Anda di halaman 1dari 140

UNIVERSITAS INDONESIA

PROSEDUR AUDIT UMUM ATAS ASET TETAP PADA


LAPORAN KEUANGAN PT BANK XYZ TBK

LAPORAN MAGANG

RIZKI FITRIADI

0906525730

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPOK

JULI 2013

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

PROSEDUR AUDIT UMUM ATAS ASET TETAP PADA


LAPORAN KEUANGAN PT BANK XYZ TBK

LAPORAN MAGANG
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi

RIZKI FITRIADI

0906525730

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

DEPOK

JULI 2013

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013
Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013
Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan magang ini. Terima kasih Allah
SWT atas setiap rencana-Mu yang aku yakini adalah yang terbaik dan terima
kasih juga atas segala bantuan-Mu yang datang pada waktu dan tempat yang tidak
terduga. Penulisan laporan magang ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia. Saya menyadari bahwa laporan magang ini dapat saya selesaikan
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai
pada penyusunan laporan magang ini. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ludovicus Sensi Wondabio, selaku dosen pembimbing, yang


telah banyak membantu penulis dalam menyusun laporan magang ini.
Terima kasih untuk kritik, saran, dan pengetahuan yang telah diberikan
sepanjang proses penyusunan laporan magang ini.
2. Bapak Robert P. Tobing dan Ibu Eliza Fatima, selaku dewan penguji
sidang laporan magang, yang telah meluangkan waktu untuk membaca dan
memberikan masukan, serta memberikan kritik yang berguna dalam
penyusunan laporan magang ini.
3. Semua staf pengajar, staf karyawan dan asisten pengajar FEUI, khususnya
Departemen Akuntansi FEUI yang telah membantu, membimbing, dan
mengajarkan banyak hal kepada saya selama proses perkuliahan di FEUI.
4. Rekan-rekan Deloitte, yang telah memberi saya pengalaman magang yang
sangat berharga. Terima kasih, terutama kepada tim audit PT Bank XYZ
Tbk: Ci Merli, Ci Marlinna, Koh Riva, Ci Karen, Ardy, Felicia, Stephan,
Timothy, Ferra, Tya, Kezza, dan Mega. Terima kasih karena telah
memberikan saya pembelajaran yang berharga selama empat bulan di
Deloitte.

v
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


5. Keluarga saya yang tercinta: Papa, Mama, dan Mas Andy yang selalu
memberikan dukungan, perhatian, dan kasih sayang sehingga saya bisa
menyelesaikan laporan magang ini. Terima kasih untuk kesabaran dan
nasehat Papa dan Mama selama ini yang terus mendorong saya untuk terus
maju.
6. Maya Lyubov, Pitra Dewi Sekartaji, terima kasih untuk dorongan moriil
selama ini. Kehadiranmu sangat berarti dalam penyusunan laporan
magang ini.
7. Teman seperjuangan brevet dan magang yaitu Denis dan Verdi. Semoga
pengalaman yang kita peroleh selama magang di Deloitte dapat menjadi
bekal bagi kita dalam menghadapi dunia kerja nantinya.
8. Rekan-rekan di FEUI terutama Fuji, Tiwi, Disa, dan teman-teman lainnya
yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih untuk pembelajaran
selama perkuliahan ini.

Penulis juga berterima kasih kepada pihak-pihak lainnya yang tidak disebutkan di
atas yang ikut membantu dalam proses penyusunan laporan magang ini.

Depok, Juli 2013

Penulis

vi
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013
ABSTRAK

Nama : Rizki Fitriadi


Program Studi : Akuntansi
Judul : Prosedur Audit Umum atas Aset Tetap pada Laporan Keuangan
PT Bank XYZ Tbk

Laporan magang ini menggambarkan dan membahas pelaksanaan audit atas akun
aset tetap pada PT Bank XYZ Tbk. Auditor telah melaksanakan proses audit
sesuai Audit Approach Manual yang dirancang Deloitte Global, meliputi tahap
penerimaan klien, perencanaan audit, perancangan dan pelaksanaan prosedur
audit, dan penyelesaian audit. Terdapat selisih perhitungan beban penyusutan
klien dengan auditor yang kemudian menjadi temuan audit. Temuan audit lain
berkaitan dengan asuransi, berita acara pemeriksaan aset tetap, dan label kode.
Temuan lain tersebut telah disampaikan kepada klien melalui management letter.
Secara keseluruhan, auditor telah menerbitkan opini bahwa laporan keuangan
telah disajikan secara wajar dalam semua hal yang material.

Kata kunci : bank, aset tetap, prosedur audit

viii
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


ABSTRACT

Name : Rizki Fitriadi


Study Program : Accounting
Title : General Audit Procedures for Premises and Equipments in PT
Bank XYZ Tbk’s Financial Statement

This report illustrates and discusses audit process of premises and equipments in
PT Bank XYZ Tbk. Auditor has conducted the audit process based on Audit
Approach Manual, designed by Deloitte Global, including acceptance client
phases, planning, design and perform audit procedures, and completing audit.
There is difference depreciation expense calculation between client’s and
auditor’s which became audit finding. There are other findings related to
insurances, report of fixed asset stock opname, and barcode tag. These other
findings has been communicated to client through management letter. Overally,
auditor concluded opinion that the financial statements presents fairly, in all
material respects.

Keywords : bank, premises and equipments, audit procedures

ix
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii
TANDA PERSETUJUAN LAPORAN AKHIR MAGANG.................................iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
ABSTRACT .......................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...........................................................................................................x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv

1. PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang ........................................1
1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang .................................................2
1.3 Aktivitas Selama Magang .........................................................................2
1.4 Latar Belakang Tema Laporan Magang ...................................................3
1.5 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang .............................................5
1.6 Tujuan Pembahasan ..................................................................................6
1.7 Sistematika Penulisan Laporan Magang ...................................................6

2. LANDASAN TEORI .....................................................................................9


2.1 Teori Akuntansi Aset Tetap ......................................................................9
2.1.1 Definisi Aset Tetap .......................................................................9
2.1.2 Pengakuan Aset Tetap .................................................................10
2.1.3 Pengukuran Aset Tetap ...............................................................10
2.1.4 Pengukuran Setelah Pengakuan Aset Tetap ................................12
2.1.5 Penyusutan Aset Tetap ................................................................13
2.1.6 Penghentian Pengakuan Aset Tetap ............................................15
2.1.7 Pengungkapan Aset Tetap ...........................................................16
2.2 Teori Pengendalian Internal ....................................................................18
2.3 Teori Pengauditan Aset Tetap .................................................................20
2.3.1 Definisi Audit ..............................................................................20
2.3.2 Jenis Audit ..................................................................................20
2.3.3 Asersi Manajemen ......................................................................21
2.3.4 Risiko Audit ................................................................................25
2.3.5 Bukti Audit ..................................................................................27
2.3.6 Tahap Audit ................................................................................29
2.3.7 Prosedur Audit untuk Aset Tetap ................................................31

3 PROFIL PERUSAHAAN ............................................................................38


3.1 Profil Perusahaan Akuntan Publik OBSE ...............................................38
3.2 Profil Perusahaan Klien PT. Bank XYZ Tbk .........................................41

x
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


4 PEMBAHASAN ...........................................................................................44
4.1 Kebijakan Akuntansi Bank XYZ ............................................................44
4.2 Pengendalian Internal Bank XYZ ...........................................................48
4.3 Audit Aset Tetap dan Temuannya ..........................................................55
4.3.1 Tahap Penerimaan Klien ………………………………………. 55
4.3.2 Tahap Perencanaan Audit …………………………………… ...57
4.3.3 Tahap Perancangan Audit …………………………………… ...63
4.3.4 Tahap Pekerjaan Lapangan …………………………………… .64
4.3.5 Tahap Penyelesaian dan Penyusunan Laporan keuangan Hasil
Audit …………………………………………………………. ..80
4.4 Analisis Kebijakan Akuntansi Aset Tetap Bank XYZ dengan PSAK .....85
4.5 Analisis Prosedur Audit KAP OBSE ......................................................87

5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................90


5.1 Kesimpulan .............................................................................................90
5.2 Saran .......................................................................................................91
5.2.1 Saran untuk KAP OBSE .............................................................91
5.2.2 Saran untuk Bank XYZ ...............................................................91

DAFTAR REFERENSI ........................................................................................92


LAMPIRAN ..........................................................................................................93

xi
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Divisi Audit & Assurance KAP OBSE ..........39

Gambar 3.2 Struktur Entitas Anak Bank XYZ ..................................................43

Gambar 3.3 Struktur Organisasi PT Bank XYZ Tbk ........................................43

Gambar 4.1 Penyajian Akun Aset Tetap Bank XYZ dalam Laporan Keuangan
2012 ................................................................................................81

Gambar 4.2 Catatan Atas Laporan Keuangan Atas Aset Tetap Bank XYZ.......83

xii
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Empat Tahap dalam Audit ..............................................................30

Tabel 2.2 Tujuan Audit-Terkait Saldo dan Pengujian Perincian Saldo

untuk Penambahan Aset Tetap .......................................................33

Tabel 4.1 Jenis Aset Tetap, Metode Penyusutan, Persentase, dan Umur
Manfaat ..........................................................................................47

Tabel 4.2 Ringkasan Kebijakan Akuntansi Bank XYZ .................................48


Tabel 4.3 Ringkasan Alur Akuisisi Aset Tetap Bank XYZ ..........................49

Tabel 4.4 Pengendalian Internal Bank XYZ saat Aset Tetap Dimiliki ..........51

Tabel 4.5 Ringkasan Alur Penjualan Aset Tetap Bank XYZ .........................52

Tabel 4.6 Perhitungan Materialitas untuk Bank XYZ ....................................60

Tabel 4.7 Identifikasi dan Penilaian Risiko oleh Auditor ..............................62

Tabel 4.8 Selisih Perhitungan Beban Penyusutan Tanah & Bangunan per
Audit dan Perhitungan Klien ..........................................................73

Tabel 4.9 Proposed Adjustment Journal Entry ...............................................74

xiii
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Audit Approach Diagram ..............................................................93

Lampiran 2 Neraca Aktiva Bank XYZ ............................................................94

Lampiran 3 Model Audit Program – Aset Tetap Bank XYZ .............................95

Lampiran 4 Leadsheet Aset Tetap Bank XYZ .................................................119

Lampiran 5 Rencana Pengujian Substantif terkait Aset Tetap Bank XYZ ......121

Lampiran 6 Audit Checklist terkait Aset Tetap pada Bank XYZ ....................125

xiv
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang


Dunia pendidikan di Indonesia terus mengalami perkembangan. Semakin
banyak perguruan tinggi menawarkan jasa pendidikan dengan kurikulum
berstandar internasional. Selain itu, banyak perguruan tinggi bekerjasama dengan
perguruan tinggi di luar negeri demi menghasilkan lulusan-lulusan yang siap
berkompetisi dalam menghadapi persaingan dunia kerja. Untuk menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas, banyak perguruan tinggi merancang
kurikulum agar memenuhi kebutuhan dunia usaha saat ini.
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, (yang kemudian disebut FEUI),
senantiasa membekali mahasiswanya agar menjadi lulusan yang memiliki nilai
lebih dibandingkan lulusan-lulusan dari universitas lain. FEUI menerapkan
program link and match pada sistem pendidikan tinggi yang dimilikinya. Dengan
program link and match, mahasiswa akan diberi ilmu yang tepat guna di tempat
kerja kelak. Dengan demikian, diharapkan agar lulusan FEUI akan memenuhi
persyaratan yang diinginkan dunia kerja setelah lulus dari bangku kuliah.
FEUI juga merupakan salah satu universitas yang memberikan pilihan
karya akhir bagi mahasiswa. Pilihan tugas akhir yang dapat dipilih mahasiswa
adalah laporan magang, skripsi, ataupun studi mandiri.
Program magang dapat diambil bagi mahasiswa yang telah mengambil
minimal 120 sks. Umumnya kantor akuntan publik mengutamakan mahasiswa
yang bisa bekerja full time melaksanakan program magang. Kantor akuntan publik
juga mengutamakan mahasiswa semester tingkat akhir dan maksimal mengambil
satu mata kuliah dalam semester disaat mahasiswa mengambil program magang.
Pilihan tugas karya akhir kedua adalah skripsi. Skripsi merupakan sebuah
karya tulis dengan bimbingan seorang dosen yang bertujuan meningkatkan
kemampuan analisis mahasiswa yang berkaitan dengan bidang keilmuannya.
Skripsi dapat diambil apabila mahasiswa telah lulus minimal 120 sks.
Studi Mandiri merupakan salah satu pilihan tugas akhir mahasiswa yang
bertujuan memberi pengalaman melakukan riset mandiri bagi mahasiswa. Untuk
mengambil karya akhir berupa studi mandiri, mahasiswa harus menyelesaikan

1
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


2

minimum 120 sks. Selain itu, studi mandiri berbobot 3 sks sehingga mahasiswa
diwajibkan mengambil satu mata kuliah pilihan agar memenuhi syarat minimum
sks untuk kelulusan, yaitu sebanyak 145 sks. Selanjutnya mahasiswa akan
dibimbing seorang pengajar untuk melakukan kajian literatur atas suatu topik,
aplikasi atau teori yang baru. Hasil akhir dari studi mandiri berupa makalah yang
berjumlah 20 – 30 lembar halaman yang siap dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.
Penulis memilih program magang sebagai tugas akhir karena penulis
tidak hanya ingin mempraktikkan ilmu yang diperoleh selama bangku kuliah
tetapi juga ingin mendapat nilai tambah karena telah merasakan pengalaman kerja.
Nilai tambah yang diperoleh penulis tidak hanya ilmu yang bersifat hardskill,
(ilmu akuntansi dan audit), tetapi juga ilmu softskill. Nilai softskill tersebut dapat
berupa kemandirian, kedisiplinan, kemampuan bekerjasama dalam tim,
beradaptasi dengan lingkungan baru, berkomunikasi dengan tim, dan lain
sebagainya. Dengan mendapat ilmu berupa hardskill dan softskill yang didapat
dari program magang, penulis akan memiliki nilai tambah dalam menghadapi
persaingan di dunia kerja.

1.2 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang


Penulis berkesempatan melakukan program magang di Kantor Akuntan
Publik Osman Bing Satrio & Eny (yang selanjutnya disebut KAP OBSE). KAP
OBSE adalah kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu Limited. KAP OBSE berkantor pusat di gedung The Plaza Office
Tower, Jalan M.H. Thamrin Kav. 28 – 30, Jakarta. Waktu pelaksanaan program
magang dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai pada tanggal 4 Januari
2013 dan berakhir pada 30 April 2013.

1.3 Aktivitas Selama Magang


Selama pelaksanaan program magang di KAP OBSE, penulis
ditempatkan pada divisi audit dengan grup Financial Services & Insurances 3
(FSI 3). Grup tersebut adalah grup yang memberikan jasa audit untuk industri
yang bergerak di sektor industri keuangan seperti bank, asuransi, dan perusahaan
pembiayaan. Penulis menjalankan program magang selama empat bulan sebagai

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


3

Assurance & Advisory Trainee. Walaupun berstatus trainee, pekerjaan yang


diberikan kepada penulis tidak jauh berbeda dengan pegawai baru yang berstatus
Associate 1. Penulis umumnya diberikan pekerjaan yang tidak terlalu rumit dan
berisiko rendah dibandingkan dengan pegawai lain yang sudah menjadi pegawai
tetap di kantor akuntan publik OBSE.
Selama periode magang, penulis hanya berkesempatan mengaudit satu
perusahaan yaitu PT. Bank XYZ Tbk (selanjutnya disebut Bank XYZ). Hal ini
disebabkan bahwa bank tersebut merupakan salah satu klien terbesar KAP OBSE
dimana proses audit yang dilakukan membutuhkan waktu lebih dari empat bulan.
Tim audit yang ditugaskan untuk melakukan audit di Bank XYZ terdiri dari:
• 1 (satu) orang lead client service partner,
• 1 (satu) orang advisor
• 1 (satu) orang ERN partner
• 3 (tiga) orang manager
• 1 (satu) orang audit in-charge,
Selama melakukan audit di Bank XYZ, penulis diberi kesempatan
melakukan audit di tiga tempat, yaitu kantor pusat Bank XYZ, kantor cabang
utama Senayan dan kantor cabang utama Palmerah. Di tiga tempat tersebut,
pekerjaan yang diberikan kepada penulis terdiri dari melakukan pengujian
substantif, melakukan pengujian perincian saldo, dan mengumpulkan bukti audit
yang didapat dari melakukan konfirmasi, inquiry dengan klien, dokumentasi, dan
perhitungan ulang.

1.4 Latar Belakang Tema Laporan Magang


Entitas pada umumnya membagi aset ke dalam aset lancar dan aset tidak
lancar. Aset lancar adalah kas dan aset lain di dalam perusahaan yang
diekspektasikan dikonversi, dijual, dikonsumsi dalam satu tahun atau dalam satu
siklus operasi. Sedangkan aset tidak lancar adalah aset yang tidak memenuhi
definisi aset lancar, yaitu aset di dalam perusahaan yang diekspekasikan
dikonversi, dijual, dikonsumsi lebih dari satu tahun atau lebih dari satu siklus
operasi.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


4

Namun, dalam industri perbankan, aset terbagi menjadi aset produktif


dan aset non-produktif. Aset produktif adalah aset yang digunakan untuk
menghasilkan pendapatan bagi bank seperti kredit, call money, giro, dan lain
sebagainya. Sedangkan aset non-produktif adalah aset yang dimiliki bank yang
penggunaannya tidak untuk menghasilkan pendapatan. Pada umumnya aset non-
produktif digunakan untuk operasional perusahaan. Aset tetap pada industri
perbankan dikelompokkan ke dalam aset non-produktif.
Aset tetap memiliki beberapa karakteristik. Umumnya aset tetap
memiliki nilai perolehan yang besar. Akan tetapi, nilai aset terbesar pada industri
perbankan adalah aset keuangan yang berupa kredit. Aset keuangan memiliki ciri
frekuensi transaksinya yang sering terjadi. Sedangkan aset tetap memiliki
frekuensi transaksi yang sangat jarang terjadi namun dengan nilai transaksi yang
besar.
Karakteristik aset tetap yang lain adalah memiliki umur lebih dari satu
tahun. Jika aset memiliki umur dibawah satu tahun, maka aset tersebut
digolongkan ke dalam aset lancar. Aset lancar tidak disusutkan karena umumnya
aset lancar dicatat sebagai beban yang akan habis dalam satu tahun sedangkan aset
tetap memiliki perlakuan khusus karena memiliki umur diatas satu tahun. Pada
umumnya aset tetap dicatat sebagai biaya perolehan yang kemudian disusutkan
setiap periode.
Karakteristik selanjutnya adalah bahwa aset tetap selalu berbentuk aset
berwujud (tangible asset) sehingga identifikasinya mudah dilakukan. Perusahaan
dapat melihat wujud fisik aset tetap yang dimilikinya. Lain halnya dengan aset
lancar berupa kredit yang tidak memiliki wujud.
Pembelian aset tetap adalah untuk operasional perusahaan, baik produksi,
disewakan, maupun untuk keperluan administrasi. Selain itu, terdapat penilaian
kembali (revaluasi) nilai wajar aset apabila model yang digunakan perusahaan
berupa model revaluasian untuk mengukur nilai aset tetap setelah pengakuan
awal.
Beberapa karakteristik di atas membuat akun aset tetap memiliki proses
audit yang berbeda dengan proses audit lainnya sehingga menarik untuk dibahas.
Selain itu, penulis berkesempatan melakukan audit terhadap akun aset tetap dan

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


5

ingin melakukan analisis antara praktik yang terjadi di lapangan dengan teori yang
didapat selama bangku kuliah. Oleh karena itu, penulis mengambil topik yang
berkaitan dengan audit aset tetap dengan judul, “Prosedur Audit Umum atas Aset
Tetap pada Laporan Keuangan PT Bank XYZ Tbk” untuk laporan magang ini.

1.5 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang


Laporan magang ini memiliki ruang lingkup yang penulis batasi pada
prosedur audit yang dilakukan KAP OBSE atas aset tetap Bank XYZ untuk
periode yang berakhir pada 31 Desember 2012. Penulis juga membatasi ruang
lingkup laporan magang ini pada aset tetap induk Bank XYZ. Sedangkan
konsolidasi Bank XYZ dengan anak usaha bukan merupakan ruang lingkup
laporan magang ini. Selain itu, aset tetap yang akan dibahas adalah aset tetap yang
dimiliki sendiri oleh Bank XYZ. Aktiva sewa guna usaha tidak akan dibahas
karena Bank XYZ tidak memiliki aktiva sewa guna usaha per 31 Desember 2012.
Pembahasan laporan magang ini dimulai dengan kebijakan akuntansi
Bank XYZ, yang meliputi pengakuan, penyusutan, penurunan nilai, penghentian
pengakuan (pelepasan), dan pengungkapan pada laporan keuangan. Dalam hal
pengakuan, penulis akan membahas mengenai kapan saat aset tetap diakui dan
berapa nilai yang akan dicatat. Lalu penulis akan membahas mengenai metode
penyusutan yang digunakan Bank XYZ. Penulis juga akan membahas kondisi
dimana aset tetap tidak lagi dicatat sebagai aset tetap yang dimiliki perusahaan.
Terakhir, penulis akan membahas mengenai pengungkapan aset tetap pada
laporan keuangan Bank XYZ.
Selanjutnya penulis akan membahas pengendalian internal Bank XYZ
dengan membahas standar operasional prosedur Bank XYZ terkait aset tetap.
Pengendalian yang akan dibahas penulis adalah pengendalian Bank XYZ pada
saat penambahan aset tetap, pemeliharaan aset tetap, dan pelepasan aset tetap.
Setelah membahas mengenai prosedur akuntansi dan pengendalian
internal Bank XYZ, penulis akan membahas prosedur audit yang dilakukan KAP
OBSE pada Bank XYZ. Prosedur audit yang akan dibahas meliputi beberapa
tahap yaitu tahap perencanaan audit, pelaksanaan audit, hingga tahap pelaporan
audit. Pada tahap pelaksanaan audit, penulis akan membahas prosedur audit sesuai

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


6

dengan tujuan auditnya baik tujuan audit terkait saldo maupun tujuan audit terkait
presentasi dan pengungkapan. Selain itu, penulis juga akan membahas temuan
audit KAP OBSE atas aset tetap di Bank XYZ.
Pada bagian terakhir dalam bab pembahasan laporan magang, penulis
akan membandingkan kesesuaian kebijakan akuntansi Bank XYZ dengan teori.
Penulis juga akan membandingkan kesesuaian prosedur audit yang dilakukan
KAP OBSE atas aset tetap Bank XYZ dengan teori.

1.6 Tujuan Pembahasan


Laporan magang merupakan salah satu tugas akhir mahasiswa sebagai
syarat kelulusan dari FEUI. Laporan magang berisi mengenai kegiatan yang
dilakukan mahasiswa selama program magang dan pelajaran yang diambil dari
program magang. Laporan magang ini dibuat dengan tujuan:
• memberi gambaran mengenai prosedur akuntansi dan pengendalian
internal yang terkait dengan aset tetap di Bank XYZ,
• menganalisis kebijakan akuntansi yang dilakukan Bank XYZ dan melihat
kesesuaiannya dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK),
serta literatur-literatur terkait,
• membahas prosedur dan temuan audit yang dilakukan KAP OBSE
terhadap akun aset tetap pada Bank XYZ.
Dengan demikian, laporan magang dapat memberi manfaat baik bagi diri
penulis pribadi maupun bagi pembaca. Manfaat tersebut adalah bertambahnya
pengetahuan mengenai praktik akuntansi dan audit yang berlaku di lapangan
terkait aset tetap. Selain itu, pembaca dari golongan mahasiswa juga akan
mendapatkan gambaran mengenai program magang di kantor akuntan publik.

1.7 Sistematika Penulisan Laporan Magang


Laporan magang ini tersusun atas 5 (lima) bab disertai dengan beberapa
lampiran sebagai informasi tambahan. Berikut ini merupakan sistematika
penulisan laporan magang:
a. Bab 1 Pendahuluan

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


7

Bab ini berisi latar belakang pelaksanaan magang, waktu dan tempat
pelaksanaan magang, dan aktivitas yang dilakukan penulis selama periode
magang. Dalam bab ini, penulis juga akan menjelaskan mengenai latar
belakang tema laporan magang yang dipilih, ruang lingkup, dan tujuan
laporan magang. Poin terakhir dari bab ini adalah sistematika penulisan
laporan magang.
b. Bab 2 Landasan Teori
Bab ini akan membahas mengenai teori akuntansi dan audit terkait aset
tetap yang akan digunakan dalam analisis dan pembahasan bab 4.
Pembahasan teori akuntansi yang dibahas dalam bab 2 antara lain
pengakuan, pengukuran saat akuisisi, pengukuran setelah akuisisi,
penyusutan, penurunan nilai, penghentian pengakuan, dan pengungkapan
aset tetap. Bab 2 juga akan membahas sedikit teori mengenai pengendalian
internal. Selanjutnya akan dibahas mengenai teori audit dimulai dari
definisi audit, jenis audit, asersi manajemen dan tujuan audit, risiko audit,
bukti audit dan prosedur audit untuk aset tetap. Landasan teori yang
dimuat dalam laporan magang ini mengacu pada Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP), Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK), buku teks kuliah, dan berbagai literatur mengenai pengauditan
dan akuntansi.
c. Bab 3 Profil Perusahaan
Pada bab 3, akan dibagi menjadi 2 (dua) subbab. Satu subbab akan
membahas mengenai profil kantor akuntan publik dimana penulis
melaksanakan program magang. Subbab ini memberikan gambaran umum
mengenai KAP Osman, Bing, Satrio & Eny seperti sejarah berdirinya, jasa
profesional yang ditawarkan, serta divisi-divisi yang ada di dalamnya.
Subbab selanjutnya akan membahas profil perusahaan klien yang diaudit
KAP OBSE dimana penulis menjalani program magang selama empat
bulan. Pembahasan subbab bagian kedua akan menjelaskan gambaran
umum Bank XYZ, sejarah berdirinya, produk yang ditawarkan, dan
informasi lainnya yang berkaitan dengan Bank XYZ.
d. Bab 4 Pembahasan

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


8

Bab ini berisi pembahasan kebijakan akuntansi untuk aset tetap yang
diterapkan di Bank XYZ. Pembahasan selanjutnya adalah pembahasan
mengenai pengendalian internal yang dilakukan Bank XYZ. Selanjutnya,
bab ini akan menjelaskan dengan rinci tiap-tiap prosedur audit yang
dijalankan dalam mengaudit aset tetap Bank XYZ dan membahas temuan
audit yang ditemukan dalam pelaksanaan audit. Pembahasan terakhir akan
berisi analisis penulis mengenai kesesuaian praktek di lapangan dengan
teori akuntansi dan teori audit.
e. Bab 5 Kesimpulan Saran
Bab yang menjadi bab terakhir dalam laporan magang ini berisi
kesimpulan yang diperoleh atas seluruh proses audit terkait aset tetap pada
Bank XYZ. Penulis juga akan memberikan saran kepada KAP OBSE
terkait dengan kegiatan magang dan saran kepada Bank XYZ terkait
dengan kebijakan akuntansi untuk akun aset tetap berdasarkan analisis dan
pengalaman penulis selama melakukan audit.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Aset Tetap


2.1.1 Definisi Aset Tetap
“Sebuah aset adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai hasil dari
kejadian masa lampau dan dimana keuntungan ekonomis di masa depan
diharapkan mengalir ke entitas”. IASB (AASB) Framework for the Preparation
and Presentation of Financial Statements (paragraf 49).
Sementara itu, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 16 revisi
2011 tentang aset tetap mendefinisikan aset tetap sebagai aset berwujud yang:
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau
jasa, untuk direntalkan pada pihak lain, atau untuk tujuan administratif.
2. Diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Sedangkan aset tetap menurut Kieso, Weygandt, & Warfield (2011)
memiliki tiga karakterisitik yaitu:
1. Aset tetap digunakan untuk berproduksi dan memiliki umur lebih dari satu
periode dan disusutkan tiap periode.
Aset tetap memiliki tujuan menghasilkan arus kas masa depan bagi
perusahaan. Misalkan mesin yang digunakan untuk proses produksi akan
menghasilkan produk yang akan dijual.
2. Aset tetap merupakan tangible asset.
Aset tetap mudah dilacak dan mudah dicari karena memiliki wujud fisik
atau barangnya benar-benar ada.
3. Aset memiliki umur yang panjang dan bertujuan tidak untuk dijual
kembali.
Aset tetap berbeda dengan persediaan karena aset tetap digunakan untuk
jangka waktu yang panjang. Aset tetap kurang sensitif terhadap nilai wajar
sedangkan persediaan sensitif terhadap nilai wajar karena persediaan
berkaitan dengan likuiditas.
Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI), yang merupakan
petunjuk teknis akuntansi operasional bagi bank, mendefinisikan aset tetap
sebagai aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam penyediaan jasa atau

9
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


10

untuk mendukung kegiatan operasional yang digunakan selama lebih dari satu
periode.

