Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I

KOMBINASI BISNIS / PENGGABUNGAN USAHA

Dosen Pengampu: Ibu Nurwani, M. Si

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

Anggun Debana Maharani (0502203018)

Bella Nurhudiani (0502202139)

Jihan Reswita (0502203031)

Syawla Andina Aulia (0502203034)

Widya Yunisa (0502203037)

Kelas AKS 5-C

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

JURUSAN AKUNTANSI SYARIAH

2022-2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
kami karunia nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini, dan terus dapat menimba ilmu di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari dosen mata kuliah
Akuntansi Keuangan Lanjutan I. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk menambah wawasan dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang
dipelajari, agar kami semua menjadi mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa
dan negara.

Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat


kekurangan dan kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap
perbaikan, kritik dan saran yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya
bagi saya sendiri umumnya para pembaca makalah ini.

Terima kasih, wassalamu’ alaikum.

Medan, 15 September 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................ii

Daftar Isi .............................................................................................................iii

BAB I ...................................................................................................................1

Pendahuluan .......................................................................................................1

A. Latar Belakang .......................................................................................1


B. Rumusan masalah ..................................................................................1
C. Tujuan masalah......................................................................................2

BAB II .................................................................................................................3

Pembahasan ........................................................................................................3

A. Kombinasi Bisnis dan pengendalian ....................................................3


B. Alasan terjadinya kombinasi bisnis .....................................................8
C. Standar Akuntansi Kombinasi Bisnis ..................................................9
D. Akuntansi Kombinasi Bisnis.................................................................12
E. Penyajian dan Pengungkapan Kombinasi Bisnis ..............................21
F. Analisis laporan keuangan ....................................................................21

BAB III................................................................................................................25
PENUTUP...........................................................................................................25
Kesimpulan .........................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................26

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di era globalisasi persaingan bisnis menjadi semakin ketat dan menuntut
perusahaan untuk terus berkembang agar dapat mempertahankan eksistensinya dan meraih
keberhasilan usaha, sehingga diperlukan suatu strategi untuk menghadapi persaingan bisnis
yaitu kerjasama yang saling menguntungkan. Salah satu bentuk kerjasama tersebut adalah
kombinasi bisnis yang merupakan kegiatan menggabungkan dua atau lebih perusahaan
yang terpisah ke dalam satu entitas. Motif perusahaan melakukan kombinasi bisnis yaitu
untuk memperluas usaha, menghindari pengambilalihan oleh perusahaan lain, mengurangi
risiko, meningkatkan sumber daya dan meningkatkan kinerja
Bisnis merupakan seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industri yang menyediakan barang dan jasa
untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka.
Motivasi utama kegiatan bisnis adalah laba yang didefinisikan sebagai
perbedaan antara penghasilan dan biaya-biaya yang dikeluarkan. Dalam bisnis, para
pengusaha harus dapat melayani pelanggan dengan cara yang menguntungkan
untuk kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang, selain harus selalu
mengetahui kesempatan-kesempatan baru untuk memuaskan keinginan pembeli.
Kombinasi bisnis/penggabungan usaha adalah suatu transaksi atau peristiwa lain di
mana pihak pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau lebih bisnis. Tujuannya
adalah meningkatkan relevansi, keandalan, daya banding informasi mengenai kombinasi
bisnis. Dampak dari kombinasi bisnis yaitu:
• Mengukur aset teridentifikasi, liabilitas yang diambil alih dan kepentingan non
pengendali.
• Mengakui dan mengukur goodwill atau keuntungan dari pembelian diskon.
• Menentukan jenis indformasi yang diungkapkan.(Biduri and Hariyanto 2021)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penulisan, maka rumusan masalah makalah ini
adalah sebagai berikut:

1
• Apa pengertian dari Kombinasi Bisnis dan pengendalian?
• Apa saja Alasan terjadinya kombinasi bisnis?
• Apa saja Akuntansi Kombinasi Bisnis?
• Apa saja Penyajian dan Pengungkapan Kombinasi Bisnis?
• Apa saja Analisis laporan keuangan?
C. Tujuan Masalah
• Untuk mengetahui pengertian dari Kombinasi Bisnis dan pengendalian
• Untuk mengetahui apa saja Alasan terjadinya kombinasi bisnis
• Untuk mengetahui Apa saja Akuntansi Kombinasi Bisnis
• Untuk mengetahui Apa saja Penyajian dan Pengungkapan Kombinasi Bisnis
• Untuk mengetahui Apa saja Analisis laporan keuangan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kombinasi Bisnis dan Pengendalian


• Definisi
Kombinasi bisnis adalah suatu transaksi atau peristiwa lain dimana pihak
pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau lebih bisnis. Salah satu jenis
kombinasi bisnis yang dapat dilakukan oleh perusahaan ialah akuisisi. Akuisisi adalah
suatu penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer)
memperoleh kendali atas aset neto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree),
dengan memberikan aset tertentu, mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.
(Sayadi, n.d.)
Menurut Beams, Brozovsky & Beams (2008) kombinasi bisnis adalah penyatuan
entitas bisnis yang sebelumnya terpisah menjadi satu entitas melalui akuisisi asset bersih
atau saham suara terbesar sebuah perusahaan oleh perusahaan lain atau melalui
perdagangan saham. Meskipun tujuan utama kombinasi bisnis adalah keuntungan, namun
kebanyakan sasaran utamanya adalah mencapai efisiensi operasional melalui integrasi
operasional secara vertikal atau horizontal ataupun membagi risiko bisnis melalui operasi
konglomerasi. (Chotib and Utami 2014)
Kombinasi bisnis merupakan salah satu cara dalam melakukan pengembangan
usaha sehingga menjadi lebih besar. Pengembangan bisnis dapat dilakukan secara internal
maupun eksternal. Pengembangan bisnis internal dapat dilakukan dengan pembentukan
entitas baru secara internal. Dalam rangka pengembangan bisnis entitas membentuk entitas
anak melalui penyetoran modal secara tunai. Tujuan pembentukan entitas baru tersebut
biasanya untuk membuka pasar yang lebih luas atau memperluas jaringan produksi.
Misalnya entitas melakukan ekspansi usaha ke Timor Leste. Untuk tujuan kemudahan
bisnis dan pemenuhan regulasi di negara tersebut perlu didirikan perusahaan dengan bentuk
hukum tersendiri.

Pengaturan mengenai perusahaan public diatur dalam Keputusan Bapepem No.


