Oleh:
Kelompok 7
Uli Yohana Fransiska S 2007521114/
Ni Putu Esa Ade Liana Putri 2107521007/06
Ni Made Icha Purnama Dewi 2107521036/11
Ni Komang Risa Pebriyanti 2107521044/13
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan paper yang berjudul
Perencanaan Pembiayaan dan Estimasi Biaya Usaha paper ini merupakan salah satu
tugas yang diberikan dalam mata kuliah Perencanaan Bisnis Usaha Kreatif AP dari
Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Gede
Suparna, S.E., M.S. selaku dosen pengampu mata kuliah Perencanaan Bisnis Usaha
Kreatif AP. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan paper ini.
Adapun beberapa materi yang kami bahas dalam paper ini yaitu
Masalah Penelitian. Penulis menyadari paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh
sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan paper
ini.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
1.1. Latar Belakang ............................................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3. Tujuan .......................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 5
2.1. Prakiraan Kebutuhan Dana Dan Sumber Pendanaan ................................... 5
2.2. Alokasi Pembiayaan (Investasi dan Operasional) ........................................ 9
2.3. Langkah-Langkah Menentukan Nilai Persediaan ...................................... 11
2.4. Cara Menetapkan Metode, Jumlah, dan Alokasi Penyusutan Aktiva Tetap
19
2.5. Prosedur Dalam Menetapkan Harga Pokok (Produksi dan Penjualan)...... 30
2.6. Cara Memperkirakan Laporan Keuangan (Laba/Rugi, Neraca, dan Cash
Flow) 38
BAB III PENUTUP................................................................................................. 3
3.1. Kesimpulan .................................................................................................. 3
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 4
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk mengetahui dan memahami mengenai prakiraan kebutuhan dana dan
sumber pendanaan.
1.3.2. Untuk mengetahui dan memahami mengenai alokasi pembiayaan (investasi
dan operasional) itu di buat.
1.3.3. Untuk mengetahui dan memahami mengenai langkah-langkah menentukan
nilai persediaan.
1.3.4. Untuk mengetahui dan memahami mengenai cara menetapkan metode,
jumlah, dan alokasi penyusutan aktiva tetap.
1.3.5. Untuk mengetahui dan memahami mengenai prosedur dalam menetapkan
harga pokok (produksi dan penjualan).
1.3.6. Untuk mengetahui dan memahami mengenai cara memperkirakan laporan
keuangan (Laba/Rugi, Neraca, dan Cash Flow).
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Modal keria bisa diartikan sebagai modal kerja bruto, atau modal keria
neto. Modal keria bruto menunjukkan semua investasi yang diperlukan untuk
aktiva lancar yang terdiri dari: kas, surat-surat berharga (jika ada), piutarg,
persediaan, lainnya. Modal kerja neto merupakan selisih antara aktiva lancar
dengan utang jangka pendek. Aktiva lancar yang dimaksud adalah aktiva yang
memerlukan waktu yang pendek untukberubah menjadi kas.
Menghitung kebutuhan modal kerja dapat menggunakan beberapa
metode,salah satunya adalah metode yang didasarkan atas waktu keterikatan
dana dalam modal kerja: yaitu waktu yang diperlukan sejak perusahaan
mengeluarkan kas sampai dengankembali menjadi kas dan pengeluaran kas
per hari. Contoh:
SUMBER DANA
6
Sumber dana suatu bisnis atau perusahaan dapat berasal dari 6 sumber utama,
yaitu:
1. Modal sendiri
Apabila perusahaan tidak berbentuk PT (Perseroan Terbatas) yang
ingin go public, maka modal sendiri hanya bisa diperoleh dari pemilik
perusahaan. Karena itulah bagi perusahaan yang ingin menghimpun dana yang
besar, biasanya akan memilih go public.
2. Saham Biasa atau Saham preferen
Perusahaan yang memutuskan untuk go public dapat menghimpun
dana masyarakat dengan jalan menerbitkan saham yang nanti akan
diperjualbelikan di bursa.
3. Obligasi
Obligasi yang diterbitkan perusahaan dan dijual di pasar modal
Bentuk-bentuk obligasi yang diterbitkan adalah sebagai berikut:
a. Obligasi biasa
b. Obligasi dengan suku bunga mengambang
c. Obligasi tanpa bunga (zero coupon bonds)
d. Obligasi konversi (convertible bond)
4. Kredit bank (kredit investasi atau non-investasi)
Kredit bank merupakan sumber dana terbesar bagi suatu usaha atau
bisnis. Masalahnyaadalah spread yang ditentukan bank terlalu besar dan solusi
untuk hal ini adalah denganmenerbitkan obligasi. Hal ini dikarenakan obligasi
memiliki risiko yang sama dengan menyimpan uang di bank tetapi dengan
keuntungan yang lebih tinggi. Namun, minimal nominal untuk menerbitkan
obligasi adalah 25 miliar dan apabila dibawah angka tersebut maka perusahaan
tidak akan diperbolehkan menerbitkan obligasi. Pada situasi demikianlah
kredit bank menjadi solusi yang paling tepat bagi perusahaan.
5. Leasing
Secara sederhana, leasing berarti menyewa produk dari suatu lembaga
keuangan non- bank. Beberapa lembaga keuangan (tetapi bukan bank)
menawarkan jasa untuk menyediakan aktiva (misal mesin) yang diperlukian
oleh perusahaan. Leasing dapat menjadi pilihan yang perlu dipertimbangkan
bagi suatu usaha baru yang memiliki keterbatasan modal.