2.1.2 Pengakuan Aset Tetap


Biaya perolehan aset tetap diakui sebagai aset jika dan hanya jika
kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari
aset tersebut dan biaya perolehannya dapat diukur secara andal.
Aset tetap diakui setelah aset tetap telah berada pada lokasi dan kondisi
yang diinginkan supaya aset siap digunakan sesuai maksud manajemen. Setelah
itu, biaya-biaya lain yang mengkapitalisasi nilai aset tetap dihentikan
pengakuannya. Biaya-biaya yang tidak bisa mengkapitalisasi nilai aset tetap
tersebut dapat berupa:
• biaya yang terjadi setelah aset tetap mampu beroperasi sesuai maksud
manajemen namun belum digunakan atau beroperasi dibawah kapasitas
penuh,
• kerugian awal operasi seperti ketika permintaan terhadap keluaran masih
rendah, dan
• biaya relokasi atau reorganisasi sebagian atau seluruh operasi entitas.
Biaya perawatan sehari-hari tidak dikapitalisasi sebagai aset tetap entitas.
Biaya pemeliharaan, suku cadang, dan tenaga kerja saat digunakannya aset tetap
ini, hanya dicatat sebagai biaya pada saat terjadinya. Biaya tersebut kemudian
diakui ke dalam laba rugi pada periode disaat biaya tersebut timbul.

2.1.3 Pengukuran Biaya Perolehan


Biaya perolehan aset tetap adalah setara harga tunai pada tanggal
pengakuan. Lebih lanjut, Kieso, Weygandt, & Warfield (2011) menjelaskan
bahwa dasar mengukur nilai aset tetap adalah biaya historis yaitu menggunakan
nilai kas atau kas ekuivalen untuk memperoleh aset dan membawa aset tersebut
pada tempat dan kondisi yang diinginkan manajemen untuk tujuan yang
diinginkan. Jika pembayaran ditangguhkan melampaui jangka waktu kredit
normal, maka perbedaan antara harga tunai dan total pembayaran diakui sebagai

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


11

beban bunga selama periode kredit, kecuali beban bunga tersebut dikapitalisasi
sesuai dengan PSAK 26: Biaya Pinjaman. PSAK 16 revisi 2011 menyatakan
komponen-komponen biaya perolehan terdiri dari:
a. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
dapat dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain.
b. Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa
aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset tersebut siap
digunakan sesuai dengan maksud manajemen.
c. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset tetap. Kewajiban tersebut timbul ketika aset tetap
diperoleh atau sebagai konsekuensi penggunaan aset tetap selama periode
tertentu untuk tujuan lain selain untuk menghasilkan persediaan.
Pada poin (b) dijelaskan bahwa komponen biaya perolehan salah satunya
berasal dari biaya yang dapat diatribusikan secara langsung. Berikut adalah
contoh-contoh biaya yang bisa diatribusikan ke dalam biaya perolehan aset tetap
yaitu:
a. Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari konstruksi atau
perolehan aset tetap.
b. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik.
c. Biaya penanganan dan penyerahan awal.
d. Biaya perakitan dan instalasi.
e. Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi
hasil neto penjualan setiap produk yang dihasilkan sehubungan dengan
pengujian tersebut, contohnya hasil dari peralatan yang sedang diuji.
f. Komisi professional.
Sedangkan contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan
aset tetap adalah:
a. Biaya pembukaan fasilitas baru.
b. Biaya pengenalan produk atau jasa baru (termasuk biaya iklan dan
aktivitas promosi).

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


12

c. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan


baru (termasuk biaya pelatihan staf).
d. Biaya administratif dan biaya overhead umum lain.

2.1.4 Pengukuran Setelah Pengakuan Aset Tetap


Setelah aset tetap diakui, terdapat dua model untuk mengukur nilai aset
tetap. Dua model tersebut adalah model biaya dan model revaluasi. Disebut model
biaya apabila aset diakui pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan
dan akumulasi rugi penurunan nilai. Sedangkan model revaluasi, aset tetap diakui
pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi
akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah tanggal
revaluasi. Revaluasi dilakukan dengan keteraturan yang cukup teratur untuk
memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah
yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
Jika aset tetap direvaluasi, entitas dapat memilih satu dari dua perlakuan
yang bisa digunakan untuk menyusutkan aset tetap yang direvaluasi tersebut,
yaitu:
a. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah
tercatat bruto aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama
dengan jumlah revaluasiannya. Metode ini sering digunakan jika aset
direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk menentukan biaya
pengganti tersusutkan.
b. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto
setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset
tersebut. Metode ini sering digunakan untuk bangunan.
Dalam metode revaluasi, setiap kelompok aset harus direvaluasi secara
lengkap. Jika perusahaan A ingin melakukan revaluasi pada tanah, maka semua
tanah harus direvaluasi tanpa terkecuali. Perusahaan A tidak boleh merevaluasi
sebidang tanah sedangkan tanah yang lainnya tidak direvaluasi. Revaluasi secara
lengkap dilakukan agar menghindari revaluasi secara selektif dan bercampurnya
biaya perolehan dengan nilai lain pada tanggal berbeda.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


13

Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, maka kenaikan


tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam
ekuitas bagian surplus revaluasi. Namun, kenaikan tersebut diakui dalam laba rugi
hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset yang sama akibat revaluasi yang
pernah diakui sebelumnya dalam laba rugi.
Jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, maka penurunan tersebut
diakui dalam laba rugi. Namun, penurunan nilai tersebut diakui dalam pendapatan
komprehensif lain sepanjang tidak melebihi saldo surplus revaluasi untuk aset
tersebut. Penurunan nilai yang diakui dalam pendapatan komprehensif lain
tersebut mengurangi jumlah akumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus
revaluasi.
Jika entitas mengubah kebijakan akuntansi dari model biaya ke model
revaluasi dalam pengukuran aset tetap, maka perubahan tersebut berlaku secara
prospektif.

2.1.5 Penyusutan
Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan dari
suatu aset selama masa manfaatnya. Umur manfaat berarti suatu periode dimana
aset diharapkan akan digunakan oleh entitas; atau jumlah produksi atau unit
serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset tersebut oleh entitas. Beban
penyusutan diakui dalam laporan laba rugi setiap periode Metode penyusutan
yang digunakan mencerminkan ekspektasi pola pemakaian manfaat ekonomi masa
depan aset oleh entitas. Metode penyusutan yang digunakan untuk suatu aset
dikaji setidak-tidaknya setiap akhir tahun buku dan jika terjadi perubahan yang
signifikan dalam ekspektasi pola pemakaian manfaat ekonomi masa depan aset
tersebut, maka metode penyusutan diubah untuk mencerminkan perubahan pola
tersebut.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengalokasikan jumlah
tersusutkan dari aset secara sistematis selama umur manfaatnya yaitu:
1. Metode garis lurus

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


14

Metode garis lurus menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur


manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah.
2. Metode saldo menurun
Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang menurun selama
umur manfaat aset.
3. Metode unit produksi
Metode unit produksi menghasilkan pembebanan berdasarkan pada
ekspektasi penggunaan atau keluaran dari aset.
Pemilihan salah satu metode di atas didasarkan pada ekspektasi pola
pemakaian manfaat ekonomis masa depan aset. Jika entitas telah menerapkan
salah satu dari metode di atas, maka entitas tersebut wajib menerapkannya di
periode selanjutnya secara konsisten, kecuali terdapat perubahan dalam ekspektasi
pola pemakaian manfaat ekonomis masa depan aset tersebut.
Penyusutan suatu aset dimulai ketika aset siap untuk digunakan, yaitu pada
saat aset berada pada lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset tetap siap
digunakan sesuai dengan maksud manajemen. Aset tidak akan berhenti disusutkan
kecuali aset tersebut tidak digunakan atau dihentikan penggunaannya. Akan tetapi,
aset yang telah habis disusutkan nilainya, tidak disusutkan lagi. Khusus untuk
aset yang metode penyusutannya menggunakan metode pemakaian (misal metode
unit produksi), beban penyusutan menjadi nol ketika tidak ada produksi.
Metode penyusutan, nilai residu dan umur manfaat dikaji sekurang-
kurangnya setiap akhir tahun buku. Jika hasil kajian berbeda dengan estimasi
sebelumnya, maka perbedaan tersebut diperlakukan sebagai perubahan estimasi
akuntansi. Dalam menentukan umur manfaat ekonomi, beberapa faktor berikut ini
turut diperhitungkan:
1. Ekspektasi daya pakai dari aset.
Daya pakai dinilai dengan merujuk pada ekspektasi kapasitas atau
keluaran fisik dari aset.
2. Ekspektasi tingkat keausan fisik.
Keausan fisik tergantung pada faktor pengoperasian aset seperti jumlah
penggiliran penggunaan aset dan program pemeliharaan dan

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


15

perawatannya, serta perawatan dan pemeliharaan saat aset tidak


digunakan.
3. Keusangan teknis dan keusangan komersial.
Keusangan yang disebabkan oleh perubahan atau peningkatan produksi,
atau karena perubahan permintaan pasar atas produk atau jasa yang
dihasilkan oleh aset.
4. Pembatasan hukum atau yang serupa atas penggunaan aset, seperti
berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa.

2.1.6 Penghentian Pengakuan Aset Tetap


Pengakuan aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan aset
tetap atau ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomis masa depan yang
diekspektasikan dari penggunaan atau pelepasannya.
Jika suatu entitas memiliki kegiatan usaha yang menyewakan /
merentalkan aset dan akan menjual asetnya, maka entitas tersebut memindahkan
aset tetap tersebut menjadi persediaan sebesar nilai tercatatnya ketika tidak lagi
direntalkan dan menjadi aset dimiliki untuk dijual.
Pelepasan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya
dijual, disewakan dalam sewa pembiayaan, atau disumbangkan. Keuntungan atau
kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dimasukkan dalam
laba rugi ketika aset tetap tersebut dihentikan pengakuannya.
Setelah aset dilepas, dengan kata lain dijual, akan timbul nilai kerugian
atau keuntungan. Sesuai PSAK 16 revisi 2011 paragraf 72, “Keuntungan atau
kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap ditentukan sebesar
selisih antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada, dan jumlah tercatatatnya”.
Keuntungan akan dicatat sebesar nilai wajarnya saat aset tersebut dijual. Jika aset
tetap tersebut pembayarannya ditangguhkan maka nilai yang dicatat pada awalnya
sebesar nilai yang setara dengan harga jual tunai sebagai pendapatan. Keuntungan
selanjutnya karena pembayaran yang ditangguhkan akan dicatat sebagai
pendapatan bunga.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


16

2.1.7 Pengungkapan Aset Tetap


PSAK 16 paragraf 74-80 menjelaskan mengenai informasi-informasi yang
perlu diungkapkan dalam laporan keuangan terkait aset tetap. Setiap kelompok
aset tetap mengungkap:
1. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat
bruto.
2. Metode penyusutan yang digunakan.
3. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan.
4. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan
akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode.
5. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang
menunjukkan:
a) penambahan,
b) aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau termasuk
dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual sesuai dengan PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki
untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan dan pelepasan lain,
c) perolehan melalui kombinasi bisnis,
d) peningkatan atau penurunan akibat revaluasi sesuai dengan paragraf
31, 39, dan 40 serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau dibalik
dalam pendapatan komprehensif lain sesuai dengan PSAK 48:
Penurunan Nilai Aset,
e) rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai dengan PSAK
48,
f) pembalikan rugi penurunan nilai dalam laba rugi sesuai dengan PSAK
48,
g) penyusutan,
h) selisih kurs neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari
mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan dari entitas
pelapor, dan

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


17

i) perubahan lain.
Informasi-informasi lain yang juga diungkapkan dalam laporan keuangan:
1. Keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik dan aset tetap yang
dijaminkan untuk liabilitas.
2. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang
sedang dalam konstruksi.
3. Jumlah komitmen kontraktual untuk memperoleh aset tetap.
4. Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami
penurunan nilai, hilang, atau dihentikan yang termasuk dalam laba rugi
jika tidak diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi
komprehensif.
Dalam menentukan metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset,
entitas memerlukan pertimbangan tertentu. Kebijakan akuntansi yang memerlukan
pertimbangan juga perlu diungkap seperti penjelasan mengenai penyusutan,
apakah diakui dalam laba rugi atau diakui sebagai bagian dari biaya perolehan
aset lain, selama suatu periode; dan akumulasi penyusutan pada akhir periode.
Jika suatu entitas mengubah kebijakan akuntansinya, maka entitas tersebut
perlu mengungkap informasi-informasi terkait dengan perubahan kebijakan
akuntansi yaitu nilai residu, estimasi biaya pembongkaran, pemindahan atau
restorasi aset tetap, umur manfaat, dan metode penyusutan.
Entitas yang menggunakan model revaluasian dalam pencatatannya perlu
mengungkapkan:
1. Tanggal efektif revaluasi.
2. Apakah melibatkan penilai independen.
3. Metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam estimasi nilai wajar.
4. Penjelasan mengenai nilai wajar aset tetap yang ditentukan secara
langsung dengan mengacu pada harga terobservasi dalam pasar aktif atau
transaksi pasar terkini yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik
penilaian lain.
5. Untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset
tersebut dicatat dengan model biaya.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


18

6. Surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan setiap


pembatasan distribusi kepada pemegang saham.
Informasi lain yang mungkin relevan dengan kebutuhan pengguna laporan
keuangan dapat diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Informasi
tersebut seperti:
1. Jumlah tercatat aset tetap yang tidak dipakai sementara.
2. Jumlah tercatat bruto dari setiap aset tetap yang telah disusutkan penuh
dan masih digunakan.
3. Jumlah tercatat aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif dan tidak
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58:
Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk dijual dan Operasi yang
Dihentikan.
4. Jika model biaya digunakan, maka nilai wajar aset tetap ketika berbeda
secara material dengan jumlah tercatat.

2.2 Teori Pengendalian Internal


Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009) menyatakan suatu pengendalian
internal terdiri dari kebijakan dan prosedur yang sengaja didesain untuk memberi
keyakinan yang memadai bahwa perusahaan akan mencapai tujuan yang
diinginkan. Pengendalian internal memiliki tiga tujuan utama, yaitu:
1. Keandalan laporan keuangan.
2. Efektivitas dan efisiensi dari operasi perusahaan.
3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan.
Pengendalian internal dirancang untuk memenuhi tiga tujuan di atas. Jika
tiga tujuan pengendalian internal tercapai, maka akan meminimalisir risiko yang
dapat mengganggu tercapainya tujuan perusahaan. Pengendalian internal
diterapkan pada semua bagian dalam suatu perusahaan, termasuk aset tetap yang
dimiliki perusahaan. Pengendalian internal terkait aset tetap dapat berupa:
• penggunaan berkas induk untuk setiap aset tetap,
• pengendalian fisik atas aset tetap yang mudah dipindahkan,
• penetapan nomor identifikasi untuk setiap aset tetap,

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


19

• perhitungan fisik secara periodik,


• terdapat ketentuan otorisasi penjualan dan pelepasan aset,
• terdapat metode formal untuk memberikan informasi kepada manajemen
tentang aset tercatat,
• terdapat verifikasi internal yang memadai atas pelepasan yang dicatat
untuk meyakini bahwa aset tersebut telah dihapus dari catatan akuntansi.
Sedangkan Warren, Reeve, dan Fees (2005), menjelaskan pengendalian
internal aset tetap dilakukan pada tiga tahap:
a. Tahap akuisisi aset tetap
Perusahaan hendaknya memiliki suatu prosedur yang mengatur proses
pengadaan suatu aset tetap. Pengadaan aset tetap membutuhkan otorisasi
dan persetujuan dari pihak yang memiliki jabatan tinggi dalam perusahaan
mengingat aset tetap bernilai signifikan.
b. Tahap pemeliharaan aset tetap
Pada saat perusahaan telah memiliki aset tetap, maka perusahaan
seharusnya melakukan pencatatan pada rincian aset tetap dan general
ledger. Perusahaan juga umumnya melakukan pengkodean / penomoran
aset tetap untuk memudahkan perusahaan mengidentifkasi aset tetap yang
dimiliki.
Pemeriksaan aset secara rutin juga perlu dilakukan sehingga dapat
dilakukan perbaikan segera untuk aset yang mengalami kerusakan.
Perusahaan juga dapat mengasuransikan aset tetap yang dimilikinya untuk
mengalihkan risiko kehilangan, pencurian, bencana alam, atau kebakaran
yang mungkin dihadapi.
c. Tahap pelepasan aset tetap
Seperti pengadaan aset tetap, pelepasan aset tetap juga memerlukan
prosedur dan otorisasi yang lebih tinggi dibanding pelepasan aset lainnya.
Jika aset tetap ingin dilepas karena telah habis masa manfaatnya, maka
perusahaan tidak boleh langsung mengeluarkan aset tetap tersebut dari
pencatatan sebelum memperoleh otorisasi pelepasan aset tetap sesuai
dengan prosedur.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


20

2.3 Teori Pengauditan


2.3.1 Definisi Audit
Pengauditan didefinisikan sebagai akumulasi dan evaluasi bukti-bukti
yang diperoleh mengenai informasi yang digunakan untuk menentukan dan
melaporkan tingkat korespondensi antara informasi yang diterima dan kriteria
yang ditetapkan. Auditor mengevaluasi segala informasi dan menentukan apakah
informasi tersebut telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh pihak
yang berwenang yaitu Dewan Standar Akuntansi Keuangan. Selain itu, untuk
memperoleh keyakinan dari pihak di luar manajemen bahwa laporan keuangan
telah disajikan secara wajar, seorang auditor haruslah independen dan kompeten.
Menurut Standar Auditing 110, auditor bertanggung jawab untuk
merencanakan dan melakukan audit untuk memperoleh keyakinan memadai
bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji material, baik karena
kecurangan maupun kekeliruan. Auditor tidak bertanggung jawab atas laporan
keuangan karena laporan keuangan merupakan tanggung jawab dari manajemen.
Dalam melaksanakan tugasnya, auditor harus mematuhi standar auditing dan kode
etik profesi yang berlaku.

2.3.2 Jenis Audit


Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009) menyebut 3 (tiga) jenis audit
yang dapat dilakukan oleh auditor independen, antara lain:
a. Audit operasional
Audit operasional menekankan pada efisiensi dan efektivitas prosedur dan
metode operasional perusahaan. Auditor akan menilai efektifitas dan
efisiensi operasi dan memberikan rekomendasi yang bernilai tambah bagi
perusahaan. Nilai tambah yang dimaksud dapat berupa operasional
perusahaan yang lebih efisien maupun operasional lebih efektif.
b. Audit kepatuhan
Suatu audit kepatuhan dilakukan untuk menentukan apakah auditee (pihak
yang diaudit) telah mengikuti prosedur, peraturan, atau regulasi yang telah
ditetapkan oleh regulator, seperti pemerintah.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


21

c. Audit laporan keuangan


Audit atas laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan
keuangan telah disajikan sesuai dengan kriteria yang spesifik dan bebas
dari salah saji material. Pada umumnya kriteria yang dimaksud berupa
prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2.3.3 Asersi Manajemen


Asersi manajemen berdasarkan SA seksi 110 adalah suatu deklarasi atau
suatu rangkaian deklarasi secara keseluruhan oleh pihak yang bertanggung jawab
atas deklarasi tersebut. Asersi manajemen berhubungan langsung kepada standar
akuntansi keuangan, sebagai bagian dari kriteria yang digunakan manajemen
untuk mencatat dan mengungkap informasi akuntansi dalam laporan keuangan.
Dengan demikian, kita dapat menyimpulkan bahwa asersi adalah pernyataan yang
dibuat oleh manajemen bahwa informasi yang dinyatakan telah sesuai dengan
standar. SA 326 mengelompokkan asersi ke dalam tiga kategori:
1. Asersi mengenai kelas transaksi
Asersi yang dinyatakan manajemen mengenai kelas transaksi lebih
menekankan pada kebenaran dan ketepatan pencatatan pada saat transaksi
terjadi. Asersi mengenai kelas transaksi terdiri dari Keterjadian (apakah
transaksi yang dicatat benar-benar terjadi), Kelengkapan (apakah
pencatatan sudah lengkap), Akurasi (apakah nilai yang tercatat dicatat
pada nilai yang tepat), Klasifikasi (apakah pencatatan telah dicatat pada
akun yang tepat), dan Cut-off (apakah pencatatan benar terjadi pada
periode yang tepat).
2. Asersi mengenai saldo akun pada periode berakhir
a. Keberadaan, asersi ini menunjukkan apakah aset, kewajiban, dan
ekuitas di dalam laporan posisi keuangan benar-benar ada pada saat
tanggal laporan.
b. Kelengkapan, asersi kelengkapan menekankan pada tercatatnya
seluruh transaksi. Sebagai contoh penjualan selama setahun benar-

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


22

benar tercatat seluruhnya tidak ada satu transaksi pun yang tidak
tercatat.
c. Valuasi & Alokasi, asersi ini menunjukkan apakah aset, kewajiban,
dan ekuitas di dalam laporan posisi keuangan menunjukkan nilai
yang tepat, termasuk setiap valuasi atau alokasi yang merefleksikan
nilai saat dibuatnya laporan.
d. Hak & Kewajiban, asersi ini berhubungan dengan menentukan
apakah entitas benar-benar memiliki hak atas aset dan liabilitas
benar-benar kewajiban yang dimiliki entitas.
3. Asersi mengenai presentasi dan pengungkapan
a. Keterjadian dan Hak & Kewajiban, asersi ini berhubungan dengan
apakah kejadian yang diungkap benar terjadi dan merupakan hak
dan kewajiban entitas.
b. Kelengkapan, asersi ini menekankan untuk mengungkap semua
informasi yang dibutuhkan ke dalam laporan keuangan.
c. Akurasi dan valuasi, asersi ini menekankan untuk mengungkap
dengan benar dan tepat informasi keuangan.
d. Klasifikasi dan dapat dipahami (classification and
understandability), asersi ini berhubungan dengan apakah jumlah
yang diklasifikasikan telah wajar, dan apakah informasi yang
diungkapkan dapat dengan mudah dipahami.
Asersi manajemen adalah deklrasai yang dibuat pihak manajemen.
Tujuan audit adalah memastikan kebenaran dari asersi manajemen. Elder,
Beasley, Arens, dan Jusuf (2009) menjelaskan terdapat tiga kelompok besar
tujuan audit, yaitu:
a. Tujuan Audit terkait Transaksi (Transaction-Related Audit Objectives)
Tujuan audit terkait transaksi memberikan kerangka bagi auditor dalam
mengumpulkan bukti yang cukup dan sesuai berhubungan dengan kelas-
kelas transaksi. Terdapat 6 (enam) tujuan audit terkait transaksi, yaitu;
• Keterjadian (Occurence)

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


23

Tujuan audit ini berkaitan dengan apakah transaksi yang dicatat benar-
benar terjadi. Biasanya tujuan audit ini untuk memeriksa adanya
kemungkinan kelebihan pencatatan (overstatement) oleh klien pada
laporan keuangannya.
• Kelengkapan (Completeness)
Tujuan audit ini berkaitan dengan apakah semua transaksi yang
seharusnya dicatat telah dicatat oleh klien. Biasaya tujuan audit ini
untuk memeriksa adanya kemungkinan kekurangan pencatatan
(understatement) pada laporan keuangan oleh klien.
• Ketepatan (Accuracy)
Tujuan audit ini berkaitan dengan apakah transaksi yang dicatat telah
dicatat pada jumlah yang benar.
• Posting and Summarization
Tujuan audit ini berkaitan dengan apakah transaksi yang telah dicatat
telah diposting ke master file yang tepat dan apakah transaksi telah
diringkas secara tepat.
• Klasifikasi (Classification)
Tujuan audit ini adalah untuk melihat apakah transaksi yang dicatat
dalam jurnal telah diklasifikasikan dengan benar, yakni dimasukkan
ke akun yang benar.
• Ketepatan Waktu (Timing)
Tujuan audit ini untuk melihat apakah transaksi telah dicatat pada
tanggal yang tepat.
b. Tujuan Audit terkait Saldo (Balance-Related Audit Objectives)
Tujuan audit terkait saldo adalah memberikan kerangka bagi auditor dalam
mengumpulkan bukti yang cukup dan sesuai berhubungan dengan saldo
akun pada laporan keuangan. Terdapat 8 (delapan) tujuan audit terkait
saldo, yaitu;
• Keberadaan (Existence)
Tujuan audit ini adalah memastikan bahwa jumlah yang tercantum
dalam laporan keuangan untuk setiap akun benar-benar terjadi. Tujuan

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


24

audit existence adalah mengantisipasi adanya kemungkinan


overstatement oleh klien pada laporan keuangannya.
• Kelengkapan (Completeness)
Tujuan audit ini berkaitan dengan apakah jumlah yang benar-benar
ada dan seharusnya tercantum dalam saldo akun telah dicantumkan.
Tujuan audit completeness adalah mengantisipasi kemungkinan
understatement oleh klien pada laporan keuangannya.
• Ketepatan (Accuracy)
Tujuan audit ini adalah bahwa jumlah yang tersaji di setiap akun telah
dicantumkan pada jumlah yang tepat.
• Klasifikasi (Classification)
Tujuan audit ini adalah bahwa jumlah yang tercantum dalam laporan
keuangan telah diklasifikasikan dengan tepat.
• Pisah Batas (Cut-off)
Tujuan audit ini adalah bahwa transaksi yang terjadi mendekati
tanggal neraca telah dicatat pada periode yang tepat.
• Kaitan Rinci (Detail Tie-in)
Tujuan audit ini adalah untuk memastikan bahwa jumlah yang
tercantum dalam saldo akun sesuai dengan jumlah pada master file.
• Nilai yang Terealisasi (Realizable Value)
Tujuan audit ini adalah bahwa aset dicatat pada jumlah estimasi yang
dapat direalisasikan.
• Hak dan Kewajiban (Rights and Obligations)
Tujuan audit ini adalah untuk memastikan bahwa aset yang diakui
dalam laporan keuangan benar-benar telah dimiliki klien karena
merupakan hak klien. Liabilitas yang diakui dalam laporan keuangan
benar-benar kewajiban klien sehingga wajib dicantumkan dalam
laporan keuangan.
c. Tujuan Audit terkait Presentasi dan Pengungkapan (Presentation and
Disclosure-Related Audit Objectives)

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


25

Tujuan audit terkait presentasi dan pengungkapan adalah memberikan


kerangka bagi auditor untuk mengumpulkan bukti yang cukup dalam
memastikan bahwa segala informasi yang diungkap dalam laporan
keuangan telah tersaji dengan benar dan lengkap. Tujuan audit terkait
presentasi dan pengungkapan antara lain sebagai berikut;
• Keterjadian, Hak dan Kewajiban
Tujuan audit ini berkaitan dengan apakah kejadian yang diungkapkan
klien benar-benar terjadi, dan apakah kejadian tersebut merupakan hak
atau kewajiban dari klien.
• Kelengkapan
Tujuan audit ini memastikan bahwa semua informasi yang seharusnya
dicantumkan oleh klien dalam laporan keuangannya telah tercantum
dengan lengkap.
• Valuasi dan Alokasi
Tujuan audit ini menentukan apakah informasi yang diungkapkan
klien telah wajar, dan apakah penentuan alokasi yang ditetapkan klien
telah wajar.
• Klasifikasi dan Understandability
Tujuan audit ini memastikan bahwa klien telah mengklasifikasikan
akun dalam laporan keuangannya dengan tepat, dan memberikan
penjelasan yang memadai sehingga dapat dipahami oleh pengguna
laporan keuangan.