Kep-52/ PM/ 1997 tentang Peraturan No. IX. G. I:

3
“Penggabungan Usaha adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan
atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya
perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar”. (PS 2018)

IFRS 3 menyatakan: “a business combination is the bringing together of one or more


combining entities into a reporting entity. Business combination result from one entity:

1) Purchasing the equity of another entity;


2) Purchasing the net assets of another entity;
3) Assuming the liabilities of another entity; or
4) Purchasing some of the net assets of another entity that together form one or more
business.”
Menurut Floyd A. Beams (2009, 4) kombinasi bisnis melibatkan kombinasi dalam
pengendalian bersama dua atau lebih entitas yang sebelumnya terpisah. Tiga bentuk hukum
kombinasi bisnis, yaitu:
1. Akuisisi
Akuisisi (acquisition) terjadi jika satu entitas mengakuisisi saham berhak suara dari
entitas lain dan kedua entitas tetap beroperasi sebagai dua entitas yang terpisah, tetapi
mempunyai hubungan istimewa. Karena tidak ada entitas yang dilikuidasi atau
dibubarkan, entitas pengakuisisi memperlakukan kepemilikannya di entitas yang
diakuisisi sebagai investasi. Dalam akuisisi saham, entitas pengakuisisi untuk
memperoleh pengendalian.
Contoh kasus Akuisisi : Semen Padang yang diakuisisi oleh Semen Gresik. Di dalam
hal ini, pihak Semen Gresik melakukan pembelian terhadap sebagian besar Saham
Semen Padang sehingga, Semen Gresik memiliki kekuasaan terhadap manajemen
perusahaan Semen Padang. Tetapi operasi kedua perusahaan masih bediri sendiri-
sendiri.
2. Merjer
Merjer (merger) adalah kombinasi dimana hanya satu dari entitas yang dikombinasikan
bertahan dan entitas lainnya dibubarkan.
Contoh kasus Merger : Merger yang dilakukan Oleh Bank Lippo & Bank Niaga.
Perusahaan yang melakukan Merger adalah antara Bank Lippo dengan Bank Niaga

4
pada tahun 2008. Antara Bank Lippo dan Bank Niaga keduanya bergabung untuk
memperkuat posisinya di kancah persaingan global. Dari merger kali ini Perusahaan
yang relative lebih kecil ukuranya adalah Bank Lippo sehingga bank Lippo merelakan
untuk diganti saham yang beredar dengan saham Bank Niaga. Dengan demikian
dengan harga tertentu yang telah disepakati kedua Bnak. Tiap saham Bank Lippo
dihargai dengan harga tertentu sehingga mendapatkan nilai yang cocok untuk dibeli
oleh Bank Niaga.. Sehingga saham Bank Lippo berganti nama dengan Saham Bank
Niaga. Setelah kesepakatan keduanya. Kedua Bank ini menyetujui untuk mengubah
nama mereka after merger menjadi Bank CIMB Niaga. Nah inilah hasil yang
diharapkan dari Merger kali ini yaitu Leverage (Pengungkit) kekuatan kedua Bank
untuk menjadi satu dengan kekuatan yang baru serta more creating value bagi CIMB
Niaga.(“Siti Maimunah Dan Furqan Andhika Darmawan” 2016)
3. Konsolidasi
Konsolidasi (consolidation) adalah kombinasi bisnis dimana kedua entitas yang
dikombinasikan dibubarkan serta aset neto entitas tersebut ditransfer ke entitas yang
baru dibentuk.
Contoh kasus Konsolidasi : yang dilakukan oleh Bank Bumi Daya, Bank Exim, Bank
Dagang Negara, dan Bapindo. Keempat Bank melakukan konsolidasi dan berubah
menjadi Bank Mandiri. Keempat Bank tersebut mengalami kesulitan dalam
mengentaskan permasalahan perusahaanya saat krisis ekonomi melanda Indonesia.
Untuk menghentikan usahanya yang selama ini mereka bangun pun merupakan hal
yang sayang untuk dilakukan.. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk dapat
melakukan protect terhadap kemungkinan yang terjadi akibat krisis adalah bersatu padu
dengan bank yang lain dengan melakukan kerjama dalam bentuk konsolidasi.
Kerjasama dalam bentuk konsolidasi ini bisa terjadi ketika sekelompok perusahaan
yang mempunyai motif yang sama dalam meraih kehidupan baru bersama di masa akan
datang. Konsolidasi keempat perusahaan ini terbukti berhasil dengan membuahkan
Bank Mandiri yang menjadi salah satu Bank besar di Indonesia yaitu Bank Mandiri.
• Pengendalian
Berdasarkan pernyataan standar Akuntansi Keuangan Nomor 22 Tahun 2015
“Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih perusahaan

5
yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan
(uniting with) perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi
perusahaan lain”’
Dalam kombinasi bisnis terdapat 2 pihak terlibat yaitu entitas pengakuisi dan entitas
yang di akusisi. Dari pernyataan SAK No.22 dapat disimpulkan bahwa, entitas pengakusisi
memiliki hak kendali pada entitas yang telah di akusisi. Hak kendali yang dimiliki adalah
dapat mengatur kebijakan operasional dan keuangan guna meningkatkan nilai manfaat dan
kinerja entitas yang di akusisi.
Berdasarkan Generally Accepted Accounting Principles, pengendalian dapat terjadi
jika sebuah perusahaan memiliki kepentingan atau kepemilikan mayoritas pada perusahaan
lain. Akan tetapi terdapat kasus dimana kepemilikan mayoritaas tidak memiliki hak atas
pengendalian. Hal ini dikarenakan hak pengendalian sangan penting dan hanya diberikan
pada entitas yang memiliki kemampuan dalam menggunakan kekuasaannya dan
mempengaruhi imbal hasil atau manfaat dari entitas yang di akusisi.

• Bisnis
Bisnis termasuk kata yang sering digunakan orang, namun tidak semuanya
memahami kata bisnis secara tepat dan proporsional. Hughes dan Kapoor seperti dikutip
oleh Buchari Alma menjelaskan bahwa bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang
terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan
keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat (Nur Ahmad Fadhil dan Azhari
Akmal, 2001:15).
Lebih ringkas dari itu Brown dan Petrello menyebut bisnis adalah suatu lembaga
yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam pengertian
yang sederhana bisnis adalah lembaga yang menghasilkan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan orang lain. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bisnis ialah
usaha komersial di dunia perdagangan, bidang usaha, usaha dagang (Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan, 2001: 157).
Secara umum bisnis diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia
untuk memperoleh pendapatan atau penghasilan atau rizki dalam rangka memenuhi
kebutuhan dan keinginan hidupnya dengan cara mengelola sumber daya ekonomi secara

6
efektif dan efisien. Skinner mendefinisikan bisnis sebagai pertukaran barang, jasa atau
uang yang saling menguntungkan atau memberi manfaat. (Akhamad Nur Zaroni,2007:
176).
Menurut Anoraga dan Soegiastuti di dalam buku Undang Ahmad Kamaludin dan
Muhammad Alfan, bisnis memiliki makna dasar sebagai” the buying and selling of goods
and services”. Adapun dalam pandangan Straub dan Attner, bisnis tak lain adalah suatu
organisasi yang menjalankan aktivitas produksi dan penjualan barang-barang dan jasa-
jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk memperoleh profit. Dari definisi dapat
disimpulkan bahwa suatu organisasi atau pelaku bisnis akan melakukan aktifitas bisnis
dalam bentuk:
1) Memproduksi dan atau mendistribusi barang atau jasa,
2) Mencariprofit Mencoba memuaskan keinginan konsumen. (Akhamad Nur Zaroni,
2007: 176).

