Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH PELAPORAN KORPORAT

KOMBINASI BISNIS DAN KONSOLIDASI

Disusun oleh:
Ario Permadi 01044882124002
Muhammad Ridho 01044882124001
Elsah 01044822225003

Dosen Pengajar :
Dr. Mukhtarudin, S.E., M.Si., AK., CA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2021 / 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Kombinasi Bisnis dan Konsolidasi” ini dapat tersusun
hingga selesai. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata
kuliah Pelaporan Korporat pada Program Pendidikan Profesi Akuntansi. Selain itu,
pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca.

Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr.


Mukhtarudin, S.E., M.Si., AK., CA selaku dosen mata kuliah Pelaporan Korporat yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Akhir kata, penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan,
waktu, dan pengalaman. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis sangat mengharapkan
tanggapan, saran, serta kritik dari pembaca yang sifatnya membangun dalam rangka
perbaikan makalah ini ke depan. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Palembang, Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................5

2. 1 Investasi Pada Entitas Lain.......................................................................................5


2.1.1 Investasi Aset Keuangan..................................................................................5
2.1.2 Investasi Pada Entitas Anak.............................................................................5
2.1.3 Investasi Pada Entitas Anak dan Ventura Bersama.........................................6
2. 2 Kombinasi Bisnis........................................................................................................7
2.2.1 Definisi............................................................................................................7
2.2.2 Metode Kombinasi Bisnis...............................................................................8
2.2.3 Harga Akuisisi dan Alokasi Harga Akuisisi...................................................9
2.2.4 Goodwill dan Diskon Pembelian..................................................................10
2.2.5 Pembukuan Entitas Pengkuisisi Setelah Kombinasi Bisnis..........................12
2. 3 Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali.................................................................13
2.3.1 Definisi Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali..........................................13
2.3.2 Sifat Transaksi Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali...............................13
2.3.3 Pengungkapan Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali................................14
2. 4 Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri............14
2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan Konsolidasi...............................................14
2.4.2 Manfaat Laporan Keuangan Konsolidasi...................................................15
2.4.3 Keterbatasan Laporan Keuangan Konsolidasi............................................15
2.4.4 Konsep dan Standar Laporan Keuangan Konsolidasi................................16
2.4.5 Prosedur Laporan Keuangan Konsolidasi..................................................17
BAB III PENUTUP...............................................................................................................24

3
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penggabungan unit bisnis banyak dilakukan saat ini baik dalam bentuk joint venture,
akuisisi, maupun merger. Hal ini dilatar belakangi oleh kemudahan teknologi, perjanjian
perdagangan bebas, dan motif mencari keuntungan.

Aktivitas penggabungan bisnis tersebut tidak hanya berdampak pada kegiatan produksi
atau pemasarannya saja, melainkan semua aspek termasuk aspek keuangannya. Pencatatan
keuangan perusahaan yang telah berkonsolidasi tidak sama dengan perusahaan yang hanya
berdiri sendiri. Pencatatan keuangan perusahaan yang telah berkonsolidasi menjadi lebih rumit
dibandingkan dengan perusahaan yang berdiri sendiri. Dalam pencatatan keuangan konsolidasi,
dikenal entitas induk (yang mengendalikan) dan entitas anak (yang dikendalikan).

Laporan keuangan konsolidasi dibuat berdasarkan peraturan yang mengharuskan dibuatnya


laporan keuangan konsolidasi bagi unit usaha yang bergabung dan telah memenuhi syarat.
Selain adanya peraturan yang mengharuskan adanya laporan keuangan konsolidasi, hal yang
membuat pelaporan keuangan ini menjadi rumit adalah pemahaman bahwa entitas induk dan
anak adalah berbeda, namun dalam perhitungannya ada akun-akun yang sama yang harus
dieliminasi. Adanya kepentingan nonpengendali juga membuat laporan keuangan konsolidasi
lebih rumit dibandingkan laporan keuangan perusahaan yang berdiri sendiri.

Pada makalah ini selanjutnya akan dijelaskan lebih detail mengenai apa itu pelaporan
keuangan konsolidasi, gabungan usaha yang seperti apa yang harus mengadakan laporan
keuangan konsolidasi, serta cara perhitungan laporan keuangan konsolidasi.

1.2 Rumusan Masalah


Pada penulisan makalah kali ini, maka timbul rumusan masalah yang menjadi acuan
sebagai berikut :

A. Apa yang dimaksud dengan Investasi Pada Entitas Lain ?


B. Apa yang dimaksud dengan Kombinasi Bisnis ?
C. Apa yang dimaksiud dengan Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali ?

4
D. Apa yang dimaksud dengan Laporan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri ?

1.3 Tujuan Penulisan


Dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan dari penulisan makalah ini
sebagai berikut :

A. Penjelasan Mengenai Investasi Pada Entitas Lain


B. Penjelasan Mengenai Kombinasi Bisnis
C. Penjelasan Mengenai Kombinasi Bisnis Pada Entitas Lain
D. Penjelasan Mengenai Laporan Keuangan Konsolidasian dan
Laporan Keuangan Tersendiri

5
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 Investasi Pada Entitas Lain


Investasi secara umum dapat didefinisikan sebagai bentuk penyerahan modal kepada suatu
entitas tertentu. Pada umumnya, hubungan antar entitas dipengaruhi oleh investasi dalam
bentuk saham. Hal ini dikarenakan saham merupakan salah satu komponen yang masuk dalam
kelompok ekuitas. Jadi laba maupun rugi akan ditanggung oleh investor yang menanamkan
dananya melalui saham.

2.1.1 Investasi Aset Keuangan

Aset Keuangan adalah asset yang tidak berwujud. Nilai dari asset ini tergantung dari nilai
arus kas/uang yang akan kita terima dimasa yang akan datang, semakin besar nilai arus kas
yang akan kita terima dimasa yang akan datang maka semakin tinggi nilai dari asset keuangan
tersebut. Pihak yang setuju untuk melakukan pembayaran kas/ klaim atas asset keuangan
tersebut disebut emiten atau issuer sedangkan penerima klaim disebut sebagai investor.

Berikut adalah asset keuangan tersebut:

1. Deposito bank.
2. Obligasi baik pemerintah atau perusahaan : Adalah surat berharga yang menunjukan
pengakuan atas hutang. Pihak yang mengeluarkan obligasi dalam hal ini pemerintah
atau perusahaan adalah pihak yang berhutang sehingga dapat disebut sebagai emiten
atau issuer atau penerbit sedangkan pihak yang memegang obligasi tersebut (tentu saja
dapat memegang obligasi tersebut berarti memperolehnya dengan cara membeli)
disebut investor. Hak yang diperoleh investor adalah bunga yang besarnya tetap yang
akan diterima setiap periode tertentu (bulanan atau tahunan) selama usia dari obligasi
tersebut, selain itu investor juga akan menerima pelunasan hutang diakhir usia obligasi
tersebut
(ini yang membedakan klaim hutang bank dan obligasi)

6
3. Saham Adalah surat berharga yang menunjukan kepemilikan artinya bahwa pemegang
saham tersebut memiliki perusahaan yang besarnya tergantung dari besarnya bagian
saham yang dimilikinya. Semakin besar bagian saham yang dimiliki semakin besar
pula penguasaannya terhadap perusahaan tersebut.

