Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

MATA KULIAH
STUDI KELAYAKAN BISNIS
MATERI “ASPEK FINANSIAL”

KELAS 5A AKUNTANSI

KELOMPOK 1
NAMA ANGGOTA :
1. Fitri Yuliani (17441354)
2. Herlin Adityas Wati (17441377)
3. Ditarohma Windy P. (17441379)
4. Analia Indriyani (17441383)
5. Aldo Agung S. (17441363)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO


2019
KATA PEGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah kelompok 1 dengan materi “Aspek Finansial dalam Studi
Kelayakan Bisnis”. Sholawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada baginda nabi
Muhammad SAW.

Dalam penulisan makalah kali ini penulis dapat mengetahui pemahaman tentang Aspek
Finansial dalam Studi Kelayakan Bisnis. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih
banyak kepada :
1. Dosen Pengampu mata kuliah Studi Kelayakan Bisnis.
2. Teman-teman satu kelompok, terimakasih atas kekompakan dalam penyelesaian tugas
makalah ini.
3. Dan berbagai pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini berguna dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Ponorogo, 28 oktober 2019

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kebutuhan Dana dan Sumbernya.............................................................. 2
2.2 Aliran Kas.................................................................................................. 2
2.3 Biaya Modal (Cost Of Capital).................................................................. 4
2.4 Initial dan Operational Cash Flow............................................................. 5
2.5 Analisis Kepekaan (Sensitivity Analysis) ................................................ 10
2.6 Penilaian dan Pemilihan Investasi.............................................................14
2.7 Implikasi Pada SKB..................................................................................26
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 28
Daftar Pustaka ................................................................................................ 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang :

Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan proyek bisnis
adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang
diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti
ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana
tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat
berkembang terus. Selain itu dapat mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas
proyek bisnis sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana bisnis yang
dimaksud. Penilaian rencana bisnis sendiri dapat diketahui melalui beberapa metode.

1.2 Rumusan Masalah


1. Kebutuhan dana serta sumbernya
2. Penentuan kebijakan aliran kas
3. Analisis sensitivitasnya
4. Penilaian rencana bisnis melalui metode PI, NPV, IRR, PP dan BEP
5. Penentuan leasing atau beli terhadap aktiva tetap
6. Proses pemilihan prioritas bisnis

1.3 Tujuan masalah


1. Memahami kebutuhan dana serta sumbernya
2. Memahami penentuan kebijakan aliran kas
3. Memahami analisis sensitivitasnya
4. Memahami penilaian rencana bisnis melalui metode PI, NPV, IRR, PP dan BEP
5. Memahami penentuan leasing atau beli terhadap aktiva tetap
6. Memahami proses pemilihan prioritas bisnis

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KEBUTUHAN DANA DAN SUMBERNYA

Untuk merealisasikan proyek bisnis dibutuhkan dana untuk investasi. Dana


diklasifikasikan atas dasar aktiva tetap berwujud seperti tanah, bangunan, pabrik dan
mesin-mesin serta aktiva tetap tidak berwujud seperti paten, lisensi, biaya-biaya
pendahuluan dan biaya-biaya sebelum operasi. Disamping aktiva tetap, dana juga
dibutuhkan untuk modal kerja, yang diartikan sebagai modal kerja bruto ( menunjukkan
semua investasi yang diperlukan untuk aktiva lancar). Menghitung modal kerja dapat
menggunakan metode yang berdasarkan pada waktu yang diperlukan dana sejak keluar
dari kas sampai kembali menjadi kas.
Setelah jumlah dana yang dibutuhkan diketahui, selanjutnya yang perlu ditentukan
adalah dalam bentuk apa dana tersebut didapat, yang jelas, yang akan dipilih adalah
sumber dana yang mempunyai biaya yang peling rendah dan tidak menimbulkan masalah
bagi perusahaan yang mensponsorinya. Beberapa sumber dana yang penting antara lain :
1. Modal pemilik perusahaan yang disetorkan
2. Saham yang diperoleh dari penerbit sahan di pasar modal
3. Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan yang dijual di pasar modal
4. Kredit yang diterima dari bank
5. Sewa guna (leasing) dari lrmbaga non bank

2.2 ALIRAN KAS (CASH FLOW)


Laporan perubahan kas (cash flow statement) disusun untuk menunjukkan
perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan
kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaan-
penggunaannya. Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu
unsure modal kerja yang paling tinggi likuiditasnya. Prinsip kehati-hatian perlu
diterapkan dalam menentukan tingkat likuiditas ini, karena jika tingkat likuiditasnya
tinggi dapat saja disebabkan oleh tingkat perputaran kas yang rendah, keuntungan
perusahaan pun rendah. Begitu pula sebaliknya jika tingkat likuiditasnya rendah atau

2
jumlah kas sedikit maka tingkat perputaran kas yang tinggi, keuntungan perusahaan pun
tinggi, tetapi tidak menjadi likuid jika terjadi kebutuhan dana secara mendadak.
Penerimaan dan pengeluaran kas ada yang bersifat rutin dan adapula yang bersifat
insidential. Sumber-sumber penerimaan kas dapat berasal dari:
1. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap, atau adanya penurunan aktiva
tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas.
2. Adanya emisi saham maupun penambahan modal oleh pemilik dalam bentuk kas.
3. Pengeluaran surat tanda bukti utang serta bertambahnya utang yang diimbangi dengan
penerimaan kas.
4. Berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan
kas, misalnya berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan
secara tunai.
5. Adanya penerimaan kas misalnya karena sewa, bunga, atau dividen.

Sedangkan pengeluaran kas dapat disebabkan oleh transaksi-transaksi sebagai


berikut:

1. Pembelian saham atau obligasi dan aktiva tetap lainnya.


2. Penarikan kembali saham yang beredar dan pengembalian kas perusahaan oleh
pemilik perusahaan.
3. Pembayaran angsuran atau pelunasan utang.
4. Pembelian barang dagangan secara tunai.
5. Pengeluaran kas untuk membayar dividen, pajak, denda, dan lain sebagainya.