Robert J Hughes dan Jeck R. Kapoor yang dikutip oleh Bambang Subandi13 di
dalam penelitiannya, bisnis adalah suatu kegiatan individu yang terorganisasi untuk
menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat. Definisi di atas lebih berorientasi pada kebutuhan
masyarakat. Apabila kebutuhan masyarakat meningkat, maka kegiatan lembaga bisnis juga
meningkat untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil memperoleh laba. Lembaga bisnis
yang dimaksud umumnya dapat diklasifikasikan dalam tiga hal:

1) Usaha perseorangan kecil-kecilan,


2) Usaha perusahaan besar, seperti pabrik, hotel dan sebagainya,
3) Usaha dalam bidang struktur ekonomi Negara. (Akhmad Nur Zaroni, 2007:66)
• Identifikasi kombinasi bisnis
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.22 revisi tahun
2010, kombinasi bisnis adalah suatu transaksi atau peristiwa lain dimana pihak
pengakuisisi memperoleh pengendalian atas satu atau lebih bisnis.
Untuk setiap kombinasi bisnis, salah satu dari entitas yang bergabung
diidentifikasikan sebagai pihak pengakuisisi, diantaranya;
1. Entitas yang mengalihkan kas atau aset atau menimbulkan liabilitas.

7
2. Menerbitkan ekuitas, “Reverse acqusition” penerbit = diakuisisi.
3. Ukuran relatifnya signifikan lebih besar.
4. Berinisiatif telah ada sebelum kombinasi.

Dalam suatu kombinasi bisnis, akuntansi memiliki peranan penting karena dapat
mempengaruhi penyajian laporan keuangan perusahaan Laporan keuangan disusun untuk
memberikan informasi yang relevan, andal, dan dapat dipercaya mengenai posisi keuangan
dan semua data transaksi yang dicatat oleh entitas pelaporan selama suatu periode laporan
Untuk menghindari dari memberikan informasi yang menyesatkan diperlukan
pengungkapan dalam laporan keuangan.

B. Alasan terjadinya kombinasi bisnis


Beberapa faktor yang mendorong perusahaan melakukan kombinasi bisnis(Natarsyah
2000) :
a. Penghematan biaya
Dengan kombinasi bisnis, berbagai biaya bisa dihemat. Diantaranya biaya gaji
berbagai manajer, biaya penelitian produk baru (produk tersebut sudah ada di
perusahaan yang diakuisisi) dan biaya penelitian dan pengembangan.
b. Mengurangi risiko
Membeli perusahaan yang sudah mempunyai berbagai macam produk dan juga
pasarnya, akan lebih kecil resikonya dibandingkan dengan mengembangkan dan
memasarkan produk baru.
c. Mengurangi penundaan beroperasinya perusahaan
Membeli perusahaan yang sudah mempunyai berbagai macam fasilitas dan sudah
memenuhi berbagai macam aturan pemerintah, akan lebih cepat dibandingkan
dengan mengembangkan sendiri atau mendirikan perusahaan baru.
d. Menghindari pengambil alihan oleh perusahaan lainnya
Salah satu cara untuk menghindari pengambil alihan oleh perusahaan lain adalah
dengan melakukan kombinasi bisnis.
e. Memperoleh aset tidak berwujud

8
Salah satu alasan untuk melakukan kombinasi bisnis adalah untuk memperoleh aset
tidak berwujud yang dimiliki oleh perusahaan yang diakuisisi seperti hak paten,
hak penambangan, database pelanggan dan lain-lain.
f. Alasan-alasan lain
Ada perusahaan yang punya kebanggaan tersendiri ketika berhasil mengakuisisi
perusahaan-perusahaan lain.
C. Standar Akuntansi Kombinasi Bisnis
a. Perkembangan PSAK 22
PSAK 22 tentang kombinasi bisnis telah diterbitkan dan disahkan oleh
DSAK IAI pada tanggal 12 Januari 2010 dan berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari
2011. Istilah kombinasi bisnis mulai digunakan setelah perubahan PSAK nomor 22
per 1 Januari 2010 mulai diberlakukan. Sebelumnya, istilah yang digunakan adalah
penggabungan usaha. PSAK 22 (IAI, 2018) mendefinisikan kombinasi
bisnissebagai suatu transaksi atau peristiwa lain dimana pihak pengakuisisi
memperoleh pengendalian atas satu atau lebih suatu bisnis. Transaksi tersebut
sering disebut sebagai penggabungan sesungguhnya (true merger) atau
penggabungan setara (merger of equals). Dari definisi tersebut, dapat dimaknai
bahwa transaksi kombinasi bisnis lebih ditekankan pada perolehan kendali dan
tidak lagi mengacu pada perolehan aset bersih atau perolehan kepentingan ekuitas.
(Ulya et al. 2021)
b. Restrukturisasi Entitas Sepengendali
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam PSAK22 (2012) pada lampiran B.
Kombinasi bisnis yang melibatkan entitas atau bisnis sepengendali adalah
kombinasi bisnis yang semua entitas atau bisnis yang bergabung, pada akhirnya
dikendalikan oleh pihak yang sama (baik sebelum maupun setelah kombinasi
bisnis) dan pengendaliannya tidak bersifat sementara. Sekelompok individu
dianggap sebagai pengendali suatu entitas jika, sebagai hasil dari suatu kesepakatan
kontraktual, mereka secara kolektif memiliki kekuasaan untuk mengatur kebijakan
keuangan dan operasional entitas sehingga mendapatkan manfaat dari aktivitas
entitas tersebut, dan kekuasaan kolektif akhir tersebut tidak bersifat sementara.
Suatu entitas mungkin dikendalikan oleh individu atau kelompok individu yang

