Anda di halaman 1dari 132

UNIVERSITAS INDONESIA

PROSEDUR AUDIT KAP CE ATAS SIKLUS PEMBELIAN


DAN UTANG PADA PENUGASAN DI PT EX

LAPORAN MAGANG

DINAR RATIH TANJUNGSARI


1106003863

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2015

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


UNIVERSITAS INDONESIA

PROSEDUR AUDIT KAP CE ATAS SIKLUS PEMBELIAN


DAN UTANG PADA PENUGASAN DI PT EX

LAPORAN MAGANG

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Ekonomi

DINAR RATIH TANJUNGSARI


1106003863

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2015

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015
Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
rahmat dan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. Penulisan
laporan magang ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mendapat gelar sarjana di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini dan masa perkuliahan penulis tidak dapat
selesai tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dwi Rusdiana dan Bapak Sunardji sebagai orang tua penulis dengan seluruh
dukungan, doa dan kasih sayangnya yang tersampaikan maupun tidak
tersampaikan. Terima kasih juga kepada Dirga Rusdiansyah Pradana sebagai
mas penulis atas dukungan dan kasih sayangnya.
2. Ibu Siti Nurwahyuningsih Harahap selaku dosen pembimbing yang telah
bersedia membantu, meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk
membimbing penulisan laporan magang penulis. Sungguh, laporan magang ini
tidak akan terselesaikan tanpa adanya bimbingan berharga dari beliau.
3. Bapak Sunardji dan Ibu Evony Sylvino Violita selaku dosen penguji yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk menguji penulis pada sidang laporan magang
serta memberikan berbagai saran dan masukan yang sangat berharga untuk
perbaikan laporan magang ini.
4. Segenap dosen FEBUI yang telah memberikan asupan ilmu pengetahuan serta
wawasan kepada penulis selama menjalani perkuliahan sehingga penulis
memiliki pengetahuan dasar untuk menyusun laporan magang ini.
5. Segenap karyawan Departemen Akuntansi, Pusat Sumber Belajar, Biro
Pendidikan, dan unit kerja lainnya di FEBUI yang telah memberikan pelayanan
maksimal kepada penulis dan membantu penyelesaian laporan magang penulis
dalam hal administrasi serta penyediaan literatur yang penulis butuhkan.
6. KAP CE dan segenap karyawan KAP CE yang telah memberikan dukungan
atas penulisan laporan magang ini. Terima kasih juga atas tim PT EX (Madam,
Kak Rifky, Kak Jess, Sis De, Cat San, Gaby). Terima kasih kalian semua telah

iv

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015
Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015
ABSTRAK

Nama : Dinar Ratih Tanjungsari


Program Studi : S1 Akuntansi
Judul : Prosedur Audit KAP CE atas Siklus Pembelian dan Utang pada
Penugasan di PT EX

Laporan magang ini membahas prosedur audit atas siklus pembelian dan utang
yang dilakukan oleh KAP CE atas penugasannya untuk laporan keuangan PT EX
periode 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Desember 2014. Laporan magang ini
membahas prosedur audit yang dilaksanakan KAP CE mulai dari aktivitas
perencanaan hingga aktivitas penyelesaian.KAP CE mendeteksi adanya risiko
signifikan yang terjadi pada siklus pembelian dan utang. Risiko tersebut yaitu
penggunaan basis akrual yang tidak tepat. Terdapat 4 (empat) item lini laporan
keuangan (Financial Statements Line Item – FSLI) yang harus diuji pada siklus
ini. FSLI tersebut yaitu utang usaha; beban dibayar di muka; akrual, provisi &
kewajiban lainnya; dan beban operasional. Berdasarkan hasil prosedur audit,
dapat disimpulkan bahwa PT EX perlu memperbaiki sistem akuntansi mereka. Di
sisi lain, KAP CE telah menggunakan prosedur yang menggunakan ISA sebagai
acuannya secara tepat.

Kata kunci:
Audit, utang usaha, akrual, beban dibayar di muka, beban operasional.

ABSTRACT

Name : Dinar Ratih Tanjungsari


Major : Bachelor of Accounting
Title : KAP CE's Audit Procedures over Purchasing and Payable Cycle
on Engagement for PT EX

This report is aimed to explain the KAP CE’s audit procedures of purchasing and
payable cycle meant for audit engagement over PT EX’s financial statements for
January 1st 2014 until December 31st 2014. Furthermore, this report discusses
about audit procedures done by PT EX from planning activities until completion
activities. KAP CE detected any risk on purchasing and payable cycle that is
improper accrual basis usage. There are 4 (four) Financial Statements Line Item
(FSLI) that should be tested in this cycle. There are accounts payable; prepaid
expense; accruals, provision, & other liabilities; and operating expense. Based on
audit result, it can be concluded that PT EX needs to improve their accounting
systems. On the other side, KAP CE has complied with ISA as their reference in
doing audit procedure.

Keywords:
Audit, accounts payable, accruals, prepaid expense, operating expense

vii Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang ........................................ 1
1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang ..................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan Laporan Magang .......................................................... 2
1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang ................................................................. 2
1.5 Perumusan dan Pembatasan Masalah ....................................................... 4
1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 5
BAB 2 LANDASAN TEORI ................................................................................ 7
2.1 Pengauditan dan Audit Berbasis Risiko ................................................... 8
2.2 Perbedaan International Standards on Auditing (ISA) dengan Standar
Sebelumnya ..................................................................................................... 11
2.3 Akun dan Klasifikasi Transaksi dalam Siklus Pembelian dan
Pembayaran ..................................................................................................... 12
2.4 Akuntansi terkait Siklus Pembelian dan Pembayaran ............................ 14
2.4.1 Definisi Kewajiban ...................................................................... 14
2.4.2 Pengakuan Kewajiban ................................................................ 14
2.4.3 Definisi Beban ............................................................................. 14
2.4.4 Pengakuan Beban ........................................................................ 15
2.4.5 Jurnal Penyesuaian ...................................................................... 15
2.5 Proses Audit ........................................................................................... 17
2.5.1 Bagian Proses Audit Tahap I: Menilai Risiko ............................. 18
2.5.1.1 Memutuskan untuk menerima atau menolak penugasan . 18
2.5.1.2 Merencanakan audit ......................................................... 19
2.5.1.3 Melaksanakan prosedur penilaian risiko. ........................ 21
2.5.1.4 Pendokumentasian temuan dan segala perubahan atas
rencana audit. ............................................................................... 24
2.5.2 Bagian Proses Audit Tahap II: Menanggapi Risiko .................... 24
2.5.2.1 Rencana audit yang tanggap ............................................ 24
2.5.2.2 Prosedur audit selanjutnya ............................................... 26
2.5.2.3 Menentukan luasnya pengujian ....................................... 27
2.5.2.4 Mendokumentasikan pekerjaan audit .............................. 29
2.5.3 Bagian Proses Audit Tahap III: Pelaporan .................................. 30
2.5.3.1 Mengevaluasi bukti audit................................................. 30
2.5.3.2 Merumuskan opini audit .................................................. 30

viii Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


2.5.3.3 Komunikasi dengan TCWG ............................................ 31
BAB 3 GAMBARAN UMUM TEMPAT MAGANG ...................................... 32
3.1 Profil Kantor Akuntan Publik KAP CE ................................................. 32
3.1.1 Nilai-nilai ..................................................................................... 32
3.1.2 Jasa Profesional yang diberikan .................................................. 33
3.1.3 Buku Panduan Audit KAP CE..................................................... 34
3.2 Profil Perusahaan PT EX ........................................................................ 34
3.2.1 Informasi Umum.......................................................................... 35
3.2.2 Produk yang Diproduksi .............................................................. 35
3.2.3 Regulasi dan Faktor Eksternal ..................................................... 36
3.2.4 Struktur Kepemilikan dan Struktur Organisasi ........................... 37
3.2.5 Kebijakan Akuntansi ................................................................... 38
BAB 4 PEMBAHASAN ...................................................................................... 39
4.1 Praktik Audit KAP CE ........................................................................... 39
4.1.1 Bagian Proses Audit Tahap I: Aktivitas Perencanaan ................. 39
4.1.1.1 Memutuskan untuk menerima atau menolak penugasan . 39
4.1.1.2 Mempersiapkan untuk perencanaan ................................ 40
4.1.1.3 Penugasan audit awal....................................................... 41
4.1.1.4 Prosedur awal .................................................................. 42
4.1.1.5 Mengidentifikasi risiko .................................................... 43
4.1.1.6 Membangun Strategi Audit ............................................. 61
4.1.2 Bagian Proses Audit Tahap II: Mengumpulkan Bukti ................ 64
4.1.2.1 Memahami Sistem Pembelian dan Utang pada PT EX ... 64
4.1.2.2 Metode Pengambilan Sampel .......................................... 66
4.1.2.3 Menentukan Jumlah Sampel ............................................ 67
4.1.2.4 .. Rencana Pengujian Siklus Pembelian dan Utang pada PT
EX ................................................................................................ 68
4.1.2.5 Pengujian atas Pengendalian (Test of Control – ToC) .... 70
4.1.2.6 ........ Pengujian Substantif (Substantive Test) dan Prosedur
Lainnya ........................................................................................ 72
4.1.2.7 Beban Dibayar Di Muka .................................................. 72
4.1.2.8 Utang Usaha .................................................................... 78
4.1.2.9 Akrual, Provisi, dan Kewajiban Lainnya......................... 88
4.1.2.10 Beban Operasional ......................................................... 89
4.1.3 Bagian Proses Audit Tahap III: Aktivitas Penyelesaian .............. 91
4.2 Kelemahan Pengendalian PT EX dan Rekomendasi Audit.................... 95
4.3 Evaluasi Praktik Audit KAP CE ............................................................ 98
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 101
5.1 Kesimpulan ........................................................................................... 101
5.2 Saran ..................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 107
LAMPIRAN ........................................................................................................ 108

ix Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tiga Jenis Asersi ..................................................................................... 9


Tabel 2.2 Asersi Gabungan ................................................................................... 11
Tabel 2.3 Tingkat Pengurangan Risiko dan Nilai Confidence Factor (CF) ......... 28
Tabel 2.4 Contoh Perhitungan Proyeksi Salah Saji .............................................. 29
Tabel 3.1 Struktur Kepemilikan PT EX ................................................................ 37
Tabel 4.1 Materialitas Alokasi Grup ..................................................................... 41
Tabel 4.2 Struktur Kepemilikan PT EX ................................................................ 44
Tabel 4.3 Data Kinerja Keuangan PT EX (dalam Rupiah) ................................... 61
Tabel 4.4 Risiko pada Siklus Pembelian dan Utang PT EX ................................. 62
Tabel 4.5 Materialitas Alokasi Grup ..................................................................... 63
Tabel 4.6 Penjelasan Prosedur Three Way Matching............................................ 65
Tabel 4.7 Penentuan Jumlah Sampel untuk ToC .................................................. 67
Tabel 4.8 Ringkasan Pengujian pada Siklus Pembelian dan Utang PT EX .......... 69
Tabel 4.9 Objektif Kunci Pengendalian pada PT EX Beserta Asersinya ............. 71
Tabel 4.10 Rancangan Prosedur ToC – PT EX..................................................... 71
Tabel 4.11 Detil Pengujian Substantif − Beban Dbayar Di Muka ........................ 72
Tabel 4.12 Rancangan Prosedur Pengujian atas Pembayaran Uang Muka ........... 74
Tabel 4.13 Detil Pengujian Substantif – Utang Usaha.......................................... 78
Tabel 4.14 Perbandingan Aging Schedule dan AP Listing – Utang Usaha ........... 80
Tabel 4.15 Perbandingan Hasil Perhitungan KAP CE dan TB – Utang Usaha .... 81
Tabel 4.16 Rancangan Pengujian Pembayaran Selanjutnya – Utang Usaha ........ 83
Tabel 4.17 Rancangan Pengujian Faktur Pembelian Terbuka – Targeted Testing 84
Tabel 4.18 Rancangan Pengujian Faktur Pembelian Terbuka – NSS ................... 86
Tabel 4.19 Perbandingan Salah Saji Targeted Testng dan NSS ........................... 88
Tabel 4.20 Detil Pengujian Substantif – Akrual, Provisi, & Kewajiban Lainnya 89
Tabel 4.21 Detil Pengujian Substantif – Beban Operasional ................................ 89
Tabel 4.22 Rancangan Pengujian atas Transaksi Beban Operasional– NSS ........ 91
Tabel 4.23 Rangkuman Salah Saji pada Siklus Pembelian dan Utang PT EX ..... 92
Tabel 4.24 Perbandingan Tingkat Materialitas dengan Salah Saji Aktual............ 92
Tabel 4.25 Jurnal Beban Dibayar di Muka ........................................................... 96
Tabel 4.26 Waktu Pengakuan untuk Siklus Pembelian dan Utang ....................... 97
x Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Akun dalam Siklus Pembelian dan Pembayaran ............................... 12


Gambar 2.2 Bagan Proses Audit ........................................................................... 17
Gambar 2.3 Proses Menerima atau Menolak Penugasan ...................................... 18
Gambar 2.4 Hal-hal yang Dikomunikasin dengan Tim Audit .............................. 21
Gambar 2.5 Mengidentifikasi Risiko Signifikan .................................................. 22
Gambar 2.6 Merumuskan Opini (untuk Fair Presentation Framework).............. 31
Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT EX ................................................................ 37
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT EX ................................................................ 45
Gambar 4.2 Harga Low Density Polyethylene (LDPE) Tahun 2013 - 2014 ........ 46
Gambar 4.3 Harga High Density Polyethylene (HDPE) Tahun 2013 - 2014........ 47
Gambar 4.4 Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (Berdasarkan Kurs BI) ............. 48
Gambar 4.5 Tingkat Inflasi Tahun 2013 - 2014 .................................................... 48

xi Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Contoh Pengujian Pengendalian – Siklus Pembelian dan Utang ... 108
Lampiran 2: Contoh Rekonsiliasi Utang Usaha .................................................. 110
Lampiran 3: Contoh Pengujian Pembayaran Selanjutnya – Utang Usaha dan
Akrual, Provisi, dan Kewajiban Lainnya ............................................................ 111
Lampiran 4: Contoh Pengujian Faktur Pembelian Terbuka – Utang Usaha dan
Akrual, Provisi, dan Kewajiban Lainnya ............................................................ 112
Lampiran 5: Contoh Pengujian Uang Muka – Beban Dibayar di Muka ............. 113
Lampiran 6: Contoh Pengujian Transaksi Beban Operasional – Beban Operasional
............................................................................................................................. 114
Lampiran 7: Contoh Program Makro Targeted Testing...................................... 115
Lampiran 8: Contoh Program Makro Non-Statistical Sampling (NSS) .............. 116
Lampiran 9: Kertas Kerja PT EX 31 Desember 2014......................................... 117
Lampiran 10: Contoh Pengujian Asuransi .......................................................... 119

xii Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang

Tri Dharma Perguruan Tinggi (TDPT) merupakan pilar dan kewajiban bagi
seluruh sivitas akademika perguruan tinggi yang berperan sebagai kaum intelektual
di Indonesia. TDPT ini berisi 3 (tiga) hal, yaitu pendidikan, penelitian dan
pengembangan, serta pengabdian pada masyarakat. Ketiga poin ini bertujuan
supaya mahasiswa dapat menambah ilmu dan dapat mengaplikasikan ilmu tersebut.
Khususnya pada poin kedua, penelitian dan pengembangan, mahasiswa harus
senantiasa mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan dirinya dalam hal
softskill dan kedewasaan dirinya dalam menyelesaikan masalah yang nyata.

Dengan berlakunya TDPT tersebut, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas


Indonesia (FEB UI) menerima tantangan untuk menghasilkan lulusan yang tidak
hanya unggul dalam akademis, tetapi juga unggul dalam keterampilan teknis. Untuk
mendukung hal ini, Departemen Akuntansi FEB UI membuka program magang
sebagai salah satu mata kuliah pilihan wajib untuk syarat kelulusan mahasiswa
strata satu.

Program magang ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa FEB UI untuk


menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama duduk di bangku
perkuliahan. Selain itu, program magang ini juga merupakan program link and
match untuk melihat kesesuaian ilmu yang diperoleh selama kuliah supaya tepat
guna di lingkungan kerja.

1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang

Program magang ini merupakan salah satu prasyarat kelulusan sarjana strata
satu untuk pengganti skripsi. Program ini bertujuan untuk memberikan kesempatan
pada mahasiswa dalam mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari selama di
bangku perkuliahan dengan praktik langsung di lingkungan kerja nyata. Program
magang ini juga dapat memberikan kesempatan pada mahasiswa dalam

1 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


2

mengembangkan softskill yang dimiliki. Untuk penulis sendiri, program magang ini
diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang mendalam tentang bagaimana
melakukan prosedur audit atas laporan keuangan.

1.3 Tujuan Penulisan Laporan Magang

Tahapan akhir pada pelaksanaan program magang yang menjadi syarat


kelulusan dari FEB UI yaitu pembuatan laporan magang. Seluruh pengalaman dan
pengetahuan yang diterima selama magang dipaparkan dalam laporan magang.
Dalam penulisan laporan magang ini, mahasiswa harus menentukan tema terkait
aktivitas magang yang telah dialami untuk diangkat menjadi bahasan dalam laporan
magang. Laporan magang ini merupakan salah satu komponen penentu kelulusan
mahasiswa dari FEB UI yang akan diuji.

Pada laporan magang ini, penulis mengangkat judul “Prosedur Audit KAP
CE atas Siklus Pembelian dan Utang pada Penugasan di PT EX”. Dengan penulisan
laporan magang ini, diharapkan penulis dapat lebih memahami terkait:

 kebijakan akuntansi dan siklus pembelian dan utang di PT EX


 prosedur audit yang dilakukan KAP CE atas siklus pembelian dan utang di PT
EX
 analisis atas temuan dalam pelaksanaan audit pada siklus pembelian dan utang
di PT EX.

Laporan magang ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi mengenai
tema yang dibahas pada laporan magang ini. Laporan magang ini juga diharapkan
dapat memberikan gambaran kepada mahasiswa lainnya yang akan mengikuti
program magang.

1.4 Pelaksanaan Kegiatan Magang

Penulis menjalankan program magang dari tanggal 29 Desember 2014 sampai


dengan tanggal 3 April 2015 di Kantor Akuntan Publik (KAP) CE. Selama magang
berlangsung, penulis ditempatkan di Assurance Service bagian manufaktur dan jasa.
Selama magang tersebut, penulis berkesempatan menjadi anggota engagement
team. Berikut adalah kegiatan penulis selama berada di perusahaan klien:

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


3

a) PT SSS

PT SSS adalah perusahaan terkemuka di Indonesia yang menyediakan


jasa penyewaan otomotif. Otomotif yang disewakan merupakan otomotif yang
diperoleh (baik itu disewa maupun dibeli) dari PT ASA yang merupakan
perusahaan induk dari PT SSS. PT SSS sendiri memiliki lima anak perusahaan
yang masing-masing bergerak dalam jasa penyewaan dan penjualan otomotif
tertentu. Selama engagement dengan PT SSS, penulis berkesempatan untuk
mengaudit beberapa Financial Statements Line Item (FSLI) dan membuat
working papers atas unit lini laporan keuangan kas dan setara kas dan wesel
tagih (notes receivable). Untuk kas dan setara kas, penulis melakukan prosedur
audit terhadap rekonsiliasi bank dan konfirmasi FSLI bank. Selain itu, penulis
diharuskan membuat analisis fluktuasi atau lead schedule untuk aset kas dan
setara kas beserta analisis Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK). Sedangkan
untuk notes receivable, penulis melakukan prosedur audit terhadap konfirmasi
transaksi antar perusahaan dalam kelompok usaha yang sama (intercompany).

b) PT CCC

PT CCC adalah perusahaan penyedia tutup botol yang baru berdiri di


tahun 2014. Karena perusahaan baru berdiri, tidak banyak FSLI yang diaudit.
Selama penugasan dengan PT CCC, penulis berkesempatan untuk melakukan
prosedur audit atas uji transaksi biaya operasional dan biaya non-operasional.

c) PT EX

PT EX adalah perusahaan keluarga yang menyediakan jasa pengemasan.


Audit yang dilakukan oleh KAP CE adalah audit local statutory periode 1
Januari 2014 hingga 31 Desember 2014. Pada klien ini, penulis berkesempatan
untuk mengaudit FSLI kas dan setara kas, serta FSLI yang termasuk ke dalam
siklus pembelian dan utang, yaitu FSLI biaya dibayar di muka, FSLI utang
usaha, FSLI akrual, provisi dan kewajiban lainnya, serta FSLI biaya
operasional. Untuk audit kas dan setara kas, penulis melakukan uji rekonsiliasi
bank dan konfirmasi bank. Untuk FSLI yang termasuk ke dalam siklus

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


4

pembelian dan utang usaha, penulis berkesempatan untuk melakukan pengujian


atas pengendalian (test of control− ToC) dan beberapa pengujian substantif
(substantive test).

d) PT SLS

PT SLS merupakan salah satu hotel terkemuka di Indonesia yang berada


di bawah naungan SLS Internasional. Selama di klien ini, penulis
berkesempatan untuk melakukan audit atas aset tetap. Dalam audit tersebut,
penulis melakukan prosedur untuk uji depresiasi, uji biaya perbaikan dan
perawatan aset tetap. Selain itu, penulis juga diharuskan untuk membuat lead
schedule dan analisis fluktuasi pada aset tetap.

e) PT TTT

PT TTT adalah perusahaan manufaktur yang merupakan bagian dari T


Group Internasional. Audit yang dilakukan untuk PT TTT merupakan audit
interim untuk periode dari November 2014 hingga Maret 2015. Selama di klien
ini, penulis berkesempatan untuk memegang FSLI penjualan, piutang usaha,
dan beban operasional. Untuk masing-masing FSLI, penulis bertanggung jawab
atas berbagai aktivitas, mulai dari agree listing, memilih sampel, melakukan
pengujian, hingga dokumentasi.

1.5 Perumusan dan Pembatasan Masalah

Penulis mengambil topik audit atas siklus pembelian dan utang karena selama
mengaudit PT EX, penulis menemukan adanya temuan pada siklus tersebut.
Laporan magang ini akan dibatasi pada FSLI yang terkait siklus pembelian dan
utang, yaitu FSLI biaya dibayar di muka, FSLI biaya operasional, FSLI akrual,
provisi dan kewajiban lainnya, serta FSLI utang usaha. Laporan magang ini
berfokus pada penjelasan terkait prosedur audit yang diterapkan oleh KAP CE
untuk siklus pembelian dan utang di PT EX.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


5

1.6 Sistematika Penulisan

Laporan magang ini terbagi menjadi 5 (lima) bab dengan rincian sebagai
berikut:

Bab 1: Pendahuluan

Bab ini mencakup latar belakang pelaksanaan program magang, tujuan


pelaksanaan program magang, tujuan penulisan laporan magang, pelaksanaan
kegiatan magang, perumusan dan pembatasan masalah, serta sistematika penulisan.
Bab ini berfungsi untuk memberikan alasan dan gambaran singkat tentang
pembuatan laporan magang ini sehingga memudahkan pembaca untuk memahami
isi dari laporan magang ini.

Bab 2: Landasan Teori

Bab ini membahas teori yang berkaitan dengan kebijakan akuntansi terkait
siklus pembelian dan utang serta prosedur audit berdasarkan International
Standards on Auditing (ISA). Teori ini digunakan untuk melakukan pembahasan
dan analisis atas permasalahan yang diangkat dalam laporan ini. Teori ini diambil
dari berbagai sumber seperti buku teks, standar profesi, maupun pedoman dalam
pelaksanaan audit.

Bab 3: Gambaran Umum Tempat Magang

Bab ini memuat profil perusahaan tempat penulis melakukan magang, yaitu
KAP CE, dan juga profil PT EX sebagai perusahaan klien tempat penulis
ditugaskan. Bab ini bertujuan untuk memberikan gambaran dan informasi
mengenai PT EX dan KAP CE yang menjadi bahan penyusunan laporan magang
untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi laporan ini.

Bab 4: Pembahasan

Bab ini menyajikan penjelasan mengenai prosedur audit atas siklus pembelian
dan utang. Dimulai dengan aktivitas perencanaan, aktivitas penngujian, hingga
aktivitas penyelesaian yang diterapkan pada penugasan audit di PT EX. Bab ini juga

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


6

akan menjelaskan analisis terkait pengendalian di PT EX untuk siklus pembelian


dan utang serta analisis terkait praktik audit di KAP CE.

Bab 5: Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan bab terakhir yang merangkum hal-hal penting yang telah
dibahas di laporan ini. Selain itu, bab ini juga menyajikan saran dan kritik yang
membangun KAP CE dan PT EX. Dengan adanya saran ini, diharapkan laporan
magang ini tidak hanya berguna bagi penulis, tetapi juga berguna bagi PT EX dan
KAP CE.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


BAB 2
LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas teori pengauditan dan akuntansi yang mendasari
pembahasan atas permasalahan yang diangkat dalam laporan ini. Teori pengauditan
yang dibahas pada bab ini menitikberatkan pada prosedur audit berbasis risiko yang
diperkenalkan oleh International Federation of Accountants (IFAC) dalam
International Standards on Auditing (ISA). Diterbitkannya ISA itu sendiri
dilatarbelakangi oleh adanya manipulasi pelaporan keuangan yang (dalam istilah
ISA) bersifat massive dan pervasive. Manipulasi ini menyebabkan guncangan pada
pasar modal dan pasar uang dunia. Melihat kemampuan dari manipulasi pelaporan
keuangan yang dapat memberikan dampak secara global ini, IFAC menerbitkan
ISA untuk mencapai pelaporan keuangan yang berkualitas pada tatanan global.
Selain itu, penerapan ISA merupakan bagian dari globalisasi perekonomian,
termasuk globalisasi pasar uang dan pasar modal. Indonesia sendiri mengadopsi
ISA dalam audit laporan keuangan periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari
2013. Oleh sebab itu, sebagian besar landasan teori pada laporan magang ini
menggunakan ISA sebagai acuannya.

Bagian awal bab ini akan memperkenalkan teori pengauditan dan audit
berbasis risiko beserta 3 (tiga) kelompok asersinya. Selanjutnya, bab in akan
menyajikan gambaran singkat yang menjelaskan perbedaan antara ISA dengan
standar-standar sebelum ISA. Dengan mengerucutkan pembahasan pada siklus
pembelian dan utang, bab ini selanjutnya akan membahas tentang akun-akun dan
klasifikasi transaksi yang relevan untuk memberikan gambaran mengenai siklus
yang diangkat pdaa laporan ini.

Selain membahas teori pengauditan, bab ini juga membahas teori yang
berkaitan dengan kebijakan akuntansi. Pembahasan kali ini dibatasi pada teori-teori
dasar yang biasa diterapkan pada siklus pembelian dan utang, seperti teori tentang
kewajiban, beban, dan jurnal penyesuaian yang relevan.

7 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


8

Bagian akhir dari bab ini akan membahas prosedur pengauditan umum yang
diperkenalkan oleh ISA. Prosedur ini disajikan secara urut dari tahap pertama
(menilai risiko) hingga tahap penyelesaian.

2.1 Pengauditan dan Audit Berbasis Risiko

Audit adalah proses pengumpulan bukti dan proses evaluasi atas bukti
mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara
informasi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan (Arens, Beasley, Elder, &
Jusuf, 2011). Audit eksternal harus dilakukan oleh auditor yang berkompeten
sehingga auditor mampu mencapai kesimpulan yang tepat atas laporan keuangan.
Selain itu, audit eksternal harus dilakukan oleh auditor yang independen untuk
menjaga kepercayaan para pengguna laporan keuangan yang mengandalkan
laporan hasil evaluasi audit.

ISA 200.3 menjelaskan tujuan audit yaitu untuk mengangkat derajat


kepercayaan para pengguna laporan keuangan terhadap laporan keuangan. Tujuan
tersebut dapat dicapai dengan pemberian opini oleh auditor mengenai apakah
laporan keuangan telah sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Pada kerangka pelaporan keuangan dengan tujuan umum, opini tersebut biasanya
menyatakan apakah laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar (dalam
segala hal yang material).