Ada juga transaksi-transaksi yang tidak mempengaruhi uang kas antara lain
adalah:

1. Adanya pengakuan atau pembebanana depresiasi, amortisasi, dan deplesi terhadap


aktiva tetap, “intangible assets” dan “wasting assets”
2. Adanya pengakuan kerugian piutang baik dengan membentuk cadangan piutang
maupun tidak dan adanya penghapusan piutang tak tertagih

3
3. Adanya penghapusan atau pengurangan nilai buku dari aktiva yang dimiliki serta
penghentian penggunaan aktiva tetap karena telah habis disusut atau sudah tidak
dapat dipakai lagi.
4. Adanya pembayaran dividen dalam bentuk saham (stock dividend), adanya
pembatasan penggunaan laba serta adanya penilaian kembali aktiva tetap yang ada.

Berkaitan dengan studi kelayakan bisnis, perhitungan terhadap aliran kas penting
dilakukan karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk
bersihnya yang bagi investor justru lebih penting untuk diketahui. Hal ini mudah
dimengerti mengingat hanya dengan kas bersih ini perusahaan dapat melaksanakan
pembayaran kewajiban financial. Kas mempunyai tiga komponen utama yaitu:

1. Initial cash flow


2. Operational cash flow
3. Terminal cash flow

2.3 BIAYA MODAL (COST OF CAPITAL)


Konsep cost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal) dimaksudkan
untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masing-masing sumber dana yang dipakai
dalam berinvestasi. Garis besar sumber-sumber pembelanjan terbagi aas utang dan modal
sendiri, biaya modal dari masing-masing sumber harus dihitung, misalnya penilaian
investasi dari biaya utang, aliran kas yang dihitung setelah pajak, demikian pula terhadap
biaya modal sendiri.
1. Biaya Utang
Biaya utang untuk jangka panjang maupun jangka pendek dapat dihitung, misalnya
dengan menggunakan konsep present value.
2. Biaya Modal Sendiri
Kelompok biaya modal sendiri dapat dibagi atas
a. Biaya Saham Preferen
Saham preferen memberikan penghasilan berupa dividen yang tetap kepada
pemiliknya yang diambilkan dari laba bersih setelah pajak.

4
A XB
Rumus : PO=
kp
Keterangan :
PO = harga jual saham saat ini
A = nilai dividen (dalam persen)
B = nilai nominal saham
Kp = biaya saham preferen

b. Biaya Saham Biasa


Biaya saham biasa merupakan suatu tingkat keuntungan minimal yang harus
diperoleh suatu investasi yang dibelanjai oleh saham biasa.

D
Rumus : ke=
PO

Keterangan :

ke = biaya modal dari saham biasa

D = dividen per lembar saham yang konstan setiap kurun waktu tertentu,
misalnya setiap tahun

PO = harga saham saat ini

c. Biaya Laba yang Ditahan


Biaya laba yang ditahan pada prinsipnya sama dengan biaya dari saham biasa.
Bedanya, untuk biaya saham biasa memiliki floatation cost, yaitu biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan proses saham, sedangkan menggunakan dana
dari laba yang ditahan tidak memerlukan biaya.
2.4 INITIAL DAN OPERATIONAL CASH FLOW
Dana pada kas akan dimanfaatkan untuk membiayai pembangunan investasi.
Sementara itu, operational cash flow merupakan rencana keluar-masuk dana jika proyek

5
sudah dioperasionalkan. Berikut ini contoh rancangan initial cash flow dan operational
cash flow suatu proyek pembangunan system informasi akutansi:
Contoh Kasus – 1
Pengembangan maupun perubahan system informasi, misalnya pada system
informasi akuntansi, merupakan suatu investasi dimana akan terjadi pengorbanan sumber
daya untuk mendapatkan hasil dimasa akan datang. Jika manfaat yang diperoleh lebih
besar dari biaya yang dikeluarkan maka investasi ini dikatakan layak.
Komponen biaya yang diperlukan dalam pengembangan system meliputi:
1. Biaya pengadaan
Yaitu semua biaya dalam rangka pengadaan hardware (perangkat kerja)
2. Biaya persiapan operasi
Yaitu semua biaya yang berkaitan dengan pembuatan system yang siap dioperasikan
3. Biaya pembangunan proyek
Yaitu biaya-biaya pengembangan system termasuk penerapannya (install)
4. Biaya operasi perawatan
Yaitu biaya untuk mengoperasikan dan merawat system yang rutin untuk setiap kurun
waktu tertentu.

Sementara itu, manfaat-manfaat yang di dapat dari system informasi ini adalah :
 Manfaat untuk mengurangi biaya
 Manfaat untuk mengurangi kesalahan
 Manfaat untuk meningkatkan kecepatan aktivitas
 Manfaat untuk meningkatkan perencanaan dan pengendalian aktivitas
 Manfaat lain dapat dilihat dari sisi keuntungan berwujud yang dapat diukur secara
kuantitatif dan keuntungan tak berwujud seperti peningkatan pelayanan, kepuasan
kerja karyawan, dan peningkatan mutu pengambilan keputusan manajemen

Contoh Kasus – 2

Berikut ini adalah contoh mengenai proyek system informasi akuntansi senilai
173 juta rupiah. Perkiraan umur ekonomis ny adalah 4 tahun. Dengan procced
(keuntungan bersih sesudah pajak ditambah dengan depresiasi) tiap tahun adalah :

6
Tahun I : Rp 55.800.000

Tahun II : Rp 74.500.000

Tahun III : Rp 97.200.000

Tahun IV : Rp 108.450.000

Bagaimana rincian untuk initial cashflow dan operational cashflow nya , secara
analisis cost and benefit nya secara sederhana dapat diliat berikut ini. Data diasumsikan
dalam jutaan rupiah.