2.1.2 Investasi Pada Entitas Anak

SAK ETAP 12 mendefinisikan entitas anak sebagai suatu entitas yang dikendalikan oleh
entitas induk. Pengendalian adalah kemampuan untuk mengatur kebijakan keuangan dan
operasional dari suatu entitas sehingga mendapatkan manfaat dari aktivitas tersebut.
Pengendalian dianggap ada jika entitas induk memiliki baik secara langsung atau tidak
langsung melalui entitas anak lebih dari setengah hak suara dari suatu entitas, kecuali dapat
ditunjukkan secara jelas bahwa kepemilikan tersebut tidak menunjukkan adanya pengendalian.

Pengendalian dapat juga muncul ketika entitas induk memiliki setengah atau kurang hak
suara suatu entitas tetapi memiliki:

a. Mempunyai hak suara lebih dari setengah berdasarkan suatu perjanjian dengan pemegang
saham lain.
b. Mempunyai hak untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional berdasarkan anggaran
dasar atau perjanjian.
c. Mempunyai hak untuk menunjuk atau memberhentikan mayoritas anggota dewan direksi atau
badan yang setara dan pengendalian entitas dilakukan oleh oleh dewan atau badan tersebut.
d. Mempunyai hak untuk bertindak sebagai suara mayoritas dalam rapat dewan direksi atau
badan yang setara dan pengendalian entitas dilakukan oleh dewan atau badan tersebut.

Investasi pada entitas anak dicatat dengan menggunakan metode ekuitas. SAK ETAP tidak
menganjurkan dilakukannya konsolidasi laporan keuangan. Investasi pada entitas anak awalnya
diakui pada biaya perolehan (termasuk biaya transaksi) dan selanjutnya disesuaikan untuk
mencerminkan bagian investor atas laba atau rugi dan pendapatan dan beban dari entitas anak.

2.1.3 Investasi Pada Entitas Anak dan Ventura Bersama

Investasi pada Entitas Asosiasi Berdasarkan PSAK 15 pengertian dari entitas asosiasi ialah
suatu entitas, termasuk entitas nonkorporasi seperti persekutuan, dimana investor mempunyai
pengaruh signifikan dan bukan merupakan entitas anak ataupun bagian partisipasi dalam
ventura bersama.

7
Investasi adalah penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya
berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masamasa yang akan
datang Pengaruh signifikan adalah kekuasaan untuk berpartisipasi dalam keputusan kebijakan
keuangan dan operasional suatu aktivitas ekonomi, tetapi tidak mengendalikan atau
mengendalikan bersama atas kebijakan tersebut Metode Ekuitas pada Entitas Asosiasi :

Metode ekuitas adalah metode akuntansi dimana investasi pada awalnya diakui sebesar
biaya perolehan kemudian ditambah atau dikurangi untuk mengakui laba atau rugi investee
setelah tanggal perolehan.

Penerapan Metode Ekuitas Investasi dalam entitas asosiasi dicatat dengan menggunakan
metode ekuitas, kecuali ketika:

investasi diklasifi kasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58: Aset Tidak
Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi Dihentikan; pengecualian dalam paragraf 10
PSAK 4, yang mengijinkan entitas induk yang juga memiliki investasi dalam entitas asosiasi
untuk tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasian memenuhi semua persyaratan berikut
ini:

a Investor adalah entitas anak yang dimiliki seluruhnya instrumen utang dan instrumen
ekuitas investor tidak diperdagangkan di pasar publik
b investor tidak menyampaikan, atau dalam proses menyampaikan, laporan keuangannya
pada badan pengawas atau organisasi regulator lain, untuk tujuan penerbitan setiap jenis
instrumen di pasar publik; dan
c entitas induk akhir atau entitas induk antara dari investor menerbitkan laporan keuangan
konsolidasian yang tersedia untuk pemakaian publik yang sesuai Standar Akuntansi
Keuangan.
Berdasarkan PSAK 12 ventura bersama adalah adalah perjanjian kontraktual dimana dua
atau lebih pihak menjalankan aktivitas ekonomi yang tunduk pada pengendalian bersama.

Karakteristik umum seluruh ventura bersama adalah :

a. Dua atau lebih venturer terikat oleh suatu perjanjian kontraktual


b. Perjanjian kontraktual tersebut membentuk pengendalian bersama

Pengendalian Bersama Entitas Pengendalian bersama entitas adalah ventura bersama yang
melibatkan pendirian suatu perseoran terbatas, persekutuan atau entitas lainnya yang mana
setiap venturer mempunyai bagaian partisipasi.

8
Pengendalian Bersama Operasi

Sehubungan dengan bagian partisipasi dalam pengendalian bersama operasi venturer


mengakui dalam laporan keuangannya:

a. Aset yang dikendalikan dan liabilitas yang ditanggung


b. Beban yang ditanggung dan bagian pendapatan yang diperoleh dari penjualan barang dan
jasa ventura bersama

Pengendalian Bersama Aset

Sehubungan dengan bagian partisipasinya dalam pengendalian bersama aset, venturer


mengakui dalam laporan keuangannya :

a. Bagiannya diklasifikasikan sesuai dengan sifat aset b Setiap liabilitas yang telah terjadi
b. Bagiannya atas liabilitas yang terjadi bersama dengan venturer lain yang berkaitan
dengan ventura bersama
c. Setiap penghasilan dari penjualan atau penggunaan bagiannya atas output ventura
bersama
d. Setiap beban yang telah terjadi sehubungan dengan bagian partisipasinya dalam ventura
bersama

Pengendalian Bersama Entitas

Pengendalian bersama entitas adalah ventura bersama yang melibatkan pendirian suatu
perseoran terbatas, persekutuan atau entitas lainnya yang mana setiap venturer mempunyai
bagaian partisipasi. Pengendalian ini mengendalikan aset ventura bersama, menanggung
liabilitas dan beban, dan memperoleh penghasilan.

Penerapan Metode Ekuitas pada Entitas Ventura Bersama

Entitas dengan pengendalian bersama atau pengaruh signifikan atas investee mencatat
investasi pada entitas asosiasi atau ventura bersama dengan menggunakan metode ekuitas,
kecuali ketika investasi tersebut memenuhi syarat pengecualian penerapan metode ekuitas.

2. 2 Kombinasi Bisnis

2.2.1 Definisi

Pengertian menurut PSAK 22 Transaksi kombinasi menurut PSAK 22 revisi tahun 2010
terjadi ketika suatu entitas memperoleh pengendalian atas entitas lain yang berupa bisnis.
Disini yang dimaksud dengan pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijaksanaan
keuangan dan operasi suatu entitas demi memperoleh manfaat dari aktivitas entitas tersebut.
Kombinasi bisnis melibatkan 2 pihak, yakni entitas pengakuisisi dan entitas yang diakuisisi.

9
Pihak pengakuisisi merupakan entitas yang memperoleh pengendalian atas entitas yang
diakuisisi dalam transaksi bisnis. Sebaliknya, entitas yang diakuisisi, atau disebut juga entitas
target, merupakan entitas yang dalam transaksi kombinasi bisnis dikendalikan oleh entitas lain
(entitas pengakuisisi). PSAK 33 direvisi tahun 2010 cenderung menggunakan istilah entitas
dibanding perusahaan.

2.2.2 Metode Kombinasi Bisnis

Kombinasi bisnis adalah suatu transaksi dimana suatu perusahaan memperoleh


pengendalian atas satu atau lebih perusahaan lain.

