Anda di halaman 1dari 44

ANALISIS PROSEDUR PEMERIKSAAN PIUTANG USAHA

DI KANTOR AKUNTAN PUBLIK DRS. MOHAMMAD YOESOEF &


REKAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Disusun guna memenuhi salah satu tugas Akademik

Disusun oleh:
NURUL HIKMAH
2016420056

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN AKUNTANSI
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
JAKARTA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat da hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan Praktik Kerja LApangan (PKL) yang berjudul “Analisis Prosedur
Pemeriksaan Piutang Usaha di Kantor Akuntan Publik Drs. Mohammad
Yoesoef & Rekan”.
PKL merupakan salah satu mata kuliah yang wajib ditempuh di Fakultas
Ekonomi Universitas Darma Persada.
Penulis menyadari bahwa penyusunan PKL ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada
penulis agar mampu menyelesaikan laporan PKL ini.
2. Dr. Tri Mardjoko SE. MA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Darma Persada.
3. Bapak Ahmad Basid Hasibuan SE M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Universitas Darma Persada.
4. Ibu Atik Isnawati, SE, Ak, M.Si selaku pembimbing penulisan laporan
PKL.
5. Bapak Malikul Kusno selaku pembimbing pelaksanaan PKL di Kantor
Akuntan Publik Drs. Mohammad Yoesoef & Rekan.
Demikian laporan ini dibuat, saran dan kritik yang sifatnya membangun
sangat penulis harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat dan dapat memberikan
sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Jakarta, 02 Mei 2019

Nurul Hikmah
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perusahaan tidak terlepas dari perekonomian suatu


negara. Perusahaan baru akan tumbuh secara cepat jika memiliki
perekonomian yang baik dan sehat. Perekonomian yang baik dan sehat
juga akan menghasilkan perusahaan-perusahaan yang besar. Perusahaan
besar akan memerlukan bantuan pihak ketiga untuk memeriksa internal
perusahaan digunakan untuk mencari modal dalam mengembangkan
usahanya. Peran pihak ketiga ini tidak lain adalah auditor. Auditor adalah
pihak yang melihat bahwa laporan keuangan yang disusun oleh
manajemen telah memenuhi pedoman atau kriteria yang disepakati
bersama, selain itu laporan harus sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku
secara umum. Jasa auditor adalah untuk mengaudit laporan keuangan
perusahaan. Auditing merupakan akumulasi dan evaluasi bukti tentang
informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara
informasi dan kriteria yang telah ditetapkan (Arens., Elder, dan Beasley,
dan Jusuf, 2011:4). Tujuan terakhir dalam proses pengauditan adalah
menyusun laporan audit.

Laporan audit berisi mengenai kewajaran suatu laporan keuangan


perusahaan. Auditor harus memberikan informasi yang relevan atas
temuan-temuan yang didapatnya serta memberikan kesimpulan dari
pendapatnya kedalam laporan audit. Menurut (IAPI 2011:150.1 & 150.2)
dalam kelompok standar pelaporan menyatakan bahwa “laporan auditor
harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor harus
memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat
diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka
alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan
laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat
tanggung jawab yang dipikul oleh auditor”.

Dalam penyelesaian laporan audit, auditor perlu melaksanakan


prosedur audit. Prosedur audit merupakan langkah-langkah atau metode
yang harus dijalankan seorang auditor dalam melaksanakan
pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan
penyimpangan dan dapat bekerja secara efisien dan efektif. Prosedur Audit
ini dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti (audit
evidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran
laporan keuangan. (Agoes, 2016).

Dalam melakukan audit, setiap auditor harus membuat kertas kerja


pemeriksaan sebagai dasar untuk perencanaan audit. Menurut Agoes
(2016) yang pertama diperiksa adalah laporan keuangan yang telah dibuat
oleh manajemen beserta catatan pembukuan dan bukti pendukungnya.
Laporan keuangan yang akan diperiksa meliputi laporan posisi keuangan
(neraca), laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus
kas. Catatan pembukuan terdiri atas buku harian (buku kas/bank, buku
penjualan, buku pembelian), buku besar, sub buku besar (piutang,
liabilities, asset tetap, kartu persediaan). Bukti pendukung lainnya antara
lain bukti penerimaan dan pengeluaran kas/bank, faktur penjualan, journal
voucher dan lain-lain. Pada umumnya, Kertas kerja yang digunakan yaitu
cash and cash equivalent, sales, receivable, inventories, fixed asset,
investment and other financial fixed asset, purchase and payables, loan,
shareholder, taxes, other income, cogs, dan opex.

Piutang usaha termasuk ke dalam neraca. Piutang usaha timbul


karena perusahaan melakukan penjualan produk atau jasa tetapi belum
mendapatkan imbalan dari penjualan tersebut. Piutang usaha sendiri
tergolong sebagai aset lancar yang nantinya akan di tagih dan diharapkan
mendapatkan pelunasan dari tagihan tersebut. Suatu perusahaan harus
mengontrol pengendalian internal penjualan kredit tersebut agar tidak
menimbulkan piutang tidak tertagih. Jika terdapat piutang tidak tertagih,
piutang tidak tertagih tersebut harus di ungkapkan pada laporan hasil audit.
Dalam hal ini, maka penulis tertarik untuk mengangkat topik tersebut
dalam laporan ini dengan judul “Prosedur Pemeriksaan Piutang Usaha
di Kantor Akuntan Publik Drs Mohammad Yoesoef dan Rekan”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah prosedur
pemeriksaan piutang usaha yang diterapkan oleh Kantor Akuntan Publik
Drs. Mohammad Yoesoef Dan Rekan”

1.3 Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja Lapangan


1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan prosedur pemeriksaan piutang usaha yang di
terapkan di Kantor Akuntan Publik Drs Mohammad Yoesoef dan
Rekan.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Untuk memenuhi persyaratan tugas akhir laporan Praktek
Kerja Lapangan
b. Mempersiapkan mahasiswa untuk memasuki dunia kerja
c. Memberikan kesempatan mahasiswa untuk menambah
wawasan dan pengetahuan sesuai dengan bidang ilmu ekonomi
d. Meningkatkan kompetensi mahasiswa Fakultas Ekonomi
1.3.3 Manfaat Praktek Kerja Lapangan
Adapun manfaat praktek kerja lapangan ini diharapkan
dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Bagi mahasiswa
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di semester 6 Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi pada Universitas Darma Persada dan dapat
digunakan untuk mengembangkan dan menguasai wawasan
dan disiplin ilmu secara teori maupun praktik sesuai dengan
bidang yang ditekuni.
b. Bagi Universitas
Sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sejauh
mana kuliah yang telah diterapkan sesuai dengan kebutuhan
tenaga kerja yang terampil dibidangnya. Selain itu hasil
laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dapat digunakan
sebagai informasi tambahan bagi mahasiswa S1 Jurusan
Akuntansi Universitas Darma Persada.
c. Bagi Instansi
Bagi Kantor Akuntan Publik, hasil laporan ini
diharapkan dapat memberikan umpan balik untuk
meningkatkan kualitas pelayanan sekaligus menjadi bahan
evaluasi untuk memberikan pelayanan yang lebih baik.
Dengan adanya program magang ini, baik pihak instansi dan
juga mahasiswa dapat mengambil manfaat serta belajar
selama program magang di Instansi, dan Instansi tersebut
dapat dibantu oleh mahasiswa dalam melaksanakan pekerjaan.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Prosedur
2.1.1 Pengertian Prosedur
Menurut Mulyadi (2016) prosedur adalah suatu urutan
kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu
departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan
secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.
Boynton, Johnson dan Kell (2002) menjelaskan bahwa prosedur
audit adalah metode atau teknik yang untuk digunakan auditor
untuk mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti yang
kompeten.
Prosedur adalah tata kerja yaitu rangkaian tindakan, yang
tetap untuk dapat mencapai tahap tertentu dalam hubungan
mencapai tujuan akhir (Irra Crisyanti, 2011). Evita memberikan
penjelasan bahwa prosedur adalah prosedur kerja yang dibuat
secara detail dan terperinci bagi semua karyawan untuk
melaksanakan kerja sebaik-baiknya sesuai dengan misi, visi dan
tujuan suatu instansi atau perusahaan.
Tambunan (2013:84) mendefinisikan prosedur sebagai
pedoman yang ada didalam suatu organisasi yang digunakan untuk
memastikan bahwa semua keptusan dan tindakan, serta
penggunaan fasilitas-fasilitas proses yang dilakukan oleh orang-
orang didalam organisasi yang merupakan anggota organisasi
berjalan efektif dan efisien, konsisten, standar dan sistematis.
Kasma (2012:13) menyatakan bahwa prosedur adalah suatu
standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan
menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.
Sedangkan pengertian prosedur menurut MC Maryati (2008:43)
adalah “serangkaian dari tahapan-tahapan atau urut-urutan dari
langkah-langkah yang saling terkait dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan. Untuk mengendalikan pelaksanaan kerja agar efisiensi
perusahaan tercapai dengan baik dibutuhkan sebuah petunjuk
tentang prosedur kerja.”
Beberapa pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan
bahwa prosedur adalah tahapan-tahapan dari langkah yang saling
terkait secara detail dan terperinci bagi semua karyawan untuk
melaksanakan kerja sebaik-baiknya yang dilakukan oleh orang-
orang didalam organisasi atau beberapa orang dalam satu
departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan
secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang
serta digunakan auditor untuk mengumpulkan dan mengevaluasi
bahan bukti yang kompeten.