9
bertindak bersama berdasarkan kesepakatan kontraktual, dan individu atau
kelompok individu tersebut mungkin tidak tunduk pada ketentuan pelaporan
keuangan berdasarkan SAK. Oleh karena itu, entitas yang bergabung tidak perlu
dimasukkan sebagai bagian dari laporan keuangan konsolidasian yang sama agar
suatu 3 kombinasi bisnis dianggap sebagai kombinasi bisnis yang melibatkan
entitas sepengendali. Besarnya kepentingan nonpengendali pada setiap entitas yang
bergabung sebelum dan setelah kombinasi bisnis bukan hal yang relevan untuk
menentukan apakah kombinasi tersebut melibatkan entitas sepengendali. Demikian
pula, fakta bahwa salah satu dari entitas yang bergabung adalah entitas anak yang
dikeluarkan dari laporan keuangan konsolidasian tidaklah relevan untuk
menentukan apakah kombinasi melibatkan entitas sepengendali.
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan (2012) pada dasar kesimpulan (DK):
DK01. PSAK-38 (2004): Akuntansi Restrukturisasi Entitas Sepengendali
mendefinisikan transaksi restrukturisasi entitas sepengendali (restructuring
transactions under common control entitas) adalah transaksi pangalihan aset,
kewajiban, saham atau bentuk instrumen kepimilikan lainnya antara pihakpihak
(perorangan, perusahaan, atau bentuk entitas lainnya) yang secara langsung atau
tidak langsung (melalui satu atau lebih perantara), mengandalkan atau dikendalikan
oleh atau berada dibawah pengendaliaan yang sama. Pengalihan aset, liabilitas, atau
instrumen kepemilikan lain termasuk dalam kategori restrukturisasi jika pengalihan
tersebut secara material mengubah lingkup kegiatan suatu usaha entitas atau cara
pengelolaan usaha dari sekurang-kurangnya salah satu entitas yang bertransaksi.
Definisi dan pengertian tersebut dianggap kurang jelas, sehingga menimbulkan
perbedaan dalam penerapannya. Beberapa transaksi yang seharusnya bukan
transaksi restrukturisasi entitas sepengendali, misalnya pengalihan aset,
diperlakukan sebagai restrukturisasi entitas sepengendali berdasarkan PSAK38
(2004). (Tinggi and Kesatuan, n.d.)
c. Aspek Perpajakan dalam Kombinasi Bisnis
Aspek perpajakan berpengaruh terhadap penentuan metode apa yang akan
dipakai dalam penggabungan usaha selain dengan menggunakan pertimbangan

10
hukum. Perlu diketahui bahwa pasal 4 ayat 1 huruf d angka 1 Undang-Undang
Perpajakan No. 10 Tahun 1994, menyebutkan bahwa keuntungan karena penjualan
atau karena pengalihan harta termasuk keuntungan karena likuidasi, penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha adalah salah satu
objek pajak. Kemudian Pasal 10 ayat 3, Undang-undang Pajak Penghasilan No. 10
Tahun 1994 mengatur tentang dasar pengenaan pajak atas penggabungan usaha.
Pasal ini mengatur bahwa: "Nilai perolehan atau pengalihan harta yang dialihkan
dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilan usaha adalah jumlah yang seharusnya dikeluarkan atau diterima
berdasarkan harga pasar (market price), kecuali ditetapkan lain oleh menteri
keuangan".
Ketentuan perpajakan tidak seperti prinsip akuntansi yang mengatur bahwa
pemilihan metode penggabungan usaha yang dipakai didasarkan dengan
memperhatikan makna ekonomisnya dan bukan melihat pada bagaimana transaksi
itu menurut hukumnya (formalitas). Dengan demikian bisa diartikan bahwa prinsip
akuntansi membebaskan perusahaan untuk memilih metode mana yang akan
dipakai. Pertanyaan yang timbul adalah mengapa Direktorat Jenderal Pajak
memutuskan untuk tidak memperbolehkan penggunaan metode pooling of interest
dalam rangka penggabungan usaha. Jawabannya tidak lain bahwa dengan pooling
of interset, tidak ada pajak yang dibebankan atas penggabungan usaha tersebut, lain
halnya apabila menggunakan metode by purchase yang berdasarkan pada nilai
pasar.
Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam pasal 4 ayat 1 Undang-
Undang Perpajakan No. 10 Tahun 1994 bahwa: "Yang menjadi objek pajak adalah
penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,
yang dapat dipakai untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan
dengan nama dan dalam bentuk apapun". Selanjutnya huruf d angka 3 dari pasal 4
ini menyebutkan bahwa salah satu yang termasuk objek pajak adalah "Keuntungan
karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan usaha".

11
Sekarang bagaimana dasar pengenaan pajak untuk perusahaan yang
melakukan penggabungan usaha atas dasar metode pooling of interest. Seperti telah
dijelaskan di atas, metode pooling of interest menggunakan nilai buku sebagai dasar
dalam pengalihan harta dari penggabungan perusahaan. Dengan ini berarti bahwa
penggabungan perusahaan dengan metode pooling of interest, sama sekali tidak
menghasilkan penghasilan kena pajak, karena penggabungan tersebut didasarkan
atas nilai buku dari kedua perusahan, dan bukan berdasarkan suatu penilaian
kembali atau nilai pasar. (Hendrian n.d.)
D. Akuntansi Kombinasi Bisnis
Dalam proses kombinasi bisnis, terdapat dua metode pencatatan yang digunakan,
yaitu:
a. Metode pooling of interest (penyatuan kepentingan)
Dalam metode ini, masing-masing pihak akan menyatukan kepentingan
bisnisnya sehingga tidak diperlukan penilaian ulang atas aset dan liabilitas
perusahaan yang bergabung. Metode ini menggunakan nilai buku aset dan liabilitas
perusahaan yang bergabung sebagai dasar pencatatannya. Dalam kombinasi bisnis
secara umum, aset dan liabilitasnya dinilai pada nilai wajar sehingga metode
pooling of interest tidak diperkenankan untuk digunakan. Metode ini dapat
digunakan untuk kombinasi bisnis entitas sepengendali sebagaimana diatur dalam
PSAK 38. Dalam kombinasi bisnis entitas sepengendali, tidak terjadi perubahan
kepemilikan dari pihak pengendali sehingga dasar nilai buku menjadi lebih tepat.
b. Metode purchase (pembelian/akuisisi)
Metode purchase menggunakan nilai wajar sebagai dasar pencatatannya.
Nilai wajar yang digunakan adalah nilai wajar pada tanggal akuisisi. Hal ini
dilakukan karena kombinasi bisnis merupakan pembentukan entitas baru sehingga
perlu dilakukan penilaian atas aset dan liabilitas perusahaan yang bergabung.
Pencatatan aset dan liabilitas dalam nilai wajar dapat menimbulkan goodwill bagi
perusahaan setelah dilakukan kombinasi bisnis. Metode purchase merupakan
metode yang saat ini berlaku untuk kombinasi bisnis sebagaimana diatur dalam
PSAK 22.