Kombinasi bisnis pada umumnya terjadi dengan kepemilikan hak suara yang memberikan
hak pengendalian. Kepemilikan hak suara biasanya direalisasi dengan perolehan ekuitas entitas
lain, sebagai contoh, hak suara dalam entitas yang berbentuk peseroan terbatas dinyatakan
dalam kepemilikan saham biasa PSAK 22 revisi tahun 2010 mensyaratkan penerapan metode
pembelian (purchase) atau metode akuasisi untuk perolehan ekuitasentitas yang dimaksud.
Pembahasan selanjutnya mengasumsikan bahwa kombinasi bisnis terjadi diantara entitas yang
berbentuk peseroan terbatas melalui akuisisi saham biasa kecuali disebut khusus.

Kombinasi saham bisa berupa merger, konsolidasi dan akuisisi, perbedaan diantara
ketiganya yaitnnu :

1 Merger (Perusahaan A + Perusahaan B = Perusahaan A atau Perusahaan B) adalah


penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger
mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger dengan begitu
perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-
merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima, Marcus (1999:5)
2 Akuisisi (Perusahaan A + Perusahaan B = Perusahaan A dan Perusahaan B) adalah
pengambil-alihan (takeover) sebuah perusahaan dengan membeli saham atau aset
perusahaan tersebut, perusahaan yang dibeli tetap ada. Brealey, Myers, & Marcus,
(1999:598).
3 Konsolidasi (Perusahaan A + Perusahaan B = Perusahaan C) adalah dua buah perusahaan
yang bergabung bubar demi hukum dan sebagai gantinya didirikan suatu perusahaan dengan
nama yang baru meskipun secara financial perusahaan baru tersebut mengambil alih asset
hak dan kewajiban dari 2 perusahaan yang bubar tersebut.
Akuisisi saham biasa entitas target biasanya menyebabkan entitas pengakuisisi memiliki
hak suara dalam entitas target. Akuisisi sebagian besar saham entitas target memberikan hak
pengendalian bagi entitas pengankuisisi, sehingga terjadi kombinasi bisnis.

10
Suatu ekuisisi dapat dibiayai dengan kas atau saham. Akuisisi yang dibiayai dengan kas
dilakukan melaui pembayaran kas atau setara kas atau penerbit surat utang kepada pemilik
entitas target. Dengan pembayaran tersebut, pemilik lama entitas yang diakuisisi akan
meninggalkan entitas tersebut dan dan digantikan oleh entitas pengakuisisi sebagai pemilik
baru.pembiayaan akuisisi dengan saham dilakukan dengan menerbitkan saham baru.
Pembiayaan jenis ini dilakukan dengan menerbitkan saham baru atau mengeluarkan kembali
saham treasuri atau pembendaharaan yang diberikan kepada pemilik lama entitas target.
Akuisisi yang dibiayai dengan saham menyebabkan pemilik lama entitas target meninggalkan
entitas tersebut, tetapi menjadi pemegang saham entitas pengakuisisi, atau dengan kata lain,
menjadi pemilik baru entitas pengakuisisi, (investor). Walaupun secara hukum entitas
pengakuisisi dan entitas target merupakan entitas yang berbeda, tetapi secara ekonomi
keduanya adalah satu. Dengan demikian, pada dasarnya pemilik lama entitas target tetap
memiliki hak suara dalam entitas target meskipun ia kini terhitung sebagi pemegang saham
entitas pengakuisisi. Karena itu, akuisisi tersebut tidak memiliki dampak ekonomi terhadap
pemilik lama entitas target.

PT. pinokio mengakuisisi seluruh saham biasa PT. Abunawas. Saham PT. Abunawas yang
beredar berjumlah 1 juta lembar dengan nilai nominal Rp 1.000 per lembar, agio Rp 200 per
lembar saham, dan nilai buku saham Rp 1.500 perlembar saham. Harga akuisisi perlembar
saham adalah Rp 1.500 Dan untuk ini PT. pinokio menerbitkan 1 juta lembar saham dengan
nilai nominal Rp 1.000 per lembar sementara harga pasar perlembar adalah Rp 1.500. PT.
pinokio mencatat ayat jurnal berikut:

Investasi saham PT. Abunawas Rp 1.500.000.000


Model Saham Rp 1.000.000.000
Tambahan Modal Disetor Rp 500.000.000
2.2.3 Harga Akuisisi dan Alokasi Harga Akuisisi

Nilai investasi pada tanggal akuisisi dicatat sebesar harga perolehan. Biaya terkait akuisisi
adalah biaya yang dikeluarkan pihak pengakuisisi dalam rangka kombinasi bisnis, yang
meliputi biaya makelar, hukum, akuntansi, penilaian, dan biaya profesional atau konsultasi
lainnya; serta biaya administrasi umum, termasuk biaya pemeliharaan departemen akuisisi
internal yang dicatat sebagai beban pada periode akuisisi. Khusus biaya pendaftaran serta
penerbitan efek utang dan efek ekuitas sesuai dengan PSAK 22 revisi 2010 diakui berdasarkan
ketentuan dalam PSAK 55 (revisi 2006 ) instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran.

Contoh:

11
Pada tanggal 1 januari 2012, PT. intiseka mengakuisisi saham biasa PT. andaika sebanyak 4
juta lembar dengan harga per saham Rp 1.400. pengeluaran-pengeluaran lain sehubungan
dengan akuisisi tersebut antara lain.

_ Biaya akuntan, perusahaan penilai, dan pihak independen lain yang terlibat akuisisi

Rp 200 juta

_ pengeluaran sehubungan dengan surat menyurat Rp 15.000.000

Harga akuisisi dibayar dengan menerbitkan saham PT. intiseka sebanyak 2 juta lembar dengan
nilai nominal Rp 2000 dan harga pasar Rp 2.800 per lembar. Saham ini diberikan kepada
pemilik lama 4 juta lembar saham PT. andaika.biaya konsultan dan pengeluaran lainnya
dibayar per kas tunai.

Dengan demikian harga perolehannya adalah 4 juta lembar x Rp 1.400 per saham = Rp 5,6
miliar, yang merupakan nilai investasi pada tanggal 1 januari 2012 transaksi ini dicatat sebagai
berikut:

Investasi dalam saham biasa Rp 5.600.000.000


Beban Rp 215.000.000
Saham biasa (2 juta x 2.000) Rp4.0000.0000
Tambahan modal disetor Rp 1.00.000.000
Kas Rp 215.000.000

Akuisisi saham akan diakui dengan registrasi saham. Biaya registrasi saham pada dasarnya
merupakan biaya langsung akuisisi, tetapi tidak satu paket dengan harga akuisisi. Biaya
langsung yang tidak satu paket dengan transaksi akuisisi diperlakukan sebagai pengurang
tambahan modal disetor. Dalam transaksi akuisisi diatas, misalkan perusahaan mencatat saham
dengan biaya Rp 100 juta per kas, PT. intiseka akan mencatat ayat jurnal sebagai berikut:

Tambahan modal disetor Rp 100 juta


Kas Rp 100 juta

Jadi tambahan modal disetor PT. intiseka berkurang sebesar Rp 100 juta akibat pencatatan
saham PT. andaika yang diakuisisi tersebut.