ISA 315.25 mewajibkan auditor untuk mengidentifikasi dan menilai risiko


salah saji pada tingkat laporan keuangan dan tingkat asersi untuk jenis transaksi,
saldo akun, dan pengungkapan. Penilaian risiko ini digunakan untuk merancang dan
melaksanakan prosedur audit selanjutnya. ISA 315 sendiri mendefinisikan asersi
sebagai representasi oleh manajemen, secara eksplisit (dalam bentuk pernyataan)
maupun implisit (tersirat yang terkandung dalam laporan keuangan. Representasi
ini digunakan oleh auditor untuk mengidentifikasi adanya salah saji dalam laporan
keuangan. Pada ISA 315.A124, asersi tersebut dikelompokan menjadi 3 (tiga)
kelompok, yaitu asersi untuk jenis transaksi dan peristiwa (classes of transactions
& events), asersi untuk saldo akun (account balances), serta asersi tentang

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


9

penyajian dan pengungkapan (presentations & disclosures). Rincian untuk masing-


masing kelompok asersi dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Tiga Jenis Asersi


Jenis Transaksi &
Penyajian &
Peristiwa Saldo Akun
Pengungkapan
Asersi (Classes of (Account
(Presentations &
Transactions & Balances)
Disclosures)
Events)
Existence /
√ √ √
Occurrence
Completeness √ √ √
Rights & Obligations √ √
Accuracy /
√ √
Classification
Cut-off √
Classification &
√ √
Understandability
Valuation /
√ √
Allocation
Sumber: Tuanakotta, 2013, p. 151 (telah diolah).

Masing-masing kelompok asersi memiliki penjelasan atas asersinya sendiri-


sendiri. Penjelasan atas kelompok asersi untuk jenis transaksi dan peristiwa dapat
dijelaskan sebagai berikut:

 Occurrence untuk memastikan bahwa transaksi dan peristiwa yang sudah


dicatat memang terjadi dan merupakan transaksi dan peristiwa dari entitas yang
bersangkutan
 Completeness untuk memastikan bahwa semua transaksi dan peristiwa yang
seharusnya dicatat memang sudah dicatat
 Accuracy untuk memastikan bahwa angka, jumlah, dan data lain yang terkait
dengan transaksi dan peristiwa sudah dicatat dengan akurat.
 Cut-off untuk memastikan bahwa transaksi dan peristiwa dicatat dalam periode
akuntansi yang benar.
 Classification untuk memastikan bahwa transaksi dan peristiwa dicatat dalam
akun yang benar.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


10

Sedangkan kelompok asersi untuk saldo akun, dapat dijelaskan sebagai


berikut:

 Existence untuk memastikan bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas memang benar
ada.
 Rights and obligations untuk memastikan bahwa entitas memang benar
memiliki hak atas aset yang tercatat dan memiliki kewajiban atas utang yang
tercatat.
 Completeness untuk memastikan bahwa semua aset, kewajiban, dan ekuitas
yang seharusnya dicatat sudah dicatat.
 Valuation and allocation untuk memastikan bahwa aset, kewajiban, dan ekuitas
telah dicantumkan dalam laporan keuangan dalam jumlah yang benar
(appropriate amounts). Selain itu, asersi ini juga digunakan untuk memastikan
bahwa semua penyesuaian (adjustments) untuk penilaian (valuation) dan
alokasi (allocation) telah dicatat dengan benar.

Demikian penjelasan setiap asersi untuk saldo akun. Berikut ini adalah
penjelasan untuk setiap asersi yang termasuk asersi tentang penyajian dan
pengungkapan:

 Ocurence, rights, and obligations untuk memastikan bahwa transaksi,


peristiwa, dan hal-hal lain yang sudah diungkapkan dalam laporan keuangan
memang terjadi dan berkaitan dengan entitas yang bersangkutan.
 Completeness untuk memastikan bahwa semua pengungkapan yang seharusnya
dicantumkan memang sudah dicantumkan dalam laporan keuangan.
 Classification and understandability untuk memastikan bahwa informasi
keuangan disajikan dan dinyatakan dengan tepat dan jelas.
 Accuracy and valuation untuk memastikan bahwa informasi keuangan dan
informasi lainnya telah diungkapkan dengan wajar (fairly disclosed) dan dalam
jumlah yang benar (appropriate amounts)

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


11

Walaupun demikian, ISA 315 membolehkan auditor menggunakan asersi


tersebut dengan cara yang berbeda, sepanjang semua aspek yang dibahas di atas
telah tercakup. Asersi-asersi ini dapat digabung seperti pada Tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2 Asersi Gabungan


Asersi Jenis Saldo Akun Penyajian &
Gabungan Transaksi (Account Balances) Pengungkapan
(Classes of (Presentations &
Transactions) Disclosures)
Completeness Completeness Completeness Completeness
Existence Occurrence Existence Occurrence
Accuracy & Accuracy, Rights & Obligation Accuracy,
Cut-off Cut-off, Rights & Obligation,
Classification Classification,
Understandability
Valuation Valuation & Allocation Valuation
Sumber: Tuanakotta, 2013, p. 152 (telah diolah).

2.2 Perbedaan International Standards on Auditing (ISA) dengan Standar


Sebelumnya

Pada tanggal 23 Mei 2012, Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai
(PPAJP) Kementerian Keuangan dan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
melakukan sosialisasi atas standar audit berbasis International Standards on
Auditing (ISA). Indonesia resmi mengadopsi ISA dalam audit laporan keuangan
periode yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2013. Penerapan ISA ini bertujuan
untuk meningkatkan kepercayaan investor global terhadap kualitas informasi
keuangan di Indonesia.

ISA dan standar audit sebelumnya memiliki beberapa perbedaan yang


substantif dan mendasar, diantaranya yaitu ketentuan terkait audit berbasis risiko
dan prosedur evaluasi atas pengendalian internal perusahaan. Standar audit sebelum
ISA tidak mengabaikan faktor risiko. Standar audit tersebut mengenal risiko dan
peranannya dalam suatu audit. Namun, ISA selangkah lebih maju dalam
memberikan penekanan pada faktor risiko. ISA menggunakan konsep risiko dalam
setiap tahap audit, mulai dari pertimbangan antara menerima atau menolak suatu
penugasan audit hingga penerbitan laporan opini audit. Audit yang berbasiskan
pada risiko ini ditekankan oleh ISA melalui prosedur audit yang selalu mengaitkan
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


12

pengendalian internal suatu entitas pada setiap tahapnya. Berbeda dengan standar
audit sebelum ISA yang membuat prosedur audit seolah-olah independen terhadap
hasil evaluasi atas pengendalian internal entitas.

2.3 Akun dan Klasifikasi Transaksi dalam Siklus Pembelian dan


Pembayaran

Tujuan keseluruhan dalam audit siklus pembelian dan pembayaran adalah


untuk mengevaluasi apakah akun yang dipengaruhi oleh transaksi pembelian telah
disajikan dengan wajar dan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Terdapat
3 (tiga) klasifikasi transaksi dalam siklus ini yaitu:

 Akuisisi barang dan jasa


 Pengeluaran kas
 Retur pembelian dan cadangan serta potongan pembelian

Terdapat 10 (sepuluh) akun yang termasuk ke dalam siklus pembelian dan


pembayaran dalam akun T (lihat Gambar 2.1). Sepuluh akun tersebut terlibat dalam
4 (empat) fungsi bisnis pada siklus pembelian dan pembayaran. Masing-masing dari
keempat fungsi tersebut dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Akun dalam Siklus Pembelian dan Pembayaran


Sumber: Arens, Elder dan Beasley, 2012, p. 604 .

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


13

 Pemrosesan pesanan pembelian

Fungsi ini biasanya melibatkan 2 (dua) dokumen yaitu permintaan pembelian


(Purchase Requisition – PR) dan pesanan pembelian (Purchase Order − PO).
PR merupakan surat perintah kepada karyawan yang terotorisasi supaya
melakukan pemesanan pembelian kepada vendor. Sedangkan PO adalah
dokumen yang digunakan untuk memesan barang atau jasa kepada vendor.

 Penerimaan barang dan jasa

Tahap ini merupakan tahapan yang paling kritis dalam siklus pembelian dan
pembayaran karena pada waktu inilah biasanya terjadi perpindahan risiko
(transfer risk) antara pembeli dan penjual. Dokumen yang digunakan sebagai
tanda terima barang biasanya disebut laporan penerimaan (receiving report).
Laporan tersebut mencakup deskripsi barang, kuantitas barang, data yang
diterima, dan data penting lainnya.

 Pengakuan utang

Perusahaan harus berhati-hati dalam mengakui utang karena pencatatan awal


dalam mengakui utang dapat memengaruhi laporan keuangan dan proses
realisasi atas pengeluaran kas. Dokumen yang dilibatkan pada fungsi ini
meliputi faktur vendor (invoice), memo debet, voucher, berkas transaksi
pembelian, jurnal, berkas utama utang dagang, neraca saldo utang dagang, dan
laporan vendor.

 Proses dan pencatatan pengeluaran kas

Pada fungsi ini, saldo akun utang dagang secara langsung berkurang. Dokumen
yang harus diperiksa oleh auditor pada fungsi bisnis ini yaitu cek, berkas
transaksi pengeluaran kas, dan jurnal atau daftar pengeluaran kas.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


14

2.4 Akuntansi terkait Siklus Pembelian dan Pembayaran


2.4.1 Definisi Kewajiban

Pemahaman konsep terkait utang yang terjadi pada proses audit di KAP CE
untuk penugasan pada PT EX mengacu pada Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) Nomor 1 (Revisi 2009) mengenai “kewajiban jangka pendek”.
Menurut PSAK Nomor 1, suatu kewajiban dianggap sebagai kewajiban jangka
pendek jika: (a) entitas mengharapkan akan menyelesaikan kewajiban tersebut
dalam siklus operasi normalnya, (b) entitas memiliki kewajiban tersebut untuk
tujuan diperdagangkan, (c) kewajiban tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan
dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan setelah pelaporan, atau (d) entitas tidak
memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian kewajiban selama
sekurang-kurangnya 12 (dua belas) bulan setelah periode pelaporan. Contoh dari
kewajiban jangka pendek ini yaitu utang dagang dan beberapa akrual.

Kerangka konseptual International Accounting Standards (IAS) paragraf 49


(b) mendefinisikan kewajiban sebagai suatu kewajiban entitas masa kini yang
muncul akibat kejadian masa lalu yang penyelesaiannya membutuhkan adanya arus
keluar atas sumber daya dari entitas tersebut.

2.4.2 Pengakuan Kewajiban

Kerangka konseptual IAS paragraf 91 menjelaskan syarat yang harus


dipenuhi saat mengakui adanya kewajiban. Syarat tersebut, yaitu: adanya
kemungkinan atas keluarnya sumber daya yang dimiliki entitas dan terdapat nilai
yang dapat diandalkan. Godfrey, Hodgson, Tarca, Hamilton, dan Holmes (2010)
menambahkan bahwa jika terdapat kekuatan hukum untuk melakukan klaim, maka
pada saat itulah kewajiban itu muncul. Godfrey, Hodgson, Tarca, Hamilton, dan
Holmes (2010) juga menjelaskan bahwa nilai yang tertera pada kontrak perjanjian
biasanya dapat diandalkan untuk mengukur besar kewajiban suatu entitas.

2.4.3 Definisi Beban

Menurut kerangka konseptual IAS, beban didefinisikan sebagai terjadinya


penurunan manfaat ekonomis selama periode akuntansi dalam bentuk arus keluar

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


15

atau berkurangnya aset atau bertambahnya kewajiban yang menyebabkan


penurunan pada ekuitas (selain ekuitas yang didistribusikan kepada pemilik
ekuitas). Kerangka konseptual ini menegaskan bahwa jika beban tersebut terjadi,
maka aset akan menurun atau kewajiban akan bertambah.

2.4.4 Pengakuan Beban

Beban diakui secara akrual dengan konsep kesesuaian (matching concept).


Kerangka konseptual menyebutkan 2 (dua) kriteria pengakuan beban, yaitu: (a)
terdapat kemungkinan akan adanya manfaat ekonomis di masa mendatang yang
berkaitan dengan suatu item yang keluar dari suatu entitas, dan (b) item ini memiliki
suatu nilai yang dapat diukur secara andal.

Pengukuran suatu beban dapat berbeda dengan beban-beban lain (tergantung


pada jenis beban). Terdapat banyak standar akuntansi yang dapat digunakan untuk
mengukur suatu beban, contohnya seperti IAS 16 yang memperbolehkan
penggunaan konsep penyesuaian (matching concept) untuk pengakuan biaya
barang terjual (cost of good sold), pengakuan secara segera pada beban iklan, dan
sebagainya.

2.4.5 Jurnal Penyesuaian

IFRS dan juga PSAK sama-sama menggunakan dasar akrual (kecuali laporan
arus kas). PSAK 1 tentang Penyajian Laporan Keuangan menjelaskan bahwa ketika
akuntansi berbasis akrual digunakan, entitas mengakui pos-pos sebagai aset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban (unsur-unsur laporan keuangan) ketika
pos-pos tersebut memenuhi definisi dan kriteria pengakuan untuk unsur-unsur
tersebut dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan
(KDPPLK). Terkait hal ini, entitas membutuhkan jurnal penyesuaian atas transaksi-
transaksi tertentu yang diakui terlebih dahulu (accruals) dan yang ditangguhkan
terlebih dahulu (deferrals).

Transaksi yang bersifat ditangguhkan terdiri dari beban dibayar dimuka


(prepaid expenses) dan pendapatan diterima dimuka (unearned revenues).
Sedangkan transaksi yang bersifat akrual terdiri dari pendapatan diakui (accrued
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


16

reveues) dan beban yang diakui (accrued expense). Terdapat akun pada siklus
pembelian dan utang PT EX yang membutuhkan jurnal penyesuaian yaitu beban
dibayar di muka dan akrual.

Beban dibayar di muka didefinisikan sebagai beban yang telah dibayarkan


dan telah dicatat sebagai aset, namun beban tersebut belum digunakan atau belum
dikonsumsi. Contohnya, PT ContohSaja membeli kertas senilai Rp 2.500.000,00
pada tanggal 1 April 2013. Perusahaan melakukan pemeriksaan atas kertas pada
akhir bulan April dan mengetahui bahwa kertas yang tersisa senilai Rp
1.000.000,00. Berikut ini adalah jurnal terkait transaksi tersebut:

1 April 2013 (untuk mencatat pembayaran kertas)


Dr. Perlengkapan – Kertas Rp 2.500.000
Cr. Kas Rp 2.500.000

30 April 2013 (untuk mencatat penggunaan kertas)


Dr. Beban Perlengkapan - Kertas Rp 1.500.000
Cr. Perlengkapan – Kertas Rp 1.500.000
Selanjutnya yaitu penyesuaian terkait akrual. Sebelumnya, Sebagai contoh
asumsikan bahwa PT ContohSaja membayar karyawannya Rp 2.000,00 per hari
untuk periode bulan April 2014. Si Anton, bekerja mulai hari tanggal 28 April 2014
(hari Senin). Namun sesuai kebijakan perusahaan, gaji pertama akan dibayarkan
pada akhir bulan berikutnya. Berikut ini adalah jurnal terkait transaksi tersebut:

30 Apr 2014 (untuk mencatat gaji yang diakui selama 3 hari dari 28 – 30 April
2014 yaitu Rp 6.000)
Dr. Beban Gaji Rp 6.000
Cr. Utang Gaji Rp 6.000

31 Mei 2014 (untuk mencatat pembayaran gaji bulan April dan Mei)
Dr. Utang Gaji Rp 6.000
Dr. Beban Gaji Rp 40.000
Cr. Perlengkapan – Kertas Rp 46.000
*) asumsi terdapat 20 hari kerja pada Bulan Mei 2014

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


17

2.5 Proses Audit

Gambar 2.2 Bagan Proses Audit


Sumber: Tuanakotta, 2013.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


18

Audit berbasis risiko tersirat dalam proses audit (lihat Gambar 2.2). Proses
audit terdiri dari 3 (tiga) tahap audit yang terdiri dari: (a) penilaian risiko, (b)
menanggapi risiko, dan (c) pelaporan. Pada tahap pertama, auditor melaksanakan
prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang
material (RSSM) dalam laporan keuangan. Sedangkan pada tahap kedua, auditor
merancang dan melaksanakan prosedur audit selanjutnya yang dapat menanggapi
RSSM yang telah diidentifikasi dan dinilai pada tahap pertama. Dan pada tahap
terakhir, auditor wajib melaporkan kesimpulan hasil auditnya berdasarkan bukti
audit yang diperoleh. Rincian untuk masing-masing tahapan dijelaskan berikut ini.

2.5.1 Bagian Proses Audit Tahap I: Menilai Risiko

Langkah-langkah pada tahap pertama dalam proses audit dijelaskan pada


bagian di bawah ini.

2.5.1.1 Memutuskan untuk menerima atau menolak penugasan

Pada tahap ini, auditor harus memutuskan apakah sebaiknya menerima atau
menolak penugasan. Sehubungan dengan keputusan ini, auditor harus menentukan
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Proses Menerima atau Menolak Penugasan


Sumber: Tuanakotta, 2013, p. 250 (telah diolah).

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


19

2.5.1.2 Merencanakan audit

Seperti pada baris kedua dari tahap pertama Gambar 2.2, merencanakan audit
ini membutuhkan 3 (tiga) dokumentasi. Masing-masing akan dijelaskan sebagai
berikut:

 Strategi audit menyeluruh

ISA 300 menjadi acuan pada pembahasan terkait strategi audit


menyeluruh. ISA 300 alinea 4 menegaskan tujuan auditor adalah untuk
merencanakan audit sehingga audit tersebut dapat dilaksanakan dengan cara
yang efektif. Perencanaan audit bukanlah suatu tahap yang berdiri sendiri dari
suatu audit. Perencanaan merupakan proses yang berkesinambungan. Proses
kedua audit akan segera dilakukan setelah proses pertama diselesaikan dan
berlangsung terus sampai penyelesaiann audit.

Perencanaan dilakukan pada dua tingkat. Tingkat pertama adalah strategi


audit secara menyeluruh (overall audit strategy). Tingkat kedua adalah rencana
audit terinci (detailed audit plan).

ISA 300 alinea 12 menegaskan bahwa auditor berkewajiban untuk


mendokumentasikan strategi dan rencana auditnya. Isi dokumentasi meliputi
strategi audit menyeluruh, rencana audit terinci, dan setiap perubahan signifikan
yang dibuat selama penugasan audit.

 Materialitas

Konsep materialitas diterapkan pada tingkat laporan keuangan dan tingkat


jenis transaksi, saldo akun, dan pengungkapan. Di ISA, materialitas ini dibahas
pada ISA 320 dan ISA 450. Pada tingkat laporan keuangan, materialitas bersifat
menyeluruh (overall). Sedangkan pada tingkat jenis transaksi, saldo akun, dan
pengungkapan, materialitas bersifat khusus (specific).

Materialitas adalah dasar untuk penilaian risiko dan penentu luasnya


prosedur audit. Pada tahap ini, auditor mempertimbangkan 3 (tiga) materialitas,

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


20

yaitu: (1) overall materiality (OM), (3) specific materiality (SM), dan (3)
performance materiality (PM). OM menunjukkan jumlah terbesar salah saji
dalam laporan keuangan tanpa memengaruhi keputusan ekonomis pengguna
laporan keuangan. Jika semua jumlah salah saji yang tidak dikoreksi (amounts
of uncorrected misstatement) digabungkan memiliki nilai yang lebih besar dari
OM, maka laporan keuangan disalahsajikan secara material. Nilai OM ini
biasanya ditentukan oleh auditor dengan menggunakan persentase dari suatu
acuan. Beberapa nilai yang dapat dijadikan acuan yaitu laba sebelum
remunerasi dan pajak, aktiva lancar, total asset, modal kerja bersih, total
pendapatan, laba kotor, total ekuitas, dan arus kas dari aktivitas operasional.

Materialitas yang kedua yaitu specific materiality (SM). SM menunjukkan


ambang batas (lebih rendah dari OM) yang diterapkan pada jenis transaksi,
saldo akun, atau pengungkapan tertentu. Jika terdapat nilai salah saji di atas nilai
SM (walaupun salah saji tersebut berada di bawah nilai OM), salah saji tersebut
dapat memengaruhi keputusan ekonomis pemakai laporan. Nilai SM ditentukan
berdasarkan kearifan profesional untuk area atau unsur laporan keuangan yang
sensitif.

Materialitas yang ketiga, performance materiality (PM), digunakan oleh


auditor untuk menekan risiko sampai ke titik rendah yang dapat diterima
(appropriately low level). Risiko yang ditekan adalah risiko besarnya salah saji
melampaui angka materialitas. Dalam hal ini, salah saji yang dimaksud adalah
akumulasi salah saji yang tidak dikoreksi entitas dan salah saji yang tidak
teridentifikasi oleh auditor (accumulation of uncorrected and unidentified
misstatements). Nilai PM ini biasanya merupakan persentase dari OM atau SM.

 Diskusi tim audit

ISA yang menjadi acuan pada tahap ini yaitu ISA nomor 240, 300, dan
315. ISA mewajibkan diskusi antara anggota tim penugasan dan partner
mengenai hal-hal yang harus dikomunikasikan kepada anggota tim yang tidak

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


21

terlibat dalam diskusi dengan klien. Gambar 2.4 meringkas hal-hal yang perlu
dipertimbangkan dan dibahas dalam komunikasi tim audit.

Gambar 2.4 Hal-hal yang Dikomunikasin dengan Tim Audit


Sumber: Tuanakotta, 2013, p. 301 (telah diolah).

2.5.1.3 Melaksanakan prosedur penilaian risiko.

ISA yang menjadi acuan adalah ISA 240 dan ISA 315. Prosedur penilaian
risiko diawali dengan pengidentifikasian risiko bawaan. Ada dua jenis risiko yaitu
(1) risiko bisnis, dimana risiko berasal dari kondisi, peristiwa, situasi, tindakan yang
dapat menghalangi perusahaan dalam mencapai tujuan dan (2) risiko kecurangan,
dimana risiko ini berhubungan dengan peristiwa atau kondisi yang terjadi karena
adanya rasionalitas, tekanan, dan peluang untuk melakukan kecurangan. Risiko-
risiko ini dapat diidentifikasi dengan memahami informasi-informasi terkait entitas,
baik itu informasi keuangan maupun non-keuangan yang bersumber dari sumber
internal maupun eksternal. Gambar 2.2 menunjukkan 3 (tiga) dokumentasi pada
tahap ini yang akan dijelaskan sebagai berikut:

 Risiko bisnis & kecurangan, termasuk risiko signifikan

Setelah auditor mengidentifikasi risiko bawaan, langkah selanjutnya


yaitu menilai risiko tersebut, baik itu risiko bisnis maupun risiko kecurangan.
Yang menjadi acuan pada pada pembahasan kali ini yaitu ISA 240 dan ISA
315. Penilaian atas risiko yang diidentifikasi mempertimbangkan dua atribut
yaitu kemungkinan terjadinya salah saji (likelihood) dan besarnya dampak
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


22

moneter yang dihasilkan. Jika diformulasikan, maka rumusnya yaitu sebagai


berikut:

Besarnya risiko = % kemungkinan terjadi x Besar dampak moneter

Risiko signifikan menurut ISA 315.4 yaitu RSSM yang diidentifikasi dan
dinilai, yang menurut pendapat auditor, memerlukan pertimbangan khusus.
Risiko signifikan ini dibahas lebih lanjut pada ISA 240, 315, dan 330. Pada
Gambar 2.5 yang disebut sebagai risiko signifikan adalah hal-hal yang
termasuk ke dalam kotak hitam.

Gambar 2.5 Mengidentifikasi Risiko Signifikan


Sumber: Tuanakotta, 2013, p. 346 (telah diolah).

 Rancangan / implementasi pengendalian internal (PI)

Tahapan ini mencakup evaluasi atas rancangan dan implementasi


pengendalian internal, serta dokumentasinya. ISA 315 merupakan ISA acuan
untuk tahapan ini. ISA 315 alinea 4c menjelaskan bahwa pengendalian internal
adalah proses yang dirancang, diimplementasikan, dan dipelihara oleh Those
Charged with Goverance (TCWG), manajemen, dan karyawan lain untuk
menjamin tercapainya tujuan entitas mengenai keandalan pelaporan keuangan,
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


23

keefektifan dan keefisienan operasional, serta kepatuhan terhadap hukum dan


ketentuan perundang-undangan.

Untuk mengevaluasi PI, auditor terleih dahulu harus memahami PI yang


diterapkan oleh entitas. PI memiliki 5 (lima) komponen untuk tujuan pelaporan
keuangan (financial reporting objectives), yaitu (1) lingkungan pengendalian
(control environment), (2) penilaian risiko (risk assessment), (3) Sistem
informasi (information system), (4) kegiatan pengendalian (control activities),
dan (5) pemantauan (monitoring).

Jika dalam suatu entitas tidak ada banyak kegiatan pengendalian (control
activities) yang bisa diidentifikasi, auditor perlu untuk mempertimbangkan
kemampuan prosedur audit selanjutnya (terutama yang merupakan prosedur
substantif) dalam menangani asersi-asersi yang relevan dan kemungkinan
diperolehnya bukti audit yang cukup dan tepat. Jika keraguan atas hal tersebut
terjadi, auditor perlu mempertimbangkan untuk memodifikasi laporan
auditornya atau mengundurkan diri dari penugasan tersebut.

Setelah memahami PI entitas, auditor bisa mulai mengevaluasi PI.


Terdapat 4 (empat) pertanyaan yang dapat diajukan dalam mengevaluasi PI,
yaitu:
- Risiko apa yang harus dimitigasi?
- Apakah pengendalian yang dirancang manajemen dapat
memitigasi risiko yang diidentifikasi pada pertanyaan pertama?
- Apakah pengendalian yang memitigasi risiko tersebut berfungsi?
- Apakah praktik dari PI tersebut telah didokumentasikan?

Hasil evaluasi terhadap PI selanjutnya dapat dikomunikasikan kepada


TCWG, terutama untuk membahas kelemahan PI. Mengomunikasikan
kelemahan PI ini dibahas pada ISA 265. Menurut ISA 265.10, komunikasi ini
dilakukan secara tertulis kepada TCWG (alinea A14, A20-A21). ISA 260.10
alinea A1-A8 juga menjelaskan apa yang dimaksud dengan TCWG. Those
Charged with Governance (TCWG) adalah orang atau organisasi yang

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


24

memiliki tanggung jawab untuk mengawasi hal-hal srategis dan kewajiban


entitas.

 Nilai RSSM di tingkat laporan keuangan dan asersi

Akhir dari tahap ini yaitu mendokumentasikan risiko yang telah dinilai
pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi. Hasil dari tahap
penilaian risiko ini adalah suatu daftar tentang risiko yang dinilai.

2.5.1.4 Pendokumentasian temuan dan segala perubahan atas rencana audit.

Seluruh tahap pada penilaian risiko harus didokumentasikan, baik rangkuman


penilaian risiko maupun rencana audit serta perubahan atas rencana audit. Terdapat
3 (tiga) cara untuk mendokumentasikan penilaian risiko. Cara yang pertama disebut
dokumen yang berdiri sendiri (stand-alone document). Dengan cara ini, dokumen
dipisahkan dengan dokumen lain. Cara kedua yaitu dengan menggabungkan
dokumentasi rangkuman risiko dengan dokumen yang berisi strategi audit
menyeluruh atau rencana audit terinci. Dan cara yang terakhir yaitu dengan
mendokumentasikan penilaian risiko ke dalam dokumentasi auditor untuk prosedur
audit selanjutnya.

2.5.2 Bagian Proses Audit Tahap II: Menanggapi Risiko

Proses audit tahap II didasari oleh kewajiban auditor dalam menanggapi


risiko seperti yang tertulis pada ISA 330 alinea 5 dan 6. Proses ini bertujuan untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai risiko yang dinilai
(assessed risk).

2.5.2.1 Rencana audit yang tanggap

ISA 260, 300, 330, dan 500 dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat
perencanaan tanggapan audit yang tepat (appropriate responses). Terdapat tiga
langkah umum yang dijalankan auditor dalam menyusun rencana audit yang
tanggap, yaitu: (1) tanggapi risiko yang dinilai pada tingkat laporan keuangan (atau
tanggapan menyeluruh), (2) identifikasi prosedur tertentu yang diperlukan untuk
area laporan keuangan yang material, dan (3) tentukan prosedur audit dan luasnya.
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


25

Dalam merencanakan tanggapan audit yang tepat, auditor juga harus


menentukan luasnya prosedur audit. Luasnya prosedur audit ini tergantung pada
performance materiality (PM). Secara umum, luasnya prosedur audit (seperti
banyaknya sampel atau seberapa rinci prosedur analitikal substantif) akan
meningkat dengan meningkatnya RSSM.