2.2 Audit
2.2.1 Pengertian Audit
Definisi audit yang sangat terkenal adalah deflinisi yang
berasal dari ASOBAC (A Statement Of Basic Auditing Concept)
yang mendefinisikan auditing sebagai salah suatu proses sistematis
untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif
mengenai asersi-asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian
ekonomi untuk menentukan tingkat kesesuaian antara asersi-asersi
tersebut dengan kriteria yang telah ditentukan dan menyampaikan
hasilnya kepada para pemakai yang berkepentingan.
Menurut Sukrisno Agoes (2016) dalam buku Auditing
“Audit merupakan suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis
dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-
catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan
untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan
keuangan tersebut”.
Menurut Arens, Elder dan Beasley dalam buku auditing and
assurance service (2011) audit merupakan pengumpulan dan
evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan
melaporkan derajat kesesuian antara informasi dan kriteria. Audit
seharusnya dilakukan oleh orang yang kompeten.
Pengertian auditing menurut Whittington, O. Ray dan Kurt
Pann (2012) “Audit adalah pemeriksaan laporan keuangan
perusaahaan oleh perusahaan akuntan publik yang independen.
Audit terdiri darim penyelidikan mencari catatan akuntansi dan
bukti lain yang mendukung laporan keuangan tersebut. Dengan
memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal perusahaan,
dan dengan memeriksa dokumen mengamati asset, membuat
bertanya dalam dan di luar perusahaan, dan melakukan prosedur
audit lain, auditor akan mengumpulkan bukti yang diperlukan
untuk menentukan apakah laporan keuangan menyediakan adil dan
cukup melengkapi gambaran posisi keuangan perusahaan dan
kegiatan selama periode yang diaudit”.
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa auditing
merupakan suatu pemeriksaan terhadap laporan keuangan yang
dilakukan oleh pihak independen untuk menetapkan tingkat
kesesuaian dan memberikan pendapat mengenai pemeriksaan
tersebut untuk menyampaikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Dalam melaksanakan audit faktor-faktor berikut
harus diperhatikan :
a. Dibutuhkan informasi yang dapat diukur dan sejumlah
kriteria (standar) yang dapat digunakan sebagai panduan
untuk mengevaluasi informasi tersebut;
b. Penetapan entitas ekonomi dan periode waktu yang diaudit
harus jelas untuk menentukan lingkup tanggungjawab
auditor;
c. Bahan bukti harus diperoleh dalam jumlah dan kualitas yang
cukup untuk memenuhi tujuan audit;
d. Kemampuan auditor memahami kriteria yang digunakan serta
sikap independen dalam mengumpulkan bahan bukti yang
diperlukan untuk mendukung kesimpulan yang akan
diambilnya.

2.2.2 Tujuan Audit


Tujuan audit umum adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil
usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum. Kewajaran laporan keuangan diukur berdasarkan
asersi terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan
keuangan, yang disebut dengan asersi manajemen.
Asersi menejemen merupakan sebuah pernyataan yang tersirat
atau tertulis oleh manajemen mengenai kelompok-kelompok
transaksi dan akun - akun terkait serta pengungkapan dalam
laporan keuangan. Asersi manajemen yang disajikan dalam laporan
keuangan dapat diklasifikasikan menjadi lima kategori :
a) Keberadaan (Existance)
Asersi ini merupakan pernyataanmanajemen aktiva,
kewajiban, dan ekuitas yang tercantum dalam neraca benar-
benar ada pada tanggal neraca serta apakah
pendapatan dan beban yang tercantum dalam laporan
rugi laba benar-benar terjadi selama periode akuntansi.
b) Kelengkapan (Completeness)
Kelengkapan berarti semua transaksi dan akun -
akunyang seharusnya tercatat dalam laporan keuangan telah
dicatat. Asersi kelengkapan berlawanan dengan asersi
keberadaan. Jika asersi keberadaan tidak benar maka
akunakan dinyatakan terlalu tinggi, sementara jika asersi
kelengkapan tidak benar, makaakun akan dinyatakan terlalu
rendah. Asersi kelengkapan berkaitan dengankemungkinan
hilangnya hal-hal yang harus dicantumkan dalam laporan
keuangan sedangkan asersi keberadaan berkaitan dengan
penyebutan angka yang seharusnyatidak dimasukkan.
c) Penilaian atau alokasi (Valuation or allocation)
Asersi ini berkaitan dengan apakah nilai – nilai yang
tersaji dalam akun aset, kewajiban, modal, pendapatan
maupun beban dalam laporan keuangan merupakan nilai yang
tepat, termasuk semua penyesuaian yang merefleksikan
jumlah aset dalam net realizable value. Untuk aset tetap,
asersi manajemen ini mengimplikasikan bahwa saldo aset
tetap itu telah menggambarkan jumlah yang telah
disesuaikan melalui penilaian.
d) Hak dan Kewajiban (Right and Obligation)
Asersi ini membahas tentang apakah pada waktu tertentu
aset merupakan hak perusahaan dan liabilitas merupakan
kewajiban perusahaan.
e) Penyajian dan pengungkapan (Presentation and disclosure)
Asersi ini menyangkutmasalah apakah komponen-
komponen laporan keuangan telah diklasifikasikan,diuraikan,
dan diungkapkan secara tepat. Pengungkapan berhubungan
denganapakah informasi dalam laporan keuangan, termasuk
catatan yang terkait, telahmenjelaskan secara gamblang hal-
hal yang dapat mempengaruhi penggunaannya.
2.2.3 Jenis-Jenis Audit
Adapun jenis-jenis audit yang dikemukakan oleh Halim
(2001:1), berdasarkan tujuan dapat diklasifikasikan menjadi 4
golongan, yaitu :
a) Audit Laporan Keuangan (Financial Statement Audit).
Audit Laporan Keuangan mengcakup penghimpunan dan
pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu
entitas dengan tujuan untuk memberikan pendapat apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai kriteria
yang telah ditentukan yaitu Prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum (PABU). Jadi, ukuran kesesuaian audit laporan
keuangan adalah kewajaran (fairness).
b) Audit Kepatuhan (Compliance Audit).
Audit kepatuhan mencakup penghimpun dan
pengevaluasian bukti dengan tujuan untuk menentukan
apakah kegiatan finansial maupun operasi tertentu dari suatu
entitas sesuai dengan kondisi-kondisi, aturan-aturan dan
regulasi yang telah ditentukan. Ukuran kesesuaian audit
kepatuhan adalah ketepatan (correctness).
c) Audit Operasional.
Audit operasional meliputi penghimpunan dan
pengevaluasian bukti mengenai kegiatan operasional
organisasi dalam hubungannya dengan tujuan pencapaian
efisiensi, efektivitas, maupun kehematan (ekonomis)
operasional. Efisiensi adalah perbandingan antara masukan
dengan keluaran, sedangkan efektivitas adalah perbandingan
antar keluaran dengan target yang sudah ditetapkan. Dengan
demikian yang menjadi tolak ukur atau kriteria dalam audit
operasional adalah rencana, anggaran, dan standar biaya atau
kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya.
d) Audit Investigatif
"Serangkaian kegiatan mengenali (recognize),
mengidentifikasi (identify), dan menguji (examine) secara
detail informasi dan faktafakta yang ada untuk mengungkap
kejadian yang sebenarnya dalam rangka pembuktian untuk
mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang
dapat merugikan keuangan suatu entitas
(perusahaan/organisasi/negara/daerah)."