12
Dalam kombinasi bisnis, PSAK 22 (Penyesuaian 2014) mempersyaratkan
pencatatan transaksi dengan menggunakan metode pembelian atau metode akuisisi.
Penerapan metode akuisisi ini mensyaratkan:
a. Pengakuan dan Pengukuran Aset dan Liabilitas
Aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil alih
diukur dengan menggunakan nilai wajar. Jika akuisisi tidak dilakukan
sepenuhnya (kurang dari 100%), maka bagian yang tidak diakuisisi
disebut kepentingan non-pengendali (non-controlling interest). Pihak
pengakuisisi akan mengakui secara terpisah asset teridentifikasi yang
diperoleh, liabilitas yang diambil alih, goodwill (dalam hal akuisisi
menimbulkan goodwill) dan kepentingan non-pengendali dari pihak
yang diakuisisi.
Penerapan prinsip dan ketentuan pengakuan oleh pihak
pengakuisisi, dapat menyebabkan pengakuan atas suatu aset dan
liabilitas yang sebelumnya tidak diakui oleh pihak yang diakuisisi
dalam laporan keuangannya. Contohnya: merk, paten, hubungan
pelanggan mungkin tidak tercatat dalam laporan keuangan suatu
perusahaan. Akan tetapi ketika perusahaan tersebut diakuisisi, maka
aset tersebut akan dilaporkan dalam laporan keuangan.
Pengukuran aset teridentifikasi dan liabilitas yang diambilalih
menggunakan nilai wajar yang mengacu pada SAK yang mengatur
masing-masing aset dan liabilitas tersebut. Sedangkan pengukuran
kepentingan nonpengendali didasarkan pada nilai wajar atau
berdasarkan proporsi aset neto teridentifikasi.
b. Biaya Transaksi
Dalam proses kombinasi bisnis, akan timbul biaya-biaya yang tidak
sedikit. Biaya-biaya yang umum terjadi dalam proses kombinasi bisnis
antara lain: biaya makelar (finder’s fee), advis, hukum, akuntansi,
penilaian, dan biaya professional atau konsultasi lainnya, biaya
administrasi umum dan biaya pendaftaran serta penerbitan efek utang
dan efek ekuitas. Biaya-biaya yang terjadi saat akuisisi tersebut diakui

13
sebagai beban pada periode saat biaya tersebut terjadi atau jasa diterima,
kecuali biaya untuk menerbitkan efek utang dan ekuitas. Jika pihak
pengakuisisi menerbitkan efek sebagai imbalan yang dialihkan dalam
suatu kombinasi bisnis, sesuai dengan PSAK 55, biaya pendaftaran serta
penerbitan efek hutang akan menambah diskon atas utang atau
mengurangi premium (didebetkan ke discount atau premium efek
hutang), sedangkan biaya pendaftaran serta penerbitan efek ekuitas akan
mengurangi (didebetkan) ke agio saham (Share premium).
Jadi dapat disimpulkan, biaya-biaya yang terkait dengan investasi
digolongkan menjadi tiga:
1) Biaya-biaya langsung berupa harga yang dibayarkan kepada
pihak yang dibeli (diakuisisi), diakui sebagai harga
perolehan investasi.
2) Biaya langsung lainnya seperti biaya akuntansi, hukum,
konsultan, dan biaya-biaya penemuan. Perlakuan
akuntansinya dimasukkan dalam beban berjalan pada saat
terjadinya
3) Biaya-biaya langsung seperti biaya pendaftaran dan
penerbitan surat-surat berharga ekuitas dan surat berharga
hutang

Perlakuan akuntansinya mengurangi tambahan modal disetor


(additional paid in capital) dan menambah diskon atau mengurangi
premium surat berharga hutang.(Indrawati 2020)

c. Imbalan yang dialihkan


Imbalan yang dialihkan dalam suatu kombinasi bisnis diukur pada
nilai wajar, yang dihitung sebagai hasil penjumlahan dari nilai wajar
tanggal akuisisi atas seluruh aset yang dialihkan oleh pihak
pengakuisisi, liabilitas yang diakui oleh pihak pengakuisisi kepada
pemilik sebelumnya dari pihak yang diakuisisi dan kepentingan ekuitas
yang diterbitkan oleh pihak pengakuisisi.

14
Contoh bentuk potensial dari imbalan tersebut termasuk kas, aset
lainnya, bisnis atau entitas anak dari pihak pengakuisisi, imbalan
kontinjensi, instrumen ekuitas biasa atau preferen, opsi, waran dan
kepentingan anggota dari entitas bersama. Imbalan yang dialihkan
mungkin termasuk aset atau liabilitas dari pihak pengakuisisi yang
memiliki nilai tercatat yang berbeda dari nilai wajarnya pada tanggal
akuisisi (misalnya, aset nonmoneter atau suatu bisnis dari pihak
pengakuisisi). Jika demikian, pihak pengakuisisi mengukur kembali
aset atau liabilitas yang dialihkan pada nilai wajarnya pada tanggal
akuisisi dan mengakui keuntungan atau kerugian yang dihasilkan, jika
ada, dalam laporan laba rugi. Namun demikian, kadang aset atau
liabilitas yang dialihkan tetap berada di dalam entitas hasil
penggabungan setelah kombinasi bisnis (misalnya, karena aset atau
liabilitas dialihkan kepada pihak yang diakuisisi dan bukannya kepada
pemilik sebelumnya), dan oleh karena itu pihak pengakuisisi tetap
mengendalikan aset atau liabilitas tersebut. Dalam hal demikian, pihak
pengakuisisi mengukur aset dan liabilitas tersebut pada nilai tercatatnya
sesaat sebelum tanggal akuisisi dan tidak boleh mengakui keuntungan
atau kerugian dalam laporan laba rugi atas aset atau liabilitas yang
dikendalikannya baik sebelum maupun setelah kombinasi bisnis.(Dewan
Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia 2010)
d. Godwill
Dalam suatu kombinasi bisnis, ada kalanya imbalan yang diberikan
lebih besar daripada nilai wajar aset neto (aset dikurangi liabilitas) yang
diperoleh. Selisih tersebut diberikan karena pengakuisisi menilai bahwa
perusahaan yang diakuisisi mempunyai berbagai kelebihan (aset) yang
tidak bisa diidentifikasi. Aset demikian disebut goodwill.
Goodwill merupakan asset tak berwujud yang dapat muncul pada
saat akuisisi. Goodwill mencerminkan manfaat ekonomi yang timbul
dari asset yang diperoleh dalam kombinasi bisnis yang tidak dapat
diidentifikasikan secara individu sehingga harus diakui secara terpisah.

15
Goodwill muncul ketika pada saat transaksi, nilai asset pihak yang
diakuisisi telah menunjukkan nilai wajar pada tanggal akuisisi, namun
demikian masih terdapat kelebihan harga beli/nilai wajar imbalan) atas
aset bersih yang dibeli yang tidak dapat diidentifikasikan ke asset yang
ada sehingga harus diidentifikasi ke asset yang baru yaitu goodwill.
Dalam hal imbalan yang diberikan lebih kecil daripada nilai wajar
aset neto (aset dikurangi liabilitas) yang diperoleh, maka akan terdapat
goodwill negatif. Goodwill negatif akan dicatat oleh pengakuisisi
sebagai keuntungan pada tahun berjalan.
Perhitungan goodwill didapatkan dari:

Godwill = Biaya akuisisi (nilai wajar imbalan) – jumlah asset neto


terindetifikasi yang diambil alih

Dalam hal terdapat investasi sebelumnya dan akuisisi kurang dari


100%, maka goodwill pihak pengakuisisi dapat dihitung sebagai berikut:

Godwill = (imbalan yang dialihkan + kepentingan ekuitas yang


sebelumnya dimiliki oleh pihak yang di pengakuisisi + kepentingan non
pengendali pada pihak yang di akuisisi) – asset terindetifikasi yang
diperoleh dan liabilitas yang diambil alih.