Deskripsi Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun


ke-0 ke-1 ke-2 ke-3 ke-4

A . Biaya-Biaya

1. Biaya Pengadaan Hardware


a. Konsultasi pengadaan 1,0 0 0 0 0
b. Pengadaan hardware 50,0 0 0 0 0
c. Instalasi hardware 1,0 0 0 0 0
d. Ruangan hardware
- Perbaikan ruangan 5.0 0 0 0 0
- Pasang 2 AC 2.0 0 0 0 0
e. Manajemen hardware 3.0 0 0 0 0

Total biaya 62.0 0 0 0 0


2. Biaya Persiapan Operasi
a. Pembelian Software 10.0 0 0 0 0
b. Instalasi komunikasi 3.5 0 0 0 0
c. Persiapan personel 1.5 0 0 0 0
d. Manajemen persiapan op 3.0 0 0 0 0

Total Biaya persiapan OP 18.0 0 0 0 0


3. Biaya pembangunan system
a. Biaya konsultasi
- 3orang analisa
@20.000/jam

7
Selama 2500 jam 50.0 0 0 0 0
- 5 orang pemogram
@10.000/jam
Selama 2000 jam 20.0 0 0 0 0
- Perjalanan dan
Akomodasi 5.0 0 0 0 0

Total Biaya Konsultasi 75.0 0 0 0 0

b. Biaya analisis system 1.0 0 0 0 0


- Pengumpulan data 0.5 0 0 0 0
- Dokumentasi 1.5 0 0 0 0
- Rapat-rapat 4.0 0 0 0 0

Total biaya analisis 7.0 0 0 0 0

c. Biaya desain system


- Dokumentasi 1.0 0 0 0 0
- Rapat rapat 1.0 0 0 0 0
- Biaya manjement 2.0 0 0 0 0
Total biaya desain 4.0 0 0 0 0

d. Biaya penerapan system


- Formulir baru 1.0 0 0 0 0
- Konversi data 3.0 0 0 0 0
- Latihan personel 2.0 0 0 0 0
- Biaya manajemen 1.0 0 0 0 0
Total biaya penerapan 7.0 0 0 0 0

Total biaya pembangunan 93.0 0 0 0 0

Total biaya proyek selurunya 173.0 0 0 0 0

4. Biaya operasional dan perawatan


a. Personel 0 1.2 1.5 1.8 2.3
b. Overhead 0 2.0 2.0 2.5 3.0
c. Perawatan hardware,

8
Dan fasilitas lain 0 3.0 3.5 4.0 4.0
d. Perawatan software 0 4.0 4.0 4.0 4.0
e. Manajemen 0 2.0 2.5 3.5 3.75
Total biaya operasional 0 12.0 13.5 15.8 17.05

B. Manfaat – Manfaat

1. Keuntungan berwujud
a. Pengurangan biaya operasi 0 2.0 2.0 2.0 2.0
b. Pengurangan biaya
Telekomunikasi 0 2.5 2.5 2.5 2.5
c. Pengurangan kesalahan
Proses 0 1.0 1.0 1.0 1.0
d. Peningkatan penjualan 0 10.0 12.5 15.0 17.5
e. Pengurangan biaya
Persediaan 0 15.0 15.0 15.0 15.0
f. Pengurangan kredit tak
Tertagih 0 3.0 .0 3.0 3.0

Total keuntungan berwujud 0 33.5 36.0 38.5 41.0

2. Keuntungan tak berwujud


a. Peningkatan pelayan
Pelanggan 0 14.5 19.5 24.5 29.5
b. Peningkatan kepuasan kerja 0 5.0 7.5 10.0 10.0
c. Peningkatan kualitas kerja 0 15.0 25.5 40.0 45.0
Total keuntungan tak terwujud 0 34.5 52.5 74.5 84.5

Total manfaat manfaat 0 68.0 88.0 113.0 125.0

Selisih total manfaat dan total biaya (173.0)55.8 74.5 97.2 108.45

9
Payback period untuk proyek ini dapat dihitung sebagai berikut :

Nilai investasi Rp 173,0

Procces tahun I Rp 55,8 -

Sisa investasi tahun II Rp 117,2

Procced tahun II Rp 74,5 -

Sisa investasi tahun III Rp 42,7

Sisa investasi tahun ketiga tertutup oleh procced tahun ketiga dari sebesar Rp 97,2
yaitu 42,7 / 97,2 = 0,43 bagian. Jadi , payback period untuk ivestasi ini adalah 2 tahun
5,27 bulan atau mendekati 2,5 tahun.

2.5 ANALISIS KEPEKAAN (SENSITIVITY ANALYSIS)

Pada saat kita menganalisis perkiraan arus kas di masa datang, kita berhadapan
dengan ketidakpastian. Akibatnya, hasil perhitungan di atas kertas itu dapat menyimpang
jauh dari kenyataannya. Ketidakpastian itu dapat menyebabkan berkurangnya
kemampuan suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk menghasilkan laba bagi
perusahaan.

Perhatikan tabel di bawah ini mengenai taksiran pendahuluan atas arus kas suatu
proyek bisnis (dalam jutaan rupiah).

Tahun - 0 Tahun 1-10

Investasi 150 -
1. Penghasilan - 375
2. Biaya variabel - 300
3. Biaya tetap - 30
4. Depresiasi - 15
5. Laba sebelum pajak (1-2-3-4) - 30
6. Pajak (mis.50%) - 15
7. Laba bersih (5-6) - 15
8. Arus kas dari operasi (4+7) - 30

10
Arus kas bersih -150 50

Dari tabel diatas terlihat bahwa proyek keliatannya cukup baik/fisibel sehingga
layak untuk diteruskan, karena nilai NPV nya positif pada biaya kesempatan sebesar 10
persen seperti tertera pada hasil hitung dibawah ini.

10
30
NPV = -150 + ∑ t = 34,3 juta rupiah.
t =1 (1,10)

Tetapi sebelum mengambil keputusan untuk merealisasikan proyek ini sudah


tentu pengambilan keputusan hendaknya diberi informasi lain, misalnya informasi dai
bagian pemasaran seperti berikut ini.