2.2.4 Standar Audit


Standar Audit merupakan panduan umum bagi auditor dalam
memenuhi tanggungjawab profesinya untuk melakukan audit atas
laporan keuangan historis.

Standar ini mencakup pertimbangan atas kualitas,


professional seperti kompetensi, independensi, persyaratan
pelaporan, serta bukti audit. Standar auditing yang telah ditetapkan
dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Standar Umum
a. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang
memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
sebagai auditor.
b. Dalam semua hal yang berhubungan penugasan,
independensi dan sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor.
c. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya,
auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya
dengan cermat dan seksama.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
a. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika
digunakan asisten harus di supervisi dengan semestinya.
b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian
internal harus diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat dan lingkup pengujian yang akan
dilakukan
c. Bukti audit kompeten yang memadai harus diperoleh
melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pertanyaan,
dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan hasil audit.
3. Standar Pelaporan
a. Laporan harus menyatakan apakah laporan keuangan
telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
b. Laporan audit harus menunjukkan keadaan didalamnya
prinsip akuntansi tidak secara konsisten diterapkan
dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan
yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam periode sebelumnya.
c. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam
laoran audit.
d. Laporan audit harus memuat pernyataan pendapat
mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau
asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan,
maka alasannya harus dinyatakan. Dalam semua hal
yang nama auditor harus dikaitkan dengan laporan
keuangan, laporan auditor harus memuat petunjuk yang
jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab auditor yang bersangkutan.
2.3 Piutang Usaha
2.3.1 Pengertian Piutang Usaha
Warren Et al, (2014) mendefinisikan bahwa Piutang meliputi
semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk
individu, perusahaan atau organisasi lainnya. Menurut Martono
Harjito (2007) Piutang dagang merupakan tagihan perusahaan
kepada pelanggan atau pembeli atau pihak lain yang membeli
produk perusahaan.
Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2010) memberikan definisi
atau pengertian piutang adalah yang dapat ditagih/diklaim dari
seseorang atau perusahaan lain yang diharapkan akan dilunasi
dengan kas. Penjualan kredit yang pada akhirnya akan
menimbulkan hak penagihan atas piutang kepada pelanggan,
sangat erat hubungannya dengan persyaratan-persyaratan kredit
yang diberikan. Sekalipun pengumpulan piutang sering kali tidak
tepat waktu yang sudah ditetapkan, namun sebagian besar dari
piutang tersebut akan terkumpul dalam jangka waktu kurang dari
satu tahun. Dengan alasan itu maka piutang dimasukan sebagai
salah satu komponen aktiva lancer perusahaan. (syamsudin, 2011)
Pendapat dari Ikatan Akuntansi Indonesia, Standar Akuntansi
Keuangan 2008, Piutang Usaha yaitu : Transaksi yang paling
banyak memungkinkan menciptakan piutang adalah penjualan
barang secara kredit. Piutang usaha ini normalnya akan tertagih
dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30-60 hari yang
di kelompokkan sebagai asset lancar (Warren, Reeve, dan Fess
2008).
“Piutang dapat didefinisikan dalam arti luas sebagai hak atau
klaim terhadap pihak lain atas uang, barang, dan jasa. Namun,
untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterpakan sebagai
klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui penerimaan kas
(Smith 2005 : 286).”
Dari beberapa pengertian piutang diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa piutang komponen dari aktiva lancar yang
berupa tagihan perusahaan kepada pelanggan dan timbul akibat
penjualan kredit dan pemberian pinjaman uang kepada individu
perusahaan atau organisasi.

2.3.2 Klasifikasi Piutang


Didalam akuntansi, penggolongan atau klasifikasi piutang
memegang peranan yang sangat penting. Dengan adanya
penggolongan atau pengelompokan tersebut akan membawa
pembaca laporan keuangan lebih memahami unsur-unsur yang
disajikan dalam neraca.
Pada umumnya piutang mencakup :
 Piutang usaha (piutang dagang), adalah jumlah yang akan
dibayar oleh pelanggan sebagai akibat dari penjualan barang
dan jasa utama perusahaan.
 Piutang Wesel (Wesel tagih), klaim yang didasari oleh
instrument kredit yang secara resmi diterbitkan sebagai bukti
utang. Pinjaman yang diberikan bisa berupa kontrak
pinjaman jangka panjang atau jangka pendek (lancar)
 Piutang lain adalah piutang “non dagang” (misalnya, piutang
bunga, pinjaman kepada pejabat perusahaan, pembayaran
dimuka kepada karyawan dan pengembalian PPh.
a. Berdasarkan Jangka Waktu
Berdasarkan jangka waktu piutang digolongkan menjadi
dua, yaitu :
1. Piutang Lancar atau Jangka Pendek (current
receivable)
2. Piutang Jangka Panjang (Non Current receivable)
b. Berdasarkan Transaksi Penyebab Terjadinya
Atas dasar transaksi yang menyebakan timbulnya piutang,
maka piutang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Piutang dagang atau piutang usaha
2. Piutang non dagang atau piutang diluar usaha
c. Berdasarkan Ada Tidaknya Dokumen-dokumen Tertulis
yang Mendukung Tagihan Tersebut.
Digolongkan menjadi dua yaitu :
1. Piutang wesel atau wesel tagih (Notes Receivable)
Piutang wesel adalah tagihan perusahaan kepada
pihak lain yang dinyatakan dalam bentuk wesel yang
diatur dalam undang-undang (suatu utang formal).
2. Piutang non-wesel
Piutang non-wesel timbul dari transaksi selain
penjualan barang dan jasa kepada pihak luar.