6. Project Finance
7
Tipe ini biasanya banyak digunakan untuk membiayai proyek besar.
Proyek finance merupakan bentuk kredit yang pembayarannya didasarkan atas
kemampuan proyek tersebut melunasi kewajiban finansialnya.
Mencari kredit jangka panjang dengan suku bunga tetap akan
merupakan keputusan yang sangat berisiko. Oleh sebab itu, untuk kredit
jangka panjang akan lebih baik kalau digunakan tingkat Bungan mengambang
(floating rate).
Terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan sumber
dana yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, yaitu struktur
finansial konservatifhorizontal maupun vertikal.
Utang
Modal Sendiri
8
dana sampai dengan struktur modal perusahaan (yaitu perbandingan antara utang
dengan modal sendiri) tersebut bisa memberikan biava modal perusahaan yang
minimal.
Dalam prakteknya langsung, lebih sering digunakan pendekatan praktis yang
menekankan pada aspek rentabilitas dan likuiditas. Selama penggunaan utang
diharapkan bisameningkatkan rentabilitas modal sendiri, maka penggunaan utang
dibenarkan.
Barang yang terakhir kali masuk (dibeli) menjadi barang yang pertama kali
keluar (dijual). Metode LIFO menyatakan bahwa persediaan dengan nilai
perolehan terakhir masuk akan dijual (digunakan) terlebih dahulu, sehingga
persediaan akhir dinilai dan dilaporkan berdasarkan nilai perolehan persediaan
yang awal (pertama) masuk atau dibeli. Metode ini cenderung menghasilkan
nilai persediaan akhir yang rendah dan berdampak pada nilai aktiva perusahaan
yang rendah. Metode LIFO bisa saja realistis apabila didukung oleh kondisi
fisik produk yang dijual. Produk yang kualitasnya semakin lama disimpan
maka semakin bagus, tentu akan cocok menggunakan metode ini. Namun
apabila produknya merupakan barang yang cepat rusak seperti pabrik roti,
maka menggunakan metode LIFO bukanlah pilihan yang tepat. Metode LIFO
14
akan menghasilkan nilai persediaan yang lebih besar kalau dihitung dengan
metode LIFO. Metode LIFO akan menghasilkan laba tahunan menjadi lebih
besar/dan pajak yang semakin besar. Penggunaan metode LIFO akan
menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling kecil, harga pokok penjualan
yang paling besar dan laba kotor serta laba bersih yang paling kecil.
Tabel 3. Data Transaksi
Q
Feb 1 800 $6 4.80
0
4 200 $ 7 1.400 800 6 4.80
0
200 7 1.40
0
10 200 8 1.600 800 6 4.80
0
200 7 1.40
0
200 8 1.60
0
11 200 8 1.600
200 7 1.400
400 6 2.400 400 6 2.40
0
12 400 8 3.200 400 6 2.40
0
400 8 3.20
0
20 400 8 3.200
100 6 600 300 6 1.80
0
15
25 100 6 600 400 6 2.40
0
28 600 9 5.400 400 6 2.40
0
600 9 5.40
0
Sumber : Carter (2009)
3. Metode Rata-rata
Metode ini tidak memperdulikan waktu barang masuk dan keluar. Penentuan
harga diperoleh didasarkan pada rata-rata harga perolehan semua barang.
Dengan menggunakan metode ini nilai persediaan akhir akan menghasilkan
nilai antara nilai persediaan metode FIFO dan nilai persediaan LIFO.
Metode ini juga akan berdampak pada nilai harga pokok penjualan dan laba
kotor. Hasil perhitungan nilai persediaan dengan menggunakan metode rata-
rata selalu berada ditengah-tengah antara perhitungan FIFO dan LIFO.
Metode rata-rata termasuk metode yang praktis untuk digunakan.
Tabel 5. Metode AVERAGE
16
metode FIFO nilai persediaan sebesar Rp 225.000, jika LIFO sebesar Rp 215.000
dan jika metode rata-rata adalah Rp 219.243.
Perbandingan Metode Perhitungan Persediaan
Menurut (Hermawan, 2008), perhitungan persediaan dengan Metode FIFO,
LIFO dan Average menggunakan arus biaya yang berbeda- beda. Apabila
biaya per unit tidak berubah dari waktu ke waktu maka ketiga metode akan
menghasilkan jumlah yang sama. Namun karena harga terus berubah maka ketiga
metode tersebut akan menghasilkan jumlah yang berbeda untuk: yaitu (1) Harga
pokok penjualan, (2) Laba kotor (laba bersih), (3) Persediaan akhir.
1. Penggunaan metode FIFO
Menurut (Hermawan, 2008), Metode FIFO menghasilkan persediaan akhir
yang paling tinggi dan menghasilkan HPP yang paling rendah. Hal tersebut
terjadi selama masa inflasi atau saat harga-harga meningkat. Namun tingginya
laba kotor hanya bersifat sementara karena persediaan harus diganti dengan
harga yang terus meningkat.
2. Penggunaan Metode LIFO
Menurut (Hermawan, 2008), Metode LIFO menghasilkan jumlah HPP yang
paling tinggi. Demikian juga dengan jumah laba kotor dan persediaan akhir
yang paling rendah. Hal tersebug terjadi karena biaya yang digunakan untuk
membeli paling akhir kurang lebih sama dengan biaya penggantiannya.
Penggunaan metode LIFO pada masa inflasi akan menghasilkan penghematan
pajak penghasilan.