2.3.4 Risiko Audit


Terdapat 4 (empat) jenis risiko dalam pengauditan (Elder, Beasley,
Arens, dan Jusuf, 2009), antara lain:

• Risiko deteksi yang telah direncanakan (planned detection risk) adalah


risiko bahwa bukti audit yang didapat akan gagal mendeteksi salah saji

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


26

yang melebihi batas toleransi. Risiko ini akan menentukan besarnya bukti
substantif yang akan direncanakan auditor. Jika risiko deteksi yang telah
direncanakan semakin rendah, maka jumlah bukti audit yang akan
dibutuhkan akan bertambah.
• Risiko bawaan (inherent risk) adalah kerentanan suatu saldo akun atau
golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi
bahwa tidak terdapat pengendalian yang terkait (SA seksi 312). Sedangkan
Arens, Elder, & Beasley menyatakan inherent risk mengukur penilaian
auditor terhadap kemungkinan bahwa terdapat salah saji material sebelum
mempertimbangkan keefektifan kontrol internal. Lebih lanjut, Tuanakotta
(2011) menjelaskan bahwa terdapat tiga hal penting dalam makna inherent
risk. Pertama, inherent risk bisa terjadi karena kompleksitas akun atau
transaksi yang bersangkutan karena sifat bisnis, misalnya persediaan yang
cepat usang seperti dalam bisnis komputer yang begitu cepat berkembang.
Kedua, inherent risk terjadi pada transaksi yang secara umum memiliki
kontrol internal namun untuk hal khusus yang menjadi bagian dari
transaksi khusus itu, belum ada pengaturannya. Contohnya Toserba yang
memberi potongan harga pada bulan tertentu, namun sebagian barang tidak
dipisahkan dari barang lainnya dan tidak diberi label khusus “Diskon”. Hal
ini mengakibatkan terjadinya risiko penjualan barang yang seharusnya
tidak didiskon namun dijual dengan harga diskon. Ketiga, auditor tidak
dapat memengaruhi risiko bawaan. Tidak ada prosedur audit untuk
mengurangi risiko bawaan. Auditor hanya dapat mengukur atau menilai
besaran risiko bawaan ini untuk merencanakan dengan baik bagaimana
proses audit yang akan dijalankan.
• Risiko pengendalian (control risk) adalah risiko tidak tercegahnya dan/atau
tidak ditemukannya salah saji yang melebihi batas toleransi dalam waktu
yang singkat, oleh sistem pengendalian internal pada entitas. Semakin
efektif pengendalian internal yang dimiliki entitas, maka risiko
pengendalian akan semakin rendah sehingga risiko deteksi yang telah
direncanakan akan meningkat. Risiko pengendalian sama seperti risiko

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


27

bawaan dimana tidak ada prosedur audit yang dapat mengurangi risiko
pengendalian. Auditor hanya menilai berapa besar risiko pengendalian
sebagai dasar untuk merencanakan prosedur audit yang akan dilakukan
auditor.
• Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) adalah besaran
risiko yang dapat diterima auditor ketika terdapat salah saji material dalam
laporan keuangan setelah proses audit selesai dan opini wajar tanpa
pengecualian telah dikeluarkan. Jika risiko audit yang dapat diterima tinggi
akan membuat risiko deteksi yang telah direncanakan akan meningkat
juga. Dengan demikian, risiko audit yang dapat diterima tinggi akan
menurunkan jumlah bukti audit yang dibutuhkan auditor.

2.3.5 Bukti Audit


Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009) mendefinisikan bukti audit
sebagai informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah
informasi yang diaudit telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Terdapat
8 (delapan) jenis bukti audit yang dapat digunakan oleh auditor dalam proses
audit, antara lain:
• Pemeriksaan fisik (physical examination)
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan inspeksi ke lapangan dan menghitung
secara fisik suatu aset berwujud. Pemeriksaan fisik adalah salah satu cara
untuk memverifikasi bahwa aset yang dicatat benar-benar ada (existence)
dan telah dicatat seluruhnya (completeness).
• Konfirmasi (confirmation)
Konfirmasi adalah respon langsung atau tertulis dari pihak ketiga yang
independen untuk meyakinkan keakuratan informasi yang dimiliki klien.
Auditor meminta keakuratan informasi kepada klien dan klien kemudian
akan membuatkan konfirmasi kepada pihak ketiga atas nama klien bukan
atas nama auditor.
• Dokumentasi (documentation)
Dokumentasi diartikan sebagai pemeriksaan atas dokumen-dokumen yang

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


28

dimiliki klien untuk memperkuat informasi yang terdapat dalam laporan


keuangan. Dokumen dapat berasal dari internal maupun dari pihak
eksternal klien.
• Prosedur analitis (analytical procedure)
Prosedur analitis dilakukan auditor dengan membandingkan saldo akun
periode berjalan dengan periode sebelumnya, dengan perhitungan auditor,
serta menganalisis hubungan antar akun untuk melihat apakah pergerakan
saldo akun cukup masuk akal. Prosedur analitis umumnya dilakukan tiga
kali dalam audit, yaitu sebelum pelaksanaan audit (preliminary analytical
procedure), saat berlangsungnya audit, dan penyelesaian audit.
• Bertanya kepada klien (inquires of the client)
Bertanya kepada klien baik secara lisan maupun tertulis digunakan auditor
sebagai bukti yang menguatkan prosedur audit lainnya. Seringkali auditor
bertanya kepada klien apabila tidak menemukan bukti audit dalam bentuk
tertulis sehingga auditor bertanya untuk mencari tahu informasi yang
diperlukannya.
• Perhitungan ulang (recalculation)
Perhitungan ulang dilakukan auditor untuk memverifikasi kebenaran
angka yang disajikan klien.
• Perlakuan ulang (reperformance)
Perlakuan ulang dilakukan auditor dengan melakukan tes independen atas
prosedur akuntansi atau pengendalian internal klien. Hasil dari perlakuan
ulang untuk memastikan bahwa hasil dari tes yang dilakukan auditor sama
dengan hasil yang dilakukan klien. Dengan demikian, auditor dapat
menilai tingkat kepatuhan klien terhadap prosedur yang telah dibuat klien.
• Observasi (observation)
Observasi adalah penggunaan panca indera untuk menilai baik aktivitas
maupun fasilitas klien. Contohnya, auditor dapat berkeliling pabrik untuk
memperoleh kesan umum mengenai kondisi aset yang dimiliki klien.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


29

2.3.6 Tahap Audit


Tahap audit yang digunakan kantor akuntan peringkat teratas pada
umumnya menggunakan audit dengan pendekatan terpadu seperti yang ditulis
Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009) dalam bukunya. Secara umum tahap audit
dibagi menjadi empat bagian seperti pada tabel 2.1 dibawah ini.
Tahap satu dimulai dengan penerimaan klien dan melakukan perencanaan
audit awal. Auditor melakukan pemahaman atas industri dan bisnis klien untuk
menilai risiko bisnis yang dimiliki klien. Setelah itu, auditor melakukan prosedur
analitis awal dan memahami pengendalian internal klien. Dari pengendalian
internal, auditor dapat menilai control risk dan menggabungkannya dengan
informasi lain untuk menilai risiko-risiko ada. Penilaian risiko tersebut akan
menjadi dasar auditor dalam membuat rencana audit.
Pada tahap kedua, auditor melakukan pengujian pengendalian untuk
menguji kepatuhan klien terhadap pengendalian internal yang telah dibuat klien.
Jika hasil pengujian pengendalian menunjukkan bahwa pengendalian yang
dilakukan berjalan efektif, maka auditor dapat mengurangi risiko pengendalian
yang telah ditetapkan di awal. Hal tersebut mengurangi bukti audit yang
dibutuhkan auditor dalam pengujian substantif. Pengujian selanjutnya adalah
melakukan pengujian substantif. Auditor menguji apakah transaksi-transaksi yang
terjadi telah akurat dan sesuai dengan yang dicantumkan dalam laporan keuangan.
Pada tahap ketiga, auditor akan melakukan prosedur analitis untuk menilai
apakah kenaikan atau penurunan saldo akun yang diaudit berada dalam batas yang
wajar. Jika kenaikan atau penurunan saldo akun berada pada tahap yang tidak
sewajarnya, maka investigasi lebih lanjut dilakukan auditor. Selain itu, auditor
juga akan melakukan pengujian perincian saldo untuk memastikan tidak ada salah
saji pada suatu akun. Pengujian perincian saldo dilakukan dengan menguji saldo
akhir neraca dan laporan laba rugi. Biasanya pengujian perincian saldo dilakukan
apabila pengujian substantif belum memberi keyakinan yang memadai bagi
auditor.
Tahap yang terakhir dilakukan auditor adalah mengumpulkan semua bukti
audit dan informasi yang diperoleh auditor. Berdasarkan bukti dan informasi yang

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


30

Tabel 2.1 Empat Tahap dalam Audit

Tahap 1:

Melakukan perencanaan dan mendesain pendekatan


audit.

Tahap 2:

Melakukan pengujian pengendalian dan pengujian


substantif atas transaksi.

Tahap 3:

Melakukan prosedur analitis dan tes perincian


saldo.

Tahap 4:

Tahap penyelesaian audit dan penerbitan laporan


audit.

Sumber: Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009) yang telah diolah
kembali

diperoleh, auditor akan melakukan evaluasi apakah bukti dan informasi yang
diperoleh telah memadai untuk mendukung kesimpulan akhir. Jika auditor telah
mendapat keyakinan memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar
dan bebas dari salah saji material maka auditor akan menerbitkan laporan audit
berupa opini dan melakukan komunikasi dengan komite audit beserta manajemen.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


31

Hal-hal yang dibahas dalam komunikasi biasanya berupa kekurangan


pengendalian internal dan saran auditor.
Pada tahap keempat auditor juga akan melakukan tes tambahan terkait
pengungkapan. Auditor akan melakukan tes tambahan setelah tanggal neraca
seperti pemeriksaan contingent liabilities dan subsequent events. Contingent
liabilites adalah kewajiban perusahaan terhadap pihak lain yang mungkin muncul
di masa depan namun sifatnya masih belum pasti. Subsequent events adalah
transaksi atau peristiwa yang mungkin muncul setelah tanggal laporan keuangan
diterbitkan, namun bisa mempengaruhi nilai transaksi di periode tersebut. Kedua
pemeriksaan tersebut dilakukan untuk menentukan apakah ada hal yang material
yang dapat memengaruhi kewajaran pengungkapan di laporan keuangan.

2.3.7 Prosedur Audit untuk Aset Tetap


Audit atas aset tetap bertujuan untuk memastikan seluruh perlengkapan
yang dicatat secara fisik benar-benar ada pada tanggal neraca (asersi keberadaan)
dan seluruh perlengkapan yang dimiliki telah tercatat (asersi kelengkapan).
Auditor akan melakukan penilaian risiko. Setelah penilaian risiko, auditor
memutuskan apakah verifikasi keberadaan aset tetap perlu dilakukan. Jika terjadi
kemungkinan bahwa aset tetap hilang dalam jumlah yang material, maka auditor
dapat memilih sampel dari catatan klien dan melakukan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan fisik jarang dilakukan auditor. Apabila pemeriksaan fisik dilakukan,
auditor biasanya hanya mengawasi pemeriksaan tersebut.
Dari delapan tujuan audit-terkait saldo, pengujian aset tetap menggunakan
tujuh tujuan audit-terkait saldo yaitu: keberadaan, kelengkapan, akurasi,
klasifikasi, pisah batas, kecocokkan perincian, dan hak & kewajiban. Pada tabel
2.2 adalah contoh tujuan audit-terkait saldo dan prosedur pengujian yang
dilakukan.
Auditor akan meminta pencatatan utama yang dimiliki klien berupa berkas
utama aset tetap. Berkas utama berisi rincian mengenai deskripsi aset, tanggal
akuisisi, biaya perolehan, penyusutan tahun berjalan, dan akumulasi penyusutan.
Berkas utama juga mencatat informasi mengenai properti yang diakuisisi dan

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


32

dijual pada periode berjalan. Berkas utama aset tetap ini akan digunakan auditor
sebagai dokumen pembanding pencatatan staf akuntansi dengan saldo general
ledger klien.
Pengujian aset tetap dan akun-akun terkait dibagi menjadi beberapa
kategori, yaitu:
a. Melakukan prosedur analitis
Auditor akan membuat prosedur analitis untuk membangun
ekspektasi auditor. Ekspektasi dibangun dengan melakukan perhitungan
rasio dan/atau membandingkannya nilai perolehan, biaya penyusutan,
akumulasi penyusutan periode berjalan dengan periode sebelumnya. Hasil
perhitungan dan perbandingan akan dianalisis auditor. Jika terjadi
kenaikan atau penurunan yang tidak wajar, maka auditor akan melakukan
investigasi lebih lanjut untuk mencari penyebab ketidakwajaran saldo
tersebut.
b. Melakukan verifikasi akuisisi tahun berjalan
Salah satu karakteristik aset tetap adalah nilai akuisisi yang besar
sehingga memerlukan otorisasi Direksi. Aset tetap juga memiliki jangka
waktu lebih dari satu tahun. Jika terjadi kesalahan pencatatan nilai
penambahan aset tetap, maka nilai yang tercatat tersebut akan memiliki
dampak jangka panjang pada neraca dan laporan laba rugi sampai aset
tetap tersebut dihentikan penggunaannya.
Berdasarkan berkas utama klien khususnya catatan akuisisi aset
tetap selama periode berjalan, auditor akan memeriksa faktur atas
pembelian dan dokumen pendukung untuk memastikan bahwa nilai yang
tercatat telah sesuai dengan catatan akuisisi. Auditor juga harus
memperhatikan apakah terdapat biaya-biaya yang tidak boleh
dikapitalisasi ke aset tetap yang tercatat ke biaya perolehan.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


33

Tabel 2.2 Tujuan Audit-Terkait Saldo dan Pengujian Perincian Saldo untuk
Penambahan Aset Tetap.
Tujuan audit – Prosedur pengujian umum
Komentar
terkait saldo atas perincian saldo
Akuisisi tahun • Menjumlahkan ke bawah • Penjumlahan ke
berjalan dalam skedul akuisisi. bawah skedul
skedul akuisisi • Menelusuri masing- akuisisi dan
sesuai dengan masing akuisisi ke berkas penelusuran akuisisi
jumlah pada berkas utama untuk jumlah dan individu seharusnya
utama dan totalnya deskripsinya. dibatasi kecuali bila
sesuai dengan buku • Menelusuri totalnya ke pengendalian lemah.
besar (kecocokkan buku besar. • Seluruh peningkatan
perincian) saldo buku besar
sepanjang tahun
harus direkonsiliasi
dengan skedulnya.
Akuisisi tahun • Memeriksa faktur vendor Pemeriksaan fisik tidak
berjalan terbukti dan laporan penerimaan. biasa dilakukan, kecuali
keberadaannya • Memeriksa fisik aset. jika pengendalian lemah
(keberadaan) atau jumlahnya material.
Akuisisi yang ada • Memeriksa faktur vendor Merupakan tujuan
telah dicatat dari akun terkait seperti terpenting dalam audit
(kelengkapan) perbaikan dan aset tetap.
pemeliharaan untuk
menemukan akun yang
seharusnya merupakan
aset tetap.
• Menelaah perjanjian sewa
guna usaha dan sewa biasa
Akuisisi tahun Memeriksa faktur vendor Perluasan bergantung

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


34

(sambungan)
berjalan dicatat pada risiko bawaan dan
secara akurat efektivitas pengendalian
(akurasi) internal.
Akuisisi tahun • Memeriksa faktur vendor Tujuan ini berkaitan erat
berjalan dicatat dan dalam aset tetap untuk dengan kelengkapan,
diklasifikasikan menemukan akun yang dapat dilakukan terkait
dengan benar seharusnya dengan tujuan tersebut
(klasifikasi) diklasifikasikan sebagai dan pengujian akurasi.
peralatan kantor, bagian
dari bangunan, atau
perbaikan.
• Memeriksa faktur vendor
dan akun terkait, misalnya
perbaikan, untuk
menemukan akun yang
seharusnya merupakan
peralatan manufaktur.
• Memeriksa biaya sewa
guna usaha untuk
kapitalisasi sewa guna
usaha.
Akuisisi tahun Menelaah transaksi mendekati Biasanya dilakukan
berjalan tercatat tanggal neraca untuk melihat sebagai bagian dari
dalam periode yang apakah sudah masuk periode pengujian pisah batas atas
benar (pisah batas) yang benar. utang dagang.
Klien mempunyai Memeriksa faktur vendor. Biasanya tidak ada
hak atas akuisisi masalah dengan
tahun berjalan (hak) perlengkapan.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


35

(sambungan)
Dokumentasi properti
abstrak dan tagihan pajak
diperiksa atas tanah atau
bangunan utama.
Sumber: Elder, Arens, Beasley & Jusuf (2009)

c. Melakukan verifikasi penghentian aset tahun berjalan


Pencatatan aset tetap dihentikan ketika terjadi penjualan, transaksi
tukar tambah, ataupun penghentian dalam operasi. Verifikasi penghentian
aset tetap dilakukan untuk memastikan bahwa penghentian dicatat dalam
jumlah yang benar (akurasi). Akurasi diverifikasi dengan memeriksa
faktur penjualan dan berkas utama aset tetap. Biaya dan akumulasi
penyusutan yang tercatat pada berkas utama aset tetap dibandingkan
dengan jurnal pada buku besar. Laba / rugi atas penghentian aset dihitung
kembali oleh auditor dan dibandingkan dengan catatan akuntansi klien.
Penghentian aset tetap memerlukan otorisasi pejabat yang lebih
tinggi. Bagian akuntansi dan bagian lain yang terkait akan mencatat
tanggal penghentian penggunaan aset tetap, harga penjualan, dan
akumulasi penyusutan. Auditor akan mencocokkan dokumen pendukung
dan buku besar klien untuk memastikan aset tetap yang dijual telah
dihapusbukukan. Prosedur yang biasa digunakan dalam melakukan
verifikasi penghentian yaitu:
• menelaah apakah terdapat akuisisi aset baru yang menghentikan
aset lama,
• menganalisis laba dan rugi penghentian aset dan pendapatan lain-
lain sebagai penerimaan kas dari penghentian aset,
• menelaah modifikasi pabrik dan perubahan dalam lini produk,
pajak properti, atau asuransi yang merupakan indikasi penghapusan
aset,

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


36

• melakukan tanya jawab dengan manajemen dan personel bagian


produksi tentang kemungkinan penghentian aset.
Ketika terjadi tukar tambah, auditor harus memastikan bahwa aset
baru dikapitalisasi dan aset lama langsung dihapus dari pencatatan dengan
mempertimbangkan nilai buku dari aset yang ditukarkan dan tambahan
biaya untuk aset baru yang menggantikan aset lama.
d. Melakukan verifikasi saldo akhir pada akun aset
Langkah audit yang dilakukan dalam verifikasi saldo akhir akun
aset tetap berfokus pada tujuan kecocokkan perincian. Auditor
mencocokkan aset tetap yang terdapat pada rincian aset tetap dengan buku
besar.
Perusahaan seringkali menghentikan pemakaian aset tetap. Jika
nilai dari aset tetap yang dihentikan tersebut material, auditor perlu
mengevaluasi apakah nilai aset tetap tersebut perlu dihapuskan ke nilai
relisasi lebih (net realizable value) atau diklasifikasikan ke “perlengkapan
yang tidak lagi digunakan.”
e. Melakukan verifikasi beban penyusutan
Akurasi adalah tujuan audit-terkait saldo yang paling penting
dalam verifikasi beban penyusutan. Auditor berfokus pada konsistensi
penerapan beban penyusutan dari periode ke periode dan memastikan
bahwa perhitungan beban penyusutan klien sudah benar.
Informasi yang perlu diketahui auditor dalam menguji beban
penyusutan adalah umur ekonomis untuk akuisisi di masa sekarang,
metode penyusutan, estimasi nilai sisa, kebijakan penyusutan aset selama
tahun akuisisi dan penghentian. Informasi dapat diperoleh dari berdiskusi
dengan pegawai yang tepat dan membandingkan jawaban mereka dengan
rincian aset tetap. Untuk menentukan kewajaran umur ekonomis aset yang
baru diakuisisi, auditor mempertimbangkan umur fisik aset, umur
ekonomis yang diharapkan (ditetapkan dengan tingkat keusangan aset atau
kebijakan normal perusahaan dalam penggantian aset) dan kebijakan yang
diterapkan perusahaan dalam tukar-tambah aset.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


37

Jika perusahaan harus mengevaluasi kembali umur ekonomis aset,


maka auditor harus melakukan evaluasi ulang dengan memasukkan
perubahan estimasi akuntansi bukan perubahan prinsip akuntansi. Auditor
juga harus mengevaluasi hasil dari penyusutan tersebut.
Dalam melakukan verifikasi beban penyusutan pengujian prosedur
analitis dilakukan auditor untuk menguji kewajaran kenaikan atau
penurunan beban penyusutan. Jika pengujian kewajaran tidak dapat
dilakukan sepenuhnya, maka pengujian perincian perlu dilakukan. Auditor
akan melakukan perhitungan ulang penyusutan atas aset tetap dan
membandingkannya dengan buku besar.
f. Melakukan verifikasi saldo akhir dalam akumulasi penyusutan
Dua tujuan audit-terkait saldo yang biasa ditekankan dalam
pengujian saldo akhir akumulasi peenyusutan adalah:
1. Apakah saldo akhir akumulasi penyusutan dalam rincian aset
tetap telah sesuai dengan buku besar. Auditor mengujinya dengan
menjumlah akumulasi penyusutan dalam rincian asset tetap dan
mencocokkan nilainya ke buku besar (kecocokkan perincian).
2. Apakah nilai akumulasi penyusutan dalam rincian aset tetap telah
akurat (akurasi).

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


BAB 3
PROFIL PERUSAHAAN

3.1 Profil Kantor Akuntan Publik OBSE


Kantor Akuntan Publik Osman, Bing, Satrio & Eny (KAP OBSE)
merupakan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan Deloitte Touche
Tohmatsu Ltd. Bersama dengan KPMG, E&Y, dan PwC, Deloitte termasuk salah
satu jajaran kantor akuntan big four. Deloitte merupakan kantor akuntan yang
memperoleh pendapatan terbesar ke-2 di dunia dalam jasa audit & assurance.
Pada tahun 2012, Deloitte telah memiliki jaringan lebih dari 150 negara di dunia
dan memiliki karyawan sebanyak 193.000 orang.
Deloitte Indonesia sendiri dibentuk dari tiga kantor akuntan publik dan
konsultasi yang melakukan penggabungan. Untuk praktik audit dikenal dengan
Hans, Tuanakotta & Mustofa (HTM). Sedangkan untuk divisi pajak dan jasa
konsultasi manajemen dikenal dengan nama Capelle Suryadinata & Setiawan
(CSS). Pada Juni 2003 HTM berubah nama menjadi Hans, Tuanakotta, Mustofa &
Halim (HTMH). Dua tahun setelah mengganti nama menjadi HTMH, nama kantor
akuntan kembali diubah menjadi Osman, Ramli, Satrio & Rekan pada tahun 2005.
Perubahan selanjutnya terjadi pada tahun bulan Oktober 2007, dimana nama
kantor akuntan diubah menjadi Osman, Bing, Satrio & Rekan. Perubahan terakhir
terjadi pada Januari 2013, dimana nama Osman, Bing, Satrio & Rekan diganti
dengan nama Osman Bing Satrio & Eny.
Jasa profersional yang ditawarkan KAP OBSE terdiri dari:
a) Audit and Assurance Services
Divisi ini menyediakan jasa audit atas laporan keuangan dan praktik
penyusunan laporan keuangan berdasarkan International Financial
Reporting Standards (IFRS). Jasa yang diberikan divisi audit tidak hanya
audit tahunan tetapi juga menyediakan jasa atestasi, review, dan
konsolidasi laporan keuangan. Divisi audit dibagi lagi menjadi beberapa
grup berdasarkan jenis industrinya yaitu: grup Financial, Services &
Insurances (FSI), Consumer Business Transaction (CBT), Manufacturing
& Transportation (M&T), dan Energy, Resources & Mining (ERM), serta
Technology, Media, & Communication (TMT). Gambar dibawah ini ialah

38
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


39

struktur organisasi pada divisi assurance & advisory services.

Managing
Partner

Deputy NPPD /
Managing Quality
Partner Assurance

Audit IOS

CBT JSG MFG FSI E&R / IFRS IPO /


TMT Crossborder

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Divisi Audit & Assurance KAP OBSE
Sumber: internal KAP OBSE

b) IFRS Service
Divisi ini menawarkan jasa konsultasi penyusunan laporan keuangan
berdasarkan International Financial Reporting Standard (IFRS). Jasa
IFRS berupa review kepatuhan atas IFRS, konvergensi IFRS, dan
konsolidasi berdasarkan IFRS.
c) Enterprise Risk Services (ERS)
Divisi ini memberikan jasa-jasa yang berkaitan dengan risiko. Divisi ERS
melakukan penilaian terhadap risiko-risiko yang ada dan membuat
rekomendasi yang memberi nilai tambah kepada klien. Lima area utama
dalam divisi ERS adalah kontrol audit internal, pengelolaan risiko,
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, pengendalian internal,
dan jasa keamanan sistem informasi berbasis teknologi informasi.
d) Financial Advisory Services (FAS)
Divisi ini memberikan jasa berupa konsultasi keuangan. Tiga jasa utama
yang ditawarkan divisi financial advisory services: Pertama corporate
finance, yaitu jasa konsultasi merger, akuisisi, dan proyeksi keuangan.
Kedua, jasa restrukturisasi berupa jasa konsultasi yang membantu klien

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


40

yang menghadapi masalah pendanaan. Ketiga adalah jasa forensik yaitu


melakukan investigasi mendalam mengenai masalah yang dihadapi klien.
e) Tax Services
Divisi ini memberi jasa konsultasi pajak dan kepatuhan terhadap peraturan
perpajakan. Divisi ini juga menawarkan jasa perhitungan pajak dalam
negeri, transfer pricing, dan pajak internasional.
KAP OBSE menggunakan metodologi audit yang telah dirancang secara
global oleh Deloitte Touche Tohmatsu Limited. Metodologi audit dibuat
sedemikian rupa agar memenuhi International Standard on Auditing (ISA).
Metodologi audit telah diringkas menjadi the audit approach diagram yang dapat
dilihat pada lampiran 1. Dari the audit approach diagram, tahapan audit
dikelompokkan lima tahap utama audit, yaitu:
a) Tahap Penerimaan Klien
Pada tahap ini, auditor dituntut memahami latar belakang calon klien.
Auditor juga mengevaluasi informasi-informasi, kejadian-kejadian, dan
risiko-risiko yang dapat mempengaruhi perikatan antara auditor dengan
klien.
b) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini, auditor dituntut untuk melakukan prosedur analitis awal,
memahami lingkungan bisnis klien, memahami pengendalian internal
klien, menentukan dan mengukur risiko, serta menentukan nilai
materialitas untuk dilakukannya audit prosedur
c) Tahap Perancangan
Pada tahap ini, auditor dituntut untuk mengembangkan prosedur audit
yang akan dilakukan dan dikoordinasikan dengan klien. KAP OBSE
menggunakan istilah MAP (Model Audit Program) yang berisi rancangan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif yang dilakukan.
d) Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini, auditor dituntut melakukan berbagai prosedur audit yang
telah dirancang pada tahap audit designing. MAP yang telah dibuat
menjadi pedoman untuk melakukan prosedur audit. MAP akan membantu
mendapatkan berbagai bukti audit yang dibutuhkan. Auditor pada tahap ini

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


41

juga melakukan pengujian-pengujian untuk mendapatkan bukti memadai


seperti pengujian pengendalian internal, prosedur analitis, pengujian detail
transaksi, pemeriksaan fisik, konfirmasi, pengujian atas konsistensi
kebijakan akuntansi, pengujian terhadap isu going concern, kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan, litigasi, dan klaim, serta komitmen dan
kontijensi.
e) Tahap Penyelesaian Audit
Pada tahap yang merupakan tahap akhir, auditor melakukan evaluasi atas
temuan audit setelah prosedur audit dilakukan, selanjutnya pada tahapan
ini juga dilakukan prosedur lanjutan mengenai subsequent event (periode
setelah tanggal neraca berakhir dan sebelum laporan audit diterbitkan dan
pada tahapan ini pula diterbitkan laporan audit.