A=B xC

Dimana: A = banyak unit yang dapat dijual

B = bagian pasar dari produk

C = besarnya pasar produk

Jika bagian pasar dari produk sebesar 1% dengan besar pasar produk sebanyak 10
juta buah maka penjualan diperkirakan sebesar 100.000 buah. Penjualan dapat dihitung
dengan cara mengalikan banyak unit yang terjual dengan harga/unitnya. Jika banyak unit
seperti tertera di atas adalah sebesar 100.000 sedangkan penjualan diperkirakan 375 juta
rupiah, maka dapat dihitung harga/unit produk yaitu sebesar 3750 rupiah.

Di sisi lain, bagian produksi telah menaksir biaya variabel per unit sebesar Rp.
3.000,-. Oleh karena volume yang ditaksir sebanyak 100.000 unit/tahun, maka biaya
variabel akan berjumlah 300 juta. Biaya tetap 30 juta rupiah per tahun. Informasi di atas
merupakan hal penting yang perlu diketahui. Tampak di sini bahwa rencana investasi
akan berjalan lancar, akan tetapi masih perlu berhati-hati terhadap variabel yang belum
diidentifikasikan karena bisa saja ia menjadi masalah dalam investasi, misalnya mengenai
hak paten.

11
Selanjutnya, setelah semua variabel diketahui (tapi perlu diingat bahwa bisa saja
nanti akan muncul variabel baru), lakukan lah analisis kepekaan (sensitivity analysis)
terhadap ukuran pasar, dan sebagainya. Untuk dapat melakukan hal itu, kita misalnya,
dapat merujuk pada bagian pemasaran dan bagian produksi. Mereka disuruh untuk
memberikan taksiran yang optimistik dan pesimistik. Misalnya hasil taksiran itu tertera
berikut ini.

Batas NPV (Jutaan Rp)


P Dih O P Dih O
e ara p e ara p
s pka ti s pka ti
Variabel
i n m i n m
m is m is
i i
s s
1. Uku 9 10 1 + +34 +
ran j juta 1 1 5
pasa u j 1 7
r t u
a t
a
2. Saha 0 0,0 0 - +34 +
m , 1 , 1 1
pasa 0 0 0 7
r 0 1 4 3
4 6
3. Harg 3 3.7 3 - +34 +
a/uni . 50 . 4 5
t 5 8 2 0
0 0
0 0
4. Biay 3 3.0 2 - +34 +
a . 00 . 1 1
varia 6 7 5 1
bel/u 0 5 0 1
nit 0 0
5. Biay 4 30 2 + +34 +
a 0 juta 0 4 6
tetap j j 5
u u
t t

12
a a

Sebelah kanan menunjukkan apa yang terjadi pada nilai tunai bersih (NPV)
apabila variabel-variabel disusun satu per satu secara sekaligus dengan nilai-nilai
optimistis dan pesimistisnya. Dari tabel terlihat bahwa ternyata proyek yang
direncanakan bukanlah merupakan proyek yang meyakinkan. Variabel-variabel yang
'bahaya' adalah pada saham pasar dan biaya variabel per unit. Apabila saham pasar hanya
0,004 (dan semua variabel lain adalah seperti yang diharapkan), maka proyek akan
mempunyai NPV sebesar 104 juta. Apabila biaya variabel per unit sebesar 3600 (dan
semua variabel lain adalah seperti yang diharapkan) maka proyek akan mempunyai NPV
sebesar -150 juta.

Misalkan bahwa nilai pesimistis untuk biaya variabel per unit sebagian
mencerminkan kekhawatiran bagian produksi bahwa sebuah mesin tertentu tidak dapat
bekerja sebagaimana yang telah direncanakan. Agar dapat berjalan sesuai dengan rencana
perlu kiranya tambahan biaya sebesar 200 per unit dengan probabilitas terjadinya
kegagalan sebesar 10 %, misalnya dengan pemakaian mesin baru. Akibatnya memang
arus kas akan berkurang (setelah pajak, mis. 50%) sebesar:

D × E ×(1- Tarif Pajak)

Dimana: D = banyak unit yang dapat dijual

E = tambahan biaya per unit

Untuk kasus kita akan dihasilkan proses perhitungan:

100.000 x 200 x 0,50 = 10.000.000

Hal ini juga akan mengurangi NPV dari proyek sebesar:

10
30
NPV = -150 + ∑ t = 61,4 juta rupiah
t =1 (1,10)

13
Untuk menggunakan mesin baru tersebut perlu dilakukan uji coba. Misalnya
mesin baru akan menghabiskan biaya sebesar 100.000 guna menghindari kerugian
sebesar 61,4 juta dengan peluang terjadinya kegagalan sebesar 10%. Sebenarnya kita
dapat menghitung ekspektasinya sebesar -100.000 + (0,10 x 61.400.000,0).

Jadi, dari pemakaian mesin baru dapat meyakinkan kita bahwa variabel ini dapat
dinyatakan aman. Mengenai variabel ukuran pasar, dapat dikatakan bahwa proyek dapat
diterima walaupun dengan asumsi yang pesimistis sekalipun, sehingga tidak perlu
khawatir walaupun telah salah menaksir variabel itu.