Alokasi Harga Akuisisi


Metode akuisisi mensyaratkan dilakukannya penilaian atas nilai wajar perusahaan S Nilai wajar
sebesar Rp6,8 miliar merupakan nilai wajar 100% kekayaan PT Andika, yaitu yang baik yang
akan diakusisi 80% maupun kepentingan nonpengendali. Harga akusisi sebesar Rp5,6 miliar
mencerminkan harga wajar atas 80% bank suara PT Andika. Karena kepentingan

12
nonpengendali juga harus nilai pada harga wajar sesuai PSAK 22 revisi 2010 maka harga
diakusisi sebesar Rp5,6 miliar dapat dijadikan rujukan harga wajar untuk 20% kepentingan
nonpengendali. Jika harga wajar untuk

80% hak suara adalah Rp5,6 miliar, maka harga pasar untuk 100% adalah Rp7 miliar (Rp5,6
miliar/80%). Dengan demikian harga nonpengendali adalah Rp1,4 miliar (20% x Rp7 miliar).
Perhitungan harga wajar kepentingan nonpengendali ini bukan satusatunya teknik yang
diizinkan. Jika terdapat bukti lain yang lebih valid, dapat diterapkan teknik perhitungan lain
untuk kepentingan nonpengendali. Jadi, harga wajar kepentingan nonpengendali bisa saja lebih
besar atau lebih kecil dari Rp1,4 miliar.

2.2.4 Goodwill dan Diskon Pembelian

Goodwill merupakan selisih lebih harga akusisi dengan nilai wajar ekuitas yang diakuisasi
PSAK 22 menyatakan goodwill dialokasikan ke pihak pengendali (perusahaan induk) dan
kepentingan nonpengendali. Dengan demikian, nilai goodwill adalah selisih lebih dari
penjumlahan harga ekuitas yang diakusisi dan harga wajar pepentingan nonpengendali, dengan
total nilai wajar kekayaan entitas yang diakuisisi:

Harga ekuitas yang diakuisisi xxx

Harga wajar kepentingan nonpengendali xxx

Total harga wajar xxx

Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (xxx)

Goodwill xxx

Dalam khasus kombinasi bisnis PT Andaika, misalkan harga wajar kepentingan


nonpengendali merujuk pada harga wajar ekuitas yang diakusisi PT Intiseka, sehingga total
harga wajar adalah Rp 7 miliar yang mencerminkan 80% harga ekuitas yang diakusisi (Rp 5,6
miliar), dan 20% harga wajar berkepentingan nonpengendali (Rp 1,4 miliar), jadi perhitungan
goodwill adalah:

Harga akuisisi 100% hak suara Rp.7.000.000.000

Total nilai wajar Rp 6.800.000.000

Total goodwill Rp. 200.000.000

Goodwill pihak pengakuisisi 80% Rp 160.000.000

Goodwill kepentingan nonpengendali Rp. 40.000.000

Misalakan harga wajar kepentingan nonpengendali dihitung Rp1,360 miliar, sehingga goodwill
dihitung sebagai berikut:

13
Harga ekuitas yang diakuisisi Rp. 5.600.000.000

Harga wajar kepentingan nonpengendali 1. 360.000.000

Total harga wajar Rp. 6.960.000.000

Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (6.800.000.000)

Goodwill Rp. 160.000.000

Goodwill pihak pengakuisisi (5,6 M-5,44 M) 160.000.000


Goodwill nonpengendali Rp 0

Dalam kasus semacam itu, seluruh goodwill yang terdapat dalam akuisisi adalah milik
pengakuisisi kerena harga akuisisi kepentingan nonpengendali sebesar Rp 1,36 miliar sama
dengan nilai wajar kekayaan yang diakuisisi yakni 20% x Rp 6,8 miliar = Rp 1,36 miliar.
Sementar itu, harga akuisisi induk sebesar Rp 5,6 miliar lebih tinggi Rp 160 juta dari nilai wajar
yang dimiliki, yakni Rp 5,44 miliar (80%x Rp 6,8 miliar)

PSAK 19 (revisi 2010) mengenai Aset Tidak Bereujud mengatur akutansi untuk goodwill
sebagai aset tidak berwujud teridentifikasi yang deperoleh dalam kombinasi bisnis. Pihak
pengakuisisi mengatur goodwill pada jumlah yang diakui pada tanggal akusisi dikurangi
akumulasi rugi penurunan nilai (impairment). PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset
mengatur akutansi untuk rugi penurunan nilai.

Kadang kala, pihak pengkuisisi melakukan pembelian dengan diskon, yaitu suatu
kombinasi bisnis di mana hasil penjumlahan harga ekuitas yang diakuisisi dan harga wajar
kepintingan nonpengendalian lebih kecil dan nilai wajar total ekuitas yang diakusisi. Hal ini
mengidentifikasi adanya diskon pembelian yang menjadi keuntungan bagi pihak pengakuisisi.

Sebelum mengakui kentungan dari pembelian dengan diskon, pihak pengakuisisi menilai
kembali apakah telah mengidentifikasi dengan tepat seluruh aset yang diperoleh dan liabilitas
yang diambil-alih, serta mengakui setiap aset atau liabulitas tembahan yang dapat diidentifikasi
dalam pengkajian kembali tersebut. PSAK 22 mensyaratkan pihak pengakuisisi juga mengkaji
kembali prosedur yang digunakan untuk mengkur jumlah yang diakui pada tanggal akuisisi
bagi hal-hal berikut:

a) Aset teridentifakasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih:


b) Kepentingan nonpengendalian pada pihak yang diakuisisi, jika ada;
c) Untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara berpahap, kepentingan ekuitas pihak
pengkuisasi yang dimiliki sebelunya pada pihak yang diakuisisi; dan
d) Imbalan yang dialihkan

14
Jika selisih lebih nilai wajar entitas yang diakuisisi tetap ada, pihak pengkuisisi mengakui
keutungan yang dihasilkan dalam laporan laba rugi pada tanggal akusisi.

Keutungan tersebut diatribusikan kepada pihak pengakuisisi.

Misalkan, dalam kasus kombinasi bisnis PT Intiseka dengan PT Andaika, harga akuisisi, adalah
Rp 5,42 miliar dan harga wajar kepentingan nonpengendali berdasarkan penilaian appraisal
company adalah Rp1,36 miliar, sehingga diskon pembelian adalah:

Harga ekuitas yang diakuisisi Rp5.420.000.000


Harga wajar kepentingan nonpengendali 1.360.000.000
Total harga wajar Rp6.780.000.000
Total nilai wajar entitas yang diakuisisi (6.800.000.000)
Keuntungan diskon Rp 20.000.000

Diskon pembelian pada dasarnya merupakan kemampuan negosisasi atau timbul dari
kombinasi bisnis yang terpaksa (misalnya, harus dilakukan karena aturan pemerintah). Kondisi
ini membuat bargaining power pihak pengakuisisi lebih tinggi sehingga kentungan bagi pihak
pengakisisi saja. PT Intiseka akan mencatat akuisisi tersebut dalam laporan konsilidasi sebagai
berikut:

Aset yang dapat diendefikasi yang diperoleh 9.450.000.000


Kas 5.420.000.000

Liabilitas yang diaambil-alih 2.650.000.000


Keuntungan dari pembelian dengan diskon 20.000.000
Ekuitas-kepentingan nonpengenndali 1.360.000.000

2.2.5 Pembukuan Entitas Pengakuisisi Setelah Kombinasi Bisnis

Akuisisi ekuitas dalam kombinasi bisnis membuat pihak pengakuisisi menjadi induk dan
pihak yang diakuisisi sebagai anak.

Prosedur akutansi investasi pihak pengkuisisi dalam ekuitas entitas yang diakuisisi dalam
banyak hal dilakukan sesuai dengan PSAK 15 (revisi 2009): Investasi dalam entitas asosiasi
yang mensyarakat penerapan metode ekuitas. Menurut metode ekuitas, investasi pada awalnya
dicatat sebesar biaya diperoleh dan jumlah tercatat tersebut ditambah atau dikurangi untuk
mengakui bagian investor, yang dalam hal ini adalah pihak pengakuisisi, atas laba atau rugi
invesestee (entitas yang diakuisisi) setelah tanggal peroleh. Bagian investor atas laba/rugi
investee dicacat sebagai pendapat investasi, dengan ayat jurnal berikut:

Investasi dalam ekuitas xxx

15
Pendapat investasi xxx
Distribusi laba atau dividen (kecuali dividen saham) yang diterima dari investasi
mengurangi nilai tercatat investasi yang dicacat investor sebagai berikut:

Piutang Dividen xxx


Investasi dalam ekuitas xxx

Karena itu, nilai investasi dalam metode ekuitas mengalami perkembangan sesuai dengan
perkembangan entitas investee dengan persamaan sebagai berikut:

Investasi akhir = investasi awal + pendapatan investasi- Dividen investee

PSAK 15 revisi 2009 juga masyarakat penyusuaian terhadap nilai tercatat investasi jika
pendapat perubahan proposi bagian investor atas yang timbul dari pendapatan comprehensive
lainnya bagi investee. Investor akan mencatat:

Investasi dalam ekuitas xxx


Pendapatan comprehenside lainnya xxx

2. 3 Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali


2.3.1 Definisi Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali
Menurut PSAK 38 :

e. Pengendalian adalah kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional suatu
entitas untuk memperoleh manfaat dari aktivitas entitas tersebut.

f. Entitas sepengendali adalah entitas yang secara langsung atau tidak langsung (melalui satu atau
lebih perantara), mengendalikan atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian yang
sama.

g. Kombinasi bisnis entitas sepengendali adalah kombinasi bisnis yang semua entitas atau
bisnis yang bergabung, pada akhirnya dikendalikan oleh pihak yang sama (baik sebelum maupun
sesudah kombinasi bisnis) dan pengendaliannya tidak bersifat sementara.

2.3.2 Sifat Transaksi Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali

Menurut PSAK 38 (2012), transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali, berupa


pengalihan bisnis yang dilakukan dalam rangka reorganisasi entitas-entitas yang berada dalam
suatu kelompok usaha yang sama, bukan merupakan perubahan kepemilikan dalam arti
substansi ekonomi, sehingga transaksi tersebut tidak dapat menimbulkan laba atau rugi bagi
kelompok usaha secara keseluruhan ataupun bagi entitas individual dalam kelompok usaha
tersebut.

16
Contoh transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali adalah sebagai berikut (PSAK 38,
2012):

a) Entitas induk memindahkan sebagian aset neto dari entitas anak yang dimilikinya menjadi
aset entitas induk yang bersangkutan. Transaksi ini menyebabkan perubahan dalam bentuk
hukum kepemilikan atas aset neto, tetapi tidak menyebabkan perubahan substansi ekonomi
kepemilikan aset neto tersebut.
b) Entitas induk mengalihkan sebagian hak kepemilikannya dalam suatu entitas anak ke
entitas anak lain yang dimiliki oleh entitas induk. Transaksi ini juga merupakan perubahan
bentuk hukum kepemilikan entitas anak, tetapi tidak merupakan perubahan substansi
ekonomi kepemilikan entitas anak tersebut.
c) Entitas induk menukar kepemilikannya atas sebagian aset neto dalam entitas anak yang
dimilikinya dengan saham tambahan yang diterbitkan oleh entitas anak lain (yang tidak
dimiliki sepenuhnya), sehingga kepemilikan entitas induk dalam entitas anak lain tersebut
bertambah, sedangkan persentase kepemilikan pemegang saham nonpengendali dalam
entitas anak tersebut berkurang. Dalam hal ini, walaupun bentuk hukum kepemilikan aset
neto dalam entitas anak berubah (dari milik langsung entitas induk menjadi milik entitas
anak lain), tetapi tidak terjadi perubahan substansi ekonomi kepemilikan atas aset neto.

Menurut PSAK 38 (2012), berhubung transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali


tidak mengakibatkan perubahan substansi ekonomi kepemilikan atas bisnis yang dipertukarkan,
maka transaksi tersebut diakui pada jumlah tercatat berdasarkan metode penyatuan
kepemilikan. Selisih antara jumlah imbalan yang dialihkan dan jumlah tercatat dari setiap
transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali diakui di ekuitas dan disajikan dalam pos
tambahan modal disetor.

Dalam menerapkan metode penyatuan kepemilikan, unsur-unsur laporan keuangan dari


entitas yang bergabung, untuk periode terjadinya kombinasi bisnis entitas sepengendali dan
untuk periode komparatif sajian, disajikan sedemikian rupa seolaholah penggabungan tersebut
telah terjadi sejak awal periode entitas yang bergabung berada dalam sepengendalian. Jumlah
tercatat dari unsur-unsur laporan keuangan tersebut merupakan jumlah tercatat dari entitas yang
bergabung dalam kombinasi bisnis entitas sepengendali.

2.3.3 Pengungkapan Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali

Menurut PSAK 38 (2012), untuk semua transaksi kombinasi bisnis entitas sepengendali,
pengungkapan berikut disajikan dalam laporan keuangan pada periode terjadinya kombinasi
bisnis :

17
a) Nama dan penjelasan tentang entitas atau bisnis yang berkombinasi.
b) Penjelasan mengenai hubungan kesepengendalian dari entitas-entitas yang bertransaksi dan
bahwa hubungan tersebut tidak bersifat sementara.
c) Tanggal efektif transaksi.
d) Operasi atau kegiatan bisnis yang telah diputuskan untuk dijual atau dihentikan akibat
kombinasi bisnis tersebut.
e) Kepemilikan entitas atau bisnis yang dialihkan serta jenis dan jumlah imbalan yang terjadi.
f) Jumlah tercatat bisnis yang dikombinasikan serta selisih antara jumlah tercatat tersebut dan
jumlah imbalan yang dialihkan.
g) Pengungkapan mengenai penyajian kembali laporan keuangan sebagaimana yang
dijelaskan di paragraf 12 yang dapat memberikan informasi minimal meliputi : o Ikhtisar
angka-angka laporan keuangan yang telah dilaporkan sebelumnya untuk periode yang
disajikan kembali.
 Ikhtisar jumlah tercatat aset dan liabilitas entitas atau bisnis yang dikombinasikan.
 Dampak penyesuaian kebijakan akuntansi.
 Ikhtisar angka-angka laporan keuangan setelah disajikan kembali.
Entitas mengungkapkan saldo selisih yang disajikan dalam pos tambahan modal disetor,
baik yang timbul dari penerapan Pernyataan ini atas transaksi kombinasi bisnis entitas
sepengendali maupun dari transaksi restrukturisasi entitas sepengendali. Entitas yang
menyerahkan aset neto atau kepemilikan atas ekuitas dalam kombinasi bisnis entitas
sepengendali mengungkapkan :

a) Porsi dari setiap selisih yang diakui di ekuitas yang dapat distribusikan pada pengakuan
sisa investasi pada entitas anak terdahulu dengan nilai wajar pada tanggal hilangnya
pengendalian.
b) Pos keuntungan atau kerugian yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif (jika
tidak disajikan secara terpisah dalam laporan laba rugi komprehensif).

2. 4 Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri

2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan Konsolidasi


Laporan keuangan konsolidasi adalah laporan keuangan kelompok usaha yang di
dalamnya aset, liabilitas, ekuitas, penghasilan, beban, dan arus kas entitas induk dan entitas
anak disajikan sebagai satu entitas ekonomi tunggal. Konsolidasi merupakan kombinasi bisnis
yang terjadi karena pengendalian tidak menyatukan proses entitasentitas yang bergabung.
Masing-masing entitas tetap beroparasi secara terpisah dan independen serta membuat laporan
keuangan individu. Akan tetapi, entitas-entitas tersebut berada dalam satu pengendalian yang

18
dilakukan oleh pihak yang bergabung. Entitas pengendali disebut dengan entitas induk dan
entitas yang dikendalikan disebut dengan entitas anak. Konsolidasi diharuskan jika suatu
perusahaan memiliki mayoritas saham beredar dari perusahaan lain. PSAK 4 revisi 2009
memberi istilah Laporan Keuangan Konsolidasi sebagai lampiran keuangan suatu kelompok
usaha yang disajikan seperti suatu entitas ekonomi tunggal. Laporan keuangan konsolidasi
wajib disusun oleh entitas induk atau pengendali tertinggi dalam suatu kelompok usaha.

Menurut PSAK 4, laporan keuangan tersendiri adalah laporan keuangan yang disajikan
oleh entitas induk yang mencatat investasi pada entitas anak, entitas asosiasi, dan ventura
bersama berdasarkan biaya perolehan. Dalam laporan keuangan tersendiri, investasi di entitas
anak, entitas asosiasi, dan ventura bersama disajikan dengan metode biaya, atau dengan metode
nilai wajar sebagaimana ditentukan dalam PSAK 55. Selain investasi di entitas anak, entitas
asosiasi, dan ventura bersama, laporan keuangan tersendiri disusun sesuai dengan SAK yang
berlaku. Menurut PSAK 4, laporan keuangan tersendiri sekurang-kurangnya terdiri dari laporan
posisi keuangan, laporan laba-rugi dan penghasilan komprehensif lain, laporan perubahan
ekuitas, dan laporan arus-kas. Laporan keuangan tersendiri juga disajikan oleh entitas induk
sebagai tambahan atau lampiran laporan keuangan konsolidasi.

2.4.2 Manfaat Laporan Keuangan Konsolidasi

Manfaat dari laporan keuangan konsolidasi adalah :

1 Dapat memberikan gambaran yang jelas tentang total sumber daya perusahaan hasil
gabungan di bawah kendali induk perusahaan, kepada para pemegang saham, kreditor dan
peyedia dana lainnya.
2 Dapat memberikan informasi terkini bagi manajemen induk perusahaan, baik mengenai
operasi gabungan dari entitas konsolidasi dan juga mengenai perusahaan individual yang
membentuk entitas konsolidasi.

2.4.3 Keterbatasan Laporan Keuangan Konsolidasi

Laporan konsolidasi memiliki beberapa keterbatasan, yaitu :

1 Karena hasil operasi dan posisi keuangan dari masing-masing perusahaan yang dimasukan
dalam laporan keuangan konsolidasi tidak diungkapkan, maka kinerja atau posisi dari satu
atau lebih perusahaan dapat disembunyikan oleh kinerja baik dari perusahaan lainnya.
2 Tidak semua saldo laba konsolidasi tersedia untuk deviden induk perusahaan karena
sebagian dapat mencerminkan bagian induk perusahaan atas laba anak perusahaan yang
belum dibagikan. Begitu pula karena laporan keuangan konsolidasi termasuk aset anak

19
perusahaan, tidak semua aset yang ditampilkan tersedia untuk pembagian deviden induk
perusahaan.
3 Karena rasio-rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi dihitung
berdasarkan informasi gabungan, rasio-rasio tersebut tidak mewakili perusahaan mana pun
yang dikonsolidasi, termasuk induk perusahaan.
4 Akun-akun yang sama dari perusahaan-perusahaan berbeda yang digabungkan dalam
konsolidasi, bisa jadi tidak seluruhnya dapat diperbandingkan. Sebagai contoh, panjang
siklus operasi dari perusahan-perusahaan yang berbeda dapat bervariasi, menyebabkan
piutang dari panjang periode yang sama diklasifikasikan berbeda.
5 Informasi tambahan tentang masing-masing perusahaan atau kelompok perusahaan yang
termasuk dalam konsolidasi sering sekali diperlukan untuk penyajian wajar, tetapi
tambahan pengungkapan tersebut dapat menyebabkan catatan atas laporan keuangan
menjadi sangat banyak.

2.4.4 Konsep dan Standar Laporan Keuangan Konsolidasi

a Pandangan Tradisional mengenai Pengendalian

Kondisi umum untuk pengendalian atas kepentingan keuangan adalah kepemilikan


berhak suara mayoritas. Dalam praktiknya, pengendalian ditentukan dari proporsi saham
berhak suara perusahaan yang dimiliki secara langsung maupun tidak langsung oleh
perusahaan lain.

b Pengendalian Tidak Langsung

Pandangan tradisional mengenai pengendalian terdiri dari pengendalian langsung dan


tidak langsung. Pengendalian langsung (direct control) biasanya terjadi jika suatu
perusahaan memiliki mayoritas saham biasa perusahaan lain. Pengendalian tidak langsung
(indirect control) atau bentuk piramida terjadi jika saham biasa suatu perusahaan dimiliki
oleh satu atau lebih perusahaan yang semuanya dalam pengendalian bersama.

20
Contoh dari pengendalian tidak langsung dari PT Z oleh PT P termasuk situasi

P P P
80 %
90 % 70 % 90 %

80 %
X X Y W X Y
30 %
40 % 30 % 15 % 15 %

Z Z Z
kepemilikan sebagai berikut:

(1) Di (1), P memiliki 80% X, yang memiliki 60% Z.(2) (3)

Di (2), P memiliki 90% X dan 70% Y; X memiliki 40% Z dan Y memiliki 30% Z.
Di (3), P memiliki 90% X dan 80%Y; X memiliki 80% W dan 30% Z; Y memiliki 15% Z; dan
W memiliki 15% Z.

Pada masing-masing situasi, pengendalian P atas Z bersifat tidak langsung karena P


memperoleh pengendalian tersebut dengan mengendalikan perusahaanperusahaan lain yang
mengendalikan Z.

c. Kemampuan Untuk Memiliki Pengendalian


Dalam situasi tertentu, pemegang saham mayoritas anak perusahaan mungkin tidak
mampu untuk mempunyai kendali walaupun mereka mempunyai lebih dari 50% saham
berhak suara yang beredar. Sebagai contohnya, jika anak perusahaan dalam kondisi
reorganisasi legal atau dalam kepailitan; walaupun induk perusahaan memiliki kepemilikan
mayoritas, pengendalian ada pada peradilan atau trustee yang ditunjuk oleh pengadilan.

Begitupula jika anak perusahaan berada di Negara lain dan Negara tersebut
memberikan batasan pada anak perusahaan yang mencegah pengambilan laba atau asset ke
induk perusahaan, konsolidasi dari anak perusahaan tersebut tidak sesuai karena
ketidakmampuan induk perusahaan untuk mengendalikan aspek penting dari operasi anak
perusahaan.

2.4.5 Prosedur Laporan Keuangan Konsolidasi

a Transaksi Antar Perusahaan

21
Laporan konsolidasi menggambarkan kesatuan entitas induk dan entitas anak yang
dalam operasi sehari-hari adalah entitas yang terpisah. Pengendalian entitas induk atas
entitas anak menyebabkan operasi entitas anak dipengaruhi oleh entitas induk dalam banyak
hal. Dengan demikian banyak terjadi transaksi bisnis diantara kedua entitas tersebut. Setiap
transaksi yang dilakukan entitas induk pada anak atau sebaliknya , atau transaksi yang
dilakukan entitas anak dengan entitas anak lainnya dalam hubungan entitas induk-anak,
disebut dengan transaksi antar perusahaan.

Contoh transaksi antar perusahaan seperti transaksi penjualan barang dari entitas induk
ke entitas anak akan menyebabkan akun penjualan pada induk dan akun pembelian pada
anak perusahaan. Transaksi antar perusahaan tidak dipandang sebagai transaksi dalam
penyusunan laporan konsolidasi. Laporan konsolidasi memandang entitas induk dan anak
adalah satu, sehingga bila entitas induk melakukan transaksi dengan anak, hal itu berarti
melakukan transaksi dengan diri sendiri. Laporan keuangan konsolidasi tidak mengakui
transaksi seperti ini, dan menganggap penjualan tersebut hanya sebagai pemindahan
(transfer) aset saja. Oleh karena itu dalam penyusunan kertas kerja konsolidasi, transaksi-
transaksi seperti ini harus dieliminasi. Konsolidasi hanya mengakui transaksi dengan pihak-
pihak diluar hubungan induk-anak. Entitas lain diluar hubungan induk-anak selanjutnya
disebut entitas eksternal.

b Kepentingan Non - pengendali

Laporan konsolidasi akan menjadi kewajiban suatu entitas manakala entitas tersebut
memiliki hak pengendali dalam entitas lain. Kepemilikan suara diatas 50% merupakan salah
satu ciri adanya pengendalian yang mewajibkan entitas induk menyusun laporan
konsolidasi. Apabila entitas anak berbentuk perseroan terbatas (PT), kepemilikan saham
menjadi indikasi suara. Kepemilikan saham 100% entitas anak dalam kondisi normal akan
memberikan hak pengendalian penuh bagi entitas induk. Meskipun pemilikan entitas induk
terhadap saham biasa entitas anak kurang dari 100%, entitas induk tetap memiliki
pengendalian atas entitas anak jika terdapat pemilik lain dalam entitas anak yang harus
dibagikan hak-nya. Inilah yang disebut dengan kepentingan nonpengendali yang dilindungi
oleh undang-undang.UU No. 40 tahun 2007 menyebutkan Kepentingan Nonpengendali
dengan pemilik saham minoritas. Pemilik saham minoritas diberi hak menjual sahamnya
dengan harga wajar apabila tidak menyetujui penggabungan, peleburan, atau pengambil
alihan yang dilakukan.

PSAK revisi tahun 2009 mendefinisikan Kepentingan Nonpengendali sebagai ekuitas


entitas anak yang tidak dapat didistribusikan secara langsung maupun tidak langsung pada
entitas induk. Kepentingan Nonpengendali akan berubah seiring dengan perubahan ekuitas

22
anak yang disebabkan pengumuman laba dan deviden oleh entitas anak. PSAK 4 revisi
2009 mensyaratkan kepentingan nonpengendali atas laba-rugi entitas anak yang
dikonsolidasi selama periode pelaporan diidentifikasi secara terpisah dari laporan
konsolidasi. Kepentingan nonpengendali atas aset neto (ekuitas) terdiri dari:

1 Jumlah kepentingan nonpengendali pada tanggal kombinasi bisnis awal.


2 Bagian kepentingan nonpengendali atas perubahan ekuitas sejak tanggal kombinasi
bisnis.

Kepentingan non pengendali disajikan dibagian ekuitas dalam laporan posisi keuangan
konsolidasi, terpisah dari ekuitas pemilik entitas induk.

Contohnya, PT A mengakuisis saham biasa PT B pada harga yang sama dengan nilai
bukunya pada tanggal 31 Desember 2011. Kekayaan pemegang saham PT B saat itu terdiri
dari:

Modal Saham Biasa Rp 7.500.000

Laba Ditahan Rp. 5.000.000

Total Kekayaan Pemegang Saham Rp 12.500.000

Apabila akuisisi dilakukan atas seluruh samah PT B (100%), maka PT A memiliki


pengendalian penuh atas PT B. Hal tersebut juga berarti bahwa tidak ada Kepentingan
Nonpengendali dalam PT B.

Apabila PT A mengakuisisi 90% saham PT B, sekalipun PT A bisa mengendalikan PT


B tetapi terdapat 10% pemegang saham dalam PT B yang tidak dikuaisai PT A. Kekayaan
PT B yang dimiliki PT A akibat akuisisi tersebut hanya sebesar 90% dari total kekayaan PT
B atau sebesar 90% x Rp 12.500.000 = Rp 11.250.000. Jadi kekayaan nonpengendali adalah
10% x Rp 12.500.000 = Rp1.250.000

Misalkan pada periode 2012 PT B mengumumkan laba sebesar Rp 1.000.000,


sementara deviden diumumkan pada tanggal 31 Desember 2012 sebesar Rp 600.000.
Pengumuman laba akan menambah kekayaan entitas induk sebesar 90% dari laba tersebut
yakni Rp 900.000. Sedangkan 10% dari laba tersebut menjadi laba kepentingan
nonpengendali, yakni Rp 100.000. Dividen yang diumumkan PT B juga dialokasikan sebesar
10% untuk kepentingan non pengendali yang mengurangi kekayaan kepentingan
nonpengendali sebesar 10% x 600.000 = Rp 60.000. Dengan demikian perhitungan
kepentingan nonpengendali pada akhir tahun 2009 adalah sebagai berikut:

23
Kepentingan Nonpengendali 31/12/2011 Rp. 1.250.000

Laba kepentingan nonpengendali tahun 2012 100.000

Dividen (60.000)

Kekayaan kepentingan nonpengendali 31/12/2012 Rp. 1.290.000

c Prosedur Penyusunan Laporan Konsolidasi

Laporan konsolidasi disusun dengan menggabungkan laporan keuangan entitas induk


dan laporan keuangan entitas anak. Dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi, setiap
akun antarperusahaan harus dieliminasi karena entitas induk dan anak dianggap satu..
Karena itu, prosedur penyusunan laporan konsolidasi menjadi sebagai berikut:

Laporan Konsolidasi = Laporan entitas induk + Laporan entitas anak – Akun antar
perusahaan

Laporan konsolidasi berasal dari penggabungan saldo akun-akun laporan keuangan


entitas induk dan entitas anak. Kas konsolidasi disajikan dengan menjumlahkan kas induk
dan kas anak. Piutang konsolidasi disajikan dari hasil penjumlahan piutang induk serta anak
dan apabila terdapat piutang antar peruahaan, jumlah piutang antar perusahaan tersebut
dikurangi sehingga diperoleh piutang konsolidasi yang mencerminkan bahwa entitas induk
dan anak adalah satu.

Peraga 3-1 menyajikan contoh laporan keuangan PT A dan entitas anak PT B yang
dikuasai 100% per 31 Desember 2011. Penyusunan laporan konsolidasi akan menjadi lebih
akurat apabila akun antar perusahaan diperhitungkan dahulu, baru kemudian dilakukan
konsolidasi akun-akun laporan keuangan entitas induk dan entitas anak.

