Oleh
Oleh:
1. Analia Indriyani (17441383)
2. Anisa Ul’hasanah (17441378)
3. Ina Diah Arumaisya (17441498)
4. Wahyu Ariwardani (17441481)
5. Aldo Agung Saputra (17441363)
PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar,
serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai “Kerangka konseptual dan
sistem pemerintahan”.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada Ibu Erny Prasetyaningsih, SE.M.Si yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami bisa mengerti tentang mata kuliah Sistem Akuntansi
Pemerintahan khususnya materi kerangka konseptual dan sistem pemerintahan. Selain itu kami
ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu
kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang membangun untuk
penyempurnaannya dan berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
1.3. Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................3
BAB III..........................................................................................................................................26
PENUTUP.....................................................................................................................................26
3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................26
3.2. Saran................................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
sebagai pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP ini terbit maka akan diikuti
dengan aturan-aturan pelakanaannya baik berupa Peraturan Menteri Keuangan untuk
pemerintah pusat maupun Peraturan Menteri DalamNegeri untuk pemerintah daerah. Ada
yang berbedaa ntara PP 71 tahun 2010 inidengan PP-PP lain.
1
Lampiran I berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan tetap segera diterapkan oleh
setiap entitas (startegi pentahapan pemberlakuan akan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri
Keuangan dan Menteri Dalam Negeri).
Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk
menerapkan SAP berbasis Akrual. Dengan kata lain, lampiran II merupakan lampiran
yang memuat kembali seluruh aturan yang ada pada PP 24 tahun 2005 tanpa perubahan
sedikiti pun.
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja kerangaka konseptual sistem akuntansi pemerintahan.
2. Untuk mengetahui apa tujuan penyusunan sistem akuntansi pemerintahan.
3. Untuk mengetahui apa dasar hukum sistem akuntansi pemerintahan.
4. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum pelaksanaan sistem akuntansi sektor
publik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sistem Pemerintahan Otonomi dan Transfer Pendapatan Antarpemerintah
Secara substansial, terdapat tiga lingkup pemerintahan dalam sistem pemerintahan
Republik Indonesia, yaitu pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota. Pemerintah yang lebih luas cakupannya memberi arahan pada
pemerintahan yang cakupannya lebih sempit. Adanya pemerintah yang menghasilkan
pendapatan pajak atau bukan pajak yang lebih besar mengakibatkan diselenggarakannya
sistem bagi hasil, alokasi dana umum, hibah, atau subsidi antarentitaspemerintahan.
4
Anggaran Sebagai Pernyataan Kebijakan Publik, Target Fiskal, dan Alat
Pengendalian
Anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif
dan legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatanpemerintah dan
pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan
yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atausurplus. Dengan demikian,
anggaran mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi landasan bagi
upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh pemerintah untuk suatu periode tertentu
yang biasanya mencakup periode tahunan. Namun, tidak tertutup kemungkinan
disiapkannya anggaran untuk jangka waktu lebih atau kurang dari satu tahun. Dengan
demikian, fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam
akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena:
Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.
Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja,
pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.
Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum.
Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.
Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah sebagai
pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.
5
Penyusutan Aset Tetap
Aset yang digunakan pemerintah, kecuali beberapa jenis aset tertentu seperti tanah,
mempunyai masa manfaat dan kapasitas yang terbatas. Seiring dengan penurunan kapasitas
dan manfaat dari suatu aset dilakukan penyesuaian nilai.
6
Pemerintah pusat
Pemerintah daerah
Masing-masing kementerian negara/lembaga di lingkungan pemerintah pusat
Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keuangan.
Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan,
pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan
misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas
pelaporan lainnya.
7
generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran
tersebut.
Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya
ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.
8
Dasar Hukum Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain:
Undang-Undang Dasar 1945, khususnya bagian yang mengatur keuangan negara;
Undang-Undang di bidang keuangan negara;
Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan peraturan daerah
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah, khususnya
yang mengatur keuangan daerah;
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah;
Peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah; dan
Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan pusat dan
daerah.
Asumsi Dasar
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah anggapan
yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat
diterapkan, yang terdiri atas:
Asumsi kemandirian entitas
Asumsi kemandirian entitas, berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit
yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga
tidak terjadi kekacauan antarunit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah
satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitasuntuk menyusun
anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh. Entitas bertanggung
jawab atas pengelolaan aset dan sumber daya di luar neracauntuk kepentingan yurisdiksi
tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya
dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta terlaksana atau tidak
terlaksananya program yang telah ditetapkan.