Contoh Lain:

Jika jumlah biaya tetap suatu usaha tiap tahunnya Rp. 300 juta, biaya variabel tiap
satuan produk Rp.2.000,- sedangkan harga jual tiap produk sebesar Rp. 5.000,- maka
jumlah penjualan minimal yang harus dicapai setiap tahun dapat kita ketahui:

300.000.000
= 100.000 satuan atau Rp 500 juta
5.000−2.000

Misalkan harga jual produk yang serupa dengan produk yang direncanakan
berkisar antara Rp. 3.000,- sampai Rp.5.000,-. Dari harga pasaran ini dapat dihitung dua
jumlah penjualan minimum berdasarkan kedua harga tersebut. Untuk harga Rp. 5000,-
akan di dapat penjualan sebesar 500 juta per tahun sedangkan untuk harga Rp. 7.000,-
akan dihasilkan:

300.000.000
= 300.000 satuan atau Rp 2.100.000.000
3.000−2.000

Berdasarkan peningkatan jumlah penjualan dari Rp 100.000 menjadi Rp 300.000


satuan, tiap tahun ini perlu kemudan diteliti seberapa jauh kemampuan produksi
mengimbangi ataupun pengaruhnya terhadap keuntungan bisnis.

Kelemahan Analisis Kepekaan

14
Di atas telah dijelaskan manfaat dari analisis kepekaan, yaitu berupa pemaksaan
kepada manajer proyek untuk mengidentifikasikan sebanyak mungkin variabel-variabel
yang belum diketahui dan mengungkapkan taksiran-taksiran yang menyesatkan tidak
tepat, seperti contoh di atas. Selain itu, kekurangan dari analisis ini pun ada, salah satunya
adalah sangat relatifnya nilai nilai dari optimistis dan pesimistis itu sendiri. Masalah
kedua adalah mengenai variabel-variabel yang mendasarinya bisa jadi saling
berhubungan (dalam ilmu statistika sering disebut dengan istilah multikolonieritas).

2.6 PENILAIAN DAN PEMILIHAN INVESTASI

Jika dalam periode yang sama terdapat beberapa usulan proyek yang ternyata
layak untuk direalisasikan, sementara itu, dana atau anggaran yang tersedia tidak
mencukupi, maka perlu dicari jalan keluar, salah satunya dengan melakukan urutan
prioritas terhadap proyek-proyek itu. Bagaimana melakukan penilaian keluar, investasi
serta melakukan analisis urutan prioritas dipaparkan pada bagian ini.

1. Metode Penilaian Investasi

Studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu menganalisis bagaimana prakiraan


aliran kas akan terjadi. Pada umumnya ada empat metode yang biasa dipertimbangkan
untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi, yaitu metode Payback
Period, Net Present Value, Internal Rate of Return, dan Profitability Index., serta
Break even Point.

Metode Payback Period (PP). Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan
untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan
menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial
cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu.
Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum pay- back period yang dapat
diterima.

Rumus:

Nilai Investasi
Payback period: X 1 tahun
Kas Masuk Bersi h

15
Contoh: misal disediakan data hipotesis seperti dibawah ini.

Keuntungan setelah pajak Rp. 2.100.000


Depresiasi Rp. 3.600.000
Aliran kas masuk bersih Rp. 5.700.000
Nilai investasi Rp. 18.000.000

Payback period dapat dihitung waktunya:

Rp 18.000 .000
PP = x 1 tahun = 3,16 tahun
Rp 5.700 .000

Kriteria penilaian:

Jika payback period lebih pendek waktunya dari maximum payback period-nya maka
usulan investasi dapat diterima. Metode Payback Period ini cukup sederhana sehingga
mempunyai kelemahan. Kelemahan utamanya yaitu metode ini tidak memperhatikan
konsep nilai waktu da di samping juga tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah
payback. Jadi pada umumnya metode ini digunakan sebagai pendukung metode lain
yang lebih baik.

Metode Internal Rate of Return (IRR). Metode ini digunakan untuk mencari tingkat
bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang,
atau penerimaan kas, dengan mengeluaran investasi awal. Rumus yang dipakai seperti di
bawah ini.

Rumus:

n
CF t
I0 = ∑
t =1 (1+ IRR)t

Dimana: t = tahun ke

n = jumlah tahun

I0 = nilai investasi awal

16
CF = arus kas bersih

IRR = tingkat bunga yang dicari harganya.

Nilai IRR dapat dicari misalnya dengan coba-coba (trial and error). Caranya, hitung nilai
sekarang dari arus kas dari suatu investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar,
misalnya 10 persen, lalu bandingkan dengan biaya investasi, jika nilai investasi lebih
kecil, maka dicoba lagi dengan suku bunga yang lebih tinggi demikian seterusnya sampai
biaya investasi menjadi sama besar. Sebaliknya, dengan suku bunga wajar tadi nilai
investasi lebih besar, maka coba lagi dengan suku bunga yang lebih rendah sampai
mendapatkan nilai investasi yang sama besar dengan nilai sekarang.

Contoh:

Biaya investasi awal = Rp. 18.000.000


Kas masuk bersih = Rp. 5.700.000
Umur proyek = 5 tahun

5.700.000 5.700.000 5.700.000


18.000.000 = + +
(1+r)1 (1+r)2 (1+r)3

5.700.000 5.700.000
+
(1+r)4 (1+r)5

Dengan melakukan coba-coba, didapat nilai IRR sebesar 17,57 persen.

Kriteria penilaian:

Jika IRR yang didapat ternyata lebih besar dari rate of return yang ditentukan maka
investasi dapat diterima.

Rumus IRR untuk interpolasi ialah:

17
P2 −P 1
IRR = P1 – C1 ×−
C2 −C1

Dimana: P1 = tingkat bunga ke-1

P2 = tingkat bunga ke-2

C1 = NPV ke-1

C2 = NPV ke-2

Metode Net Present Value (NPV)

Net Present Value yaitu selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang
dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas
terminal) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan
tingkat bunga yang relevan.

Rumus:

n
CF t
NPV = ∑ - I0
t =1 (1+ K )t

Dimana: CFt = aliran kas pertahun pada periode t

Io = investasi awal pada tahun 0

K = suku bunga (discount rate)

Contoh:

Jika suku bunga diasumsikan sama tiap tahun sebesar 12 persen dan arus kas masuk
bersih pun sama yaitu sebesar Rp. 5.700.000 serta nilai investasi awal sebesar Rp.

18
18.000.000, maka dengan perhitungan sederhana nilai NPV didapat sebesar Rp.
2.547.136.