2.3.3 Pengakuan Piutang Usaha


Menurut Kieso et al (2011), dalam banyak transaksi piutang,
jumlah yang diakui adalah harga pertukaran diantara kedua belah
pihak. Harga pertukaran adalah jumlah yang jatuh tempo oleh
debitur (pelanggan atau peminjam). Beberapa jenis dokumen
bisnis, sering kali berupa faktur yang berfungsi sebagai bukti :
a. Potongan Penjualan
Harga dapat dikenakan pada saat penjualan atau berdasarkan
kuantitas diskon. Perusahaan menggunakan potongan
penjualan tersebut untuk menghindari terlalu sering terjadi
perubahan pada katalog. Untuk mengubah harga dalam
jumlah yang berbeda pada saat dibeli atau untuk
menyembunyikan harga faktur yang sebenarnya dari pesaing.
Diskon penjualan biasanya dikutip dalam presentase.
b. Diskon Tunai (diskon penjualan)
Perusahaan menawarkan diskon tunai (diskon penjualan)
untuk menginduksi pembayaran cepat. Diskon tunai biasanya
disajikan dalam istilah seperti 2/10, n/30 (2 persen jika
dibayar dalam jangka waktu 10 hari. Jatuh tempo dalam
jangka 30 hari) atau 10/2 EOM net 30, EOM (2 persen jika
dibayar setiap saat sebelum hari kesepuluh bulan berikutnya,
dengan pembayaran penuh diterima tiga puluh hari bulan
berikutnya).
Perusahaan mencatat penjualan dan transaksi diskon
penjualan terkait dengan memasukkan piutang dan penjualan
sebesar jumlah bruto. Perusahaan mengakui diskon penjualan
hanya ketika mereka menerima pembayaran dalam periode diskon.

2.3.4 Penyajian Piutang Usaha


Standar akuntansi keuangan menyatakan bahwa asset
diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat
ekonominya di masa depan diperoleh perusahaan dan asset tersebut
mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Asset
tidak diakui dalam neraca kalau pengeluaran telah terjadi dan
manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin mengalir ke dalam
perusahaan setelah periode akuntansi berjalan. Sebagai alternative
transaksi semacam itu menimbulkan pengakuan beban pada
laporan laba rugi. Menurut PSAK nomor 1 (2012), suatu asset
diklasifikasikan sebagai asset lancar, jika :
a. Diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau
digunakan dalam siklus operasi normal
b. Dimiliki untuk tujuan diperdagangkan
c. Diperkirakan akan terealisasi dalam jangka waktu dua belas
bulan setelah periode pelaporan; atau kas atau setara kas
yang penggunaanya tidak dibatasi.
2.4 Pemeriksaan Piutang Usaha
2.4.1 Prosedur Pemeriksaan Piutang Usaha
1. Pahami dan evaluasi internal control atas piutang dan transaksi
penjualan, piutang dan penerimaan piutang
Proses memahami dan mengevaluasi internal control
merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu proses
pemeriksaan piutang. Karena hasil dari evaluasi internal
control atas piutang berupa kesimpulan apakah internal control
atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan
kas berjalan efektif atau tidak. Jika auditor menyimpulkan
bahwa internal control berjalan efektif, berarti luasnya
pengujian atas kewajaran saldo piutang per tanggal laoran
posisi keuangan (neraca) dan saldo penjualan untuk periode
yang diperiksa bisa dipersempit. Jika internal control baik atau
efektif, berarti kemungkinan terjadinya kesalahan adalah kecil
dan jika kesalahan terjadi akan bisa segera ditemukan oleh
pihak perusahaan.
Jika disimpulkan sementara bahwa internal control baik atau
sedang auditor harus melakukan compliance test atau test of
recorded transactions, untuk membuktikan apakah internal
control berjalan efektif atau tidak. Yang diambil sebagai
sampel biasanya sales invoice, faktur penjualan, delivery order
dan Purchase Order.
Jika disimpulkan sementara bahwa internal control lemah,
auditor tidak perlu melakukan compliance test, tetapi langsung
melakukan substantive test yang diperluas. Karena jika auditor
tetap melakukan compliance test kesimpulan akhir pasti
menyatakan bahwa internal control lemah setelah itu auditor
melakukan substantive test. Contoh ilustrasi internal control
questionnaires.
Gambar 1 – Ilustrasi internal control questionnaires

2. Buat Top Schedule dan Supporting schedule Piutang per


tanggal laporan posisi keuangan (neraca).
Auditor meminta rincian-rincian dari piutang usaha, piutang
pegawai, wesel tagih, uang muka, piutang bunga, piutang
afiliasi, piutang direksi, piutang pemegang saham dan piutang
lain-lain. Rincian yang berasal dari klien dicantumkan tanggal
erimanya dan tuliskan PBC (Prepared by client).
Gambar 2 – Ilustrasi Top Schedule

3. Minta Aging schedule dari piutang usaha per tanggal laporan


posisi keuangan (neraca) yang antara lain menunjukkan nama
pelanggan (customer), saldo piutang, umur piutang dan kalau
bisa subsequent collectionsnya.
Auditor meminta aging schedule piutang usaha. Aging
schedule harus menunjukkan nama pelanggan, saldo piutang,
umur piutang usaha.

4. Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual


balance ke subledger lalu totalnya ke general ledger.
Auditor harus mengecek penjumlahan (footing dan cross
footing) dan rincian-rincian yang diberikan klien dan saldo
masing-masing pelanggan atau pegawai harus dicocokan
dengan saldo menurut sub ledger piutang usaha, lalu total dari
masing-masing rincian dicocokkan dengan saldo general
ledgernya. Jika ada saldo yang tidak cocok atau ditemukan
kesalahan penjumlahan, beritahu kepada klien dan minta
memperbaikinya. Bukan tugas auditor memperbaiki tugas
tersebut.

5. Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger


piutang dan sales invoice.
Pengecekan umur piutang merupakan prosedur audit yang
penting karena akan mempengaruhi penilaian cukup tidaknya
penyisihan piutang usaha tidak tertagih. Prinsipnya adalah
bahwa semakin tua umur piutang usaha, semakin besar
kemungkinan piutang usaha tidak tertagih.
Pengecekan umur piutang usaha dilakukan dengan memeriksa
subledger piutang dan faktur penjualan: perhatikan apakah
tanggal faktur dicatat dengan subledger tersebut dan apakah
umur piutang sesuai dengan jangka waktu antara tanggal faktur
dengan tanggal pada laporan posisi keuangan (neraca).
Selain itu harus diperiksa jangka waktu kredit (term of credit)
yang diberikan perusahaan kepada pelanggan yang biasanya
dicantumkan di masing-masing invoice.