3.2 Profil perusahaan PT. Bank XYZ Tbk


PT. Bank XYZ Tbk adalah salah satu bank komersial di Indonesia yang
merupakan hasil dari penggabungan tiga bank. Bank XYZ menjalankan usaha
bank umum dalam arti kata seluas-luasnya baik di dalam maupun di luar negeri,
sesuai dengan anggaran dasar Bank. Bank, yang berdiri tahun 1971, menjadi bank
devisa pada 1972. Bank XYZ adalah bank di Indonesia yang pertama melakukan
penawaran saham perdana kepada masyarakat. Bank XYZ adalah bank yang
memiliki struktur permodalan yang kuat dan rasio kecukupan modal yang tinggi
sehingga termasuk bank kategori “A” yang tidak harus direkapitalisasi pemerintah
pasca krisis 1998.
Struktur kepemilikan Bank XYZ terdiri dari Bank XYZ Financial Tbk
(45,94%), ABC Ltd yang dimiliki oleh grup bank asal Australia (38,82%), dan
publik baik domestik maupun internasional (15,24%).

Visi Bank XYZ adalah:

“Sebagai salah satu bank papan atas di Indonesia, Bank XYZ akan senantiasa
menjaga dan meningkatkan kinerja keuangannya secara sehat, meneruskan
kepeloporan dan peranannya dalam pertumbuhan industri perbankan nasional.”

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


42

Misi Bank XYZ adalah:

“Mentransformasi Bank XYZ menjadi salah satu bank konsumer dan bisnis
terkemuka di Indonesia.”

Per 31 Desember 2012, Bank XYZ memiliki 54 kantor cabang utama di


Indonesia, 1 cabang di Cayman Islands, dan 1 kantor perwakilan di Singapura.
Selama tahun 2011 dan 2012, rata-rata jumlah karyawan grup mencapai masing-
masing 8199 dan 7031 karyawan. Bank XYZ memiliki empat entitas anak. Akan
tetapi keluarnya Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 14/14/PBI/2012, tentang
Transparansi dan Publikasi Laporan Bank yang berlaku efektif pada tanggal 18
Oktober 2012, membuat PT Asuransi X (entitas anak Bank XYZ), tidak
dikonsolidasikan lagi. Penyertaan dalam PT Asuransi X dicatat sebagai
penyertaan dalam bentuk saham dan diklasifikasikan sebagai aset keuangan
tersedia untuk dijual. Dengan tidak dikonsolidasikannya PT Asuransi X maka
Bank XYZ memiliki tiga entitas anak seperti pada gambar 3.2.
Produk yang ditawarkan Bank XYZ berupa produk simpanan, produk
pinjaman, perbankan elektronik, dan layanan lainnya. Berikut ini adalah
penjabaran produk yang ditawarkan Bank XYZ.
• Produk simpanan terdiri dari tabungan, giro, deposito baik perorangan
maupun perusahaan. Selain itu, tabungan dapat dalam mata uang
rupiah ataupun mata uang asing.
• Produk pinjaman terdiri dari fasilitas kredit perorangan ataupun
perusahaan. Fasilitas kredit terdiri dari kredit ekspress, kredit
pemilikan mobil, kredit serbaguna, kredit untuk usaha kecil dan
menengah, kredit mikro, kartu kredit, kredit korporasi, dan kredit
sindikasi.
• Perbankan elektronik yang terdiri dari fasilitas ATM, Call Banking,
Mobile Banking, Internet Banking, dan Biznet Banking.
• Layanan lainnya seperti Cash Management, Bank Remittance, Bank
Prioritas, dan Safe Deposit Boxes.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


43

PT Bank XYZ
Tbk

PT CDE
PT Bank XYZ PT VWX Multi
Finance
Syariah Finance
Indonesia

Gambar 3.2 Struktur Entitas Anak Bank XYZ


Sumber: Laporan Tahunan PT Bank XYZ Tbk 2012 yang telah diolah kembali.

Bank XYZ yang lebih dari 40 tahun berdiri memiliki struktur


organisasi yang kompleks seperti dibawah ini:

Gambar 3.3 Struktur Organisasi PT Bank XYZ Tbk


Sumber: website PT Bank XYZ Tbk.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


BAB 4
PEMBAHASAN

4.1 Kebijakan Akuntansi Bank XYZ


Bank XYZ melakukan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi Standar
Akuntansi Keuangan (ISAK) yang dibuat oleh Dewan Standar Akuntansi
Keuangan (DSAK) dari Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). PSAK yang dibuat
DSAK masih bersifat umum sehingga Bank Indonesia berinisiatif membuat
petunjuk lebih teknis yang disebut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia
(PAPI). Dengan PAPI, diharapkan agar laporan keuangan bank lebih mudah
dimengerti dan dibandingkan. Bank XYZ juga merupakan bank yang
menggunakan PAPI sebagai acuan dalam akuntansi operasional bank.
Dasar penyusunan laporan keuangan Bank XYZ adalah dasar akrual
kecuali untuk laporan arus kas. Mata uang yang digunakan dalam laporan
keuangan adalah (Rp.) rupiah. Bank XYZ menyusun laporan keuangan
berdasarkan nilai historis kecuali untuk beberapa akun tertentu yang disusun
berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi
masing-masing akun tersebut.
Perangkat lunak akuntansi yang digunakan Bank XYZ untuk mencatat aset
tetap, menghitung beban penyusutan, dan akumulasi penyusutan adalah fixed asset
web. Akan tetapi, di beberapa cabang yang belum 100% mengimplementasikan
sistem, pencatatan dan penghitungan aset tetap menggunakan microsoft excel
spreadsheet. Catatan mengenai aset tetap dimasukkan ke dalam fixed assets web
maupun microsoft excel spreadsheet yang memuat data-data mengenai jenis aset
tetap, tahun perolehan aset tetap, harga perolehan aset tetap, nilai penyusutan aset
tetap sampai dengan tahun lalu, nilai sisa buku aset tetap, tarif penyusutan aset
tetap, nilai penyusutan aset tetap sampai berakhirnya periode, nilai sisa buku aset
tetap pada 31 Desember, dan tahun berakhirnya penyusutan aset tetap.
Kebijakan akuntansi Bank XYZ terkait aset tetap menyesuaikan dengan
PSAK 16 revisi 2011. PSAK revisi tersebut diimplementasikan Bank XYZ efektif
per 1 Januari 2012. Biaya perolehan yang diterapkan Bank XYZ adalah nilai total
termasuk biaya angkut, bongkar pasang, dan sebagainya termasuk biaya pajak.

44
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


45

Aktiva yang diakui Bank XYZ adalah aktiva berwujud yang diperoleh
dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan
dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan dan mempunyai manfaat lebih dari 1 (satu) tahun. Sesuai
dengan Surat Edaran Direksi Bank XYZ, aktiva tetap yang dikapitalisasi adalah
aktiva dengan harga beli diatas Rp. 20.000.000,- per unit. Oleh karena itu, aset
tetap diakui Bank XYZ jika memenuhi kondisi-kondisi, yaitu:
• harga beli diatas Rp. 20.000.000,- per unit,
• memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,
• digunakan dalam operasi perusahaan,
• tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan,
• telah diterima, dan
• siap dan/atau telah dioperasikan.
Setelah memenuhi seluruh kondisi diatas, aset tetap yang diakui
dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu tanah & bangunan, inventaris
golongan satu, dan inventaris golongan dua. Pengelompokkan aset tetap menjadi
tiga seperti di atas disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku yaitu Keputusan Menteri Keuangan No. 82/KMK.04/1995 tanggal 07
Februari 1995. Berdasarkan peraturan tersebut, disebutkan bahwa yang termasuk
dalam inventaris golongan satu adalah mebel dan peralatan dari kayu, mesin
kantor, peralatan teknologi dan sepeda motor. Sedangkan yang termasuk ke dalam
inventaris golongan 2 adalah lemari tahan api dari logam, safe deposit box,
elevator, mobil, bus, truk, generator, stabilizer, air conditioning, dan proyektor.
Selanjutnya, peralatan kantor yang terdiri dari kursi, meja, cubicle, di-itemisasi ke
dalam furnitur kantor dalam inventaris golongan 1. Pada inventaris golongan 1
juga terdapat peralatan teknologi yang terdiri dari komputer dan printer. Elevator
pada gedung yang dimiliki Bank XYZ dimasukkan ke dalam inventaris golongan
2 bukan melekat pada nilai bangunan. Sedangkan biaya penggantian tali elevator
dikategorikan ke dalam beban umum dan administrasi (BUA).
Setelah aset tetap diakui, Bank XYZ menggunakan model biaya untuk
untuk mengukur aset tetapnya. Khusus untuk aset tetap berupa tanah & bangunan,
Bank XYZ telah melakukan penilaian kembali aset tetap berupa tanah dan

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


46

bangunan pada tahun 2001. Penilaian kembali dilakukan berdasarkan peraturan


pemerintah yang berlaku yaitu Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 384/KMK.04/1998 tanggal 14 Agustus 1998 dan Surat Edaran
Direktorat Jenderal Pajak No. SE-29/PJ.42/1998 tanggal 17 September 1998.
Bank XYZ menggunakan hasil laporan penilai independen tanggal 26 Oktober
2001 dalam menentukan nilai aset tetap berupa tanah dan bangunan. Akan tetapi
aset tetap yang telah dinilai kembali pada tahun 2001 tersebut pada laporan
keuangan tahun 2008 dianggap sebagai biaya perolehan (deemed cost) untuk
tujuan penerapan PSAK 16 (revisi 2007) dan telah sesuai dengan peraturan
pemerintah. Sebagai konsekuensinya, Bank XYZ menggunakan model biaya
untuk mengukur aset tetap berupa tanah dan bangunan setelah penerapan PSAK
16 (revisi 2007). Begitu pula dengan inventaris 1 dan inventaris 2, Bank XYZ
berpendapat bahwa model biaya masih relevan dalam mengukur nilai inventaris 1
dan 2 setelah pengakuan. Oleh karena itu, penilaian kembali untuk inventaris 1
dan 2 tidak perlu dilakukan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, model
yang digunakan Bank XYZ dalam hal pengukuran setelah pengakuan
menggunakan model biaya untuk seluruh aset tetapnya.
Bank XYZ melakukan penyusutan dengan menggunakan dua metode,
yaitu metode garis lurus (straight-line method) untuk jenis aset bangunan dan
metode saldo penurunan berganda (double-declining method) untuk inventaris.
Masa manfaat ditaksir berdasarkan kegunaan yang diharapkan dari aset.
Taksiran masa manfaat didasarkan pada evaluasi teknis internal dan pengalaman
atas aset sejenis. Secara periodik, masa manfaat dikaji ulang. Jika prakiraan
berbeda dengan kondisi sebelumnya seperti adanya keausan, keusangan teknis dan
komersial, hukum, atau keterbatasan lainnya sehingga kemungkinan hasil operasi
di masa mendatang dapat terpengaruh secara signifikan, maka masa manfaat akan
disesuaikan. Secara ringkas, metode penyusutan, persentase yang digunakan, dan
umur manfaat Bank XYZ dapat dilihat dari tabel dibawah ini. Selain itu, metode
penyusutan, masa manfaat, dan umur manfaat tidak hanya dikaji ulang setiap
tahun tetapi juga berlaku prospektif.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


47

Tabel 4.1 Jenis Aset Tetap, Metode Penyusutan, Persentase, dan


Umur Manfaat.
Jenis Aset Tetap Metode Persentase Umur manfaat
Penyusutan
Tanah Tidak disusutkan - ∞
Bangunan Metode garis 4,54% - 8,33 % 12 – 22 tahun
lurus
Inventaris 1 Metode saldo 50 % per tahun 4 tahun
menurun
Inventaris 2 Metode saldo 25% per tahun 8 tahun
menurun
Sumber: Standar Operasional Prosedur Bank XYZ dan Catatan atas Laporan Keuangan
yang telah diaudit Desember 2012 Bank XYZ yang telah diolah kembali.

Beban pemeliharaan dan perbaikan dibebankan sebagai beban umum &


administratif pada laporan laba rugi komprehensif pada saat terjadinya. Biaya-
biaya lain setelah pengakuan aset yang timbul untuk menambah, mengganti atau
memperbaiki aset tetap dicatat sebagai biaya perolehan aset jika dan hanya jika
besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke entitas dan biaya perolehan aset dapat diukur secara
andal.
Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi, hilang atau yang telah dijual,
dikeluarkan dari kelompok aset tetap berikut akumulasi penyusutannya.
Keuntungan atau kerugian dari penjualan aset tetap tersebut dibukukan dalam
laporan laba rugi komprehensif pada periode yang bersangkutan. Sedangkan
aktiva tetap yang mempunyai nilai buku nihil dan masih digunakan dalam operasi
perusahaan tetap harus dicantumkan dalam daftar aktiva tetap. Untuk lebih
ringkasnya, kita bisa melihat ringkasan kebijakan akuntansi Bank XYZ pada tabel
di halaman berikut ini.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


48

Tabel 4.2 Ringkasan Kebijakan Akuntansi Bank XYZ


Critical Issue pada Aset Penjelasan
Tetap
Pengakuan Aset Tetap Aset tetap diakui jika:
• harga beli diatas Rp. 20.000.000,- per unit,
(kecuali sepeda motor)
• memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,
• digunakan dalam operasi perusahaan,
• tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan,
• telah diterima, dan
• siap dan/atau telah dioperasikan.
Pengukuran Aset Tetap • Biaya perolehan aset tetap terdiri harga perolehan
ditambah biaya-biaya yang biaya-biaya yang
dapat diatribusikan ke secara langsung ke lokasi
dan kondisi supaya aset tersebut siap digunakan
sesuai dengan maksud manajemen seperti biaya
instalasi dan biaya pengiriman.
Pengukuran setelah • Menggunakan model biaya untuk seluruh aset
pengakuan tetap.
Penyusutan Aset Tetap • Metode garis lurus untuk bangunan, dan
• Metode saldo menurun ganda untuk inventaris
golongan 1 dan 2.
Penghentian Pengakuan Aset tetap yang dikeluarkan dari kelompok aset tetap
Aset Tetap adalah aset tetap yang dijual, hilang, atau tidak
digunakan lagi dalam operasi.
Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan Bank XYZ dan Buku Pedoman Operasional yang telah
diolah kembali.

4.2 Pengendalian Internal Bank XYZ


Bank XYZ telah memiliki buku pedoman operasional yang menjadi
pedoman operasional sehari-hari Bank XYZ dalam menerapkan kebijakan

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


49

akuntansinya. Buku pedoman operasional Bank XYZ terakhir direvisi pada


Oktober 2010. Di dalam buku pedoman operasional dijelaskan mengenai alur
pengadaan, pengendalian internal yang dilakukan Bank XYZ, dan alur penjualan
aset tetap. Alur pengadaan pada buku pedoman operasional Bank XYZ memiliki
alur yang panjang. Hal tersebut dilakukan karena akuisisi aset tetap umumnya
bernilai material sehingga perlu pengendalian yang lebih ketat. Berikut ini adalah
ringkasan alur akuisisi aset tetap pada Bank XYZ:

Tabel 4.3 Ringkasan Alur Akuisisi Aset Tetap Bank XYZ


Kegiatan Penjelasan
Permintaan pengadaan Pengadaan aset tetap dilakukan apabila terdapat
aset tetap permintaan pengadaan dari divisi yang membutuhkan
Divisi yang meminta pengadaan akan membuat memo
permintaan pembelian barang yang telah diotorisasi
pimpinan cabang dan diserahkan kepada bagian
logistik.
Pemeriksaan anggaran • Bagian logistik KCU yang menerima memo
dan pelaporan ke kantor permintaan pembelian barang akan melakukan
pusat. pemeriksaan ke anggaran. Jika permintaan
pengadaan aset tetap termasuk dalam anggaran
maka bagian logistik akan membuat pemberitahuan
kepada bagian umum kantor pusat secara tertulis.
• Bagian umum kantor pusat akan membuat
pemberitahuan tertulis kepada bagian logistik KCU
bahwa pengadaan aset tetap disetujui. Persetujuan
pengadaan dari kantor pusat diotorisasi oleh
Direksi.
Negosiasi harga kepada Bagian logistik KCU akan menyerahkan kepada bagian
pemasok umum KCU selaku pihak yang diperbolehkan yang
melakukan pembelian. Bagian umum KCU akan
melakukan negosiasi harga kepada pemasok.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


50

(sambungan)
Otorisasi purchase Setelah harga pembelian disepakati, bagian umum akan
order memeriksa nilai transaksi pembelian. Pejabat bagian
umum diperbolehkan membuat dan mengotorisasi
purchase order serta melakukan pembelian apabila
nilai transaksi dibawah limit / wewenang yang
ditetapkan. Jika nilai transaksi diatas limit / wewenang
maka purchase order diotorisasi pejabat bagian umum
& pimpinan cabang. Selanjutnya, purchase order
dikirim ke pemasok dan meminta tanda terima
purchase order.
Penerimaan aset tetap Barang yang dikirim pemasok akan diperiksa terlebih
dahulu kesesuaiannya dengan purchase order. Jika
spesifikasi telah sesuai maka pejabat bagian umum
akan menandatangani tanda terima barang, meminta
garansi, dan meminta tembusan surat pengantar.
Pencatatan ke dalam Berdasarkan faktur, invoice, ataupun kwitansi, bagian
sistem logistik KCU akan mencatat penambahan daftar aset
tetapnya.
Pembayaran Bagian logistik KCU akan membuat media transaksi
pembayaran berdasarkan tagihan, kuitansi ataupun
faktur. Dalam media transaksi tercantum nominal
transaksi, tanggal, akun, dan rekening pemasok. Media
transaksi akan diserahkan kepada pejabat bagian
logistik KCU. Jika data yang terdapat pada media
transaksi telah benar maka pejabat logistik KCU akan
mengotorisasi media transaksi sesuai limit/wewenang
untuk dilakukan pembayaran.
Sumber: Buku Pedoman Operasional Bank XYZ yang telah diolah kembali.

Setelah aset tetap diakuisisi, Bank XYZ harus memelihara aset tetapnya
dengan baik. Bank XYZ mewajibkan setiap aset tetap yang dimiliki diberi label

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


51

kode sebagai bentuk identifikasi aset tetap. Staf bagian logistik juga diwajibkan
mengontrol dan mengawasi keberadaan aset tetap. Kontrol dan pengawasan
diperlukan jika terjadi kerusakan, maka dapat diperbaiki segera. Apabila terjadi
beban pemeliharaan harus diketahui pimpinan dan diotorisasi pimpinan cabang.
Pembayaran dapat dilakukan jika telah mendapat persetujuan pimpinan cabang.
Setiap aset tetap yang dimiliki juga wajib diasuransikan. Setiap bulan Bank XYZ
membuat laporan daftar aset tetap sebagai untuk perhitungan beban penyusutan
Bank XYZ. Beban perhitungan yang telah dihitung bagian logistik kemudian
dicocokkan dengan perhitungan bagian akuntansi. Jika terjadi selisih, maka bagian
logistik dan akuntansi akan mencari selisih dan merekonsiliasinya. Kebenaran
rekonsiliasi akan diteliti oleh pejabat berwenang dan diotorisasi sebagai media
pembukuan ke general ledger. Ringkasan pengendalian internal setelah aset tetap
diakuisisi dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini.

Tabel 4.4 Pengendalian Internal Bank XYZ saat Aset Tetap Dimiliki
Kegiatan Penjelasan
Identifikasi aset tetap Menempel label kode untuk setiap aset tetap Bank
XYZ
Kontrol dan pengawasan • Staf logistik harus mengontrol dan mengawasi
keberadaan aset tetap.
• Setiap bulan bagian logistik akan membuat daftar
aset tetap yang dimiliki.
• Pimpinan cabang dan pejabat berwenang
memeriksa kebenaran nilai beban pemeliharaan
atau perbaikan, nilai aset tetap, nilai beban
penyusutan dan akumulasi penyusutan.
Pemeliharaan dan Beban pemeliharaan dan perbaikan harus dengan
perbaikan sepengetahuan pimpinan cabang dan pembayaran
hanya dapat dilakukan setelah mendapat otorisasi
pimpinan cabang.
Manajemen risiko aset Setiap aset tetap yang dimiliki wajib diasuransikan.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


52

(sambungan)
tetap
Pengendalian beban Setiap bulan bagian logistik akan membuat laporan
penyusutan bulanan beban penyusutan dan akumulasi
penyusutan. Laporan tersebut akan dibandingkan
dengan perhitungan bagian akuntansi. Perbandingan
tersebut direkonsiliasi jika terjadi selisih. Jika nilai
telah sesuai, maka hasil rekonsiliasi tersebut akan
menjadi media pembukuan ke general ledger.
Sumber: Buku Pedoman Operasional Bank XYZ yang telah diolah kembali.

Alur pelepasan aset tetap milik Bank XYZ lebih sederhana dibandingkan
alur pengadaan. Prosedur penghentian aset tetap dilakukan dimulai dengan
mengajukan permohonan penjualan. Bagian logistik KCU, yang diketahui
pimpinan cabang, akan mengajukan permohonan penjualan kepada Bagian umum
kantor pusat. Permohonan tersebut berisi alasan penjualan, seperti kondisi yang
sudah tidak ekonomis atau umur ekonomis telah habis. Bagian logistik kantor
pusat akan memberitahu bagian logistik KCU bahwa permohonan penjualan
disetujui. Setelah permohonan penjualan disetujui, bagian logistik akan
menyerahkan proses penjualan ke bagian umum. Bagian umum akan mengambil
salinan kepemilikan aset tetap, misalnya BPKB, yang nantinya akan diserahkan
dalam melakukan penjualan. Setelah penjualan dilakukan, bagian logistik akan
mendokumentasikan hasil penjualan. Bagian logistik akan membuat nota jurnal
dan melampirkan bukti pendukung. Pejabat berwenang akan mengotorisasi nota
jurnal tersebut dan menyerahkannya kepada bagian akuntansi untuk dijurnal ke
general ledger. Tabel 4.5 dibawah ini adalah ringkasan alur penjualan aset tetap
Bank XYZ.

Tabel 4.5 Ringkasan Alur Penjualan Aset Tetap Bank XYZ.


Kegiatan Penjelasan
Mengajukan permohonan Bagian logistik, yang diketahui pimpinan cabang,

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


53

(sambungan)
penjualan mengajukan permohonan penjualan kepada bagian
umum kantor pusat dengan menyerahkan surat
permohonan beserta alasannya, seperti kondisi tidak
ekonomis atau umur ekonomis telah habis.
Jika permohonan penjualan disetujui kantor pusat,
maka bagian umum dapat melaksanakan penjualan
yang harus diketahui pimpinan KCU atau pejabat
operasional.
Penjualan oleh bagian Setelah permohonan penjualan disetujui bagian
umum umum kantor pusat, bagian umum akan
mempersiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan,
seperti surat kepemilikan aset tetap dan melakukan
transaksi penjualan aset tetap.
Penghapusbukuan pada Setelah transaksi penjualan dilakukan, bagian logistik
rincian aset tetap akan menghapus aset tetap yang dijual pada rincian
aset tetap.
Pencatatan oleh bagian Bagian logistik membuat nota jurnal, mencantumkan
akuntansi nama dan nomor general ledger, tanggal, dan nilai
transaksi yang kemudian diotorisasi pejabat
berwenang. Setelah diotorisasi, nota jurnal tersebut
kemudian diserahkan ke bagian akuntansi untuk
dijurnal.
Sumber: Buku Pedoman Operasional Bank XYZ yang telah diolah kembali.

Dari buku pedoman operasional yang dimiliki Bank XYZ diatas


menunjukkan bahwa terdapat beberapa pengendalian internal:
• Bank XYZ memiliki segregation of duties dimana terdapat pembagian
tugas antara: bagian umum yang melakukan pembelian, penawaran harga
dan penjualan; bagian logistik yang menerima memo permintaan,
memeriksa anggaran, menerima barang, dan menghapusbuku aset tetap;
dan bagian akuntansi yang melakukan pencatatan.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


54

• Selain itu, setiap pembelian atau penjualan aset tetap yang dilakukan harus
diketahui pimpinan yang berwenang. Bagian umum kantor pusat pun
wajib diberi pemberitahuan dimana Direksi akan memberi otorisasi perihal
pembelian atau penjualan aset tetap.
• Bank XYZ telah membuat berkas induk untuk mencatat informasi-
informasi terkait aset tetap.
• Bagian logistik bertanggung jawab untuk melakukan kontrol dan
pengawasan atas keberadaan aset tetap.
• Memiliki label kode untuk identifikasi aset tetap.
• Saat aset tetap dimiliki Bank XYZ, setiap aset tetap diasuransikan oleh
Bank XYZ. Hal ini dilakukan sebagai salah satu bentuk manajemen risiko
yang dilakukan oleh Bank XYZ. Selain itu terdapat kewajiban menempel
label kode untuk memudahkan identifikasi aset tetap.
• Pengendalian terkait penyusutan adalah adanya rekonsiliasi oleh bagian
logistik dan bagian akuntansi mengenai beban penyusutan dan akumulasi
penyusutan. Setiap akhir bulan dan akhir tahun, bagian logistik membuat
laporan penyusutan aset tetap. Laporan tersebut kemudian diteliti
kebenarannya oleh bagian akuntansi sebelum diinput ke dalam general
ledger. Jika terjadi perbedaan, maka bagian akuntansi dan bagian umum
akan melakukan rekonsiliasi. Jika nilai telah sesuai maka petugas bagian
logistik dan bagian akuntansi akan menandatangani laporan tersebut.
• Pemeriksaan anggaran juga salah satu contoh pengendalian Bank XYZ.
Hal ini dilakukan agar Bank XYZ tidak melakukan pembelian di luar
kebutuhan. Namun dalam kondisi tertentu, terdapat keperluan di luar
anggaran sehingga diperlukan pembelian aset tetap. Dalam kondisi
terdesak, Bank XYZ dapat membeli aset tetap namun tetap atas
persetujuan bagian umum kantor pusat.
Auditor akan melakukan pengujian pengendalian. Akan tetapi, sebelum
melakukan pengujian pengendalian, auditor harus memahami pengendalian
internal Bank XYZ. Dengan pemahaman pengendalian internal, auditor dapat
menentukan apakah pengendalian internal telah dijalankan dengan efektif. Jika
pengendalian internal telah efektif dijalankan, maka auditor dapat mengurangi
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


55

bukti-bukti substantif yang dibutuhkan untuk memperoleh keyakinan yang


memadai bahwa informasi yang disajikan telah bebas dari salah saji material.

4.3 Audit Aset Tetap dan Temuannya


Prosedur audit yang dilakukan KAP OBSE mengikuti Audit Approach
Diagram yang dirancang oleh Deloitte Global. Sesuai dengan Audit Approach
Diagram pada lampiran 1, proses audit KAP OBSE memiliki lima tahap yaitu
tahapan penerimaan klien, tahapan perencanaan audit, tahapan perancangan audit,
tahapan pekerjaan lapangan, tahapan penyelesaian dan penyusunan laporan
keuangan hasil audit. Berikut ini akan penulis bahas tahap demi tahap prosedur
audit yang dilakukan KAP OBSE dalam audit laporan keuangan Bank XYZ.