3. Penggunaan Metode Rata-rata (Average) Menurut (Hermawan, 2008),
penggunaan Metode Rata-rata pada masa inflasi akan menghasilkan jumlah
diantara metode FIFO dan LIFO. Jumlah HPP metode rata-rata berada diantara
metode FIFO dan metode LIFO, demikian juga dengan jumlah persediaan
akhir dan laba kotor.
Tabel 6. Laporan Laba Rugi Sebagian
Biaya Penjualan:
Persediaan Awal 175.000 175.000 175.000
Pembelian 1.165.000 1.165.000 1.165.000
Biaya Barang yang Tersedia 1.340.000 1.340.000 1.340.000
17
Dijual
Persediaan Akhir 225.000 215.000 219.243
Harga Pokok Penjualan 1.127.000 1.141.000 1.132.755
Pengestimasian Persediaan
Pada keadaan tertentu, perusahaan perlu melakukan pengestimasian persediaan
apabila tidak memungkinkan untuk melakukan pencatatan persediaan secara
perpetual atau melakukan perhitungan secara fisik. Misalnyaperusahaan tidak
berkenan untuk melakukan perhitungan fisik tetapi ingin menyusun laporan keungan
bulanan atau terjadinya bencana alam (kebakaran) yang menghancurkan persediaan
dan harus diestimasikan kerugian yang ditanggung. Menurut (Hermawan, 2008) pada
kondisi ini perusahaan dapat menggunakan metode estimasi persediaan yakni:
1. Metode Laba Kotor (Gross Profit Method)
Penerapan metode ini dilakukan dengan menggunakan prosentase laba kotor
terhadap penjualan untuk mengestimasikan persediaan akhir. Hal ini dilakukan
guna proses penyusunan laporan keuangan bulanan. Langkah-langkah yang
18
dilakukan adalah: 1) Menghitung harga pokok penjualan dengan rumus penjualan
bersih dikurangi estimasi laba kotor. 2) Menghitung harga pokok persediaan
akhir dengan rumus barang siap untuk dijual dikurangi harga pokok penjualan.
2. Metode Harga Eceran (Retail Method)
Metode ini diterapkan pada perusahaan retail seperti AlfaMart, Hypermarket,
Matahari atau retail lainnya yang memiliki ribuan jumlah barang. Untuk dapat
menggunakan metode ini perusahaan harus mengetahui catatan yang
menunjukkan harga perolehan barang yang tersedia untuk dijual dan harga
ecerannya (harga jual).
Rumus untuk menggunakan metode ini antara lain
1) Menghitung rasio harga perolehan terhadap harga eceran. Dengan rumus:
Jumlah barang tersedia untuk dijual berdasar harga perolehan - jumlah
barang tersedia untuk dijual berdasar harga eceran (1)
2) Menentukan persediaan akhir berdasar harga eceran. Dengan rumus:
Jumlah barang tersedia untuk dijual berdasar harga eceran - penjualan
bersih (2)
3) Menentukan estimasi harga perolehan persediaan akhir. Dengan rumus:
Persediaan akhir berdasarkan harga eceran - rasio harga perolehan
terhadap harga eceran (3)
2.4. Cara Menetapkan Metode, Jumlah, dan Alokasi Penyusutan Aktiva Tetap
Aktiva tetap adalah aktiva berujud yang digunakan dalam operasi
perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan
normal perusahaan. (Haryono Jusup, 2005; 153). Aktiva tetap adalah aktiva
berujud yan berumur lebih dari satu tahun yang dimiliki oleh perusahaan
dengan tujuan untuk dipakai dalam perusahaan bukan untuk dijual kembali
(Wit & Erhans, 2000; 82). Aset tetap adalah aset berwujud yang (Slamet
Sugiri, 2009; 137):
a. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penydiaan barang atau
jasa, untuk direntalkan pada pihak lain, atau untuk tujuan
administratif
b. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode
Depresiasi (Penyusutan)
Depresiasi adalah proses pengalokasian harga perolehan aktiva tetap menjadi
19
biaya selama masa manfaatnya dengan cara yang rasional dan sistematis
(Haryono Jusup, 2005; hal 162). Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah
yang dapat disusutkandari suatu asset selama umur manfaatnya. Depresiasi/
penyusutan bukan merupakan penilaian aktiva tetap tetapi merupakan proses
pengalokasian harga perolehan. Alokasi dilakukan sepanjang umur manfaat
yang dapat berupa periode waktu atau jumlahproduksi/unit yang diharapkan
akan diperoleh dari aktiva tetap tersebut. Akumulasi depresiasi aktiva tetap
menggambarkan jumlah depresiasi yang telah dibebankan sebagai biaya,
bukan menggambarkan dana yang telah dihimpun.
Terdapat 3 faktor yang harus dipertimbangkan dalam penyusutan:
1. Harga perolehan (cost)
Harga perolehan suatu aktiva meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan
dengan perolehan dan penyiapannya untuk dapat digunakan.
2. Nilai residual atau nilai sisa (residual value/salvage value) Jumlah yang
diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva tersebut tidak digunakan
lagi
3. Masa atau umur manfaat aktiva tetap
Aktiva tetap memiliki masa manfaat terbatas. Keterbatasan tersebut
karena berbagai faktor seperti keausan, kecacatan, kemerosotan nilai,
kerusakan (kecuali tanah)
Adapun 4 Metode Penyusutan yaitu diantaranya:
a. Metode Garis Lurus (Straight-Line Method)
b. Metode Unit Produksi (Units-of-Production Method) atau satuan hasil
c. Metode saldo menurun (Declining Balance Method)
d. Metode jumlah angka tahun (Sum-of-the-Years-Digits Method)
Metode Garis Lurus
Dalam metode ini, nilai penyusutan dibebankan secara merata selamaestimasi
umur aktiva.