6. Kirimkan konfirmasi piutang:


a. Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang
akan dikirimi surat konfirmasi
Pemilihan bisa menggunakan stasistical sampling atau
random/judgement sampling. Misalnya pilih pelanggan
dengan saldo ≥ Rp. 10.000.000 ditambah dengan 5
pelanggan dengan saldo < Rp. 10.000.000.
Surat konfirmasi piutang usaha harus diberi nomor dan
nomor tersebut harus dicantumkan juga dikertas kerja,
sehingga pada waktu jawaban konfirmasi diterima kembali
bisa diketahui hanya untuk klien mana dan untuk perkiraan
apa.
b. Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau
konfirmasi negatif.
Ada dua jenis konfirmasi piutang, yaitu konfirmasi positif
dan konfirmasi negatif. Pada konfirmasi positif, pelanggan
diminta untuk memberikan jawaban hanya jika saldonya
tidak cocok. Pada konfirmasi negatif, pelanggan diminta
untuk memberikan jawaban hanya jika saldonya tidak
cocok, sehingga jika pelanggan tidak menjawab akan
dianggap bahwa saldonya cocok.
c. Cantumkan nomor konfirmasi yang berbeda harus
diberitahukan kepada klien untuk dicari perbedaannya.
Jawaban konfirmasi bisa digolongkan dalam beberapa
bentuk:
- Confirmed Balance (CB), berarti saldo menurut pelanggan
cocok dengan surat konfirmasi.
- Reporting Different (RD), berarti saldo menurut pelanggan
berbeda dengan surat konfirmasi. Jika saldonya berbeda,
auditor harus memberitahukan klien dan meminta mereka
untuk mencari tahu alasan perbedaannya. Perbedaan
tersebut mungkin bisa direkonsiliasi sehingga bisa
diketahui saldo mana yang benar, mungkin juga tidak bisa
direkonsiliasi.
- Dikembalikan oleh Kantor Pos (Returned by Post Office)
- Tidak dijawab (No Reply - NR)
d. Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi
Tujuannya untuk mengetahui berapa banyak konfirmasi
yang dijawab dengan saldo yang sesuai maupun yang
berbeda, yang akan mempengaruhi keyakinan auditor
terhadap kewajaran saldo piutang.
7. Periksa subsequent collections dengan memeriksa buku kas dan
bukti penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal laporan
posisi keuangan (neraca) sampai mendekati tanggal
penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field work).
Perhatikan bahwa yang dicatat sebagai subsequent collections
hanyalah yang berhubungan dengan penjualan dari periode
yang sedang diperiksa.
Caranya: periksa buku penerimaan kas/bank bulan januari
sampai dengan mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan
lapangan. Catat nomor bukti penerimaan kas/bank dan
jumlahnya untuk pelunasan piutang yang berasal dari
penjualam kredit di periode yang diaudit. Kemudian periksa
kelengkapan bukti penerimaan kas/bank tersebut beserta
otorisasinya.

8. Periksa apakah ada wesel tagih (notes receivable) yang


didiskontokan untuk mengetahui kemungkinan adanya
contingent liability.
o Tanyakan kepada klien apakah ada pendiskontoan wesel
tagih, jika ada periksa pencatatan transaksi pendiskontoan
tersebut.
o Periksa buku besar wesel tagih, jika ada pengkreditan
diperkiraan wesel tagih, periksa bukti pendukungnya
untuk mengetahui apakah berasal dari pelunasan wesel
tagih yang jatuh tempo atau pendiskontoan wesel tagih
o Lihat jawaban konfirmasi bank apakah ada penjelasan
mengenai pendiskontoan wesel tagih

9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan periksa


apakah jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam
arti tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Dalam hal ini auditor harus mempelajari dasar penentuan
allowance yang digunakan klien.
 apakah berdasarkan presentase tertentu dari penjualan
kredit
 apakah berdasarkan dari analisis umur piutang usaha,
apakah berdasarkan presentase tertentu dari saldo
piutang, apakah dasar penentuan allowance dan
perhitungan klien sudah masuk akal (reseonable) dan
konsisten dengan tahun-tahun sebelumnya.

10. Test sales cut off dengan jalan memeriksa sales invoice, credit
note dan lain-lain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan
sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Periksa
apakah barang-barang yang dijual melalui invoice sebelum
tanggal laporan posisi keuangan (neraca), sudah dikirim
pertanggal laporan posisi keuangan (neraca). Kalau belum
dikirim cari tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur
penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam
periode berikutnya.
Pemeriksaan cut off sangat penting untuk meyakinkan auditor
bahwa penjualan sudah di catat pada periode terjadinya, untuk
kepentingan proper matching cost against revenue dan tidak
ada pergeseran waktu pencatatan.

11. Periksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban


konfirmasi bank, dan correspondence file untuk mengetahui
apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan.

12. Lakukan prosedur analisis atas saldo piutang dan penjualan.


Analytical Review Procedures untuk piutang :
a) Bandingkan saldo piutang tahun berjalan dengan tahun
lalu, apakah ada kenikan atau penurunan yang signifikan
(kemungkinan terdapat piutang fiktif atau belum dibuat
penyisihan piutang yang memadai)
b) Bandingkan rincian piutang usaha tahun berjalan dengan
tahun lalu (periksa apakah ada saldo pelanggan yang
menyalahi peningkatan atau penurunan yang signifikan,
jika ada minta penjelasan dari manajemen)
c) Bandingkan accounts receiver lalu over dan rata-rata dari
rupiah piutang berjalan dengan tahun lalu. Jika penagih
piutang semakin lambat berarti bagian collection harus
baik kerjanya atau piutang yang sulit ditagih.
d) Bandingkan % biaya penghapusan piutang tidak tertagih .
jika presentase meningkat berarti banya piutang yang tidak
tertagih kemungkinan disebabkan otoritas kredit harus
diperketat.

13. Periksa apakah penyajian piutang dilaporan posisi keuangan


(neraca) dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan
di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
Auditor perlu memeriksa apakah peyajian piutang sesuai
dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia dalam hal:
 Piutang pemegang saham, piutang direksi, dan piutang
perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri, terpisah
dari piutang usaha
 Piutang dinyatakan sebesar jumlah tagihan, dikurangi
peyisihan untuk piutang yang tidak tertagih.
 Di laporan laba rugi (komprehensif) piutang tidak tertagih
disajikan sebagai bad debt expense (bagian dari biaya
umum dan administrasi).
14. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang
diperiksa. Auditor harus menarik kesimpulan mengenai
kewajaran saldo piutang berdasarkan prosedur yang telah
dijalankan.

2.4.2 Tujuan Pemeriksaan Piutang Usaha


Menurut Sukrisno Agoes (2017) tujuan pemeriksaan piutang yaitu :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern
(internal control) yang baik atas piutang dan transaksi
penjualan, piutang dan penerimaan kas.
Auditor dapat meyakinkan dirinya bahwa internal control atas
piutang dan transaksi penjulan, piutang dan penerimaan kas
berjalan efektif.
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity
(keotentikan) dari pada piutang.
Validity maksudnya apakah piutang itu sah, masih berlaku,
dalam arti masih diakui oleh yang mempunyai utang.
Authenticity maksudnya apakah piutang itu didukung oleh
bukti-bukti yang otentik seperti sales order, delivery order
yang sudah ditandatangani oleh pelanggan sebagai bukti
bahwa pelanggan telah menerima barang yang dipesan, dan
faktur penjualan.
3. Untuk memeriksa collectibillity (kemungkinan tertagihnya)
piutang dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts
(penyisihan piutang tidak tertagih).
Collectibillity maksudnya adalah kemungkinan tertagihnya
piutang. Piutang harus disajikan di laporan posisi keuangan
(neraca) sebesar jumlah yang diperkirakan bisa ditagih. Karena
itu jumlah yang diperkirakan tidak bisa ditagih harus dibuatkan
penyisihan dalam jumlah yang cukup. Auditor harus
memeriksa cukup tidaknya allowance for bad debt karena:
o Jika allowance yang dibuatkan terlalu besar maka
akibatnya piutang yang disajikan terlalu kecil
(understated) dan biaya penyisihan piutang terlalu besar
(overstated) dan laba rugi terlalu kecil (understated).
o Jika allowance yang dibuat terlalu kecil maka akibatnya
piutang yang disajikan overstated, biaya penyisihan
piutang understated dan laba rugi overstated.
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat yang
timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)
Jika perusahaan mempunyai wesel tagih yang didiskontokan
ke bank sebelum tanggal jatuh temponya, maka pada tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) harus diungkapkan adanya
contingent liability yang berasal dari pendiskontoan wesel
tagih tersebut. Karena jika pada tanggal jatuh tempo si penarik
wesel tidak sanggup melunasi wesel tersebut ke bank maka
perusahaan yang mendiskontokan wesel tersebut ke bank, yang
harus melunasi wesel berikut bunganya ke bank.
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang dilaporkan posisi
keuangan (neraca) sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia/Standar Akuntansi Keuangan/SAK
ETAP.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan:
o Piutang usaha, wesel tagih, dan piutang lain-lain harus
disajikan secara terpisah dengan identifikasi yang jelas.
o Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi
dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih, jumlah
kotor piutang harus tetap disajikan pada laporan posisi
keuangan (neraca) diikuti dengan penyisihan untuk
piutang yang diragukan atau taksiran jumlah yang tidak
dapat ditagih.
o Saldo kredit piutang individual jika jumlahnya material
harus disajikan dalam kelompok kewajiban.
o Jumlah piutang yang dijaminkan harus diungkapkan
dalam catatn atas laporan keuangan.
o Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan
penjualan piutang yang disertai perjanjian untuk dibeli
kembali kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan
secukupnya.
6. Untuk mengetahui apakah piutang yang tercantum dalam mata
uang asing sudah dikonversi kedalam rupiah dengan
menggunakan kurs rupiah BI pada tanggal neraca.
7. Untuk memeriksa apakah transaksi yang menyangkut
penjualan, piutang dan peneriamaan kas semua sudah dicatat
secara akurat, semua merupakan transaksi yang benar-benar
terjadi, tidak ada yang fiktif dan semua sudah dicatat pada
periode yang tepat.
BAB III

