi
silang.

4. Motif Strategis

6
Motif strategis juga termasuk dalam motif ekonomi karena aktivitas
penggabungan usaha diarahkan untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar
memberikan keunggulan kompetitif dalam industry. Penggabungan usaha juga
memiliki motif strategis jika dilakukan untuk mengendalikan perusahaan lain.
Pengendalian ini bisa dilakukan oleh sebuah perusahaan dengan mengakuisisi
supplier untuk menjamin suplai input.

5. Motif Politis

Motif politis sering dilakukan oleh pemerintah untuk memaksa perusahaan


BUMN atau swasta agar melakukan merger dan akuisis. Muatan politis ini
diambil untuk kepentingan masyarakat umum atau ekonomi secara makro. Alasan
pemerintah memerger bank-bank yang berada dibawah Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN) adalah untuk menghindari likuidasi dan merupakan
langkah politis untuk menyelamatkan perbankan nasional. Melalui merger
diharapkan bank-bank tersebut mampu beroperasi secara maksimal karena akan
memiliki struktur permodalan yang kuat dan selanjutnya bisa meningkatkan
kinerja bank.

6. Motif Non-Ekonomi

Aktivitas merger dan akuisis terkadang dilakukan bukan untuk


kepentingan ekonomi saja tetapi juga untuk kepentingan yang bersifat non-
ekonomi, seperti prestise dan ambisi. Motif non-ekonomi bisa berasal dari
manajemen perusahaan atau pemilik perusahaan.

a. Motif hubris hypothesis


Hipotesis ini menyatakan bahwa merger dan akuisis semata-mata
didorong oleh motif ketamakan dan kepentingan pribadi para eksekutif
perusahaan, dengan alasan menginginkan ukuran perusahaan yang lebih
besar. Dengan semakin besarnya perusahaan maka semakin besar
kompensasi yang akan diterima. Kompensasi yang akan diterima bukan
hanya berupa materi namun juga berupa pengakuan dan aktualisasi diri.
b. Ambisi pemilik
Adanya ambisi dari pemilik perusahaan untuk menguasai berbagai
sector bisnis. Menjadikan aktivitas merger dan akuisisi sebagai strategi

7
perusahaan untuk menguasai perusahaan-perusahaan yang ada untuk
membangun kerajaan bisnis. Hal ini biasanya terjadi dimana pemilik
perusahaan memiliki kendali pengambilan keputusan perusahaan.

2.4 MANFAAT DAN RISIKO PENGGABUNGAN USAHA


2.4.1. MANFAAT PENGGABUNGAN USAHA

Beberapa manfaat yang mungkin dihasilkan dari adanya proses merger


dan akuisis adalah sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan pengakuisisi dan yang diakuisisi:


a. Meningkatkan efisiensi melalui sinergi yang tercipta diantara
perusahaan yang demerger atau diakuisisi.
2. Bagi perusahaan pengakuisisi:
a. Memperluas portofolio jasa maupun produk yang ditawarkan yang akan
berakibat pada bertambahnya sumber pendapatan bagi perusahaan
pengakuisisi.
b. Memperkuat daya saing perusahaan.

2.4.2. RISIKO PENGGABUNGAN USAHA

Selain manfaat yang diperoleh, penggabungan usaha juga memiliki


beberapa kemungkinan resiko yang akan muncul sebagai hasil dari merger dan
akuisisi.

1. Bagi perusahaan pengakuisisi dan yang diakuisisi:


a. Perbedaan budaya (corporate culture), sistem dan prosedur yang
diterapkan di masing-masing perusahaan selama ini akan memerlukan
penyesuaian dengan waktu yang relative lama.
2. Bagi perusahaan pengakuisisi:
a. Beban operasional, terutama dalam jangka pendek, akan semakin
meningkat sebagai akibat dari proses penggabungan usaha.

2.5 METODE AKUNTANSI KOMBINASI BISNIS

8
Kombinasi bisnis pada umumnya terjadi dengan kepemilikan hak suara yang
memberikan hak pengendalian. Kepemilikan hak suara biasanya direalisasi dengan
perolehan ekuitas entitas lain, sebagai contoh, hak suara dalam entitas yang berbentuk
peseroan terbatas dinyatakan dalam kepemilikan saham biasa PSAK 22 revisi tahun
2010 mensyaratkan penerapan metode pembelian (purchase) atau metode akuasisi
untuk perolehan ekuitas entitas yang dimaksud. Pembahasan selanjutnya
mengasumsikan bahwa kombinasi bisnis terjadi diantara entitas yang berbentuk
peseroan terbatas melalui akuisisi saham biasa kecuali disebut khusus.

Kombinasi saham bisa berupa merger, konsolidasi dan akuisisi, perbedaan


diantara ketiganya yaitu :

1. Merger (Perusahaan A + Perusahaan B = Perusahaan A atau Perusahaan B)


adalah penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-
merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-
merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50%
saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang
sahamnya menerima, Marcus (1999:5)

2. Akuisisi (Perusahaan A + Perusahaan B = Perusahaan A dan Perusahaan B)


adalah pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham
atau aset perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. Brealey, Myers,
& Marcus, (1999:598).