Rumus: Harga Perolehan - Taksiran Nilai Residu
Estimasi Umur Manfaat
Contoh (1) (dipakai pada awal tahun):
20
Taksiran nilai sisa (nilai residu) 0
Taksiran umur manfaat (tahun) 5
Tanggal pemakaian 01 Jan’95
Maka besarnya penyusutan per tahun:
20.000 - 0
---------------- = 4.000 per tahun
5 thn
Jika dibuat tabel penyusutannya, akan nampak seperti dibawah ini:
0 20.000
1 4.000 4.000 16.000
2 4.000 8.000 12.000
3 4.000 12.000 8.000
4 4.000 16.000 4.000
5 4.000 20.000 0
Penjelasan:
Akumulasi penyusutan merupakan kumulatif dari beban penyusutan.
Akumulasi penyusutan = akumulasi penyusutan + beban penyusutan
Nilai buku = Harga perolehan - akumulasi penyusutan
atau
Nilai buku = Nilai buku - beban penyusutan
Pengecekan:
Nilai buku pada akhir estimasi umur manfaat harus sama dengantaksiran nilai
sisa. Jika berbeda, berarti telah terjadi kesalahan.
21
Harga perolehan Mesin (rupiah) 20.000
Taksiran nilai sisa (nilai residu) 0
Taksiran umur manfaat (tahun) 5
Tanggal pemakaian 16 Sept’ 95
Maka besarnya penyusutan per tahun:
20.000 - 0
--------------- = 4.000 per tahun
5 thn
Beban penyusutan untuk tahun pertama (16 september s/d 31desember 1995
= 3 bulan):
4.000 x (3/12) = 1.000
(Lihat penjelasan no 2 penyusutan diakui pada bulan terdekat)
22
Nb: Untuk tahun ke 2 s/d ke 6 juga dibuat jurnal yang sama, nilainyadiambil dari
tabel penyusutan kolom beban penyusutan.
Penjelasan:
Prinsip akuntansi yang dipakai untuk tanggal pemakaian dan pelepasan aktiva
tetap adalah penyusutan diakui pada bulan terdekatartinya:
1. Jika aktiva yang diperoleh pada atau sebelum tanggal 15 maka bulan yang
bersangkutan dianggap telah memiliki sepanjang bulanbersangkutan.
2. Jika aktiva yang diperoleh setelah tanggal 15, dianggap belummemiliki pada
bulan yang bersangkutan.
3. Sebaliknya jika aktiva yang dijual pada atau sebelum tanggal 15 maka
bulan yang bersangkutan dianggap tidak memiliki bulan yang
bersangkutan,
Jika aktiva yang dijual setelah tanggal 15, maka dianggap memiliki bulan yang
bersangkutan.
2. Metode Unit Produksi
Menghasilkan beban penyusutan yang berbeda-beda menurut jumlahpenggunaan
aktiva.
Rumus:
Harga Perolehan - Taksiran Nilai Sisa
Estimasi Jam Mesin
Contoh:
Harga perolehan Mesin (rupiah) 20.000
Taksiran nilai sisa (nilai residu) 0
Estimasi jam mesin (jam) 10.000
Penjelasan perhitungan
untuk estimasi masa manfaat selama 4 tahun.
Tarif garis lurusnya = (1/4) x 100% = 25%
Jika memakai 1,5 kali tarif garis lurus maka = 25% x 1,5 = 37.5%Jika
memakai 2 kali tarif garis lurus maka = 25% x 2 = 50%
Prinsip akuntansi untuk metode saldo menurun yang dipakai adalahsaldo
menurun berganda, berarti memakai 2 kali tarif garis lurus.
Contoh (1): (dipakai pada awal tahun)
Harga perolehan Mesin (rupiah) 20.000
Taksiran nilai sisa (nilai residu) 0
Taksiran umur manfaat (tahun) 5
Tanggal pemakaian 01 Jan’95
Sebelum membuat tabel penyusutan, tentukan dulu tarifnya dengan cara:
2 x Tarif Garis lurus = 2 x ((1/5) x 100%) = 2 x 20% = 40%
Tabel Penyusutan
24
Tahun Beban Penyusutan Akumulasi Nilai Buku
Penyusutan
0 20.000
1 (20.000 x 40%) = 8.000 8.000 12.000
2 (12.000 x 40%) = 4.800 12.800 7.200
3 (7.200 x 40%) = 2.880 15.680 4.320
4 (4.320 x 40%) = 1.728 17.408 2.592
5 (2.592 x 40%) = 1.037 18.445 1.555
Penjelasan:
Estimasi nilai residu tidak dipakai dalam perhitungan tarif penyusutan, dan
dalam perhitungan penyusutan periodik. Selain itu, aktiva tidak boleh
disusutkan di bawah estimasi nilai residu.