HASIL KEGIATAN

3.1 Deskripsi Perusahaan


3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Mohammad Yoesoef &
Rekan (sebelumnya bernama “KAP Drs. Mohammad Yoesoef”),
merupakan Kantor Akuntan Publik yang terdaftar sejak tahun 1988
berdasarkan Surat Ijin Menjalankan Praktik Akuntan Publik dari
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor. SI-681/MK.13/1988.
Surat ijin tersebut diperbarui dengan Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor: KEP-167KM.17/1999
tanggal 22 Februari 1999. Ijin tersebut kembali diperbarui terakhir
melalui Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tentang
ijin usaha Kantor Akuntan Publik Nomor: KEP-041/KM.17/2000
tanggal 7 Februari 2000.
Pada tanggal 7 Nopember 2012, KAP Perseorangan berubah
menjadi KAP Persekutuan yang telah dituangkan dalam Akta Nomor
01 yang dibuat oleh Notaris Hasri Wulan, SH di Bekasi.
KAP Drs. Mohammad Yoesoef & Rekan memperoleh ijin dari
Kementerian Keuangan Republik Indonesia melalui Surat Ijin
No.1490/KM.1/2012 pada tanggal 28 Desember 2012.
KAP Drs. Mohammad Yoesoef & Rekan merupakan salah satu
Kantor Akuntan Publik di Bekasi dengan wilayah kerja di Jakarta,
Bekasi dan di beberapa kota lainnya di seluruh Indonesia. Kami telah
berpengalaman sejak tahun 1988 dalam memberikan jasa akuntansi
yang dilakukan oleh para staff professional dan memiliki integritas
yang tinggi.
3.1.2 Visi dan Misi Perusahaan
1. Visi KAP Drs. Mohammad Yoesoef & Rekan
Menjadi Kantor Akuntan Publik yang kompeten,
professional, Independen dan dapat dipercaya masyarakat.
2. Misi KAP Drs. Mohammad Yoesoef & Rekan
a. Memberikan jasa audit dan jasa-jasa lain dibidang
akuntansi, perpajakan dan manajemen yang bermanfaat
dan dipercaya bagi pengguna jasa atau klien sebagai
auditor independen, terutama dalam mencari kebenaran
dan kebaikan untuk semua pihak.
b. Memberikan jasa audit dan jasa-jasa lain dibidang
manajemen dan akuntansi dengan tujuan untuk
meningkatkan pengelolaan dan kinerja perusahaan yang
lebih akuntabel, transparan, jujur, dan bertanggung jawab
berlandaskan pada nilai-nilai profesionalisme dan
tanggung jawab.

3.1.3 Struktur Organisasi


3.2 Bidang Kegiatan Perusahaan
Kegiatan usaha Kantor Akuntan Publik berupa kegiatan jasa, yaitu:
1. Jasa Audit
Audit dilaksanakan berdasarkan standard Auditing yang ditetapkan
oleh Institute Akuntan Publik Indonesia (IAPI) untuk memberikan
pernyataan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan.
Jasa audit yang diberikan antara lain:
a. Pemeriksaan Umum (General Audit) atas Laporan Keuangan.
b. Pemeriksaan Manajemen (Management Audit)
c. Pemeriksaan Khusus (Special Audit)
d. Pemeriksaan Berdasarkan Prosedur yang Disepakati (Agreed
Upon Procedures)
e. Pemeriksaan Investigatif (Investigation Audit)
f. Pemeriksaan Lainnya.
2. Jasa Atestasi
Dalam jasa atestasi, Kantor Akuntan Publik akan memberikan suatu
pernyataan pendapat atau pertimbangan yang independen dan
kompeten mengenai kesesuaian asersi yang digunakan oleh suatu
entitas
Jasa Atestasi yang kami berikan antara lain:
a. Proyeksi Lporan Keuangan
b. Pelaporan Informasi Keuangan Proforma
c. Laporan tentang Struktur Pengendalian Intern
3. Jasa Akuntan dan Review
Jasa Akuntansi dan Review merupakan jasa yang dapat diberikan pula,
baik yang berhubungan dengan kompilasi maupun review suatu
laporan keuangan.
Jasa Akuntansi dan Review yang kami berikan antara lain:
a. Kompilasi atau Penyusunan Laporan Keuangan
b. Review Laporan Keuangan
c. Jasa Akuntansi Lainnya
4. Jasa Konsultasi
Dalam jasa konsultasi, Kantor Akuntan Publik akan menyajikan
temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Dengan demikian akan
membantu memberikan solusi terbaik bagi permasalahan akuntansi dan
keuangan.
Jasa Konsultasi yang kami berikan antara lain:
a. Perancangan Sistem Akuntansi
b. Penyusunan Proposal Keuangan
c. Penyusunan Studi Kelayakan Proyek
d. Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
e. Konsultasi Lainnya
5. Jasa Perpajakan
Aspek perpajakan merupakan salah satu aspek penting dalam suatu
usaha, dan permasalahan pada aspek perpajakan ini terkadang akan
mengganggu aktivitas rutin usaha. Oleh sebab itu, kami dapat
membantu dalam hal-hal yang berkaitan dengan masalah perpajakan
usaha anda.
a. Perencanaan Pajak
b. Review Kewajiban Pajak
c. Perhitungan pajak Badan, Karyawan, Orang Pribadi, dll
d. Penyusunan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak
e. Penyelesaian Masalah Perpajakan
f. Jasa Perpajakan Lainnya
6. Jasa Konsultasi Manajemen
Jasa Konsultasi Manajemen merupakan jasa yang diberikan untuk
melakukan pendampingan atas pengembangan organisasi Perusahaan
yang meliputi berbagai macam aspek seperti review atas efektifitas
desain organisasi, kapabilitas dan performance staff, serta pembenahan
internal.
3.3 Tempat dan Waktu PKL
Praktek Kerja Lapangan atau magang ini dilaksanakan di Kantor
Akuntan Publik Drs. Mohammad Yoesoef & Rekan yang beralamat di JL.
Damar IV No.15 Jatibening Dua, Pondok Gede, Bekasi 17412. Telp./Fax:
(+62 21) 8478657; E-mail: kap.myr@yahoo.com.
Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan pada tanggal 4
Februari 2019 -3 Mei 2019.