3. Konsolidasi (Perusahaan A + Perusahaan B = Perusahaan C) adalah dua buah


perusahaan yang bergabung bubar demi hukum dan sebagai gantinya didirikan
suatu perusahaan dengan nama yang baru meskipun secara financial perusahaan
baru tersebut mengambil alih asset hak dan kewajiban dari 2 perusahaan yang
bubar tersebut.

Suatu akuisisi dapat dibiayai dengan kas atau saham. Akuisisi yang dibiayai
dengan kas dilakukan melaui pembayaran kas atau setara kas atau penerbit surat utang
kepada pemilik entitas target. Dengan pembayaran tersebut, pemilik lama entitas yang
diakuisisi akan meninggalkan entitas tersebut dan dan digantikan oleh entitas
pengakuisisi sebagai pemilik baru.pembiayaan akuisisi dengan saham dilakukan
dengan menerbitkan saham baru. Pembiayaan jenis ini dilakukan dengan menerbitkan

9
saham baru atau mengeluarkan kembali saham treasuri atau pembendaharaan yang
diberikan kepada pemilik lama entitas target.

Akuisisi yang dibiayai dengan saham menyebabkan pemilik lama entitas target
meninggalkan entitas tersebut, tetapi menjadi pemegang saham entitas pengakuisisi,
atau dengan kata lain, menjadi pemilik baru entitas pengakuisisi, (investor). Walaupun
secara hukum entitas pengakuisisi dan entitas target merupakan entitas yang berbeda,
tetapi secara ekonomi keduanya adalah satu. Dengan demikian, pada dasarnya pemilik
lama entitas target tetap memiliki hak suara dalam entitas target meskipun ia kini
terhitung sebagi pemegang saham entitas pengakuisisi. Karena itu, akuisisi tersebut
tidak memiliki dampak ekonomi terhadap pemilik lama entitas target.

2.5.1. HARGA AKUISISI

Nilai investasi pada tanggal akuisisi dicatat sebesar harga perolehan. Biaya
terkait akuisisi adalah biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi dalam rangka
kombinasi bisnis, yang meliputi biaya makelar, hukum, akuntansi, penilaian, dan
biaya profesional atau konsultasi lainnya; serta biaya administrasi umum,
termasuk biaya pemeliharaan departemen akuisisi internal yang dicatat sebagai
beban pada periode akuisisi. Khusus biaya pendaftaran serta penerbitan efek
utang dan efek ekuitas sesuai dengan PSAK 22 revisi 2010 diakui berdasarkan
ketentuan dalam PSAK 55 (revisi 2006 ) instrumen keuangan: pengakuan dan
pengukuran.

Contoh: Pada tanggal 1 januari 2012, PT. intiseka mengakuisisi saham


biasa PT. andaika sebanyak 4 juta lembar dengan harga per saham Rp 1.400.
pengeluaran-pengeluaran lain sehubungan dengan akuisisi tersebut antara lain:

- Biaya akuntan, perusahaan penilai, dan pihak independen lain yang terlibat
akuisisi Rp 200.000.000
- Pengeluaran sehubungan dengan surat menyurat Rp 15.000.000

Harga akuisisi dibayar dengan menerbitkan saham PT. intiseka sebanyak 2


juta lembar dengan nilai nominal Rp 2.000 dan harga pasar Rp 2.800 per lembar.
Saham ini diberikan kepada pemilik lama 4 juta lembar saham PT. andaika.
Biaya konsultan dan pengeluaran lainnya dibayar per kas tunai.

10
Dengan demikian harga perolehannya adalah 4 juta lembar x Rp 1.400 per
saham = Rp 5,6 miliar, yang merupakan nilai investasi pada tanggal 1 januari
2012 transaksi ini dicatat sebagai berikut:

Investasi dalam saham biasa Rp 5.600.000.000


Beban Rp 215.000.000
Saham biasa (2 juta x Rp 2 ribu) Rp 4.000.000.000
Tambahan modal disetor Rp 1.600.000.000
Kas Rp 215.000.000

Akuisisi saham akan diakui dengan registrasi saham. Biaya registrasi


saham pada dasarnya merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket
dengan harga akuisisi. Biaya langsung yang tidak satu paket dengan transaksi
akuisisi diperlakukan sebagai pengurang tambahan modal disetor. Dalam
transaksi akuisisi diatas, misalkan perusahaan mencatat saham dengan biaya Rp
100 juta per kas, PT. intiseka akan mencatat ayat jurnal sebagai berikut:

Tambahan modal disetor Rp 100.000.000


Kas Rp 100.000.000

Jadi tambahan modal disetor PT. intiseka berkurang sebesar Rp 100 juta
akibat pencatatan saham PT. andaika yang diakuisisi tersebut.