4.3.1 Tahap Penerimaan Klien


Pada tahap penerimaan klien, pertama-tama auditor melakukan
pengkondisian awal penugasan audit (precondition for an audit engagement),
yaitu menyepakati apa saja tanggung jawab manajemen Bank XYZ yaitu laporan
keuangan dan pengendalian internal. Manajemen bertanggung jawab terhadap
laporan keuangan telah sesuai dengan peraturan akuntansi yang berlaku umum
sedangkan tanggung jawab manajemen terkait pengendalian internal untuk
memastikan bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material baik dari
kecurangan atau kesalahan. Disamping itu, auditor juga harus melihat kerangka
laporan keuangan yang disajikan manajemen, apakah kerangka laporan keuangan
telah sesuai dengan sifat industri bank, dan kesesuaiannya dengan PSAK dan
Peraturan Bank Indonesia. Selanjutnya manajemen Bank XYZ harus menyetujui
bahwa auditor diizinkan mengakses semua informasi, meminta tambahan
informasi yang dibutuhkan, dan akses tak terbatas untuk memperoleh bukti audit.
Setelah melakukan pengkondisian awal penugasan audit, auditor
melakukan prosedur (acceptance and continuance decision), yaitu melakukan
prosedur yang dibutuhkan untuk mengambil kesimpulan apakah setuju menerima
klien atau meneruskan penugasan lama. Prosedur yang disebut dengan “know
your client” dimulai dari pertimbangan risiko yang timbul jika menerima klien
baru atau meneruskan klien lama. Salah satu risiko yang patut dipertimbangkan

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


56

adalah engagement risk yaitu risiko bahwa kemungkinan besar klien mengalami
gagal bisnis dan bangkrut setelah terbit opini wajar tanpa pengecualian.
Kebangkrutan yang murni disebabkan gagal bisnis bukan gagal audit akan
memberi kerugian yang serius bagi auditor. Auditor dapat dituntut secara hukum
yang akan merusak reputasi auditor. Lalu KAP OBSE melakukan riset mengenai
calon klien yaitu memeriksa latar belakang calon klien baik latar belakang
manajemen maupun latar belakang entitas. Selain itu, Bank XYZ merupakan klien
lama KAP OBSE dimana pada periode sebelumnya mendapat opini wajar dalam
semua hal yang material dari KAP OBSE. Bank XYZ memiliki keberlangsungan
usaha yang baik karena mengalami peningkatan laba operasional sebesar 11,7%
pada tahun 2011. KAP OBSE berkesimpulan bahwa Bank XYZ akan mengalami
perkembangan bisnis dan peningkatan pendapatan. Akan tetapi dikarenakan Bank
XYZ adalah perusahaan terbuka yang terdaftar di lantai bursa dimana banyak
regulasi yang harus dipatuhi membuat engagement risk Bank XYZ berada pada
kondisi greater than normal. Auditor juga harus meyakini bahwa tim audit yang
terlibat telah memenuhi persyaratan etika yaitu independensi dan kompetensi
profesional. Setelah prosedur know your client dilakukan, auditor dapat
menyimpulkan dan memutuskan untuk menerima perikatan dengan Bank XYZ.
Aktivitas terakhir yang dilakukan KAP OBSE dalam tahap penerimaan
klien adalah menyepakati perjanjian dari penugasan audit (agree the terms of an
audit engagement). Auditor akan berdiskusi dengan manajemen untuk mencapai
kesepakatan yang disetujui kedua belah pihak. Kesepakatan yang telah dicapai
dituangkan ke dalam surat penugasan (engagement letter). Surat penugasan
tersebut berisi tanggung jawab auditor KAP OBSE, tanggung jawab manajemen
Bank XYZ, komunikasi auditor dengan Bank XYZ dan Bank Indonesia,
pernyataan independensi, pembatasan kewajiban auditor, dan yurisdiksi hukum.
Surat penugasan dibuat oleh Partner KAP OBSE. Jika disetujui oleh Bank XYZ,
maka ditanda-tangani oleh pihak Bank XYZ yang berwenang yaitu Presiden
Direktur Bank XYZ.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


57

4.3.2 Tahap Perencanaan Audit


Pada tahap perencanaan, auditor melakukan tahap-tahap berdasarkan
Deloitte Audit Approach Manual yang terdiri dari aktivitas: melakukan
pemahaman atas bisnis dan lingkungan klien, menentukan materialitas,
mengidentifikasi apa saja kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang
material, serta mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material. Berikut
akan dijelaskan aktivitas-aktivitas yang dilakukan KAP OBSE dalam tahap
perencanaan audit.
1. Memahami Bisnis dan Lingkungan Bisnis Bank XYZ
Pada tahap ini, KAP OBSE memperoleh pemahaman atas Bank
XYZ, yaitu pemahaman atas bisnis Bank XYZ, kebijakan akuntansi yang
digunakan, pengendalian internal, pengukuran dan review kinerja
keuangan, dan melakukan prosedur analitis awal.
Walaupun periode audit sebelumnya Bank XYZ telah diaudit KAP
OBSE, bukan berarti KAP OBSE tidak melakukan pemahaman pada
periode audit yang berakhir pada 31 Desember 2012. KAP OBSE tetap
melakukan pemahaman terhadap bisnis dan lingkungan bisnis Bank XYZ
dan memutakhirkan informasi-informasi terbaru yang dapat memengaruhi
entitas. Salah satunya informasi yang perlu diketahui auditor adalah
informasi mengenai prospek industri perbankan. Auditor perlu mengetahui
indikasi yang dapat mendorong ataupun menghambat industri perbankan
seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, BI rate, dan program
pemerintah seperti Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan
Ekonomi Indonesia (MP3EI). Informasi tersebut didapat auditor dari
publikasi yang berkaitan seperti Bank Indonesia dan perundang-undangan.
Berdasarkan pemahaman auditor terhadap indikasi-indikasi dapat
memengaruhi industri perbankan, auditor yakin bahwa industri perbankan
masih prospektif.
Auditor juga perlu mengetahui informasi dari internal Bank XYZ
seperti apakah terjadi perubahan bisnis klien, implementasi teknologi
informasi baru, dampak peraturan terbaru seperti Peraturan Bank
Indonesia, PSAK, peraturan perpajakan dan peraturan lain yang terkait.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


58

Selain itu, KAP OBSE perlu mengetahui apa saja produk yang ditawarkan
Bank XYZ, struktur modal Bank XYZ, pihak berelasi, dan sumber
pendapatan Bank XYZ. Informasi internal Bank XYZ didapat dari diskusi
dengan direktur keuangan dan manajer akuntansi Bank XYZ. Pada
penilaian informasi internal, auditor berpendapat tidak terdapat perubahan
signifikan pada bisnis Bank XYZ, manajemen, dan pengendalian internal.
Dalam memahami pengendalian internal Bank XYZ, penilaian
awal mengenai pengendalian internal dilakukan KAP OBSE dengan
menilai desain pengendalian internal yang dimiliki Bank XYZ. Bank XYZ
memiliki Buku Pedoman Operasional yang mengatur setiap fungsi dan
tanggung jawab dari masing-masing bagian maupun individu yang terlibat
didalamnya. Setelah memahami buku pedoman operasional, auditor dapat
menilai kecukupan pengendalian internal Bank XYZ. Buku Pedoman
Operasional terakhir diubah pada Oktober 2010 dan belum ada perubahan
lagi sampai periode audit yang berakhir pada 31 Desember 2012
dilaksanakan. KAP OBSE melakukan penilaian desain pengendalian
internal didasarkan pada penilaian audit periode sebelumnya dikarenakan
tidak ada perubahan Buku Pedoman Operasional sejak Oktober 2010.
Hasil penilaian KAP OBSE terhadap pengendalian internal adalah bahwa
tidak ditemukan kelemahan atas pengendalian internal yang memiliki
dampak material.
Bank XYZ juga melakukan prosedur analitis awal yaitu dengan
menggunakan rasio-rasio tertentu dan perbandingan saldo tahun ini dengan
saldo tahun lalu. Berdasarkan neraca aktiva Bank XYZ pada lampiran 2,
kita dapat melihat bahwa akun aset tetap memiliki persentase sebesar
1,22% dari total aktiva yang dimiliki Bank XYZ. Selain itu, pada tahun
2012 terjadi kenaikan nilai aset tetap sebesar 1,3% dari tahun sebelumnya.
Berdasarkan diskusi dengan direktur keuangan Bank XYZ, diketahui
bahwa Bank XYZ sedang memperluas jaringannya sehingga terdapat
pembukaan kantor cabang baru. Hal inilah yang meningkatkan nilai aset
tetap Bank XYZ.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


59

2. Menentukan Materialitas
Auditor akan menentukan materialitas keseluruhan dan
menentukan performance materiality untuk menilai risiko salah saji
material dan menentukan sifat, waktu, dan sejauh mana audit prosedur
akan dilakukan.
Pertama-tama, auditor menentukan benchmark (elemen laporan
keuangan atau ukuran keuangan yang diturunkan dari laporan keuangan
klien) yang akan digunakan sebagai dasar dalam menentukan materialitas.
Dalam hal ini, auditor menggunakan income before tax sebagai
benchmark. Income before tax dipilih karena nilainya yang relatif stabil
dibanding dengan jumlah pendapatan. Nilai income before tax yang
didapat dari trial balance Bank XYZ dikali 10%. Pada umumnya,
jangkauan persentase yang digunakan pada perusahaan terbuka berkisar
antara 5 – 10 %. Pemilihan persentase 10% berdasarkan pertimbangan
bahwa:
• salah saji yang teridentifikasi pada audit periode sebelumnya
sedikit,
• penilaian tim audit terhadap pengendalian internal adalah efektif,
• Bank XYZ tidak mengalami perubahan signifikan dalam bisnis,
manajemen, dan pengendalian internal,
• pelaporan keuangan Bank XYZ adalah akurat.
Auditor akan mendapat nilai materialitas keseluruhan sebesar akan
mendapat materialitas yang telah dihitung sebesar Rp. 252.341.182.844,-
Setelah itu, auditor akan menghitung nilai performance materiality yaitu
mengkalikan 90% dengan nilai materialitas sehingga didapatlah angka Rp.
227.107.064.560. Setelah kita mengetahui nilai materialitas dan nilai
performance materiality, auditor akan mencari lagi nilai clearly trivial
misstatements threshold (CTM) yang didapat dari pengkalian nilai
materialitas dengan 5%. Maka auditor akan mendapat nilai CTM sebesar
Rp.12.617.059.142.
Dalam melaksanakan audit, jika terdapat salah saji yang melebihi
materialitas sebesar Rp. 252.341.182.844, maka auditor harus

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


60

menginvestigasi lebih lanjut penyebab salah saji tersebut dan memperoleh


bukti audit tambahan. Namun jika ditemukan nilai salah saji tidak
material, maka nilai akumulasi semua salah saji tidak material tidak boleh
melebihi performance materiality sebesar Rp. 227.107.064.560. Nilai
CTM digunakan apabila KAP OBSE melakukan sampling terhadap
beberapa transaksi dalam satu akun. Nilai salah saji dalam sampel
transaksi yang diambil tidak boleh melebihi nilai CTM yaitu Rp.
12.617.059.412. Jika nilai salah saji melebihi CTM maka auditor harus
melakukan prosedur audit tambahan.
Pemilihan persentase 90% dalam performance materiality dan 5%
dalam CTM berdasarkan pertimbangan bahwa tidak ada uncorrected
misstatement pada audit periode tahun lalu sehingga auditor menggunakan
angka tersebut yang telah sesuai dengan Deloitte Audit Approach Manual.
Secara ringkas perhitungan materialitas dapat dilihat dalam tabel 4.6
dibawah ini.

Tabel 4.6 Perhitungan Materialitas untuk Bank XYZ

 Laba sebelum beban pajak  Rp. 2.523.411.828.440

Materialitas  Rp. 2.523.411.828.440 ' 10%

Materialitas  Rp. 252.341.182.844

)*+ ,-./.-0  Rp. 252.341.182.844 ' 90%

)*+ ,-./.-0  Rp. 227.107.064.560

4//0 5.6./ ,.77---7  Rp. 252.341.182.844 ' 5%

4//0 5.6./ ,.77---7  Rp. 12.617.059.142

Sumber: Kertas Kerja KAP OBSE yang telah diolah kembali

3. Mengidentifikasi dan Menentukan Kelas Transaksi, Saldo Akun, dan


Pengungkapan yang Material

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


61

Pada tahap ini, auditor akan membuat daftar kelas transaksi, saldo
akun, dan pengungkapan yang dimiliki Bank XYZ. Auditor menentukan
apakah akun, saldo akun, dan pengungkapan tersebut material sehingga
akan dilakukan audit atas akun tersebut. Penentuan dilakukan dengan
professional judgement auditor baik secara kuantitatif maupun secara
kualitatif. Secara kuantitatif auditor akan membandingkan nilai
materialitas dengan nilai saldo pada setiap akun yang dimiliki bank XYZ.
Jika nilai saldo akun melebihi materialitas yang telah dihitung sebelumnya
maka akan dilakukan prosedur audit untuk menguji akun tersebut. Akan
tetapi, nilai akun diatas materialitas bukan berarti akun tersebut material.
Secara kualitatif, auditor, dengan professional judgement-nya, akan
menentukan apa saja akun, saldo akun, dan pengungkapan yang memiliki
dampak material terhadap Bank XYZ. Auditor dapat menentukan bahwa
suatu kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan menjadi tidak
material walaupun nilai saldonya diatas materialitas. Begitu pula
sebaliknya, nilai saldo akun yang tidak material dapat menjadi material
bagi auditor dengan professional judgement-nya.
Nilai aset tetap pada trial balance Bank XYZ sebesar Rp.
1.726.003.169.000 melebihi materialitas sebesar Rp. 252.341.182.844.
Secara kuantitatif, nilai aset tetap termasuk ke dalam akun yang material.
Selain itu, secara kualitatif, auditor juga menilai bahwa terdapat hal-hal
yang harus menjadi perhatian auditor dalam aset tetap. Diantaranya adalah
terdapat risiko nilai residu dan estimasi masa manfaat yang diterapkan
tidak tepat dan terdapat risiko penambahan aset tetap tidak valid atau tidak
tercatat dengan tepat. Dengan demikian, melihat penilaian secara
kuantitatif dan kualitatif, nilai akun aset tetap termasuk ke dalam akun
yang material.

4. Identifikasi dan Menilai Risiko Salah Saji Material


Pada bagian ini, auditor akan mengidentifikasi dan melakukan penilaian
terhadap risiko. Khusus untuk akun aset tetap, auditor telah melakukan
identifikasi risiko-risiko dan menilai risiko tersebut. Risiko yang telah

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


62

diidentifikasi dan dinilai dapat dilihat dalam tabel 4.7 dibawah ini.
Penilaian risiko sangat penting karena proses audit yang dirancang
Deloitte Global adalah audit berbasis risiko. Auditor akan menitikberatkan
pada kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang memiliki risiko
besar dan merancang prosedur audit yang diperlukan untuk memperoleh
bukti audit yang memadai. Untuk kelas transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan yang tidak berisiko, auditor tidak akan menitikberatkan
prosedur auditnya dan lebih menitikberatkan pada kelas transaksi, saldo
akun, dan pengungkapan yang berisiko besar. Dengan demikian, auditor
dapat melaksanakan proses audit lebih efektif dan efisien. Selain itu, hasil
dari penilaian risiko akan digunakan sebagai dasar untuk perancangan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif.

Tabel 4.7 Identifikasi dan Penilaian Risiko oleh Auditor


Risiko
salah saji
material Klasifikasi Asersi yang
Risiko
mengarah risiko relevan
pada fraud
(Ya/Tidak)
Terjadi salah saji aset tetap karena Tidak Berisiko Keberadaan
nilai aset tetap tidak direkonsiliasi (existence),
dengan General Ledger. dan
kelengkapan
(completeness)
Terdapat risiko penambahan aset tetap Tidak Berisiko Keberadaan
yang tidak valid atau tidak tepat (existence)
dikarenakan:
- Biaya perolehan tidak sesuai
dengan definisi biaya
pengakuan awal.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


63

(sambungan)
- Beban perolehan tidak
dikapitalisasi dengan benar
- Penggantian suku cadang dari
suatu aset tidak dicatat dengan
benar.
Penghentian aset tetap tidak tercatat Tidak Berisiko Keberadaan
dengan tepat. (existence)
Impairment aset tetap tidak dicatat, Tidak Berisiko Valuasi dan
atau nilai impairment ditentukan alokasi
dengan tidak tepat.
Nilai residu dan estimasi umur Tidak Berisiko Valuasi dan
manfaat tidak tepat. alokasi
Beban penyusutan tidak dihitung Tidak Berisiko Akurasi dan
dengan tepat. valuasi
Nilai aset tetap lebih saji dikarenakan Tidak Berisiko Hak dan
entitas sebenarnya sudah tidak kewajiban
menguasai atau memiliki hak kontrol
atas aset tetap saat pencatatan per
periode berakhir.
Sumber: Kertas Kerja Audit yang telah diolah kembali

4.3.3 Tahap Perancangan Audit


Pada tahap ini, auditor akan merancang sebuah Model Audit Program
(MAP) sebagai respon auditor atas risiko-risiko yang telah diidentifikasi
sebelumnya. MAP adalah rancangan yang dibuat staf audit senior berisi pengujian
pengendalian dan substantif yang perlu dilakukan untuk mendapat bukti audit
yang cukup dan tepat. MAP dibuat untuk setiap kelas transaksi. Auditor
seharusnya membaca MAP sebelum melakukan audit atas suatu akun tertentu agar
auditor dapat mengetahui risiko yang dihadapi dan apa yang harus dilakukan
auditor. Auditor harus mengerjakan semua prosedur audit yang tertera pada MAP
dan memberi inisial pada setiap kertas kerja yang telah dibuat. Di dalam MAP

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


64

juga disebutkan nomor referensi kertas kerja yang telah dilakukan auditor. Penulis
akan membahas informasi-informasi yang terdapat dalam MAP seperti dibawah
ini.
Informasi pertama dalam MAP adalah informasi mengenai materialitas.
Nilai materialitas, Performance materiality dan Clearly Trivial Misstatements
Threshold (CTM) dimasukkan sebagai panduan jika terjadi perbedaan yang
melebihi materialitas.
Informasi kedua dalam MAP adalah informasi mengenai pengujian
pengendalian. Auditor akan merencanakan seperti apa pengujian pengendalian
yang akan dilakukan berdasarkan risiko yang telah diidentifikasi. Selanjutnya,
MAP juga memuat informasi mengenai staf audit yang melakukan pengujian
pengendalian dan hasil pengujian pengendalian.
Informasi terakhir dalam MAP adalah informasi mengenai pengujian
substantif yang akan dilakukan auditor. Seperti halnya pengujian pengendalian,
auditor akan merencanakan seperti apa pengujian substantif yang akan dilakukan
dalam tahap pekerjaan lapangan berdasarkan risiko yang dihadapi. MAP untuk
akun aset tetap dapat dilihat pada lampiran 3.

4.3.4 Tahap Pekerjaan Lapangan


4.3.4.1 Pengujian Pengendalian
Pada tahapan pekerjaan lapangan, sebelum melakukan pengujian
substantif, auditor akan melakukan pengujian pengendalian terlebih dahulu.
Auditor telah memahami desain pengendalian internal yang dilakukan manajemen
dalam merespon risiko pada tahap perencanaan. Auditor telah menyimpulkan
bahwa tidak ditemukan kelemahan atas pengendalian internal yang memiliki
dampak material. Sedangkan pada tahap pekerjaan lapangan, auditor melakukan
pengujian untuk menilai keefektifan pengendalian internal Bank XYZ. Berikut
akan dijabarkan risiko yang dihadapi dalam aset tetap, kemudian bagaimana
pengendalian internal yang dilakukan manajemen dalam merespon risiko, dan
bentuk pengujian pengendalian internal yang dilakukan auditor.
1. Risiko Terjadi salah saji aset tetap karena nilai aset tetap tidak
direkonsiliasi dengan General Ledger

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


65

Pengendalian internal yang dilakukan Bank XYZ adalah


melakukan rekonsiliasi antara Daftar Inventaris Barang Modal dengan
General Ledger per tiga bulan. Jika nilai rekonsiliasi telah sesuai maka
petugas bagian umum dan bagian akuntansi akan menandatangani hasil
rekonsiliasi tersebut.
Pengujian yang dilakukan auditor adalah melakukan review
laporan inventory barang inventaris. Review tersebut dilakukan dengan
membandingkan rincian bagian akuntansi dan umum untuk melihat apakah
terdapat perbedaan pada kedua rincian tersebut.

2. Risiko penambahan aset tetap yang tidak valid


Bagian umum selaku pihak yang melakukan pembelian aset tetap
akan mencatat apabila terjadi penambahan aset tetap. Bagian logistik
kemudian membuat nota jurnal dan dokumen pendukung untuk diserahkan
ke bagian akuntansi. Bagian akuntansi kemudian menerima nota jurnal dan
dokumen pendukung untuk memeriksa kembali nilai dan akun, serta
tanggal yang akan diinput ke dalam sistem. Jika telah sesuai maka bagian
akuntansi akan memasukkan data tersebut ke dalam sistem. Bagian
akuntansi juga akan memasukkan penambahan aset tetap tersebut ke dalam
rincian aset tetap miliki bagian akuntansi, dan membuat perhitungan
penyusutan secara periodik. Setiap bulan bagian akuntansi akan
menyerahkan rincian aset tetap yang dimiliki Bank XYZ, penambahannya,
dan perhitungan penyusutannya kepada bagian logistik untuk dicocokkan.
Auditor melakukan pengujian pengendalian dengan memilih
sampel dari transaksi penambahan. Dari transaksi yang terpilih dalam
sampel tersebut, auditor akan mengecek ke nota jurnal dan dokumen
pendukung. Nilai yang tertera pada sistem dan rincian bagian akuntansi
akan dibandingkan.

3. Penghentian aset tetap tidak tercatat dengan tepat.


Jika Bank XYZ ingin melakukan penjualan aset tetap maka harus
diotorisasi oleh Direksi. Bagian umum akan membuat suatu permohonan

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


66

penjualan yang berisi jenis aset, nilai buku aset, nilai pasar, dan nilai
penawaran tertinggi yang diajukan calon pembeli. Apabila penjualan
disetujui, maka bagian penjualan akan melakukan eksekusi penjualan. Dari
eksekusi, bagian umum mengumpulkan bukti-bukti penjualan untuk
kemudian menghapus aset tetap tersebut dari sistem fixed assets web.
Bagian logistik kemudian membuat laporan kepada bagian akuntansi
untuk menghapus rincian aset tetap yang dimiliki dalam pencatatan bagian
akuntansi. Bagian akuntansi juga akan membuat jurnal-jurnal terkait
penjualan seperti penghapusan aset tetap, penghapusan penyusutan, dan
jurnal keuntungan / kerugian dari hasil penjualan tersebut. Hasil dari
penjurnalan tersebut akan diberikan kepada bagian logistik sebagai bukti
bahwa aset tetap yang dijual sudah dihapus dari pencatatan bagian
akuntansi.
Untuk penjualan aset tetap milik cabang, setelah formulir penjualan
aset tetap diotorisasi direksi, bagian umum cabang harus mengirimkan
nota pembatalan asuransi kepada bagian umum kantor pusat. Hal tersebut
dikarenakan seluruh asuransi aset tetap cabang diasuransikan dan
dokumennya disimpan di bagian umum kantor pusat.
Auditor melakukan uji pengendalian dengan memilih sampel
penjualan aset tetap. Berdasarkan sampel yang dipilih, auditor mengkaji
ulang Laporan Pengajuan Penjualan Aset Tetap dan melihat apakah
laporan tersebut sudah mendapat otorisasi Direksi. Selanjutnya auditor
membandingkan nilai pada nota jurnal dengan nilai yang disetujui Direksi
pada Laporan Pengajuan Penjualan Aset Tetap. Terakhir, auditor
mengecek fixed assets web untuk memastikan bahwa aset yang dijual
sudah tidak tercantum pada sistem.

4. Impairment aset tetap tidak dicatat, atau nilai impairment ditentukan


dengan tidak tepat.
Bank XYZ tidak melakukan impairment sehingga tidak terdapat
penurunan nilai aset tetap.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


67

5. Nilai residu dan estimasi umur manfaat tidak tepat.


Untuk aset tetap berupa inventaris 1 dan 2, Bank XYZ
menyamakan umur manfaat aset tetapnya dengan umur manfaat pada
peraturan pajak. Hal ini dilakukan agar pada akhir periode Bank XYZ
tidak perlu melakukan rekonsiliasi pajak. Khusus untuk aset tetap berupa
tanah & bangunan, umur manfaat mengacu pada laporan penilai
independen. Selain itu, tidak ada kebijakan Bank XYZ yang menyebut
nilai residu sehingga semua aset tetap memiliki nilai residu 0 (nol) pada
akhir masa manfaatnya.
Auditor menguji pengendalian internal dengan cara
membandingkan masa manfaat dan nilai residu pada sistem dengan
kebijakan akuntansi yang ditetapkan pada surat edaran direksi, standar
operasional prosedur dan laporan penilai independen.

6. Beban penyusutan tidak dihitung dengan tepat.


Penyusutan aset tetap dihitung dengan menggunakan sistem fixed
asset web. Perhitungan seperti metode yang digunakan, masa manfaat, dan
nilai residu disesuaikan dengan kebijakan Bank XYZ. Perhitungan secara
otomatis akan dilakukan sistem setiap akhir bulan. Bagian akuntansi akan
melakukan tes hitung pada bulan pertama setelah aset tetap diakuisisi dan
membandingkannya dengan perhitungan sistem. Jika perhitungan telah
sama maka untuk bulan-bulan selanjutnya perhitungan beban penyusutan
dilakukan dengan sistem.
Khusus untuk cabang, perhitungan beban penyusutan belum 100%
bergantung pada sistem. Bagian akuntansi dan bagian logistik melakukan
perhitungan sendiri-sendiri. Pada akhir bulan, bagian logistik akan
mencocokkan hasil perhitungan penyusutan dengan perhitungan sistem
pada bagian akuntansi. Jika nilai telah sesuai maka bagian akuntansi akan
melapor kepada bagian akuntansi kantor pusat. Setiap tiga bulan, seluruh
rincian aset tetap akan dilaporkan ke bagian akuntansi kantor pusat untuk
dicek dan dicocokkan ke neraca. Nilai selisih akumulasi penyusutan yang
timbul akan dikonfirmasi ke masing-masing cabang yang terdapat selisih.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


68

Pengendalian internal yang dilakukan auditor adalah melakukan


review atas Laporan Outstanding Aset Tetap yang dilaporkan cabang-
cabang dan memeriksa bahwa laporan tersebut telah diotorisasi oleh pihak
yang berwenang. Setelah itu, auditor akan melakukan rekalkulasi beban
penyusutan sesuai dengan metode penyusutan dan umur ekonomis aset
dan membandingkannya dengan perhitungan sistem.

7. Nilai aset tetap yang tercatat lebih saji dikarenakan entitas sebenarnya
sudah tidak menguasai atau memiliki hak kontrol atas aset tetap saat
pencatatan per periode berakhir.
Bagian logistik melakukan stock opname pada akhir tahun namun
hanya untuk inventaris di bawah 20 juta rupiah. Untuk inventaris yang
telah dihapus buku, bagian logistik akan menghapus inventaris yang
dihapus dari sistem. Bagian logistik juga akan membuat rincian aset tetap
yang dihapus buku per bulan.
Bagian akuntansi setiap akhir bulan akan menanyakan kepada
bagian logistik untuk melihat aset tetap yang telah habis disusutkan dan
aset tetap yang telah dihapus bukukan. Bagian logistik akan memberi
konfirmasi apabila terdapat aset tetap yang sudah tidak dimiliki. Informasi
tersebut digunakan oleh bagian akuntansi untuk menghapus aset tetap
yang sudah tidak dimiliki dari rincian aset tetap.
Setiap tiga bulan sekali dilakukan rekonsiliasi antara Daftar
Inventaris Barang Modal dengan General Ledger namun hanya untuk
Inventaris Gol. 2 yang nilainya lebih besar dari 20 juta rupiah. Jika nilai
rekonsiliasi telah sesuai maka petugas bagian umum dan petugas bagian
akuntansi akan menandatangani hasil rekonsiliasi tersebut.
Pengendalian internal diuji auditor dengan melakukan review atas
berita acara stock opname untuk memastikan apakah berita acara telah
diotorisasi. Selain itu, auditor akan melakukan review atas rekap rincian
write-off dan memilih sampel. Dari sampel yang telah dipilih, auditor akan
melihat ke dalam sistem fixed assets web untuk memastikan apakah aset
tetap tersebut masih ada di sistem atau tidak.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


69

KAP OBSE telah melakukan pengujian pengendalian dan telah


menyimpulkan bahwa pengendalian internal Bank XYZ telah efektif dilakukan.
Hal ini membuat KAP OBSE tidak memerlukan banyak bukti substantif untuk
mendukung keyakinan auditor.