Goodwill diakui dalam laporan posisi keuangan pihak pengakuisisi.


Goodwill diuji atas penurunan nilai setiap akhir periode pelaporan, terlepas
ada atau tidaknya indikasi penurunan nilai. Dalam hal terjadi penurunan
nilai, maka nilai goodwill harus disesuaikan.(Indrawati 2020)

e. Pencatatan Biaya Transaksi Kombinasi Bisnis


Dalam proses kombinasi bisnis, akan timbul biaya-biaya yang tidak
sedikit. Biaya-biaya yang umum terjadi dalam proses kombinasi bisnis
antara lain: biaya makelar (finder’s fee), advis, hukum, akuntansi,
penilaian, dan biaya professional atau konsultasi lainnya, biaya
administrasi umum dan biaya pendaftaran serta penerbitan efek utang
dan efek ekuitas.(Keuangan Konsolidasian n.d.)

16
Biaya-biaya yang terjadi saat akuisisi tersebut diakui sebagai beban
pada periode saat biaya tersebut terjadi atau jasa diterima, kecuali biaya
untuk menerbitkan efek utang dan ekuitas. Jika pihak pengakuisisi
menerbitkan efek sebagai imbalan yang dialihkan dalam suatu
kombinasi bisnis, sesuai dengan PSAK 55, biaya pendaftaran serta
penerbitan efek hutang akan menambah diskon atas utang atau
mengurangi premium (didebetkan ke discount atau premium efek
hutang), sedangkan biaya pendaftaran serta penerbitan efek ekuitas akan
mengurangi (didebetkan) ke agio saham (Share premium). Jadi dapat
disimpulkan, biaya-biaya yang terkait dengan investasi digolongkan
menjadi tiga:
1) Biaya-biaya langsung berupa harga yang dibayarkan kepada
pihak yang dibeli (diakuisisi), diakui sebagai harga perolehan
investasi.
2) Biaya langsung lainnya seperti biaya akuntansi, hukum,
konsultan, dan biaya biaya penemuan. Perlakuan akuntansinya
dimasukkan dalam beban berjalan pada saat terjadinya
3) Biaya-biaya langsung seperti biaya pendaftaran dan penerbitan
surat-surat berharga ekuitas dan surat berharga hutang Perlakuan
akuntansinya mengurangi tambahan modal disetor (additional
paid in capital) dan menambah diskon atau mengurangi
premium surat berharga hutang.
f. Pembelian Diskon
Kadang kala, pihak pengakuisisi melakukan pembelian dengan
diskon, yaitu suatu kombinasi bisnis yang mana jumlah melebihi nilai
agregat dari jumlah yang dinyatakan. Jika selisih lebih itu tetap ada, maka
pihak pengakuisisi mengakui keuntungan yang dihasilkan dalam laporan
laba rugi pada tanggal akusisi. Keuntungan tersebut diatribusikan kepada
pihak pengakuisisi.
Pembelian dengan diskon dapat terjadi, misalnya, dalam kombinasi
bisnis yang merupakan penjualan terpaksa (forced sale) yang terjadi karena

17
pihak penjual melakukannya karena diwajibkan. Namun demikian,
pengecualian pengakuan atau pengukuran untuk pos-pos (items) tertentu
mungkin juga mengakibatkan pengakuan keuntungan (atau perubahan
jumlah keuntungan yang diakui) pada pembelian dengan diskon.
Sebelum mengakui keuntungan dari pembelian dengan diskon,
pihak pengakuisisi menilai kembali apakah telah mengidentifikasi dengan
tepat seluruh aset yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih serta
mengakui setiap aset atau liabilitas tambahan yang dapat diidentifikasi
dalam pengkajian kembali tersebut. Pihak pengakuisisi selanjutnya
mengkaji kembali prosedur yang digunakan untuk mengukur jumlah yang
dipersyaratkan Pernyataan ini untuk diakui pada tanggal akuisisi untuk
seluruh hal-hal berikut ini:
a) aset teridentifikasi yang diperoleh dan liabilitas yang diambil-alih;
b) kepentingan non pengendali pada pihak yang diakuisisi, jika ada;
c) untuk kombinasi bisnis yang dilakukan secara bertahap,
kepentingan ekuitas pihak pengakuisisi yang dimiliki sebelumnya
pada pihak yang diakuisisi; dan
d) imbalan yang dialihkan.

Tujuan dari kajian kembali ini untuk meyakinkan bahwa


pengukuran tersebut telah mencerminkan dengan tepat semua informasi
yang tersedia pada tanggal akuisisi.(Dewan Standar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia 2010)

g. Akuisisi Bertahan

Dalam melakukan suatu pengambilalihan perusahaan, terdapat


beberapa hal utama yang harus diperhitungkan akuisitor seperti pemilihan
bentuk akusisi yang akan dilakukan dengan melihat
karakteristikkarakteristik akuisisi yang ada, pemilihan bentuk dan sumber
pembelanjaan akuisisi, penilaian perusahaan target dan juga aspek hukum
dari rencana tersebut.

18
i. Akuisisi sebagai salah satu bentuk kombinasi bisnis dapat dibedakan
dalam dua tipe yaitu Akuisisi Finansial dan Akuisisi Strategis.
Pemilihan antara kedua bentuk akuisisi ini adalah sangat penting karena
dapat memberikan gambaran yang jelas tentang latar belakang dan
tujuan akuisisi. Akuisisi Finansial Akuisisi finansial merupakan suatu
tindakan akuisisi terhadap satu atau beberapa perusahaan tertentu yang
dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai keuntungan finansial.
Kecenderungannya adalah usaha membeli perusahaan target dengan
harga semurah mungkin untuk dijual kembali dengan harga jual yang
lebih tinggi. Namun demikian apabila transaksi tersebut dilaksanakan
antar perusahaan yang berada dalam satu grup bisnis atau kepemilikan
yang sama, harga yang dibeli dapat menjadi lebih mahal atau pun lebih
murah, tergantung pada kepentingan dan keuntungan yang akan
diperoleh pemilik mayoritas bersangkutan. Motif utama akuisisi ini
adalah untuk mengeruk keuntungan finansial sebesar-besarnya.
ii. Akuisisi Strategis Akuisisi strategis merupakan suatu akuisisi yang
dilaksanakan dengan tujuan untuk menciptakan sinergi dengan
didasarkan pada pertimbanganpertimbangan jangka panjang. Sinergi ini
tidak hanya berupa sinergi finansial tetapi juga mencakup sinergi
produksi, sinergi distribusi, sinergi pengembangan teknologi dan
gabungan dari sinergisinergi tersebut. Dalam rangka mewujudkan
sinergi tersebut maka perusahaan pertama mengakuisisi perusahaan
kedua sehingga dapat menutup kelemahan-kelemahan mereka yang
sekaligus meningkatkan penjualan dan menampilkan kekuatan yang
lebih besar. Sinergi ini mencerminkan penggabungan dua faktor yang
akan menghasilkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan
jumlah keuntungan yang dihasilkan apabila masing-masing faktor
tersebut bekerja sendiri-sendiri.
Transaksi Akuisisi Kombinasi Transaksi akuisisi dengan
cara kombinasi ditandai dengan kombinasi antara transaksi kas,
transaksi saham dan transaksi aktiva perusahaan. Karakteristik transaksi

