Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Kerangka Konseptual dan Sistem Pemerintahan

Oleh

Oleh:
1. Analia Indriyani (17441383)
2. Anisa Ul’hasanah (17441378)
3. Ina Diah Arumaisya (17441498)
4. Wahyu Ariwardani (17441481)
5. Aldo Agung Saputra (17441363)

Dosen Pengampu :Erny Prasetyaningsih, SE.M.Si.

PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO


2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya, kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar,
serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai “Kerangka konseptual dan
sistem pemerintahan”.
Terima kasih juga kami sampaikan kepada Ibu Erny Prasetyaningsih, SE.M.Si yang telah
memberikan tugas ini sehingga kami bisa mengerti tentang mata kuliah Sistem Akuntansi
Pemerintahan khususnya materi kerangka konseptual dan sistem pemerintahan. Selain itu kami
ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu
kami berharap kepada pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang membangun untuk
penyempurnaannya dan berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Ponorogo, 22 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................................................iii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................2

1.3. Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..............................................................................................................................3

2.1. Kerangka Konseptual........................................................................................................3

2.2. Tujuan Penyusunan Sistem Akuntansi Pemerintahan.....................................................14

2.3. Dasar Hukum Sistem Akuntansi Pemerintahan..............................................................17

2.4. Gambaran Umum Pelaksanaan Sistem Akuntansi Pemerintahan...................................24

BAB III..........................................................................................................................................26

PENUTUP.....................................................................................................................................26

3.1. Kesimpulan.....................................................................................................................26

3.2. Saran................................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Akuntansi dikelompokan dalam beberapa konsentrasi keilmuan, Kusnadi, dkk (1999)
mengelompokan akuntansi menjadi 11 bidang, yaitu : Akuntansi keuangan, Pemeriksaan,
Akuntansi Biaya, Akuntansi Manajemen, Akuntansi Perpajakan, Sistem Akuntansi,
Akuntansi Anggaran, Akuntansi Internatsional, Akuntansi Non Profit, Akuntansi Sosial,
Instruksi Akuntansi.

Berapapun banyaknya pemabagian konsentrasi akuntansi, sebenarnya


hanyabermuara pada 2 kelompok akuntansi, yaitu akuntansi komersial dan akuntansi
pemerintahan. Sebagian orang mengelompokanya sebagai akuntansi sektor publik, tetapi
untuk kosistensi bahasa dalam artikel ini penulis hanya dapat menyebutkannya dengan
istilah akuntansi pemerintahan.

Gagasan perlunya standard akuntansi pemerintahan sebenarnya sudah lama ada,


namun baru pada sebatas wacana. Seiring dengan berkembangnya akuntansi disektor
komersil yang dipelopori dengan dikeluarkannya Standar Akuntansi Keuangan oleh Ikatan
Akuntansi Indonesia (1994), Kebutuhan standard akuntansi pemerintahan kembali
menguat. Oleh karena itu Badan Akuntansi Keuangan Negara (BAKUN), Departemen
Keuangan mengembangkan standard akuntansi.

Setelah mengalami proses yang panjang, Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)


yang telah lama dinantikan oleh berbagai pihak telah ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah (PP SAP), yang kemudian PP ini diganti dengan PP no. 71 tahun 2010. Dengan
ditetapkannya PP SAP maka untuk pertama kali Indonesia memiliki standart akuntansi
pemerintahan. Menandai dimulainya Implementasi Standar AKuntansi Pemerintah, Wakil
Presiden RI meluncurkan Standar Akuntansi Pemerintahan di Istana Wakil Presiden pada
tanggal 6 Juni 2005. Acara ditandai dengan penyerahan Standar Akuntansi Pemerintahan
Kepada Ketua BPK, Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negri, Gubernur DKI Jakarta,
Bupati Toli-Toli, dan Walikota Pangkal Pinang. Dalam sambutannya Wakil Presiden
menyatakan keharusan implementasi SAP bagi pemerintah pusat dan Daerah.

Pada tahun 2010 terbit PP 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah
sebagai pengganti PP 24 tahun 2005. Diharapkan setelah PP ini terbit maka akan diikuti
dengan aturan-aturan pelakanaannya baik berupa Peraturan Menteri Keuangan untuk
pemerintah pusat maupun Peraturan Menteri DalamNegeri untuk pemerintah daerah. Ada
yang berbedaa ntara PP 71 tahun 2010 inidengan PP-PP lain.

1
Lampiran I berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan tetap segera diterapkan oleh
setiap entitas (startegi pentahapan pemberlakuan akan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri
Keuangan dan Menteri Dalam Negeri).

Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap untuk
menerapkan SAP berbasis Akrual. Dengan kata lain, lampiran II merupakan lampiran
yang memuat kembali seluruh aturan yang ada pada PP 24 tahun 2005 tanpa perubahan
sedikiti pun.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja Kerangka Konseptual Sistem Akuntansi Pemerinntahan?
2. Apa Tujuan Penyusunan Sistem Akuntansi Pemerintahan?
3. Apa Dasar Hukum Sistem Akuntansi Pemerintahan?
4. Bagaimana Gambaran Umum Pelaksanaan Sistem Akuntansi Sektor Publik?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja kerangaka konseptual sistem akuntansi pemerintahan.
2. Untuk mengetahui apa tujuan penyusunan sistem akuntansi pemerintahan.
3. Untuk mengetahui apa dasar hukum sistem akuntansi pemerintahan.
4. Untuk mengetahui bagaimana gambaran umum pelaksanaan sistem akuntansi sektor
publik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kerangka Konseptual


Lingkungan Akuntansi Pemerintahan
Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap karakteristik
tujuan akuntansi dan pelaporan keuangannya. Ciri-ciri penting lingkungan pemerintahan
yang perlu dipertimbangkan dalam menetapkan tujuan akuntansi dan pelaporan keuangan
adalah sebagai berikut:
a. Ciri utama struktur pemerintahan dan pelayanan yang diberikan:
 bentuk umum pemerintahan dan pemisahan kekuasaan.
 sistem pemerintahan otonomi dan transfer pendapatan antarpemerintah.
 pengaruh proses politik.
 hubungan antara pembayaran pajak dengan pelayanan pemerintah..
b. Ciri keuangan pemerintah yang penting bagi pengendalian:.
 anggaran sebagai pernyataan kebijakan publik, target fiskal, dan sebagai alat
pengendalian.
 investasi dalam aset yang tidak langsung menghasilkan pendapatan.
 kemungkinan penggunaan akuntansi dana untuk tujuan pengendalian; dan.
 Penyusutan nilai aset sebagai sumber daya ekonomi karena digunakan dalam
kegiatan operasional pemerintahan.