4.3.4.2 Pengujian Substantif


a. Membuat Leadsheet
Setelah auditor melakukan pengujian pengendalian, auditor akan
melakukan pengujian substantif untuk memperoleh bukti-bukti yang
dibutuhkan. Pertama-tama auditor akan membuat leadsheet. Auditor
memasukkan nilai biaya perolehan, beban penyusutan, dan akumulasi
penyusutan periode berjalan ke dalam leadsheet. Nilai leadsheet didapat dari
trial balance Bank XYZ. Agar dapat melakukan perbandingan, auditor juga
memasukkan nilai biaya perolehan dan akumulasi penyusutan periode
sebelumnya ke dalam leadsheet. Dengan perbandingan periode berjalan dan
periode sebelumnya, auditor juga dapat melakukan prosedur analitis.
Penulis memasukkan contoh leadsheet ke dalam lampiran 4. Leadsheet
pada lampiran 4 adalah leadsheet atas aset tetap Bank XYZ. Di dalam
leadsheet pada lampiran 4, terdapat kolom “% Diff > 10%”. Apabila terjadi
kenaikan atau penurunan diatas 10% dari tahun lalu, auditor akan memasukkan
berapa nilai persentase tersebut ke dalam kolom “% Diff > 10%”. Jika
kenaikan atau penurunan dibawah 10%, maka nilai persentase tidak akan
dimasukkan auditor. Kolom ini menjadi titik awal jika terdapat kenaikan atau
penurunan yang signifikan. Kolom selanjutnya “Difference > 252.341.183”
adalah kolom dimana kenaikan atau penurunan melebihi materialitas yang
telah ditetapkan. Dari kedua kolom diatas, auditor juga melakukan prosedur
analitis dan menentukan akun-akun yang harus mendapat perhatian lebih.
Berdasarkan lampiran 4, kita dapat melihat bahwa terdapat kenaikan diatas
10% pada akun akumulasi penyusutan bangunan, inventaris golongan 1 dan
inventaris golongan 2 tahun sebelumnya dan terdapat kenaikan diatas 10%
pada jumlah akumulasi penyusutan bangunan dan jumlah akumulasi
penyusutan inventaris 1 dan 2 per 31 Desember 2012.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


70

b. Meminta rincian aset tetap kepada Bank XYZ


Sebelum meminta rincian aset tetap Bank XYZ, penulis melihat kertas
kerja akun aset tetap periode sebelumnya. Penulis mendapat sedikit pengarahan
bagaimana mengerjakan kertas kerja dari staf senior dan mengetahui data-data
yang dibutuhkan untuk membuat kertas kerja. Data-data yang diperlukan untuk
membuat kertas kerja adalah rincian aset tetap yang dimiliki klien. Rincian aset
tetap yang dimiliki klien berisi informasi mengenai jumlah, jenis aset, tahun
perolehan, harga perolehan, akumulasi penyusutan sampai dengan tahun lalu,
nilai buku awal tahun, tarif penyusutan, nilai yang disusutkan sampai periode
berakhir, nilai buku per akhir tahun, dan tahun nilai buku berakhir. Data-data
tersebut adalah data-data yang akan digunakan auditor dalam melakukan
perhitungan ulang dalam kertas kerja audit.

c. Membuat Kertas Kerja Akun Aset Tetap


1. Memasukkan infornasi yang didapat dari klien ke dalam kertas kerja.
Setelah melihat format kertas kerja periode sebelumnya, auditor akan
memasukkan informasi-informasi yang diperlukan ke dalam kertas kerja
berdasarkan rincian aset tetap yang telah diperoleh auditor sebelumnya.
Informasi tersebut terdiri dari:
• Jenis harta,
• Jumlah,
• Tahun perolehan,
• Harga perolehan,
• Nilai beban penyusutan 31 Desember 2011,
• Akumulasi penyusutan sampai dengan 31 Desember 2011,
• Nilai buku 1 Januari 2012,
• Beban penyusutan selama 2012,
• Nilai buku 31 Desember 2012, dan
• Masa Manfaat
• Tahun aset tetap selesai disusutkan
• Alamat, (untuk kertas kerja aset tetap tanah & bangunan)

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


71

• Tahun penilaian kembali, (untuk kertas kerja aset tetap tanah &
bangunan)

2. Menelusuri apa saja yang menjadi penambahan dan pengurangan aset tetap
pada 2012.
Setelah memasukkan informasi-informasi yang dibutuhkan ke dalam
kertas kerja audit, auditor akan mengelompokkan penambahan aset tetap
dan pengurangan aset tetap. Pada periode audit yang berakhir 31 Desember
2011, auditor juga telah membuat kertas kerja untuk akun aset tetap dan
tidak mendapati adanya salah saji yang material. Auditor berasumsi bahwa
kertas kerja tahun lalu sudah benar sehingga auditor akan menggunakannya
untuk menelusuri penambahan ataupun pengurangan pada periode audit
yang berakhir pada 31 Desember 2012.
Untuk mencari penambahan, auditor akan mencari di rincian aset tetap
yang ada pada 31 Desember 2012 dimana pada 31 Desember 2011 aset tetap
tersebut tidak tercatat. Sedangkan pelepasan diketahui auditor dengan
mencari aset tetap yang tercatat pada 31 Desember 2011 dimana aset tetap
tersebut tidak tercatat pada 31 Desember 2012. Penambahan ataupun
pengurangan akan dikelompokkan sendiri sehingga dalam kertas kerja akan
terbagi menjadi tiga bagian; pertama, daftar aset tetap yang tercatat pada 31
Desember 2012; kedua, bagian penambahan aset tetap. Dan; ketiga, bagian
pelepasan aset tetap.
Setelah memasukkan dan mengelompokkan aset tetap tersebut, auditor
akan menghitung jumlah nilai aset tetap yang seharusnya tercatat.
Perhitungan jumlah tercatat aset tetap dihitung dengan:

Jumlah Tercatat Tahun Lalu


Penambahan Tahun Berjalan
(Pengurangan Tahun Berjalan)
Jumlah Tercatat Periode Berjalan

Jumlah tercatat periode berjalan yang telah dihitung auditor akan


dicocokkan dengan nilai perolehan aset tetap yang tertera pada leadsheet.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


72

Jika nilai perhitungan auditor dan leadsheet telah sesuai, tujuan audit saldo
terkait saldo yaitu detail tie-in terpenuhi.

3. Melakukan perhitungan ulang atas beban penyusutan.


Auditor telah memasukkan data yang berasal dari rincian aset tetap ke
dalam kertas kerja audit. Kertas kerja audit juga berisi perhitungan beban
penyusutan yang dilakukan Bank XYZ. Auditor akan melakukan
perhitungan ulang beban penyusutan dalam kertas kerja audit dengan
memasukkan tiga kolom pada kolom paling kanan. Kolom tersebut adalah
kolom bulan pada tahun 2012, penyusutan tahun berjalan, dan selisih.
Kolom bulan pada tahun 2012 akan diisi berapa bulan aset tetap disusutkan
dalam periode berjalan. Kolom penyusutan tahun berjalan akan diisi auditor
dengan perhitungan nilai beban penyusutan pada periode berjalan.
Sedangkan kolom selisih untuk menentukan apakah terdapat selish antara
perhitungan klien dengan perhitungan audit. auditor melakukan perhitungan
ulang dengan mengambil biaya perolehan dan menentukan berapa
penyusutan periode berjalan berdasarkan masa manfaat dan metode
penyusutan yang ditetapkan manajemen.
Berdasarkan risiko yang telah diidentifikasi sebelumnya, perhitungan
ulang beban penyusutan dan akumulasi penyusutan merupakan bentuk
respon audit terhadap risiko beban penyusutan tidak dihitung dengan tepat.
Selain itu, jika terdapat selisih maka asersi manajemen mengenai akurasi
tidak tercapai.
Setelah melakukan perhitungan ulang, auditor menemukan perbedaan
perhitungan antara perhitungan klien dengan perhitungan auditor. Seperti
pada tabel dibawah ini, auditor menemukan bahwa pada perhitungan beban
penyusutan bangunan Bank XYZ terdapat lebih saji pada trial balance
sebesar Rp. 73.846.810.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


73

Tabel 4.8 Selisih Perhitungan Beban Penyusutan Tanah &


Bangunan per Audit dan Perhitungan Klien
Perhitungan Bank XYZ Perhitungan audit
Jumlah 80.589.947.516 80.504.331.940
Per Trial Balance 80.578.178.750 80.578.178.750
Selisih 11.768.766 -73.846.810
Sumber: Kertas Kerja Aset Tetap Tanah & Bangunan yang telah diolah kembali.

Auditor menelusuri perbedaan perhitungan tersebut dengan melakukan


inquiry kepada klien dan menemukan bahwa terdapat perlakuan akuntansi
yang berbeda pada salah satu aset tanah & bangunan milik Bank XYZ yang
berlokasi di Medan. Tanah & bangunan tersebut diperoleh pada tahun 2001
dan memiliki masa manfaat 12 tahun. Pada bulan Desember 2012,
seharusnya aset tetap tersebut telah habis disusutkan. Akan tetapi, pada
bulan Januari 2012, Bank XYZ memperpanjang umur manfaatnya menjadi
10 tahun. Nilai buku pada 1 Januari 2012 adalah Rp. 95.128.408 dan
disusutkan kembali 10 tahun. Dengan demikian, beban penyusutan yang
diakui selama tahun 2012 adalah Rp. 9.512.841.
Bank XYZ tidak mengubah perhitungan beban penyusutan karena
perubahan estimasi akuntansi tersebut. Bank XYZ tetap menyusutkan tanah
& bangunan tersebut sehingga nilai bukunya habis disusutkan pada 31
Desember 2012. Akibatnya, menurut perhitungan KAP OBSE, nilai pada
trial balance lebih saji sebesar Rp. 73.846.810.
Hal yang perlu dilakukan auditor adalah alasan Bank XYZ menerapkan
perlakuan akuntansi yang berbeda untuk tanah & bangunan tersebut.
Auditor harus mengetahui alasan tersebut karena terdapat tanah & bangunan
lain yang habis disusutkan pada tahun 2012 namun umur manfaatnya tidak
diperpanjang. Manajemen Bank XYZ menjelaskan bahwa mereka telah
mengevaluasi umur manfaat saat akhir periode tahun lalu. Bank XYZ
merasa bangunan masih dalam kondisi yang sangat baik dan seharusnya
memiliki masa manfaat yang lebih lama. Oleh karena itu, pada tahun 2012,
Bank XYZ memperpanjang umur manfaat tanah & bangunan tersebut 10

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


74

tahun lebih lama. Selain itu, auditor juga akan meminta bukti tertulis dari
manajemen Bank XYZ dalam inquiry sehingga auditor dapat
mendokumentasikannya.
Selanjutnya, hal perlu diperhatikan adalah apakah perubahan umur
manfaat tersebut telah sesuai dengan PSAK. Auditor berpendapat bahwa
terjadi perubahan estimasi umur manfaat pada kasus tersebut. Sesuai dengan
PSAK 25 tentang perubahan kebijakan estimasi akuntansi. Berdasarkan
PSAK 25 paragraf 34, estimasi mungkin perlu direvisi jika terjadi
perubahan keadaan yang menjadi dasar estimasi atau akibat informasi baru
atau tambahan pengalaman. Revisi estimasi tidak terkait dengan periode lalu
dan bukan koreksi suatu kesalahan. PSAK 25 paragraf 36 juga menyatakan
bahwa dampak perubahan estimasi akuntansi tersebut diakui secara
prospektif. Melihat PSAK 25 terutama mengenai perubahan estimasi,
auditor berpendapat perubahan tidak bertentangan dengan PSAK.
Auditor telah meyakini bahwa kebijakan akuntansi terkait perpanjangan
umur manfaat untuk salah satu tanah & bangunan Bank XYZ tidak
bertentangan dengan PSAK. Akan tetapi, berdasarkan perhitungan audit,
Bank XYZ masih mencatat lebih saji sehingga nilai tersebut perlu
disesuaikan agar sesuai perhitungan audit yang telah mempertimbangkan
penambahan umur manfaat pada salah satu tanah & bangunan di Medan.
Auditor meminta Bank XYZ untuk melakukan Adjustment Journal Entry
(AJE) agar sesuai dengan perhitungan audit seperti pada table 4.10 dibawah
ini.

Tabel 4.9 Proposed Adjustment Journal Entry


Nomor Jumlah
Nama Akun
Akun Debet (Rp.) Kredit (Rp.)
13.519.000 Penyusutan Bangunan 73.846.810 -
untuk Tahun Berjalan
46.002.100 Biaya Penyusutan Gedung - 73.846.810
Sumber: Kertas Kerja Aset Tetap Tanah & Bangunan yang telah diolah kembali

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


75

4. Membandingkan hasil perhitungan dengan trial balance.


Auditor telah melakukan perhitungan untuk menentukan:
• nilai jumlah tercatat aset tetap per 31 Desember 2012,
• akumulasi penyusutan aset tetap sampai dengan 31 Desember
2011,
• beban penyusutan aset tetap selama tahun 2012.
Setelah mengetahui berapa nilai perhitungan tersebut, auditor akan
membandingkannya dengan trial balance. Jika terdapat selisih antara
perhitungan auditor dengan trial balance, maka auditor perlu untuk mencari
tahu terlebih dahulu darimana perbedaan tersebut bisa terjadi. Seperti pada
temuan audit pada perhitungan beban penyusutan diatas, auditor telah
mencari tahu terlebih dahulu asal perbedaan perhitungan terjadi dan
meminta Bank XYZ untuk menyesuaikannya dengan perhitungan auditor.
Dengan demikian, tidak terdapat selisih antara perhitungan audit dengan
trial balance.
Auditor perlu untuk bersikap skeptis, karena kesalahan mungkin terjadi
karena kesalahan auditor sendiri ataupun kesalahan manajemen.
Professional skepticism juga dilakukan karena terdapat kemungkinan
terdapat informasi baru yang belum diketahui auditor sehingga auditor perlu
untuk mengetahuinya. Auditor telah bersikap skeptis pada perlakuan
akuntansi terkait penambahan umur manfaat salah satu tanah & bangunan.

5. Membuat lead kertas kerja.


Sebelum auditor membuat lead kertas kerja, auditor harus memastikan
bahwa perbedaan antara perhitungan audit dengan trial balance adalah tidak
material atau tidak ada. Auditor juga perlu meyakini bahwa perhitungan
dalam kertas kerja telah benar.
Lead kertas kerja berisi ringkasan kertas kerja yang telah dibuat auditor.
Lead kertas kerja berada dalam kertas kerja yang sama dengan perhitungan
kertas kerja sebelumnya. Dalam lead, berisi juga informasi-informasi lain
seperti nama entitas yang diaudit, periode buku yang diaudit, nama akun
yang diaudit, pembuat kertas kerja dan tanggal pembuatan kertas kerja.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


76

Selain itu juga terdapat informasi lain berupa sumber informasi yang
dibutuhkan untuk membuat kertas kerja, yaitu trial balance dan rincian aset
tetap. Sumber informasi juga mencatat kepada siapa sumber informasi Bank
XYZ diminta. Informasi lainnya berupa sifat akun tersebut dan prosedur
untuk membuat kertas kerja. Selanjutnya auditor akan memasukkan
ringkasan perhitungan auditor dalam lead kertas kerja.
Terakhir auditor akan membuat kesimpulan atas hasil audit atas akun
aset tetap. Dalam hal akun aset tetap, auditor telah membuat kesimpulan
bahwa akun aset tetap telah disajikan tanpa adanya kesalahsajian yang
material.

d. Melakukan vouching atas penambahan dan pengurangan aset tetap.


Auditor KAP OBSE akan melakukan vouching dengan membuat kertas
kerja lain untuk mencari sampel. Pencarian sampel dilakukan setelah
mengetahui apa saja yang menjadi penambahan aset tetap dan pengurangan
aset tetap. Auditor biasanya melakukan vouching setelah perhitungan nilai
perolehan, beban penyusutan, dan akumulasi penyusutan telah sesuai dengan
leadsheet. Jika auditor telah mencari sampel untuk transaksi penambahan atau
pengurangan tetapi terjadi perubahan pada penambahan atau pengurangan,
maka auditor harus memasukkan data terbaru mengenai penambahan dan
pengurangan. Perubahan data yang dimasukkan untuk mencari sampel, dapat
mengubah sampel yang seharusnya di-vouching.
Transaksi penambahan akan dikelompokkan tersendiri. Kemudian auditor
akan mencari sampel transaksi penambahan yang akan digunakan untuk
memverifikasi akuisisi tahun berjalan. Begitu pula dengan verifikasi
penghentian aset tetap. Transaksi penghentian dikelompokkan tersendiri dan
auditor akan mencari sampel untuk penghentian aset tetap.
Setelah menemukan sampel yang terpilih, auditor akan meminta dokumen
berupa nota jurnal dan dokumen pendukung kepada Bank XYZ. Tanggal
transaksi, akun yang digunakan, saldo akun, otorisasi pihak pejabat, akan
diverifikasi auditor. Informasi tersebut akan auditor cocokkan dengan data
pada rincian aset tetap untuk membuktikan kebenaran asersi manajemen terkait

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


77

keterjadian, kecocokkan perincian, klasifikasi, pisah batas, dan hak. Selain itu,
auditor akan memasukkan informasi yang didapat dari nota jurnal dan
dokumen pendukung pada tickmarks di dalam kertas kerja untuk mencari
sampel.

e. Menganalisis aset pajak tangguhan yang berkaitan dengan aset tetap


Aset Pajak Tangguhan (Deferred Tax Asset) terjadi apabila terdapat
perbedaan antara perhitungan beban pajak penghasilan klien dengan
perhitungan yang diatur dalam peraturan perpajakan di Indonesia. Aset pajak
tangguhan akan timbul apabila jumlah pajak terutang (dibayarkan) lebih besar
dari beban pajak yang diakui klien. Hal tersebut mengakibatkan pajak terutang
di kemudian hari menjadi lebih kecil.
Berkaitan dengan aset tetap, aset pajak tangguhan dapat muncul dari
perbedaan temporer pada metode penyusutan, masa manfaat, dan nilai residu
yang digunakan manajemen Bank XYZ dan yang diatur oleh otoritas pajak.
Contoh timbulnya perbedaan temporer adalah jika manajemen menetapkan
masa manfaat 5 tahun dengan metode garis lurus tanpa nilai residu. Sedangkan
yang diatur dalam perhitungan pajak adalah 4 tahun. Perbedaan ini tentu akan
berdampak pada perbedaan beban penyusutan yang berbeda antara perhitungan
Bank XYZ dan otoritas pajak. Nilai pajak yang terutang akan berbeda dengan
yang dibebankan. Perbedaan ini hanya terjadi temporer karena pada suatu
waktu, nilai perhitungan pajak dan perhitungan Bank XYZ akan tersesuaikan.
Pada laporan keuangan Bank XYZ sebelum diaudit, terdapat akun aset
pajak tangguhan dari penyusutan aset tetap senilai Rp. 3.908.719.551 juta
rupiah. Auditor telah melakukan pengujian terhadap aset pajak tangguhan
dengan melakukan perhitungan ulang. Hasil perhitungan auditor akan
dibandingkan dengan hasil perhitungan Bank XYZ. Hasil perhitungan auditor
telah sesuai dengan hasil perhitungan Bank XYZ.
Akun aset pajak tangguhan tersebut terjadi karena Bank XYZ tidak
menerapkan masa manfaat untuk akun tanah & bangunan yang sama. Peraturan
perpajakan mengatur bangunan permanen disusutkan selama 20 tahun. Namun
pada praktiknya, Bank XYZ tidak menerapkan semua masa manfaat tanah &

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


78

bangunan selama 20 tahun karena Bank XYZ pernah melakukan menilai


kembali tanah & bangunan pada tahun 2001. Hasil penilaian kembali yang
dinilai oleh jasa penilai adalah bahwa umur manfaat antara 12 s.d. 22 tahun.
Hal tersebut yang menyebabkan terjadinya perbedaan perhitungan pajak
dengan perhitungan akuntansi sehingga menimbulkan aset pajak tangguhan.

f. Prosedur audit terkait penurunan nilai aset


Prosedur audit yang dilakukan auditor terkait penurunan nilai aset
adalah dengan melakukan inquiry dengan Bank XYZ. Auditor dan Bank XYZ
membahas apakah terdapat indikasi penurunan nilai aset tetap. Jika terdapat
indikasi penurunan nilai aset tetap, maka Bank XYZ akan melakukan test
impairment. Berdasarkan kertas kerja audit yang mendokumentasikan diskusi
antara auditor dengan manajemen Bank XYZ, Bank XYZ telah
mempertimbangkan;
• Bahwa nilai pasar aset tetap tidak turun secara signifikan melebihi
penurunan akibat proses normal depresiasi.
• Bahwa dalam waktu dekat tidak terjadi perubahan memburuk yang
signifikan dalam proses teknologi, pasar, kondisi ekonomi, atau
hukum tempat perusahaan beroperasi, atau dalam pasar produk atau
jasa yang dihasilkan dari aset tersebut.
• Bahwa tarif diskonto pasar atau tingkat kembalian investasi pasar
tidak mengalami peningkatan.
Pada tahun 2012, perusahaan memperoleh pendapatan secara fluktuatif
dengan menggunakan aset tetap yang sebagian besar aset tetap lama (mesin,
kendaraan, peralatan, dan struktur). Penambahan aset tetap sebagian besar
berasal dari inventaris berupa mesin-mesin ATM yang ditempatkan di lokasi-
lokasi tertentu. Melihat kas yang dihasilkan dari operasi perusahaan (operating
cash flow) yang positif maka tidak terdapat indikasi adanya penurunan nilai
aset.
Disamping itu, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan terhadap
aset tetap yang dimiliki perusahaan ketika audit dilaksanakan, aset tetap masih
dapat berjalan dengan optimal dan produktif. Aset tetap yang digunakan Bank

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


79

XYZ masih dapat beroperasi hingga masa manfaatnya berakhir. Dengan


demikian, sesuai dengan pertimbangan tersebut diatas, maka tidak diperlukan
penurunan nilai aktiva per 31 Desember 2012.

4.3.4.3 Prosedur Substantif Lain Terkait Aset Tetap


a. Prosedur audit terkait asuransi.
Auditor juga melakukan pengujian terkait asuransi. Auditor ingin
menguji apakah asuransi telah mengcakup semua aset tetap. Pertama-tama
auditor meminta polis asuransi kepada Bank XYZ. Bank XYZ memberi
auditor polis, dimana terdapat rincian aset tetap didalamnya. Asuransi terdiri
dari dua jenis asuransi yaitu asuransi untuk bangunan & peralatan kantor
dan asuransi untuk kendaraan bermotor. Di dalam rincian asuransi tersebut,
terdapat rincian aset tetap dan nilai pertanggungannya (sum insured). Untuk
menguji apakah setiap aset tetap Bank telah ter-cover asuransi, auditor
mencocokkan nilai buku aset tetap dengan nilai pertanggungan yang
terdapat dalam asuransi.
Setelah mencocokkan rincian dalam asuransi dan rincian Bank XYZ,
ditemukan bahwa banyak aset tetap yang belum diasuransikan dan banyak
aset tetap yang nilainya tidak ter-cover asuransi. Temuan ini auditor
masukkan ke dalam management letter untuk ditanggapi manajemen Bank
XYZ. Management letter akan dikirim ke Bank Indonesia sehingga Bank
XYZ perlu untuk menanggapinya sebelum Bank Indonesia yang
menanyakan temuan audit tersebut.

b. Label kode.
Sesuai dengan buku pedoman operasional, setiap aset yang dimiliki
Bank XYZ wajib ditempel label kode. Tujuan penempelan label kode adalah
bentuk pengendalian internal agar dapat mengidentifikasi apa saja aset tetap
yang dimiliki Bank XYZ. Auditor menemukan bahwa beberapa aset tetap
tidak ditempel label kode. Temuan ini disampaikan auditor kepada
manajemen Bank XYZ melalui management letter. Dalam menanggapi
management letter, Bank XYZ menyampaikan kepada auditor bahwa

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


80

barcode tag belum ditempel karena pembayaran aset tetap tersebut belum
dilunasi. Dengan jawaban manajemen, auditor meninjau kembali ke buku
pedoman operasional untuk melihat kapan saat dimana label kode harus
ditempel. Tidak adanya pernyataan yang tegas mengenai saat penempelan
label kode, membuat auditor menghapus temuan auditor yang disebabkan
belum lunasnya pembayaran.

c. Berita acara pemeriksaan aset tetap.


Pada saat melakukan audit, auditor meminta berita acara pemeriksaan
aset tetap per 31 Desember 2012. Bank XYZ tidak dapat memenuhi
permintaan data auditor karena Bank XYZ tidak pernah membuat berita
acara tersebut. Temuan ini auditor sampaikan kepada manajemen Bank
XYZ melalui management letter. Bank XYZ menanggapi temuan auditor
dengan membuat berita acara pemeriksaan aset tetap setelah 31 Desember
2012. Padahal berita acara pemeriksaan aset tetap merupakan pengendalian
yang dilakukan Bank XYZ untuk memastikan kelengkapan aset tetap Bank
XYZ. Beberapa hari setelah management letter terbit, Bank XYZ
menyerahkan berita acara pemeriksaan aset tetap setelah 31 Desember 2012,
yaitu bulan April 2013. Akibatnya, dokumen tersebut tidak digunakan
auditor sebagai bukti audit untuk periode yang berakhir 31 Desember 2012.