Asumsi kesinambungan entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut
keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak bermaksud
melakukanlikuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement)
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan
dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya
analisis dan pengukuran dalam akuntansi.
9
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Karakteristiknya yaitu rellevan, handal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.
10
Keseimbangan antarkarakteristik kualitatif.
Keseimbangan antarkarakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu
keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi
oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan relatif antarkarakteristik dalam berbagai
kasus berbeda, terutama antara relevansi dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan
antara dua karakteristik kualitatif tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional.
Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah
ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.
11
Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) meliputi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. CaLK juga
mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan
dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.
Keandalan Pengukuran
Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai uang akibat peristiwa atau
kejadian yang dapat diandalkan pengukurannya. Namun ada kalanya pengakuan
didasarkan pada hasil estimasi yang layak. Apabila pengukuran berdasarkan biaya dan
12
estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan, maka pengakuan transaksi demikian cukup
diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
Penundaan pengakuan suatu pos atau peristiwa dapat terjadi apabila kriteria
pengakuan baru terpenuhi setelah terjadi atau tidak terjadi peristiwa atau keadaan lain di
masa mendatang.
Pengakuan Aset
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Sejalan
dengan penerapan basis akrual, aset dalam bentuk piutang atau beban dibayar di muka
diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya
dari entitas lain telah atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau
diestimasi.
Aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah antara lain bersumber dari pajak,
bea masuk, cukai, penerimaan bukan pajak, retribusi, pungutan hasil pemanfaatankekayaan
negara, transfer, dan setoran lain-lain, serta penerimaan pembiayaan, seperti hasil
pinjaman. Proses pemungutan setiap unsur penerimaan tersebut sangat beragam dan
melibatkan banyak pihak atau instansi. Dengan demikian, titik pengakuan penerimaan kas
oleh pemerintah untuk mendapatkan pengakuan akuntansi memerlukan pengaturan yang
lebih rinci, termasuk pengaturan mengenai batasan waktu sejak uang diterima sampai
penyetorannya ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Aset tidak diakui jika pengeluaran
telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah
setelah periode akuntansi berjalan.
Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi
akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan
perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur
dengan andal. Sejalan dengan penerapan basis akrual, kewajiban diakui pada saat dana
pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.
Pengakuan Pendapatan
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada
aliran masuk sumber daya ekonomi. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.
13
pengeluaranpengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan (diterbitkannya SP2D-GU).
14
Perubahan sistem politik, sosial, dan kemasyarakatan serta ekonomi yang dibawa
oleh ars reformasi telah menimbulkan tuntutan terhadap pengelolaan pemerintah yang baik.
Tuntutan ini perlu dipenuhi dan disadari langusng oleh para manajer pemerintah daerah.
Seiring dengan PP No 105/2000 yang diganti menjadi PP No 58/2005 mensyaratkan perlu
dilakukannya pertanggungjawaban dalam bentuk laporan keuangan (neraca daerah, arus
kas, dan realisasi anggaran) oleh kepala daerah. Sehingga menuntut kemampuan
manajemen pemerintah daerah untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien dan
efektif. Sistem akuntansi dijalankan oleh para bendaharawan dan bagian keuangan Pemda.
Sebagaimana dirasakan saat ini, Kepmendagri No 29/2002, secara prinsip tidak
sesuai serta sinkron lagi dengan semangat dari undang undang No 32/2004 yang berlaku,
sebagaimana yang diubah dengan Perpu No 3/2005. Untuk mengantisispasi berbagai aspek
yang diatas dalam UU No 32/2004, pemerintah mengesahkan Permendagri No 13/2006
sebagai pengganti Kepmendagri No 29/2002. Selain Permendagri No 13/2006 ini sebagai
pengganti Kepmendagri No 29/2002 tentang pengurusan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keangan daerah serta tata cara penyusunan aanggaran pendapatan dan belanja
daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhituangan anggaran
pendapatan dan belanja daerah, Permendagri No 13/2006 juga merupakan tindak lanjut
dari pasal 155 Peraturan Pemerintah Menteri Dalama Negri tentang pedoman pengelolaan
keuangan daerah.
Melalui Permendagri No 13/2006, impelentasi paradigma baru yang berorientasi
pada prestasi kinerja diterapkan dalam penyusunan APBD, sistem akuntansi, dan
pengelolaan keuangan daerah.
Bagan alir
Proses Penyusunan APBD (Permendagri No 13/2006)
15
Penyusunan KUA & PPAS Penyusunan Reparda APBD Penetapan Perda APBD
RKPDD
Penyusunan Persetujuan bersama
-Nota kesepakatan –
KUA dan PPA Pembatal
Pemda
Reparda APBD (A4) an Perda
APBD
APBD (A8)
(A7)
16
2.3. Dasar Hukum Sistem Akuntansi Pemerintahan
Penyelenggaraan pemerintah ditujukan untuk mengoordinasikan pelaksanaan hak
dan kewajiban warga negara dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara.