3.4 Deskripsi Pekerjaan


Selama melakukan praktek kerja lapangan di Kantor Akuntan Publik
(KAP) Irwanto, Hary dan Usman, penulis diajarkan dan di bimbing menjadi
seorang auditor junior. Sebelum menjadi seorang auditor junior, penulis di
orientasi mengenai Kantor Akuntan Publik (KAP). Tujuan dan kegunaan
didirikannya sebuah KAP, bagaimana pola kerja seorang auditor junior dan
lain-lain. Setelah orientasi, penulis diberikan tugas menjadi seorang auditor
untuk melakukan audit pada suatu perusahaan dengan bimbingan seorang
senior auditor.
Tanggung jawab Auditor Junior :
a) Bertugas mengumpulkan data dan informasi yang terdapat dalam
pengendalian internal perusahaan ketika di tugaskan untuk terjun
langsung ke lapangan (ke perusahaan)
b) Membuat kertas kerja untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang
telah dilaksanakan
c) Mendokumentasikan data dan informasi seperti bukti pendukung
dalam kertas kerja pemeriksaan untuk ditelaah lebih lanjut oleh senior
audit.

3.5 Jadwal Kegiatan


Adapun jadwal kegiatan dilampirkan.
3.6 Kegiatan Kerja
Berikut prosedur pemeriksaan piutang usaha yang dilakukan oleh Kantor
Akuntan Publik DRS. Mohammad Yoesoef & Rekan adalah :
1. Membuat permintaan data klien yang ingin diaudit
2. Melakukan cross check antara saldo piutang dalam neraca atau general
ledger dengan rincian piutang.
3. Melakukan vouching dokumen dan meminta sejumlah dokumen
berdasarkan sampling dengan jumlah material.
4. Membuat Lead Schedule di dalam kertas kerja pemeriksaan terkait
dengan piutang usaha.
5. Membuat Test Off Aging piutang usaha dari rincian umur piutang usaha
yang berasal dari klien.
6. Membuat surat konfirmasi dan mengirimkan konfirmasi kepada klien
yang sedang diaudit, bukan customer. Kemudian penulis melakukan
follow up atas balasan konfirmasi dengan bertanya kepada klien apakah
sudah ada konfirmasi yang dibalas atau belum karena tahap ini penulis
akan meng-update balasan konfirmasi tersebut, jika tidak ada balasan
penulis akan melakukan konfirmasi ulang atau melakukan alternative
procedure. Penulis juga membandingkan saldo antara balance per book
dengan balance per confirmation reply. Jika terdapat perbedaan maka
harus diberitahukan kepada klien untuk dicari perbedaannya.
7. Membuat subsequent collection dengan melakukan pemeriksaan
rekening koran setelah tanggal neraca sampai mendekati audit field
work.
8. Melakukan Cutt Off Testing dengan cara mengambil sejumlah transaksi
sebelum dan setelah tanggal neraca berupa sales invoice, melakukan
vouching atas data tersebut, mengevaluasi hasil test tersebut dengan
menentukan bahwa piutang dicatat pada periode yang sebenarnya.
3.7 Bentuk fasilitas yang diberikan Perusahaan
Adapun fasilitas yang diberikan oleh perusahaan selama melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah :
a. Ruang kerja yang nyaman dan bersih membuat auditor dapat bekerja
dengan efektif dan nyaman.
b. ATK lengkap, sebagai penunjang kerja pegawai pada umumnya.
c. Wifi kantor yang memudahkan penulis mendapatkan informasi.
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Analisa dan Pembahasan


Prosedur pemeriksaan piutang usaha yang dilakukan oleh Kantor
Akuntan Publik DRS. Mohammad Yoesoef & Rekan sudah sesuai teori
Sukrisno Agoes. Pada tahap ini penulis melakukan perbandingan prosedur
antara teori dengan prosedur yang terdapat di KAP Drs. Mohammad
Yoesoef dan Rekan selama menjalankan Prraktek Kerja Lapangan. Berikut
perbandingan antara prosedur dengan teori :
1. Teori Sukrisno Agoes menjelaskan prosedur utama saat
melaksanakan audit harus memahami dam mengevaluasi Internal
Control atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan kas dengan cara membuat questionners mengenai
internal control untuk penjualan dan piutang atau melakukan
wawancara mengenai prosedur penjualan dan piutang. Teori tersebut
digunakan KAP Drs. Mohammad Yoesoef & Rekan untuk
memahami dan mengevaluasi internal control atas piutang dan
transaksi penjualan. Prosedur KAP Drs. Mohammad Yoesoef dan
Rekan disini melakukan wawancara kepada klien dengan bertanya
apakah ada SOP yang baku atau tidak dengan meminta SOP yang
baku seperti gambaran flowchart serta bertanya kepada klien
dokumen apa saja yang terkait selama proses penjualan. Selain itu,
juga melakukan pemeriksaan mengenai pemisahan tugas kemudian
memeriksa apakah terdapat approval dari keseluruhan dokumen
(purchase order, delivery order dan invoice) serta membandingkan
apakah jumlah nilai atau barang di dokumen invoice sesuai dengan
dokumen pendukungnya. Jika ada yang tidak sesuai tanyakan kepada
klien mengenai hal tersebut.
2. Teori Sukrisno Agoes pada prosedur kedua dan ketiga saat
melaksanakan audit yaitu membuat top schedule dan supporting
schedule dan meminta aging schedule piutang per tanggal laporan
posisi keuangan dengan meminta rincian dari berbagai piutang
kepada klien. Prosedur yang dilakukan KAP Drs. Mohammad
Yoesoef dan Rekan disini sama seperti teori Sukrisno Agoes. Namun
prosedur tahap ini diberi nama membuat permintaan data klien yang
ingin diaudit.

3. Prosedur selanjutanya yang terdapat dalam teori Sukrisno Agoes


pada saat melaksanakan audit yaitu periksa mathematical accuracy-
nya dan check individual balance ke subledger lalu totalnya ke
general ledger dengan cara mengecek penjumlahan dan rincian yang
diberikan klien dan saldo masing-masing pelanggan harus
dicocokkan dengan saldo subledger. Prosedur tersebut sesuai dengan
prosedur yang dilaksanakan KAP Drs. Mohammad Yoesoef dan
Rekan yaitu pada prosedur melakukan cross check antara saldo
piutang dalam neraca atau general ledger dengan rincian piutang.

4. Prosedur selanjutnya dalam teori Sukrisno Agoes yaitu melakukan


Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger
piutang dan sales invoice. Pengecekan umur piutang usaha dilakukan
dengan memeriksa subledger piutang dan faktur penjualan dengan
memperhatikan apakah tanggal faktur dicatat dengan subledger
tersebut dan apakah umur piutang sesuai dengan jangka waktu antara
tanggal faktur dengan tanggal pada laporan posisi keuangan (neraca).
Prosedur yng dilaksanakan oleh KAP Drs. Mohammad Yoesoef dan
Rekan yaitu sudah sesuai dengan teori dan terlaksana dengan baik.
5. Teori Sukrisno Agoes menjelaskan dalam melaksanakan audit harus
mengirimkan konfirmasi piutang dengan menentukan dasar
pemilihan pelanggan yang akan dikirimi surat konfirmasi dan
menentukan jenis konfirmasi yang digunakan apakah konfirmasi
positif atau konfirmasi negatif dalam membuat konfirmasi tersebut
harus mencantumkan nomor konfirmasi dan komfirmasi yang
berbeda harus diberitahukan kepada klien untuk dicari
perbedaannya. Sedangkan prosedur yang dilaksanakan KAP Drs.
Mohammad Yoesoef dan Rekan terkait dengan konfirmasi yaitu
melakukan konfirmasi dan membuat Confirmation Of Receivable
Account Monitoring. Pada tahap ini prosedur yang dilaksakan yaitu
melakukan konfirmasi dengan menentukan dasar pemilihan
pelanggan yang akan dibuat konfirmasi kemudian melakukan follow
up atas balasan konfirmasi tersebut. Jika ada yang terbalas maka
auditor akan mengupdate balasan konfirmasi tersebut.