2.5.2. GOODWILL DAN DISKON PEMBELIAN

Goodwill merupakan selisih lebih harga akusisi dengan nilai wajar ekuitas
yang diakuisasi PSAK 22 menyatakan goodwill dialokasikan ke pihak
pengendali (perusahaan induk) dan kepentingan nonpengendali. Dengan
demikian, nilai goodwill adalah selisih lebih dari penjumlahan harga ekuitas
yang diakusisi dan harga wajar pepentingan nonpengendali, dengan total nilai
wajar kekayaan entitas yang diakuisisi:

Harga entitas yang diakuisisi Rp xxx


Harga wajar kepentingan non-pengendali Rp xxx
Total harga wajar Rp xxx
Total nilai wajar entitas yang diakuisis (Rp xxx)
Goodwill Rp xxx

11
Kadang kala, pihak pengkuisisi melakukan pembelian dengan diskon,
yaitu suatu kombinasi bisnis di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang
diakuisisi dan harga wajar kepintingan nonpengendalian lebih kecil dan nilai
wajar total ekuitas yang diakusisi. Hal ini mengidentifikasi adanya diskon
pembelian yang menjadi keuntungan bagi pihak pengakuisisi.

Sebelum mengakui kentungan dari pembelian dengan diskon, pihak


pengakuisisi menilai kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat
seluruh aset yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih, serta mengakui
setiap aset atau liabilitas tambahan yang dapat diidentifikasi dalam pengkajian
kembali tersebut.

Jika selisih lebih nilai wajar entitas yang diakuisisi tetap ada, pihak
pengkuisisi mengakui keutungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada
tanggal akusisi. Keutungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.

2.6 PEMBUKUAN ENTITAS PENGAKUISISI SETELAH KOMBINASI BISNIS

Prosedur akutansi investasi pihak pengkuisisi dalam ekuitas entitas yang


diakuisisi dalam banyak hal dilakukan sesuai dengan PSAK 15 (revisi 2009): Investasi
dalam entitas asosiasi yang mensyarakat penerapan metode ekuitas. Menurut metode
ekuitas, investasi pada awalnya dicatat sebesar biaya diperoleh dan jumlah tercatat
tersebut ditambah atau dikurangi untuk mengakui bagian investor, yang dalam hal ini
adalah pihak pengakuisisi, atas laba atau rugi invesestee (entitas yang diakuisisi)
setelah tanggal peroleh. Bagian investor atas laba/rugi investee dicacat sebagai
pendapat investasi, dengan ayat jurnal berikut:

Investasi dalam ekuitas Rp xxx


Pendapatan investasi Rp xxx

Distribusi laba atau dividen (kecuali dividen saham) yang diterima dari investee
mengurangi nilai tercatat investasi yang dicacat investor sebagai berikut:

Piutang dividen Rp xxx


Investasi dalam ekuitas Rp xxx

12
Karena itu, nilai investasi dalam metode ekuitas mengalami perkembangan sesuai
dengan perkembangan entitas investee dengan persamaan sebagai berikut:

Investasi akhir = investasi awal + pendapatan investasi- Dividen investee

PSAK 15 revisi 2009 juga masyarakat penyusuaian terhadap nilai tercatat


investasi jika pendapat perubahan proporsi bagian investor atas yang timbul dari
pendapatan comprehensive lainnya bagi investee. Investor akan mencatat:

Investasi dalam ekuitas Rp xxx


Pendapatan comprehensive lainnya Rp xxx

13
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Penggabungan usaha (business combination) secara umum adalah penyatuan


dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu
perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali atas aktiva dan
operasi perusahaan lain. Terdapat tiga jenis penggabungan badan usaha yaitu merger,
akuisisi, dan konsolidasi. Penggabungan badan usaha ini secara singkatnya dilatar
belakangi oleh motif ekonomi dan motif non-ekonomi. Selain mendapat manfaat, juga
terdapat risiko yang kemungkinan dapat terjadi dari adanya penggabungan badan
usaha ini. Dalam metode akuntansi yang digunakan pada akuisisi telah diatur
sedemikian rupa mulai dari perhitungan harga akuisisi sampai dengan diskon
pembelian dan goodwill, serta pencatatan jurnal yang perlu dilakukan.

3.2 SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan pembaca


mengenai penggabungan badan usaha atau menurut PSAK yang telah direvisi disebut
dengan kombinasi bisnis. Tidak dapat dipungkiri bahwasannya terdapat kekurangan
dalam makalah ini. Jadi dianjurkan bagi para pembaca untuk juga mencari referensi
lain selain dari makalah ini.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI). 2010. Kombinasi Bisnis. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No.22. Dilihat 30 April 2020.
<https://staff.blog.ui.ac.id/martani/pendidikan/psak-ifrs-forum/>

Muldiani, Wulandari. 2012. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum


Dan Setelah Akuisisi: Pada Perusahaan Pengakuisisi Periode 2008 Sektor
Pertambangan Yang Terdaftar Di BEI. Tugas Akhir. Program Diploma III. Jurusan
Akuntansi. Politeknik Negeri Bandung.

Netus, Zero. 2015. Akuntansi Kombinasi Bisnis. Dilihat 30 April 2020.


https://www.academia.edu/25231795/Akuntansi_Kombinasi_Bisnis

15

Anda mungkin juga menyukai