Pengelolaan keuangan negara, baik keuangan pusat dan keuangan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945, pperlu dilaksanakan secara professional,
terbuka, dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kmakmuran rakyat.
Dasar Hukum Keuangan Negara
Keuangan negara dapat diinterpretasikan sebagai pelaksaan hak dan kewajiban warga yang
dapat dinilai dengan uang dalam kerangka tata cara penyelenggaraan pemerintah.
17
Dasar Hukum Keuangan Daerah
Didasarkan pada prinsip otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas dan
tanggung jawab yang nyata pada pemerintah daerah seacara proporsional. Kriteria
keberhasilan pelaksanaan sistem ini adalah tertampungnya aspirasi semua warga dan
berkembangnya partisipasi masyarakat dalam proses pertanggung jawaban eksplorasi
sumber daya yang ada dan pengembangan sumber-sumber pembiayaan. Tujuan
pembentukan daerah otonomi adalah peningkatan daya guna penyelenggaraan pemerintah
untuk melayani masyarakat dan melaksakan program pembangunan. Daerah otonom
berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasar aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
18
2. Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 1975 tentang penyusunan APBD, Pelaksanaan
Tata Usaha Keuangan Daerah dan penyusunan Perhitungan APBD.
3. Keputusan Menteri dalam Negeri No.900-099 Tahun 1980 tentang manual
Administrasi Keuangan Daerah
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan APBD
5. UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah
6. Keputusan Menteri dalam Negeri No.3 Tahun 1999 tentang Bentuk dan susunan
perhitungan APBD.
Berdasarkan peraturan diatas, karakter pengelolaan keuangan daerah di era pra-reformasi
dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pengertian Pemerintah Daerah adalah DPRD (Pasal 13 ayat 1 UU No.5 Tahun 1975)
2. Perhutungan APBD berdiri sendiri dari pertanggungjawaban kepala daerah (Pasal 33
Peraturan Pemerintah No.6 tahun 1975)
3. Bentuk laporan perhitungan APBD terdiri atas:
- Perhitungan APBD
- Nota Perhitungan
- Perhitungan kas dan pencocokan antara sisa kas dan sisa perhitungan
perlengkapan dengan lampiran ringkasan perhitungan pendapatan dan belanja (PP
No.6 Tahun 1975 dan Keputusan Mendagri No.3 Tahun 1999)
4. Pinjaman, baik pinjaman Pemda maupun pinjaman BUMN, diperhitungkan sebagai
pendapatan pemerintah daerah yang dalam struktur APBD
5. Unsur-unsur yang terlibat dalam penyusunan APBD hanyalah pemerintah daerah
yang terdiri atas kepala daerah dan DPRD, belum melibatkan masyarakat
6. Indikator kinerja Pemerintah Darerah mencangkup:
- Perbandingan antara anggaran dan realisasinya
- Perbandingan antara standar biaya dengan realisasinya.
- Target dan presentase fisik proyek yang tercantum dalam penjabaran perhitungan
APBD (PP No.6 Tahun 1975 tentang Cara penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD).
- Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah dan Laporan
Perhitungan APBD, baik yang dibahas DPRD maupun yang tidak dibahas DPRD,
tidak memiliki konsekuensi terhadap masa jabatan kepala daerah.
19
Undang-undang yang dibuat untuk mewujudkan otonomi daerah yang lebih luas. Sebagai
penjabaran otonomi tersebut di bidang administrasi keuangan daerah, berbagai peraturan
perundangan yang lebih operasional dalam era reformasi pun dikeluarkan. Beberapa
regulasi yang relevan adalah :
1. Undang-undang Perbendaharaan Indonesia (Indische Comptabiliteitswet Staastsblad
Tahun 1925 No 448), sebagaimana telahh beberapa kali diubah dan yang terakhir
diubah dengan Undang-undang No 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1968 No 53).
2. Undang-undang No 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaga Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 No 75 dan Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia
No 3851).
3. Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom (Lembaran Negara Republik Indonesai
Tahun 2000 No 54 dan Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia No 3952).
4. Peraturan Pemerintah No 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan.
5. Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 No 202 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No 4022).
6. PeraturanPemerintah No 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam rangka Pelaksanaan Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan.
7. Peraturan Pemerintah No 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah.
8. Peraturan Pemerintah No 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban
Kepala Daerah.