Kriteria penilaian:

 Jika NPV ¿ 0, maka usulan proyek diterima


 Jika NPV ¿0, maka ususlan proyek ditolak
 Jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walau usulan proyek diterima ataupun ditolak.

Metode Profitability Index ( PI)

Cara pemakaian metode ini adalah dengan menghitung melalui perbandingan antara nilai
sekarang (present value) dari rencana pernerimaan-penerimaan kas bersih di masa yang
akan datang dengan nilai sekarang (present value) dari investasi yang telah dilaksanakan.
Jadi, profitability index dapat dihitung dengan membandingkan antara PV kas masuk
dengan PV kas keluar.

Rumus:

PV kas masuk
PI =
PV kas keluar

Contoh:

Dengan menggunakan nilai NPV di atas tanpa dikurangi investasi awal yaitu sebesar
Rp. 20.547.136 dan dibagi dengan nilai investasi awal, yaitu sebesar Rp. 18.000.000,
maka:

Rp 20.547 .136
PI =
Rp18.000 .000

= 1,14

Kriteria penilaian:

 Jika PI ¿ 1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan,


 Jika PI ¿ 1, maka usulan proyek tidak menguntungkan.

19
Kriteria ini erat hubungannya dengan kriteria NPV, dimana jika NPV suatu proyek
dikatakan layak (NPV > 0) maka menurut kriteria PI juga layak (PI > 1) karena keduanya
menggunakan variabel yang sama.

Titik Pulang Pokok (Break Event Point)


Analisis pulang pokok adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk mengetahui
hubungan antar beberapa variabel di dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi
atau tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan serta pendapatan yang
diterima perusahaan dari kegiatannya. Pendapatan perusahaan merupakan penerimaan
yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan sedangkan biaya operasinya merupakan
pengeluaran yang juga karena kegiatan perusahaan. Untuk biaya operasi terbagi atas:
a. Biaya tetap
Merupakan biaya yang jumlahnya tetap, tidak tergantung kepada perubahan tingkat
kegiatan dalam menghasilkan keluaran atau produk didalam interval tertentu. Biaya
dikatakan tetap dilihat dari besarnya jumlah biaya bukannya biaya per unit.
b. Biaya variabel
Merupakan biaya yang jumlahnya beubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat
produksi. Titik berat dari biaya variabel ini adalah jumlah dari biaya variabel tersebut
dan bukan besarnya biaya variabel per unit. Ada beberapa macam biaya variabel,
diantaranya adalah biaya variabel proporsional. Biaya variabel merupakan biaya
dimana jumlah biaya sebanding dengan tingkat produksi yang dilakukan oleh
perusahaan.
c. Biaya semi variabel
Merupakan biaya yang didalamnya terkndug biaya tetap dan biaya variabel
sekaligus. Untuk mempermudah analisisnya pada umunya biaya jenis ini dipisah
dulu antara yang berjenis biaya variabel dan biaya tetap. Metode pemisah biaya
semivariabel ini ada beberapa macam diantaranya dengan metode kuadrat terkecil
(least square).

Seperti diketahui bahwa regresi linier mempunyai persamaan sebagai berikut:

20
Y =a+b X

Keterangan :
Y = jumlah biaya semi variabel
a = jumlah biaya tetap
b = biaya variabel per unit
X = luas produksi (tingkat produksi)

Perhitungan Pulang Pokok

a. Rumus pulang pokok


Merupakan keadaan dimana penerimaan pendapatan perusahaan (total revenue / TR)
adalah sama dengan biaya yang ditanggungnya (total cost) yang disingkat TC.
TR=TC atauQ × P=a+b . X
Keterangan :
Q = tingkat produksi (unit)
P = harga jual per unit
a = biaya tetap
b = biaya variabel

b. Gambaran pulang pokok


Perhitungan pulang pokok akan menjadi lebih jelas jika disertai dengan pemakaian
grafik. Keadaan pulang pokok tiap perusahaan akan bermacam-macam, besar
marginla income dan biaya tetap mempengaruhi tinggi rendahnya pulang pokok
perusahaan. Apabila biaya tetap relatif tinggi sedangkan marginal income relatif
rendah, maka pulang pokok akan menjadi tinggi demikian pula sebaliknya. Keadaan
pulang pokok menjadi sedang apabila biaya tetap adalah rendah marginal income
yang rendah pula atau sebaliknya.
c. Margin of safety
Apabila nanti dalam pelaksanaan operasinya selalu terjadi kerugian, manajemen
perusahaan harus dapat mengantisipasi keadaan itu, misalnya dengan menutup usaha.
Namun dengan menutup usaha perusahaan dapat saja lebih menderita kerugian .

21
dengan demikian perlu dicari alternatif-alternatif yang lain lagi lebih baik. Ada satu
alat ukur yang dapat digunakan untuk menilai suatu kemunduran usaha yang masih
dapat ditolerir oleh perusahaan yaitu marginal of safety. Marginal of safety
merupakan suatu nilai yang memberikan informasi sampai berapa jauh tingkat
produksi penjualan yang direncanakan boleh turun agar perusahaan tidak merugi.
Dengan demikian margin of safety dapat dihitung dengan mengurangi rencana
penjualan oleh tingkat pulang pokok dalam perusahaan bersangkutan.
d. Titik tutup usaha
Apabila perusahaan sampai pada keadaaan produksi dibawah titik pulang pokok yang
mengakibatkan perusahaan menderita keruggian, apakah menutup usaha merupakan
hal yang paling baik? Untuk menjawab pertanyaan itu perlu terlebih dulu dilakukan
analisis karena menutup usaha belum tentu merupakan jalan terbaik, bahkan dapat
mengakibatkan bertambah besarnya kerugian perusahaan.
Sebagaimana diketahui bahwa didalam melaksanakan operasi perusahaan terdapat
pemisahan biaya-biaya, yaitu biaya-biaya tetap dan biaya variabel atau juga dapat
dipisahkan antara biaya-biaya yang harus dibayarkan secara tunai dan biaya-biaya
yang tidak dibayarkan. Melihat kewajiban pembayaran yang menjadi beban, maka
biaya tunai ini saja yang berhubungan langsung dengan kemampuan perusahaan
untuk membayar kewajiban yang setidaknya harus dibayarnya. Jadi sejauh
perusahaan masih berada di atas titik tutup usaha, perusahaan masih bisa mencari
keuntungan daripada ditutup. Untuk mencari berapa besar tingkat produksi yang
dapat menutup seluruh biaya tunai dalam perusahaan yang bersangkutan digunakan
rumus berikut:
TTU ( u )=Biaya Tetap Tunai /Marginal Income
TTU ( r )=Biaya Tetap Tunai/ MarginalIncomeRatio