Tahap-tahap pengkonsolidasian akun – akun laporan keuangan entitas induk sebaiknya


dilakukan sebagai berikut:

1 Penyusunan jurnal eliminasi atas akun-akun antar perusahaan.


2 Penjumlahan akun-akun entitas induk dan entitas anak yang sama, misalnya kas entitas
induk dan kas entitas anak, utang entitas induk dengen utang entitas anak, dan
seterusnya.
3 Penjumlahan No.2 dikurangi dengan No.1 atas akun-akun sejenis.
4 Penyajian akun-akun hasil konsolidasi dalam laporan keuangan konsolidasi berdasar
ketentuan yang berlaku.

24
Akun antar perusahaan dalam penyusunan neraca konsolidasi PT A dan PT B ditelusuri
untuk dieliminasi sebagai berikut:

1 Akun piutang entitas induk dan akun utang entitas anak sebesar Rp3.000.000
merupakan akun antar perusahaan. Eliminasi utang-piutang antar perusahaan dilakukan
dengan prosedur akuntansi, yakni dengan membalikan dari saldo normal. Utang
dieliminasi dengan mendebet dan piutang dieliminasi dengen mengkredit sebesar saldo
yang dimaksud. Ayat jurnal eliminasinya adalah:

Utang Usaha Rp3.000.000

Piutang Usaha Rp3.000.000

2 Akun Investasi Entitas Induk dan Akun Kekayaan Entitas Anak


Investasi entitas induk dalam saham entitas anak mengakibatkan akun “investasi dalam
saham entitas anak” milik entitas induk berkaitan dengan akun “modal pemegang
saham” entitas anak. Saldo normal investasi adalah debet sehingga akun tersebut harus
dieliminasi dengan mengkredit. Dalam perusahaan yang berbentuk PT, kekayaan
pemegang saham terdiri dari modal saham dan laba untuk pemegang saham, yakni laba
ditahan. Modal saham dalam neraca harus disajikan pada nilai nominalnya. Apabila
pada penjualan perdaha harga saham yang dijual ditetapkan diatas nilai nominalnya,
maka selisih harga jual dengan nilai nominal disajikan dalam akun aigo saham. Jadi
kekayaan pemegang saham melibatkan akun: modal saham, laba ditahan dan aigo
saham.

25
Penguasaaan entitas induk atas kekayaan entitas anak dalam investasi tersebut
adalah 100% sehingga seluruh kekyaaan pemegang saham PT B dimiliki oleh PT A.
Pada bagian sebelumnya dijelaskan jika nilai investasi adalah sebesar Rp12.500.000.
Karena itu, eliminasi dilakukan sebesar jumlah tersebut dengan mendebet komponen
kekayaan entitas anak dan mengkredit akun investasi dalam saham entitas anak.
Jurnalnya adalah sebagai berikut:

Modal Saham 7.500.000

Laba ditahan 5.000.000

Investasi dalam saham entitas anak 12.500.000

Berdasarkan jurnal eliminasi tersebut akun-akun neraca konsolidasi dihitung seperti


diperlihatkan dalam peraga 3-2

26
Akun-akun laporan keuangan yang telah dikonsolidasi tersaji dalam bentuk laporan
keuangan konsolidasi pada peraga 3-3.

d Neraca Konsolidasi atas Entitas Anak yang Dikuasai Kurang dari 100%

Misalkan entitas induk membeli 90% saham entitas anak pada harga yang sesuai
dengan nilai bukunya. Jadi, kekayaan entitas anak yang dibeli entitas induk adalah 90% x
Rp12.500.000 = Rp11.250.000. Karena itu, nilai investasi adalah Rp11.250.000 atau sebesar
nilai buku yang diterima. Peraga 3-4 menyajikan pengkonsolidasian akun-akun.

27
Jurnal eliminasi dalam penyusunan neraca konsolidasi tersebut adalah:

1 Jurnal Eliminasi Utang Usaha dan Piutang Usaha


Jurnal ini mengeliminasi seluruh utang-piutang antar perusahaan tanpa memandang
presentase kepemilikan, tetapi didasarkan pada adanya pengendalian yang memandang
entitas anak dan entitas induk adalah satu.

Jurnalnya sebagai berikut:

Utang Usaha 3.000.000

Piutang Usaha 3.000.000

2 Jurnal Eliminasi Akun Investasi Entitas Induk dan Kekayaan Entitas Anak Penguasaaan
entitas induk atas kekayaan entitas anak melalui investasi tersebut adalah 90%,
sehingga jumlah kekayaan entitas anak yang dimiliki induk adalah 90% x Rp12.500.000
= Rp.11.250.000. Jadi, eliminasi dilakukan sebesar jumlah tersebut dengan mendebet
kekayaan entitas anak yang meliputi akun modal saham dan laba ditahan dari unsur-
unsur kekayaan anak sebesar 90% dan mengkredit akun invetasi dalam saham anak
dengan jurnal:

Modal Saham (90% x 7.500.000) 6.750.000

Laba Ditahan (90% x 5.500.000) 4.500.000

Investasi dalam saham entitas anak 11.250.000

Modal Saham 7.500.000


Laba Ditahan (90% x 5.500.000) 5.000.000

Investasi dalam saham entitas anak 11.250.000


Kepentingan nonpengendali 1.250.000

Jurnal tersebut mengeliminasi 90% kekayaan entitas anak atas investasi entitas
induk karena entitas anak hanya dikuasai 90%, sehingga hanya ada 10% pemegang
saham non pengendali dalam PT B. Jumlah kepentingan nonpengendali ini adalah
10% x 12.500.000 = Rp11.250.000. Jurnal eliminasi dapat dibuat sebagai berikut:
Neraca konsolidasi PT A dan PT B per 31 Desember 2011 disajikan pada peraga 3-5.

29
BAB III

PENUTUP

Laporan keuangan konsolidasi adalah lampiran keuangan suatu kelompok usaha yang
disajikan sebagai suatu entitas ekonomi tunggal. Laporan keuangan konsolidasi wajib disusun oleh
entitas induk atau pengendali tertinggi dalam suatu kelompok usaha. Laporan keuangan konsolidasi
bertujuan memberikan gambaran keseluruhan mengenai suatu gabungan bisnis. Laporan keuangan
konsolidasi juga bisa dijadikan evaluasi kinerja oleh manager terkait. Meskipun demikian, laporan
keuangan konsolidasi tidak bisa memberikan gambaran yang detail mengenai satu entitas yang
bergabung dalam gabungan bisnis karena laporan yang ada bersifat keseluruhan. Selain itu, kinerja
buruk dari satu entitas anak perusahaan bisa ditutupi dengan kinerja baik dari entitas anak
perusahaan yang lain.

30
DAFTAR PUSTAKA

E. Baker, Richard, dkk. 2013. Akuntansi Keuangan Lanjutan (Perspektif Indonesia). Jakarta:
Salemba Empat

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2021. Modul Chartered Accountant: Pelaporan Korporat.


Ikatan Akuntansi Indonesia: Jakarta

Karyawati, Glorida. 2011. Akuntansi Keuangan Edisi IFRS. Jakarta: Penerbit Erlangga

R. Boatsman, James.1997. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Jakarta: Penerbit Erlangga

http://www.warsidi.com/2015/01/psak-4-laporan-keuangan-tersendiri.html. Diakses Tanggal 22


Februari 2022

http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/pernyataan-sak-10-psak-laporan keuangan-
tersendiri http://iaiglobal.or.id/. Diakses Tanggal 22 Februari 2022

31

Anda mungkin juga menyukai