Untuk membuat rencana audit terinci, auditor menggunakan kearifan


profesionalnya (professional judgement) dalam memilih jenis prosedur audit yang
tepat. Prosedur audit yang efektif dapat menurunkan risiko audit ke tingkat rendah
yang dapat diterima (an acceptably low level). Berikut ini adalah beberapa prosedur
yang dapat dipilih oleh auditor:

 Prosedur substantif

Prosedur substantif ada yang bersifat wajib (untuk setiap jenis transaksi,
saldo akun, dan pengungkapan yang material tanpa memperhatikan RSSM
yang dinilai), ada pula yang bersifat tambahan. Prosedur substantif yang
bersifat tambahan digunakan jika terdapat risiko bernilai moderat dan tinggi.
Prosedur substantif tambahan merupakan prosedur yang sama dengan prosedur
substantif yang bersifat wajb, namun prosedur substantif tambahan memiliki
luas prosedur yang lebih besar dan prosedur yang khusus untuk menanggapi
risiko tertentu.

Prosedur substantif yang bersifat wajib meliputi mengecek kelengkapan


rincian dari akun yang merupakan saldo akhir, menganalisis penyebab adanya
fluktuasi dari hasil perbandingan saldo periode berjalan dengan saldo periode
yang lalu, prosedur pisah batas akhir tahun.

 Prosedur analitikal substantif

Pada prosedur ini, auditor mengevaluasi informasi keuangan dengan


menganalisis hubungan antara informasi keuangan dengan nonkeuangan. Dari
informasi nonkeuangan, auditor dapat membangun ekspektasi untuk jumlah

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


26

atau angka yang diperiksa. Kemudian, auditor dapat membandingkan


ekspektasi tersebut dengan jumlah atau angka yang sebenarnya.

 Uji Pengendalian (Test of Control – ToC)

ToC ini dapat dilaksanakan jika pengendalian inti berfungsi secara efektif
untuk memperoleh bukti audit mengenai suatu asersi.

Rencana audit ini harus didokumentasikan. Selanjutnya berdasarkan ISA 260,


rencana audit ini harus dikomunikasikan kepada TCWG.

2.5.2.2 Prosedur audit selanjutnya

Terdapat 3 (tiga) pokok bahaan pada ISA yang menjadi acuan utama dalam
tahap ini, yaitu ISA 330, 505, dan ISA 520. Prosedur audit selanjutnya dirancang
untuk menanggapi risiko yang dinilai pada tingkat asersi. Berikut ini adalah
prosedur audit selanjutnya yang dapat dipilih oleh auditor:

 Prosedur substantif

Prosedur ini dapat digunakan dalam mengumpulkan bukti terkait asersi


dan mendeteksi salah saji material. Prosedur substantif meliputi pemilihan
sampel (saldo akun atau transaksi) yang representatif (dapat mewakili seluruh
populasi) untuk:

o menghitung ulang (recalculate) angka-angka dalam memastikan


keakuratan (accuracy),
o meminta konfirmasi saldo (piutang, rekening bank, investasi, dan lain-
lain),
o memastikan transaksi dicatat dalam periode yang benar (cut-off tests atau
uji pisah batas),
o membandingkan angka-angka antar periode dan membandingkan angka-
angka tersebut dengan angka yang telah diekspektasikan di awal
(analytical procedures),
o menginspeksi dokumen pendukung (seperti faktur atau kontrak penjualan),

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


27

o mengamati eksistensi fisik atas aset yang dicatat (misalnya mengamati


perhitungan persediaan), dan
o mengevaluasi kecukupan penyisihan untuk penurunan nilai piutang atau
persediaan yang usang (obsolete inventory).

 Uji pengendalian (Test of Control – ToC)

ToC digunakan untuk mengumpulkan bukti mengenai keefektifan


pengendalian internal (PI). ToC meliputi pemilihan sejumlah sampel transaksi
atau dokumen pendukung untuk:

o mengamati apakah prosedur PI berfungsi,


o menginspeksi bukti bahwa prosedur PI memang dilakukan,
o menanyakan bagaimana dan kapan PI dilakukan, dan
o mengulangi pelaksanakan (reperform) prosedur PI.

2.5.2.3 Menentukan luasnya pengujian

ISA yang diguakan sebagai acuan dalam pembahasan kali ini yaitu ISA 330,
500, dan 530. Bukti audit yang cukup dan tepat dapat diperoleh dengan memilih
dan memeriksa semua item / item yang spesifik / item yang mewakili populasi.
Untuk pemilihan dan pemeriksaan item yang mewakili populasi, auditor dapat
menggunakan teknik sampling (penyampelan). Ada dua jenis penyampelan yang
biasa digunakan dalam mengaudit, yakni statistical sampling dan non-statistical
sampling (NSS). Dalam statistical sampling, atribut dari sampel adalah sebagai
berikut:

 Sampel dipilih secara acak. Ini berarti bahwa semua item dalam populasi
mempunyai peluang yang sama untuk dipilih,
 Hasilnya dapat dipoyeksikan secara matematis, dimana teori probabilitas dapat
digunakan untuk mengevaluasi hasil dari sampel tersebut, termasuk risiko
penyampelannya.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


28

Sedangkan NSS, merupakan jenis penyampelan yang tidak menggunakan dua


atribut di atas. Untuk menentukan banyaknya sampel dalam prosedur substantif,
auditor dapat mengikuti langkah-langkah berikut ini:

 Menentukan confidence factor (CF)

Dalam merancang uji substantif, auditor dapat memanfaatkan 3 (tiga)


tingkat pengurangan risiko, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Tingkatan ini
berdasarkan pada CF yang digunakan dalam memilih sampel. Makin tinggi CF,
maka makin banyak sampel yang diambil, dan makin tinggi tingkat
pengurangan risiko. Tabel 2.3 menunjukkan CF dengan tingkat penurunan
risikonya.

Tabel 2.3 Tingkat Pengurangan Risiko dan Nilai Confidence Factor (CF)
Penurunan Risiko Confidence Level Confidence
Factor (CF)
Tinggi 95% 3,0
Sedang 80-90% 1,6 – 2,3
Rendah 65-75% 1,1 – 1,4
Sumber: Sumber: Tuanakotta, 2013, p. 466 (telah diolah).

 Menentukan interval penyampelan (sampling interval)

Interval penyampelan adalah jarak antara satu sampel dengan sampel


berikutnya. Untuk menghitung interval penyampelan, auditor menggunakan
konsep Performance Materiality (PM), salah saji yang dapat ditoleransi
(tolerable misstatement), dan confidence factor (CF). Salah saji yang dapat
ditoleransi ini didefinisikan sebagai batas salah saji gabungan dalam
keseluruhan laporan keuangan yang tidak menyebabkan laporan keuangan
tersebut menjadi salah saji material. Nilai dari salah saji yang dapat ditoleransi
bisa berjumlah sama dengan PM atau lebih rendah dari PM. Berikut ini adalah
rumus untuk menghitung interval penyampelan:

𝑃𝑀 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑇𝑜𝑙𝑒𝑟𝑎𝑏𝑙𝑒 𝑀𝑖𝑠𝑠𝑡𝑎𝑡𝑒𝑚𝑒𝑛𝑡


𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙 =
𝐶𝑜𝑛𝑓𝑖𝑑𝑒𝑛𝑐𝑒 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


29

 Menghitung ukuran sampel

Ukuran sampel atau sample size dapat dihitung dengan rumus:

𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑡𝑜 𝑏𝑒 𝑇𝑒𝑠𝑡𝑒𝑑
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒 𝑆𝑖𝑧𝑒 =
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑙𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙

Setelah auditor memilih sampel dan memeriksa sampel, auditor dapat


memproyeksikan salah saji menjadi salah saji populasi dari hasil pemeriksaan
sampel. Tabel 2.4 menunjukkan contoh perhitungan dalam memproyeksikan
salah saji menjadi salah saji populasi.

Tabel 2.4 Contoh Perhitungan Proyeksi Salah Saji


Nilai yang
Nilai yang Diaudit Salah Saji Persentase Salah Saji
Tepat
500 400 100 20%
13.500 8.250 5.250 38,89%
600 10.050 9.450 -1.575%
Total % kesalahan (jumlah persentase salah saji) -1516,1111%
Rata-rata % salah saji = -1..516,1111% ÷ 50 (ukuran
-30,3222%
sampel)
Salah saji yang diproyeksikan = -30,3222% x
-75.805,56
250.000 populasi
Sumber: Sumber: Tuanakotta, 2013, p. 471 (telah diolah).

2.5.2.4 Mendokumentasikan pekerjaan audit

Pendokumentasian pekerjaan audit dapat mengacu pada ISA 230 dan 500.
Berdasarkan ISA 230.8, auditor wajib membuat dokumentasi audit yang cukup.
Dokumentasi audit dapat dinyatakan cukup jika auditor yang berpengalaman
maupun auditor yang tidak berpengalaman dalam suatu penugasan dapat
memahami hal-hal berikut ini:

 Sifat, waktu, dan luasnya prosedur audit yang dilaksanakan sesuai ISA dan
ketentuan perundang-undangan teerkait;
 Hasil dari prosedur audit yang dilaksanakan dan bukti audit yang diperoleh;

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


30

 Hal-hal signifikan yang ditemukan dalam audit, kesimpulan hasil audit, dan
kearifan professional (professional judgments) signifikan yang diterapkan
dalam menarik kesimpulan.

2.5.3 Bagian Proses Audit Tahap III: Pelaporan

Tahap terakhir dari proses audit adalah pelaporan. Terdapat 3 (tiga) prosedur
utama pada tahap ini yaitu mengevaluasi bukti audit, merumuskan opini auditor,
dan melakukan komunikasi dengan TCWG.

2.5.3.1 Mengevaluasi bukti audit

Pada tahap ini, auditor mengevaluasi kecukupan dan ketepatan bukti audit.
Hasil evaluasi ini diharapkan dapat membantu auditor dalam menarik kesimpulan
yang layak sehingga dapat menjadi dasar perumusan opini audit. Pembahasan kali
ini mengacu pada ISA 220, 330, 450, 520, dan 540.

2.5.3.2 Merumuskan opini audit

Acuan pada pembahasan kali ini adalah ISA 700 dan 700.6. Terdapat 2 (dua)
jenis kerangka bertujuan umum (General Purpose Frameworks), yaitu fair
presentation framework (kerangka yang patuh terhadap IFRS, PSAK, atau
kerangka pelaporan keuangan lainnya) dan compliance framework (kerangka yang
patuh terhadap ketentuan perundang-undangan). Tulisan ini hanya akan membahas
jenis pertama yaitu fair presentation framework dikarenakan penugasan audit yang
dibahas pada tulisan ini patuh pada IFRS dan PSAK. Gambar 2.6 menjelaskan alur
perumusan opini audit untuk fair presentation framework.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


31

Gambar 2.6 Merumuskan Opini (untuk Fair Presentation Framework)


Sumber: Tuanakotta, 2013, p. 516 (telah diolah).

2.5.3.3 Komunikasi dengan TCWG

ISA 260, 265, dan 450 memberikan petunjuk mengenai bagaimana


berkomunikasi dengan TCWG. Isi dari komunikasi dengan TCWG setidaknya
memuat:

 Tanggung jawab auditor (pada penugasan audit atas laporan keuangan),


 Lingkup audit yang direncanakan dan kapan audit dilaksanakan, dan
 Temuan-temuan audit yang signifikan.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


BAB 3
GAMBARAN UMUM TEMPAT MAGANG

Pada bab ini, penulis akan menjelaskan gambaran singkat tentang tempat penulis
melakukan magang, yaitu KAP CE dan PT EX. KAP CE merupakan salah satu
kantor akuntan publik terbesar di Indonesia. Penulis melakukan magang di KAP
CE mulai 29 Desember 2014 hingga 3 April 2015. Karena KAP CE merupakan
perusahaan yang berbasis klien, penulis melakukan tugasnya berdasarkan klien
yang akan diaudit. Oleh karena itu, laporan magang ini secara khusus membahas
prosedur audit KAP CE untuk penugasan di salah satu klien yang pernah dipegang
penulis, yaitu PT EX. Seperti yang telah disampaikan pada Bab 1, penulis memilih
PT EX untuk diangkat pada laporan magang ini karena penulis menemukan
beberapa temuan ketika melakukan proses audit di PT EX. Sehingga laporan
magang ini diharapkan dapat memberikan suatu wawasan baru terkait prosedur
audit di salah satu KAP dan juga pandangan atas sistem akuntansi yang digunakan
oleh salah satu perusahaan di Indonesia.

3.1 Profil Kantor Akuntan Publik KAP CE

KAP CE merupakan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan KAP CE


Global. KAP CE merupakan salah satu dari empat firma jasa profesional dan
akuntansi terbesar di dunia (The Big Four). KAP CE Global yang bermarkas di
London kini memiliki sekitar 180.000 karyawan yang tersebar di 158 negara. KAP
CE Indonesia sendiri telah berjalan selama 40 tahun dan memiliki kantor pusat yang
terletak di daerah Kuningan, Jakarta.

3.1.1 Nilai-nilai

KAP CE memiliki nilai-nilai yang diterapkan sebagai landasan budaya KAP


CE Global. Nilai-nilai tersebut terangkum menjadi 3 (tiga) nilai berikut:

 Excellence. KAP CE memberikan nilai yang lebih dari apa yang diharapkan
klien. KAP CE mencapai tingkat excellence melalui inovasi, pembelajaran, dan
cekatan.

32 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


33

 Teamwork. Bagi KAP CE, solusi terbaik dapat muncul ketika bisa bekerja
efektif dengan baik bersama kolega dan klien. Kerja tim yang efektif dapat
terwujud melalui hubungan yang baik, saling menghormati, dan saling berbagi.
 Leadership. KAP CE percaya bahwa kepemimpinan dapat terwujud dengan
keberanian, integritas, dan visi yang dapat memotivasi.

Ketiga landasan ini digunakan KAP CE untuk mengantarkan nilai-nilai


kepada pihak eksternal dan internal.

3.1.2 Jasa Profesional yang diberikan

Jasa-jasa yang ditawarkan oleh KAP CE dibagi menjad 3 (tiga) bidang, yaitu:

 Assurance

Lini jasa assurance bertujuan untuk meningkatkan kualitas informasi dari


suatu laporan keuangan bagi pengguna laporan keuangan tersebut guna
membuat keputusan. Lini jasa ini memastikan laporan keuangan patuh terhadap
regulasi dan persyaratan pelaporan lain dengan mempertimbangkan tata kelola
perusahaan dan pengendalian internal perusahaan. Di KAP CE Indonesia, lini
jasa ini membagi industri menjadi 3 (tiga) grup:

o Energy, Utilities & Mining (EUM)


Klien yang termasuk ke dalam grup ini adalah perusahaan yang
bergerak dalam bidang pertambangan, minyak dan gas, serta industri yang
memenuhi kebutuhan masyarakat banyak, seperti perusahaan penyedia air
ledeng dan listrik.
o Financial Services (FS)
Grup ini mencakup perusahaan yang bergerak dalam industri
perbankan, asuransi, sekuritas, dan lainnya.
o Consumer and Industrial Products Services − Technology, Information
Communications, Entertainment and Media (CIPS – TICE)
Grup ini mencakup 2 (dua) kelompok besar industri, yaitu CIPS yang
mewakili perusahaan manufaktur dan TICE yang mewakili industri yang

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


34

tidak dapat digolongkan ke dalam grup EUM, FS, dan CIPS, seperti klien
yang bergerak dalam industri telekomunikasi, informasi, komunikasi, dan
hiburan.

 Tax

Lini jasa tax membantu klien untuk memenuhi kewajiban perpajakannya


dengan berperan sebagai konsultan perpajakan. Lini jasa ini juga membantu
klien untuk menangani isu seperti transfer pricing, akuisisi, manajemen
perpajakan, dan sebagainya.

 Advisory

Lini jasa advisory berperan sebagai konsultan klien untuk membuat


perencanaan yang matang dan mengeksekusi perencanaan strategis klien
supaya tujuan bisnis klien dapat tercapai secara efektif dan efisien. Jasa yang
ditawarkan pada lini jasa ini mencakup jasa internal audit, jasa forensik,
corporate valuation, dan jasa strategis lainnya.

3.1.3 Buku Panduan Audit KAP CE

Metodologi audit di KAP CE disebut sebagai KAP CE Audit Guide (KAG).


Metodologi ini berdasarkan pada International Standards on Auditing (ISA) dengan
kebijakan dan panduan dari KAP CE Global yang lebih spesifik. KAG ini
menjelaskan metodologi KAP CE dan menyediakan pendekatan audit yang
terstandarisasi untuk dipatuhi oleh seluruh KAP CE di dunia. Dengan KAG inilah
KAP CE menjaga kualitas auditnya di seluruh KAP CE Global. Singkatnya, KAG
adalah suatu referensi yang komprehensif tentang bagaimana melakukan audit
dengan mematuhi ISA dan panduan serta kebijakan KAP CE.

3.2 Profil Perusahaan PT EX

Prosedur penugasan audit yang dituliskan pada laporan magang ini adalah
prosedur penugasan audit pada PT EX. Berikut ini merupakan profil singkat terkait
PT EX.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


35

3.2.1 Informasi Umum

PT EX pertama kali berdiri pada tanggal 16 Juli 2007. PT EX (selanjutnya


disebut “perusahaan”) adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan
kemasan plastik. PT EX menyediakan pelanggannya suatu jasa pelayanan terpadu
dari perancangan produk, pembuatan hingga pengiriman kemasan. Selain
memproduksi kemasan, perusahaan yang memiliki pegawai tetap kurang lebih 550
pegawai ini juga menyediakan perangkat promosi, seperti segel, kotak makan, serta
mainan plastik.

PT EX memiliki visi untuk menjadi perusahaan penyedia kemasan plastik


yang terkemuka dan terpercaya dengan kualitas produk yang baik, inovatif, dan
manajemen yang berkomitmen. Untuk mencapai visi tersebut, PT EX memiliki misi
yaitu menciptakan proses bisnis yang efektif dan efisien, serta mencipakan
lingkungan kerja yang dinamis melalui pengembangan kualitas dan produktivitas
sumber daya manusia.

3.2.2 Produk yang Diproduksi

PT EX merupakan perusahaan yang memproduksi kemasan plastik dan


perangkat promosi. Perusahaan yang berdiri pada tahun 2008 ini menyediakan jasa
pelayanan terpadu mulai dari perancangan, pembuatan kemasan, hingga
pengiriman kemasan. Kemasan tersebut digunakan untuk mengemas makanan,
minuman, deterjen, dan sebagainya. Pabrik PT EX berlokasi di Jatake, Tangerang.

Dalam operasionalnya, PT EX menggunakan teknologi yang modern dan


termutakhir untuk menjamin kualitas produk dan menjaga efisiensi operasional.
Semua proses operasional PT EX mengikuti ISO Quality Management System dan
standar lingkungan kerja. Hingga kini, PT EX mendapatkan 2 (dua) sertifikasi,
yaitu ISO 9001-2008 dan UKAS Quality Management 005.

Semua produk yang ditawarkan PT EX terbuat dari plastik. Produk-produk


tersebut dibagi menjadi dua jenis produk, yaitu:

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


36

 Packaging

Produk yang termasuk ke dalam produk ini adalah food packaging dan
non-food packaging. Food packaging meliputi kemasan untuk es krim, biskuit
dan wafer. Sedangkan non-food packaging meliputi kemasan selain kemasan
untuk produk makanan, seperti kemasan untuk deterjen, bedak tabur, dan sabun.

 Promotional Item

Produk dalam kelompok ini adalah produk yang bukan untuk dijadikan
sebagai kemasan. Produk yang termasuk ke dalam jenis ini meliputi, botol
tempat minum, piring plastik, gelas plastik, tempat makanan dan segel.

3.2.3 Regulasi dan Faktor Eksternal

Terdapat beberapa regulasi yang mengikat PT EX, yaitu (1) upah minimum
regional 2014 yang baru ditetapkan oleh Gubernur DKI Jakarta senilai Rp
2.441.000,00 atau meningkat Rp 241.000,00 dari sebelumnya, (2) UU
Ketenagakerjaan no. 13 tahun 2003 yang mengubah kebijakan perusahaan terkait
imbalan kerja, (3) UUPT no. 40 tahun 2007, (4) PP no. 74 tahun 2011 tentang Tata
Cara Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan, (5) Undang-undang
Pajak Penghasilan, (6) International Financial Reporting Standards IFRS) yang
digunakan untuk group reporting, dan (7) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) untuk local statutory reporting.

Faktor eksternal lain yang memengaruhi perusahaan adalah tingkat inflasi dan
nilai pertukaran mata uang. Tingkat inflasi pada Desember 2014 cenderung
menurun dibandingkan dengan Desember 2013. Untuk foreign exchange rate,
rupiah cenderung melemah di tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013. Nilai
tukar rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) pada 31 Desember 2014
sebesar Rp 12.440, sedangkan pada 31 Desember 2013 sebesar Rp 12.189,00
(dengan menggunakan kurs tengah BI).

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


37

3.2.4 Struktur Kepemilikan dan Struktur Organisasi

PT EX tidak memiliki aktivitas investasi. Seluruh pendanaan PT EX


bersumber dari modal pemegang saham. Pada 31 Desember 2014, struktur
kepemilikan PT EX terinci sebagai berikut:

Tabel 3.1 Struktur Kepemilikan PT EX

POSISI KEPEMILIKAN (%)


Y CO (Perusahaan swasta di Belgia) 50%
Manajer Pembelian dan Penggajian 19%
Manajer Umum 12,5%
Individu 18,5%
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Perusahaan memiliki struktur organisasi yang menggunakan two tier system


dengan 2 (dua) orang Komisaris (salah satunya adalah Presiden Komisaris) dan 2
(dua) orang Direktur (salah satunya adalah Presiden Direktur).

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT EX


Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Divisi Quality Management System (QMS) berperan sebagai internal audit


perusahaan. Setiap 6 (enam) bulan sekali, QMS akan melakukan audit dan

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


38

melaporkan temuannya pada Laporan Audit Internal. Kemudian, Laporan Audit


Internal dilaporkan kepada dewan direksi.

3.2.5 Kebijakan Akuntansi

Laporan keuangan Perusahaan mengikuti Peraturan Satuan Akuntansi


Keuangan (PSAK). Pembelian diakui dan dicatat perusahaan berdasarkan tanggal
faktur pembelian. Begitu pula dengan penjualan, dicatat berdasarkan tanggal faktur
penjualan. Transaksi yang dilakukan oleh PT EX sebagian besar merupakan
transaksi dengan pihak ketiga sehingga isu transaksi dengan pihak berelasi sangat
terbatas.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


BAB 4
PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas prosedur audit yang dilakukan oleh KAP CE pada
penugasan audit untuk laporan keuangan PT EX periode 1 Januari 2014 sampai
dengan 31 Desember 2014. Penugasan audit ini merupakan penugasan audit yang
pertama bagi KAP CE dalam mengaudit PT EX. Penugasan audit ini diinstruksikan
oleh KAP CE Belgia yang mengaudit Y CO (Y Corporation− perusahaan induk PT
EX) untuk ditujukan kepada KAP CE Indonesia.

Selama penugasan, penulis banyak ditugaskan untuk menyelesaikan beberapa


prosedur pada siklus pembelian dan utang. Oleh karena itu, pembahasan pada
laporan magang ini hanya terbatas pada prosedur audit untuk siklus pembelian dan
utang di PT EX. Pembahasan pada bab ini terbagi menjadi 3 (tiga) bagian. Bagian
awal bab ini akan menjelaskan praktik prosedur audit KAP CE untuk penugasan di
PT EX. Prosedur ini akan dijelaskan secara urut mulai dari aktivitas perencanaan
hingga penyelesaian. Prosedur audit yang dituliskan pada bab ini berdasarkan
praktik audit dari KAP CE. Selanjutnya, bab ini akan membahas analisis singkat
penulis atas pengendalian di PT EX. Dan terakhir, bab ini akan membahas hasil
evaluasi penulis atas praktik audit di KAP CE.

4.1 Praktik Audit KAP CE


4.1.1 Bagian Proses Audit Tahap I: Aktivitas Perencanaan

Terdapat beberapa langkah dalam aktivitas perencanaan proses audit. Berikut


ini merupakan penjelasan atas praktik audit KAP CE pada aktivitas perencanaan:

4.1.1.1 Memutuskan untuk menerima atau menolak penugasan

Pada tahap ini, KAP CE mengacu pada International Standard on Quality


Control (ISQC 1) 1. ISQC 1 ini menuntut KAP untuk hanya menerima (atau
melanjutkan) penugasan jika kondisi pada Gambar 2.3 terpenuhi. ISQC juga
menuntut KAP untuk memahami kemungkinan terjadinya benturan kepentingan
beserta isu dan solusinya pada suatu penugasan. Acceptance & Continuance

39 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


40

Process & System (A&C) dirancang oleh KAP CE untuk memenuhi hal tersebut.
A&C juga membantu auditor dalam mengaitkan risiko serta tindakan untuk
memitigasinya.

Tahun 2014 adalah tahun pertama PT EX diaudit oleh KAP CE. Oleh karena
itu, KAP CE harus memahami dengan baik segala faktor yang berpengaruh pada
suatu penugasan sebelum memutuskan untuk menerima atau menolak penugasan
dari PT EX. Pada tanggal 5 Desember 2014, Engagement Leader (EL), Manager,
dan Senior In-charge (SIC) mewakili tim audit untuk bertemu dengan dewan
direksi dari PT EX. Dalam pertemuan tersebut, tim audit mendapatkan beberapa
informasi terkait penugasan. Hasil dari pertemuan tersebut dievaluasi dengan A&C
dan didokumentasikan dalam Financial Risk Assessment System (FRISK).

FRISK PT EX menyimpulkan bahwa KAP CE memiliki SDM, waktu, dan


kompetensi yang memadai dalam menjalankan penugasan tersebut. Selain itu, KAP
CE juga bersifat independen terhadap PT EX sehingga tidak menimbulkan adanya
benturan kepentingan. Selanjutnya, berdasarkan evaluasi pada A&C, KAP CE
menilai bahwa tidak terdapat risiko yang diidentifikasi saat proses A&C pada PT
EX.

Dengan kesimpulan tersebut, KAP CE memutuskan untuk menerima


penugasan dari PT EX dalam mengaudit laporan keuangan PT EX periode 1 Januari
2014 hingga 31 Desember 2014.

4.1.1.2 Mempersiapkan untuk perencanaan

ISA 220.A13 mengharuskan adanya diskusi antar anggota penugasan yang


lebih berpengalaman dengan yang belum berpengalaman. Untuk mewujudkan hal
ini, tim penugasan KAP CE melakukan rapat internal pertama dengan EL pada
tanggal 15 Desember 2014 untuk mendiskusikan langkah-langkah kunci dalam
melakukan audit. Hasil rapat ini didokumentasikan dalam dokumen yang disebut
Summary Minutes of Meeting. Dalam rapat pertama tersebut, tim audit juga
menerima informasi tentang tingkat materialitas grup yang dialokasikan oleh KAP
CE Belgia (setelah disepakati oleh Y CO, perusahaan induk dari PT EX − Y

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


41

Corporation) kepada PT EX. Berikut ini adalah tabel materialitas yang telah
dialokasikan oleh KAP CE Belgia untuk audit PT EX oleh KAP CE Indonesia:

Tabel 4.1 Materialitas Alokasi Grup


Overall Materiality Performance Summary of Uncorrected
(OM) Materiality Misstatement
(PM) (SUM)

Rupiah 1.777.000.000 1.332.750.000 177.700.000

Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Pada tahap ini, tim juga menentukan apakah penugasan audit kali ini
merupakan audit terhadap entitas kepentingan publik (Public Interest Entity–PIE)
atau audit terhadap bukan entitas kepentingan publik (Non-Public Interest
Etity−non-PIE). Dan penugasan pada PT EX merupakan penugasan non-PIE.

4.1.1.3 Penugasan audit awal

Karena tahun 2014 merupakan tahun pertama PT EX diaudit oleh KAP CE,
tim audit menambahkan satu prosedur pada aktivitas perencanaan yaitu prosedur
“penugasan audit awal”. Prosedur ini diatur pada ISA 510, dimana auditor harus
memperoleh bukti audit yang cukup tentang:

 pengaruh salah saji pada saldo awal (saldo akhir pada tahun 2013) terhadap
periode laporan keuangan saat ini,

 kebijakan akuntansi yang diterapkan pada saldo awal secara konsisten


diaplikasikan pada laporan keuangan saat ini.

Untuk memenuhi hal tersebut, tim audit mengirimkan surat profesional kepada
auditor sebelum KAP CE (auditor PT EX untuk tahun 2013). Selain itu, tim audit
juga berdiskusi dengan manajemen PT EX dan KAP CE cabang Belgia untuk
membahas alasan PT EX mengganti auditor independennya. Dari hasil komunikasi
tersebut, KAP CE menyimpulkan bahwa pergantian auditor untuk PT EX

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


42

disebabkan karena perubahan struktur pemegang saham. Pada tahun 2014,


pemegang saham mayoritas di PT EX adalah Y CO, perusahaan Belgia yang juga
menjadi klien KAP CE cabang Belgia. Oleh karena itu, manajemen Y CO dan PT
EX sepakat untuk menggunakan KAP CE cabang Indonesia dalam mengaudit
laporan keuangan PT EX tahun 2014.