Dimana :
TTU (u) = titik tutup usaha dalam unit
TTU (r) = titik tutup usaha dalam rupiah

2. Pilihan Leasing atau Beli

22
Apabila dijumpai suatu kondisi untuk menjawab apakah untuk pengadaan sesuatu,
misalnya mesin produksi akan dilakukan melalui leasing atau beli, bagaimana
menentukan? Dari kepentingan penyewa (lesse), biaya untuk leasing dapat dihitung
dengan rumus dibawah ini:
Lt (1−T )+T Dept
NAL = I0 - 
1+ (1−T ) Kb

Dimana:
NAL = Net Advantage of Leasing
I0 = Harga mesin (aktiva tetap)
Lt = Pembayaran sewa secara periodik
Dept = Jumlah beban penyusutan dalam periode t
Kb = Biaya utang sebelum pajak
T = Tarif pajak
n = Umur penyusutan dan umur ekonomis

Kriteria penilaian:
Jika, nilai NAL = 0, maka biaya membeli sama dengan biaya leasing
Jika, nilai NAL > 0, maka biaya membeli lebih besar dari biaya leasing
Jika, nilai NAL < 0, maka biaya membeli lebih kecil dari biaya leasing

3. Urutan Prioritas
Apabila dijumpai beberapa usulan proyek yang feasible atau layak untuk dilaksanakan,
padahal hanya akan melaksanakan satu atau sebagian saja dari usulan-usulan itu
karena keterbatasan sumber daya, seperti dana, maka dapat dilakukan pengurusan
prioritas (ranking) atau capital rationing untuk menentukan usulan proyek yang paling
layak. Proses pengurutan prioritas ini memiliki beberapa skenario, yaitu:
a. Skenario Mutually Exclusive (saling meniadakan)
Skenario ini jika suatu proyek A dipilih, mka proyek lain harus tidak dipilih.
Dengan skenario untuk kondisi seperti ini, menurut Husnan, tolok ukur pemilihan
proyek dapat menggunakan NPV atau IRR, tergantung pada persoalan yang
dihadapi, serta karakteristik dari NPV dan IRR itu sendiri.

23
b. Skenario Contigency (saling terkait)
Skenario ini dipakai jika suatu proyek A yang dipilih, maka proyek B (atau
mungkin ada proyek lain) harus diikutsertakan pula. Jadi, manajemen harus
melakukan investasi terhadap proyek-proyek tersebut. Kriteria-kriteria investasi,
seperti PI, NPV, IRR dan sebagainyadapat digunakan, setelah semua data tentang
arus kas keluar dan masuk dari kedua proyek ini digabungkan.

Berikut adalah contoh tiga proyek dimana proyek B dilihat dari PI adalah proyek
yang tidak layak (nilai PI < 1). Akan tetapi, karena ketiga proyek adalah saling
berkait (kontijensi), maka perlu dihitung apakah ketiganya akan dianggap layak,
atau tidak. Tekniknya seperti disajikan berikut ini.

Nama Nilai Nilai Proyek Arus Kas


Proyek PI Masuk
Proyek
Proyek A 1,2 2.000.000 2.400.000
Proyek B 0,8 1.500.000 1.200.000
Proyek C 1,1 1.000.000 1.000.000
Jumlah 4.500.000 4.700.000

Prakiraan arus kas masuk proyek dihasilkan dengan mengalikan nilai PI dan nilai
proyek. Untuk mencari nilai PI gabungan adalah dengan membagi 4.700 / 4.500 =
1.044. Oleh karena nilai PI gabungan lebih besar satu, maka secara gabungan
ketiga proyek adalah layak, sekalipun proyek B nilai PI-nya kurang dari satu.

c. Skenario Independence (saling bebas)


Skenario ini, walaupun jarang dijumpai, digunakan jika suatu proyek A dianggap
yang paling layak direalisasikan, tidak ada hubungan dengan proyek B (atau
proyek lainnya) yang juga layak direalisasikan. Apakah proyek B akan ditunda,
dihapus, atau diikut sertakan akibat pembangunan proyek A akan dipelajari
kemudian, karena dianggap tidak berkaitan.

d. Skenario Capital Budget Constrain (Keterbatasan Finansial)

24
Jika, ada beberapa proyek yang layak untuk dibangun tetapi dana tidak mencukupi
untuk membangun seluruh proyek, tentulah yang akan direalisasikan hanya satu
atau beberapa proyek yang memenuhi syarat saja, seperti ketiga persyaratan
diatas, ketersediaan dana, rencana sisa dana yang terkecil, dan nilai NPV proyek
yang paling baik.
Dengan menggunakan pesyaratan tersebut, akan terdapat ada dua akibat yaitu:
o Mendahulukan proyek atau proyek-proyek yang paling layak, tetapi
menghapus proyek lainnya karena peluang untuk penundaan tidak ada.
o Mendahulukan proyek-proyek yang paling layak, dan menunda proyek lain
untuk tahun-tahun mendatang.

e. Skenario cost effetiveness (biaya efektif)


Pengurutan proyek proyek dengan cara ini didasarkan pada sumber daya yang
mendesak untuk segera dimanfaatkan, sepserti misalnya tenaga kerja yang
menganggur. Melihat kondisi pengangguran di negara kita, apalagi setelah
mengalami keadaan krisis multidimensi sejak akhir tahun 1997, tidak hanya
pemerintah, tetapi juga banyak perusahaan yang membantu masyarakat agar
mendapatkan pekerjaan. Seperti kita ketahui, besarnya tingkat pengangguran akan
berdampak luas pada meningkatny akemiskinan dan kejahatan. Berikut adalah
contoh besarnya proyek-proyek yang lebih menekankan kepada besarnya jumlah
pekerja yang dapat diserap oleh proyek-proyek tersebut.