4.3.4 Tahap Penyelesaian Audit


Setelah melakukan tahapan fieldwork, auditor akan mengunci angka yang
telah diaudit untuk melakukan concluding analytical procedures. Dari hasil
concluding analytical procedures, auditor akan melakukan evaluasi atas salah saji
dan evaluasi setiap bukti audit yang telah diperoleh auditor. Auditor akan menilai
kecukupan dan ketepatan bukti audit yang telah diperoleh. Jika auditor merasa
bahwa bukti audit yang telah didapat kurang memadai untuk membuat kesimpulan
akhir, maka auditor akan mencari bukti audit tambahan.
Selanjutnya auditor akan melakukan pengkajian ulang terhadap subsequent
events. Auditor akan mengkaji ulang apakah terdapat kejadian di masa setelah
laporan keuangan Bank XYZ terbit sampai tanggal laporan audit keluar yang

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


81

dapat memengaruhi laporan keuangan. KAP OBSE telah mengkaji ulang dan
tidak mendapati adanya kejadian yang dapat memengaruhi laporan keuangan.
Auditor KAP OBSE juga mengumpulkan bukti tambahan berupa Surat
Representasi Manajemen yang menyatakan bahwa laporan keuangan adalah
tanggung jawab manajemen Bank XYZ. Surat Pernyataan ini adalah bukti audit
yang penting bagi auditor sebelum membentuk opini. Tanpa adanya surat
representasi manajemen, tanggung jawab manajemen menjadi tidak jelas. Setelah
mendapat surat representasi manajemen, auditor akan menyusun opini atas audit
laporan keuangan dan laporan keuangan yang telah diaudit.
Pada tahap terakhir ini juga, auditor akan mengkomunikasikan temuan
audit kepada manajemen Bank XYZ untuk ditanggapi. Auditor juga
mengkomunikasikan saran dan rekomendasi bagi Bank XYZ. Saran dapat berupa
rekomendasi untuk meningkatkan kelemahan pengendalian internal dan dapat
juga berupa saran terkait kebijakan akuntansi Bank XYZ. Selain itu, KAP OBSE
juga berkomunikasi dengan Komite Audit terkait Laporan Keuangan Bank XYZ.
Temuan audit yang telah ditanggapi manajemen Bank XYZ juga akan
dikomunikasikan kepada regulator. Dalah hal ini, regulator perbankan yaitu Bank
Indonesia melalui management letter. Berikut di bawah ini adalah penyajian dan
catatan atas laporan keuangan aset tetap Bank XYZ dalam laporan keuangan 31
Desember 2012 yang telah diaudit.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


82

Gambar 4.1 Penyajian Akun Aset Tetap Bank XYZ dalam Laporan
Keuangan 2012
Sumber: Laporan Keuangan Bank XYZ yang telah diaudit

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


83

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


84

Gambar 4.2 Catatan Atas Laporan Keuangan Atas Aset Tetap Bank XYZ
Sumber: Laporan Keuangan Bank XYZ 2012 yang telah diaudit

Dari catatan atas laporan keuangan diatas, Bank XYZ telah mengungkap
informasi-informasi:
• dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah
tercatat bruto,

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


85

• metode penyusutan yang digunakan,


• umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan,
• jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (agregat dengan
akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode, dan
• rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode

4.4 Analisis Kebijakan Akuntansi Aset Tetap Bank XYZ dengan PSAK
Kebijakan akuntansi aset tetap yang diterapkan Bank XYZ telah
menyesuaikan dengan PSAK 16 revisi 2011. Bank XYZ telah
mengimplementasikan PSAK 16 revisi 2011 dimana Bank XYZ telah efektif
memberlakukannya per 1 Januari 2012.
Biaya perolehan yang diakui Bank XYZ adalah nilai total termasuk biaya
angkut, bongkar pasang, dan sebagainya termasuk biaya pajak. Pengukuran biaya
perolehan telah sesuai dengan PSAK 16 revisi 2011 paragraf 16 dimana biaya
perolehan terdiri dari harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian,
serta biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset tersebut siap digunakan sesuai
dengan maksud manajemen.
Biaya perbaikan dibebankan pada beban umum dan administasi periode
berjalan. Menurut analisis penulis kebijakan membebankan biaya perawatan
sehari-hari dan biaya perbaikan telah sesuai dengan PSAK 16 revisi 2011 paragraf
12 yang menyatakan bahwa biaya perawatan sehari-hari diakui dalam laba rugi
pada saat terjadinya.
Bank XYZ menggunakan model biaya sebagai pengukuran setelah
pengakuan awal. Model biaya diukur dengan mengurangi biaya perolehan yang
diakui pada saat pengakuan dengan akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai. Model biaya yang diterapkan telah sesuai dengan PSAK 16 revisi
2011 paragraf 30. Bank XYZ pernah melakukan penilaian kembali aset tetapnya
berupa tanah & bangunan dikarenakan adanya peraturan perpajakan saat itu yang
mengharuskannya. Bank XYZ melakukan penilaian kembali pada tahun 2001,
dimana PSAK 16 yang berlaku saat itu adalah PSAK 16 tahun 1994. Dalam
PSAK 16 tahun 1994, perusahaan tidak diperkenankan menggunakan model

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


86

revaluasi kecuali ada peraturan pemerintah yang memperbolehkannya. Pada tahun


2008 dimana PSAK 16 (revisi 2007) baru diterapkan, Bank XYZ dapat memilih
menggunakan model biaya atau model revaluasi. Penulis menganalisis bahwa
Bank XYZ menggunakan model biaya dilihat dari pengungkapan bahwa penilaian
kembali yang pernah dilakukan sebelumnya dianggap sebagai deemed cost atau
biaya perolehan. Konsekuensi yang terjadi adalah Bank XYZ menggunakan
model biaya dalam pengukuran setelah pengakuan awal untuk aset tetap berupa
tanah dan bangunan setelah PSAK 16 revisi 2007 diterapkan.
Kebijakan penyusutan Bank XYZ yaitu menggunakan double-declining
method untuk inventaris dan penggunaan metode garis lurus untuk bangunan.
Selain itu, Bank XYZ mengikuti juga peraturan perpajakan dalam menentukan
masa manfaat. Inventaris satu disusutkan dengan masa manfaat 4 tahun dan
inventaris dua disusutkan dengan masa manfaat 8 tahun. Umur manfaat inventaris
satu dan dua Bank XYZ menggunakan umur manfaat sesuai peraturan perpajakan
sehingga pada akhir periode Bank XYZ tidak perlu melakukan rekonsiliasi fiskal
atas inventaris 1 & 2.
Penghentian pengakuan aset tetap Bank XYZ adalah saat aset tetap yang
dimiliki dijual, hilang atau tidak digunakan lagi dalam operasi. Kebijakan Bank
XYZ telah sesuai dengan PSAK 16 revisi 2011 paragraf 67 yang menyatakan
jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan; atau
ketika tidak terdapat manfaat ekonomi masa depan yang diekspektasikan dari
penggunaan atau pelepasannya.
Pengungkapan Bank XYZ juga merupakan salah satu topik yang penulis
analisis. Berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit, penulis mengetahui
bahwa informasi-informasi yang diungkap dalam laporan keuangan adalah:
• Bank XYZ telah mengungkapkan dasar pengukuran yang digunakan dalam
menentukan jumlah tercatat bruto
• Metode penyusutan yang digunakan
• Umur manfaat dan tarif penyusutan yang digunakan
• Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode
Informasi lain yang juga diungkap dalam laporan keuangan adalah:

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


87

• Bank XYZ mengungkap kepemilikan atas tanah (SHGB) yang jatuh


tempo.
• Bank XYZ mengungkap kepemilikan aset tetap dimana terdapat tanah
yang sedang dalam proses balik nama.
• Bank XYZ mengungkap bahwa aset tetap kecuali tanah telah
diasuransikan
Pada laporan keuangan tahun 2008, Bank XYZ mengungkap bahwa
penilaian kembali yang telah dilakukan sebelumnya dianggap sebagai deemed cost
atau biaya perolehan. Hal tersebut memiliki konsekuensi bahwa Bank XYZ
menggunakan model biaya untuk periode setelah 2008. Dengan demikian,
penilaian kembali tidak diungkap oleh Bank XYZ untuk laporan keuangan tahun
2012.
Meninjau informasi-informasi yang diungkap dalam laporan keuangan
tahun 2012, penulis menilai bahwa pengungkapan yang diungkap dalam catatan
atas laporan keuangan sudah mencakup pengungkapan yang diperlukan sesuai
PSAK 16 revisi 2011.

4.5 Analisis Prosedur Audit KAP OBSE


Pada saat penulis memulai magang di KAP OBSE, tahap audit Bank XYZ
sudah memasuki tahap pekerjaan lapangan. Penulis tidak berkesempatan melalui
tahap penerimaan klien, perencanaan audit, dan tahap perancangan audit.
Berdasarkan wawancara dengan manajer grup FSI 3, penulis akan mencoba
menganalisis kesesuaian tahap yang dilakukan KAP OBSE dengan teori audit
yang telah penulis pelajari. Tahap audit yang dilakukan KAP OBSE
1. Tahap penerimaan klien
2. Tahap perencanaan audit
3. Tahap melakukan desain audit
4. Tahap pekerjaan lapangan
5. Tahap penyelesaian dan penyusunan laporan keuangan hasil audit
Penulis menganalisa bahwa tahap audit pada teori Elder, Beasley, Arens,
dan Jusuf (2009) telah sesuai dengan tahap audit yang dilakukan KAP OBSE.
Setelah KAP OBSE melakukan penerimaan klien, KAP OBSE melakukan

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


88

perencanaan audit dan melanjutkan ke tahap melakukan desain audit. Sedangkan


teori pada Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009) menggabung tahap
perencanaan dan tahap melakukan desain audit dalam satu tahap.
Pada tahap perencanaan audit, teori audit membagi tingkat risiko menjadi
low, medium, dan high. Hal ini berbeda dengan klasifikasi risiko yang dilakukan
KAP OBSE yang membagi risiko ke dalam risk dan significant risk. KAP OBSE
berpendapat bahwa risiko kategori low dan medium pada dasarnya adalah berisiko
walaupun berisiko rendah. Oleh karena itu, low dan medium dijadikan satu ke
dalam kategori risk pada pengkategorian KAP OBSE.
Sesuai dengan teori Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009), pemeriksaan
fisik tidak biasa dilakukan, kecuali jika pengendalian internal lemah. Penilaian
KAP OBSE terhadap pengendalian internal Bank XYZ adalah efektif. Oleh
karena itu, auditor KAP OBSE tidak melakukan cek fisik aset tetap karena jumlah
aset tetap yang terlalu banyak. Selain itu, aset tetap bukan merupakan prioritas
utama karena prioritas utama adalah kredit kepada nasabah. Oleh karena itu,
auditor KAP OBSE lebih menitikberatkan pada kertas kerja Loan Review.
Khusus pengujian aset tetap, Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009)
menyatakan bahwa pengujian aset tetap terdiri dari:
a. Melakukan prosedur analitis
b. Melakukan verifikasi atas akuisisi pada periode yang diaudit
c. Melakukan verifikasi atas pelepasan aset tetap pada periode yang
diaudit
d. Melakukan verifikasi saldo akhir aset tetap
e. Melakukan verifikasi atas beban penyusutan
f. Melakukan verifikasi atas saldo akumulasi penyusutan aset tetap
Keenam prosedur di atas telah dilakukan KAP OBSE dalam melakukan
audit atas aset tetap. Prosedur analitis dilakukan pada tahap perencanaan untuk
melihat gambaran awal akun aset tetap. Saat berjalannya audit, auditor juga
melakukan prosedur analitis pada leadsheet untuk melihat kenaikan / penurunan
pada beberapa akun yang berkaitan dengan aset tetap, yaitu nilai perolehan, beban
penyusutan, dan akumulasi penyusutan. Auditor membandingkan dengan nilai
pada tahun lalu dan menghitung selisihnya. Jika diatas 10% maka auditor

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


89

menitikberatkan perhatian pada akun tersebut. Terakhir auditor melakukan


prosedur analitis pada tahap penyelesaian audit.
Selain itu, auditor juga melakukan verifikasi akuisisi aset tetap dan
pelepasan aset tetap dengan menelusuri penambahan dan pengurangan aset tetap.
Verifikasi akuisisi dan pelepasan aset tetap juga dilakukan dengan vouching atas
sampel transaksi penambahan aset tetap dan pengurangan aset tetap.
Saldo akhir, beban penyusutan, dan saldo akumulasi penyusutan aset tetap
juga telah diverifikasi auditor dengan melakukan perhitungan ulang dalam kertas
kerja. Hasil kertas kerja audit dibandingkan dengan nilai pada general ledger
untuk memastikan kecocokkan perincian Bank XYZ. Dapat disimpulan bahwa
prosedur audit pada teori Elder, Beasley, Arens, dan Jusuf (2009) telah sesuai
dengan prosedur audit yang dilakukan KAP OBSE.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Pada bab sebelumnya, penulis telah membahas kebijakan akuntansi Bank
XYZ terkait aset tetap dan prosedur audit yang dilakukan KAP OBSE atas aset
tetap Bank XYZ. Dari pembahasan bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan
antara lain:
1. Kebijakan akuntansi Bank XYZ yang terdiri dari pengakuan aset tetap,
pengukuran awal biaya perolehan, pengukuran setelah pengakuan awal,
metode penyusutan, penghentian aset tetap dan pengungkapannya telah
sesuai dengan PSAK 16 revisi 2011.
2. Terdapat lebih saji pada trial balance tanah & bangunan Bank XYZ. Akan
tetapi, Bank XYZ setuju untuk melakukan penyesuaian dengan
perhitungan audit. Dengan demikian tidak ada selisih antara perhitungan
Bank XYZ dengan perhitungan auditor.
3. Prosedur audit yang dilakukan KAP OBSE telah sesuai dengan teori.
Tahapan audit pada teori Arens et al. memiliki empat tahap. Walaupun
KAP OBSE memiliki lima tahap audit, prosedur audit KAP OBSE telah
sesuai dengan teori Arens et al. Khususnya untuk audit aset tetap, KAP
OBSE juga telah melakukan prosedur-prosedur yang dibutuhkan dalam
mengaudit aset tetap, dimulai dari melakukan prosedur analitis, melakukan
verifikasi atas akuisisi dan penghentian, dan melakukan verifikasi atas
saldo akhir, beban penyusutan, dan akumulasi penyusutan aset tetap.
4. Berdasarkan prosedur audit yang telah dilakukan, tim audit menemukan
beberapa temuan audit terkait aset tetap seperti, terdapat aset tetap yang
tidak memiliki label kode, terdapat aset tetap yang tidak terdapat dalam
rincian polis asuransi, dan terdapat aset tetap yang nilai pertanggungan
tidak meng-cover nilai aset tetap. Temuan tersebut telah disampaikan oleh
KAP OBSE dan telah ditanggapi manajemen Bank XYZ.

90
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


91

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk KAP OBSE
Berdasarkan pengalaman penulis menjalankan program magang selama
empat bulan di KAP OBSE, terdapat beberapa saran yang ingin penulis
sampaikan kepada KAP OBSE, antara lain:
1. Sebaiknya KAP OBSE memberi pelatihan yang memadai sebelum
melakukan audit, terutama penggunaan perangkat lunak yang digunakan
KAP OBSE dalam melakukan audit.
2. Sebagai mahasiswa magang, banyak hal yang belum diketahui dalam
proses audit KAP OBSE dan lingkungan klien. Oleh karena itu, sebaiknya
KAP OBSE memberi supervisi yang dibutuhkan sebelum mengaudit suatu
akun tertentu.
3. Sebaiknya KAP OBSE lebih banyak menugaskan staf senior dalam
penugasan di Bank XYZ mengingat Bank XYZ adalah salah satu klien
terbesar KAP OBSE.

5.2.2 Saran untuk Bank XYZ


Selama penulis melakukan pekerjaan lapangan di Bank XYZ, saran yang
dapat diberikan penulis antara lain:
1. Sebaiknya Bank XYZ lebih mengatur terkait waktu penempelan label
kode dalam buku pedoman operasional. Pengaturan lebih lanjut dapat
menghindari salah interpretasi saat penempelan. Bank XYZ sebaiknya
menentukan kapan saat label kode ditempel apakah saat aset tetap dilunasi,
saat aset tetap diterima, atau saat aset tetap digunakan dalam operasi.
2. Sebaiknya Bank XYZ mengimplementasikan perangkat lunak fixed assets
web ke semua kantor cabang dan mengintegrasikannya dengan sistem
kantor pusat. Hal ini memudahkan kantor pusat mengontrol aset tetap pada
cabang-cabang.
3. Sebaiknya Bank XYZ membuat berita acara pemeriksaan aset tetap tiap
akhir periode. Dengan demikian, auditor dapat membuat berita acara
tersebut sebagai bukti audit.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


92

DAFTAR REFERENSI

Arens, Alvin A., et al (2009) Auditing and Assurance Services - An Indonesian


Adaptation. New Jersey: Pearson Education.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2011). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


Nomor 16 Revisi 2011 : Aset Tetap. Jakarta : IAI.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


Nomor 25 Revisi 2009 : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi,
dan Kesalahan. Jakarta : IAI.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan


Nomor 48 Revisi 2009 : Penurunan Nilai Aset. Jakarta : IAI.

Ikatan Akuntan Indonesia. (2001). Standar Profesional Akuntan Publik. Jakarta:


Yayasan Karya Salemba Empat.

Kieso, Donald E., Weygandt, Jerry J., Warfield, Terry D. (2011). Intermediate
Accounting Volume I IFRS edition. New Jersey: John Wiley & Sons.

Warren, S.Carl., Reeve M. James., Fees, E Phillip. (2005). Accounting Edition 21.
Singapore: Thomson South-Western.

Tim Perumus PAPI. (2008). Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, Jakarta.

Tuanakotta, Theodorus M. (2011). Berpikir Kritis dalam Auditing. Jakarta:


Penerbit Salemba Empat.

Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


Lampiran 1. Audit Approach Diagram

AUDIT APPROACH DIAGRAM


Precondition for an audit Acceptance and Acceptance
engagement continuance decision
&
Continuance
Agree the terms of the audit of Client
engagement
Relationship

Determine Obtain an Identify Identify and


Materiality understanding material assess the
of the entity classes of risks of
and its transactions, material
environment, account misstatement, Audit
including the balances and including any Planning
entitiy’s disclosures that are
internal control assessed as
significant

Design and implement overall Design and perform audit Design &
responses to address the procedures responsive to
assessed risks of material the assessed risks of Perform
misstatement at the financial material misstatement at Audit
statement level the assertion level
Procedures

Perform concluding
analytical procedures

Evaluate misstatements identified Evaluate the sufficiency and


during the audit approtiateness of audit evidence
- Overall scope,
- Efect on the financial
statements

Perform subsequent events


review

Completion
Obtain written
representations Audit

Form an opinion and report


on the financial statements

Communication

93
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


Lampiran 2. Neraca Aktiva Bank XYZ

Bank XYZ
NERACA
31 Desember 2012
(Dalam Ribuan Rupiah)

AKUN JUMLAH

AKTIVA :

Kas/Bank Notes 1,425,794,469

Penempatan pada Bank Indonesia 10,349,212,433

Giro pada Bank Lain 945,547,219

Penempatan pada Bank Lain 5,137,393,620

Surat Berharga 25,820,114,808

Tagihan Derivatif 878,624

Kredit yang Diberikan 90,422,192,542

Tagihan Akseptasi 1,075,464,440

Penyertaan 1,411,457,439

Aktiva Tetap & Inventaris (Net) 1,726,003,169

Aktiva Pajak Tangguhan 29,036,000

Aktiva Lain-lain 3,437,686,997

TOTAL AKTIVA 141,780,781,759

94
Universitas Indonesia

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


Lampiran 3. Model Audit Program – Aset Tetap Bank XYZ

MODEL AUDIT PROGRAM – CONTROLS AND SUBSTANTIVE TESTING

This Model Audit Program can be used to direct the performance of control and substantive tests for an account balance, class of transactions or disclosure.
The information on risks and procedures in the tables below flows from the relevant Form 158X, Risk Assessment and Audit Plan.

Select the material account balance, class of transaction, or disclosure: Property

Selected Materiality (Form 1810)


Current Period Prior Period
252.341.182.844 218.827.674.500

Performance Materiality (Form 1810)


Current Period Prior Period
227.107.064.560 196.944.907.050

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


Threshold for clearly trivial misstatements
Threshold determined for clearly trivial misstatements
12.617.059.142

Consider the following while performing our control and substantive tests:
• Our assessment of the risks of material misstatement at the assertion level may change during the course of the audit, as additional audit
95
Universitas Indonesia
Lampiran 3 (Lanjutan). Model Audit Program – Aset Tetap Bank XYZ

evidence is obtained. In circumstances where we obtain audit evidence from performing further audit procedures, or if new information is
obtained, either of which is inconsistent with the audit evidence on which we originally based the assessment, we shall revise the assessment and modify
the further planned audit procedures accordingly. [ISA 315.31] [2800.18]
• We shall consider whether other information obtained by us indicates risks of material misstatement due to fraud. [ISA 240.23] [G515.12]

Related Party Relationships and Transactions


Guidance Show

During the audit, we shall remain alert, when inspecting records or documents, for arrangements or other information that may indicate the existence of related
party relationships or transactions that management has not previously identified or disclosed to us. In particular, we shall inspect the following for indications
of the existence of related party relationships or transactions that management has not previously identified or disclosed to us:
• Bank and legal confirmations obtained as part of our procedures
• Minutes of meetings of shareholders and of those charged with governance
• Such other records or documents as we consider necessary in the circumstances of the entity. [ISA 550.15] [G385.17]

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


If we identify significant transactions outside the entity’s normal course of business when performing the audit procedures required by Deloitte Audit Approach
Manual paragraph 17 or through other audit procedures, we shall inquire of management about:
• The nature of these transactions
• Whether related parties could be involved. [ISA 550.16] [G385.20]

If we identify arrangements or information that suggests the existence of related party relationships or transactions that management has not

96
Universitas Indonesia
Lampiran 3 (Lanjutan). Model Audit Program – Aset Tetap Bank XYZ

previously identified or disclosed to us, we shall determine whether the underlying circumstances confirm the existence of those relationships or
transactions. [ISA 550.21] [G395.06]

If we identify related parties or significant related party transactions that management has not previously identified or disclosed to us, we shall:
• Promptly communicate the relevant information to the other members of the engagement team
• Where the applicable financial reporting framework establishes related party requirements:
• Request management to identify all transactions with the newly identified related parties for our further evaluation
• Inquire as to why the entity’s controls over related party relationships and transactions failed to enable the identification or disclosure of the related party
relationships or transactions
• Perform appropriate substantive audit procedures relating to such newly identified related parties or significant related party transactions
• Reconsider the risk that other related parties or significant related party transactions may exist that management has not previously identified or disclosed
to us, and perform additional audit procedures as necessary
• If the non-disclosure by management appears intentional (and therefore indicative of a risk of material misstatement due to fraud), evaluate the
implications for the audit. [ISA 550.22] [G395.07]

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


For identified significant related party transactions outside the entity’s normal course of business, we shall:
• Inspect the underlying contracts or agreements, if any, and evaluate whether:
• The business rationale (or lack thereof) of the transactions suggests that they may have been entered into to engage in fraudulent financial reporting or to
conceal misappropriation of assets
• The terms of the transactions are consistent with management’s explanations
• The transactions have been appropriately accounted for and disclosed in accordance with the applicable financial reporting framework

97
Universitas Indonesia
Lampiran 3 (Lanjutan). Model Audit Program – Aset Tetap Bank XYZ

• Obtain audit evidence that the transactions have been appropriately authorized and approved. [ISA 550.23] [G395.11]

If management has made an assertion in the financial statements to the effect that a related party transaction was conducted on terms equivalent to those
prevailing in an arm’s length transaction, we shall obtain sufficient appropriate audit evidence about the assertion. [ISA550.24] [G395.15]

Planning && Scoping and Fair Value Resource Centers


Guidance Show

The Planning && Scoping Resource Center


The Planning && Scoping Resource Center, available in Deloitte Resources, is primarily intended to support:
• Effective implementation of the 2010 audit methodology changes, including illustrative guidance and example flowcharts of risks and related
controls and audit procedures
• Engagement teams in their planning and scoping activities, including a global repository of leading practices and tools
• Requirements of the new group audit standard, ISA 600, “Special Considerations-Audits of Group Financial Statements (Including the Work

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


of Component Auditors)”
• To access the Planning && Scoping Resource Center, right-click and select section guidance.

The Fair Value Resource Center


The Fair Value Resource Center, available in Deloitte Resources, is primarily intended to support engagement teams in auditing fair value measurements and
disclosures. It is categorized by the relevant topics focusing on the key activities according to our Audit Approach which reflects the requirements of ISA 540
(revised and redrafted) Auditing Accounting Estimates, including Fair Value Accounting Estimates, and Related Disclosures. The use of Internal Fair Value

98
Universitas Indonesia
Lampiran 3 (Lanjutan). Model Audit Program – Aset Tetap Bank XYZ

Specialists (IFV Specialists) is also addressed.

To access the Fair Value Work Center, right-click and select section guidance.

Reliance on Service Organization


Name(s) and Location of Service Description of portion(s) of the Business Plan to test Evaluation of D&&I Plan to test OE in Operating Effectiveness
Organization(s) Process and Information Systems performed by D&&I current period Conclusion
this Service Organization

SIGNIFICANT RISKS

CONTROL TESTING – SIGNIFICANT RISKS

Controls Testing Risk Assessment and Audit Plan


Significant Risks Relevant Control Auto- Audit Evidence Description of procedures Evaluation of D&&I Plan to test OE in Interim procedure to be

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


Identified Assertion Activity mated about the planned to evaluate Design current period performed
accuracy and and determine
completeness Implementation of controls
of IPE obtained and procedures planned for
through testing interim, rollforward, and
of automated period-end
controls

99
Universitas Indonesia
Lampiran 3 (Lanjutan). Model Audit Program – Aset Tetap Bank XYZ

Performing and Evaluating the Results of Control Testing


Guidance Hide

Performing Tests of Controls


Significant Risks Relevant Control Activity Description of procedures planned to Final IT Manual Control Operating Performed by Reference
Identified Assertion evaluate Design and determine Conclusion Conclusion Effectiveness
Implementation of controls and procedures Conclusion
planned for interim, rollforward, and period-
end

SUBSTANTIVE TESTING – SIGNIFICANT RISKS

Substantive Procedures Risk Assessment and Audit Plan


Significant Risks Relevant Plan to test OE in Interim Audit Evidence about the accuracy and Description of planned substantive Extent of tests
Identified Assertion current period procedure to completeness of IPE obtained through testing of testing procedures to be performed

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


be performed automated controls

Substantive testing
Guidance Hide

100
Universitas Indonesia
Lampiran 3 (Lanjutan). Model Audit Program – Aset Tetap Bank XYZ

Significant Risks
If we have determined that an assessed risk of material misstatement at the assertion level is a significant risk, we shall perform substantive procedures that are
specifically responsive to that risk. When the approach to a significant risk consists only of substantive procedures, those procedures shall include tests of
details. [ISA 330.21] [2820.13]

Document our conclusion on substantive testing for each procedure and provide a reference to the testing in the table below.
Significant Relevant Description of planned Conclusion on accuracy and completeness of IPE based on audit Conclusion on Performed by Reference
Risks Assertion substantive testing procedures evidence obtained through testing of automated controls substantive test
Identified to be performed

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


101
Universitas Indonesia
Lampiran 3 (Lanjutan). Model Audit Program – Aset Tetap Bank XYZ

RISKS

CONTROLS TESTING – RISKS

Controls Testing Risk Assessment and Audit Plan


Risks Relevant Control Activity Auto- Audit Evidence Description of procedures Evaluation Last Plan to Plan to Interim
Identified Assertion about the planned to evaluate Design of D&&I period of rely on test OE procedure
mated accuracy and and determine testing prior in to be
completeness of Implementation of controls period current performed
IPE obtained and procedures planned for controls period
through testing interim, rollforward, and testing
of automated period-end
controls

Fixed assets Existence Every three month reconcile “Daftar No No Review “Laporan Inventory Effective - No No No
are misstated Inventaris Barang Modal” with G/L but only Barang Inventaris”, and check if
because the Completeness for fixed assets > Rp. 20 million and there is differences between
fixed asset “Inventaris Gol. 2” General Affair list and
register does Acoounting list. Checked
not reconcile If the result of reconciliation is match, General authorization General Affairs

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


with GL. Affairs staff & Accounting staff will sign it.. and Accounting.

There is a risk Existence General Affairs as division who did No No Take sample of additions PPE. Effective - No No No
that additions acquisition property, plant dan equipment Check to “Nota Jurnal” and
to property, (PPE) will journal additions property, plant supporting documents and
plant and dan equipment. General Affairs Dept will give compare with the calculations
equipment are “nota jurnal” and supporting documents to from Accounting Dept system.
Accounting Dept. to input in the system.
Accounting Dept. Will add to Fixed asset

102
Universitas Indonesia
(sambungan)

not valid or not register and calculate depreciation


properly periodically. Accounting Dept will give lists of
recorded outstanding PPE include additions every
because of the months to General Affair Dept to reconcile
following:

1. Cost
recognized
does not
comply with the
definition of
cost on initial
recognition.

2. Period cost
are incorrectly
capitalized.

3.
Replacement
of part of an
asset is not
properly
accounted.

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


Disposal of Existence Agreement disposal can be done only with No No Take sample of disposal and Effective - No No No
fixed asset is Director authorization. General Affairs Dept review “Laporan Pengajuan
not properly will propose disposal proposal which contain Penjualan Aset Tetap kepada
recorded. market value and highest bidder from buyer. Direksi”. Check for Director
If agreed, disposal group from General Affair authorization
Dept will execute selling PPE and delete the
item from Fixed Asset Web system based on Review “Nota Penjurnalan
selling documents. They will report to Penjualan Aset Tetap” and
Accounting Dept in order to delete the item compare approved value

103
Universitas Indonesia
(sambungan)

that has been sold from Accounting list. from Director and supporting
Accounting Dept will journal gain or loss from disposal documents.
disposal of PPE.
Check to Fixed Asset Web
Journal report from Accounting Dept will be system to make sure the item
given to General Affairs Dept as evidence. that has been disposed is not
listed in fixed assets register
For fixed asset disposal of branch, proposal after disposal.
selling fixed asset will be authorized by
Director. General Affairs Dept will send a
letter to cancel the insurance of fixed asset to
General Affair Dept in headquarter with
attachments supporting documents from
selling of fixed asset. All insurance of fixed
asset handled by General Affair Dept in
headquarter.