Bentuk Umum Pemerintahan dan Pemisahan Kekuasaan


Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berasas Pancasila, kekuasaan ada
di tangan rakyat sesuai dengan sila keempat. Rakyat mendelegasikan kekuasaan kepada
pejabat publik melalui proses pemilihan. Sejalan dengan pendelegasian kekuasaan ini
terdapat pemisahan wewenang di antara eksekutif, legislatif, yudikatif, dan penyelenggara
negara lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945. Sistem ini
dimaksudkan untuk mengawasi dan menjaga keseimbangan terhadap kemungkinan
penyalahgunaan kekuasaan di antara penyelenggara negara.

Sebagaimana berlaku dalam lingkungan keuangan negara, pemerintah menyusun


anggaran dan menyampaikannya kepada DPR/DPRD untuk mendapatkan persetujuan.
Setelah mendapat persetujuan, pemerintah melaksanakannya dalam batas-batas apropriasi
dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan apropriasi
tersebut. Pemerintah bertanggung jawab atas penyelenggaraan keuangan tersebut kepada
DPR/DPRD.

3
Sistem Pemerintahan Otonomi dan Transfer Pendapatan Antarpemerintah
Secara substansial, terdapat tiga lingkup pemerintahan dalam sistem pemerintahan
Republik Indonesia, yaitu pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota. Pemerintah yang lebih luas cakupannya memberi arahan pada
pemerintahan yang cakupannya lebih sempit. Adanya pemerintah yang menghasilkan
pendapatan pajak atau bukan pajak yang lebih besar mengakibatkan diselenggarakannya
sistem bagi hasil, alokasi dana umum, hibah, atau subsidi antarentitaspemerintahan.

Pengaruh Proses Politik


Salah satu tujuan utama pemerintah adalah meningkatkan kesejahteraan seluruh
rakyat. Sehubungan dengan itu, pemerintah berupaya untuk mewujudkan
keseimbanganfiskal dengan mempertahankan kemampuan keuangan negara yang
bersumber dari pendapatan pajak dan sumber-sumber lainnya guna memenuhi kebutuhan
masyarakat. Salah satu ciri yang penting dalam mewujudkan keseimbangan tersebut adalah
berlangsungnya proses politik untuk menyelaraskan berbagai kepentingan yang ada di
masyarakat.

Hubungan antara Pembayaran Pajak dan Pelayanan Pemerintah


Walaupun dalam keadaan tertentu pemerintah memungut secara langsung atas
pelayanan yang diberikan, pada dasarnya sebagian besar pendapatan pemerintah bersumber
dari pungutan pajak dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Jumlah
pajak yang dipungut tidak berhubungan langsung dengan pelayanan yang diberikan
pemerintah kepada wajib pajak. Pajak yang dipungut dan pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah mengandung sifat-sifat tertentu yang wajib dipertimbangkan dalam
mengembangkan laporan keuangan, antara lain sebagai berikut:
 Pembayaran pajak bukan merupakan sumber pendapatan yang sifatnya suka rela.
 Jumlah pajak yang dibayar ditentukan oleh basis pengenaan pajak sebagaimana
ditentukan oleh peraturan perundang-undangan, seperti penghasilan yang diperoleh,
kekayaan yang dimiliki, aktivitas bernilai tambah ekonomis, atau nilai kenikmatan yang
diperoleh.
 Efisiensi pelayanan yang diberikan pemerintah dibandingkan dengan pungutan yang
digunakan untuk pelayanan dimaksud sering sukar diukur sehubungan denganmonopoli
pelayanan oleh pemerintah. Dengan dibukanya kesempatan kepada pihak lain untuk
menyelenggarakan pelayanan yang biasanya dilakukan pemerintah, seperti layanan
pendidikan dan kesehatan, pengukuran efisiensi pelayanan oleh pemerintah menjadi lebih
mudah.
 Pengukuran kualitas dan kuantitas berbagai pelayanan yang diberikan pemerintah adalah
relatif sulit.

4
Anggaran Sebagai Pernyataan Kebijakan Publik, Target Fiskal, dan Alat
Pengendalian
Anggaran pemerintah merupakan dokumen formal hasil kesepakatan antara eksekutif
dan legislatif tentang belanja yang ditetapkan untuk melaksanakan kegiatanpemerintah dan
pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut atau pembiayaan
yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit atausurplus. Dengan demikian,
anggaran mengkoordinasikan aktivitas belanja pemerintah dan memberi landasan bagi
upaya perolehan pendapatan dan pembiayaan oleh pemerintah untuk suatu periode tertentu
yang biasanya mencakup periode tahunan. Namun, tidak tertutup kemungkinan
disiapkannya anggaran untuk jangka waktu lebih atau kurang dari satu tahun. Dengan
demikian, fungsi anggaran di lingkungan pemerintah mempunyai pengaruh penting dalam
akuntansi dan pelaporan keuangan, antara lain karena:
 Anggaran merupakan pernyataan kebijakan publik.
 Anggaran merupakan target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja,
pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkan.
 Anggaran menjadi landasan pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum.
 Anggaran memberi landasan penilaian kinerja pemerintah.
 Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah sebagai
pernyataan pertanggungjawaban pemerintah kepada publik.

Investasi dalam Aset yang Tidak Langsung Menghasilkan Pendapatan


Pemerintah menginvestasikan dana yang besar dalam bentuk aset yang tidak secara
langsung menghasilkan pendapatan bagi pemerintah, seperti gedung perkantoran,jembatan,
jalan, taman, dan kawasan reservasi. Sebagian besar aset dimaksud mempunyai masa
manfaat yang lama sehingga program pemeliharaan dan rehabilitasi yang memadai
diperlukan untuk mempertahankan manfaat yang hendak dicapai. Dengan demikian, fungsi
aset dimaksud bagi pemerintah berbeda dengan fungsinya bagi organisasi komersial.
Sebagian besar aset tersebut tidak menghasilkan pendapatan secara langsung bagi
pemerintah, bahkan menimbulkan komitmen pemerintah untuk memeliharanya di masa
mendatang.

Kemungkinan Penggunaan Akuntansi Dana untuk Tujuan Pengendalian


Akuntansi Dana (Fund Accounting) adalah sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
yang lazim diterapkan di lingkungan pemerintah yang memisahkan kelompok dana
menurut tujuannya, sehingga masing-masing merupakan entitas akuntansi yang mampu
menunjukkan keseimbangan antara belanja dan pendapatan atau transfer yang diterima.
Akuntansi dana dapat diterapkan untuk tujuan pengendalian masing-masing kelompok
dana selain kelompok dana umum (the general fund) sehingga perlu dipertimbangkan
dalam pengembangan pelaporan keuangan pemerintah.