19
akuisisi ini dimungkinkan karena adanya tuntutan fleksibilitas dalam
proses pelaksanaan transaksi akuisisi. Hal ini karena seringkali suatu
transaksi akuisisi membutuhkan sejumlah uang yang relatif besar
sehingga dibutuhkan banyak sumber dana untuk melunasi transaksi
akuisisi tersebut.
Karakteristik Transaksi Akuisisi Fenomena akuisisi
merupakan suatu fenomena yang sangat kompleks karena tidak hanya
melibatkan para pelaku akuisisi tetapi juga melibatkan pihak lain seperti
lembaga keuangan, lembaga perpajakan dan pemegang saham publik.
Salah satu wujud dari kompleksitas masalah akuisisi adalah
kompleksnya transaksi akuisisi. Suatu jenis transaksi akuisisi tertentu
mempunyai karakteristik yang berbeda dengan karakteristik akuisisi
lainnya.
h. Kombinasi Bisnis Tanpa Pengalihan Imbalan
Pengendalian dapat diperoleh tanpa adanya pengalihan
imbalan, termasuk:
a) Pihak yang yang diakuisisi membeli kembali sahamnya
sehingga pengakuisisi memperoleh pengendalian
b) Hilangnya hak veto yang sebelunnya menghalangi pengakuisisi
untuk mengendalikan.
c) Pengakuisisi dan yang diakuisisi sepakat untuk
mengkombinasikan bisnisnya dengan kontrak semata.

Contoh penggabungan dua bisnis bersama-sama dalam satu


kesepakatan gabungan (stapling arrangement) atau pembentukan
perusahaan yang tercatat di dua bursa (dual listed corporation)
Pengakuan sesuai PSAK ini, memunculkan kepentingan non
pengendali yang dominan atau seluruhnya.

20
E. Penyajian dan Pengungkapan Kombinasi Bisnis
a. Penyajian
Penyajian dan pengungkapan laporan keuangan harus menyajikan
informasi yang cukup, wajar, dan lengkap mengenai hasil dari suatu entitas bisnis.
Dengan demikian, informasi tersebut harus lengkap, jelas dan dapat
menggambarkan secara tepat kejadian ekonomi yang berpengaruh terhadap hasil
operasi unit usaha tersebut. Pengungkapan dalam laporan keuangan dilakukan agar
laporan keuangan tidak menyesatkan. Suatu laporan yang pengungkapannya bersifat
wajar menunjukan agar dapat memberikan perlakuan yang sama dan bersifat umum
bagi semua pemakai laporan keuangan. Pengungkapan yang lengkap harus
diimbangi dengan penyajian informasi yang relevan.
b. Pengungkapan
Pihak pengakuisisi mengungkapkan informasi yang memungkinkan
pengguna laporan keuangan dapat mengevaluasi sifat dan dampak keuangan dari
kombinasi bisnis yang terjadi:(“Kajian PSAK : PSAK 22 ‘KOMBINASI BISNIS’”
n.d.)
1) Selama periode pelaporan berjalan; atau
2) Setelah akhir periode pelaporan tetapi sebelum tanggal penyelesaian laporan
keuangan.
3) Selama periode pelaporan berjalan; atau
4) Setelah akhir periode pelaporan tetapi sebelum tanggalpenyelesaian laporan
keuangan.

Pengungkapan dan penyajian pada laporan keuangan atas kombinasi yang


ada pada kelompok usahanya. Untuk menciptakan laporan keuangan yang baik
maka penyajian goodwill dan aset tak berwujud harus dipisahkan agar pengguna
laporan keuangan mudah dalam memahami isi dari laporan keuangan tersebut.

F. Analisis laporan keuangan


• Laporan keuangan konsolidasian
Melaporkan hasil operasi dan kondisi keuangan perusahaan induk dan anak
perusahaannya dalam satu perangkat laporan.

21
• Mekanisme Konsolidasi
Melibatkan dua langkah, yaitu agregasi dan eliminasi:
1) Laporan keuangan konsolidasian menggabungkan asset, liabilitas, pendapatan, dan
beban entitas anak dengan pos-pos terkaitnya dalam laporan keuangan entitas
induk.
2) Mengeliminasi transaksi antar perusahaan untuk menghindari perhitungan ganda
atau pengakuan laba secara premature.
• Penurunan nilai goodwill
Goodwill merupakan salah satu asset tak berwujud yang timbul sebagai akibat dari marger
dan akusisi. Goodwill adalaah kelebihan harga beli untuk sebuah perusahaan di atas fair
value dari keseluruhan asset bersih yang diperoleh perusahaan penawar. Goodwill yang
dicatat dalam proses konsolidasi memiliki umur yang tak terbatas dan karenanya tidak
diamortisasi. Namun goodwill ditelaah setiap tahun untuk penurunan nilai (impairment).
• Permasalahan dalam Kombinasi Bisnis
- Pertimbangan Kontijensi
Dalam beberapa kombinasi usaha, pihak-pihak tidak menyetujui suatu harga. Hal
ini disebut dengan pertimbangan kontinjen, di mana disetujui bahwa penambahan
uang akan dibayarkan oleh pembeli kepada penjual jika target kinerja masa
depannya tercapai oleh perusahaan yang kombinasi.
- Alokasi Total Biaya
Seluruh asset yang dapat diidentifikasi yang diakuisisi dan kewajiban yang
ditanggung dalam penggabungan usaha menerima alokasi total biaya, yang
umumnya sama dengan nilai wajar masing-masing pada tanggal
akuisisi.(Nursasmito and Si n.d.)
- Penelitian dan Pengembangan dalam Proses
Beberapa perusahaan menghapus sebagian besar biaya akuisisi seperti penelitian
dan pengembangannya yang dibeli. Selain itu, terdapat kenaikan drastic idalam
penghapusan tersebut khususnya pada industry teknologi tinggi.
- Utang Dalam Laporan Keuangan Konsolidasian