KAP CE juga menelaah laporan audit PT EX tahun 2013 untuk mendapatkan


keyakinan yang tepat terkait saldo awal. Dalam melakukan penelaahan ini, KAP
CE menekankan pada opini auditor PT EX tahun 2013 dan hal-hal signifikan yang
masih belum terselesaikan pada tahun 2014. Dari hasil penelaahan, KAP CE
menyimpulkan bahwa tidak terdapat dampak signifikan yang memengaruhi saldo
awal dan yang memengaruhi kebijakan akuntansi.

4.1.1.4 Prosedur awal

Pada tahap ini, Surat Penugasan (Audit Engagemet Letter) akan ditandatangani
oleh Partner. Namun, sebelum itu, tim auditor harus menjamin independensinya
dalam mematuhi peraturan yang berlaku. Penugasan audit yang dilakukan terhadap
perusahaan non-PIE seperti PT EX mematuhi IESBA Code of Ethics. Kode etik
tersebut melarang suatu penugasan audit dilakukan oleh EL dan Partner yang sama
selama lebih dari 7 (tujuh) kali dan 3 (tiga) kali berturut-turut. Tahun 2014
merupakan tahun pertama Partner dan EL mengaudit PT EX sehingga tidak
dibutuhkan adanya rotasi EL maupun Partner demi mematuhi kode etik tersebut.

Selain hal tersebut, auditor juga dilarang melanggar syarat independensi lain
tentang adanya hubungan keluarga, adanya kepentingan finansial, dan sebagainya.
Dalam memenuhi hal tersebut, KAP CE memiliki kebijakan manajemen risiko yang
mengharuskan seluruh anggota penugasan audit (dari Signing Partner hingga
Interns) PT EX harus menandatangani surat pernyataan independensinya terhadap
PT EX. Setelah semua konfirmasi independensi terkumpulkan, Surat Penugasan
Audit dapat ditandatangi oleh Partner.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


43

4.1.1.5 Mengidentifikasi risiko

Prosedur penilaian risiko digunakan untuk mengidentifikasi dan menilai risiko


salah saji pada tingkat laporan keuangan maupun asersi. Risiko salah saji material
terdiri dari dua komponen yaitu risiko bawaan (inherent risk) dan risiko
pengendalian (control risk). Pengidentifikasian risiko ini membutuhkan 9
(sembilan) langkah berikut:

a Memahami Entitas dan Lingkungan Entitas


KAP CE membangun persepsi terhadap risiko suatu bisnis melalui riset
dan analisis terkait entitas dan lingkungan entitas. Riset dan analisis tersebut
bersumber dari berbagai referensi, seperti pengetahuan manajemen dan
beberapa sumber eksternal lain. KAP CE juga bisa melakukan diskusi dengan
pihak yang memegang peran penting dalam entitas tersebut. Menurut ISA
315.11a, auditor harus memperoleh pemahaman terkait entitas dan aspek
lingkungan yang memengaruhi bisnis entitas. Berikut ini adalah uraian terkait
hal tersebut:

ISA 315.A24: Aktivitas Operasional

PT EX pertama kali berdiri pada tanggal 16 Juli 2007. PT EX merupakan


perusahaan yang bergerak dalam bidang pembuatan kemasan plastik. PT EX
menyediakan suatu pelayanan terpadu dari perancangan produk, pembuatan
hingga pengiriman kemasan. Selain memproduksi kemasan, perusahaan yang
memiliki pegawai tetap kurang lebih 550 pegawai ini juga menyediakan
perangkat promosi, seperti segel, kotak makan, serta mainan plastik.

PT EX memiliki visi untuk menjadi perusahaan penyedia kemasan


plastik yang terkemuka dan terpercaya dengan kualitas produk yang baik,
inovatif, dan manajemen yang berkomitmen. Untuk mencapai visi tersebut, PT
EX memiliki misi yaitu menciptakan proses bisnis yang efektif dan efisien, serta
menciptakan lingkungan kerja yang dinamis melalui pengembangan kualitas
dan produktivitas sumber daya manusia.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


44

Dalam proses bisnisnya, perusahaan menggunakan teknologi terkini


untuk menjaga kualitas produk dan efisiensi biaya. Semua proses produksi PT
EX mematuhi sistem manajemen kualitas dari International Standardization
Organization (ISO). Selain itu, PT EX berkomitmen untuk selalu menggunakan
bahan-bahan yang ramah lingkungan dan patuh terhadap United States Food &
Drug Administration (US FDA). Hingga kini, PT EX telah mendapatkan 2 (dua)
sertifikasi, yaitu ISO 9001-2008 dan UKAS Quality Management 005.

PT EX memiliki transaksi yang sedikit dengan pihak berelasi. Semua


penjualan PT EX merupakan transaksi dengan pihak ketiga. Saat ini, kantor
pusat PT EX berada di Jakarta, sedangkan pabriknya berlokasi di Tangerang.

ISA 315.A23: Tata Kelola Perusahaan dan Struktur Kepemilikan

Berdasarkan akta notaris tanggal 16 Oktober 2014, struktur kepemilikan


PT EX terangkum sebagai berikut:

Tabel 4.2 Struktur Kepemilikan PT EX


Pemegang Saham Persentase Kepemilikan
Y CO (Perusahaan Swasta di Belgia) 50%
Manajer Pembelian dan Penggajian 19%
Manajer Umum 12,5%
Individu (keluarga direktur) 18,5%
Total 100%
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Struktur organisasi perusahaan menggunakan two tier system dengan 2


(dua) orang Komisaris (salah satunya adalah Presiden Komisaris) dan 2 (dua)
orang Direktur (salah satunya adalah Presiden Direktur).

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


45

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT EX


Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Divisi Quality Management System (QMS) berperan sebagai internal


audit perusahaan. Setiap 6 (enam) bulan sekali, QMS melakukan audit dan
melaporkan Laporan Audit Internal kepada dewan direksi.

ISA 315.A24: Aktivitas Investasi dan Pendanaan

Mulai tahun 2014, PT EX mengandalkan dana suntikan modal dari Y


CO untuk mendukung aktivitas bisnis dan melakukan ekspansi bisnis. Hal ini
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, di mana PT EX hanya mengandalkan
pinjaman jangka pendek dari bank,

ISA 315.11 (e): Indikator kunci atas kinerja entitas (Key Performance
Indicator)

Indikator kunci yang diterapkan perusahaan pada tahun 2014 adalah


EBITDA (earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization). Hal
ini disebabkan karena Y CO menuntut PT EX untuk mencapai EBITDA
minimal. Dan jika PT EX tidak mampu mencapai EBITDA minimal, maka dana
jaminan PT EX tidak akan dikembalikan oleh Y CO.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


46

ISA 315.A17: Lingkungan Industri

Industri plastik di Indonesia merupakan industri yang terus berkembang


sejalan dengan meningkatnya tingkat mobilitas masyarakat. Dengan tingkat
mobilitas yang tinggi, masyarakat cenderung membeli barang yang mampu
mendukung mobilitas mereka, seperti kotak makan, botol minuman, dan
sebagainya. Dalam bisnisnya, PT EX juga tidak memiliki begitu banyak
kompetitor. Di lain sisi, pelanggan PT EX merupakan perusahaan Fast-moving
Consumer Goods (FMCG) dan peritel. Walaupun PT EX memiliki pelanggan
yang sedikit, setiap transaksi yang dilakukan dengan pelanggan-pelanggan
tersebut memiliki nilai yang besar.

PT EX menggunakan plastik sebagai bahan baku produknya. Harga


plastik di tahun 2014 cenderung menurun jika dibandingkan dengan harga
plastik di tahun 2013. Berikut ini merupakan grafik yang menunjukkan
perbandingan harga bahan baku plastik, yaitu HDPE (High Density
Polyethylene) dan LDPE (Low Density Polyethylene), di tahun 2013 dan 2014:

1,800
Harga LDPE (USD per juta ton)

1,700

1,600

1,500
2013

1,400 2014

1,300

1,200
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov
Bulan

Gambar 4.2 Harga Low Density Polyethylene (LDPE) Tahun 2013 - 2014
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


47

1,700

Harga HDPE (USD per juta ton)


1,600

1,500

1,400
2013
2014
1,300

1,200

1,100
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sept Okt Nov Des
Bulan

Gambar 4.3 Harga High Density Polyethylene (HDPE) Tahun 2013 - 2014
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

ISA 315.A19: Regulasi yang Berlaku

Terdapat beberapa regulasi yang mengikat PT EX, yaitu (1) upah


minimum regional 2014 yang ditetapkan oleh Gubernur DKI Jakarta senilai Rp
2.441.000,00 (meningkat Rp 241.000,00 dari sebelumnya), (2) Undang-undang
Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003, (3) Undang-undang Perseroan Terbatas
Nomor 40 tahun 2007, (4) PP Nomor 74 tahun 2011 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Hak dan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan, (5) Undang-undang
Pajak Penghasilan, (6) International Financial Reporting Standards (IFRS)
yang digunakan untuk group reporting, dan (7) Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) untuk statutory reporting.

ISA 315.A22: Faktor Eksternal lain

Faktor eksternal lain yang memengaruhi perusahaan adalah nilai tukar


rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) dan tingkat inflasi. Nilai tukar
rupiah cenderung melemah di tahun 2014 dibandingkan dengan tahun 2013.
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


48

Pada 31 Desember 2014, nilai tukar Rupiah terhadap USD mencapai Rp


12.440,00. Nilai tersebut meningkat Rp 251,00 dibandingkan dengan nilai tukar
rupiah pada tanggal 31 Desember 2013 yang sebesar Rp 12.189,00 (dengan
menggunakan kurs tengah BI). Berikut ini merupakan pergerakan nilai tukar
Rupiah terhadap USD:

13,000
Terhadap USD (Rp)
Nilai Tukar Rupiah

12,500
12,000
11,500
11,000
10,500 2013
10,000 2014
9,500
9,000
Apr

Nov
Jan
Feb
Mar

Sept
Okt
Jun
Jul
Agust
Mei

Des
Bulan

Gambar 4.4 Nilai Tukar Rupiah Terhadap USD (Berdasarkan Kurs BI)
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Selain nilai tukar Rupiah terhadap USD, PT EX sebagai pelaku ekonomi


tentunya dipengaruhi oleh tingkat inflasi. Tingkat inflasi tahun 2014 cenderung
lebih fluktuatif dibandingkan dengn tahun 2013 (lihat Gambar 4.4).

10.00%
Tingkat Inflasi

8.00%
6.00%
4.00%
2013
2.00% 2014

0.00%

Bulan

Gambar 4.5 Tingkat Inflasi Tahun 2013 - 2014


Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


49

Berdasarkan pemahaman terkait entitas dan lingkungan entitas, tim


audit PT EX tidak mengidentifikasi adanya risiko terkait bisnis PT EX.

b Memahami Organisasi Penyedia Jasa yang Digunakan oleh Entitas


Jika klien menggunakan organisasi penyedia jasa tertentu, maka ISA
402 perlu diperhatikan oleh auditor. Berdasarkan ISA 402 tersebut, auditor
harus memahami jasa yang disediakan oleh organisasi penyedia jasa kepada
klien, tingkat signifikansi dampaknya terhadap laporan keuangan, tingkat
interaksi antara klien dengan organisasi penyedia jasa tersebut, dan perjanjian
kontrak yang berlaku antara klien dan organisasi penyedia jasa.

Berdasarkan diskusi pada tanggal 18 Desember 2014 dengan klien dan


penelaahan perjanjian kontrak antara klien dengan organisasi penyedia jasa,
tim audit mengidentifikasi satu organisasi penyedia jasa yang digunakan oleh
klien. Organisasi tersebut bertugas untuk menangani urusan perpajakan PT
EX. Konsultan tersebut bertanggung jawab untuk menghitung withhold tax
(WHT) bulanan, melaporkan utang pajak ke kantor pajak, menghitung pajak
penjualan klien, dan pajak penghasilan. Walaupun demikian, hasil pekerjaan
konsultan pajak tetap harus ditelaah kembali oleh manajemen.

Dari hasil diskusi, tim audit memutuskan untuk tidak mengevaluasi


pengimplementasian sistem pengendalian internal (SPI) terkait penggunaan
jasa konsultan pajak di PT EX. Namun sebagai gantinya, tim audit akan
melakukan pengujian substantif atas item lini laporan keuangan (Financial
Statements Line Item−FSLI) pajak untuk mendapatkan keyakinan atas pajak
yang dilaporkan di laporan keuangan.

c Memahami Audit Internal Entitas

Jika klien memiliki suatu fungsi audit internal, maka auditor eksternal
harus mengevualasi pekerjaan dari fungsi tersebut (ISA 6032). PT EX
memiliki fungsi audit internal yang dinamakan Quality Management System

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


50

(QMS). Pada tahun 2014, QMS melakukan audit dan merilis Laporan Audit
Internal (LAI) dua kali, yaitu pada tanggal 28 April 2014 dan 18 Oktober 2014.

Untuk mengevaluasi fungsi QMS, tim audit melakukan penelaahan atas


LAI. Hasil penelaahan tim audit menyimpulkan bahwa tim audit tidak dapat
mengandalkan hasil pekerjaan dari fungsi QMS karena fungsi QMS hanya
mengevaluasi keefektifan aktivitas operasional saja tanpa mengevaluasi
keuangan perusahaan.

d Memahami dan Mengevaluasi Pengendalian Internal

ISA 315.A58 membahas tentang 5 (lima) komponen pengendalian


internal (PI) yang harus diaplikasikan pada aktivitas bisnis. Untuk memahami
dan mengevaluasi PI pada PT EX, tim audit melakukan wawancara kepada
beberapa orang kunci di PT EX dan memeriksa dokumen-dokumen yang
relevan untuk mendapatkan pemahaman mendalam terkait masing-masing dari
5 (lima) komponen PI di PT EX. Berikut ini merupakan rangkuman dari
masing-masing komponen:

Komponen ke-1: Lingkungan Pengendalian

Sesuai dengan ISA 315.14, KAP CE mengevaluasi apakah lingkungan


pengendalian pada PT EX telah cukup dan dapat menjadi fondasi yang baik
untuk 4 (empat) komponen PI yang lain. Evaluasi ini mencakup 7 (tujuh)
elemen dari lingkungan pengendalian yang terdiri dari:

Elemen ke-1 Lingkungan Pengendalian: Integritas dan Etika

PT EX tidak memiliki kebijakan tertulis secara formal untuk mengatur


integritas dan etika. Meskipun demikian, keterlibatan manajemen secara
langsung dalam aktivitas harian dapat memberikan contoh kepada semua
pegawai tentang sikap yang beretika dan berintegritas dalam bekerja. Selain
itu, PT EX juga selalu berkomunikasi kepada para pelanggan dan pemasoknya
untuk tidak memberi pegawai PT EX sejumlah uang maupun hadiah. Fungsi
QMS PT EX juga secara langsung berperan dalam lingkungan pengendalian
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


51

PT EX. Fungsi QMS secara rutin mengevaluasi kepatuhan PT EX terhadap


prosedur yang berlaku serta menginvestigasi adanya suatu pelanggaran.
Sebagai bukti dari pengimplementasian pengendalian, tim audit juga telah
memeriksa LAI.

Elemen ke-2 Lingkungan Pengendalian: Komitmen untuk Berkompetensi

PT EX memiliki deskripsi pekerjaan (job description) tertulis yang


diberikan kepada semua pegawai. Deskripsi pekerjaan ini dikomunikasikan
kepada pegawai baru saat pegawai baru menandatangani perjanjian kerja.
Selain itu, Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) memiliki acuan yang
berisi syarat minimal pegawai yang diterima dan yang dipromosikan. Tim
audit juga memeriksa isi dari deskripsi kerja untuk mengevaluasi ketepatan
pengimplementasian pengendalian dalam komponen ini.

Elemen ke-3 Lingkungan Pengendalian: Partisipasi TCWG

Walaupun PT EX tidak memiliki komite audit, fungsi tata kelola pada


aktivitas operasional perusahaan ditangani langsung oleh manajemen.
Manajemen PT EX telah menunjukkan “tone at the top” yang baik di seluruh
bagian perusahaan. Manajemen juga rutin melakukan rapat bersama direktur.
Selain itu, untuk proses bisnis yang signifikan, PT EX menggunakan
pengendalian seperti “three way matching” pada siklus pembelian dan
penjualannya, serta menggunakan persetujuan yang berlapis untuk setiap
pembayaran yang dilakukan. Hal ini menunjukkan tingginya partisipasi
TCWG dalam proses bisnis PT EX.

Elemen ke-4 Lingkungan Pengendalian: Filosofi dan Gaya Operasional


Manajemen

Dewan direksi mengikuti rapat bulanan bersama manajemen untuk


membahas isu operasional dan fluktuasi signifikan pada keuangan perusahaan.
Selain itu, dewan direksi juga terlibat untuk transaksi yang memiliki risiko
tinggi. Setiap manajer memiliki aktivitas pengendalian yang baik dan memiliki

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


52

pemisahan tugas (segregation of duties−SoD) yang jelas. Hal ini dapat


mengurangi kemungkinan terjadinya risiko penyalahgunaan aset.

Tim audit juga telah berdiskusi dengan manajemen untuk melihat


pandangan manajemen atas bisnis perusahaan. Dari diskusi tersebut, tim audit
menilai bahwa manajemen memiliki sikap yang cenderung menghindari risiko
(risk averse) dan cenderung konservatif.

Elemen ke-5 Lingkungan Pengendalian: Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT EX secara jelas menggambarkan otoritas dan


tanggung jawab. SoD perusahaan juga secara jelas tertulis pada deskripsi
pekerjaan masing-masing bagian. Selain itu, setiap pegawai dipercaya
memiliki keahlian dan kompetensi yang sesuai dengan tanggung jawab
mereka.

Elemen ke-6: Penugasan Otoritas dan Tanggung Jawab

PT EX memiliki kebijakan untuk semua aktivitas pembayaran.


Persetujuan (approval) dilakukan dengan memberikan tanda tangan secara
manual pada dokumen terkait. Perusahaan juga telah memberikan ketentuan
secara jelas terkait chain of command pada struktur organisasi perusahaan
sehingga setiap departemen mengetahui rantai pelaporannya masing-masing,

Elemen ke-7 Lingkungan Pengendalian: Kebijakan dan Praktik Sumber Daya


Manusia

Perusahaan telah menentukan secara jelas peran, tanggung jawab,


keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan, serta deskripsi pekerjaan untuk
semua pegawai.

Berdasarkan evaluasi tim audit terkait semua elemen pada lingkungan


pengendalian pada PT EX, tim audit menyimpulkan bahwa lingkungan
pengendalian PT EX telah cukup dan dapat menjadi fondasi yang baik untuk 4
(empat) komponen lain pada PI.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


53

Komponen ke-2: Penilaian Risiko di PT EX

ISA 315.15 mengharuskan auditor memahami cara suatu entitas untuk


mengidentifikasi, menilai, dan menanggapi risiko bisnis yang relevan dengan
tujuan pelaporan keuangan.

Gaya manajemen yang cenderung konservatif dan risk averse membuat


kemungkinan terlanggarnya suatu pengendalian menjadi kecil. Meskipun
demikian, suatu entitas tetap harus memiliki suatu proses untuk menentukan
tindakan dalam memitigasi risiko. PT EX menilai risiko (aktivitas dari
mengidentifikasi risiko hingga menentukan tindakan untuk memitigasi risiko)
saat melaksanakan rapat bulanan. Laporan hasil rapat dilaporkan kepada Y CO
tiap bulannya. Laporan tersebut mencakup kinerja keuangan, isu penting
terkait keuangan, dan kondisi perekonomian Indonesia yang memengaruhi PT
EX. Dalam mengevaluasi hal ini, tim audit juga memeriksa kumpulan paket
pelaporan yang dikirimkan rutin secara bulanan kepada Y CO. Paket pelaporan
ini biasa disebut “YE Package”.

Dari proses evaluasi pada komponen kedua ini, tim audit menyimpulkan
bahwa proses penilaian risiko pada PT EX telah cukup dan sesuai dengan
ukuran dan kompleksitas bisnis PT EX.

Komponen ke-3: Aktivitas Pengendalian

ISA 315.20 menjelaskan bahwa auditor harus memahami aktivitas


pengendalian pada suatu entitas yang relevan dengan aktivitas audit. Untuk
mengakomodasi tujuan tersebut, tim audit melakukan wawacara dengan orang-
orang kunci yang memiliki peranan dalam SPI. Selain itu, tim audit juga
melakukan pengujian pengendalian (Test of Control – ToC) untuk
mengevaluasi pengimplementasian SPI.

Dari semua proses bisnis pada PT EX, tim audit memutuskan untuk
mengevaluasi ToC pada beberapa proses bisnis yang memiliki nilai signifikan.
Proses bisnis tersebut terdiri dari siklus penjualan dan piutang, siklus

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


54

pembelian dan utang, serta siklus penggajian. Tulisan ini hanya akan
membahas aktivitas pengendalian yang terkait siklus pembelian dan utang.
Pembahasan tersebut dibahas pada subbab 4.1.2.1 halaman 63.

Komponen ke-4: Informasi dan Komunikasi

ISA 315.19 dan 315.A89 menjadi panduan pada tahap ini. ISA 315.19
membahas tentang komunikasi dan ISA 315.A89 membahas tentang sistem
informasi. ISA 315.19 menjelaskan bahwa auditor harus memahami
bagaimana perusahaan mengomunikasikan laporan keuangan beserta isu
signifikan yang relevan dengan keuangan perusahaan. Sedangkan ISA
315.A89, menjelaskan bahwa auditor harus mengevaluasi kesesuaian sistem
informasi yang dimiliki oleh perusahaan.

Untuk mengevaluasi komponen ini, tim audit bekerja sama dengan tim
Risk Control Solutions (RCS) KAP CE. Tim RCS membantu proses
pengauditan terutama mengaudit sistem SAP (sistem akuntansi perusahaan)
yang digunakan oleh PT EX. Untuk memeriksa bagian ini, tim RCS
mengevaluasi beberapa hal penting terkait sistem informasi, seperti
mengevaluasi keabsahan transaksi yang tercatat, ketepatan klasifikasi
transaksi, pengukuran nilai transaksi, ketepatan periode akuntansi, dan
pengungkapan yang tepat untuk laporan keuangan. Evaluasi yang dilakukan
oleh tim RCS ini menghasilkan kesimpulan bahwa sistem informasi pada PT
EX telah cukuo dan sesuai dengan ukuran dan kompleksitas bisnis PT EX.
Selain itu, prosedur evaluasi dari tim RCS juga menyimpulkan bahwa sistem
informasi PT EX mengandung informasi yang dapat diandalkan.

PT EX menggunakan pesan elektronik (electronic mailing − email)


untuk berkomunikasi, terutama untuk melakukan komunikasi dengan Y CO
terkait YE Package. Tim audit juga telah mengevaluasi YE Package sebagai
bukti pengimplementasian SPI. Dari hasil evaluasi, tim audit menyimpulkan
bahwa sistem komunikasi PT EX telah cukup dan sesuai dengan ukuran dan
kompleksitas perusahaan.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


55

Komponen ke-5: Pengawasan Pengendalian

ISA 315.22 menjelaskan bahwa auditor harus memahami aktivitas


utama yang digunakan entitas untuk mengawasi jalannya pengendalian
internal atas laporan keuangan. Dan jika suatu entitas memiliki fungsi audit
internal, ISA 315.23 mengharuskan auditor untuk mendapatkan pemahaman
tentang fungsi audit internal. ISA 315.24 juga menambahkan bahwa auditor
harus mengetahui sumber informasi yang digunakan perusahaan dalam
mengawasi pengendalian. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing
elemen pada komponen pengawasan pengendalian.

Elemen ke-1 Pengawasan Pengendalian: Pengawasan Berjalan

Setiap harinya, aktivitas pengawasan selalu dilakukan tanpa adanya


dokumentasi formal. Perusahaan membangun pengendalian internalnya dengan
menjaga SoD, struktur organisasi, dan melaksanakan prosedur “prepare and
review” oleh staf yang berbeda.

Dalam basis bulanan, laporan keuangan selalu dilaporkan oleh Manajer


Akuntansi kepada Manajer Umum. Kemudian, hasil laporan keuangan dan
operasional didiskusikan bersama manajer lain dan Direktur PT EX pada rapat
bulanan. Selanjutnya, laporan keuangan bulanan dikirimkan kepada Y CO
dengan menggunakan template YE Package. Dari laporan YE Package
tersebut, Y CO dapat melakukan pengawasannya pada PT EX.

Elemen ke-2 Pengawasan Pengendalian: Evaluasi Terpisah

Evaluasi terpisah di PT EX dilakukan oleh Departemen QMS. Penjelasan


tentang fungsi ini telah dijelaskan sebelumnya pada bagian “Memahami audit
internal entitas” halaman 49.

Elemen ke-3 Pengawasan Pengendalian: Keandalan Sumber Informasi

Berdasarkan pengamatan langsung yang dilakukan oleh tim audit,


manajemen terlibat secara langsung dalam aktivitas operasional sehingga

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


56

laporan yang disiapkan oleh manajemen berisi informasi yang dapat


diandalkan.

Demikian penjelasan setiap elemen pada pengawasan pengendalian. Hasil


evaluasi pada komponen ini menunjukan bahwa rancangan setiap elemen
pengawasan pengendalian di PT EX telah cukup dan sesuai pada rancangan dan
pelaksanaannya.

Dari uraian masing-masing komponen dari PI, dapat disimpulkan bahwa


PT EX memiliki PI yang baik secara operasional maupun keuangan. Walaupun
fungsi QMS cenderung lebih fokus pada aktivitas operasional, kewajiban PT
EX untuk selalu melaporkan YE Package kepada Y CO membuat urusan
pelaporan keuangan tidak dikesampingkan oleh PT EX. Tim audit KAP CE
menilai bahwa pengimplementasian SPI telah dilaksanakan dengan baik. Selain
itu, tim audit juga menyimpulkan bahwa rancangan telah cukup dan sesuai
dengan ukuran dan kompleksitas bisnis perusahaan. Berdasarkan penelaahan
tersebut, tim audit dapat meyakini kemampuannya untuk mendapatkan
reasonable assurance atas laporan keuangan PT EX periode 1 Januari 2014
hingga 31 Desember 2014.

e Analisis Penilaian Risiko

Sesuai dengan ISA 315.5 dan ISA 315.6(b), auditor harus melakukan
prosedur analisis penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko
salah saji material pada tingkat laporan keuangan maupun tingkat asersi.
Analisis penilaian risiko menggunakan data laporan keuangan interim. Prosedur
analisis penilaian risiko untuk penugasan di PT EX dilakukan saat interim pada
tanggal 31 Oktober 2014 dengan menggunakan data interim.

Di awal analisis penilaian risiko, tim audit terlebih dahulu membangun


ekspektasi terkait laporan keuangan tahun 2014. Ekspektasi ini dibangun
dengan menggunakan informasi keuangan maupun non-keuangan. Terdapat 2
(dua) ekspektasi untuk laporan keuangan PT EX tahun 2014:

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


57

 Peningkatan pada modal saham karena adanya akuisisi oleh Y CO terhadap


PT EX.
 Peningkatan pada penjualan sebagai hasil dari penjualan ekspor di tahun
2014 dan adanya proyek baru yang didapatkan oleh PT EX di tahun 2014.

Prosedur analisis penilaian risiko dilakukan dengan membandingkan


nilai masing-masing FSLI pada tahun 2014 dengan tahun 2013. Untuk laporan
posisi keuangan, tim audit menggunakan tanggal interim (31 Oktober 2014)
untuk dibandingkan dengan 31 Desember 2013. Sedangkan untuk laporan laba
rugi, tim audit menggunakan data tanggal 31 Oktober 2014 yang telah di-
annualize dan membandingkannya dengan laporan laba rugi 31 Desember
2013. Data-data tersebut secara langsung diambil dari sistem PT EX.

Dalam prosedur analisis penilaian risiko, tim audit perlu untuk


menentukan ambang batas (threshold) yang dijadikan sebagai batas penentuan
apakah suatu FSLI memiliki pergerakan yang wajar dari tahun 2013 ke tahun
2014. Ambang batas yang digunakan untuk audit PT EX adalah ambang batas
yang sama nilainya dengan Performance Materiality (PM), yaitu Rp
1.332.750.000,00.

Setelah melakukan prosedur analisis penilaian risiko dan melakukan


tanya-jawab dengan manajemen, tim audit menemukan beberapa area yang
berpotensi untuk berisiko signifikan atau tinggi, yaitu:

 Modal saham. Peningkatan signifikan pada modal saham sesuai dengan


ekspektasi auditor. Untuk memperkuat keyakinan, auditor melakukan
penelaahan atas akta notaris tentang perubahan jumlah saham dan
komposisi pemegang saham.
 Penjualan. Peningkatan pada penjualan juga telah diekspektasikan oleh
auditor. Untuk memperkuat keyakinan, auditor menambahkan prosedur
substantif yaitu pengujian transaksi penjualan dan pengujian pisah-batas
(cut-off) atas transaksi penjualan.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


58

 Piutang. Penurunan yang signifikan pada piutang bertolak belakang dengan


adanya penjualan yang meningkat. Berdasarkan tanggapan manajemen, hal
ini terjadi karena adanya perbedaan periode penyelesaian piutang.
Sebagian besar penyelesaian piutang di tahun 2013 terjadi pada tahun
2014. Sedangkan mayoritas piutang yang terjadi di tahun 2014 memiliki
periode penyelesaian yang terjadi di tahun 2014 juga. Namun untuk
memperkuat keyakinan, tim audit memutuskan untuk menambahkan
prosedur pengujian substantif yaitu konfirmasi piutang.
 Utang. Penurunan utang yang signifikan terjadi di tahun 2014. Penurunan
ini disebabkan karena PT EX sudah banyak melunasi utangnya di tahun
2014. Selain itu, berdasarkan diskusi bersama manajemen, tim audit
mengidentifikasi risiko yang signifikan pada area utang akibat dari tidak
berfungsinya basis akrual pada pengakuan setiap transaksi. PT EX
mengakui suatu transaksi berdasarkan tanggal faktur, bukan menggunakan
basis akrual. Oleh karena itu, tim audit memutuskan area utang untuk
dimasukan menjadi area berisiko signifikan.
 Persediaan. Peningkatan yang signifikan terjadi pada persediaan tahun
2014. Setelah berdiskusi dengan manajemen, tim audit mengidentifikasi
risiko yang tinggi pada area persediaan karena persediaan pada work in
process (WIP) dan finished good (FG) hanya dinilai berdasarkan harga
bahan baku (raw materials). Oleh karena itu, tim audit memutuskan untuk
memasukan area persediaan ke kelompok area dengan risiko tinggi.
 Beban operasional. Peningkatan yang signifikan pada beban operasional
disebabkan karena banyaknya kesalahan klasifikasi. Beberapa biaya
penjualan (cost of sales) diklasifikasi sebagai beban operasional. Setelah
berdiskusi dengan manajemen PT EX, manajemen bersedia untuk
melakukan reklasifikasi terkait hal tersebut. Tim audit memutuskan untuk
tidak memasukan beban operasional sebagai area berisiko tinggi.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


59

f Estimasi Akuntansi

Dalam mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji material, auditor


juga perlu mempertimbangkan estimasi akuntansi yang digunakan oleh
perusahaan sebagai basis penentuan risiko. Hal ini seperti yang dituliskan dalam
ISA 540.8.

Tim audit PT EX juga melakukan prosedur estimasi akuntansi untuk


menentukan FSLI yang mungkin berisiko salah saji material. Tim audit PT EX
mendapatkan pemahaman terkait estimasi akuntansi PT EX melalui proses
tanya-jawab dengan manajemen. Prosedur ini menyimpulkan bahwa terdapat
beberapa FSLI yang memiliki estimasi akuntansi signifikan, yaitu FSLI
Employee Benefit dan Property, Plant, & Equipment (PPE). Namun karena
FSLI tersebut tidak termasuk ke dalam siklus pembelian dan utang, maka
penulis tidak menjelaskan lebih lanjut terkait dua FSLI tersebut.

g Risiko Kecurangan

Sesuai dengan ISA 200, auditor harus selalu skeptis di seluruh proses
audit. Auditor harus selalu mengakui adanya kemungkinan terjadinya salah saji
material disebabkan karena kecurangan. ISA 240.16 mengharuskan auditor
memperoleh pemahaman atas salah saji material karena kecurangan. Untuk hal
ini, tim audit PT EX mengajukan pertanyaan kepada TCWG dan fungsi QMS
PT EX. Hasil dari wawancara menunjukkan bahwa risiko salah saji material
karena kecurangan dinilai rendah karena adanya pengendalian di seluruh proses
bisnis yang telah dirancang untuk memitigasi adanya tindakan kecurangan.
Pengendalian ini didukung dengan adanya keterlibatan oleh manajemen dan
TCWG dalam mengelola perusahaan, serta keterlibaan Y CO dalam melakukan
pengawasan rutin tiap bulannya melalui YE Package.

h Menelaah Perjanjian Kontrak, Akta, Pihak Berelasi, Klaim, dan Persidangan

Tujuan dari prosedur penelaahan perjanjian kontrak adalah untuk


mengetahui pihak-pihak yang berelasi dengan PT EX dan kemungkinan

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


60

terjadinya permasalahan signifikan yang mendorong PT EX untuk masuk ke


dalam proses persidangan.

Hasil penelaahan tersebut menunjukkan bahwa PT EX memiliki


pengendalian yang baik atas setiap perjanjian dan kontrak. Selama tahun 2014,
PT EX juga tidak memiliki transaksi dengan pihak berelasi dan tidak memiliki
kasus hukum. Dari hasil penelahaan tersebut, tim audit menyimpulkan bahwa
proses bisnis PT EX aman dan dapat menjaga keberlangsungan bisnisnya.

i Keberlangsungan Bisnis (Going Concern)

ISA 570.10 menjadi acuan KAP CE dalam menilai keberlangsungan


klien. Tim audit PT EX melakukan 3 (tiga) prosedur untuk menilai
keberlangsungan PT EX. Ketiga prosedur tersebut dijelaskan sebagai berikut:

 Menelaah laporan keuangan dan operasional


Seperti yang tertera pada Tabel 4.2, PT EX memiliki modal kerja
yang bernilai positif di tahun 2014. Berbeda dengan tahun-tahun
sebelumnya yang mengandalkan pinjaman jangka pendek dari bank, di
tahun 2014 ini, PT EX mengandalkan suntikan modal yang diberikan Y
CO. Suntikan modal tersebut digunakan PT EX untuk meningkatkan
jumlah persediaan. Hal tersebut membuat nilai kewajiban lancar menurun
dan aset lancar meningkat. Alasan tersebut sedikitnya menjawab penyebab
atas perubahan signifikan yang dideteksi pada persediaan dan utang di
aktivitas penilaian risiko (lihat subbab 4.1.1.5 (e) halaman 56). Selain itu,
bertambahnya beberapa aset tetap di tahun 2014 membuat beban depresiasi
PT EX di tahun 2014 bertambah dan mengakibatkan kerugian yang terjadi
di tahun 2014. Pertambahan akiva tetap tersebut digunakan oleh PT EX
untuk mendukung rencana PT EX dalam melakukan ekspansi bisnis.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


61

Tabel 4.3 Data Kinerja Keuangan PT EX (dalam Rupiah)


2014 2013 2012
(unaudited) (audited) (audited)
Total aktiva lancar 106,301,893,706 35,054,549,697 16,714,783,090
Total utang lancar (48,635,502,322) (63,704,961,859) (30,209,138,233)
Modal kerja 57,666,391,384 (28,650,412,162) (13,494,355,143)
Laba / (rugi) bersih (14,951,393,655) 1,387,707,319 1,843,125,612
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

 Berdiskusi dengan manajemen tentang rencana PT EX untuk mengelola


pendanaan perusahaan
Semenjak Y CO mengakuisisi PT EX di tahun 2014, kini pendanaan
PT EX bersumber dari modal suntikan dari Y CO. Hal ini tidak sama
seperti pada tahun-tahun sebelumnya, di mana PT EX hanya
mengandalkan pinjaman dari bank.

 Menelaah apakah terdapat faktor eksternal yang memengaruhi


keberlangsungan PT EX
Berdasarkan diskusi bersama Manajer Umum PT EX dan
berdasarkan hasil penelaahan atas perjanjian, akta, dan kasus persidangan,
tim audit menyimpulkan bahwa tidak ada faktor eksternal yang dapat
memengaruhi keberlangsungan PT EX. Selain itu, PT EX telah
mengasuransikan aset tetap perusahaan, di mana manajemen percaya
bahwa asuransi tersebut dapat menutupi seluruh kerugian jika terjadi
bencana alam atau faktor eksternal lain.

Berdasarkan ketiga prosedur tersebut, tim audit menilai bahwa risiko


keberlangsungan tidak memiliki nilai yang signifikan pada PT EX.

4.1.1.6 Membangun Strategi Audit

Pembahasan kali ini akan menjelaskan risiko-risiko yang relevan dengan


siklus pembelian dan utang. Selain itu, pembahasan kali ini juga akan membahas
tingkat materialitas yang digunakan KAP CE untuk penugasan audit atas laporan
keuangan PT EX tahun 2014.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


62

a Area berisiko signifikan atau tinggi

Pada tahap ini, auditor menentukan dan menilai risiko tinggi dan
signifikan. Berdasarkan prosedur yang telah dilakukan, tim audit mendeteksi 4
(empat) risiko salah saji, dua diantaranya yaitu risiko tinggi dan dua sisanya
merupakan risiko signifikan. Salah satu dari empat risiko tersebut terjadi pada
siklus pembelian dan utang. Berikut ini adalah uraian terkait risiko yang terjadi
pada siklus pembelian dan utang tersebut:

Tabel 4.4 Risiko pada Siklus Pembelian dan Utang PT EX


Akrual yang mungkin tidak dicatat secara baik dan
Risiko
lengkap
Deskripsi risiko Manajemen PT EX mengakui beberapa beban
operasional sesuai dengan tanggal faktur. Metode
pengakuan ini tidak sesuai dengan konsep akrual.
Kemungkinan Tinggi.
terjadinya risiko Alasan: karena perusahaan tidak memiliki pengendalian
salah saji untuk mengidentifikasi kelengkapan saldo akrual.
Besarnya risiko Sedang.
salah saji Alasan: karena berdasarkan pemahaman tentang PT EX
dan lingkungan bisnis PT EX, seharusnya PT EX tidak
memiliki transaksi terkait akrual yang begitu banyak dan
signifikan.
Tingkat risiko Tinggi
FSLI yang relevan Akrual, Provisi, dan Kewajiban Lainnya
Asersi yang relevan Akurat (accuracy – A) dan kelengkapan (completeness
– C)
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

b Materialitas

Terdapat 3 (tiga) jenis materialitas yang diterapkan di KAP CE. Tim


audit PT EX menggunakan materialitas yang telah dialokasikan oleh Y CO
untuk materialitas PT EX. Berikut ini adalah Tabel 4.4 yang membahas rincian
terkait materialitas tersebut:

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


63

Tabel 4.5 Materialitas Alokasi Grup


Materialitas Perhitungan Nilai Materialitas (Rp)
Overall Materiality Materialitas yang 1.777.000.000
(OM) dialokasikan oleh Grup
YE untuk PT EX
Performance Materiality (100% - haircut*) x OM 1.332.750.000
(PM)
*) Haircut = 25%
Summary of 10% x OM 177.700.000
Uncorrected
Misstatement (SUM)
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

 Overall Materiality (OM)


Untuk OM, tim audit PT EX hanya mengikuti materialitas yang telah
dialokasikan oleh KAP CE Belgia untuk PT EX.

 Performance Materiality (PM)


KAP CE memiliki tiga nilai haircut yang dijadikan panduan untuk
menghitung PM. Nilai tersebut yaitu 10%, 25% dan 50% (dengan haircut
10% untuk perusahaan dengan risiko salah saji yang rendah dan 50% untuk
perusahaan dengan risiko salah saji tinggi). Berdasarkan kearifan
profesional tim audit PT EX, haircut yang digunakan untuk PT EX adalah
sebesar 25% dengan 2 (dua) alasan berikut:

- Adanya pengawasan penuh dari Y CO terhadap PT EX terutama untuk


kinerja keuangan. Hal ini dapat menurunkan salah saji pada laporan
keuangan PT EX.
- PT EX bergerak pada industri yang tidak memiliki risiko tinggi.

 Summary of Uncorrected Misstatement (SUM)


KAP CE memiliki dasar dalam penentuan persentase SUM terhadap OM.
Terdapat 4 (empat) nilai yang digunakan oleh KAP CE untuk dijadikan
persentasi SUM terhadap OM, yaitu 0%, 3%, 5%, dan 10%, di mana
semakin kecil persentase menunjukkan risiko salah saji yang semakin
besar. Tim audit KAP CE memutuskan untuk menggunakan SUM sebesar

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


64

10% dari OM karena PT EX memiliki pengendalian yang baik dan


memiliki kemungkinan yang sedikit atas risiko salah saji tinggi.

4.1.2 Bagian Proses Audit Tahap II: Mengumpulkan Bukti


4.1.2.1 Memahami Sistem Pembelian dan Utang pada PT EX

ISA 315.18 menuntut auditor untuk memahami sistem informasi dan proses
bisnis yang relevan atas penugasan auditnya. PT EX memiliki 7 (tujuh) proses
signifikan pada siklus pembelian dan utang. Proses pembelian ini berlaku untuk
semua pembelian baik pembelian lokal maupun pembelian impor. Oleh karena itu,
PT EX tidak memisahkan pendokumentasian antara kedua pembelian tersebut.

Berikut ini adalah rincian berdasarkan urutan dari masing-masing proses


tersebut:

a Proses pemesanan
Proses pemesanan diawali dengan permintaan pembelian dari masing-
masing departemen. Penanggung jawab untuk masing-masing departemen
membuat Form Permintaan Barang (FPB). Selanjutnya, FPB tersebut
diserahkan kepada Manajer Pembelian dan Penggajian untuk diperiksa dan
disetujui. Setelah FPB disetujui, Manajer Pembelian dan Penggajian mencari
pemasok dan meminta pemasok untuk memberikan daftar harga kepada PT EX.
Biasanya Manajer Pembelian dan Penggajian membandingkan antara beberapa
pemasok (minimal tiga pemasok) untuk membandingkan antara harga dan
kualitas produk. Setelah menentukan pemasok, staf pembelian akan
menyiapkan pesanan pembelian (Purchase Order – PO). Selanjutnya, PO
tersebut ditandatangani oleh Manajer Pembelian dan Penggajian.

b Penerimaan barang
Setelah barang yang dipesan tiba di gudang PT EX, Departemen Kendali
Mutu (Quality Control – QC) bersama staf dan penanggung jawab pergudangan
memeriksa kualitas barang. Selain menerima barang, PT EX juga menerima
Nota Pengiriman (Delivery Notes – DN) atau bill of lading (BL) dari pemasok.
Selanjutnya, staf pergudangan menandatangani DN tersebut dan membuat Nota

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


65

Penerimaan Barang (NPB). NPB tersebut ditandatangani oleh pemasok dan staf
pergudangan. Pada waktu yang bersamaan, staf pergudangan memasukan data
penerimaan barang secara manual ke SAP (sistem akuntansi yang digunakan
PT EX) sesuai dengan tanggal NPB.

c Pemfakturan (invoicing)
Departemen Akuntansi menerima 4 (empat) dokumen, yaitu: Salinan PO,
NPB yang telah ditandatangani, DN atau BL, dan faktur pembelian dari
pemasok. Dokumen tersebut diperiksa oleh Manajer Akuntansi. Manajer
Akuntansi tersebut juga bertanggung jawab untuk melakukan prosedur three
way matching. Berikut ini adalah tabel yang dapat membantu untuk memahami
prosedur three way matching:

Tabel 4.6 Penjelasan Prosedur Three Way Matching


Dokumen yang Dapat Diandalkan
Kesesuaian yang Diperiksa
PO Faktur Pembelian NPB / DN / BL
√ √ Harga dan deskripsi barang
√ √ Deskripsi barang dan kuantitas
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

d Pembayaran
Ketika dokumen yang diperiksa pada proses ketiga (pemfakturan) telah
sesuai, Manajer Akuntansi segera menyiapkan Payment Voucher (PV) yang
kemudian diperiksa dan disetujui oleh Manajer Pembelian dan Penggajian.
Setelah PV disetujui, pembayaran akan dilakukan dan secara otomatis sistem
membuat jurnal sebagai berikut:

Dr. Utang usaha / Beban dibayar dimuka / Beban Operasional

Cr. Kas di Bank

e Jurnal Penyesuaian
Penyesuaian terkait utang pembelian disiapkan oleh Manajer Akuntansi
dan diperiksa oleh Direktur.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


66

f Perlindungan terhadap data


Basis data (database) pemasok dijaga oleh Departemen Pembelian. Basis
data ini diperiksa secara rutin oleh Direktur. Akses terhadap basis data ini hanya
dibatasi untuk Departemen Pembelian dan Direktur saja.

g Evaluasi kinerja
Seperti yang dijelaskan sebelumnya pada aktivitas perencanaan, rapat
bulanan dewan direksi dan keterlibatan Y CO dalam mengawasi PT EX dapat
menjadi pengendalian tersendiri atas aktivitas operasional PT EX. Selain itu,
bisnis PT EX yang merupakan perusahaan keluarga membuat dewan direksi
sangat terlibat dalam aktivitas operasional tiap harinya sehingga dapat
mengurangi risiko perusahaan.

4.1.2.2 Metode Pengambilan Sampel

KAP CE memiliki 3 (tiga) metode dalam memilih sampel, yaitu:

a Targeted Testing

Metode ini digunakan dalam memilih item yang memiliki karakter


tertentu. Metode ini cenderung dipilih ketika terdapat alasan yang kuat dalam
menentukan item-item yang diuji. Biasanya item yang dipilih dalam metode ini
adalah item dengan risiko salah saji tinggi. Metode ini dapat digunakan baik
untuk menguji bagian tertentu dari suatu FSLI maupun untuk menguji
keseluruhan dari suatu FSLI. Hasil dari metode ini tidak perlu diproyeksikan
terhadap keseluruhan item dalam suatu populasi, namun auditor tetap harus
mempertimbangkan kemungkinan salah saji pada item yang tidak diuji pada
populasi tersebut. Jenis pengujian yang biasanya menggunakan metode ini,
yaitu konfirmasi, dan uji pisah-batas.

b Accept-Reject Testing

Metode ini digunakan untuk menerima atau menolak suatu karakter atau
atribut tertentu dari item non-moneter. Karena item yang diuji bukan
merupakan item moneter, salah saji pada item tersebut tidak dapat

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


67

diproyeksikan terhadap salah saji populasi. Metode ini biasanya digunakan


untuk menguji persediaan.

c Non-statistic Sampling (NSS)

Walaupun ISA 530.A9 memperkenalkan statistical sampling dan non-


statistical sampling (NSS), KAP CE hanya menggunakan NSS sebagai
prosedur pemilihan sampelnya. Kelebihan utama dari penggunaan statistical
sampling adalah ukuran sampel dan hasil evaluasi yang dapat dihitung secara
statistik dan matematis. Namun, statistical sampling ini memiliki kekurangan
yang lebih penting dibandingkan dengan kelebihannya. Kekurangan tersebut
yaitu perlunya teknik yang formal untuk menentukan ukuran sampel,
menentukan sampel, dan mengevaluasi hasil. Walaupun dengan statistical
sampling, auditor memilih sampel secara acak, ini tidak berarti auditor tidak
perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti tingkat materialitas, tingkat
kesalahan yang diperkirakan, risiko audit, standar deviasi, ukuran populasi,
dan faktor lainnya. Oleh karena itulah, KAP CE hanya menggunakan prosedur
NSS tanpa menggunakan prosedur statistical sampling.

4.1.2.3 Menentukan Jumlah Sampel

Pengujian atas pengendalian (test of control – ToC) dan uji substantif


(substantive test) memiliki perbedaan dalam penentuan jumlah sampel untuk diuji.
Berikut ini adalah tabel yang digunakan KAP CE untuk menentukan jumlah sampel
yang diuji pada ToC:

Tabel 4.7 Penentuan Jumlah Sampel untuk ToC


Jumlah Populasi Jumlah Item yang Diuji
Frekuensi
(Terjadinya Pengendalian Keyakinan
Pengendalian Keyakinan Sedang
dalam Setahun) Tinggi
Tiap tahun 1 1 1
Tiap triwulan 4 2 1
Tiap bulan 12 2 2
Tiap minggu 52 5 4
Tiap hari 250 20 10
Beberapa kali
Lebih dari 250 25 15
dalam sehari
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


68

Sedangkan penentuan jumlah sampel ToD, tergantung pada metode


pengambilan sampel yang digunakan. Metode Targeted Testing menggunakan
justifikasi dari auditor untuk menentukan jumlah sampel, tanpa memerlukan
perhitungan sendiri. Metode accept-reject dan NSS memerlukan perhitungan
sendiri. Di KAP CE, perhitungan ini dilakukan otomatis oleh sistem.

4.1.2.4 Rencana Pengujian Siklus Pembelian dan Utang pada PT EX

Tim audit menentukan 4 (empat) item lini laporan keuangan (Financial


Statements Line Item – FSLI) yang termasuk ke dalam siklus pembelian dan utang
di PT EX, di mana setiap FSLI terdiri dari beberapa akun. FSLI tersebut yaitu:
 Beban dibayar di muka
 Utang usaha
 Akrual, provisi dan kewajiban lain
 Beban operasional

Prosedur audit untuk setiap FSLI tersebut harus memenuhi seluruh asersi, yaitu
kelengkapan (completeness − C), keakuratan (accuracy – A), pisah batas (cut-off −
CO), eksistensi / kejadian (existency / occurrence – E/O), hak & kewajiban (right
& obligation – R&O), presentasi dan pengungkapan (presentation & disclosure –
P&D), serta penilaian dan alokasi (valuation / allocation– V/A). Berikut ini adalah
tabel yang berisi ringkasan pengujian yang dilakukan pada PT EX untuk siklus
pembelian dan utang.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


69

Tabel 4.8 Ringkasan Pengujian pada Siklus Pembelian dan Utang PT EX


Tipe Asersi Tingkat Laporan Keuangan
FSLI & Risiko Judul Pengujian
Pengujian C A CO E/O R&O P&D V/A
Beban Dibayar Di Muka (Prepaid Expense) ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Risiko salah saji material LS Lead Schedule - Beban Dibayar Di Muka ✓
pada FSLI beban dibayar
dimuka TOD Pengujian atas Beban Dibayar Di Muka ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Utang Usaha (Accounts Payable) ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
LS Lead Schedule - Utang Usaha ✓
Uji kesesuaian manual (Manual three/two-
ToC
way match for goods purchased/services) ✓ ✓ ✓ ✓
Risiko salah saji material
TOD Pengujian atas Rekonsiliasi Utang Usaha ✓ ✓ ✓ ✓
pada FSLI utang usaha
TOD Pengujian atas Kewajiban Tidak Tercatat ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Mengidentifikasi Adanya Kontijensi /
TOD ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Komitmen
Akrual, Provisi, dan Kewajiban Lainnya (Accruals, Provisions, & Other Liabilities) ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Lead Schedule - Akrual, Provisi, dan
Risiko tidak tercatatnya LS ✓
Kewajiban Lainnya
akrual, provisi, dan utang
TOD Pengujian atas Kewajiban Tidak Tercatat ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
lain secara lengkap dan
Mengidentifikasi Adanya Kontijensi /
tepat TOD
Komitmen ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Beban Operasional (Operating Expense) ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
LS Lead Schedule - Beban Operasional ✓
Risiko salah saji material
Uji kesesuaian manual (Manual three/two-
pada FSLI beban ToC ✓ ✓ ✓ ✓
way match for goods purchased/services)
operasional
TOD Pengujian atas Transaksi Beban Operasional ✓ ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


70

4.1.2.5 Pengujian atas Pengendalian (Test of Control – ToC)

KAP CE memiliki 4 (empat) prosedur untuk melakukan ToC, prosedur


tersebut yaitu (1) melakukan tanya-jawab dengan klien untuk memastikan klien
memahami berbagai aspek dari pengendalian di perusahaannya (inquiry), (2)
pengamatan secara langsung (observation), (3) mengambil beberapa sampel
kemudian dibandingkan dengan dokumen pendukung (inspection), dan (4)
mengulangi proses pengendalian dan membandingkan hasilnya dengan
pengendalian yang telah dilakukan oleh klien (reperformance).

Inspection dan reperformance terdengar memliki kemiripan dalam


pengujiannya, namun reperformance merupakan pengujian yang lebih
komprehensif. Jika auditor ingin menguji pengendalian atas perhitungan persediaan
oleh klien dengan inspection, maka auditor hanya perlu melihat apakah dokumen
pendukung dari sampel yang dipilih tersebut telah disetujui oleh pihak yang
berwenang atau tidak. Namun hal itu tidak cukup jika dengan prosedur
reperformance. Dengan prosedur reperformance, auditor perlu menghitung ulang
persediaan di gudang dan mengevaluasi adanya perbedaan antara perhitungan klien
dengan peritungan auditor.

 Uji Kesesuaian Manual pada 3 (Tiga) Dokumen (Manual Three-Way Match)


Pengujian ini digunakan untuk menguji pengendalian pada FSLI utang
usaha dan beban operasional. Berikut ini merupakan tabel yang merangkum
tujuan dari ToC.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


71

Tabel 4.9 Objektif Kunci Pengendalian pada PT EX Beserta Asersinya


Objektif Kunci pada Pengendalian Asersi
Proses Pemesanan (Ordering)
- Untuk menjamin bahwa PO telah disetujui oleh Manajer
E/O
Pembelian dan Penggajian
Proses Penerimaan Barang (Goods Receipt)
- Untuk memastikan bahwa NPB telah dibuat dengan baik
(kuantitas dan deskripsi yang ditulis sesuai dengan faktur A, E/O
pembelian)
- Untuk memastikan bahwa jurnal telah dicatat dengan
baik:
Dr. Beban A, V/A
Cr. Kas / Utang
(jurnal untuk mencatat penerimaan barang / jasa)
Proses Pemfakturan (Invoicing)
- Untuk memastikan bahwa faktur dari pemasok telah A, E/O,
sesuai dengan PO dan DN / NPB R&O
Proses Pembayaran (Payment)
- Untuk memastikan bahwa payment voucher telah
E/O
disetujui oleh Manajer Pembelian dan Penggajian
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Setelah mendapatkan pemahaman atas pengendalian pada siklus


pembelian dan utang, auditor mulai melakukan pengujian dengan menentukan
populasi dan metode pengambilan sampel. Berikut ini adalah tabel yang
merangkum perencanaan pengujian atas pengendalian:

Tabel 4.10 Rancangan Prosedur ToC – PT EX


Jenis Prosedur Reperformance
Populasi Pembelian yang terjadi pada tahun 2014
Berdasarkan daftar pembelian PT EX selama
Keandalan Data
tahun 2014.
Frekuensi Pengendalian Beberapa kali dalam sehari
Jumlah Item di Populasi Lebih dari 250
Tingkat Keyakinan Sedang
Jumlah sampel 15
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

ToC ini merupakan ToC satu-satunya yang digunakan pada sikus


pembelian dan utang PT EX. Berdasarkan hasil ToC tersebut, tim audit
menyimpulkan bahwa pengendalian telah diimplementasikan secara baik
selama tahun 2014 sehingga tidak terdapat pengecualian yang dicatat.
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


72

4.1.2.6 Pengujian Substantif (Substantive Test) dan Prosedur Lainnya

ISA 330.4(a) menjelaskan bahwa prosedur substantif merupakan suatu


prosedur audit yang dirancang untuk mendeteksi salah saji material pada tingkat
asersi. Prosedur substantif ini terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu pengujian atas rincian
saldo (test of details − TOD) dan prosedur analisis substantif.

Tim audit memutuskan untuk menggunakan TOD dalam prosedur substantif


siklus pembelian dan utang pada PT EX. Subbab setelah ini akan menjelaskan
setiap prosedur tersebut (beserta prosedur pembantu) berdasarkan FSLI yang diuji.

4.1.2.7 Beban Dibayar Di Muka

Tabel 4.10 merangkum prosedur substantif, prosedur pembantu, beserta


prosedur tambahan yang dilakukan untuk menguji FSLI beban dibayar di muka.

Tabel 4.11 Detil Pengujian Substantif − Beban Dbayar Di Muka


Metode
Prosedur Asersi Pengambilan
Sampel
1. Lead Schedule (LS) - Beban Dibayar Di
P&D -
Muka
2. Pengujian atas Beban Dibayar Di Muka:
Pengujian atas Pembayaran Uang C, A, E/O, CO,
a. Targeted Testing
Muka V/A, R&O
b. Analisis Daftar Asuransi - -
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

1. Lead Schedule (LS) – Beban Dibayar Di Muka

LS ini bukan merupakan pengujian substantif utama pada FSLI beban


dibayar di muka. LS ini hanya membantu auditor untuk menentukan akun-akun
yang diklasifikasikan ke dalam FSLI beban dibayar di muka sehingga jumlah
yang akan disajikan ke dalam laporan keuangan untuk FSLI beban dibayar di
muka dapat diandalkan oleh para pengguna laporan keuangan PT EX.

Pada prosedur LS, auditor mengklasifikasikan beberapa akun ke dalam


FSLI beban dibayar di muka. Jumlah keseluruhan nilai akun-akun tersebut
harus sama dengan jumlah yang ada di neraca saldo (trial balance – TB).
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


73

Selanjutnya, auditor membandingkan jumlah masing-masing akun pada tahun


2014 dengan jumlah masing-masing akun pada tahun 2013. Auditor akan
menganalisis adanya fluktuasi yang signifikan atas hasil perbandingan tersebut.
Suatu fluktuasi disebut signifikan jika nilai suatu fluktuasi di atas nilai PM
(Performance Materiality). Analisis ini biasa dikenal sebagai fluctuation
analysis.

Akun pada laporan keuangan PT EX yang digolongkan ke dalam FSLI


ini yaitu akun uang muka untuk aktiva tidak lancar, akun uang muka asuransi,
dan akun uang muka sewa. Dari akun-akun tersebut, fluktuasi signifikan terjadi
pada akun uang muka untuk pembelian aktiva tidak lancar. Berdasarkan hasil
konfirmasi kepada manajemen, fluktuasi yang signifikan ini sejalan dengan
rencana perusahaan untuk melakukan ekspansi bisnis. Sebelumnya, fluktuasi
yang signifikan ini tidak terdeteksi ketika tim audit melakukan analisis
penilaian risiko pada aktivitas perencanaan (lihat subbab 4.1.1.5 (e) pada
halaman 56). Hal ini disebabkan karena transaksi terkait FSLI ini banyak terjadi
pada tanggal setelah tanggal interim (31 Oktober 2014). Oleh karena itu,
perbedaan yang signifikan tersebut tidak muncul pada analisis penilaian risiko
yang membandingkan laporan posisi keuangan per tanggal 31 Oktober 2014
dengan laporan posisi keuangan per tanggal 31 Desember 2013.

2. Pengujian atas Beban Dibayar Di Muka

a. Pengujian atas Pembayaran Uang Muka

Pada pengujian kali ini, tim audit memutuskan untuk menggunakan


metode targeted testing karena berdasarkan item-item yang terdapat pada
daftar pembayaran uang muka, auditor menemukan beberapa item dengan
nilai yang jauh lebih besar dibandingkan item lain. Dari hal terssebut,
auditor menilai adanya risiko yang besar pada item-item tersebut. Berikut
in tabel 4.11 yang merangkum ketentuan prosedur audit kali ini:

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


74

Tabel 4.12 Rancangan Prosedur Pengujian atas Pembayaran Uang Muka


Daftar prepayments dan advance yang masih
Sumber data populasi
berjalan pada 31 Desember 2014
Jumlah populasi 36 item dengan jumlah nilai Rp 7.993.209.954,00
Jika item pada daftar tidak sesuai dengan
Penentuan salah saji
dokumen pendukungnya
Justifikasi pemilihan
Item-item dengan nilai di atas SUM
sampel
Jumlah kuantitas
5 (lima) item
sampel
Jumlah nilai sampel Rp 7.224.836.916,00 atau 90,4% dari populasi
Tidak diperlukan prosedur lebih lanjut atas item
Tindakan terhadap item
yang tidak diuji karena jumlah nilai item yang
yang tidak diiuji
tidak diuji di bawah nilai PM
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Pada pengujian kali ini, auditor tidak hanya membandingkan item


pada daftar dengan dokumen pendukung, tetapi auditor juga menganalisis
apakah item tersebut secara akurat dan benar tercatat sebagai beban
dibayar di muka. Selain itu, auditor juga harus melihat apakah transaksi
tersebut benar terjadi pada tahun 2014. Karena risiko salah saji material
yang telah diidentifikasi saat aktivitas perencanaan mengungkapkan
bahwa PT EX tidak menggunakan basis akrual, sehingga hal ini peting
bagi auditor untuk memberikan perhatian lebih pada isu pisah-batas atas
FSLI beban dibayar di muka ini. Pengujian kali ini membutuhkan
dokumen, seperti bukti pembayaran, faktur pembelian, dan PO. Hasil
pengujian pada prosedur ini menunjukkan adanya beberapa pengecualian
dengan nilai yang material (di atas nilai SUM).

Pengecualian pertama terjadi atas transaksi pembelian mesin. PT EX


membeli mesin pada PT A dengan nilai Rp 677.900.250,00. Pembayaran
atas pembelian tersebut dibagi menjadi 2 (dua) termin. Termin pertama
senilai 30% dari harga total dibayarkan sebagai uang muka untuk memulai
pembuatan mesin. Faktur pembelian untuk termin pertama dan kedua
telah diberikan oleh PT A kepada PT EX dengan tanggal faktur yaitu 30
April 2013 untuk pembayaran termin pertama dan 1 November 2013

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


75

untuk pembayaran termin kedua. Dari transaksi tersebut, PT EX telah


mencatat jurnal sebagai berikut:

30 April 2013 (untuk mencatat aset sebesar 30% dari harga total)
Dr. Uang Muka Vendor (Lokal) Rp 203.370.075
Cr. Utang Dagang Lokal Rp 203.370.075

1 November 2013 (untuk mencatat aset sebesar 70% dari harga total)
Dr. Uang Muka Vendor (Lokal) Rp 474.530.175
Cr. Utang Dagang Lokal Rp 474.530.175

Hingga 31 Desember 2014, PT EX belum melakukan pembayaran,


baik untuk termin pertama maupun termin kedua. Selain itu, mesin belum
dikirim oleh PT A ke PT EX.
Uraian ilustrasi tersebut menunjukkan adanya pengecualian yang
disebabkan karena adanya pengakuan aset yang terlalu cepat. Perusahaan
telah mengakui adanya aset uang muka, padahal perusahaan belum
melakukan pembayaran. Selain itu, barang yang dipesan juga belum
diterima oleh perusahaan. Dalam kondisi tersebut, perusahaan seharusnya
belum diperbolehkan mengakui adanya aset.
Dengan basis akrual, waktu pengakuan aset yang tepat yaitu saat
pembayaran dilakukan atau saat barang diterima (tergantung mana yang
terjadi lebih dahulu). Namun karena ini merupakan FSLI beban dibayar di
muka, saat pengakuan yang paling tepat adalah saat dilakukannya
pembayaran.
Atas kondisi tersebut, manajemen PT EX memberikan tanggapan
bahwa PT EX selalu mencatat berdasarkan tanggal diterimanya faktur
pembelian. Berdasarkan kondisi dan hasil tanya-jawab dengan
manajemen, tim audit mengajukan jurnal penyesuaian sebagai berikut:

31 Desember 2014 (jurnal penyesuaian yang diajukan tim audit)


Dr. Utang Dagang Lokal Rp 677.900.250
Cr. Uang Muka Vendor (Lokal) Rp 677.900.250

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


76

Selain temuan tersebut, tim audit juga mendeteksi adanya temuan


lain pada FSLI beban dibayar di muka. Pengecualian tersebut terjadi atas
transaksi pembelian persediaan pada B Corp (perusahaan luar negeri).
Faktur pembelian dari B Corp telah diserahkan kepada PT EX dengan
tanggal faktur yaitu tanggal 20 Desember 2014. Nilai barang pada faktur
pembelian yaitu USD 221.622,32. PT EX telah melakukan pembayaran
pada tanggal 5 Desember 2014 (sebelum tanggal faktur pembelian).
Persediaan tersebut telah diterima oleh PT EX pada tanggal 31
Desember 2014. Atas transaksi tersebut, PT EX mencatat jurnal sebagai
berikut:

5 Desember 2014 (untuk mencatat pembayaran)


Dr. Uang Muka Vendor (Impor) Rp 2.725.511.309
Cr. Kas di Bank Rp 2.725.511.309

Dengan diterimanya barang, uang muka vendor seharusnya telah


dihapus, namun tidak pada kasus PT EX ini. Oleh karena itu, tim audit
melakukan diskusi dengan manajemen untuk mengomunikasikan
temuan tersebut. Selama berdiskusi, PT EX menjelaskan kepada tim
audit bahwa ketika barang telah diterima oleh PT EX, manajemen
mencatat jurnal sebagai berikut:

31 Desember 2014 (untuk mencatat penerimaan barang)


Dr. Persediaan Rp 2.725.511.309
Cr. Utang yang Belum Difakturkan Rp 2.725.511.309

Atas hasil diskusi tersebut, tim audit mendeteksi adanya salah


pencatatan yang dilakukan oleh PT EX. Kesalahan ini menyebabkan
adanya penggandaan pada aset, yaitu pada FSLI beban dibayar di muka
dan FSLI persediaan. Oleh karena itu, tim audit mengajukan jurnal
penyesuaian sebagai berikut:

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


77

31 Desember 2014 (jurnal penyesuaian yang diajukan tim audit)

Dr. Utang yang Belum Difakturkan Rp 2.756.981.679


Cr. Keuntungan selisih kurs Rp 31.470.370
Cr. Uang Muka Vendor (Impor) Rp 2.725.511.309

Dengan menggunakan metode targeted testing, tim audit tidak


perlu melakukan proyeksi salah saji terhadap populasi. Namun dengan
metode targeted testing, tim audit harus mempertimbangkan pula item-
item yang tidak diuji. Tetapi karena item-item yang tidak diuji pada FSLI
beban dibayar di muka ini lebih kecil daripada PM, maka tim audit tidak
perlu melakukan prosedur tambahan.

b. Analisis Daftar Asuransi

Prosedur ini bukan merupakan pengujian substantif untuk menguji


rincian saldo. Namun, prosedur ini perlu dilakukan untuk
mengakomodasi tanggapan manajemen PT EX terkait going concern
pada aktivitas perencanaan (lihat subbab 4.1.1.5 (i) pada halaman 59).
Manajemen PT EX memberikan tanggapan bahwa PT EX telah
mengansuransikan aset tetap perusahaan, di mana manajemen percaya
bahwa asuransi tersebut dapat menutupi kemungkinan kerugian akibat
bencana alam atau faktor eksternal lain. Atas pernyataan manajemen PT
EX tersebut, tim audit menguji apakah benar transaksi asuransi yang
telah dilakukan oleh PT EX dapat menutupi semua aset tetap perusahaan.

Prosedur analisis daftar asuransi ini dilakukan dengan


membandingkan antara nilai yang diasuransikan untuk setiap aset tetap
dengan nilai buku dari setiap aset tetap tersebut. Hasil dari prosedur ini
menunjukkan bahwa transaksi asuransi yang telah dilakukan oleh
perusahaan ternyata tidak memiliki kecukupan untuk menutupi semua
kerugian jika terjadi bencana alam atau faktor eksternal lain. Asuransi
tersebut hanya dapat menutupi kerugian sebesar 24-69% dari seluruh aset
tetap. Tim audit mendokumentasikan hasil temuan tersebut sebagai

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


78

kekurangan / kelemahan pengendalian (control deficiencies / weaknesses


– CD/W) untuk selanjutnya dikomunikasikan kepada manajemen PT EX.

4.1.2.8 Utang Usaha

Berikut ini adalah Tabel 4.12 yang merangkum pengujian substantif dan
pengujian lain pada FSLI utang usaha:

Tabel 4.13 Detil Pengujian Substantif– Utang Usaha


Metode
Prosedur Asersi Pengambilan
Sampel
1. Lead Schedule - Utang Usaha P&D -
2. Pengujian atas Rekonsiliasi Utang Usaha -
C, A, CO,
a. Rekonsiliasi Daftar Utang Usaha
E/O
b. Penelaahan Analisis C, A, E/O
3. Pengujian atas Kewajiban Tidak Tercatat:
C, A, CO,
a. Pengujian Pembayaran Selanjutnya NSS
R&O, V/A
Targeted
CO, A
Testing
b. Pengujian Faktur Pembelian Terbuka
C, A, CO,
NSS
R&O, V/A
4. Mengidentifikasi Adanya Kontijensi /
Komitmen:
C, E&O,
a. Pengujian atas Kontrak Sewa (leasing) R&O, -
P&D, V
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Bagian selanjutnya dari subbab ini akan menjelaskan setiap prosedur pada
pengujian substantif atas FSLI utang usaha tersebut.

1. Lead Schedule (LS) – Utang Usaha

Sama seperti pada FSLI beban dibayar di muka, LS ini digunakan untuk
membantu tim audit dalam memetakan akun apa saja yang termasuk ke dalam
FSLI utang usaha. FSLI utang usaha pada PT EX berisi utang dagang impor
dan lokal dan utang yang belum difakturkan.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


79

Hasil analisis atas LS utang usaha ini tidak jauh berbeda dengan hasil
analisis saat penilaian risiko pada aktivitas perencanaan (lihat subbab 4.1.1.5
(e) pada halaman 56). LS ini menunjukkan adanya penurunan yang signifikan
atas FSLI utang usaha di tahun 2014. Hal ini dikarenakan keinginan yang lebih
besar dari PT EX untuk segera melunasi utang-utangnya di tahun 2014 (jika
dibandingkan dengan keinginan PT EX di tahun 2013). Selain hal tersebut, tim
audit tidak menemukan keganjalan pada analisis LS ini.

2. Pengujian atas Rekonsiliasi Utang Usaha

Terdapat 2 (dua) prosedur pada pengujian atas rekonsiliasi utang usaha,


yaitu dengan menghitung kembali rekonsiliasi utang usaha dan melakukan
analisis atas penelaahan hasil rekonsiliasi tersebut. Berikut ini akan dijelaskan
kedua prosedur tersebut dengan lebih rinci:

a. Rekonsiliasi Daftar Utang Usaha

Rekonsiliasi ini dilakukan dengan membandingkan antara 3 (tiga)


hal, yaitu aging schedule utang usaha yang telah dibuat oleh klien, nilai
utang usaha berdasarkan daftar utang usaha (accounts payables listing –
AP Listing) PT EX, dan nilai total utang usaha pada neraca saldo (trial
balance−TB). Berikut ini adalah langkah-langkah dalam melakukan
rekonsiliasi atas utang usaha:

Langkah ke-1: Meminta AP Listing dari klien

Pada langkah pertama ini, auditor harus menjamin keandalan dari


data. Untuk rekonsiliasi daftar utang usaha pada PT EX, auditor
mengamati secara langsung bagaimana klien mengambil AP Listing
tersebut. PT EX mengambil AP Listing langsung dari SAP sehingga
auditor dapat menjamin keandalan sumber data tersebut. AP Listing ini
berisi daftar semua utang usaha baik impor maupun lokal. Daftar tersebut
setidaknya berisi rincian nama vendor, nilai utang, dan tanggal jatuh
tempo utang tersebut. Terdapat 3 (tiga) mata uang yang digunakan untuk
transaksi ini, yaitu Rupiah, USD, dan Euro.
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


80

Langkah ke-2: Menghitung aging schedule utang usaha

Dalam melakukan perhitungan ini, auditor terlebih dahulu


mengubah semua nilai mata uang pada AP Listing menjadi Rupiah.
Auditor menggunakan kurs dari BI untuk tanggal 31 Desember 2014 (1
USD = Rp 12.440,00 dan 1 Euro = Rp 15.133,00). Selanjutnya, auditor
menghitung days outstanding, yaitu jarak antara tanggal 31 Desember
2014 (tanggal tutup buku) hingga tanggal jatuh tempo. Perhitungan days
outstanding ini penting untuk memastikan bahwa utang usaha yang
terdaftar merupakan utang usaha yang masih menjadi kewajiban PT EX
pada tanggal 31 Desember 2014. Kemudian, auditor menjumlahkan
semua utang berdasarkan periode jatuh temponya.

Langkah ke-3: Meminta aging schedule yang telah dibuat oleh PT EX

Sama dengan ketika meminta AP Listing, auditor harus menjamin


keandalan data. Untuk aging schedule ini, PT EX juga mengambilnya
langsung dari SAP. Aging schedule ini menunjukkan periode jatuh tempo
masing-masing utang usaha dan jumlah yang harus dibayarkan saat jatuh
tempo.

Langkah ke-4: Membandingkan nilai utang usaha

Berikut ini adalah tabel yang merangkum perbandingan antara


perhitungan tim audit dengan klien.

Tabel 4.14 Perbandingan Aging Schedule dan AP Listing – Utang Usaha


Menurut KAP
Perhitungan Menurut Klien Selisih
CE
Aging
Rp 21.123.948.756 Rp 20.397.029.065 Rp 726.919.691
Schedule
AP Listing Rp 21.123.948.756 Rp 21.123.948.756 -
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Selisih pada aging schedule utang usaha klien muncul akibat


kesalahan translasi dari mata uang asing menjadi mata uang rupiah.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


81

Adanya selisih ini selanjutnya dikomunikasikan kepada klien. Atas


permasalahan tersebut, klien memberikan tanggapan bahwa kesalahan
translasi tersebut telah dievaluasi oleh Y CO ketika Y CO melakukan
penelaahan YE Package bulanan. Oleh karena itu, Y CO membuat
penyesuaian pada nilai utang usaha. Penyesuaian tersebut dilakukan atas
perhitungan translasi mata uang asing ke Rupiah yang tidak tepat. Nilai
utang usaha hasil evaluasi Y CO inilah yang dicantumkan oleh PT EX
pada TB. Berikut ini merupakan perhitungan nilai utang usaha setelah
disesuaikan dengan hasil evaluasi Y CO,:

Tabel 4.15 Perbandingan Hasil Perhitungan KAP CE dan TB – Utang Usaha

Perhitungan Menurut KAP CE Menurut Klien Selisih

TB Rp 21.123.948.756 Rp 21.191.930.063 Rp (67.981.307)


Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Berdasarkan selisih tersebut, tim audit memutuskan untuk tidak


mengajukan jurnal penyesuaian karena nilai selisih berada dibawah
SUM.

b. Penelaahan Analisis

Karena PT EX tidak menggunakan basis akrual, semua utang


diklasifikasikan oleh PT EX sebagai utang usaha. Oleh karena itu,
langkah ini diambil. Langkah ini bertujuan untuk mendeteksi adanya
pengelompokan utang usaha yang tidak tepat. Langkah ini dilakukan
melalui penelaahan utang usaha yang sudah melampaui masa jatuh
tempo. Dari seluruh utang usaha, terdapat utang usaha sebesar Rp
7.921.799.522,00 yang telah lewat masa jatuh tempo.

Salah satu dari transaksi utang usaha tersebut yaitu transaksi antara
PT EX dengan PT W dengan harga Rp 7.069.348.499,00. PT W dan PT
EX sepakat untuk menggunakan pembayaran berbasis cicilan. Tanggal
jatuh tempo transaksi dengan PT W ini yaitu pada tanggal 31 Desember
2013. Tanggal jatuh tempo tersebut sangat jauh dari tanggal 31
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


82

Desember 2014. Berdasarkan diskusi dengan manajemen, utang usaha


pada PT EX biasanya memiliki masa pelunasan pembayaran selama 60
hari. Setelah dikonfirmasi lebih lanjut, tim audit mendapati bahwa
transaksi dengan PT W ini merupakan transaksi pembelian aset tetap
sehingga transaksi ini tidak tepat jika diklasifikasikan sebagai utang
usaha. Sebelumnya, PT EX telah mencatat utang usaha ini pada akun
utang dagang (lokal). Oleh karena itu, tim audit mengajukan jurnal
penyesuaian untuk melakukan reklasifikasi utang dari FSLI utang usaha
menjadi FSLI akrual, provisi, dan kewajiban lainnya. Berikut ini
merupakan jurnal penyesuaiannya:

31 Desember 2014 (jurnal penyesuaian yang diajukan tim audit)

Dr. Utang Dagang (Lokal) Rp 7.069.348.499


Cr. Utang Lain-lain Rp 7.069.348.499

Selain transaksi tersebut, masih terdapat beberapa utang usaha


yang melampaui jatuh temponya dengan nilai Rp 852.451.023,00 (Rp
7.921.799.522,00 dikurangi Rp 7.069.348.499,00). Namun karena nilai
tersebut tidak material atau lebih kecil daripada nilai ambang batas atau
PM, maka tidak diperlukan adanya prosedur lebih lanjut.

3. Pengujian atas Kewajiban Tidak Tercatat

Berdasarkan pemahaman tim audit atas proses pembelian di PT EX,


proses pengiriman barang (jarak antara tanggal diterbitkannya DO atau BL
dengan tanggal diterimanya barang) hanya membutuhkan 2 (dua) hari untuk
pembelian lokal dan membutuhkan 7 (tujuh) hari untuk pembelian impor.
Berdasarkan pemahaman tim audit tersebut, tim audit menyimpulkan bahwa
risiko salah saji material atas kewajiban tidak tercatat seharusnya tidak begitu
tinggi.

Untuk mendeteksi adanya kewajiban tidak tercatat ini, tim audit


mendeteksinya melalui 2 (dua) cara, yaitu menguji pembayaran selanjutnya
(pembayaran yang dilakukan oleh PT EX setelah tanggal 31 Desember 2014)
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


83

dan menguji faktur pembelian terbuka (faktur pembelian yang sudah diterima
PT EX namun masih belum dibayar oleh PT EX). Kedua prosedur tersebut
diharapkan dapat menangkap asersi terkait kewajiban tidak tercatat terutama
untuk asersi pisah-batas.

a. Pengujian Pembayaran Selanjutnya

Tujuan dari prosedur ini yaitu untuk memastikan bahwa semua


transaksi utang pada tahun 2014 telah tercatat dan tidak ada utang tahun
2015 yang dicatat pada periode tahun 2014. Pada pengujian ini, tim audit
memilih untuk menggunakan metode NSS karena tim audit tidak
mendeteksi adanya bagian tertentu yang mungkin memiliki risiko salah
saji material. Berikut merupakan tabel rancangan pengujian pembayaran
selanjutnya:

Tabel 4.16 Rancangan Pengujian Pembayaran Selanjutnya – Utang Usaha


Saldo debit pada rekening koran tanggal 1
Populasi
Januari 2015 sampai dengan 31 Januari 2015
Sumber data yang digunakan adalah rekening
koran yang telah dibuat oleh pihak eksternal.
Selain itu, tim audit juga telah menghitung
Keandalan Data rekonsiliasi bank. Peritungan rekonsiliasi bank
tersebut tidak menunjukkan adanya salah saji.
Oleh karena itu, tim audit tidak meragukan
keandalan data.
202 item dengan jumlah nilai Rp
Jumlah populasi
1.354.500.692,00
PM Rp 1.332.750.000,00
Penentuan salah saji Kesalahan pencatatan periode utang
Rp 270.900.138,00 (20% dari nilai populasi)
Maksimum salah saji yang
Persentase berdasarkan kearifan profesional tim
dapat ditoleransi
audit
Tingkat bukti yang Rendah (berdasarkan kearifan profesional tim
diharapkan audit)
Jumlah sampel 4 (empat) atau Rp 994.89.633,00
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Berdasarkan hasil pengujian, tidak terdapat pengecualian atau


salah saji yang ditemukan. Dengan metode NSS, tim audit harus
memproyeksikan temuan tersebut terhadap populasi. Karena tidak ada

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


84

salah saji pada sampel, hasil proyeksi terhadap populasi pun


menunjukkan tidak ada salah saji. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat utang tahun 2014 yang tidak tercatat dan tidak ada pula utang
tahun 2015 yang tercatat pada periode tahun 2014.

b. Pengujian Faktur Pembelian Terbuka

Tujuan dari prosedur ini sama dengan tujuan dari prosedur


pengujian pembayaran selanjutnya. Namun kali ini, pengujian dengan
menggunakan faktur pembelian terbuka atau faktur yang masih belum
lunas (outstanding). Populasi dari pengujian kali ini yaitu faktur
pembelian bulan Januari 2015 dan faktur pembelian pada tahun 2014
yang masih belum dilunasi. Pada pengujian kali ini, tim audit
memutuskan untuk menggunakan metode targeted testing karena tim
audit mengidentifikasi adanya risiko salah saji yang tinggi pada bagian
tertentu. Berikut ini tabel yang merangkum rancangan pengujian dengan
metode targeted testing:

Tabel 4.17 Rancangan Pengujian Faktur Pembelian Terbuka – Targeted


Testing
Daftar faktur pembelian yang telah diberi tanda
terima kasir PT EX. Data ini diambil dari sistem
Sumber data populasi
secara langsung. Keandalan data pada sistem
telah diuji oleh tim RCS.
180 item dengan jumlah nilai Rp
Jumlah populasi
4.951.586.537,00
Penentuan salah saji Kesalahan pencatatan periode utang
Justifikasi pemilihan
Item-item dengan nilai di atas Rp 100.000.000,00
sampel
Jumlah kuantitas
11 (sebelas) item
sampel
Jumlah nilai sampel Rp 2.081.502.429,00 atau 42% dari populasi
Tindakan terhadap item Melakukan pengujian lebih lanjut dengan
yang tidak diiuji menggunakan metode NSS
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Untuk melakukan prosedur kali ini, auditor meminta dokumen


pendukung yang dapat mendukung pengujian. Dokumen pendukung
tersebut meliputi faktur pembelian dan NPB (jika ada). Pada prosedur
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


85

kali ini, atribut yang paling utama yaitu tanggal penentuan terjadinya
transaksi. Berdasarkan hasil pengujian, tim audit menemukan salah saji
material (di atas nilai SUM).

Salah saji tersebut terjadi pada transaksi dengan PT V, perusahaan


jasa logistik yang dipilih oleh PT EX untuk mengirimkan persediaan
yang telah siap dari O Corp (pemasok persediaan). PT EX membeli
persediaan dari O Corp (perusahaan luar negeri) dengan tanggal faktur
pembelian yaitu tanggal 26 Desember 2014. Persediaan tersebut dikirim
oleh O Corp pada tanggal 26 Desember 2014. Beban jasa logistik
ditanggung oleh PT EX. Barang tersebut diterima oleh perusahaan pada
tanggal 31 Desember 2014. Sedangkan tanggal faktur dari jasa logistik
yaitu tanggal 5 Januari 2015 atau 5 (lima) hari setelah barang diterima
perusahaan. Tagihan dari perusahaan jasa logistik ke PT EX senilai
sebesar Rp 628.988.261,00 Perusahaan membuat jurnal terkait transaksi
dengan jasa logisik pada tanggal 5 Januari 2015.

Untuk transaksi dengan jasa logistik, tanggal terjadinya transaksi


adalah tanggal diterimanya barang bukan tanggal faktur pembelian. Oleh
karena itu, seharusnya PT EX mencatat transaksi dengan jasa logistik
pada tanggal 31 Desember 2014 bukan pada tanggal 5 Januari 2015.
Karena nilainya yang material, tim audit mengajukan jurnal peyesuaian
sebagai berikut:

31 Desember 2014 (jurnal penyesuaian yang diajukan tim audit)

Dr. Biaya Kirim Pabrik Rp 628.988.261


Cr. Utang dagang (lokal) Rp 628.988.261

Karena prosedur yang digunakan adalah targeted testing, maka


auditor tidak perlu memproyeksikan salah saji terhadap populasi. Namun
karena item lain yang tidak diuji masih memiliki nilai yang besar (di atas
PM), maka tim audit harus melakukan prosedur tambahan. Tim audit PT

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


86

EX memilih untuk melakukan pengujian yang sama, namun dengan


menggunakan metode NSS. Berikut ini merupakan rancangan pengujian
faktur pembelian terbuka dengan NSS:

Tabel 4.18 Rancangan Pengujian Faktur Pembelian Terbuka – NSS


Daftar faktur pembelian yang telah diberi tanda
terima kasir PT EX. Data ini diambil dari
Sumber data populasi
sistem secara langsung. Keandalan data pada
sistem telah diuji oleh tim RCS.
169 item dengan jumlah nilai Rp
2.870.084.100,00 (nilai total daftar faktur
Jumlah populasi
pembelian dikurangi jumlah sampel targeted
testing)
PM Rp 1.332.750.000,00
Penentuan salah saji Kesalahan pencatatan periode utang
Item dengan pengujian
11 (sebelas) item dengan nilai Rp
Targeted atau Item dengan
2.081.502.429,00
nilai tidak material
Rp 574.016.821,00 (20% dari nilai populasi)
Maksimum salah saji yang
Persentase berdasarkan kearifan profesional tim
dapat ditoleransi
audit
Tingkat bukti yang Rendah (berdasarkan kearifan profesional tim
diharapkan audit)
Jumlah kuantitas sampel 4 (empat) item atau Rp 215.410.747,00
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Berdasarkan hasil pengujian faktur pembelian terbuka dengan


metode NSS, tim audit tidak menemukan adanya salah saji material.
Namun karena prosedur NSS ini merupakan prosedur tambahan, maka
tim audit harus memberikan alasan yang rasional terhadap persentase
salah saji yang jauh berbeda (lihat Tabel 4.18) antara pengujian targeted
testing dengan NSS.