6. Teori Sukrisno Agoes menjelaskan dalam melaksanakan audit harus


melakukan pemeriksaan subsequent collections dengan memeriksa
buku kas dan bukti penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal
laporan posisi keuangan (neraca) sampai mendekati tanggal
penyelesaian pemeriksaan lapangan (audit field work). Prosedur
yang dilaksanakan oleh KAP Drs. Mohammad Yoesoef dan Rekan
Auditor memeriksa pembayaran setelah tanggal neraca dengan
melakukan pemeriksaan rekening koran setelah tanggal neraca
sampai mendekati audit field work.

7. Teori Sukrisno Agoes menjelaskan saat melaksanakan audit harus


memeriksa apakah ada wesel tagih yang didiskontokan untuk
mengetahui kemungkinan adanya contingent liability dengan cara
melakukan wawancara kepada klien, periksa buku besar serta periksa
jawaban konfirmasi bank terkait ada tidaknya wesel tagih yang
didiskontokan. Pada prosedur KAP Drs. Mohammad yoesoef dan
Rekan menanyakan pada klien apakah ada wesel tagih yang di
diskontokan yang memungkinkan adanya contingent liability atau
tidak.

8. Prosedur selanjutnya dalam teori Sukrisno Agoes yaitu Periksa dasar


penentuan allowance for bad debts dan periksa apakah jumlah yang
disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak terlalu besar dan
tidak terlalu kecil. Dalam hal ini auditor harus mempelajari dasar
penentuan allowance yang digunakan klien. Apakah berdasarkan
presentase tertentu dari penjualan kredit, analisis umur piutang usaha
atau berdasarkan presentase tertentu dari saldo piutang. Sementara
prosedur KAP Drs. Mohammad Yoesoef dan Rekan mengenai
pemeriksaan allowance for bad debt masih masuk kedalam prosedur
Test Of Aging. Cara melakukan uji kecukupan piutang ragu-ragu
dalam prosedur test of aging ini dengan berdasarkan dari analisis
umur piutang usaha.

9. Teori Sukrisno Agoes menjelaskan saat melaksanakan audit harus


melakukan Test sales cut off dengan jalan memeriksa sales invoice,
credit note dan lain-lain, lebih kurang 2 (dua) minggu sebelum dan
sesudah tanggal laporan posisi keuangan (neraca). Pelaksanaan
prosedur Test sales cut off yang dilakukan oleh KAP Drs.
Mohammad Yoesoef dan Rekan sudah sesuai dengan teori dan
terlaksana dengan baik.

10. Teori Sukrisno Agoes menjelaskan saat melaksanakan audit harus


memeriksa notulen rapat, surat-surat perjanjian, jawaban konfirmasi
bank, dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang
yang dijadikan sebagai jaminan. Namun prosedur KAP Drs.
Mohammad Yoesoef dan Rekan tidak adanya pelaksanaan teori yang
dijelaskan oleh Sukrisno Agoes terkait dengan piutang yang
dijadikan sebagai jaminan.

11. Penjelasan dari teori Sukrisno Agoes selanjutnya yaitu melakukan


prosedur analitis atas saldo piutang dan penjualan dengan cara
membandingkan saldo piutang tahun berjalan dengan tahun lalu,
membandingkan piutang usaha tahun berjalan dengan tahun lalu,
bandingkan accounts receiver dan rata-rata dari rupiah piutang
berjalan dengan tahun lalu serta membandingkan % biaya
penghapusan piutang tidak tertagih. Prosedur tahap ini dalam praktek
di KAP Drs. Mohammad Yoesoef dan Rekan termasuk dalam
prosedur membuat Lead Schedule yaitu dengan membandingkan
saldo antara balance per book dengan balance per audit pada
periode sebelumnya dengan periode yang sedang diaudit atau
membandingkan saldo piutang tahun lalu dengan saldo piutang yang
akan diaudit.

12. Prosedur yang terdapat dalam teori Sukrisno Agoes adalah Periksa
apakah penyajian piutang dilaporan posisi keuangan (neraca)
dilakukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia
(SAK/ETAP/IFRS). Pada tahap ini penulis tidak melakukan
pemeriksaan penyajian piutang dilaporan posisi keuangan sudah
sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia atau belum.
Hal tersebut dikarenakan pemeriksaan penyajian piutang apakah
sudah sesuai SAK di Indonesia merupakan tugas dari auditor dalam
KAP Drs. Mohammad Yoesoef dan Rekan.

13. Prosedur yang terakhir dalam teori Sukrisno Agoes yaitu menarik
kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.
Namun penulis juga tidak membuat kesimpulan atas kewajaran saldo
piutang karena ini merupakan pekerjaan senior auditor.

4.2 Pembahasan Permasalahan atau Temuan GAP


Seluruh tahapan dalam pelaksanaan pemeriksaan atas piutang
usaha yang dilakukan di Kantor Akuntan Publik Drs. Mohammad Yoesoef
dan Rekan sudah sesuai dengan prosedur yang sudah ditentukan. Namun
menurut penulis masih terdapat prosedur yang belum dijalankan selama
proses audit, yaitu :
1. Selama melaksanakan pemeriksaan piutang usaha penulis tidak
melakukan tahapan terkait dengan ada tidaknya piutang yang
dijadikan sebagai jaminan yang telah dijelaskan dalam teori Sukrisno
Agoes.
2. Selama melakukan pemeriksaan piutang usaha penulis tidak
melakukan pemeriksaan penyajian piutang apakah sudah sesuai
standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
3. Selama melaksanakan pemeriksaan piutang usaha penulis tidak
melakukan penarikan kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang
yang diperiksa.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari uraian pembahasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa dalam pelaksanaan prosedur pemeriksaan audit piutang usaha yang
diterapkan olek Kantor Akuntan Publik Drs. Mohammad Yoesoef dan
Rekan sudah telah terlaksana dengan cukup baik namun masih ada
prosedur yang belum sepenuhnya diterapkan, yaitu:
a. Selama melaksanakan pemeriksaan piutang usaha penulis tidak
melakukan tahapan terkait dengan ada tidaknya piutang yang
dijadikan sebagai jaminan yang telah dijelaskan dalam teori Sukrisno
Agoes.
b. Selama melakukan pemeriksaan piutang usaha penulis tidak
melakukan pemeriksaan penyajian piutang apakah sudah sesuai
standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
c. Selama melaksanakan pemeriksaan piutang usaha penulis tidak
melakukan penarikan kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang
yang diperiksa.

5.2 Saran
Adapun saran – saran yang diberikan adalah sebagai berikut:
a. Sebaiknya Kantor Akuntan Publik Drs. Mohammad Yoesoef dan
Rekan membuat prosedur terkait dengan ada tidaknya piutang yang
dijadikan sebagai jaminan untuk mengetahui apakah ada piutang
yang dijadikan sebagai jaminan.
b. Sebaiknya Kantor Akuntan Publik Drs. Mohammad Yoesoef dan
Rekan menerangkan pemeriksaan penyajian piutang apakah sudah
sesuai standar akuntansi keuangan di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS)
di Indonesia kepada penulis sebagai bahan pembelajaran bagi
penulis.
c. Sebaiknya Kantor Akuntan Publik Drs. Mohammad Yoesoef dan
Rekan menerangkan kepada penulis terkait penarikan kesimpulan
atas kewajaran saldo piutang yang diperiksa sebagai pembelajaran
bagi penulis.

Anda mungkin juga menyukai