Contoh:
Berikut ini adalah beberapa contoh data dari beberapa proyek yang fisibel.
Nam Ong Manf B/ Kebu Manf
a kos aat C tuhan aat
Proy Proy Proy Rasi Tena Neto
ek ek ek o ga
Kerja
A 2.50 3.20 1,28 1.200 700
0 0
B 1.00 1.80 1,80 600 800
0 0
C 4.20 4.50 1,07 2.500 300
0 0
D 500 1.10 2,20 200 600

25
0
E 1.20 2.40 1,33 1.000 600
0 0
F 6.50 6.50 1,00 3.000 0
0 0
G 7.00 8.40 1,20 3.200 1.40
0 0 0

Apabila seluruh dana yang tersedia sebesar sebelas milyar akan dipakai untuk membiayai
usulan proyek-proyek diatas, proyek mana saja yang akan dipilih?
Untuk menjawabnya dibuat beberapa alternatif usulan berdasarkan sumber daya yang
tersedia adalah sebagai berikut.

Alternatif 1
(dilihat dari pemanfaatan jumlah tenaga kerja)
Nama Proyek Tenaga Kerja Ongkos Proyek
G 3.200 7.000
F 3.000 6.500
C 2.500 4.200
A 1.200 2.500
E 1.000 1.800
B 600 1.000
D 200 500
Jumlah 11.700 23.000

Alternatif 2
(berdasarkan biaya proyek yang paling kecil)
Nama Proyek Ongkos Kerja Tenaga Kerja
D 500 200
B 1.000 600
E 1.800 1.000
A 2.500 1.200
C 4.200 2.500
F 6.500 3.000
Jumlah 16.500 8.500

Alternatif 3
(berdasarkan manfaat neto terbesar)

26
Nama Manfaat Tenaga Ongkos
Proyek Netto Kerja Proyek
G 1.400 3.200 7.000
B 800 600 1.000
A 700 1.200 2.500
D 600 200 500
Jumlah 5.200 11.000

Alternatif 4
(berdasarkan pemanfaatan tenaga kerja)

Nama Proyek Ongkos Proyek Tenaga Kerja


D 500 200
B 1.000 600
E 1.800 1.000
A 2.500 1.200
C 4.200 2.500
G 7.000 3.200
Jumlah 17.000 8.700

Berdasarkan alternatif –alternatif yang diajukan diatas, dapat diinterpretasikan hasilnya


sebagai berikut:

Jika memilih alternatif 1, proyek yang diambil adalah G dan F yang menyerap tenaga
kerja 6.200 orang, tetapi juga kekurang danan sebesar 2,5 milyar. Alternatif 2, proyek
yang diambil adalah D, B, E, C, F yang menyerap tenaga kerja 8.500 orang, tetapi juga
kekurangan dana 5,5 milyar yang harus disiapkan pada perencanaan tahun mendatang .
Alternatif 3, proyek yang diambil adalah G, B, A, D yang menyerap tenaga kerja 5.200
orang dengan tanpa kekurangan dana karena nilai proyek-proyek tersebut persis 11
milyar rupiah. Dan terakhir alternatif 4, menyerap tenaga kerja 8.700 orang dengan
kekurangan danan sebesar6 milyar. Jika memilih alternatif 4 memang jumlah tenaga kerja
yang terserap paling banyak, tetapi jumlah kekurangan dana adalah yang terbesar pula.
Jadi sebenarnya, pemilihan alternatif tergantung dari situasi dan kondisinya.

2.7 Implikasi Pada Studi Kelayakan Bisnis

27
1. Bagaimana menentukan kebutuhan akan dana serta sumber-sumbernya untuk
memenuhi rencana bisnis
2. Bagaimana menetukan policy aliran kas termasuk kondisi sensitivitasnya.
3. Bagaiman menilai rencana bisnis dari sisi keuangan dari berbagai sisi, sehingga ada
pegangan yang jelas terhadap prakiraan pemasukan dan pengeluaran dana investasi
tersebut. Penilaian dapat dilakukan dengan metode PI, NPV, IRR, PP dan BEP.
Termasuk didalamnya penentuan leasing atau beli terhadap aktiva tetap tertentu.
4. Bagaimana proses pemilihan prioritas proyek bisnis, jika terdapat lebih dari satu
rencana proyek bisnis yang dinyatakan layak.

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada aspek keuangan setidaknya dapat memberikan informasi emngenai penentuan


kebutuhan akan dana dalam suatu bisnis, penentuan policy aliran kas, penilaian rencana
d=bisnis khususnya dalam sisi keuangan, dan pemilihan prioritas proyek bisnis. Hasil
dari analisis aspek keuangan pada elemen-elemen tersebut menghasilkan pernyataan
apakah rencana bisnis layak atau tidak layak. Jika layak maka studi dapat dilanjutkan
pada aspek lainnya. Jika aspek dikatakan tidak layak maka perlu dilakukan pengkajian
ulang. Supaya menghasilkan nilai yang lebih realistis dan positif. Apabila, rencana bisnis
sulit untuk menjadi layak, sebaiknya rencana tersebut diakhiri saja.

29
DAFTAR PUSTAKA

Umar, Husein. 2003. Studi Kelayakan Bisnis Edisi 3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

30

Anda mungkin juga menyukai