Karena nilai buku pada akhir tahun estimasi umur manfaat harus samadengan
taksiran nilai sisa, maka penyusutan tahun ke 5 (dibulatkan):
5 2.592 20.000 0
Jurnal Penyusutan
Des 31 Beban penyusutan - Mesin 8.000
Akumulasi penyusutan - Mesin 8.000
25
Beban penyusutan ditahun pertama
Nb: untuk penyusutan di tahun ke 2 s/d tahun ke 5 jurnalnya sama, dannilainya
diambil dari tabel penyusutan kolom beban penyusutan
Penjelasan:
Penyusutan di tahun 1 adalah untuk periode 6 bulan (1 jul - 31 Des’95) Sedangkan
penyusutan di tahun terakhir juga untuk periode 6 bulan (1jan - 30 jun’00). Karena
nilai buku pada akhir tahun estimasi umur manfaat harus samadengan taksiran
nilai sisa, maka penyusutan tahun ke 6 (dibulatkan) :
6 2.073,60 20.000 0
26
Tahun Beban Penyusutan Akumulasi Nilai
Penyusutan Buku
0 20.000
1 (20.000 x 40%) x (6/12) = 4.000 4.000 16.000
2 (16.000 x 40%) = 6.400 10.400 9.600
3 (9.600 x 40%) = 3.840 14.240 5.760
4 (5.760 x 40%) = 2.304 16.544 3.456
5 (3.456 x 40%) = 1.382,40 17.926,40 2.073,60
6 2.073,60 20.000 0
Jurnal Penyusutan
(N + 1)
S= N x -----------
2
S = Penyebut
N = taksiran umur manfaat
Contoh (1): (dipakai pada awal tahun)
27
Tanggal pemakaian 01 Jan’95
Sebelum menghitung beban penyusutan, hitung terlebih dulupenyebutnya:
S = 5 * ((5 + 1) / 2)
S = 15
atau dengan cara lain yaitu:
S=5+4+3+2+1
S = 15
Tabel Penyusutan
Tahun Beban Penyusutan Akumulasi Penyusutan Nilai Buku
0 16.000
1 5.000 5.000 11.000
2 4.000 9.000 7.000
3 3.000 12.000 4.000
4 2.000 14.000 2.000
5 1.000 15.000 1.000
Perhitungan:
Tahun ke 1: (16.000 - 1.000) x (5/15) x (3/12) = 1.250
Tahun ke 2: (16.000 - 1.000) x (5/15) x (9/12) = 3.750 Des
(16.000 - 1.000) x (4/15) x (3/12) = 1.000 + 31
4.750
Tahun ke 3: (16.000 - 1.000) x (4/15) x (9/12) = 3.000 Beban
(16.000 - 1.000) x (3/15) x (3/12) = 750 + penyusutan
3.750 -
Tahun ke 4: (16.000 - 1.000) x (3/15) x (9/12) = 2.250 Mesin
(16.000 - 1.000) x (2/15) x (3/12) = 500 +
2.750 1.250
Tahun ke 5: (16.000 - 1.000) x (2/15) x (9/12) = 1.500 A
(16.000 - 1.000) x (1/15) x (3/12) = 250 + k
1.750 u
Tahun ke 6: (16.000 - 1.000) x (1/15) x (9/12) = 750 m
u
Jurnal Penyusutan l
28
asi penyusutan - Mesin 1.250
29
2.5 Prosedur Dalam Menetapkan Harga Pokok (Produksi dan Penjualan)
A. Definisi Harga Pokok Produksi (HPP)
Harga pokok produksi adalah semua biaya langsung dan tidak langsung yang
dikeluarkan perusahaan untuk proses produksi sehingga barang atau jasa tersebut bisa
dijual. Perusahaan harus menghitung harga pokok suatu barang karena sangat penting
untuk pelaporan keuangan perusahaan. Penentuan harga pokok produksi dilakukan
sebelum perusahaan menentukan harga jual. Harga ini nantinya akan digunakan oleh
manajemen untuk membandingkan dengan pendapatan dan disajikan dalam laporan laba
rugi. Selain itu, perusahaan juga akan lebih mudah melakukan pengontrolan produksi jika
mengetahui harga pokoknya.
Banyak perusahaan yang salah dalam penentuan harga pokok produksikarena mengira
harga pokok produksi sama dengan harga jual. Sebenarnya keduanya berbeda, karena
harga jual telah ditambah dengan keuntungan yang diinginkan perusahaan sedangkan
harga pokok produksi tidak.
B. Unsur-unsur Harga Pokok Produksi (HPP)
Sebelum mengetahui Cara Menghitung Harga Pokok Produksi dan cara menghitung
harga pokok penjualan (HPP), perlu dikemas terlebih dahulu mengenai unsur-unsur yang
akan dilibatkan dalam Cara Menghitung Harga Pokok Produksi dan harga pokok
penjualan tersebut. Komponen-komponen dari Harga Pokok Produksi dan harga pokok
penjualan, yaitu :
1. BIAYA PRODUKSI
Untuk memperoleh gambaran mengenai biaya produksi akan diawali dengan
pengertian biaya. Biaya (cost) ialah kas dan setara kas yang dikorbankan untuk
memproduksi atau memperoleh barang atau jasa yang diharapkan akan memperoleh
manfaat atau keuntungan di masa mendatang (Prawironegoro, 2005:15). Menurut
Horngren/Goerge Foster biaya dalam Umum adalah sebagai sumber daya yang
dikorbankan untuk mencapai suatu sasaran/tujuan tertentu. Sedangkan menurut
Mulyadi (1983:3) pengertian biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber
ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan
terjadi (Suarsana, 2007:4). Biaya produksi (output cost) adalah biaya untuk
memproduksi yang terdiri dari bahan langsung upah langsung dan biaya tidak
langsung. Biaya produksi barang (cost of goods manufactured) merupakan biaya yang
dikeluarkan atau yang dibebankanuntuk membuat barang atau produksi meliputi bahan
30
baku, upah, dan biaya tidak langsung (Ismaya,2006:345). Biaya produksi yang sering
disebut biaya pabrikase atau biaya pabrik (factory cost) adalah jumlah dari tiga unsur
biaya yaitu bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik (Usry: 1989:
24). Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, yang menurut objek pengeluarannya secara
garis besar dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik ( factory overhead cost) (Mulyadi, 2005: 14). Biaya produksi
membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga harga
pokok produk jadi dan harga pokok produk yang pada akhir periode akuntansi masih
dalam proses (Mulyadi, 2009:16). Menurut Adolph Matz et. Al (1997:24) “Harga
Pokok Produksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik yang dimulai dari bahan baku, bahan baku tambahan yang
diproses sampai menjadi barang jadi”. Dengan demikian harga pokok produksi adalah
keseluruhan biaya produksi yang terakumulasi ke dalam setiap unit produk yang
dihasilkan oleh perusahaan yang terdiri dari tiga elemen yaitu: biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja (upah), dan biaya overhead pabrik (biaya tidak langsung).
2. BIAYA BAHAN BAKU
Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian integral atau secara
menyeluruh dari produk jadi. Biaya bahan baku/bahan langsung merupakan biaya bagi
bahan-bahan yang secara langsung digunakan dalam proses produksi untuk
mewujudkan suatu macam produk jadi yang siap dipasarkan, atau siap diserahkan
kepada pemesan (Bambang & Kartasapoetra 1992: 5). Biaya bahan dasar (material)
dalam arti luas elemen yang digunakan sebagai dasar pembuatan barang jadi, tetapi ada
kemungkinan barang jadi dari produk suatu perusahaan merupakan material dari
perusahaan lain. Untuk tujuan akuntansi bahan dasar dipisahkan ke dalam dua kategori
yaitu:
a. Bahan dasar langsung, yaitu bahan yang menjadi bagian menyeluruh dariproduk
jadi.
Bahan dasar tak langsung, yaitu merupakan bahan dasar (material) yang digunakan
untuk membuat produk, tetapi jumlahnya sangat kecil, dan bukan merupakan bagian
menyeluruh dari produk jadi. Menurut Usry (1989: 24-26) bahan baku disebut bahan
langsung (direct materials) adalah semua bahan yang membentuk bagian integral
barang jadi dan dapatdimasukkan langsung dalam kalkulasi biaya produk, contoh
kayu untuk membuat peralatan mebel dan minyak mentah untuk membuat bensin.
31
Sedangkan bahan tidak langsung (indirect material) adalah bahan-bahan yang
dibutuhkan guna menyelesaikansuatu produk, tetapi pemakaiannya sedemikian kecil
atau sedemikian rumit sehingga tidak dapat dianggap sebagai bahan langsung seperti
minyak pelumas, minyak gemuk, lap pembersih, dan sikat termasuk dalam
perbekalan pabrik (factory suplies). Bahan baku merupakan bahan yang membentuk
secara menyeluruh dari barang jadi yang mempunyai nilai relatif tinggi dibanding
dengan bahan yang lain. Bahan yang nilainya relatif kecil tidak dikelompokan
menjadi bahan penolong. Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian
produk jadi atau bahan meskipun menjadi produk tetapi nilainya relatif kecil bila
dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut (Mulyadi, 2005: 194).
3. PENCATATAN BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG
Biaya tenaga kerja (direct labor) adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengerjakan
bahan dasar sampai menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya
yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang langsung menanganipembuatan (proses) dari
bahan dasar sampai menjadi barang jadi. Sebaliknya tenaga kerja tak langsung adalah
biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang menyumbangkan jasanya untuk
pembuatan bahan dasar menjadi barang jadi tetapi tidak langsung menangani
pembuatannya misalnya gaji pengawas yang mengawasi para pekerja yang menangani
langsung pembuatan kursi tersebut.Upah langsung adalah semua upah yang secara
langsung digunakan, dapat secara mudah ditelusuri, dan merupakan biaya upah yang
utama untuk memproduksi suatu produk (Widjajatunggal, 1993: 80). Tenaga kerja
merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawanuntuk mengolah produk.
Biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja
manusia tersebut (Mulyadi, 2005: 319).
Dengan demikian biaya tenaga kerja langsung merupakan seluruh biaya yangterjadi
karena pemakaian tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam proses produksi
atau dikerahkan dalam mengolah bahan baku menjadi produk jadi atau produksiap jual.
4. PENCATATAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP)
Biaya overhead pabrik (Factory overhead). Dalam artian ini, biaya overhead
pabrik termasuk biaya bahan dasar tak langsung dan biaya tenaga kerja tak tak
langsung. Pemisahan langsung dan tak langsung biaya dalam konteks yang merupakan
pemisahan biaya umum tetapi dalam konteks yang lain berbeda, selain itu pemisahan
langsun dan tak langsungnya biaya juga dipengaruhi oleh metoda pengumpulan biaya.
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan
32
biaya tenaga kerja langsung. Menurut Mulyadi ( 2005: 194) biaya overhead pabrik
dikelompokkan menjadi beberapa golongan sebagai berikut ini :
a. Biaya Bahan Penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian produk jadi atau
bahan meskipun menjadi bagian produk jadi tetapi nilainya relatif kecil bila
dibandingkan dengan harga pokok produksi tersebut.
b. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan berupa biaya suku cadang (spareparts), biaya
bahan baku habis pakai (factory supplies) dan harga perolehan jasa dari pihak luar
perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan,
bangunan pabrik, mesin dan ekuipmen, kendaraan, perkakas laboratorium, dan
aktiva lain yang digunakan untuk keperluan pabrik.
c. Biaya Tenaga Kerja Tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya
tidakdapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu.