5
Penyusutan Aset Tetap
Aset yang digunakan pemerintah, kecuali beberapa jenis aset tertentu seperti tanah,
mempunyai masa manfaat dan kapasitas yang terbatas. Seiring dengan penurunan kapasitas
dan manfaat dari suatu aset dilakukan penyesuaian nilai.

Pengguna dan Kebutuhan Informasi Para Pengguna


Terdapat beberapa kelompok utama pengguna laporan keuangan pemerintah, namun
tidak terbatas pada: masyarakat, wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa,
pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman, dan
pemerintah.
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan bertujuan umum untuk memenuhi
kebutuhan informasi dari semua kelompok pengguna. Dengan demikian, laporan keuangan
pemerintah tidak dirancang untuk memenuhi kebutuhan spesifik dari masing-masing
kelompok pengguna. Namun demikian, berhubung laporan keuangan pemerintah berperan
sebagai wujud akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, maka komponen laporan yang
disajikan setidak-tidaknya mencakup jenis laporan dan elemen informasi yang diharuskan
oleh ketentuan peraturan perundang-undangan (statutory reports). Selain itu, karena pajak
merupakan sumber utama pendapatan pemerintah, maka ketentuan laporan keuangan yang
memenuhi kebutuhan informasi para pembayar pajak perlu mendapat perhatian.
Kebutuhan informasi tentang kegiatan operasional pemerintahan serta posisi
kekayaan dan kewajiban dapat dipenuhi dengan lebih baik dan memadai apabila
didasarkan pada basis akrual, yakni berdasarkan pengakuan munculnya hak dan kewajiban,
bukan berdasarkan pada arus kas semata. Namun, apabila terdapat ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengharuskan penyajian suatu laporan keuangan dengan basis
kas, maka laporan keuangan dimaksud wajib disajikan demikian.
Meskipun memiliki akses terhadap detail informasi yang tercantum di dalam laporan
keuangan, pemerintah wajib memperhatikan informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan untuk keperluan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.
Selanjutnya, pemerintah dapat menentukan bentuk dan jenis informasi tambahan untuk
kebutuhan sendiri di luar jenis informasi yang diatur dalam kerangka konseptual ini
maupun standar-standar akuntansi yang dinyatakan lebih lanjut.

Entitas Akuntansi dan Pelaporan


Entitas Akuntansi adalah unit pada pemerintahan yang mengelola anggaran,
kekayaan, dan kewajiban yang menyelenggarakan akuntansi dan menyajikan laporan
keuangan atas dasar akuntansi yang diselenggarakannya.
Entitas Pelaporan merupakan unit pemerintahan yang terdiri atas satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyajikan laporan pertanggungjawaban, berupa laporan keuangan yang bertujuan umum,
yang terdiri atas:

6
 Pemerintah pusat
 Pemerintah daerah
 Masing-masing kementerian negara/lembaga di lingkungan pemerintah pusat
 Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika
menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan
laporan keuangan.
Dalam penetapan entitas pelaporan, perlu dipertimbangkan syarat pengelolaan,
pengendalian, dan penguasaan suatu entitas pelaporan terhadap aset, yurisdiksi, tugas dan
misi tertentu, dengan bentuk pertanggungjawaban dan wewenang yang terpisah dari entitas
pelaporan lainnya.

Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan


Peranan Pelaporan Keuangan
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporanselama
satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai
sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional
pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu
entitas pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadapperaturan perundang-
undangan.
Setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang
telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan
terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan:
 Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang
dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara periodik.
 Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan suatu entitas
pelaporan dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi
perencanaan,pengelolaan, dan pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas
pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
 Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat berdasarkan
pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan
menyeluruh atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang
dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.
 Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan penerimaan pemerintah pada
periode pelaporan untuk membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah

7
generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran
tersebut.
 Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya
ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.

Tujuan Pelaporan Keuangan


Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat
bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan
ekonomi, sosial, maupun politik dengan:
 menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya keuangan;
 Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran;
 Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam
kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai;
 Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya;
 Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman;
 Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan, apakah
mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang dilakukan selama
periode pelaporan.
Untuk memenuhi tujuan-tujuan tersebut, laporan keuangan menyediakan informasi
mengenai sumber dan penggunaan sumber daya keuangan/ekonomi, transfer,pembiayaan,
sisa lebih/kurang pelaksanaan anggaran, saldo anggaran lebih, surplus/defisit-Laporan
Operasional (LO), aset, kewajiban, ekuitas, dan arus kas suatu entitas pelaporan.

Komponen Laporan Keuangan


Laporan keuangan pokok terdiri atas:
 Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
 Neraca;
 Laporan Operasional (LO);
 Laporan Arus Kas (LAK);
 Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
 Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Selain laporan keuangan pokok tersebut, entitas pelaporan wajib menyajikan laporan
lain atau elemen informasi akuntansi yang diwajibkan oleh ketentuan peraturan perundang-
undangan (statutory reports).

8
Dasar Hukum Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan pemerintah diselenggarakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang mengatur keuangan pemerintah, antara lain:
 Undang-Undang Dasar 1945, khususnya bagian yang mengatur keuangan negara;
 Undang-Undang di bidang keuangan negara;
 Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan peraturan daerah
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
 Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah, khususnya
yang mengatur keuangan daerah;
 Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perimbangan keuangan pusat dan
daerah;
 Peraturan perundang-undangan tentang pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara/Daerah; dan
 Peraturan perundang-undangan lainnya yang mengatur tentang keuangan pusat dan
daerah.

Asumsi Dasar
Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah anggapan
yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar akuntansi dapat
diterapkan, yang terdiri atas:
 Asumsi kemandirian entitas
Asumsi kemandirian entitas, berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai unit
yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan sehingga
tidak terjadi kekacauan antarunit instansi pemerintah dalam pelaporan keuangan. Salah
satu indikasi terpenuhinya asumsi ini adalah adanya kewenangan entitasuntuk menyusun
anggaran dan melaksanakannya dengan tanggung jawab penuh. Entitas bertanggung
jawab atas pengelolaan aset dan sumber daya di luar neracauntuk kepentingan yurisdiksi
tugas pokoknya, termasuk atas kehilangan atau kerusakan aset dan sumber daya
dimaksud, utang-piutang yang terjadi akibat keputusan entitas, serta terlaksana atau tidak
terlaksananya program yang telah ditetapkan.
 Asumsi kesinambungan entitas
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut
keberadaannya. Dengan demikian, pemerintah diasumsikan tidak bermaksud
melakukanlikuidasi atas entitas pelaporan dalam jangka pendek.
 Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement)
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang diasumsikan
dapat dinilai dengan satuan uang. Hal ini diperlukan agar memungkinkan dilakukannya
analisis dan pengukuran dalam akuntansi.

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

9
Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Karakteristiknya yaitu rellevan, handal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami.

Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan


Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan adalah ketentuan yang dipahami dan
ditaati oleh pembuat standar dalam menyusun standar, penyelenggara akuntansi dan
pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta pengguna laporan keuangan
dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Prinsip yang digunakan dalam
akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah adalah
 Basis akuntansi
 Prinsip nilai historis
 Prinsip realisasi
 Prinsip substansi mengungguli bentuk formal
 Prinsip periodisitas
 Prinsip konsistensi
 Prinsip pengungkapan lengkap
 Prinsip penyajian wajar

Kendala Informasi yang Relevan dan Andal


Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap keadaan yang tidak
memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi akuntansi
dan laporan keuangan yang relevan dan andal akibat keterbatasan (limitations) atau karena
alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam informasi akuntansi
dan laporan keuangan pemerintah, yaitu:
 Materialitas
Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan pemerintah hanya
diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas. Informasi dipandang
material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi
tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna yang diambil atas dasar
laporan keuangan.
 Pertimbangan biaya dan manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Oleh
karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan segala informasi
yang manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya
dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang substansial. Biaya itu juga tidak harus
dipikul oleh pengguna informasi yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga
dinikmati oleh pengguna lain di samping mereka yang menjadi tujuan informasi,
misalnya penyediaan informasi lanjutan kepada kreditor mungkin akan mengurangi biaya
yang dipikul oleh suatu entitas pelaporan.

10
 Keseimbangan antarkarakteristik kualitatif.
Keseimbangan antarkarakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu
keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan dipenuhi
oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan relatif antarkarakteristik dalam berbagai
kasus berbeda, terutama antara relevansi dan keandalan. Penentuan tingkat kepentingan
antara dua karakteristik kualitatif tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional.

Unsur Laporan Keuangan


Laporan keuangan pemerintah terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary
reports), laporan finansial, dan CaLK. Laporan pelaksanaan anggaran terdiri dari LRAdan
Laporan Perubahan SAL. Laporan finansial terdiri dari Neraca, LO, LPE, dan LAK. CaLK
merupakan laporan yang merinci atau menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan
pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial dan merupakan laporan yang tidak
terpisahkan dari laporan pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.
 Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian
sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode
pelaporan.
 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
 Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset,
kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.

Laporan Operasional
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah
ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan
penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.

Laporan Arus Kas


Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi,
investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo awal, penerimaan,
pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah pusat/daerah selama periode tertentu.

Laporan Perubahan Ekuitas


Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas
tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

11
Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK) meliputi penjelasan naratif atau rincian dari
angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan SAL, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, dan Laporan Arus Kas. CaLK juga
mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan
dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan di dalam Standar
Akuntansi Pemerintahan serta ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.

Pengakuan Unsur Laporan Keuangan


Pengakuan dalam akuntansi adalah proses penetapan terpenuhinya kriteria pencatatan
suatu kejadian atau peristiwa dalam catatan akuntansi sehingga akan menjadi bagian yang
melengkapi unsur aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LRA, belanja, pembiayaan,
pendapatan-LO, dan beban, sebagaimana akan termuat pada laporan keuangan entitas
pelaporan yang bersangkutan. Pengakuan diwujudkan dalam pencatatan jumlah uang
terhadap pos-pos laporan keuangan yang terpengaruh oleh kejadian atau peristiwa terkait.
Kriteria minimum yang perlu dipenuhi oleh suatu kejadian atau peristiwa untuk
diakui yaitu:
 terdapat kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan kejadian atau
peristiwa tersebut akan mengalir keluar dari atau masuk ke dalam entitas pelaporan yang
bersangkutan;
 kejadian atau peristiwa tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur atau dapat
diestimasi dengan andal.
Dalam menentukan apakah suatu kejadian/peristiwa memenuhi kriteria pengakuan,
perlu dipertimbangkan aspek materialitas.

Kemungkinan Besar Manfaat Ekonomi Masa Depan Terjadi


Dalam kriteria pengakuan pendapatan, konsep kemungkinan besar manfaat ekonomi
masa depan terjadi digunakan dalam pengertian derajat kepastian tinggi bahwa manfaat
ekonomi masa depan yang berkaitan dengan pos atau kejadian/peristiwa tersebut akan
mengalir dari atau ke entitas pelaporan. Konsep ini diperlukan dalam menghadapi
ketidakpastian lingkungan operasional pemerintah. Pengkajian derajat kepastian yang
melekat dalam arus manfaat ekonomi masa depan dilakukan atas dasar bukti yang dapat
diperoleh pada saat penyusunan laporan keuangan.

Keandalan Pengukuran
Kriteria pengakuan pada umumnya didasarkan pada nilai uang akibat peristiwa atau
kejadian yang dapat diandalkan pengukurannya. Namun ada kalanya pengakuan
didasarkan pada hasil estimasi yang layak. Apabila pengukuran berdasarkan biaya dan

12
estimasi yang layak tidak mungkin dilakukan, maka pengakuan transaksi demikian cukup
diungkapkan pada Catatan atas Laporan Keuangan.
Penundaan pengakuan suatu pos atau peristiwa dapat terjadi apabila kriteria
pengakuan baru terpenuhi setelah terjadi atau tidak terjadi peristiwa atau keadaan lain di
masa mendatang.

Pengakuan Aset
Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh
pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Sejalan
dengan penerapan basis akrual, aset dalam bentuk piutang atau beban dibayar di muka
diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya
dari entitas lain telah atau tetap masih terpenuhi, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau
diestimasi.
Aset dalam bentuk kas yang diperoleh pemerintah antara lain bersumber dari pajak,
bea masuk, cukai, penerimaan bukan pajak, retribusi, pungutan hasil pemanfaatankekayaan
negara, transfer, dan setoran lain-lain, serta penerimaan pembiayaan, seperti hasil
pinjaman. Proses pemungutan setiap unsur penerimaan tersebut sangat beragam dan
melibatkan banyak pihak atau instansi. Dengan demikian, titik pengakuan penerimaan kas
oleh pemerintah untuk mendapatkan pengakuan akuntansi memerlukan pengaturan yang
lebih rinci, termasuk pengaturan mengenai batasan waktu sejak uang diterima sampai
penyetorannya ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Aset tidak diakui jika pengeluaran
telah terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin diperoleh pemerintah
setelah periode akuntansi berjalan.

Pengakuan Kewajiban
Kewajiban diakui jika besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya ekonomi
akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban yang ada sampai saat pelaporan, dan
perubahan atas kewajiban tersebut mempunyai nilai penyelesaian yang dapat diukur
dengan andal. Sejalan dengan penerapan basis akrual, kewajiban diakui pada saat dana
pinjaman diterima atau pada saat kewajiban timbul.

Pengakuan Pendapatan
Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada
aliran masuk sumber daya ekonomi. Pendapatan-LRA diakui pada saat kas diterima di
Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.

Pengakuan Beban dan Belanja


Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau
terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa.
Belanja diakui berdasarkan terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran melalui bendahara

13
pengeluaranpengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut
disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan (diterbitkannya SP2D-GU).

Pengukuran Unsur Laporan Keuangan


Pengukuran adalah proses penetapan nilai uang untuk mengakui dan memasukkan
setiap pos dalam laporan keuangan. Pengukuran pos-pos dalam laporan keuangan
menggunakan nilai perolehan historis. Aset dicatat sebesar pengeluaran/penggunaan
sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk
memperoleh aset tersebut. Kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi
yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan.
Pengukuran pos-pos laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. Transaksi
yang menggunakan mata uang asing dikonversi terlebih dahulu dan dinyatakan dalam mata
uang rupiah.

2.2. Tujuan Penyusunan Sistem Akuntansi Pemerintahan


Latar belakang penyusunan sistem akuntansi sektor publik
Undang undang no. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah yang direvisi menjadi
UU No. 32 tahun 2004 dan diubah dengan perpu No 3 tahun 2005 serta UU no 25 tentang
perkembangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, yang di revisi menjadi UU
No.33 tahun 2004, menjadi tonggal awal otonomi daerah. Otonomi daerah merupakan
upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah berkaitan dengan
pengelolaan sumber daya sesuai dengan kepentingan, prioritas, potensi daearah tersebut.
Dengan pemberdayaan otonomi daerah kabupaten dan kota, pengelolaan keuangan
sepenuhnya berada ditangan pemerintah daerah. Oleh karean itu, sistem pengelolaan
keuangan daerah yang baik diperlukan untuk mengelola dana desentralisasi secara
transparan, ekonomis, efisien efektif, dan akuntable. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi
daerah, sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik difokskan untuk mengelola sistem
dan secara desentralisasi dengan transparan, efisien, efektif, dan dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas.
Pada hakikatnya, orang belum dapat dikatakan memahami penyusunan laporan
keungan jika belum memahami sistem akuntansi, karena akuntansi pada dasarnya
merupakan sistem pengelolaan informasi yang menghasilkan keluaran berupa informasi
akntansi, seperti laporan keuangan. Sistem akuntansi merupakan sistem pembagian
kekuasaan dalam organisasi pemda melalli pemrosesan data keuangan, mulai dari catatan
akuntansi sampai dengan penyajian informasi dalam laporan keuangan. Perancangan
sistem pengelolaan informasi akuntansi.

Tujuan penyusunan sistem akuntansi sektor publik

14
Perubahan sistem politik, sosial, dan kemasyarakatan serta ekonomi yang dibawa
oleh ars reformasi telah menimbulkan tuntutan terhadap pengelolaan pemerintah yang baik.
Tuntutan ini perlu dipenuhi dan disadari langusng oleh para manajer pemerintah daerah.
Seiring dengan PP No 105/2000 yang diganti menjadi PP No 58/2005 mensyaratkan perlu
dilakukannya pertanggungjawaban dalam bentuk laporan keuangan (neraca daerah, arus
kas, dan realisasi anggaran) oleh kepala daerah. Sehingga menuntut kemampuan
manajemen pemerintah daerah untuk mengalokasikan sumber daya secara efisien dan
efektif. Sistem akuntansi dijalankan oleh para bendaharawan dan bagian keuangan Pemda.
Sebagaimana dirasakan saat ini, Kepmendagri No 29/2002, secara prinsip tidak
sesuai serta sinkron lagi dengan semangat dari undang undang No 32/2004 yang berlaku,
sebagaimana yang diubah dengan Perpu No 3/2005. Untuk mengantisispasi berbagai aspek
yang diatas dalam UU No 32/2004, pemerintah mengesahkan Permendagri No 13/2006
sebagai pengganti Kepmendagri No 29/2002. Selain Permendagri No 13/2006 ini sebagai
pengganti Kepmendagri No 29/2002 tentang pengurusan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keangan daerah serta tata cara penyusunan aanggaran pendapatan dan belanja
daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhituangan anggaran
pendapatan dan belanja daerah, Permendagri No 13/2006 juga merupakan tindak lanjut
dari pasal 155 Peraturan Pemerintah Menteri Dalama Negri tentang pedoman pengelolaan
keuangan daerah.
Melalui Permendagri No 13/2006, impelentasi paradigma baru yang berorientasi
pada prestasi kinerja diterapkan dalam penyusunan APBD, sistem akuntansi, dan
pengelolaan keuangan daerah.

Bagan alir
Proses Penyusunan APBD (Permendagri No 13/2006)

15
Penyusunan KUA & PPAS Penyusunan Reparda APBD Penetapan Perda APBD

Proses Pedoman Penyusunan Pembahasan


perencanaan RKA-SKPD (A2) Raperda APBD (A5)

RKPDD
Penyusunan Persetujuan bersama

RKA-SKPD Raperda APBD

Penyusunan KUA ((A2)


Evaluasi gubernur/
dan PPAS (A1)
Mendagri (A6)
RKA-SKPD (A2)

-Nota kesepakatan –
KUA dan PPA Pembatal
Pemda
Reparda APBD (A4) an Perda
APBD
APBD (A8)
(A7)

Dalam hal DPRD tidak mengambil keputusan bersama

Penyusunan Raper Evaluasi &


KDH APBD (A9) Penetapan Raper Raper KDH APBD
KDH APBD (A10)

Kebijakan good government governance merupakan tuntutan yang harus dipenuhi


oleh sektor publik dan disadari bahwa hal tersebut tidak mudah untuk dilaksanakan karena
memerlukan media dan proses untuk mewujudkannya. Sistem akuntansi didefinisikan
sebagai organisasi formulir, catatan, dan laporan, yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk
menyediakan informasi akuntansi. Hubungan antara good govermant governance dengan
sistem akuntansi sektor publik adalah bahwa sistem akuntansi sektor publik merupakan alat
elaborasi good government governance secara riil.

16
2.3. Dasar Hukum Sistem Akuntansi Pemerintahan
Penyelenggaraan pemerintah ditujukan untuk mengoordinasikan pelaksanaan hak
dan kewajiban warga negara dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara.
Pengelolaan keuangan negara, baik keuangan pusat dan keuangan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945, pperlu dilaksanakan secara professional,
terbuka, dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kmakmuran rakyat.
Dasar Hukum Keuangan Negara
Keuangan negara dapat diinterpretasikan sebagai pelaksaan hak dan kewajiban warga yang
dapat dinilai dengan uang dalam kerangka tata cara penyelenggaraan pemerintah.

Hak dan Kewajiban Negara


Hak-hak negara yang Kewajiban negara adalah pelaksanaan
dimaksud mencangkup antara tugas-tugas pemerintah sesuai dengan
lain pembukaan UUD 1945
1. Hak monopoli untuk mencetak 1. Melindungi bangsa indonesia dan
dan mengedarkan uang. seluruh tanah tumpah darah Indonesia
2. Hak memungut sumber 2. Memajukan kesejahteraan umum
keuangan, seperti pajak, bea 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
dan cukai. 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia
3. Hak memproduksi barang dan yang berdasarkan pada kemerdekaan
jasa yang dapat dinikmati oleh perdamaian abadi, dan keadilan sosial
khalayak umum.

Kewajiban atau tugas pemerintah tersebut dilaksanakan dalam bentuk pengeluaran


dan diakui sebagai belanja negara. Dalam UUD 1945 Amandemen IV, yang khusus
mengatur Keuangan Negara, dinyatakan pada BAB VIII Pasal 23 bahwa:
1. Anggaran pendapatan dan belanja ditetapkan tiap-tiap tahun dengan undang-undang.
Apabila Dewan Perwakilan Rakyat tidak menyetujui anggaran yang diusulkan
pemerintah, maka pemerintah menjalankan anggaran tahun yang lalu.
2. Segala pajak untuk keperluan negara didasarkan pada undang-undang
3. Macam dan harga mata uang ditetapkan dengan undang-undang
4. Hal keuangan negara selanjutnya diatur dengan undang-undang
5. Untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan negara dibentuk suatu Badan
Pemeriksa Keuangan yang peraturanya ditetapkan dengan undang-undang. Hasil
pemeriksaan tersebut diberitahukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat.
Didasarkan pada Rencana Strategi dalam UU SPN dan pelaksanaanya dituangkan
dengan undang-undang yang harus dijalankan oleh presiden atau wakil presiden beserta
dengan para menteri dan pimpinan lembaga tinggi negara lainnya. Setelah UU APBN
disahkan, APBN dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan dalam bentuk Laporan
Pertanggungjawaban Keuangan Pemerintah Pusat.

17
Dasar Hukum Keuangan Daerah
Didasarkan pada prinsip otonomi daerah memberikan kewenangan yang luas dan
tanggung jawab yang nyata pada pemerintah daerah seacara proporsional. Kriteria
keberhasilan pelaksanaan sistem ini adalah tertampungnya aspirasi semua warga dan
berkembangnya partisipasi masyarakat dalam proses pertanggung jawaban eksplorasi
sumber daya yang ada dan pengembangan sumber-sumber pembiayaan. Tujuan
pembentukan daerah otonomi adalah peningkatan daya guna penyelenggaraan pemerintah
untuk melayani masyarakat dan melaksakan program pembangunan. Daerah otonom
berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
sendiri berdasar aspirasi masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perkembangan Hukum di Bidang Keuangan Sektor Publik


Pra-Reformasi Era Reformasi Era Reformasi
(Transaksi Otonomi) (Pradigma Baru)
UU No.5 Keputusan KDH Revisi Kepmendagri
Tahun 1974 Peraturan Daerah No.29 Tahun 2002
Kepmendagri No.29 (Permendagri No.13
Tahun 2002 Tahun 2006)
UU No.17 tahun 2003
UU No.1 Tahun 2004
UU No.15 Tahun 2004
UU No.25 Tahun 2004
UU No.32 Tahun 2004
UU No.33 Tahun 2004
PP No.5 & 6 PP No.105 Tahun PP No.24 tahun 2005
Tahun 1975 2000 PP No.58 tahun 2005
PP No.108 Tahun
2000
Manual UU No.22 Tahun
Administrasi 1999
Keuangan UU No.25 Tahun
Daerah 1999

Review Regulasi Terkait Dengan Akuntansi Sektor Publik


Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Pra-Reformasi
Pengertian daerah dalam era pra-reformasi adalah daerah tingkat I yang meliputi
provinsi dan daerah dalam tingkat II yang meliputi kota madya atau kabupaten. Beberapa
peraturan pelaksanaan yang diturunkan dari perundang-undangan yaitu :
1. Peraturan pemerintah No.5 tahun 1975 tentaang Pengurusan Pertanggungjawaban
dan Pengawasan keuangan daerah

18
2. Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 1975 tentang penyusunan APBD, Pelaksanaan
Tata Usaha Keuangan Daerah dan penyusunan Perhitungan APBD.
3. Keputusan Menteri dalam Negeri No.900-099 Tahun 1980 tentang manual
Administrasi Keuangan Daerah
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri No.2 Tahun 1994 tentang Pelaksanaan APBD
5. UU No.18 Tahun 1997 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah
6. Keputusan Menteri dalam Negeri No.3 Tahun 1999 tentang Bentuk dan susunan
perhitungan APBD.
Berdasarkan peraturan diatas, karakter pengelolaan keuangan daerah di era pra-reformasi
dapat dirinci sebagai berikut:
1. Pengertian Pemerintah Daerah adalah DPRD (Pasal 13 ayat 1 UU No.5 Tahun 1975)
2. Perhutungan APBD berdiri sendiri dari pertanggungjawaban kepala daerah (Pasal 33
Peraturan Pemerintah No.6 tahun 1975)
3. Bentuk laporan perhitungan APBD terdiri atas:
- Perhitungan APBD
- Nota Perhitungan
- Perhitungan kas dan pencocokan antara sisa kas dan sisa perhitungan
perlengkapan dengan lampiran ringkasan perhitungan pendapatan dan belanja (PP
No.6 Tahun 1975 dan Keputusan Mendagri No.3 Tahun 1999)
4. Pinjaman, baik pinjaman Pemda maupun pinjaman BUMN, diperhitungkan sebagai
pendapatan pemerintah daerah yang dalam struktur APBD
5. Unsur-unsur yang terlibat dalam penyusunan APBD hanyalah pemerintah daerah
yang terdiri atas kepala daerah dan DPRD, belum melibatkan masyarakat
6. Indikator kinerja Pemerintah Darerah mencangkup:
- Perbandingan antara anggaran dan realisasinya
- Perbandingan antara standar biaya dengan realisasinya.
- Target dan presentase fisik proyek yang tercantum dalam penjabaran perhitungan
APBD (PP No.6 Tahun 1975 tentang Cara penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata
Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD).
- Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah dan Laporan
Perhitungan APBD, baik yang dibahas DPRD maupun yang tidak dibahas DPRD,
tidak memiliki konsekuensi terhadap masa jabatan kepala daerah.

Regulasi Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi


Reformasi politik di Indonesia telah mengubah system kehidupan bernegara.
Tuntutan akan good governance diterjemahkan sebagai bebas dari tindakan korupsi, kolusi,
dan nepotisme. Pemisahan kekuasaan antara eksekutif, yudikatif, dan legislative
dilaksanakan. Selain itu, partisipasi masyarakat akan mendorong praktik demokrasi dalam
pelaksanaan akuntabilitas public yang sesuai dengan jiwa otonomi daerah.
Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-
undang No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah adalah dua

19
Undang-undang yang dibuat untuk mewujudkan otonomi daerah yang lebih luas. Sebagai
penjabaran otonomi tersebut di bidang administrasi keuangan daerah, berbagai peraturan
perundangan yang lebih operasional dalam era reformasi pun dikeluarkan. Beberapa
regulasi yang relevan adalah :
1. Undang-undang Perbendaharaan Indonesia (Indische Comptabiliteitswet Staastsblad
Tahun 1925 No 448), sebagaimana telahh beberapa kali diubah dan yang terakhir
diubah dengan Undang-undang No 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1968 No 53).
2. Undang-undang No 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaga Negara Republik
Indonesia Tahun 1999 No 75 dan Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia
No 3851).
3. Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan
Kewenangan Provinsi sebagai daerah otonom (Lembaran Negara Republik Indonesai
Tahun 2000 No 54 dan Tambahan Lembaga Negara Republik Indonesia No 3952).
4. Peraturan Pemerintah No 104 Tahun 2000 tentang Dana Perimbangan.
5. Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2000 No 202 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No 4022).
6. PeraturanPemerintah No 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan
Pertanggungjawaban Keuangan Daerah dalam rangka Pelaksanaan Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan.
7. Peraturan Pemerintah No 107 Tahun 2000 tentang Pinjaman Daerah.
8. Peraturan Pemerintah No 108 Tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban
Kepala Daerah.
9. Peraturan Pemerintah No 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Daerah.
10. Peraturan Pemerintah No 110 Tahun 2000 tentang Kedudukan Keuangan Kepala
Daerah.
11. Keputusan Presiden No 17 Tahun 2000 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (Lembaga Negara Republik Indonesia No 3930).
12. Suurat Edaran Menteri dalam Negeri dan Otonomi Daerah Tanggal 17 November
2000 No 903/2735/SJ tentang Pedoman Umum Penyusunan dan Pelaksanaan APBD
Tahun anggaran 2001.
13. Keputusan Presiden No 228/M Tahun 2002.
14. Kepmendagri No 29 Tahun 2002 tentang Pedoman dan Pengurusan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Menurut desentralisasi, daerah mempunyai kewenangan untuk menata sendiri


uurusan rumah tangganya dengan rincian di bidang keuangan daerah yang meliputi:
1. Pemungutan sumber-sumber pendapatan daerah sebagaimana yang dimaksud dengan
Undang-undang No 22 Tahun 1999 Pasal 79.

20
2. Pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan dalam pelaksanaan dekonsentrasi,
tugas pembantuan, dan desentralisasi sebagaimana dimuat dalam Undang-undang No
25 Tahun 1999 Bab IV, V dan VI.
3. Penetapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) serta perhitungan atas
APBD sebagaimana dimaksud dalam UU No 25 Tahun 1999.
4. Mendapat dana perimbangan berupa dana alokasi umum dan dana alokasi khususs
sebagaimana diatur dalam UU No 25 Tahun 1999 dan PP No 104 Tahun 2000
tentang Dana Perimbangan.
5. Melakukan pinjaman daerah sebagaimana diatur dalam PP No 107 Tahun 2000
tentang Pinjaman Daerah.

Paradigma Baru Akuntansi Sektor Publik di Era Reformasi


Paradigma baru dalam “Reformasi Manajemen Sektor Publik” adalah penerapan
akuntansi dalam praktik Pemerintah guna mewujudkan good governance. Landasan hukum
pelaksanaan reformasi tersebut telah disiapkan oleh pemerintah dalam suatu Paket
Undang-undang (UU) Bidang Keunagan Negara yang terdiri atas UU Keuangan Negara,
UU Perbedaharaan Negara, dan UU Pemeriksaan Tanggung Jawab Keuangan Negara yang
sekarang sudah disahkan oleh DPR.
Sebagaimana landasan hukum untuk pengelolaan keuangan Negara tersebut, pada
tanggal 5 April 2003 telah dibetlakukan Undang-undang No 17 Tahun 2002. Undang-
undang ini menjabarkan lebih lanjut aturan-aturan pokok yang telah ditetapkan dalam
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ke dalam asas-asas umum
pengelolaan keuangan Negara. Sesuai dengan ketentuan dalam pasal 29 Undang-undang
No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, maka dalam rangka mengelola dan
mempertanggungjawabkan keuangan Negara yang telah ditetapkan dalam APBN dan
APBD perlu ditetapkan kaidah-kaidah hukum administrasi keuangan Negara.

Posisi UU No 17 Tahun 2003


Asas-asas Umum yang Digunakan dalam UU No 17 Tahun 2003

Akuntabilitas yang berorientasi pada hasil

Profesionalitas
21
Proporsionalitas
Pengelolaan
Keterbukaan dalam pengelolaan keuangan Keuangan Negara
negara dan daerah

Pemeriksaan keuangan oleh badan


pemeriksa yang bebas dan mandiri

Sebelum pengesahan perundang-undangan diatas, kaidah-kaidah tersebut masih


didasarkan pada Undang-undang Perbendaharaan Indonesia (Indische Comptabiliteitswet-
ICW-Staatsblad) Tahun 1925 Nomor 448 sebagaimana telah beberapa kali diubah, yang
terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1968 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1968 Nomor 53 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 2860). Undang-
undang Perbendaharaan Indonesia tersebut tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan akan
pengelolaan keuangan negara yang sesuai dengan tuntutan perkembangan demokrasi,
ekonomi, dan teknologi. Oleh karena itu, undang-undang tersebut perlu diganti dengan
undang-undang baru yang mengatur kembali ketentuan dalam bidang perbendaharaan
negara sesuai dengan tuntutan perkembangan demokrasi, ekonomi dan teknologi modern.
Terdapat 4 prinsip dasar pengelolaan keuangan negara yang telah dirumuskan dalam
3 Paket UU Bidang Keuangan Negara, yaitu:
1. Akuntabilitas berdasarkan hasil atau kinerja.
2. Keterbukaan dalam setiap transaksi pemerintah.
3. Pemberdayaan manajer profesional.
4. Adanya lembaga pemeriksa eksternal yang kuat, profesional, dan mandiri, serta
penghindaraan tehadap terjadinya duplikasi dalam pelaksanaan pemeriksaan.

Prinsip-prinsip tersebut sejalan dengan prinsip-prinsip desentralisasi dan otonomi


daerah yang telah ditetapkan dalam Undang-undang No 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dengan demikian, pelaksanaan tiga
Undang-undang Bidang Keuangan Negara tersebut, nantinya menjadi acuan dalam
pelaksanaan reformasi manajemen keuangan Pemerintahan. Diharapkan bahwa pilar
keuangan yang kukuh akan memperkokoh landasan pelaksanaan desentralisasi dan
otonomi daerah di Negara Kesatuan Repubik Indonesia.
Selanjutnya, pembahasan akan dilanjutkan dengan pengertian manajemen keuangan
pemerintah, latar belakang reformasi manajemen pemerintah, pokok-pokok reformasi di
bidang penganggaran, perbendaharaan, dan auditing, serta peranan Pemerintah Pusat dalam
reformasi manajemen keuangan daerah. Secara singkat, agenda pelaksanaan reformasi
keuangan juga akan dijabarkan.

22
Penerapan UU No 17 Tahun 2003 sebagai Sinergi Pembangunan
Penerapan Sistem Akuntansi Akrual

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Peningkatan Pengelolaan
Keuangan Daerah

Pengalokasian Dana pada


Program Layanan Masyarakat

Akuntabilitas dari Stakeholders

Peningkatan Kinerja Pemerintah Daerah

Efektifitas Program Pembangunan

Kesejahteraan Masyarakat

UU No 17 Tahun 2003

Transparansi Akuntabilitas Efektifitas Kualitas

2.4. Gambaran Umum Pelaksanaan Sistem Akuntansi Pemerintahan


Kondisi masa lalu dan masa sekarang
Sistem akuntansi atau penatausahaan Keuangan Daerah yang berlaku pada masa lalu
dan saat ini tercermin dalam perhitungan APBD menggunakan sistem pembukuan tunggal
yang berbasis kas. Prinsip basis kas adalah mengakui pendapatan pada saat diterimanya kas
dan mengakui belanja dan biaya pada saat dikeluarkannya kas.

23
Kelemahan sistem akuntansi berbasis kas adalah: informasi yang lebih kompleks
yang sebenarnya dibutuhkan oleh pemakai laporan keuangan tidak dapat disediakan oleh
sistem akuntansi berbasis kas, relevansi laporan keuangan bagi para pengambil keputusan
sangat sedikit karena basis kas hanya berfokus pada arus kas dan mengabaikan arus sumber
daya lainnya, dan pertanggungjawaban ke public terbatas pada penggunaan kas dan tidak
mencantumkan pertanggungjawaban atas pengelolaan aktiva lainnya serta utang atau
kewajiban.

Kondisi yang Diharapkan


Dengan adanya kelemahan-kelemahan sebagaimana diuranikan diatas, maka
diperlukan pengembangan atas sistem akuntansi yang baru yaitu:
a. Pengembangan sistem pembukuan berganda (double entry book keeping), dimana
setiap transaksi dicatat dengan jurnal berpasangan, yaitu sisi debit dan sisi kredit.
b. Penggunaan basis akrual dengan mengembangkan prinsip dan asumsi bahwa
pencatatan transaksi keuangan tidak hanya dilakukan saat terjadinya penerimaan dan
pengeluaran uang.

Perkembangan Pemahaman Aparat Pemerintah Tentang Penerapan Akuntansi dalam Praktik


Peerintahan
No Periode Akademi/Profesi Pelaksana Pelaksana Penggawas
Perkembangan Pemerintah Pemerintah
Daerah Pusat
1 2000-2002 Akrual Modified cash Modified Modified
Desentralisasi sentralisasi accrual accrual
sentralisasi sentralisasi
2 2002-2003 Akrual Akrual Modified Akrual
Desentralisasi desentralisasi accrual desentralisasi
sentralisasi
Modified cash Modified
sentralisasi accrual
sentralisasi
3 2004 Akrual Modified Akrual
Desentralisasi accrual desentralisasi
sentralisasi

Kondisi di Lapangan
No Basis Sistem Cash Cash Modified Accrual Accrual
Modified
1 2000-2002 Resistensi Dukungan Dukungan SK IPSAS-IFAC
sistem yang Kemendagri No Menkeu No 42 pengalaman
lama 29 Tahun 2002 Tahun 2002 internasional

24
2 2002-2003 Ditinggalkan Alternative Alternative
karena PP No sukses riset sukses riset
105 Tahun akrual akrual, namun
2002 praktik
ppemerintah
pusat tetap
bertahan
3 2004 Dihapus karena Dominasi idem UU No 17
UU No 17 kesuksesan Tahun 2003
Tahun 2013 akrual menyebar menetapkan
orientasi
internasional

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Kerangka Konseptual merumuskan konsep yang mendasari penyusunan dan
pengembangan SAP yang selanjutnya dapat disebut standar. Tujuannya adalah sebagai
acuan bagi penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya, penyusun laporan keuangan

25
dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar, pemeriksa
dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan
standar dan para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan
pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar.

Perubahan sistem politik, sosial, dan kemasyarakatan serta ekonomi yang dibawa
oleh arus reformasi telah menimbulkan tuntutan terhadap pengelolaan pemerintah yang
baik. Sehingga menuntut kemampuan manajemen pemerintah daerah untuk
mengalokasikan sumber daya secara efisien dan efektif. Hal inilah yang menjadi tujuan
penyusunan sistem akuntansi pemerintahan (SAP).

Penyelenggaraan pemerintah ditujukan untuk mengoordinasikan pelaksanaan hak


dan kewajiban warga negara dalam suatu sistem pengelolaan keuangan negara.
Pengelolaan keuangan negara, baik keuangan pusat dan keuangan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945, pperlu dilaksanakan secara professional,
terbuka, dan bertanggung jawab untuk sebesar-besarnya kmakmuran rakyat.

Pelaksanaan sistem akuntansi pemerintahan untuk masa lalu dan masa sekarang serta
bagaimana kondisi yang diharapkan sangat berbeda. Sistem akuntansi atau penatausahaan
Keuangan Daerah yang berlaku pada masa lalu dan saat ini tercermin dalam perhitungan
APBD menggunakan sistem pembukuan tunggal yang berbasis kas. Sedangkan kondisi
yang diharapkan yaitu penggunaan basis akrual.

3.2. Saran
Semoga makalah ini dapat dipelajari dan dapat digunakan semestinya. Karena
makalah ini jauh dari kata sempurna maka kami menerima saran dari pembaca untuk
pembuatan makalah selanjutnya yang bertema tentang kasus kesahpahaman komunikasi
yang terjadi dalam bisnis. Akhir kata kami ucapkan terimakasih kepada para pembaca,
semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2011. Sistem Akuntansi Sektor Publik. Salemba Empat: Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 71 Tahun 2010.

26
Ode, Riski Amalia. Makalah Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).
https://www.academia.edu/25233565/MAKALAH_STANDAR_AKUNTANSI_PEMERI
NTAHAN_SAP. (22 Maret 2020)

27

Anda mungkin juga menyukai