9. Peraturan Pemerintah No 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Daerah.
10. Peraturan Pemerintah No 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala
Daerah.
11. Keputusan Presiden No 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Lembaga Negara Republik Indonesia No 3930).
12. Suurat Edaran Menteri dalam Negeri dan Otonomi Daerah Tanggal 17 November
2000 No 903/2735/SJ tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Pelaksanaan APBD
Tahun anggaran 2001.
13. Keputusan Presiden No 228/M Tahun 2002.
14. Kepmendagri No 29 Tahun 2002 tentang Pedoman dan Pengurusan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
20
2. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dalam pelaksanaan dekonsentrasi,
tugas pembantuan, dan desentralisasi sebagaimana dimuat dalam Undang-undang No
25 Tahun 1999 Bab IV, V dan VI.
3. Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta perhitungan atas
APBD sebagaimana dimaksud dalam UU No 25 Tahun 1999.
4. Mendapat dana perimbangan berupa dana alokasi umum dan dana alokasi khususs
sebagaimana diatur dalam UU No 25 Tahun 1999 dan PP No 104 Tahun 2000
tentang Dana Perimbangan.
5. Melakukan pinjaman daerah sebagaimana diatur dalam PP No 107 Tahun 2000
tentang Pinjaman Daerah.
Profesionalitas
21
Proporsionalitas
Pengelolaan
Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Keuangan Negara
negara dan daerah
22
Penerapan UU No 17 Tahun 2003 sebagai Sinergi Pembangunan
Penerapan Sistem Akuntansi Akrual
Peningkatan Pengelolaan
Keuangan Daerah
Kesejahteraan Masyarakat
UU No 17 Tahun 2003
23
Kelemahan sistem akuntansi berbasis kas adalah: informasi yang lebih kompleks
yang sebenarnya dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan tidak dapat disediakan oleh
sistem akuntansi berbasis kas, relevansi laporan keuangan bagi para pengambil keputusan
sangat sedikit karena basis kas hanya berfokus pada arus kas dan mengabaikan arus sumber
daya lainnya, dan pertanggungjawaban ke public terbatas pada penggunaan kas dan tidak
mencantumkan pertanggungjawaban atas pengelolaan aktiva lainnya serta utang atau
kewajiban.
Kondisi di Lapangan
No Basis Sistem Cash Cash Modified Accrual Accrual
Modified
1 2000-2002 Resistensi Dukungan Dukungan SK IPSAS-IFAC
sistem yang Kemendagri No Menkeu No 42 pengalaman
lama 29 Tahun 2002 Tahun 2002 internasional
24
2 2002-2003 Ditinggalkan Alternative Alternative
karena PP No sukses riset sukses riset
105 Tahun akrual akrual, namun
2002 praktik
ppemerintah
pusat tetap
bertahan
3 2004 Dihapus karena Dominasi idem UU No 17
UU No 17 kesuksesan Tahun 2003
Tahun 2013 akrual menyebar menetapkan
orientasi
internasional
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kerangka Konseptual merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan
pengembangan SAP yang selanjutnya dapat disebut standar. Tujuannya adalah sebagai
acuan bagi penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya, penyusun laporan keuangan
25
dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar, pemeriksa
dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan
standar dan para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan
pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar.
Perubahan sistem politik, sosial, dan kemasyarakatan serta ekonomi yang dibawa
oleh arus reformasi telah menimbulkan tuntutan terhadap pengelolaan pemerintah yang
baik. Sehingga menuntut kemampuan manajemen pemerintah daerah untuk
mengalokasikan sumber daya secara efisien dan efektif. Hal inilah yang menjadi tujuan
penyusunan sistem akuntansi pemerintahan (SAP).
Pelaksanaan sistem akuntansi pemerintahan untuk masa lalu dan masa sekarang serta
bagaimana kondisi yang diharapkan sangat berbeda. Sistem akuntansi atau penatausahaan
Keuangan Daerah yang berlaku pada masa lalu dan saat ini tercermin dalam perhitungan
APBD menggunakan sistem pembukuan tunggal yang berbasis kas. Sedangkan kondisi
yang diharapkan yaitu penggunaan basis akrual.
3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat dipelajari dan dapat digunakan semestinya. Karena
makalah ini jauh dari kata sempurna maka kami menerima saran dari pembaca untuk
pembuatan makalah selanjutnya yang bertema tentang kasus kesahpahaman komunikasi
yang terjadi dalam bisnis. Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada para pembaca,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2011. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat: Jakarta.
26
Ode, Riski Amalia. Makalah Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
https://www.academia.edu/25233565/MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERI
NTAHAN_SAP. (22 Maret 2020)
27