Tabel 4.19 Perbandingan Salah Saji Targeted Testng dan NSS


Targeted Testing NSS
Total jumlah sampel Rp 2.081.502.429,00 Rp 215.410.747,00
Salah saji material (Rp) Rp 628.988.261,00 Rp 0,00
Salah saji (%) 30,2% 0%
Selisih salah saji (%) 30,2%
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


87

Selisih yang sebesar 30,2% merupakan selisih yang material. Oleh


karena itu tim audit melakukan penelaahan kembali atas salah saji yang
terjadi saat pengujian targeted testing. Salah saji yang terjadi tersebut
merupakan salah saji akibat transaksi freight-forwarding. Karena
perusahaan tidak mengenal basis akrual, perusahaan selalu mencatat
jurnal sesuai dengan tanggal faktur pembelian. Dari hasil penelaahan
tersebut, tim audit memutuskan untuk melihat kembali transaksi dengan
freight-forwarder.

PT EX menggunakan 2 (dua) vendor untuk melakukan freight-


forwarding, yaitu PT V dan PT W. Berdasarkan daftar AP Listing pada
bulan Januari 2015, tim audit mengidentifikasi adanya transaksi dengan
PT V senilai Rp 628.988.261,00 (nilai yang telah dievaluasi dengan
metode targeted testing) dan transaksi dengan PT W senilai Rp
89.191.428,00. Nilai yang belum diuji adalah sebesar Rp 89.191.428,00.
Nilai tersebut jauh di bawah SUM sehingga tim audit memutuskan untuk
tidak melakukan prosedur audit lebih lanjut lagi.

4. Mengidentifikasi Adanya Kontinjensi / Komitmen

Dengan prosedur ini, auditor dituntut untuk mengidentifikasi akan


adanya kewajiban kontinjensi dan komitmen. Berdasarkan tanya-jawab
dengan manajemen, PT EX tidak memiliki kewajiban kontinjensi maupun
komitmen dengan pihak ketiga, Perusahaan hanya memiliki operating lease
untuk mobil operasional. Dan maka dari itu, tim audit tidak begitu
mempertimbangkan terkait risiko salah saji material dari komitmen karena PT
EX tidak mengalami kerugian akibat adanya kontinjensi yang dicatat. Untuk
menindaklanjuti operating lease yang dilakukan oleh P EX, tim audit hanya
melakukan prosedur pengujian atas kontrak sewa yang akan dijelaskan berikut
ini:

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


88

a. Pengujian atas Kontrak Sewa

Pada pengujian kali ini, tim audit hanya melakukan perhitungan


ulang bunga atas sewa. Kemudian membandingkan hasil perhitungan
dengan nilai yang ada di sistem PT EX. Namun pada pengujian kali ini,
penulis tidak akan membahas lebih dalam terkait pengujian ini karena
pengujian ini dilakukan oleh senior sehingga penulis tidak mengetahui
penjelasan secara rinci pengujian kali ini. Berdasarkan hasil pengujian
ini, tim audit tidak menemukan adanya salah saji material atas nilai
perhitungan bunga sewa. Oleh karena itu, tim audit tidak melakukan
prosedur lebih lanjut.

4.1.2.9 Akrual, Provisi, dan Kewajiban Lainnya

Berikut ini adalah Tabel 4.19 yang merangkum pengujian substantif dan
pengujian lain pada FSLI akrual, provisi, dan kewajiban lain:

Tabel 4.20 Detil Pengujian Substantif – Akrual, Provisi, & Kewajiban


Lainnya

Metode
Prosedur Asersi Pengambilan
Sampel
1. Lead Schedule - Akrual, Provisi, dan
P&D -
Kewajiban Lainnya
2. Pengujian atas Kewajiban Tidak Tercatat:
C, A, CO,
a. Pengujian Pembayaran Selanjutnya NSS
R&O, V/A
Targeted
CO, A
Testing
b. Pengujian Faktur Pembelian Terbuka
C, A, CO,
NSS
R&O, V/A
3. Mengidentifikasi Adanya Kontijensi /
Komitmen:
C, E&O, R&O,
a. Pengujian atas Kontrak Sewa (leasing) -
P&D, V/A
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Prosedur tersebut tidak banyak berbeda dengan pengujian atas FSLI utang
usaha karena pada prosedur kedua (Pengujian atas Kewajiban Tidak Tercatat),

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


89

segala jenis kewajiban dapat diuji, baik itu kewajiban yang ada pada FSLI utang
usaha maupun kewajiban yang ada pada FSLI akrual, provisi, dan kewajban
lainnya. Prosedur tambahan akan dilakukan jika pada pengujian tersebut ditemukan
adanya salah saji atau pengecualian. Prosedur tambahan tersebut digunakan untuk
menguji apakah salah saji tersebut dengan tepat diklasifikasikan sebagai FSLI utang
usaha atau FSLI akrual, provisi, dan kewajiban lainnya.

Selain itu, transaksi yang dilakukan oleh PT EX pada umumnya adalah


transaksi sederhana sehingga tidak terdapat transaksi terkait kewajiban kontinjensi
dan provisi. Terdapat dua transaksi terkait akrual adalah transaksi sewa (leasing)
dan pencadangan rencana pensiun (provision retirement plan). Oleh karena itu, tim
audit menginvestigasi lebih lanjut terkait 2 (dua) transaksi tersebut. Investigasi
terhadap transaksi sewa telah dibahas sebelumnya pada subbab utang usaha.
Sedangkan provision retirement plan, tidak akan dibahas pada laporan magang kali
ini karena bahasan tersebut lebih relevan untuk tulisan yang membahas terkait
siklus imbalan kerja.

4.1.2.10 Beban Operasional

Berikut ini adalah Tabel 4.20 yang merangkum pengujian substantif dan
pengujian lain pada FSLI beban operasional:

Tabel 4.21 Detil Pengujian Substantif– Beban Operasional


Metode
Prosedur Asersi Pengambilan
Sampel
1. Lead Schedule - Beban Operasional P&D -
2. Pengujian atas Transaksi Beban C, A, CO, E/O,
NSS
Operasional V/A, P&D
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Jika dilihat dari tabel tersebut, prosedur tersebut tidak mencakup asersi R&O
karena asersi tersebut telah dicapai dengan ToC. Sehingga tim audit tidak perlu
melakukan prosedur tambahan untuk memenuhi asersi tersebut.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


90

1. Lead Schedule (LS) – Beban Operasional

Tidak berbeda dengan FSLI sebelumnya, LS juga diperlukan pada audit


FSLI beban operasional karena nilai yang ada di LS nantinya akan ditampilkan
di laporan keuangan. Beban operasional di PT EX terdiri dari beban iklan,
listrik, administrasi, depresiasi, gaji, dan sebagainya. Berdasarkan hasil
perhitungan LS, tidak terdapat fluktuasi yang signifikan pada LS untuk FSLI
beban operasional

2. Pengujian atas Transaksi Beban Operasional

Lain dengan FSLI sebelumnya yang melakukan pengujian atas semua


akun pada LS, pengujian atas transaksi beban operasional ini tidak melibatkan
beberapa akun. Akun-akun yang dikeluarkan dari pengujian kali ini yaitu akun
gaji, depresiasi dan amortisasi, serta employee benefit. Akun-akun tersebut
tidak diuji pada siklus pembelian dan utang, namun akun-akun tersebut tetap
diuji pada siklus yang berbeda.

Pengujian kali ini menggunakan metode NSS karena tim audit tidak
mendeteksi adanya area yang berpotensi memiliki risiko salah saji material.
Selain itu, salah saji material pada pengujian kali ini mungkin untuk
diproyeksikan terhadap populasi.

Prosedur kali ini merupakan prosedur untuk menanggapi risiko yang telah
diidentifikasi saat aktivitas perencanaan (lihat subbab 4.1.1.5 (e) halaman 56).
Risiko tersebut terkait kesalahan pengklasifikasian antara beban operasional
dengan biaya penjualan (cost of sales). Oleh karena itu, dalam pengujian kali
ini, auditor meminta dokumen pendukung yang dapat diandalkan, seperti
faktur pembelian, bukti pembayaran, dan NPB.

Berikut ini merupakan rincian rancangan pengujian atas transaksi beban


operasional:

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


91

Tabel 4.22 Rancangan Pengujian atas Transaksi Beban Operasional– NSS


Daftar beban operasional untuk periode 1
Sumber data populasi
Januari 2014 sampai dengan 31 Desember 2014
2500 item dengan jumlah nilai Rp
Jumlah populasi
10.281.243.981,00
PM Rp 1.332.750.000,00
- Perbedaan jumlah nilai secara moneter,
periode, kuantitas, dan deskripsi barang /
jasa antara daftar beban operasional dengan
Penentuan salah saji
dokumen pendukung.
- Tidak secara tepat diklasifikasikan sebagai
beban operasional
Sesuai dengan nilai PM atau Rp
Maksimum salah saji yang
1.332.750.000,00
dapat ditoleransi
(12,9% dari populasi)
Tingkat bukti yang Rendah (berdasarkan kearifan profesional tim
diharapkan audit)
Jumlah sampel 7 (tujuh) item dengan nilai Rp 1.156.981.525,00
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Berdasarkan pengujian tersebut, tim audit tidak mendeteksi adanya salah


saji material. Hal ini dapat disimpulkan bahwa beban operasional telah dicatat
secara tepat.

4.1.3 Bagian Proses Audit Tahap III: Aktivitas Penyelesaian

Setelah merealisasikan rencana audit, tahap selanjutnya yaitu aktivitas


penyelesaian. Aktivitas ini berisi beberapa prosedur yang digunakan untuk
mendukung penentuan opini auditor. Prosedur tersebut terdiri dari:

1. Merangkum salah saji untuk memberikan pertimbangan dalam penentuan


opini

Berikut ini merupakan rangkuman atas salah saji yang terjadi pada siklus
pembelian dan utang PT EX:

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


92

Tabel 4.23 Rangkuman Salah Saji pada Siklus Pembelian dan Utang PT EX
Nilai (Rp)
No Journal
Dr Cr
1 Untuk menghapus aset utang dagang dan utang
Utang Dagang Lokal 677.900.250
Uang Muka Vendor (Lokal) 677.900.250

2 Untuk menyesuaikan utang yang dicatat secara ganda


Utang yang Belum Difakturkan 2.756.981.679
Keuntungan selisih kurs 31.470.370
Uang Muka Vendor (Impor) 2.725.511.309

3 Untuk melakukan reklasifikasi utang dari FSLI utang usaha menjadi


FSLI akrual, provisi, dan kewajiban lainnya
Utang dagang (Lokal) 7.069.348.499
Utang lain-lain 7.069.348.499

4 Untuk menyesuaikan adanya kewajiban tidak tercatat


Biaya Kirim Pabrik 628.988.261
Utang dagang (lokal) 628.988.261
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Dari seluruh salah saji yang ditemukan, auditor harus mampu menggunakan
kearifan profesionalnya untuk menentukan apakah salah saji tersebut termasuk
tindak kecurangan atau hanya kesalahan biasa. Untuk salah saji pada siklus
pembelian dan utang di PT EX ini, salah saji hanya disebabkan karena kesalahan
biasa, bukan karena tindak kecurangan.

Tabel 4.24 Perbandingan Tingkat Materialitas dengan Salah Saji Aktual


Tingkat Materialitas yang Telah Total Salah Saji yang Terdeteksi
Ditentukan (Siklus Pembelian dan Utang)
Overall Materiality (OM)
Rp 1.770.000.000,00
Performance Materiality (PM) Rp 11.133.221.024, 00
Rp 1.332.750.000,00
Summary of Uncorrected Materiality
(SUM)
Rp 177.700.000,00
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


93

Selanjutnya, auditor harus menentukan apakah salah saji tersebut bersifat


material atau tidak. Untuk menentukan hal tersebut, auditor membandingkan antara
salah saji yang terjadi dengan tingat materialitas yang telah ditentukan saat aktivitas
perencanaan. Berdasarkan Tabel 4.23, dapat disimpulkan bahwa salah saji yang
terjadi pada siklus pembelian dan utang bersifat material.

2. Membuat rangkuman secara keseluruhan

Pada tahap ini, auditor seperti mengulang prosedur analisis penilaian risiko
(lihat subbab 4.1.1.5 (e) halaman 56). Namun nilai yang dibandingkan saat ini
adalah nilai 31 Desember 2013 dan 31 Desember 2014 (baik laporan posisi
keuangan maupun laporan laba rugi).

Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk PT EX, semua fluktuasi


signifikan yang terjadi memiliki alasan yang dapat diterima. Sehingga tim audit
tidak mencatat adanya permasalahan yang signifikan.

3. Melakukan prosedur tertentu untuk pembuatan laporan keuangan

Pada tahap ini, auditor mengecek kembali laporan keuangan yang akan dirilis
dengan melakukan footing, cross-footing, dan cross-reference. Hal ini dilakukan
untuk memastikan angka dan nomor referensi yang ditampilkan dan diungkapkan
pada laporan keuangan telah sesuai dan dapat diandalkan.

4. Mengidentifikasi adanya kejadian selanjutnya (subsequent events)

Dalam melakukan hal ini, KAP CE mengacu pada International Standard on


Review Engagement (ISRE) 2410.26. Standar tersebut mengajukan 3 (tiga)
prosedur yang perlu dilakukan untuk menelaah subsequent events yang mungkin
terjadi. Prosedur tersebut yaitu memahami prosedur manajemen untuk
mengidentifikasi subsequent events, melakukan tanya-jawab dengan manajemen
atau TCWG tentang subsequent events yang mungkin berpengaruh pada laporan
keuangan, dan membaca risalah rapat.

Pada penugasan audit di PT EX, tim audit melakukan prosedur pertama dan
kedua saja. Tim audit tidak membaca dan menelaah risalah rapat karena PT EX
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


94

tidak pernah mendokumentasikan hasil rapatnya secara tertulis. Berdasarkan hasil


pelaksanaan kedua prosedur tersebut, tim audit tidak mengidentifikasi adanya
kemungkinan subsequent events.

5. Mendapatkan representasi manajemen

Auditor harus mendapatkan surat representasi manajemen yang mencakup


tanggung jawab auditor atas laporan keuangan. Surat representasi manajemen pada
penugasan audit PT EX telah diterima dengan tanggal surat yaitu tanggal 16
Februari 2015.

6. Melakukan pengecekan apakah semua pekerjaan telah selesai dilaksanakan


dan telah diperiksa oleh engagement leader (EL)

Tim audit PT EX telah memberikan konfirmasi bahwa semua prosedur audit


yang diperlukan telah diselesaikan. Selain itu, semua prosedur juga telah
didokumentasikan dengan baik dan telah diperiksa oleh EL.

7. Mempertimbangkan kebijakan manajemen risiko, permasalahan signifikan

Semua kebijakan manajemen risiko telah dipatuhi oleh tim. Selain itu,
permasalahan yang signifikan pada proses audit PT EX adalah permasalahan terkait
salah saji yang material. Salah saji tersebut merupakan akibat dari penggunaan basis
akrual yang tidak tepat. Permasalahan tersebut signifikan karena hal ini
menunjukkan bahwa pelaporan keuangan pada PT EX tidak mematuhi standar yang
berlaku (IFRS dan PSAK). Selain permasalahan tersebut, tim audit tidak mencatat
adanya permasalahan signifikan lain yang dapat berdampak pada pelaporan
keuangan.

8. Menelaah kembali setiap kata pada laporan keuangan dan menandatangani


opini audit;

Hingga ditulisnya laporan magang ini, prosedur audit hanya sampai dengan
tahap ini. Semua perkataan pada laporan keuangan dan laporan audit telah diperiksa
kembali, opini audit untuk PT EX juga telah diformulasikan, namun laporan audit
PT EX belum dirilis. Oleh karena itu, 2 (dua) prosedur yang seharusnya
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


95

dilaksanakan selanjutnya belum sempat dilaksanakan. Dua prosedur tersebut yaitu


mengevaluasi kinerja anggota tim audit dan mengarsipkan hasil laporan audit atas
laporan keuangan.

4.2 Kelemahan Pengendalian PT EX dan Rekomendasi Audit

Tim audit mencatat beberapa kelemahan atas pengendalian pada siklus


pembelian dan utang PT EX. Berikut ini merupakan rangkuman dari kelemahan
pengendalian tersebut:

1. Rekonsiliasi nilai tukar mata uang asing yang tidak tepat

Seperti pada pengujian atas utang usaha (lihat subbab 4.1.2.8 halaman 79),
Y CO memberikan penyesuaian atas nilai utang usaha PT EX. Penyesuaian tersebut
bertujuan untuk mengoreksi perhitungan konversi dari mata uang asing ke rupiah.
PT EX menggunakan basis tanggal atas nilai tukar yang tidak tepat. Untuk
menghitung utang usaha per 31 Desember 2014, PT EX menggunakan nilai tukar
pada tanggal jatuh tempo, bukan nilai tukar yang berlaku pada tanggal 31 Desember
2014 (1 USD = Rp 12.440,00 dan 1 Euro = Rp 15.133,00). Penggunaan nilai tukar
yang tidak tepat tersebut dapat membuat nilai utang usaha pada tanggal 31
Desember 2014 tidak sesuai. Berdasarkan hal demikian, dapat disimpulkan bahwa
PT EX tidak memiliki sistem rekonsiliasi yang tepat atas transaksi dengan mata
uang asing.

2. Sistem penjurnalan yang kurang tepat

Berikut ini adalah penjurnalan yang digunakan oleh PT EX pembelian bahan


baku senilai Rp 100.000.000,00. Pembayaran atas pembelian bahan baku tersebut
dilakukan hanya sekali.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


96

Tabel 4.25 Jurnal Beban Dibayar di Muka


Nilai (Rp)
No Jurnal – PT EX
Dr Cr
1 Untuk mencatat pembayaran atas beban dibayar di muka
Uang Muka Vendor 100.000.000
Kas di Bank 100.000.000

2 Untuk mencatat penerimaan barang yang telah tiba di gudang PT EX


Bahan Baku 100.000.000
Utang yang Belum Difakturkan 100.000.000

3 Pencatatan ketika faktur pembelian diterima oleh PT EX


Utang yang Belum Difakturkan 100.000.000
Utang Usaha 100.000.000
Utang Usaha 100.000.000
Uang Muka Vendor 100.000.000
Nilai (Rp)
No Jurnal Seharusnya
Dr Cr
Untuk mencatat pembayaran atas bahan baku dalam perjalanan (raw
1
material in transit)
Bahan Baku dalam Perjalanan 100.000.000
Kas di Bank 100.000.000

2 Untuk mencatat penerimaan barang yang telah tiba di gudang PT EX


Bahan Baku 100.000.000
Bahan Baku dalam Perjalanan 100.000.000
Sumber: Kertas Kerja KAP CE, 2015 (telah diolah).

Beban dibayar di muka berbeda dengan uang muka. Beban dibayar di muka
adalah beban yang telah dibayar lunas sehingga tidak menimbulkan kewajiban lagi
bagi pembeli. Seperti yang diatur pada kerangka konseptual IAS paragraf 91,
kewajiban diakui ketika terdapat kemungkinan atas keluarnya sumber daya yang
dimiliki oleh entitas. Sehingga jurnal yang dibuat oleh PT EX dapat membuat
pengakuan yang salah atas kewajiban.

Sebaliknya, uang muka masih menyisakan kewajiban bagi pembeli. PT EX


tidak memiliki akun beban dibayar di muka. Sehingga beban dibayar di muka dan
uang muka sama-sama menggunakan akun yang sama, yaitu akun uang muka.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


97

Selain itu, perlakuan jurnalnya juga sama untuk kedua akun tersebut. Keduanya
sama-sama memunculkan akun utang. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
PT EX tidak memiliki sistem penjurnalan yang tepat.

3. Basis akrual yang belum diaplikasikan

Sejak berdirinya PT EX, basis akrual telah diperkenalkan oleh PSAK dan
telah digunakan sebagai asumsi dasar akuntansi. Basis akrual ini digunakan untuk
semua laporan keuangan, kecuali laporan arus kas. Basis akrual mengakui suatu
transaksi pada saat kejadian. Sedangkan PT EX, mengakui suatu transaksi
berdasarkan tanggal faktur. Manajemen PT EX sendiri mengakui bahwa PT EX
tidak menggunakan basis akrual, walaupun PT EX menggunakan PSAK sebagai
acuan laporan keuangannya. Basis akrual yang tidak digunakan dengan tepat ini
menyebabkan salah saji yang material pada beberapa FSLI karena tidak semua
transaksi seharusnya diakui berdasarkan tanggal faktur. Sebagai contoh yaitu
transaksi pembelian yang melibatkan freight-forwarder. Tanggal faktur tagihan dari
perusahaan freight-forwarder biasanya selang beberapa hari setelah barang
diterima. Oleh karena itu, tanggal faktur tagihan bukanlah tanggal yang tepat untuk
mengakui adanya beban pengiriman tersebut. Dibawah ini merupakan saat
pengakuan yang biasanya berlaku:

Tabel 4.26 Waktu Pengakuan untuk Siklus Pembelian dan Utang


FSLI Saat Pengakuan
Beban Diayar di Muka Saat dibayarnya uang muka
Utang Usaha Tanggal faktur tagihan
Akrual, Provisi, dan Kewajiban
Saat diterimanya barang / jasa
Lainnya
Beban Operasional Bervariasi (tergantung transaksi)
Sumber: olahan sendiri.

Tabel 4.24 tidak selalu digunakan karena waktu pengakuan dapat bervariasi
tergantung karakteristik dari transaksi.

4. Kurangnya Pengembangan Sumber Daya Manusia

Salah saji yang terjadi pada siklus pembelian dan utang PT EX menunjukan
lemahnya sistem akuntansi pada PT EX. Jika diamati, salah saji tersebut terjadi pada
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


98

isu akuntansi dasar, seperti translasi mata uang asing yang tidak tepat, penjurnalan
yang tidak tepat, akun-akun pada laporan keuangan yang kurang mengakomodasi
semua transaksi, dan penggunaan asumsi akuntansi dasar yang tidak tepat.
Kelemahan tersebut dapat terjadi mungkin merupakan akibat dari sumber daya
manusia (SDM) yang kurang berkompeten. Kondisi PT EX sebagai perusahaan
keluarga dapat mendorong hal ini terjadi. Berdasarkan hasil diskusi dengan
manajemen PT EX, tim audit menyimpulkan bahwa jajaran direksi dan manajer di
PT EX merupakan orang-orang yang masih berada dalam satu ikatan keluarga.

PT EX yang mulai diakuisisi oleh perusahaan asing harus mengurangi


kepentingan keluarganya. Kriteria penerimaan karyawan yang telah dibuat oleh
bagian SDM seharusnya digunakan dengan tepat guna sehingga PT EX dapat
menjadi perusahaan yang memiliki sistem dan pengendalian yang lebih baik.

4.3 Evaluasi Praktik Audit KAP CE

Pada subbab ini, penulis akan membahas hasil evaluasi atas praktik audit di
KAP CE. Pembahasan kali ini meliputi beberapa hal berikut ini:

 Kepatuhan terhadap ISA

Berbeda dengan standar audit sebelum ISA, ISA merupakan standar


berbasis prinsip (principles based standards) atau standar berorientasi pada tujuan
(objective oriented standards). Standar ini berbeda dengan standar berbasis prinsip
saja (principles-only based standards) maupun (rules based standards). Principles-
only based standards akan susah dalam pelaksanaannya karena standar ini
memberikan sedikit sekali petunjuk untuk menerapkan kearifan profesional
(professional judgment) oleh auditor.

Di lain sisi, rules-based standards juga susah untuk diterapkan karena


standar ini begitu rigid sehingga susah menyesuaikan antara standar dengan
pengimplementasiannya pada klien-klien yang tentu memiliki beragam
kompleksitas bisnis. Objectives-oriented standards yang diunggulkan oleh
Securities and Exchange Commission (SEC) ini lebih fleksibel dalam

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


99

penerapannya, namun tidak juga terlalu luwes karena auditor dituntut untuk fokus
pada pencapaian tujuan audit.

Panduan audit KAP CE mengacu pada ISA. Panduan audit KAP CE ini
menyediakan pendekatan umum yang digunakan oleh KAP CE Global. Panduan ini
memiliki prosedur audit yang secara kasat mata berbeda dengan proses audit pada
Gambar 2.2. Namun, hal itu tidak berarti KAP CE melanggar ISA karena ISA
merupakan objective oriented standards. KAP CE tidak melanggar ISA selama
tujuan audit dapat dipenuhi oleh KAP CE.

 Penilaian risiko pada aktivitas perencanaan

Pelaksanaan audit pada PT EX direncanakan akan selesai pada akhir bulan


Februari 2015. Namun karena temuan audit pada PT EX yang kompleks, prosedur
audit baru dapat diselesaikan pada April 2015. Hal ini terjadi karena adanya risiko
yang tidak tertangkap ketika tim audit menjalankan prosedur Acceptance &
Continuance (A&C). Salah satu risiko yang tidak tertangkap yaitu kurangnya
kemampuan PT EX dalam menyediakan dokumen pendukung. A&C pada KAP CE
tidak dapat memperkirakan hal tersebut karena A&C pada KAP CE hanya berfokus
pada risiko keuangan

 Audit berbasis risiko

Prosedur audit KAP CE menggunakan informasi dari berbagai macam


referensi, seperti regulasi yang berlaku, kondisi pasar, dan strategi bisnis klien.
Dapat terlihat pada aktivitas perencanaan bahwa KAP CE sangat
mempertimbangkan fokus klien. Hal ini dilakukan oleh KAP CE untuk menambah
masukan atas risiko yang mungkin terjadi.

Informasi yang telah dikumpulkan pada aktivitas perencanaan digunakan


oleh KAP CE untuk menjadi dasar penentuan aktivitas pengujian. Setiap prosedur
pengujian berfungsi untuk menangkap risiko-risiko tersebut. Sama seperti proses
audit atas siklus pembelian dan utang pada PT EX. Isu terkait basis akrual yang
ditangkap oleh tim saat melakukan perencanaan audit, selanjutnya diuji dengan

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


100

menggunakan prosedur yang menitikberatkan pada ketepatan waktu pengakuan


suatu transaksi.

 Skeptisisme auditor

Tujuan utama dari audit adalah untuk memberikan opini yang tepat atas
laporan keuangan supaya para pengguna laporan keuangan tidak salah dalam
mengambil keputusan. Oleh karena itu, auditor harus bersikap skeptis atas
pernyataan signifikan yang dilontarkan oleh klien. Perkataan klien tersebut harus
diuji kebenarannya. Misalnya, pernyataan manajemen tentang aset tetap yang
diasuransikan secara penuh. Auditor harus menguji apakah benar nilai
pertanggungan polis asuransi yang dimiliki perusahaan memadai untuk menutupi
risiko rusak dan/atau hilangnya aset. Dengan berpikir skeptis, auditor bisa
menangkap risiko-risiko yang mungkin terjadi pada suatu entitas dan dapat
memberikan nilai tambah kepada klien supaya klien dapat memperbaiki
pengendalian dan sistemnya.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

KAP CE melakukan penugasan audit pertama atas laporan keuangan PT EX


periode 1 Januari 2014 sampai dengan 31 Desember 2014. Karya tulis ini berfokus
pada proses audit pada siklus pembelian dan utang PT EX, mulai dari perencanaan
audit hingga penyelesaian audit. Pada bab ini, penulis akan menarik kesimpulan
berdasarkan pembahasan dalam bab-bab sebelumnya.

Proses pembelian pda PT EX terbagi menjadi 7 (tujuh) proses, yaitu


pemesanan, penerimaan barang, invoicing, pembayaran, pembuatan jurnal
penyesuaian, rancangan atas perlindungan data, dan evaluasi kinerja. Proses ini juga
melibatkan pengendalian internal melalui pemisahan tugas serta pengawasan yang
rutin.

Proses audit pada KAP CE terbagi menjadi 3 (tiga) aktivitas, yaitu aktivitas
perencanaan, pengumpulan bukti, dan aktivitas penyelesaian. Pada aktivitas
perencanaan, tim audit diharapkan dapat mengidentifikasi adanya risiko signifikan
maupun risiko tinggi. Aktivitas pengumpulan bukti dilakukan untuk menguji
keandalan data pada laporan keuangan dan menguji risiko-risiko yang relevan. Dan
terakhir, aktivitas penyelesaian, tim audit memformulasikan opini yang tepat atas
penugasan terkait. Bagian setelah ini akan merangkum setiap aktivitas tersebut.

Pada penugasan audit kali ini, tim audit PT EX menggunakan tingkat


materialitas grup yang telah dialokasikan oleh KAP CE Belgia untuk PT EX. Nilai
materialitas tersebut, yaitu sebesar Rp 1.777.000.000,00 untuk overall materiality
(OM), Rp 1.332.750.000,00 untuk performance materiality (PM), dan Rp
177.700.000,00 untuk summary of uncorrected materiality (SUM).

Saat menjalankan aktivitas perencanaan, tim audit PT EX mengidentifikasi


adanya risiko atas FSLI yang dipengaruhi oleh basis akrual. Hal ini disebabkan
karena PT EX tidak menggunakan basis akrual dengan baik. PT EX mengakui
adanya transaksi berdasarkan tanggal faktur, bukan berdasarkan tanggal terjadinya
suatu transaksi.

101 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


102

Ketika mengumpulkan bukti audit, tim menemukan beberapa temuan


signifikan pada siklus pembelian dan utang PT EX. Temuan tersebut disebabkan
karena pencatatan jurnal yang tidak tepat, waktu pengakuan transaksi yang tidak
menggunakan basis akrual, dan pengelompokan utang yang tidak tepat.
Berdasarkan temuan tersebut, tim audit membuat jurnal penyesuaian. Total dari
salah saji yang ditemukan pada siklus pembelian dan utang tersebut senilai Rp
11.133.221.024, 00.

Berdasarkan temuan yang telah diidentifikai oleh tim audit, dapat


disimpulkan bahwa salah saji yang terjadi pada laporan keuangan PT EX bernilai
signifikan (di atas tingkat OM). Seperti yang telah dijelaskan pada teori bahwa salah
saji yang berjumlah di atas batas OM dapat mengubah keputusan pengguna laporan
keuangan. Tim audit pada PT EX belum menyelesaikan semua aktivitas
penyelesaian. Hingga ditulisnya laporan magang ini, tim audit telah
memformulasikan opini untuk laporan keuangan PT EX. Namun karena aktivitas
penyelesaian belum diselesaikan dan laporan keuangan PT EX belum diterbitkan,
penulis tidak dapat menyebutkan opini atas laporan keuangan PT EX periode 1
Januari 2014 sampai dengan 31 Desember 2014.

5.2 Saran

Berikut ini merupakan saran yang diajukan oleh penulis untuk PT EX, KAP
CE, Departemen Akuntansi FEB UI, dan laporan magang selanjutnya.

1. Saran untuk PT EX

PT EX merupakan klien tempat penulis ditugaskan. Pada bab sebelumnya,


penulis telah membahas sistem penbelian dan utang pada PT EX. Berdasarkan
pembahasan tersebut, penulis mengajukan 4 (empat) saran terkait siklus pembelian
dan utang pada PT EX, yaitu:

 Rekonsiliasi atas konversi dari mata uang asing dengan menggunakan nilai
tukar yang tepat

Nilai utang pada laporan posisi keuangan merupakan gambaran jumlah


utang pada tanggal pelaporan (31 Dessember 2014). Oleh karena itu, sebelum
melaporkan posisi keuangannya, bagian akuntansi harus melakukan konversi mata

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


103

uang asing menjadi Rupiah dengan menggunakan nilai tukar per 31 Desember
2014, bukan nilai tukar pada tanggal pembayaran maupun tanggal faktur.

 Memperbaiki sistem penjurnalan

Akun uang muka, beban dibayar di muka, dan bahan baku dalam perjalanan
(raw material in transit) yang dimasukan ke dalam akun yang sama membuat
adanya kesalahan interpretasi. Oleh karena itu, sebaiknya PT EX memperbarui
klasifikasi akunnya, terutama klasifikasi antara akun uang muka dengan akun beban
dibayar di muka dan bahan baku dalam perjalanan (raw material in transit).

 Mengaplikasikan basis akrual dengan tepat

PSAK dan IFRS harus dipatuhi oleh para pengikutnya, termasuk PT EX


yang telah berkomitmen untuk menggunakan IFRS dan PSAK. Basis akrual
merupakan asumsi dasar yang digunakan oleh IFRS dan PSAK. Dengan tidak
patuhnya PT EX pada basis tersebut, salah saji pada laporan keuangan PT EX dapat
menjadi material. Hal ini tentu akan memengaruhi opini yang diberikan oleh
auditor independen atas laporan keuangan PT EX. Oleh karena itu, PT EX
seharusnya mulai mengaplikasikan basis akrual dengan tepat.

 Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompeten di bidangnya

Jika menelaah kembali sistem akuntansi pada PT EX, dapat dilihat bahwa
kesalahan yang terjadi merupakan kesalahan pada isu akuntansi dasar. Hal ini dapat
terjadi karena kurangnya kapabilitas pegawai akuntansi pada PT EX. Setelah tim
audit menelusuri kembali struktur perusahaan, ternyata pegawai dan petinggi pada
bagian akuntansi pada PT EX merupakan keluarga sendiri dari direktur-direktur PT
EX. Kejadian seperti demikian sangatlah mungkin pada perusahaan keluarga
seperti PT EX. Oleh karena itu, PT EX harus bersikap lebih obyektif terhadap
pemilihan SDM demi tercapainya tujuan perusahaan.

2. Saran untuk KAP CE

KAP CE merupakan kantor akuntan publik tempat penulis magang. KAP


CE menyediakan anggota tim untuk memahami setiap penugasannya. Pada tulisan
kali ini, penulis membahas salah satu dari penugasan yang diberikan oleh KAP CE
pada penulis. Berdasarkan penugasan tersebut, penulis mengajukan satu saran
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


104

untuk KAP CE, yaitu meningkatkan kecermatan pada aktivitas perencanaan,


khususnya dalam hal memperkirakan kemampuan klien untuk menyiapkan
dokumen. Hal ini terutama penting bagi klien yang pertama kali diaudit oleh KAP
CE. Perencanaan yang kurang cermat berakibat pada mundurnya tanggal batas
penyelesaian audit, seperti halnya yang terjadi pada PT EX. Pada penugasan
tersebut, tim audit tidak memperkirakan kapabilitas PT EX untuk memberikan
semua bukti yang relevan. Oleh karena itu, seharusnya tim audit KAP CE lebih
berhati-hati dalam melakukan perencanaan supaya KAP CE dapat selalu tepat
waktu dalam menyelesaikan prosedur auditnya.

3. Saran untuk Departemen Akuntansi (DepAk) Fakultas Ekonomi dan


Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI)

Laporan magang ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan kelulusan dari


DepAk FEB UI. Berikut ini merupakan saran yang diajukan penulis untuk DepAk
FEB UI terkait program magang ini:

 Melanjutkan program magang

Saat magang, mahasiswa dituntut untuk melatih soft skill maupun technical
skill yang dimiliki sehingga mahasiswa dapat mengaplikasikan ilmunya secara
langsung di lapangan. Oleh karena itu, program magang ini perlu ditingkatkan
kualitasnya supaya dapat meningkatkan daya saing lulusan FEB UI di dunia kerja.

 Informasi tentang Kantor Akuntan Publik (KAP)

Di KAP, akuntan merupakan ujung tombak perusahaan. Ilmu akuntansi dan


pengauditan yang diperoleh selama bangku kuliah dapat diaplikasikan secara
langsung di KAP. Oleh karena itu, sangat baik jika DepAk FEB UI memfasilitasi
mahasiswa dengan beragam informasi tentang KAP-KAP, termasuk informasi
terkait pembukaan program magang.

4. Saran untuk Laporan Magang Berikutnya

Hingga saat ini, telah banyak laporan magang yang membahas proses audit
pada siklus-siklus tertentu. Di antara laporan magang tersebut, ada yang
menjelaskan proses audit dari awal aktivitas perencanaan hingga aktivitas
penyelesaian, dan ada pula yang hanya berfokus pada aktivitas pengujian. Namun
Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


105

di antara laporan tersebut belum banyak yang secara fokus membahas aktivitas
perencanaan audit setelah pengadopsian ISA di Indonesia. Audit berbasis risiko
yang kini diperkenalkan oleh ISA sangat menekankan pada proses penilaian risiko,
termasuk perencanaan pengujian atas risiko tersebut. Proses tersebut dilakukan
pada tahap perencanaan. Oleh karena itu, penulis memberikan saran pada laporan
magang berikutnya untuk fokus menjelaskan aktivitas perencanaan secara
komprehensif suatu proses audit pada KAP tertentu.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


107

DAFTAR PUSTAKA

Arens, A. A., Beasley, M. S., Elder, R. J., & Jusuf, A. A. (2011). Jasa Audit dan
Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia) Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat.

Arens, A. A., Beasley, M. S., Elder, R. J., & Jusuf, A. A. (2011). Jasa Audit dan
Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi Indonesia) Buku 2. Jakarta:
Salemba Empat.

Godfrey, J., Hodgson, A., Tarca, A., Hamilton, J., & Holmes, S. (2010).
Accounting Theory 7th edition. Milton: John Wiley & Sons Australia, Ltd.

International Federation of Accountants. (2009). International Standards on


Auditing. New York: International Federation of Accountants.

KAP CE Global. (2013). Panduan Audit KAP CE. London: KAP CE Global.

Kieso, D. E., Weygandt, J. J., & Warfield, T. D. (2011). Intermediate Accounting


Volume 1 IFRS Edition. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Tuanakotta, T. M. (2013). Audit Berbasis ISA (International Standards on


Auditing). Jakarta: Salemba Empat.

Universitas Indonesia. (2008). Pedoman Teknis Penulisan Tugas Akhir


Mahasiswa. Depok: Universitas Indonesia.

Universitas Indonesia. (2013). Keputusan Rektor Universitas Indonesia Nomor:


0958/SK/R/UI/2013 tentang Penetapan Renstra 2012-2017 Universitas
Indonesia. Depok: Universitas Indonesia.

Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015
LAMPIRAN

Lampiran 1
Contoh Pengujian Pengendalian – Siklus Pembelian dan Utang (telah diolah)

Atribut pengujian pada pengujian Transaksi Beban Operasional:


a= nilai yang dibayarkan sesuai dengan faktur pembelian
b= jurnal untuk mencatat penerimaan barang / jasa telah dibuat dengan tepat:
Jurnal:
Dr. Beban xxx
Kr. Kas / Utang Usaha xxx
c= Deskripsi pada DN (kuantitas dan deskripsi) sesuai dengan faktur pembelian terkait

108 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


Hasil Pemeriksaan KAP CE
No Tanggal Deskripsi Total Nilai Bulan Nomor PO Harga per Kuantitas Kuantitas Harga Nilai per Selisih [a] [b] [c] Ket.
Dokumen (Rp) PO per DN per per Unit Faktur
Faktur (Rupiah)

1 07-Jan-14 Cup Es Teh 60,892,857 1 897/IWI/10/13 250,000 250,000 60,892,857 - v v v Oke


16 60,892,857 244
2 15-Jan-14 Stiker Lid 21,589,286 1 1139/IWI/12/13 130,000 130,000 21,589,286 - v v v Oke
21,589,286 166
3 14-Feb-14 Inner Carton 49,024,286 2 0122/IWI/02/14 10800 10,800 49,024,286 - v v v Oke
Gift 49,024,286 4,539
4 25-Mar-14 Cup Es Teh 12,178,571 3 0273/IWI/03/14 50,000 50,000 12,178,571 - v v v Oke
12,178,571 244
5 15-Apr-14 Plastic Bag 7,722,321 4 0428/IWI/04/14 250 250 7,722,321 - v v v Oke
7,722,321 30,889
6 05-May- Cup XXX 13,280,400 5 0543/IWI/04/14 71,400 71,400 13,280,400 - v v v Oke
14 13,280,400 186
7 07-May- Baja 2316 7,152,143 5 0563/IWI/05/14 76 76 7,152,143 - v v v Oke
14 7,152,143 94,107
8 27-Jun-14 Cup Es Teh 36,535,714 6 0756/IWI/06/14 150,000 150,000 36,535,714 - v v v Oke
36,535,714 244
9 11-Jul-14 Mould Base 8,110,951 7 0882/IWI/07/14 1 1 8,110,951 - v v v Oke
8,110,951 8,110,951
10 16-Aug- Cup Straw 40,622,400 8 1011/IWI/08/14 218400 218,400 40,622,400 - v v v Oke
14 40,622,400 186
11 09-Sep- Cosmoplene 119,779,571 9 1402001 5,000 5,000 23956 119,779,571 - v v v Oke
14 10,241
12 30-Oct-14 Cup Es Teh 18,267,857 10 1401986 75,000 75,000 18,267,857 - v v v Oke
16 18,267,857 244
13 06-Nov- Transfer 12,151,554 11 1402230 10,300 10,300 12,151,554 - v v v Oke
14 Printing 4,384 1,180
14 27-Nov- Stiker Lid 33,214,286 11 1402452 200,000 200,000 33,214,286 - v v v Oke
14 125 ml 33,214,286 166
15 26-Dec- Cup Es Teh 18,683,036 12 1402351 75000 18,683,036 - v v v Oke
14 16 oz 18,683,036 75,000 249

109 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


Lampiran 2
Contoh Rekonsiliasi Utang Usaha (telah diolah)

No Kode Tanggal Tanggal Mata Nilai (Mata Nilai (Rp) Masa 1 - 30 31-60 61-90 91-120 >120
Vendor Jurnal Jatuh Uang Uang Asli) Pelunasan
Tempo dari
31/12/2014
1 VI0001 12/23/2014 1/30/2015 EUR 4060.446429 8 - - - -
61,447,812 61,447,812
12/31/2014 12/31/2014 IDR 1476784.366 - - - - -
1,476,784 1,476,784
2 VI0004 11/11/2014 12/11/2014 EUR 36425.37643 50 - - -
551,234,874 - 551,234,874
11/29/2014 12/29/2014 EUR 775 32 - - -
11,728,280 - 11,728,280
12/18/2014 1/9/2015 EUR 1314.887143 13 - - - -
19,898,536 19,898,536
12/4/2014 1/21/2015 EUR 14530.41964 27 - - - -
219,892,691 219,892,691
12/16/2014 1/21/2015 EUR 1468.923929 15 - - - -
22,229,615 22,229,615
12/31/2014 1/30/2015 EUR 9634.312857 - - - - -
145,798,610 145,798,610
3 VI0007 12/31/2013 12/31/2013 USD 23250 365 - - -
289,230,000 - 289,230,000
12/31/2013 12/31/2013 USD 46500 365 - - -
578,460,000 - 578,460,000
12/31/2014 12/31/2014 IDR 110646750 - - - - -
110,646,750 110,646,750
4 VI0009 12/31/2013 12/31/2013 EUR 467139.6754 365 - - -
7,069,348,499 - 7,069,348,499
12/31/2014 12/31/2014 IDR 634455092.9 - - - - -
634,455,093 634,455,093
5 VL0005 12/6/2014 2/6/2015 IDR 6698214.286 25 - - - -
6,698,214 6,698,214
6 VL0016 11/21/2014 12/22/2014 IDR 6014509.286 40 - - -
6,014,509 - 6,014,509
Per Daftar AP - -
TOTAL 9,728,560,268 1,222,544,105 568,977,664 7,937,038,499

110 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


Lampiran 3
Contoh Pengujian Pembayaran Selanjutnya – Utang Usaha dan Akrual, Provisi, dan Kewajiban Lainnya (telah diolah)

PENDOKUMENTASIAN SAMPEL PENDOKUMENTASIAN PENGUJIAN (Berdasarkan Dokumen Pendukung)

No Kode Tanggal Mata Nilai Pemasok Tanggal Perkiraan Nilai (Rp) Selisih Dicatat Barang / Keterangan
Transaksi Uang Transaksi Faktur Tanggal sebagai Jasa
(Rp) Barang / (Rp) utang pada diterima
Jasa 31/12/2014? sebelum /
Diterima sesudah
31/12/2014?

1 7141 14/Jan/2015 IDR -15,223,214 PT A 12/Dec/2014 12/Dec/2014 Ya Sebelum Oke


15,223,214 -
2 2130 13/Jan/2015 IDR -51,145,571 PT B 16/Jan/2015 11/Jan/2015 Tidak Sesudah Oke
51,145,571 -
3 7697 5/Jan/2015 USD -22,939,495 PT C 29/Dec/2014 4/Jan/2015 TIdak Sesudah Pengecualian
14,912,148 (8,027,347) tidak material.
Perbedaan
disebabkan
karena
perbedaan nilai
tukar yang
digunakan.

4 9027 6/Jan/2015 IDR -10,181,352 PT D 28/Dec/2014 28/Dec/2014 Ya Sebelum Oke


10,181,352 -
Total -99,489,633 -
8,027,347

111 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


Lampiran 4
Contoh Pengujian Faktur Pembelian Terbuka – Utang Usaha dan Akrual, Provisi, dan Kewajiban Lainnya (telah diolah)

PENDOKUMENTASIAN SAMPEL PENDOKUMENTASIAN PENGUJIAN

No NSS Nomor Tanggal Nilai Faktur Mata Nilai Nilai Deskripsi Transaksi Transaksi Diakui pada Keterangan
/ Faktur Faktur (Mata Uang Uang Tukar (Rupiah) terjadi dicatat / Periode
TT? yang Asing) setelah / tidak dicatat yang
Belum sebelum di 2014? Tepat?
Terbayar 31/12/2014?

1 TT 19/BS/15 2/Jan/2015 8,751 EUR 15,169 132,740,177 Sav Robot, mandrel 1L Sesudah TIdak Dicatat Y Oke
2 TT 168 / OR 1/Jan/2015 166,718,735 IDR 1 166,718,735 127.5 MT PP7555KNE2 Sebelum TIdak Dicatat T Catatan A
3 TT 169 / OR 1/Jan/2015 462,269,527 IDR 1 462,269,527 Printed OPP Labels Sebelum TIdak Dicatat T Catatan A
4 TT 80009022 8/Jan/2015 11,100 EUR 15,053 167,083,587 400 gr set body and lid Sesudah TIdak Dicatat Y Oke
5 TT PIN19997 1/Jan/2015 127,321,423 IDR 1 127,321,423 Cosmoplene AZ-161T Sesudah TIdak Dicatat Y Oke
6 TT PIN20004 5/Jan/2015 126,767,846 IDR 1 126,767,846 Cosmoplene AZ-161T Sesudah TIdak Dicatat Y Oke
7 TT PIN20063 15/Jan/2015 125,660,692 IDR 1 125,660,692 Cosmoplene AZ-564 Sesudah TIdak Dicatat Y Oke
8 TT PIN20097 22/Jan/2015 188,214,341 IDR 1 188,214,341 ELPRO P701J Sesudah TIdak Dicatat Y Oke
9 TT SALS/508 10/Jan/2015 223,423,200 IDR 1 223,423,200 Cup 80 ml Putih Sesudah TIdak Dicatat Y Oke
10 TT SALS/529 17/Jan/2015 154,677,600 IDR 1 154,677,600 Cup 80 ml Sesudah TIdak Dicatat Y Oke
11 TT SALS/544 24/Jan/2015 206,236,800 IDR 1 206,236,800 Cup 80 ml Strawberry Sesudah TIdak Dicatat Y Oke
12 NSS 5457 06.01.2015 20,212,422 IDR 1 20,212,422 Remafin blue PX-D38 Sesudah TIdak Dicatat Y Oke
13 NSS 5456 6/Jan/2015 80,458,780 IDR 1 80,458,780 Remafin Red PL334 Sesudah TIdak Dicatat Y Oke
14 NSS 01245 16/Jan/2015 6,900 USD 12,593 86,892,633 Plastik Resin Sesudah TIdak Dicatat Y Oke
15 NSS 239/XII/14 23/Dec/2014 27,846,913 IDR 1 27,846,913 Plastik Sebelum Dicatat Y Oke
Total 2,296,524,675

Dr. Biaya Kirim Pabrik Rp 628,988,262


Catatan A Kr. Utang Usaha Rp 628,988,262

112 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


Lampiran 5
Contoh Pengujian Uang Muka – Beban Dibayar di Muka (telah diolah)

SAMPEL PENDOKUMENTASIAN PENGUJIAN

No Nama Nilai per Nama Deskripsi Nomor Tanggal Nilai Faktur Verifikasi pembayaran Hitung Selisih Ket.
Akun Daftar Pemasok Faktur Faktur dilakukan sebelum kembali
akhir periode pembayaran
di muka di
akhir tahun
(Y/T) Rincian
Pembayaran

1 LOKAL BB Land Uang muka 310559 3-Nov-14 Y Bank XX IDR 0 Oke


3,566,782,500 tanah 3,566,782,500 (03/11/2014) 3,566,782,500
2 LOKAL PT jasa 73/XII/14 15-Dec-14 Y Bank XX IDR 0 Oke
254,642,857 MANA perancangan 254,642,857 (28/12/2014) 254,642,857

3 LOKAL PT Baru Pembayaran LT13041 30-Apr-13 T Bank XX IDR 0 203,370,075 A


203,370,075 30% 203,370,075 (19/01/2015)
4 LOKAL PT Baru Pembayaran LT13043 18-Nov-13 T Pembayaran 0 474,530,175 A
474,530,175 70% 474,530,175 belum
dilakukan
5 IMPOR XYZ, Ltd. PP 4127296 20-Dec-14 Y Bank XX USD 2,725,511,309 0 B
2,725,511,309 7555KNE2 2,701,354,475.89 (05/12/2014)
Total 677,900,250
7,224,836,916

Dr. Utang Dagang - Lokal 677,900,250


Catatan A
Kr. Uang Muka Vendor - Lokal 677,900,250
Dr. Utang yang Belum Difakturkan 2,756,981,679
Catatan B Kr. Keuntungan Selisih Kurs 31,470,370
Kr. Uang Muka Vendor - Impor Advance 2,725,511,309

113 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


Lampiran 6
Contoh Pengujian Transaksi Beban Operasional – Beban Operasional (telah diolah)

PENDOKUMENTASIAN SAMPEL PENDOKUMENTASIAN PENGUJIAN


No Nama Akun Nomor Nilai Dokumen Tanggal Sifat Beban Mata Nilai (Rp) Selisih Diakui Diklasifikasi Catatan
Referensi Pendukung Operasional Uang pada dengan
Periode Tepat?
yang
Tepat?

1 Biaya Perijinan- JE 78183 Faktur 22 Mei 2014 Sertifikasi tanah Rp - Ya Ya Oke


Kantor 793,866,722 Pembelian 793,866,722
2 Biaya PU 1410 Bukti terima 3 Januari Perbaikan Rp - Ya Ya Oke
Pemeliharaan 34,868,221 kas pemasok 2014 gedung 34,868,221
Gedung-Kantor
3 Biaya PU 1439 Faktur 19 Perbaikan SAP Rp - Ya Ya Oke
Pemeliharaan 47,520,343 Pembelian Desember 47,520,343
Inv Kantor Gol 2014
1-Kantor
4 Biaya PU 1469 Bukti terima 1 Mei 2014 Perbaikan Rp - Ya Ya Oke
Pemeliharaan 25,419,097 kas pemasok gedung 25,419,097
Gedung-Kantor
5 Biaya Kirim PU 1468 Bukti terima 10 Januari Biaya kirim Rp - Ya Ya Oke
Barang-Pabrik 56,021,429 kas pemasok 2014 56,021,429
6 Biaya PS 1486 Bukti transfer 3 Februari Gaji direksi Rp - Ya Ya Oke
Operasional 1- 166,071,429 bank 2014 166,071,429
Kantor
7 Biaya PU 1423 Faktur 21 Biaya sertifikasi Rp - Ya Ya Oke
Pelatihan- 33,214,286 Pembelian Nopember 33,214,286
Kantor 2014
Total -
1,156,981,525 1,156,981,525

114 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


Lampiran 7
Contoh Program Makro Targeted Testing

115 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


Lampiran 8
Contoh Program Makro Non-Statistical Sampling (NSS)

116 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


Lampiran 9
Kertas Kerja PT EX 31 Desember 2014 (telah diolah)

FSLI Desember 2014 Client Late Adjustment TB Setelah CLA Penyesuaian Saldo yang Telah
(CLA) Disesuaikan
Debit Kredit Debit Kredit
Accounts -
payable (2,119,193,063) - (2,119,193,063) (7,747,248,749) (628,988,261) (9,237,453,551)
Accounts - -
receivable 16,520,917,719 - 16,520,917,719 - 16,520,917,719
Accruals, - - - 4.312.366.820
Provision, and - (2,756,981,679.00) (7,069,348,499.00)
Other
Liabilitiees
Advance and -
prepayments 7,993,209,954 - 7,993,209,954 - 3,403,411,559.00 4,589,798,395
Bank loan - -
(26,355,972,035) - (26,355,972,035) - (26,355,972,035)
Cash in bank - -
56,689,139 - 56,689,139 - 56,689,139
Cash on hand - -
15,219,342 - 15,219,342 - 15,219,342
Cost of sales -
95,750,170,912 4,172,530 95,754,343,442 - (584,616,443) 96,338,959,885
Deferred -
revenue (2,052,168,444) - (2,052,168,444) - (1,267,545,456) (784,622,989)
Due to - -
shareholders (11,735,714) - (11,735,714) - (11,735,714)
Equity -
(122,271,403,380) - (122,271,403,380) (11,013,321,805) (1,590,890,331) (131,693,834,854)
Fixed assets -
57,131,542,570 - 57,131,542,570 6,062,867,138 2,769,056,905 60,425,352,804
Income Tax - - - - -
- -
Inventories - -
15,291,599,679 - 15,291,599,679 - 15,291,599,679
Lease payables - -
(445,161,107) - (445,161,107) - (445,161,107)
Non-operating -
expenses 3,874,452,854 - 3,874,452,854 (1,348,209,825) (1,565,795,779) 4,092,038,809
Operating -
expenses 20,537,112,073 430,110,155 512,955,646 20,454,266,583 - 20,454,266,583

117 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


Other receivable - -
18,876,786 - 18,876,786 - 18,876,786
Provision for - -
employee (2,525,715,017) 512,955,646 (2,012,759,371) - (2,012,759,371)
benefit
Sales -
(106,907,810,717) - (106,907,810,717) - (6,953,984,989) (99,953,825,728)
Sales return - -
1,697,468,535 - 1,697,468,535 - 1,697,468,535
Tax payable -
257,979,160 - 434,282,686 (176,303,526) - (176,303,526)
Time deposit - -
43,543,920,755 - 43,543,920,755 3,314,193,625 46,858,114,380
CEK - - -
947,238,332 947,238,332 (13,488,701,295) (13,488,701,295)

KETERANGAN
CA Current Asset Aset Lancar
NCA Non-current Asset Aset Tidak Lancar
CL Current Liabilities Kewajiban Lancar
NCL Non-current Liabilities Kewajiban Tidak Lancar
Eq Equity Ekuitas

118 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015


Lampiran 10
Contoh Pengujian Asuransi (telah diolah)

Perlindungan
Periode NBV - Telah
Nomor Standar Perlindungan Barang Nilai Asuransi - Telah
Asuransi Diaudit
Diaudit
Ganti rugi atas kerusakan akibat kebakaran,
1 Agustus 2014 jaminan atas kerusakan akibat sambaran
(12 malam) - 1 petir, perbaikan atas kerusakan akibat
9010100921 Rumah tinggal 808,657,143
Agustus 2015 ledakan, ganti rugi atas kerusakan akibat
(12 malam) kejatuhan pesawat terbang, jaminan
kerusakan akibat asap
1 November Bangunan gudang 40%
12,613,385,507.96
01-82-14- 2014 - 1 plastikberlantai 2
Flexas, endors, huru hara 3,210,714,286
001631 November 1, berikut instalasi
2015 (12 siang) dan dekorasi
1 Agustus 2014
Kebakaran, petir, ledakan, kejatuhan pesawat
9010100922 - 1 Agustus Pabrik plastik 1,039,740,000
terbang, asap
2015
1 Agustus 2014
Kebakaran, petir, ledakan, kejatuhan pesawat
9010100923 - 1 Agustus Stok bahan plastik 3,875,000,000 69%
terbang, asap 5,599,160,532.64
2015
1 Agustus 2014
Kebakaran, petir, ledakan, kejatuhan pesawat Mesin pembuat
9010100924 - 1 Agustus 6,642,857,143 29,464,434,716.56 23%
terbang, asap plastik
2015
TOTAL 47,676,980,757

119 Universitas Indonesia

Prosedur audit..., Dinar Ratih Tanjungsari, FEB UI, 2015

Anda mungkin juga menyukai