Biaya tenaga kerja tidak langusng terdiri dari upah, tunjangan dan biaya
kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut. Tenaga
kerja tidak langsung meliputi:
a. Karyawan yang bekerja dalam departemen pembantu, seperti departemen-
departemen pembangkit tenaga listrik, uap, bengkel dan departemen gudang.
b. Karyawan tertentu yang bekerja dalam departemen produksi, karyawan
administrasi pabrik, mandor.
c. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap. Biaya-biaya
yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya depresiasi,
emplasemen pabrik, bangunan pabrik, mesin dan peralatan, perkakas
laboratorium, alat kerja, dan aktiva lain yang digunakan di pabrik
d. Biaya yang timbul sebagai akibat barlalunya waktu. Biaya-biaya yang
termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya-biaya asuransi
gedung, emplasemen, asuransi mesin dan ekuipmen,, asuransi kendaraan,
asuransi kecelakaan karyawan, dan biaya amortisasi kerugian trial-run.
e. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran
uang tunai. Biaya overhead pabrik yang termasuk dalam kelompok ini antara
lain adalah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan,
biaya listrik PLN dan sebagainya.
33
C. Manfaat Harga Pokok Produksi
Menurut Mulyadi (2005:65) manfaat dari penentuan harga pokok produksi secara
garis besar adalah sebagai berikut:
1. Menentukan harga jual produk
Perusahaan yang berproduksi massa memproses produknya untuk memenuhipersediaan di
gudang, dengan demikian biaya produksi dihitung dalam jangka waktu tertentu untuk
menghasilakan informasi biaya produksi per satuan produk. Dalam penentuan harga jual
produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu data yang dipertimbangkan
disamping data biaya lain dan data non biaya.
2. Memantau realisasi biaya produksi
Manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di
dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut. Oleh karena itu akuntansibiaya digunakan
untuk mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu
tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi
sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya.
3. Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu
Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode
tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi bruto, manajemen
memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk
dalam periode tertentu. Informasi laba atau rugi bruto periodik diperlukan untuk mengetahui
kotribusi produk dalam menutup biaya nonproduksi dan menghasilkan laba atau rugi.
4. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang
disajikan dalam neraca
Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik,
manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi.
Dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaanproduk jadi dan
harga pokok yang pada tanggal neraca masih dalam proses.
D. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi (HPP)
Mursyidi (2010:29) dalam Mangerongkonda et.al.,(2014) menyatakan
penentuan harga pokok produk adalah pembebanan unsur biaya produksi terhadap
produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi, artinya penentuan biaya yang
melekat pada pada produk jadi dan persedian barang dalam proses. Dalam penentuan
harga pokok produk terdapat dua metode:
34
1. Metode Full Costing
Mulyadi (2005:17) menjelaskan bahwa full costing merupakan metode penentuan
kos produksi ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabelmaupun tetap.
Dalam metode full costing, semua biaya overhead yang bersifat tetap maupun variabel
akan dibebankan kepada produk yang diproduksi atas tarif yang telahditentukan dimuka
pada kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik yang sesungguhnya. Oleh
karena itu, biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan
produk dalam proses dan juga persediaan produk yang belum laku untuk dijual, dan
baru dianggap sebagai biaya atau unsur harga pokok penjualan jika produk jadi tersebut
telah terjual. Berikut merupakan komponen yang diperhitungkan dalam metode full
costing:
Biaya bahan baku Rp. xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx
Biaya overhead pabrik tetap Rp. xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx +
Harga pokok produksi Rp. xxx
Penentuan harga pokok produksi berdasarkan full costing pada umumnya
ditujukan untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan untuk pihak eksternal.
Laporan laba rugi yang disusun dengan metode ini menitikberatkan pada penyajian
unsur-unsur biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok yang ada di
perusahaan yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, serta fungsi administrasi dan
umum. Dengan demikian laporan laba rugi menurut full costing akan tampak sebagai
berikut:
Penjualan Rp. xxx
Harga pokok penjualan (Rp. xxx) _
Laba kotor atas penjualan Rp. xxx
Biaya komersial:
Pemasaran Rp. xxx
Administrasi dan umum Rp.xxx
(Rp.xxx) _
Laba bersih Rp. xxx
2. Metode Variable Costing
Mulyadi (2012: 18) menjelaskan bahwa, Variable costing merupakan metode
35
penentuan kos produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku
variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya overhead pabrik variabel. Widilestariningtyas et al (2012: 67)
menyatakan bahwa, variable costing merupakan metode penentuan harga pokok
produksi yang hanya membebankan biayabiaya produksi variabel saja ke dalamharga
pokok produk.
Metode variable costing ini dikenal dengan nama “direct costing”. Biaya produksi
yang bersifat tetap pada variable costing diperlakukan sebagai biaya periode akuntansi
dimana biaya tersebut terjadi. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
unsur harga pokok produk menurut metode ini meliputi:
Biaya bahan baku Rp. xxx
Biaya tenaga kerja langsung Rp. xxx
Biaya overhead pabrik variabel Rp. xxx +
Harga pokok produksi Rp. Xxx
Penentuan harga pokok berdasarkan metode ini pada umumnya ditunjukan untuk
pihak manajemen dalam rangka pengambilan kebijakan harga. Laporan laba rugiyang
disusun dengan metode ini menitik beratkan pada penyajian biaya sesuai dengan
perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan. Laporan laba
rugi menurut metode variable costing akan tampak sebagai berikut:
Penjualan Rp. xxx
Harga pokok penjualan variabel (Rp.xxx)
Batas kontribusi bersih Rp. xxx
Biaya komersial variabel:
Pemasaran variabel Rp. xxx
Administrasi dan umum variabel Rp. Xxx
(Rp.xxx)
Batas kontribusi bersih Rp. xxx
Biaya tetap:
Overhead pabrik Rp. xxx
Pemasaran tetap Rp. xxx
Administrasi dan umum tetap Rp.xxx
(Rp.xxx)
Laba bersih Rp.xxx
36
E. Cara Menghitung Harga Pokok Produksi (HPP)
Setelah komponen-komponen terangkum dengan lengkap, maka tahap selanjutnya
adalah menghitung besarnya Harga Pokok Produksi (HPP). Cara menghitung harga
harga pokok produksi (HPP) dapat dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah
berikut ini.
1. Menghitung Biaya Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan atau biaya bahan baku dapat dihitung dengan cara
menjumlahkan saldo awal bahan baku dan pembelian bahan baku kemudian
dikurangi saldo akhir bahan baku. Rumus menghitung biaya produksi berupa
bahan baku yang digunakan yaitu:
Biaya Bahan Baku = (Saldo awal bahan baku + Pembelian bahan baku) –
Saldoakhir bahan baku
4. Menghitung HPP
Cara Menghitung HPP dapat dihitung dengan menjumlahkan harga pokok
produksi dengan persediaan barang awal kemudian dikurangi persediaan barang
37
akhir. Rumus Menghitung HPP dapat dituliskan sebagai berikut:
Harga Pokok Penjualan (HPP) = (Harga pokok produksi + Persediaan barang awal)
– Persediaan barang akhir
2.6 Cara Memperkirakan Laporan Keuangan (Laba/Rugi, Neraca, dan Cash Flow)
Laporan keuangan adalah dokumen yang mencatat transaksi keuangan dan posisi
keuangan suatu perusahaan selama periode waktu tertentu, yang digunakan untuk
memberikan gambaran tentang kinerja keuangan perusahaan kepada para pemangku
kepentingan, seperti investor, kreditor, dan pemerintah. Laporan keuangan terdiri dari
beberapa jenis, diantaranya terdapat:
1. Laporan Laba Rugi: laporan keuangan yang menunjukkan pendapatan dan beban
perusahaan selama periode tertentu, dan menghasilkan laba bersih atau rugi bersih
pada akhir periode tersebut. Laporan ini memungkinkan manajemen untuk
mengevaluasi kinerja perusahaan dan memprediksi masa depan.\
2. Neraca: laporan keuangan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir
periode tertentu. Laporan ini mencatat aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan, dan
memberikan gambaran tentang kekayaan perusahaan dan kewajiban yang harus
dilunasi.
3. Arus Kas: laporan keuangan yang menunjukkan arus masuk dan keluar uang tunai
perusahaan selama periode tertentu. Laporan ini memungkinkan manajemen untuk
memantau aliran kas perusahaan dan memastikan bahwa perusahaan memiliki cukup
kas untuk membayar hutang, investasi, dan kebutuhan operasional.
Semua laporan keuangan ini saling terkait dan membantu manajemen untuk mengambil
keputusan bisnis yang lebih baik. Laporan laba rugi memberikan informasi tentang
pendapatan dan beban perusahaan, neraca memberikan informasi tentang kekayaan dan
kewajiban perusahaan, dan laporan arus kas memberikan informasi tentang aliran uang
tunai perusahaan. Dengan memahami informasi dari ketiga laporan keuangan ini,
manajemen dapat membuat keputusan yang lebih baik tentang operasi dan strategi bisnis
perusahaan.
38
1
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Suatu bisnis perlu yang namanya dana untuk kelangsungan usahanya.
Kebutuhan dana dapat dibagi menjadi 2 jenis, yakni kebutuhan dana untuk
aktiva tetap dan kebutuhan dana untuk modal kerja. Oleh sebab itu, sangat
penting juga untuk memahami sumber dana yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut. Dalam mengalokasikan suatu pembiyaan
dalam usaha tentunya diperlukan berbagai pertimbangan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa, manajemen keuangan mempunyai kepentingan dalam
bagaimana cara menciptakan serta menjaga nilai ekonomis suatu perusahaan.
Persediaan adalah aktiva yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan
usaha normal dalam proses produksi atau dalam perjalanan dalam bentuk
bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa. (Hermawan, 2008) Menurut PSAK 14 (IAI, revisi 2008)
persediaan adalah barang-barang: yang dibeli dan dimiliki untuk dijual
kembali, jadi yang diproduksi atau barang dalam penyelesaian yang sedang
diproduksi oleh entitas, atau bahan serta perlengkapan yang digunakan dalam
proses produksi.
Harga pokok produksi adalah semua biaya langsung dan tidak
langsung yangdikeluarkan perusahaan untuk proses produksi sehingga barang
atau jasa tersebut bisa dijual. Perusahaan harus menghitung harga pokok suatu
barang karena sangat penting untuk pelaporan keuangan perusahaan.
Penentuan harga pokok produksi dilakukansebelum perusahaan menentukan
harga jual.
Laporan keuangan adalah dokumen yang mencatat transaksi keuangan
dan posisi keuangan suatu perusahaan selama periode waktu tertentu, yang
digunakan untuk memberikan gambaran tentang kinerja keuangan perusahaan
kepada para pemangku kepentingan, seperti investor, kreditor, dan pemerintah.
4
DAFTAR PUSTAKA