22
Liabilitas dalam laporan keuangan konsolidasi tidak beroperasi sebagai lawan aset.
Dalam hal gagal bayar, kreditor yang dijamin atau tidak dijamin hanya dapat
mengklaim aset yang dimiliki oleh perusahaan yang berutang.
- Keuntungan atas IPO Entitas Anak
1) Kemudahan meningkatkan modal di masa mendatang
2) Meningkatkan likuiditas bagi pemegang saham
3) Nilai pasar perusahaan diketahui.
- Penjualan Dan Laba Sebelum Akuisisi
Saat akuisisi dilakukan di pertengahan tahun, perusahaan hanya melaporkan ekuitas
mereka dalam pendapata dari anak perusahaan dari tanggal akuisisi kedepan.
Terdapat dua metode menurut GAAP untuk mencapai hal tersebut:
1) Perusahaan dapat menerbitkan laporan laba rugi konsolidasi dengan
penjualan, beban, dan laba anak perusahaan dari tanggali akuisisi ke depan.
2) Perusahaan dapat melaporkan dalam laporan laba rugi konsolidasinya
penjualan dan beban anak perusahaan seluruh tahun dan menarik laba
sebelum akusisi sehingga hanya laba setelah akuisisi yang dimasukkan
dalam laba bersih konsolidasi.
- Akuntansi Push and Down
Sebagai basis akuntansi dan pelaporan baru untuk setiap entitas dengan laporan
keuangannya yang terpisah, yang berdasarkan pada transaksi pembelian saham
berhak suara, dan yang menghasilkan perubahan kepemilikan saham berhak suara
yang beredar. Ketika akuntansi push-down tidak digunakan dalam akuisisi, alokasi
harga pembelian pada aktiva bersih berwujud dan goodwill diselesaikan dalam
kertas kerja konsolidasi.
- Keterbatasan Tambahan Dalam Laporan Keuangan Konsolidasian.
1) Laporan keuangan masing-masing perusahaan yang membentuk entitas
yang lebih besar tidak selalu dibuat berdasarkan basis yang dapat
diperbandingkan.
2) Laporan keuangan konsolidasi tidak mengungkapkan pembatasan
penggunaan kas di masing-masing perusahaan.

23
3) Perusahaan dengan kondisi keuangan yang buruk sering kali digabungkan
dengan perusahaan yang kondisi keuangannya kuat, sehingga mengaburkan
analisis kita.
4) Tingkat transaksi antar perusahaan tidak dapat diketahui.
5) Akuntansi untuk konsolidasi anak perusahaan keuangan dan asuransi
menimbulkan masalah khusus bagi analisis.

24
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1) Kombinasi bisnis adalah suatu transaksi atau peristiwa lain dimana pihak pengakuisisi
memperoleh pengendalian atas satu atau lebih suatu bisnis. Kombinasi bisnis bisa
dilakukan dengan membeli aset neto suatu perusahaan, mengambil alih hutang, membeli
sebagian aset neto perusahaan lain dan bersama-sama membentuk satu atau lebih bisnis
lainnya, atau membeli saham perusahaan di atas 50%.
2) Jika dilihat dari bagaimana bentuk hukum entitas sebelum dan sesudah melakukan
kombinasi bisnis maka kombinasi bisnis dalam dikelompokkan menjadi merger (statutory
merger, statutory consolidation) dan akuisisi (stock acquisition). Dalam kombinasi bisnis,
pihak pengakuisisi mengukur imbalan yang dialihkan, aset teridentifikasi yang diperoleh,
dan liabilitas yang diambil-alih dengan nilai wajar pada tanggal akuisisi

25
DAFTAR PUSTAKA

Biduri, Sarwenda, and Wiwit Hariyanto. 2021. “Akuntansi Persekutuan & Kombinasi Bisnis.”
Umsida Press, no. 0 (August): 1–203. https://doi.org/10.21070/2020/978-623-6833-57-5.
Chotib, Achmad, and Wiwik Utami. 2014. “STUDI KINERJA PT BNI SYARIAH SESUDAH
PEMISAHAN (SPIN OFF) DARI PT BANK BNI (PERSERO) TBK.” AKUNTABILITAS.
Vol. VII.
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia, Dikeluarkan. 2010. “Pernyataan
Standar Akuntansi PSAK No. 22 Mengenai Kombinasi” 22 (22).
Hendrian. n.d. “View of AKUNTANSI PERPAJAKAN DALAM PENGGABUNGAN USAHA
(Studi Kasus Pada Perusahaan Listed Di BEI).” Accessed September 18, 2022.
https://jurnal.ut.ac.id/index.php/jom/article/view/87/73.
Indrawati, Iin. 2020. Buku Ajar Akuntansi Keuangan Lanjutan.
“Kajian PSAK : PSAK 22 ‘KOMBINASI BISNIS.’” n.d. Accessed September 20, 2022.
http://tutorakun.feb.ub.ac.id/kajian-psak-psak-22-kombinasi-bisnis/.
Keuangan Konsolidasian, Laporan. n.d. “PT SIERAD PRODUCE Tbk DAN ENTITAS ANAK.”
Accessed September 20, 2022.
Natarsyah, Syahib. 2000. “ANALISIS PENGARUH BEBERAPA FAKTOR FUNDAMENTAL
DAN RISIKO SISTEMATIK TERHADAP HARGA SAHAM Kasus Industri Barang
Konsumsi Yang Go-Publik Di Pasar Modal Indonesia.” Jurnal Ekonomi Dan Bisnis
Indonesia 15 (3): 294–312.
Nursasmito, Drs Irfan, and M Si. n.d. “Penggabungan Usaha Dan Investasi Saham.” Accessed
September 20, 2022.
PS, Agus Prihartono. 2018. “Pengaturan Penggabungan Usaha (Merger) Bank Sebagai Upaya
Peningkatan Kesehatan Bank Di Indonesia Dalam Pembangunan Hukum Ekonomi
Nasional.” Aktualita (Jurnal Hukum) 1 (1): 1–15.
https://doi.org/10.29313/aktualita.v1i1.3704.
Sayadi, Muhammad Hamdan. n.d. “Evaluasi Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Akuisisi
Menggunakan Profitabilitas.”
“Siti Maimunah Dan Furqan Andhika Darmawan.” 2016. Analisis Penerapan Prinsip Penyajian
Dan Pengungkapan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Tentang Kombinasi Bisnis Pada
Laporan Keuangan PT Telekomunikasi Indonesia (PERSERO) TBK Periode 2012-204 Vol
2: 23–45. www.telkom.co.id.
Tinggi, Sekolah, and Ilmu Ekonomi Kesatuan. n.d. “THE IMPLEMENTATION OF PSAK-38
(REVISED 2012) RE: BUSINESS COMBINATION OF ENTITIES UNDER COMMON
CONTROL ON THE PRESENTATION AND DISCLOSURE OF FINANCIAL

26
STATEMENTS OF PUBLICLY LISTED COMPANIES HANNA LUQIANA AMING
TIRTA.”
Ulya, Naila Mafazati, Jurusan Akuntansi, Politeknik Keuangan, Negara Stan, and Amrie
Firmansyah. 2021. “DI INDONESIA.” Jurnal Ilmiah Akuntansi Indonesia) ISSN 6 (1): 2528–
6501. www.idx.co.id.

27

Anda mungkin juga menyukai