Asset Valuation and Fixed Asset is not impaired. No No Fixed Asset is not impaired. Effective - No No No
impairment is allocation
not recorded,
or the amount
of impairment
is incorrectly
determined.

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


Residual Valuation and Calculation useful life came from applicable No No Review “Surat Direksi” to Effective - No No No
values and allocation tax rules in Indonesia for “Inventaris 1 & determine residual value and
estimated Inventaris 2” useful life each group of fixed
useful life are asset. Compared it with useful
not When there are additions of fixed asset, life and residual value that
appropriate. Accounting Dept will input estimation of listed in the system.
useful life to the system with acquisition cost
for depreciation calculation each month.

104
Universitas Indonesia
(sambungan)

For residual value, there isn’t any policy


about the amount of residual value. So all of
fixed assets will be zero (0) at the end of
useful life.

Depreciation Accuracy The calculation of depreciation of fixed asset No No Review laporan outstanding Effective - No No No
expense is done by system. The Fixed Asset Web Aset Tetap which reported by
incorrectly Valuation system calculate depreciation follow policy branches. Branches will asked
computed. from Bank for each group of fixed asset and about authorization f
every end of month..
Obtain sample to test Bank
For asset that just acquired in the middle of depreciation calculation that
month or first week of month, the calculation has been done. To make sure
will also done at the end of month Accounting that calculation of system is
Dept will recalculate first month of appropriate with method of
depreciation of new asset and compared it depreciation, and useful live.
with calculation of system. If the result
matched, the preceding month rely on
system.

For branch, the implementation of Fixed


Asset Web is not 100% rely, Accounting Dept
and General Affair Dept will make their own
calculation for all of fixed asset. The result will

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


be compared with the calculation of system. If
the result matched, branch will report it to
Accounting Dept. Quarterly, all fixed asset will
be reported to Subsidiary group to be
checked and match it with position of
financial statement. If there is differences in
depreciation, Bank will asked every branch.

105
Universitas Indonesia
(sambungan)

Fixed assets Rights and General Affair do stock opname every end of No No Review authorization of “Berita Effective - No No No
recorded in the obligations year but only for “inventaris” < 20 million Acara Stock Opname”.
entity's books rupiah. For fixed asset that has been
are overstated disposed, General Affair will delete the item Review the recapitalization of
because the from system and make recapitalization each fixed asset. Obtain some
entity no longer month sample and checked of the item
holds or that still listed in Bank.
controls the Every end of month, Accounting Dept will ask Compared with fixed asset web
rights to the General Affair Dept and ask for fixed asset system and fixed asset register
fixed assets that has book value zero or disposed. from Accounting Dept.
recorded at
period end. General Affair Dept will confirm to Accounting .
Dept if there is fixed asset is controlled by
entity or not. If fixed asset is not property of
Bank anymore, Accounting Dept will delete
that item from their list in the system.

Quarterly, thre is reconciliation between


“Daftar Inventaris Barang Modal” with G/L but
only for “inventaris” > Rp 20 million and is
“inventaris gol. Dua.”

If the results of reconciliationis matched,


General Affair Dept and Accounting Dept will

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


signed the letter of results of repair fixed
asset.

106
Universitas Indonesia
Lampiran 3 (Lanjutan). Model Audit Program – Aset Tetap Bank XYZ

Performing and Evaluating the Results of Control Testing


Guidance Show

Performing Tests of Controls


In performing tests of controls, we shall:
• Perform other audit procedures in combination with inquiry to obtain audit evidence about the operating effectiveness of the controls, including:
• How the controls were applied at relevant times during the period under audit
• The consistency with which they were applied
• By whom or by what means they were applied.
• Determine whether the controls to be tested depend upon other controls (indirect controls), and if so, whether it is necessary to obtain audit evidence
supporting the effective operation of those indirect controls. [ISA 330.10] [Adapted from 4200.01]

We shall test controls for the particular time, or throughout the period, for which we intend to rely on those controls, in order to provide an appropriate basis for
our intended reliance. [ISA 330.11] [Adapted from 4200.28]

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


Rollforward Procedures
If we obtain audit evidence about the operating effectiveness of controls during an interim period, we shall:
• Obtain audit evidence about significant changes to those controls subsequent to the interim period
• Determine the additional audit evidence to be obtained for the remaining period. [ISA 330.12] [G720.02]

Evaluating the Results of our Tests of Controls


When evaluating the operating effectiveness of relevant controls, we shall evaluate whether misstatements that have been detected by substantive
107
Universitas Indonesia
procedures indicate that controls are not operating effectively. The absence of misstatements detected by substantive procedures, however, does not provide
audit evidence that controls related to the assertion being tested are effective. [ISA 330.16] [4300.01]

In evaluating the impact of a deviation in a control upon which we intend to rely, and in considering whether the tests we have performed provide an appropriate
basis for reliance on controls, we may consider the deviation rate in relation to the frequency of performance of the Control and the planned number of
deviations we expected when we designed our sample to test the effectiveness of the Control (4200). [4300.09]

Because Internal Control can provide an entity with only reasonable assurance about achieving the entity’s financial reporting objectives due to its inherent
limitations (2400.03.1-03.3), an individual Control does not necessarily have to operate without any deviation to be considered effective, however if the number
of deviations identified in our testing exceeds the planned amount, it is likely that the control is not effective and we therefore may not have an appropriate basis
for reliance on such control. [4300.10]

If we are unable to apply the designed audit procedures, or suitable alternative procedures, to a selected item, we shall treat that item as a deviation from the
prescribed control. [ISA 530.11] [Adapted from G110.16]

If deviations from controls upon which we intend to rely are detected, we shall make specific inquiries to understand these matters and their potential
consequences, and shall determine whether:

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


• The tests of controls that have been performed provide an appropriate basis for reliance on the controls
• Additional tests of controls are necessary
• The potential risks of misstatement need to be addressed using substantive procedures. [ISA 330.17] [4300.05]

After having evaluated the impact of deviations in controls upon which we intended to rely, consider whether we have identified one or more deficiencies in
internal control. If we identify a deficiency or a significant deficiency related to a control upon which we intend to rely, we may use our professional judgment to
determine whether or not we have an appropriate basis for such reliance. It is possible that we may identify a control deficiency that we evaluate as a significant

108
Universitas Indonesia
Lampiran 3 (Lanjutan). Model Audit Program – Aset Tetap Bank XYZ
deficiency because we want to bring it to the attention of those charged with governance, but we nevertheless conclude that we still have a basis for relying on
those controls and are still able to perform our planned Substantive Procedures. [Adapted from 4300.11]

Document any manual control findings, our conclusion on control testing for each control activity and a reference to the relevant testing in the table below:
Risks Identified Relevant Description of procedures planned to evaluate Design and determine Final Manual Operating Reference
Assertion Implementation of controls and procedures planned for interim, rollforward, Conclusion Control Effectiveness
and period-end on IT Conclusion Conclusion

Fixed assets are misstated Existence Review “Laporan Inventory Barang Inventaris”, and check if there is differences Not tested Effective Not tested 1539.3
because the fixed asset register between General Affair list and Acoounting list. Checked authorization General
does not reconcile with GL. Completeness Affairs and Accounting.

There is a risk that additions to Existence Take sample of additions PPE. Check to “Nota Jurnal” and supporting documents Not tested Effective Not tested 1593.3
property, plant and equipment are and compare with the calculations from Accounting Dept system.
not valid or not properly recorded
because of the following:

1. Cost recognized does not


comply with the definition of cost on
initial recognition.

2. Period cost are incorrectly

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


capitalized.

3. Replacement of part of an asset


is not properly accounted.

Disposal of fixed asset is not Existence Take sample of disposal and review “Laporan Pengajuan Penjualan Aset Tetap Not tested Effective Not tested 1593.3
properly recorded. kepada Direksi”. Check for Director authorization

Review “Nota Penjurnalan Penjualan Aset Tetap” and compare approved value
from Director and supporting disposal documents.

109
Universitas Indonesia
(sambungan)

Check to Fixed Asset Web system to make sure the item that has been disposed
is not listed in fixed assets register after disposal.

Asset impairment is not recorded, Valuation and Fixed Asset is not impaired. Not tested Effective Not tested 1593.3
or the amount of impairment is allocation
incorrectly determined.

Residual values and estimated Valuation and Review “Surat Direksi” to determine residual value and useful life each group of Not tested Effective Not tested 1593.3
useful life are not appropriate. allocation fixed asset. Compared it with useful life and residual value that listed in the
system.

Depreciation expense is incorrectly Accuracy Review laporan outstanding Aset Tetap which reported by branches. Branches Not tested Effective Not tested 1593.3
computed. will asked about authorization f
Valuation
Obtain sample to test Bank depreciation calculation that has been done. To
make sure that calculation of system is appropriate with method of depreciation,
and useful life.

Fixed assets recorded in the Rights and Review authorization of “Berita Acara Stock Opname”. Not tested Effective Not tested 1593.3
entity's books are overstated obligations
because the entity no longer holds Review the recapitalization of fixed asset. Obtain some sample and checked of
or controls the rights to the fixed the item that still listed in Bank. Compared with fixed asset web system and fixed
assets recorded at period end. asset register from Accounting Dept.

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


110
Universitas Indonesia
Lampiran 3 (Lanjutan). Model Audit Program – Aset Tetap Bank XYZ

SUBSTANTIVE TESTING – RISKS

Substantive Procedures Risk Assessment and Audit Plan


Risks Identified Relevant Plan to Plan to Interim Audit Evidence Description of planned substantive testing procedures to be Extent of tests
Assertion rely on test OE procedure about the performed
prior in to be accuracy and
period current performed completeness
controls period of IPE obtained
testing through testing
of automated
controls

Fixed assets are misstated Existence No No No No Obtain fixed asset register and agree related balances with GL. Risk and not
because the fixed asset register Investigate reconciling item and determine whether correct relying on
does not reconcile with GL. Completeness accounting entry is made for the reconciling item. controls

There is a risk that additions to Existence No No No No 1. Obtain and discuss with management the PPE capitalization Risk and not
property, plant and equipment policy and determine whether such policy comply with accounting relying on
are not valid or not properly standards. controls
recorded because of the
following: 2. Select sample fixed asset additions during the year; examine

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


supporting documents and determine whether the acquisition cost
1. Cost recognized does not is correctly accounted or measured and the asset meets the
comply with the definition of cost recognition criteria under the accounting standard. For significant
on initial recognition. additions during the year, consider physical inspection of the
asset.
2. Period cost are incorrectly
capitalized. 3. For fixed asset addition representing replacement, investigate
whether the carrying amount of the replaced part has been
3. Replacement of part of an derecognized.
asset is not properly accounted.

111
Universitas Indonesia
(sambungan)

Disposal of fixed asset is not Existence No No No No Obtain schedule of asset disposal. Select samples of fixed asset Risk and not
properly recorded. disposal for examination of documents and determine if proper relying on
accounting is made. controls

Asset impairment is not recorded, Valuation and No No No No 1. Obtain understanding of the relevant facts that may indicate that Risk and not
or the amount of impairment is allocation assets are impaired, and discuss and review with management relying on
incorrectly determined. any indicators of asset impairment controls

2. If indicators of impairment exist, obtain and test recoverable


amount of the related asset, and determine whether impairment
loss is recorded if the carrying amount of the asset exceeds
recoverable amount.

Residual values and estimated Valuation and No No No No 1. Obtain and review management evaluation of the estimated Risk and not
useful life are not appropriate. allocation residual value and useful life of the assets at balance sheet date. relying on
controls
2. Determine whether the revised residual value and remaining
useful life have been considered in the computation of depreciation
expense.

Depreciation expense is Accuracy No No No No A. Determine that the accounting policies and procedures for Risk and not
incorrectly computed. calculating and recording depreciation are appropriate and are relying on
Valuation applied consistently. controls

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


B. Make a selection of assets from the schedules tested in
Procedure 1, and perform tests of detail for depreciation expense.

1. Recompute the current-period depreciation expense amount


and reconcile the beginning accumulated depreciation amount to
the ending amount.

2. Test summarization of the schedule and trace ending balances


of accumulated depreciation to

112
Universitas Indonesia
(sambungan)

the general ledger.

C. Evaluate results of the tests.

Fixed assets recorded in the Rights and No No No No Make a selection of fixed assets to be tested and Risk and not relying on controls
entity's books are overstated obligations check to the original ownership certificates.
because the entity no longer
holds or controls the rights to
the fixed assets recorded at
period end.

Substantive testing
Guidance Show

Accounting Estimates
We shall evaluate, based on the audit evidence, whether the accounting estimates in the financial statements are either reasonable in the context of the
applicable financial reporting framework, or are misstated. [ISA 540.18] [5890.01]

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


We shall include in the audit documentation the basis for conclusions about the reasonableness of accounting estimates and their disclosure that give rise to
significant risks [ISA 540.23] [5890.06]

We shall obtain sufficient appropriate audit evidence about whether the disclosures in the financial statements related to accounting estimates are in
accordance with the requirements of the applicable financial reporting framework. [ISA 540.19] [5900.01]

113
Universitas Indonesia
Lampiran 3 (Lanjutan). Model Audit Program – Aset Tetap Bank XYZ

For accounting estimates that give rise to significant risks, we shall also evaluate the adequacy of the disclosure of their estimation uncertainty in the financial
statements in the context of the applicable financial reporting framework. [ISA 540.20] [5900.04]

We shall review the judgments and decisions made by management in the making of accounting estimates to identify whether there are indicators of possible
management bias. Indicators of possible management bias do not themselves constitute misstatements for the purposes of drawing conclusions on the
reasonableness of individual accounting estimates. [ISA 540.21] [5910.03]

We shall include in the audit documentation indicators of possible management bias, if any. [ISA 540.23] [5910.07]

Interim Procedures
If substantive procedures are performed at an interim date, we shall cover the remaining period by performing:
• Substantive procedures, combined with tests of controls for the intervening period, or
• If we determine that it is sufficient, further substantive procedures only
that provide a reasonable basis for extending the audit conclusions from the interim date to the period end. [ISA 330.22] [G720.05]

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


If misstatements that we did not expect when assessing the risks of material misstatement are detected at an interim date, we shall evaluate whether the
related assessment of risk and the planned nature, timing, or extent of substantive procedures covering the remaining period need to be modified. [ISA 330.23]
[G720.06]

114
Universitas Indonesia
Lampiran 3 (Lanjutan). Model Audit Program – Aset Tetap Bank XYZ

Identified risks for which we plan to evaluate controls relevant to the audit or obtain control reliance

Document our conclusion on substantive testing for each procedure and provide a reference to the testing in the table below.
Risks Identified Relevant Description of planned substantive testing procedures to be Conclusion on accuracy Conclusion on Reference
Assertion performed and completeness of IPE Substantive Test
based on audit evidence
obtained through testing of
automated controls

Fixed assets are misstated Existence Obtain fixed asset register and agree related balances with GL. Not tested No exceptions 5620
because the fixed asset register Investigate reconciling item and determine whether correct noted
does not reconcile with GL. Completeness accounting entry is made for the reconciling item. 5611

5612

5613

5614

There is a risk that additions to Existence 1. Obtain and discuss with management the PPE capitalization policy Not tested No exceptions 5640

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


property, plant and equipment and determine whether such policy comply with accounting noted
are not valid or not properly standards.
recorded because of the
following: 5620

1. Cost recognized does not 2. Select sample fixed asset additions during the year; examine 5611.1
comply with the definition of cost supporting documents and determine whether the acquisition cost is
on initial recognition. correctly accounted or measured and the asset meets the recognition 5613.1

115
Universitas Indonesia
(sambungan)

2. Period cost are incorrectly criteria under the accounting standard. For significant additions during 5614
capitalized. the year, consider physical inspection of the asset.
5611.1
3. Replacement of part of an 3. For fixed asset addition representing replacement, investigate
asset is not properly accounted. whether the carrying amount of the replaced part has been
derecognized.
5620

5612.1

5613.1

Disposal of fixed asset is not Existence Obtain schedule of asset disposal. Select samples of fixed asset Not tested No exceptions 5614.1
properly recorded. disposal for examination of documents and determine if proper noted
accounting is made.

5611.2

5612.1

5612.2

5613.2

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


Asset impairment is not recorded, Valuation and 1. Obtain understanding of the relevant facts that may indicate that Not tested No exceptions 5640
or the amount of impairment is allocation assets are impaired, and discuss and review with management any noted
incorrectly determined. indicators of asset impairment 5620

2. If indicators of impairment exist, obtain and test recoverable 5614


amount of the related asset, and determine whether impairment loss
is recorded if the carrying amount of the asset exceeds recoverable
amount.

116
Universitas Indonesia
(sambungan)

Residual values and estimated Valuation and 1. Obtain and review management evaluation of the estimated Not tested No exceptions Manajemen
useful life are not appropriate. allocation residual value and useful life of the assets at balance sheet date. noted menggunakan
metode
2. Determine whether the revised residual value and remaining useful penyusutan
life have been considered in the computation of depreciation dan umur
expense. manfaat sesuai
dengan
peraturan pajak

Depreciation expense is incorrectly Accuracy A. Determine that the accounting policies and procedures for Not tested No exceptions 5612
computed. calculating and recording depreciation are appropriate and are noted
Valuation applied consistently. 5613

B. Make a selection of assets from the schedules tested in 5614


Procedure 1, and perform tests of detail for depreciation expense.

1. Recompute the current-period depreciation expense amount and


reconcile the beginning accumulated depreciation amount to the 5611
ending amount.
5612
2. Test summarization of the schedule and trace ending balances of
accumulated depreciation to the general ledger. 5613

C. Evaluate results of the tests.

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


5611

5612

5613

Fixed assets recorded in the Rights and Make a selection of fixed assets to be tested and check to the original Not tested No exceptions 5612.1
entity's books are overstated obligations ownership certificates. noted
because the entity no longer holds 5614.2

117
Universitas Indonesia
(sambungan)

or controls the rights to the fixed 5615


assets recorded at period end.

MATTERS FOR FURTHER CONSIDERATION

Indicate whether each matter should be included in the Evaluations of Misstatements worksheet or the Audit Summary Memo.
Risks Identified Relevant Assertion Description of Findings Reference for Finding Amount of Inclusion in 2340 Included in 2330
Misstatement Assessment Findings

If you checked “Inclusion in 2340” please input the misstatement manually into the Form 2340, Evaluation of Misstatements for further consideration and
conclusions.

If you checked “Included in 2330 Assessment Findings” the finding will flow directly into Form 2330, Audit Summary Memorandum for further consideration and
conclusions.

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


118
Universitas Indonesia
Lampiran 4. Leadsheet Aset Tetap Bank XYZ

% Diff > Difference >


# Name 31.12.2012 t/m AJE Adjusted RJE Final t/m 2011 10.0% 252,341,183

13.501.000 FA - Hak atas tanah 614,618,201 0 614,618,201 0 614,618,201 [5620] 596,145,202 - -


TB Total - FA - Hak atas tanah 614,618,201 0 614,618,201 0 614,618,201 596,145,202 - -

13.502.000 FA - Bangunan 1,532,064,689 0 1,532,064,689 0 1,532,064,689 [5620] 1,418,924,261 - -


TB Total - FA - Bangunan 1,532,064,689 0 1,532,064,689 0 1,532,064,689 1,418,924,261 - -

13.512.000 Akm Penyusutan - Bangunan (563,619,505) 0 (563,619,505) 0 (563,619,505) [5620] (489,913,266) +15.0% -
13.519.000 Penyusutan Bangunan untuk Tahun Berjalan (80,578,179) 73,847 (80,504,332) 0 (80,504,332) [5620] (73,706,239) - -
TB Total - Akm Penyusutan - Bangunan (644,197,684) 0 (644,123,837) 0 (644,123,837) (563,619,505) +14.3% -

13.503.000 FA - Inventaris gol I 1,115,701,385 0 1,115,701,385 0 1,115,701,385 [5620] 1,015,683,413 - -


13.504.000 FA - Inventaris gol II 270,649,583 0 270,649,583 0 270,649,583 [5620] 253,609,034 - -
TB Total - FA - Inventaris gol I dan II 1,386,350,968 0 1,386,350,968 0 1,386,350,968 1,269,292,447 - -

13.513.000 Akm Penyusutan - Inventaris gol I (858,462,480) 0 (858,462,480) 0 (858,462,480) [5620] (723,984,199) +18.6% -
13.514.000 Akm Penyusutan - Inventaris gol II (152,167,518) 0 (152,167,518) 0 (152,167,518) [5620] (127,721,177) +19.1% -
13.521.000 Penyusutan Inv. Kel I untuk Tahun Berjalan (124,512,623) 0 (124,512,623) 0 (124,512,623) [5620] (135,762,407) - -
13.522.000 Penyusutan Inv. Kel II untuk Tahun Berjalan (27,690,385) 0 (27,690,385) 0 (27,690,385) [5620] (29,347,642) - -
TB Total - Akm Penyusutan - Inventaris gol I dan II (1,162,833,005) 0 (1,162,833,005) 0 (1,162,833,005) (1,016,815,425) +14.4% -

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


1,726,003,169 0 1,726,077,016 0 1,726,077,016 1,703,926,980 - -
^ ^ ^

119
Universitas Indonesia
Lampiran 4 (Lanjutan). Leadsheet Aset Tetap Bank XYZ

T/M:
^/< Footing and cross-footing is verified.

Nature : Merupakan aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan dan mempunyai manfaat lebih dari 1 tahun.

Objective : Untuk meyakinkan bahwa akun aset tetap telah disajikan secara wajar dan bebas dari salah saji material.

Conclusion : Berdasarkan pemeriksaan dapat disimpulkan akun aset tetap yang diberikan telah disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.

Overall Analytical:
Akun aset tetap mengalami kenaikkan pada tahun 2012 hal ini dikarenakan pada tahun 2012 terjadi penambahan saldo hak atas tanah dan bangunan. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya kenaikkan
pada tahun 2012.

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


120
Universitas Indonesia
Lampiran 5. Rencana Pengujian Substantif terkait Aset Tetap Bank XYZ

Description of planned
Additional comments: Check
substantive procedures:
Obtain the fixed-asset The fixed asset register is a listing of all of the entity’s assets and this will be provided by the √
register, and test the entity. Otherwise, you will need to ask the entity for it.
reconciliation of totals to
the general ledger Take the totals from the fixed asset register and agree (or reconcile) them to the trial balance and
any draft financial statements which the entity may have provided. Then, test reconciling items.

Check the mathematical accuracy of the fixed asset register.


Perform substantive Made a leadsheet and compare December 2012 PPE balances with December 2011 PPE balances. √
analytical procedures to
test risks identified in the Calculate the differences.
PPE balances. Develop
an expectation of the
account balance and
compare these to the
recorded amounts.
Perform TOD on risks Your sample for each of these tests should be selected from the fixed asset register provided by √

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


identified in PPE by the entity or from your observation of the entity’s floor depending on the risk of material
selecting: misstatement identified. The fixed asset register will detail the beginning costs, additions, and
From the beginning cost disposals separately so that you can select your sample.
column of the fixed-asset
register
Current-period additions
Current-period disposals
Identify significant You should take the totals of each asset class from the current fixed asset register and compare √

121
Universitas Indonesia
(sambungan)
fluctuations by category these with the totals from the prior year fixed asset register. You will be able to find this in the
of PPE (i.e., classification prior year audit file.
of property disclosed in
the notes to the financial Calculate the difference between the same categories each year to see if there have been any
statements) using significant fluctuations. For example:
analytical techniques,
and obtain explanations Land &Bldg Vehicles
for unusual variances. 2011 15,837,000 2,387,000
2010 20,837,000 2,410,000
Diff 5,000,000 23,000

There is no significant fluctuation in the vehicles total, but there is in land and buildings thus you
would need to investigate this further.

You would do this in the same way as investigating differences with a SAP. The first place to start
would be asking entity staff for any explanation that you would then corroborate and document
within your working papers.
Determine that events In order to determine if there have been any events, then you will need to ask your field senior, √
have not occurred that entity staff or read minutes of board of directors meetings or industry/national press.

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


might lead to:
A reduction in the period Reduction in the period over which an asset is being written off:
over which an asset is
being written off This refers to the useful economic life (UEL) which the entity has assigned to that asset. You need
A total write-off of an to determine whether an event has taken place that would reduce the original UEL of the asset.
asset (e.g., changes in
production rendering some For example, if a vehicle has been in an accident, despite being repaired, it may need to be
assets obsolete). replaced sooner than if it had not been in an accident. Thus an event (the accident) has happened
122
Universitas Indonesia
(sambungan)
to reduce the period (UEL) over which the asset is being written off (depreciated).

A total write off of the asset:


If the asset can no longer be used, then it will need to be written off (disposed of).

For example, if the vehicle has been in an accident and cannot be repaired, and therefore can no
longer be driven, then there must be a total write-off of the asset.

Other examples of events could be a fall in the property market, new technological advances,
fire/flood damage, or a new regulatory requirement, e.g., Health and Safety legislation.
Asset Impairment: Based on discussion with management, there is any indications of asset impairment. -
Assess management
assumptions regarding
impairment calculation
and reconsider whether
there are impairment
indicators.
Presentation and Within the financial statements there are several disclosures relating to PPE: √
disclosure:

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


Test the risks identified for Balance sheet disclosure of the net book value of all the PPE held by the entity
presentation and disclosure
Cash flow disclosure of the cash cost of any additions and the cash profit/loss on any disposals.

Note disclosure of the summarization schedule, depreciation policy detailing the percentages,
depreciation charge for the year posted to the income statement, related taxation charges/savings.

All of these disclosures need to be checked as part of our audit work and we should tie them into
123
Universitas Indonesia
(sambungan)
our working papers.

Below you will find annotated examples of what you should be checking.

Evaluate whether the Any disclosures in the financial statements on fair value need to be checked to determine whether
disclosure about fair value the disclosure follows the applicable accounting standards.
made by the entity
conform with the As already discussed, the entity may follow several different accounting standards:
applicable accounting
framework Local GAAP

Overseas GAAP if reporting to a different country

IFRS

Industry regulations

To complete this testing you will need to have knowledge of all of the applicable accounting
standards and thus should discuss this test with your field senior.

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


124
Universitas Indonesia
Lampiran 6. Audit Checklist terkait Aset Tetap pada Bank XYZ

PARTICULARS Yes/ No/ NA


PROPERTY, PLANT AND EQUIPMENT

1. Did we review if the client’s accounting policies for capitalizing or expensing expenditures are Yes
appropriate/applied consistently from year to year?
2. Did we test the balances of the properties (e.g. cost and accumulated depreciation per register vs. GL balances)? Yes
3. Did we examine title or evidence of ownership to the properties?
4. Did we test significant additions and disposal? Yes
5. Did we test valuation of properties (e.g., testing of depreciation)? Yes
6. Has the depreciation expense been determined on the same basis as used in prior year, both as to method Yes
followed and rates applied? Yes
7. Did we test accounting estimate related to properties such as useful lives and residual value (see Audit of
estimate)? Yes

Prosedur audit ..., Rizki Fitriadi, FE UI, 2013


8. Has consideration been given to writing down for impairment the carrying amount of the property (See Audit of
Estimate)? Yes

125
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai