Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II yang diampu
oleh Dr. Muntu Abdullah,. SE., M.Si, Ak., CA., ACPA
Disusun oleh:
Kelompok 3
Jumaria B1C119117
Kelas C
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi & Bisnis
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini telah dapat diselesaikan dengan waktu yang
telah ditentukan. Tidak lupa Kami menyampaikan rasa terima kasih kepada dosen
pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan serta masukan yang bermanfaat
dalam proses penyusunan makalah ini. Makalah ini berjudul “Laporan Keuangan Konsolidasi
Laba Antar Perusahaan; Surat Berharga Senior” dan disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan 2.
Harapan Kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca tentang “Laporan Keuangan Konsolidasi Laba Antar
Perusahaan; Surat Berharga Senior”. Sebelumnya Kami meminta maaf bilamana terdapat
kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Kami juga sangat mengharapkan
masukan, kritikan serta saran yang membangun dari semua pihak agar makalah ini bisa
menjadi lebih sempurna.
Penulis
Kelompok 3
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................... 1
DAFTAR ISI ....................................................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3
2.1 LABA ANTAR PERUSAHAAN.......................................................................................... 3
2.1.1 Laba Antarperusahaan atas Persediaan .............................................................................. 3
2.1.2 Laba Antarperusahaan atas Aktiva yang Dapat Disusutkan ............................................ 13
2.1.3 Pajak Penghasilan atas Laba Antarperusahaan ................................................................ 17
2.1.4 Perolehan Harta Benda Sebelum Tanggal Pengendalian Berlaku .................................... 18
2.2 PEMEGANGAN OBLIGASI ANTARPERUSAHAAN .................................................... 18
2.2.1 Perolehan Obligasi Perusahaan Induk oleh Perusahaan Anak ......................................... 19
2.2.2 Perolehan Obligasi Perusahaan Anak oleh Perusahaan Induk ......................................... 20
2.3 PERUSAHAAN ANAK DENGAN SAHAM PREFEREN DAN SAHAM BIASA ........... 23
2.4 DIVIDEN SAHAM OLEH PERUSAHAAN ANAK ......................................................... 29
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................... 33
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 34
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada dasarnya, laporan konsolidasi adalah laporan asumsi yang memandang makna
ekonomi suatu entitas. Secara hukum, entitas induk dan entitas anak adalah entitas-entitas
yang berbeda, bahkan undang-undang anti trust mensyaratkan arm’slengt transaction diantara
entitas-entitas yang berafiliasi (hubungan istimewa antara antara perusahaan pengendali dan
atau perusahaan yang dikendalikan). Syarat ini berarti entitas induk tidak diperkenankan
membedakan harga beli atau jual kepada atau dari entitas anak dan perusahaan lain yang
tidak berafiliasi.
1. Apa itu Laporan keuangan konsolidasi laba antar perusahaaan; surat berharga senior
2. Jelaskan laba antar perusahaan
3. Jelaskan Pemegangan Obligasi Antar Perusahaan
4. Apa saja Perusahaan Anak dengan Saham Preferensi dan Saham Biasa
5. Jelaskan Dividen saham oleh Peusahaan Anak
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui laporan keuangan konsolidasi laba antar perusahaan; surat berharga
senior
2. Untuk mengetahui laba antar perusahaan
3. Untuk mengetahui pemegangan Obligasi antar Perusahaan
4. Untuk mengetahui apa saja perusahaan anak dengan saham preferensi dan saham
biasa
5. Untuk mengetahui Dividen saham oleh perusahaan anak
2
BAB II
PEMBAHASAN
Perolehan barang dagangan atau aktiva lain dari perusahaan afiliasi akan
menimbulkan masalah khusus. Transaksi ini sebagaimana dicatat oleh perusahaan yang
terpisah mungkin tidak tepat apabila kedua perusahaan tersebut dipandang sebagai kesatuan
ekonomi tunggal. Adanya surat berharga senior obligasi dan saham preferen- juga
menimbulkan masalah khusus, terutama jika satu perusahaan dalam unit konsolidasi
memperoleh surat-surat berharga seperti ini yang diterbitkan oleh perusahaan lainnya. Faktor-
faktor yang harus dipertimbangkan dalam masing-masing hal ini akan dijelaskan dan
diilustrasikan dalam bab ini.
3
pembagiannya dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham, yang menyatakan
kepentingan minoritas dan controlling interest, akan dilakukan sesuai dengan yang tercantum
dalam neraca konsolidasi.
Akan tetapi, asumsikan bahwa barang-barang yang dijual kepada sebuah perusahaan
afiliasi itu belum dijual dan dimasukkan ke dalam persediaan perusahaan afiliasi ini pada
tanggal neraca konsolidasi sedang disusun. Apabila sebuah perusahaan anak dimiliki
sepenuhnya dan apabila penjualan ini dilakukan oleh perusahaan induk kepada perusahaan
anak ini atau oleh perusahaan ini kepada perusahaan induk, maka jelas, bahwa seluruh jumlah
laba yang ditetapkan pada penjualan ini perlu dieliminasi. Untuk penyusunan laporan
keuangan konsolidasi, transaksi ini harus dipandang sebagai pengiriman barang dagangan
antara kantor pusat dan cabang tanpa menimbulkan laba ataupun kenaikan dalam harga
pokok semula barang ini.
Apabila penjualan itu dilakukan oleh perusahaan induk kepada perusahaan anak yang
dimiliki seluruhnya, maka eliminasi atas seluruh labanya akan tepat untuk dilakukan.
Controlling interest tidak mungkin untuk mempertahankan adanya realisasi laba dari
transaksi yang tidak lebih daripada sekedar transfer barang antarperusahaan. Akan tetapi,
pertentangan pendapat akan terjadi sehubungan dengan jumlah laba yang akan dieliminasi
apabila penjualan dilakukan perusahaan anak kepada perusahaan induk. Sejumlah akuntan
berpegang teguh bahwa karena kepentingan minoritas berhak atas sebagian laba yang
dilaporkan perusahaan anak, tanpa memperdulikan apakah pembelinya merupakan
perusahaan afiliasi atau pihak luar, maka pengakuan atas bagian kepentingan minoritas dalam
laba semacam itu dan pengakuan atas kenaikan harga pokok barang semula dalam jumlah
yang sama akan tetap dilakukan pada neraca konsolidasi. Dengan demikian, eliminasi akan
terbatas pada laba yang menjadi hak perusahaan induk. Akuntan lain bersikeras bahwa tidak
ada laba yang harus dialokasikan entah kepada kepentingan minoritas atau controlling
interest sejauh barang-barang tersebut masih berada dalam kelompok afiliasi.
Untuk menyelesaikan kontroversi ini, kita perlu mengkaji dasar pemikiran mengapa
biaya (harga perolehan) dilaporkan pada laporan keuangan, dan mengapa laba diakui pada
saat dilakukannya penjualan kepada pihak luar. Mungkin akan diperdebatkan bahwa biaya
historis tidak menyajikan informasi yang paling relevan mengenai nilai berjalan aktiva yang
dimiliki suatu perusahaan. Akan tetapi, biaya tersebut lebih disukai karena dapat ditentukan
secara obyektif dan bisa diverifikasi.
Apabila dua pihak yang independen sepakat untuk menetapkan harga dalam transaksi
biasa, maka nilai yang disepakati bisa dikatakan telah diabsahkan melalui proses negosiasi.
Akan tetapi, jika salah satu perusahaan dikendalikan oleh perusahaan lain, keabsahan nilai
yang dicapai menjadi agak meragukan. Dengan demikian, pada konsolidasi di mana
diandaikan bahwa perusahaan induk mengendalikan perusahaan anak, tidak tepatlah untuk
mengakui setiap perubahan nilai akibat transaksi di antara kedua perusahaan. Perhatikan
bahwa argumen tersebut didasarkan pada pengabsahan (validasi) dan bukan pada pihak yang
di untungkan (atribusi). Jadi tidak tepat untuk mempertimbangkan siapa yang diuntungkan
oleh suatu transaksi-perusahaan induk atau kepentingan minoritas-sejauh pengabsahan yang
4
independen masih diperlukan agar transaksi itu diakui sebagai transaksi akuntansi. Dalam
Accounting Research Bulletin No. 51, Komite Prosedur Akuntansi dari Ameri can Institute of
Certified Public Accountants melakukan pengamatan berikut:
5
Pengurangan saldo persediaan dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah perkiraan
penilaian. Sebagai pengganti mengkredit perkiraan Persediaan Barang Dagangan dalam
neraca lajur (lembar kerja), penyisihan untuk laba antarperusahaan dikredit pada perkiraan
persediaan. Pencantuman saldo persediaan dikurangi perkiraan penilaian dalam neraca
konsolidasi memungkinkan pengurangan untuk laba antarperusahaan yang telah dilakukan
pada persediaan.
Jika ayat jurnal ini telah dicatat sebagaimana mestinya oleh Perusahaan P, kita tidak
bisa lagi mengurangi saldo laba yang ditahan pada neraca lajur konsolidasi. Akan tetapi, kita
masih perlu mengurangi saldo persediaan untuk mencerminkan biaya/harga perolehan bagi
satuan usaha yang dikonsolidasikan. Pengurangan ini diselesaikan dengan mengkredit
Persediaan Barang Dagangan sebesar $4.000 sebagai bagian dari ayat jurnal neraca lajur
dimana saldo disesuaikan dari investasi pada Perusahaan S dieliminasi. Sebagai cara lain
untuk neraca lajur, perkiraan investasi bisa disebut untuk mengembalikan saldonya pada
keadaan sebelum penyesuaian laba antarperusahaan dilakukan, dan kemudian ayat jurnal
yang mengeliminasi investasi bisa dicatat sebagaimana biasanya.
6
barang barang ini kepada pihak luar. Perusahaan induk juga ikut berpartisipasi dalam
pembagian laba atau rugi atas penjualan akhir bersama-sama dengan kepentingan minoritas.
7
Jika perusahaan induk telah membeli barang dari perusahaan anak, bisa diperdebatkan
bahwa saldo persediaan pada laporan keuangan terpisah perusahaan induk harus disesuaikan
secara langsung dalam menerapkan metode ekuitas. Pada kasus sebelumnya, barang ini
disimpan oleh perusahaan anak dan ekuitas perusahaan induk yang terkandung dalam
persediaan tersebut dimasukkan dalam saldo perkiraan investasi. Namun, dalam kasus ini,
perusahaan induk akan menyajikan saldo persediaan yang mencakup laba yang belum
diabsahkan dengan transaksi pasar. Dengan demikian, hal itu akan konsisten dengan maksud
metode ekuitas untuk mengurangi perkiraan persediaan perusahaan induk dan bukan
perkiraan investasi. Pengurangan ini akan dicatat pada pembukuan Perusahaan P dengan ayat
jurnal berikut:
Ayat jurnal eliminasi berikutnya pada neraca lajur tidak akan memperlihatkan
pengurangan baik pada saldo persediaan maupun laba yang ditahan karena penyesuaian
seharusnya telah dilakukan oleh perusahaan induk. Meskipun laporan konsolidasi tidak akan
dipengaruhi oleh bentuk perlakuan akuntansi yang dipilih oleh perusahaan induk, namun ayat
jurnal eliminasi akan berbeda sesuai dengan prosedur yang digunakan pada pembukuan
masing-masing perusahaan. Jika metode ekuitas digunakan, diasumsikan bahwa perkiraan
investasi disesuaikan untuk mengeliminasi laba antarperusahaan.
8
saham perusahaan anak, maka jumlah laba yang dilaporkan sebagai laba yang ditahan
perusahaan induk hanyalah sebagai 80%, sedangkan 20% sisanya akan dilaporkan sebagai
laba yang di tahan untuk kepentingan minoritas. Kemudian, dalam menghapuskan laba
antarperusahaan, laba yang ditahan perusahaan induk harus dikurangi dengan $3.200 dan laba
yang di tahan untuk kepentingan minoritas harus dikurangi dengan sebesar $800.
Jika metode ekuitas digunakan, maka perusahaan induk akan menetapkan bagian dari
eliminasi terhadap laba antarperusahaan. Pembebanan kepentingan minoritas dapat dilakukan
dengan mendebet secara langsung laba yang ditahan perusahaan anak, yang akan mengurangi
saldo yang harus diperluas ke dan dicantumkan dalam kolom-kolom neraca konsolidasi
sebagai kepentingan minoritas. Beban ini juga dapat dilaporkan dalam baris tersendiri pada
lembar kerja (neraca lajur). Beban seperti ini kemudian dibukukan dalam kolom-kolom
neraca konsolidasi dan akhirnya dikurangkan dari laba ditahan yang belum disesuaikan
sebagai kepentingan minoritas, yang dicantumkan dalam kolom-kolom neraca konsolidasi.
Jika metode harga pokok digunakan, maka laba perusahaan anak yang masih harus
diperoleh perusahaan induk masih harus ditetapkan dan seluruh beban untuk laba
antarperusahaan ditetapkan pada perkiraan laba yang ditahan perusahaan anak. Jumlah-
jumlah yang diperluas kedalam kolom-kolom neraca konsolidasi sebagai laba yang ditahan
untuk kepentingan minoritas dan laba yang ditahan perusahaan induk kemudian, ditetapkan
berdasarkan saldo laba yang ditahan perusahaan anak setelah penyesuaian untuk laba
antarperusahaan. Lembar kerja dalam masing-masing hal dapat dikembangkan sebagai
berikut:
9
Untuk tujuan konsolidasi, laba bersih perusahaan anak untuk tahun itu adalah sebesar
$11.000, yang terdiri dari $15.000, perubahan dalam laba yang ditahan perusahaan anak,
dikurangi $4.000, penyesuaian untuk laba antarperusahaan. Dalam masing-masing hal (dalam
kedua metode pembukuan investasi dalam perusahaan anak), laba yang ditahan perusahaan
induk menunjukkan 80% dari laba bersih perusahaan anak $11.000, yakni sebesar $8.800.
Penjualan oleh Perusahaan Anak yang Satu kepada Perusahaan Anak yang
Lain. Asumsikan bahwa Perusahaan S2, yang dimiliki 80% oleh Perusahaan P, memegang
barang da gangan yang diperolehnya dengan harga sebesar $10.000 dari Perusahaan S1, yang
dimiliki 90% oleh Perusahaan P. Harga pokok barang-barang ini bagi Perusahaan S1 adalah
sebesar $6.000. Oleh karena Perusahaan P memiliki 90% saham Perusahaan S1, maka 90%
dari laba sebesar $4.000, atau $3.600, harus ditetapkan pada perusahaan induk; sebesar yang
10% nya, yakni sebesar $400, harus ditetapkan pada kepentingan minoritas Perusahaan S1.
Dalam penyusunan neraca konsolidasi, laba antarperusahaan sebesar $4.000 ini dieliminasi.
Jika digunakan metode ekuitas untuk investasi dalam perusahaan anak, eliminasi
dalam lembar kerja adalah sebagai berikut:
Sementara itu jika digunakan metode harga pokok, maka eliminasi akan sebagai
berikut:
10
Pengiriman Barang Dagangan Lebih daripada Satu Pengiriman Di Dalam
Kelompok Afiliasi. Kalkulasi terhadap jumlah yang harus dieliminasi menjadi agak rumit
apabila di dalam kelompok afiliasi timbul lebih daripada satu transaksi pengiriman barang
dagangan. Sebagai contoh, asumsikan bahwa Perusahaan P memegang barang dagangan yang
diperolehnya dengan harga sebesar $10.000 dari Perusahaan S1, yang dimiliki 90% oleh
Perusahaan P. Perusahaan S1 memperoleh barang dagangan ini dengan harga harga $8.000
dari Perusahaan S2, yang dimiliki 80% oleh Perusahaan P. Harga pokok barang ini bagi
Perusahaan S2 adalah sebesar $6.000. Dalam hal ini, laba yang ditetapkan oleh perusahaan
induk atas pengiriman barang dagangan antarperusahaan ini dikalkulasi sebagai berikut:
Laba yang ditetapkan oleh perusahaan induk atas pengiriman barang dagang oleh
Perusahaan S1 kepada Perusahaan P, 90% dari S2.000
$1.800 Laba yang ditetapkan oleh perusahaan induk atas pengiriman barang
dagang oleh
Perusahaan S2 kepada Perusahaan S1, 80% dari $2.000
1.600
Total laba yang ditetapkan oleh Perusahaan P
$3,400
Jika investasi dibukukan dengan metode ekuitas, maka eliminasi dalam neraca lajur
konsolidasi untuk Perusahaan P dan kedua perusahaan anaknya, Perusahaan S1 dan S2,
adalah sebagai berikut:
Jika investasi dibukukan dengan metode harga pokok, maka eliminasi akan dilakukan
sebagai berikut:
11
eliminasi akan dilakukan untuk setiap laba yang ditetapkan pada kepentingan minoritas dan
juga untuk setiap laba yang ditetapkan pada controlling interest. Pada pembahasan
sebelumnya kita telah menyinggung bahwa meskipun eliminasi atas seluruh laba
antarperusahaan bisa dibenarkan karena belum absah bila ditinjau dari segi transaksi yang
wajar, namun ada sejumlah akuntan yang menentang pengurangan kepentingan (hak milik)
minoritas setiap kali dilakukan eliminasi laba. Jika kepentingan minoritas pada neraca
dipandang sebagai elemen ekuitas senior, yang berhak mendapatkan klaimnya sebelum
controlling interest mendapat bagian dari ekuitas residual (bandingkan dengan saham
preferen), maka bisa dikatakan bahwa hak hukum dari kepentingan ini meliputi laba yang
diakui secara tepat atau wajar oleh perusahaan anak. Accounting Research Bulletin No. 51,
meskipun memerintahkan pengeliminasian seluruh laba antarperusahaan, namun juga
mengatakan: “Eliminasi laba atau rugi antarperusahaan bisa dialokasikan secara proporsional
di antara kepentingan mayoritas dan minoritas.”
Eliminasi 100% atas laba antarperusahaan konsisten dengan pandangan ini, tetapi
tidak mendebit seluruh jumlah tersebut ke laba yang ditahan untuk controlling interest.
Misalnya, anggaplah persediaan yang disimpan perusahaan induk terdiri dari barang dagang
seharga $10.000, dan atas persediaan tersebut sebuah perusahaan anak yang dimiliki 80%
telah menghasilkan laba $4.000. (Perusahaan anak menjualnya kepada perusahaan induk
dengan laba $4.000). Jika persediaan itu dikurangi menjadi $6.000, jumlah tersebut akan
sama dengan biaya (harga perolehan) bagi satuan usaha yang dikonsolidasikan. Akan tetapi,
laba yang ditahan perusahaan induk akan berkurang $4.000, bukan $3.200 seperti dalam
contoh sebelumnya. Meskipun pendekatan ini secara teknis mengikuti aturan akuntansi yang
sedang berlaku, namun hal itu mengakibatkan distorsi pada hasil usaha perusahaan gabungan-
hasil yang dicoba untuk ditunjukkan oleh laporan konsolidasi. Dalam contoh itu, efek bersih
dari pembelian yang dilakukan perusahaan induk adalah menaikkan laba dan laba yang
ditahan sebesar $3.200 (proporsi bagiannya dari laba perusahaan anak) dan kemudian
menurunkan laba dan laba yang ditahan perusahaan induk sebesar $4.000 sebagai akibat
eliminasi. Dengan demikian transaksi tersebut mengakibatkan penurunan controlling interest
sebesar $800. Padahal eliminasi laba antarperusahaan seharusnya hanya akan menciptakan
keadaan di mana seakan-akan transaksi terjadi, sedangkan dalam hal ini eliminasi tersebut
menghasilkan keadaan yang lebih buruk.
12
2.1.2 Laba Antarperusahaan atas Aktiva yang Dapat Disusutkan
Praktek-praktek yang ditempuh dalam eliminasi laba antarperusahaan atas persediaan
juga diikuti dalam eliminasi laba antarperusahaan atas aktiva lainnya. Apabila laba ditetapkan
oleh sebuah kelompok afiliasi atas penjualan sebuah aktiva yang masih berada dalam
kelompok afiliasi, maka untuk pelaporan posisi konsolidasi, aktiva ini perlu dikurangi sampai
harga pokoknya dan laba yang ditahan perlu dikurangi dengan jumlah laba antar perusahaan.
Eliminasi atas laba antarperusahaan apabila aktiva dapat disusutkan akan menimbulkan
masalah-masalah khusus.
Aktiva yang Dapat Disusutkan yang Dibangun oleh Perusahaan Induk untuk
Perusahaan Anak yang Dimiliki Sepenuhnya. Asumsikan bahwa Perusahaan P
membangun perlengkapan tertentu untuk Perusahaan S, perusahaan anak yang dimiliki 100%,
Perusahaan S dibebani sebesar $10.000; harga pokok perlengkapan ini bagi Perusahaan P
adalah sebesar $6.000. Jika neraca konsolidasi disusun pada tanggal perolehan aktiva ini,
maka perlengkapan ini perlu dikurangi sampai harga pókok aktualnya untuk pembangunan
dan laba antarperusahaan atas transaksi ini harus dieleminasi. Jika perusahaan P
menyelenggarakan pada perkiraan investasinya atas dasar harga pokok, maka eliminasi yang
harus dilakukan dalarn neraca lajur (lembar kerja) adalah sebagai berikut:
Dalam lembar kerja konsolidasi yang disusun dalam periode berikutnya, laba
antarperusahaan ditetapkan dengan penurunan aktiva dalam proporsinya dengan penurunan
yang terjadi pada aktiva ini sebagai akibat dari penyusutannya yang dicatat. Misalnya, jika
13
perlengkapan itu mempunyai umur ekonomis 5 tahun, maka aktiva ini harus dilaporkan
dengan hanya 4/5 dari harga pokoknya semula pada akhir tahun pertama, dan laba
antarperusahaan dalam harga pokok ini juga sebesar 4/5 dari laba yang ditetapkan semula.
Sebagai pengganti pengurangan perkiraan perlengkapan pada saat ini, maka pengurangan ini
harus ditetapkan baik untuk saldo aktiva maupun untuk saldo akumulasi penyusutan, kare na
masing-masing perkiraan dinilai terlalu tinggi. Eliminasi akan dilakukan sebagai berikut:
Perlengkapan $6.000
Dikurangi akumulasi penyusutan perlengkapan 1.200
Nilai buku $4.800
Penyusutan tahunan yang ditetapkan oleh perusahaan anak adalah sebesar 20% dari
$10.000, yakni sebesar $2.000. Akan tetapi, penyusutan menurut harga pokok aktualnya
adalah sebesar 20% dari $6.000, yakni sebesar $1.200. Oleh karena perusahaan induk
menetapkan 100% dari laba perusahaan anak, maka laba yang ditahan perusahaan induk
dipengaruhi dengan kerugian tiap tahun oleh kelebihan beban sebesar $800. Walaupun laba
antarperusahaan pada saat penjualan aktiva adalah sebesar $4.000, namun laba
antarperusahaan ini pada akhir tahun pertama telah berkurang menjadi sebesar $3.200.
Pengurangan atau penurunan nilai buku aktiva sampai harga pokoknya menghapuskan saldo
ini. Pengaruh bersih terhadap laba antarperusahaan, dengan demikian dieliminasi.
Eliminasi untuk laba antarperusahaan, yang dibutuhkan dalam lembar kerja atas umur
aktiva, dilakukan sebagai berikut:
Laba Yang
Akumulasi
Ditahan
Penyusutan Perlengkapan
Perusahaan
Perlengkapan (Kredit)
P
(Debet)
(Debet)
14
Tanggal pengiriman $ 4.000 $ - $ 4.000
Akhir tahun pertama 3.200 800 4.000
Akhir tahun kedua 2.400 1.600 4.000
Akhir tahun ketiga 1.600 2.400 4.000
Akhir tahun keempat 800 3.200 4.000
Akhir tahun kelima - 4.000 4.000
Pada akhir tahun kelima, harga pokok perlengkapan disusutkan sepenuhnya. Laba
sebesar $4.000 yang ditetapkan oleh perusahaan induk pada waktu perlengkapan ini dibangun
telah dihapuskan seluruhnya dengan kelebihan penyusutan sebesar $4.000 yang di catat oleh
perusahaan anak dan yang ditetapkan oleh perusahaan induk. Eliminasi lebih lanjut tidak
dibutuhkan.
Aktiva yang Dapat Disusutkan yang Dibangun oleh Perusahaan Induk untuk
Perusahaan Anak yang Dimiliki Sebagian. Jika, dalam contoh sebelumnya perusahaan
induk,hanya memiliki 80% saham perusahaan anak, maka eliminasi setiap tahunnya akan
sama seperti yang ditunjukkan. Kemudian, untuk tujuan laporan konsolidasi, aktiva
dilaporkan dengan harga pokok aktualnya dan akumulasi penyusutan menggambarkan
amortisasi harga pokok aktual ini. Di sinipun, perusahaan anak mencatat penyusutan tahunan
yang melebihi harga pokoknya dengan sebesar $800, akan tetapi, karena perusahaan induk
menetapkan hanya 80% dari laba perusahaan anak, maka laba yang ditahan perusahaan induk
dipengaruhi secara negatif hanya dengan sebesar $640 tiap tahun. Oleh karena eliminasi
untuk laba antar perusahaan menurun tiap tahun dengan sebesar $800, maka laba yang
ditahan perusahaan induk untuk setiap tahunnya akan meninggalkan kelebihan kredit sebesar
$160. Ini menyatakan laba berkala, yang masih harus diperoleh perusahaan induk melalui
pembebanan ke pentingan minoritas dengan penyusutan atas aktiva dengan harga jualnya.
Pada akhir tahun. kelima, harga pokok aktiva akan dihapuskan seluruhnya. Laba yang ditahan
perusahaan induk akan menunjukkan kenaikan bersih sebesar $800 yang timbul dari laba
semula sebesar $4.000 atas penjualan dikurangi beban-beban atas tambahan ini menjadi harga
pokoknya yang dibebankan kembali pada perusahaan induk sebesar $3.200 (80% dari
$4.000). Kenaikan dalam kepentingan perusahaan induk ini disertai dengan penurunan dalam
kepen tingan minoritas sebagai akibat dari beban-beban yang diserap oleh kepentingan
minoritas ini atas jumlah yang ditambahkan pada harga pokok aktiva, 20% dari $4.000.
Aktiva yang Dapat Disusutkan yang Dibangun oleh Perusahaan Anak yang
Dimiliki Sepenuhnya untuk Perusahaan Induk. Asumsikan bahwa Perusahaan P
memperoleh perlengkapan tertentu dari Perusahaan S, perusahaan anak yang dimiliki 100%.
Perusahaan P dibebani sebesar $10.000; harga pokok perlengkapan ini bagi Perusahaan S
adalah sebesar $6.000. Umur ekonomisnya adalah 5 tahun. Di sini perusahaan anak
menetapkan laba sebesar $4.000 atas pengiriman ini. Oleh karena perusahaan induk memiliki
semua saham perusahaan anak, maka seluruh laba harus diperoleh perusahaan induk dan
selanjutnya eliminasi laba antarperusahaan harus ditetapkan sepenuhnya pada perusahaan
induk. Dalam penyusunan neraca konsolidasi pada tanggal perolehan aktiva, laba
antarperusahaan sebesar $4.000 dieliminasi. Dalam periode berikutnya, jumlah-jumlah yang
15
harus dieliminasi berikutnya, jumlah-jumlah yang harus dieliminasi akan sama dengan yang
ditunjukkan dalam contoh-contoh pertama di atas. Kemudian, laba antarperusahaan sebesar
$4.000 yang ditetapkan oleh perusahaan induk atas pengiriman semula dihapuskan tiap tahun
melalui (1) kelebihan penyusutan yang dicatat oleh perusahaan anak dan yang selanjutnya
ditetapkan oleh perusahaan induk, dan (2) beban yang ditetapkan pada perusahaan induk
dalam mengurangi aktiva menjadi harga pokoknya..
Aktiva yang Dapat Disusutkan yang Dibangun oleh Perusahaan Anak yang
Dimiliki Sebagian untuk Perusahaan Induk. Asumsikan fakta-fakta yang sama seperti
dalam contoh di atas ini kecuali, bahwa perusahaan anak hanya dimiliki 80%. Dalam hal ini,
80% dari laba sebesar $4.000 akan ditetapkan sebagai laba yang ditahan perusahaan induk
dan sisanya, 20%, ditetapkan sebagai laba yang ditahan untuk kepentingan minoritas. Dalam
menyusun lembar kerja untuk neraca konsolidasi pada tanggal perolehan aktiva,
perlengkapan ini dikurangi sampai harga pokoknya dan laba antarperusahaan dihapuskan
dengan pengurangan dalam laba yang ditahan perusahaan induk sebesar $3.200 dan dalam
laba yang ditahan untuk kepentingan minoritas sebesar $800.
Eliminasi pada lembar kerja dalam periode berikutnya, juga akan dilakukan pada
saldo aktiva dan pada kepentingan perusahaan induk serta kepentingan minoritas. Akan
tetapi, karena saldo aktiva menurun, maka laba antarperusahaan dalam aktiva dan dalam
kepentingan perusahaan induk serta kepentingan minoritas juga menurun sebanding.
Eliminasi yang dibutuhkan dalam lembar kerja atas umur aktiva itu adalah sebagai berikut:
Laba yang
Laba yang
ditahan Akumulasi
ditahan
kepentingan penyusutan Perlengkapan
perusahaan
minoritas perlengkapan (Kredit)
P
perusahaan S (Debet)
(Debet)
(Debet)
Tanggal perolehan $3.200 $800 $ - $4.000
Akhir tahun pertama 2.560 640 800 4.000
Akhir tahun kedua 1.920 480 1.600 4.000
Akhir tahun ketiga 1.280 320 2.400 4.000
Akhir tahun keempat 640 160 3.200 4.000
Akhir tahun kelima - - 4.000 4.000
Meskipun beban sebesar $800 ditetapkan pada kepentingan minoritas pada waktu
aktiva dikirimkan untuk tujuan minoritas pada waktu aktiva dikirimkan untuk tujuan laporan
konsolidasi, namun beban-beban berikutnya akan berkurang sebesar $160 tiap tahun (1/5 dari
$800) dan kepentingan minoritas menunjukkan kenaikan yang sebanding, yakni sebesar
$160. Jumlah ini menyatakan laba berkala yang masih diperoleh kepentingan mino ritas lewat
pembebanan perusahaan induk dengan penyusutan atas aktiva menurut harga jualnya. Pada
akhir tahun kelima, jumlah harga pokok akan dihapuskan seluruhnya. Kepentingan minoritas
akan menggambarkan kenaikan bersih sebesar $800, yang menyatakan laba semula atas
penjualan sebesar $4.000 dikurangi bagian laba yang dibebankan kembali pada perusahaan
induk sebesar $3.200 (80% dari $4.000). Sebaliknya, beban sebesar 53.200 ditetapkan pada
16
laba yang ditahan perusahaan induk pada waktu aktiva dikirimkan, tetapi beban-beban
berikutnya akan berkurang sebesar $640 per tahun (1/5 dari $3.200) dan, dengan demikian,
laba yang ditahan perusahaan induk meningkat sebesar $640 per tahun. Dalam pada itu,
perusahaan induk menetapkan penyusutan tahunan atas aktiva ini sebesar 20% dari $10.000,
atau $2.000. Akan tetapi, penyusutan berdasarkan harga pokok aktualnya adalah sebesar 20%
dari $6.000, atau $1.200. Beban untuk penyusutan sebesar $800 yang diimbangi sebagian
dengan kenaikan dalam laba yang ditahan sebesar $640 menimbulkan penurunan tahunan
dalam laba yang ditahan perusahaan induk sebesar $160. Jumlah ini menyatakan harga pokok
berkala bagi controlling interest apabila laba dari pembelian yang dilakukan dari perusahaan
anak dibagi dengan kepentingan minoritas.
Jika perusahaan induk menggunakan metode harga pokok, laba yang ditahan
perusahaan anak bisa didebit dengan laba antarperusahaan seluruhnya, dan selanjutnya laba
ditahan yang berkaitan dengan kepentingan minoritas dan kepentingan perusahaan induk bisa
dihitung dengan berpatokan pada saldo yang telah disesuaikan ini. Sebagaimana halnya
dengan eliminasi laba antarperusahaan yang terkandung dalam persediaan, jika perusahaan
induk menggunakan metode ekuitas dalam membukukan investasi pada perusahaan anak,
laba antarperusahaan dieliminasi oleh perusahaan induk dengan menghitung labanya sendiri.
Dengan demikian, tidak perlu pengurangan laba yang ditahan perusahaan induk dalam
menyiapkan laporan konsolidasi. Dalam neraca lajur, perkiraan investasi harus didebit
sebesar bagian perusahaan induk atas eliminasi laba dan kepentingan minoritas harus didebit
secara langsung sebesar proporsi bagiannya.
Apabila pajak penghasilan dibayar atas laba dari penjualan aktiva antarperusahaan dan
aktiva ini masih berada di tangan sebuah perusahaan afiliasi pada saat konsolidasi, maka
pajak ini harus ditangguhkan atau harus ditetapkan sebagai kenaikan harga pokok aktiva
untuk tujuan konsolidasi. Kemudian, eliminasi terhadap kepentingan perusahaan induk dan
17
kepentingan minoritas harus terbatas pada laba antarperusahaan setelah pajak penghasilan.
Untuk tujuan contoh dan soal, eliminasi dilakukan tanpa memperhatikan penyesuaian pajak
penghasilan yang layak dibuat di bawah keadaan-keadaan yang dimaksud.
Obligasi dapat diterbitkan dengan agio ataupun dengan disagio. Obligasi suatu
perusahaan afiliasi dapat diperoleh di pasar dengar, harga yang berbeda dari harga yang
dibukukan oleh perusahaan yang menerbitkan. Hal ini mempersulit masalahnya. Mengingat
perusahaan induk dan perusahaan anak merupakan satu kesatuan usaha, maka baik obligasi
antarperusahaan maupun saldo agio atau saldo disagio yang berkaitan dengan pemegangan
obligasi ini tidak ada artinya dan harus dieliminasi. Jumlah yang dibayar untuk obligasi
dipandang sebagai harga pokok penarikan-kembali obligasi, dan setiap selisih antara harga
pokok investasi dan nilai bukunya ditetapkan sebagai kerugian atau keuntungan dari
penarikan-kembali obligasi. Di samping itu, kerugian atau keuntungan ini harus ditetapkan
sebagai pos perusahaan induk atau sebagai pos perusahaan anak, sehingga dapat ditetapkan
pada controlling interest dan pada kepentingan minoritas.
18
Contoh-contoh berikut ini mengilustrasikan sifat analisis yang dibutuhkan. Untuk
menyederhanakan ilustrasi, disagio maupun agio (premi) diamortisasi dengan dasar garis
lurus meskipun prosedur bunga majemuk lebih disukai.
Saldo kewajiban dicatat dalam pembukuan Perusahaan P. Kemudian terlepas dari siapa
yang memperoleh obligasi, perolehan-kembali harus dipandang sebagai penarikan-kembali
obligasi Perusahaan P, dengan setiap kerugian atau keuntungan yang masih harus diperoleh
perusahaan ini. Eliminasi dalam lembar kerja mengakibatkan pengaruh terhadap analisis
seperti ini. Seluruh kerugian ditetapkan pada perusahaan induk; tidak ada keuntungan
maupun kerugian yang dapat ditetapkan pada perusahaan anak karena perusahaan anak ini
hanya melakukan investasi. Jika perusahaan induk memperoleh obligasi itu dari perusahaan
anak dengan harga sebesar $9.400 dan obligasi ini ditarik-kembali, maka kerugian sebesar
$200 harus dicatat dalam buku perusahaan induk dan pemegangan antarperusahaan seperti ini
tidak perlu ditunjukkan lebih lanjut.
Dalam menerapkan metode ekuitas, perusahaan induk akan mengakui kerugian tersebut
pada pembukuannya sendiri, dan eliminasi neraca lajur tidak akan mencakup debet terhadap
laba yang ditahan Perusahaan P untuk jumlah kerugian tersebut. Sebagai gantinya, perkiraan
investasi akan didebet sebesar $200 karena perkiraan tersebut seharusnya telah dikredit pada
saat Perusahaan P mengakui kerugian antarperusahaan.
19
nominal dalam penyusunan neraca konsolidasi. Saldo disagio atas hutang obligasi
menyatakan disagio atas obligasi yang dipegang oleh pihak-pihak luar. Maka lembar kerja
akan tampak sebagai berikut:
Disagio awal sebesar $10.000 diamortisasi atas periode obligasi 10 tahun, dan disagio
atas perolehan sebesar $600 diakumulasi atas periode pemegangan 8 tahun. Oleh karena itu,
satu tahun setelah perolehan obligasi oleh perusahaan anak amortisasi disagio dalam
pembukuan Perusahaan P mengurangi saldo disagio dengan sebesar $1.000, dan akumulasi
disagio dalam pembukuan Perusahaan S menaikkan saldo investasi sebesar $75. Asumsikan
bahwa pemegangan obligasi antarperusahaan harus ditetapkan sebagai obligasi
perbendaharaan, maka lembar kerja untuk neraca konsolidasi akan disusun sebagai berikut:
20
dipertimbangkan sebagai sama dengan penarikan-kembali oleh suatu perusahaan atas
obligasinya sendiri. Di sinipun, harga penarikan-kembali ini berbeda dari nilai buku obligasi
dan suatu kerugian harus ditetapkan. Akan tetapi dalam hal ini, penarikan kembali obligasi
perusahaan anak mengalami kerugian; kemudian, kerugian ini dikaitkan dengan perusahaan
anak dan bukan dengan perusahaan induk. Apabila perusahaan anak dimiliki sepenuhnya,
maka seluruh jumlah kerugian ini harus dibebankan pada perusahaan induk. Dan apabila
perusahaan anak hanya dimiliki sebagian saja, maka kerugian ini sebagian harus ditetapkan
pada kepentingan minoritas dan sebagian lagi pada perusahaan induk. Asumsikan, bahwa
perusahaan induk memiliki 80% saham perusahaan anak yang diperolehnya 10 tahun yang
lalu, dan, bahwa pemegangan obligasi antarperusahaan harus ditanggapi sebagai
pemberhentian penggunaan obligasi, maka lembar kerja untuk neraca konsolidasi dapat kita
susun sebagai berikut:
21
Kerugian sebesar $200 oleh Perusahaan S diidentifikasikan pada ekuitas yang harus
menutup atau menyerap kerugian ini: sebesar 80% dari $200 atau $160, yang dibebankan
pada perusahaan induk, dan sebesar 20% dari $200 atau $40, yang dibebankan pada kepen
tingan minoritas. Jika perusahaan induk memerintahkan penyerahan obligasi kepada peru
sahaan anak dengan harga sebesar $9.400 dan menariknya kembali, maka kerugian sebesar
$200 ini harus dicatat dalam pembukuan perusahaan anak dan pemegangan obligasi antar
perusahaan seperti ini tidak perlu ditunjukkan lebih lanjut.
Hasil yang sama akan diperoleh sekiranya Perusahaan P menggunakan metode harga
pokok maupun metode ekuitas dalam mencatat investasinya. Jika metode ekuitas digunakan,
bagian perusahaan induk dari laba yang ditahan perusahaan anak sejak pengambilalihan telah
termasuk dalam laba yang ditahan perusahaan induk, sehingga perkiraan itu tidak
disesuaikan. Perkiraan investasi pada neraca lajur didebet sebesar bagian perusahaan induk
dari kerugian antarperusahaan, dan kepentingan minoritas didebet sebesar bagiannya
sehingga ayat jurnal eliminasi menjadi seimbang.
Jika obligasi ditahan sampai jatuh tempo, melalui prosedur amortisași obligasi tersebut
akan disajikan sebesar nilai nominal pada pembukuan perusahaan induk, dan diskontonya
akan dieliminasi pada pembukuan perusahaan anak. Saldo bersilang (reciprocal) akan sama
pada saat itu dan tidak perlu menyesuaikan pada neraca lajur untuk memperlihatkan kerugian
dari penebusan obligasi. Akan tetapi, laba gabungan dari kedua perusahaan selama periode
dimilikinya obligasi termaksud akan memperlihatkan kerugian sebesar $200. Perusahaan P
akan mengakui pendapatan bunga $600 di samping uang kas yang diterima, dan Perusahaan S
akan mengakui beban bunga sebesar $800 di samping uang kas yang dibayarkan.
22
Jika perusahaan anak dimiliki seluruhnya, pengaruh terhadap laba yang ditahan akan
sama saja sepanjang masa berlaku obligasi. Akan tetapi, apabila perusahaan induk membeli
obligasi dari perusahaan anak yang tidak dimiliki seluruhnya, maka akan ada semacam
pengalokasian laba atau rugi di antara controlling interest dan kepentingan minoritas. Dalam
contoh tersebut, misalnya, kerugian sebesar $200 pertama sekali dikaitkan dengan perusahaan
penerbit obligasi, yaitu Perusahaan S, dan dengan demikian dibagi di antara controlling
interest dan kepentingan minoritas. Dalam contoh tersebut, misalnya, kerugian sebesar $200
pertama sekali dikaitkan dengan perusahaan penerbit obligasi, yaitu Perusahaan S, dan
dengan demikian dibagi di antara controlling interest dan kepentingan minoritas secara
proporsional. Laba yang ditahan perusahaan induk dikurangi 80% dari $200, atau $160, pada
saat obligasi tersebut dibeli. Sepanjang masa berlakunya obligasi, Perusahaan P akan
mengakui pendapatan bunga sebesar $600 akibat amortisasi diskonto (disagio) obligasi.
Perusahaan P juga akan mengakui 80% bagiannya dari $800 beban bunga yang diakibatkan
oleh amortisasi diskonto (disagio) yang dicatat oleh Perusahaan S. Konsekuensinya, laba
yang ditahan Perusahaan P akan berkurang $40 (S640 $600). Di pihak lain, kepentingan
minoritas akan berkurang sebesar 20% dari $800 amortisasi, atau $160.
Prosedur yang diikuti dalam penetapan modal saham preferen dan saham biasa sama
dengan prosedur yang diikuti dalam menghitung nilai buku saham preferen dan saham biasa.
Hak-hak dan prioritas dari masing-masing jenis saham harus dianalisis dengan seksama.
Bagian modal yang berkaitan dengan saham preferen dikalkulasi lebih dulu. Jumlah ini
kemudian dikurangkan dari total modal untuk menetapkan modal yang menyangkut saham
biasa.
Saham preferen biasanya mempunyai nilai likuidasi sebesar nilai nominalnya, yaitu nilai
nominal ditambah agio (premi), atau jumlah uang yang ditetapkan untuk ini. Modal dengan
nilai sebesar ini ditetapkan pada ekuitas preferen. Apabila para pemegang saham preferen
mempunyai prioritas tambahan pada pembagian modal perusahaan, maka jumlah-jumlah
tambahan ini harus ditetapkan sebagai bagian dari ekuitas pemegang saham preferen. Dengan
mempertimbangkan prioritas seperti ini, maka saham preferen dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
(1) Saham preferen non-kumulatif, non-partisipasi. Apabila saham preferen adalah non-
kumulatif dan non-partisipasi, maka ekuitas preferen akan terbatas pada saldo saham
preferen; saldo modal yang tersisa ditetapkan pada saham biasa. Defisit yang timbul
ditetapkan sepenuhnya pada saham biasa.
23
(2) Saham preferen kumulatif, non-partisipasi. Apabila saham preferen adalah kumulatif
tetapi non-partisipasi dan apabila dividennya telah dibayarkan sampai dengan tanggal
itu, maka ekuitas preferen akan terbatas pada saldo saham preferen. Apabila dividen
atas saham preferen ada yang tertunggak, maka saldo saham preferen dan jumlah
dividen yang tertunggak itu ditetapkan pada saham preferen; sedangkan saldo modal
ditetapkan pada saham biasa. Apabila timbul defisit dan dividen yang tertunggak,
maka jumlah dividen yang tertunggak ini masih harus diperhitungkan kedalam saham
preferen; ekuitas saham biasa yang tersisa, dengan demikian, menjadi menurun oleh
defisit dan juga oleh dividen yang tertunggak.
(3) Saham preferen non-kumulatif, partisipasi. Apabila saham preferen adalah
nonkumulatif tetapi partisipasi bersama-sama dengan saham biasa dalam
memperoleh bagian kelebihan dividen di atas tarif yang ditetapkan, maka saldo laba
yang ditahan harus ditetapkan pada saham preferen dan saham biasa sesuai dengan
persyaratan partisipasi khusus mengenai saham preferen. Defisit yang timbul
ditetapkan pada saham biasa.
(4) Saham preferen kumulatif, partisipasi. Apabila saham preferen adalah kumulatif dan
juga partisipasi, maka saldo laba yang ditahan harus ditetapkan pada saham preferen
dan saham biasa sesuai dengan ketentuan partisipasi mengenai saham preferen. Akan
tetapi, apabila timbul dividen yang tertunggak atas saham preferen, maka jumlah
dividen yang tertunggak itu harus ditetapkan lebih dulu pada saham preferen. Dan
apabila timbul defisit dan juga dividen yang tertunggak atas saham preferen, maka
jumlah dividen yang tertunggak ini masih harus diperhitungkan kedalam ekuitas
preferen; dengan demikian, saham biasa akan berkurang baik dengan defisit maupun
dengan dividen yang tertunggak.
Asumsikan bahwa saham preferen pada waktu perusahaan dilikuidasi, mempunyai nilai
yang sama dengan nilai nominalnya, dan apabila saham itu kumulatif, maka dapat dianggap
sebagai pembayaran dividen yang tertunggak. Untuk masing-masing kemungkinan klasifikasi
saham preferen modal perusahaan anak akan dibagi sebagai berikut:
Ekuitas Ekuitas
Total
saham saham
Modal
Preferen biasa
(1) Saham preferen- non-kumulatif,
$330.000 $100.000 $230.000
non-partisipasi
(2) Saham preferen - kumulatif, non-
partisipasi, dividen yang tertunggak
24
Ekuitas Ekuitas
Total
saham saham
Modal
Preferen biasa
sebesar $12.000 (termasuk tahun 1987 330.000 112.000 218.000
(3) Saham preferen- non-kumulatif,
partisipasi penuh 330.000 110.000 220.000
(4) Saham preferen kumulatif,
partisipasi penuh, divi den yang
tertunggak sebesar $12.000 (termasuk
330.000 114.000 216.000
tahun 1987)
Dalam bagian (4), sebelumnya, saldo laba yang ditahan ditetapkan pada ekuitas saham
preferen dan saham biasa, yang harus dibagikan sekarang adalah sebagai berikut:
Kepada Kepada
Saham Preferen Saham Biasa
Kebutuhan dividen tahun yang lalu, 6% $6.000
Kebutuhan dividen tahun berjalan, 6% 6.000
Tarif saham preferen terhadap saham biasa
$12.000
untuk tahun berjalan, 6%
Saldo yang sebanding untuk saham preferen
dan saham biasa 2.000 4.000
$14.000 $16.000
Jika modal perusahaan anak dalam contoh sebelumnya terdiri dari saham preferen dan
saham biasa seperti ditunjukkan dan defisit sebesar $30.000, maka modal perusahaan anak ini
akan dibagi sebagai berikut:
Ekuitas Ekuitas
Total
saham saham
Modal
Preferen biasa
(1) Saham preferen- non-kumulatif, non-
$270.000 $100.000 $170.000
partisipasi
(2) Saham preferen - kumulatif, non-
partisipasi, dividen yang tertunggak sebesar
$12.000 (termasuk tahun 1987 270.000 112.000 158.000
(3) Saham preferen- non-kumulatif,
partisipasi penuh 270.000 110.000 170.000
(4) Saham preferen kumulatif, partisipasi
penuh, divi den yang tertunggak sebesar
$12.000 (termasuk tahun 1987) 270.000 112.000 158.000
Untuk mengilustrasikan prosedur yang dapat diterapkan dalam penyusunan lembar kerja
untuk neraca konsolidasi apabila perusahaan anak mempunyai dua jenis saham atau lebih
yang beredar, asumsikan bahwa pada tanggal 1 Januari 1987, modal Perusahaan S terdiri
dari:
25
Saham preferen 6%, kumulatif dan ronpartisipasi, nominal $100
(dividen yang tertunggak untuk tahun 1985 dan 1986) $100.000
Saham biasa, nominal $100 200.000
Laba yang ditahan 30.000
Maka secara hukum, Perusahaan S mampu membayar dividen atas saham preferen dalam
tahun 1985 dan 1986. Akan tetapi, dilihat dari sudut kebutuhan modal kerja perusahaan,
dividen atas saham preferen harus dilewatkan.
Pada tanggal 1 Januari 1987, Perusahaan P memperoleh 400 lembar saham preferen
dengan harga 115 dan 1.800 lembar saham biasa dengan harga 125. Ekuitas saham preferen
dan saham biasa dihitung pada tanggal perolehan dalam menyusun neraca konsolidasi. Dan
saldo laba yang ditahan dibagi sebagai berikut:
Lembar kerja (neraca lajur) untuk neraca konsolidasi per 1 Januari 1987, disusun sebagai
berikut:
26
Perlakuan terhadap "Kelebihan Harga Pokok (Harga Perolehan) atas Nilai Buku" yang
dapat disangkutkan dengan investasi saham preferen memerlukan analisis tertentu. Tidak
seperti halnya saham biasa, yang mungkin memiliki hak suara pengendali dan ekuitas
residual dalam aktiva yang dapat diidentifikasi, saham preferen pada umumnya hanya berhak
untuk menerima pembayaran dalam jumlah tetap apabila dividen diumumkan dewan direksi.
Karena itu, sulit untuk menjelaskan perbedaan harga yang dibayarkan untuk saham preferen
apabila itu karena adanya aktiva yang dinilai terlalu rendah atau tidak tercatat atau karena
manfaat yang diantisipasi dari pengendalian terpusat yang diperoleh. Konsekuensinya, setiap
perbedaan antara harga pokok dan nilai buku bisa dijelaskan sejauh berkaitan dengan
perubahan tingkat pendapatan yang tetap di pasar; yaitu, jika tingkat tarif pendapatan tetap
yang diharapkan di pasar menurun, nilai surat berharga yang menghasilkan pendapatan dalam
jumlah yang tetap akan meningkat.
Jika saham preferen mempunyai hak suara atau berhak untuk berpartisipasi dalam
pertumbuhan laba di masa mendatang, ada kemungkinan untuk mengidentifikasi kelebihan
tersebut sebagai pembayaran untuk nilai aktiva tertentu, termasuk goodwill. Akan tetapi, pada
umumnya sudah cukup tepatlah apabila pengambilalihan perolehan saham preferen oleh salah
satu perusahaan dalam kelompok konsolidasi tersebut diperlakukan sebagai perolehan saham
treasuri/perbendaharaan oleh perusahaan yang menerbitkannya.
Pembelian saham sendiri, entah saham biasa atau preferen, tidak mengakibatkan
pengakuan keuntungan atau kerugian dan juga tidak mempengaruhi nilai aktiva. Jumlah debet
yang lebih besar daripada nilai buku dalam pembelian saham sendiri lazimnya dibebankan
terhadap tambahan modal yang disetor. Perkiraan yang mencatat kelebihan harga perolehan
terhadap nilai buku bisa digunakan dalam rangka penyusunan neraca lajur, tetapi disposisi
atau penempatan yang tepat atas pos ini harus ditentukan sebelum neraca konsolidasi
disiapkan.
27
Penetapan laba yang ditahan pada saham preferen dan pada saham biasa per 31 Desember
1987, dilakukan sebagai berikut:
Ekuitas pemegang saham preferen dalam modal perusahaan anak dianggap telah
meningkat sebesar $6.000 mengingat kenaikan dalam dividen yang tertunggak dari sebesar
$12.000 menjadi sebesar $18.000; ekuitas pemegang saham biasa telah menurun oleh
kerugian sebesar $20.000 dan juga oleh jumlah kebutuhan dividen atas saham preferen untuk
tahun itu sebesar $6.000, total $26.000. Reorganisasi perusahaan pada suatu tanggal di masa
mendatang dibayangkan akan menimbulkan penyelesaian dengan para pemegang saham
preferen di mana kelompok ini setuju untuk menerima jumlah yang lebih kecil dari pada
jumlah seluruh ekuitas seperti dihitung di sini. Akan tetapi, dengan mengasumsikan operasi
yang menguntungkan di masa mendatang dan perusahaan ini mampu membayar tunggakan
dividen saham preferen, maka laba sebesar $26.000 akan dibutuhkan untuk memulihkan
kelompok pemegang saham biasa ke status yang didudukinya pada awal tahun itu.
Lembar kerja konsolidasi pada akhir tahun dapat disusun sebagai berikut
28
Jika untuk contoh ini digunakan metode harga pokok, maka perusahaan induk tidak perlu
membuat ayat jurnal apapun selama tahun itu karena tidak ada dividen yang di umumkan
oleh perusahaan anak. Akan tetapi dalam menyusun lembar kerja konsolidasi, laba yang
ditahan harus dialokasikan pada saham preferen dan saham biasa tepat seperti yang
ditetapkan pada halaman 000. Ekuitas saham preferen dan saham biasa yang diperoleh
semula dieliminasi, kepentingan minoritas dalam dua jenis ekuitas ini dihitung dan di perluas
kedalam kolom-kolom neraca konsolidasi, dan laba yang masih harus diperoleh perusahaan
induk untuk masing-masing jenis saham kemudian dihitung dan dibukukan seperti yang
ditunjukkan dalam lembar kerja (neraca lajur) konsolidasi pada halaman 000.
Penerbitan saham preferen dan saham biasa dapat memberikan hak-hak (rights) dan hak-
hak istimewa (priveleges), yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi-kondisi tertentu dan
tanggal-tanggal tertentu. Dalam hal seperti ini, pembagian modal menjadi ekuitas saham
preferen dan saham biasa hanya mungkin jika asumsi-asumsi tertentu dibuat berkaitan
dengan faktor-faktor ini. Asumsi-asumsi ini, jika perlu, dapat diungkapkan dalam bentuk
catatan pada neraca konsolidasi.
29
perubahan dalam saldo perkiraan investasinya atau dalam perkiraan pendapatan pada
penerimaan dividen saham. Akan tetapi, perusahaan induk harus membuat ayat jurnal
memorandum untuk mencatat lembar saham tambahan yang diterima sebagai dividen.
30
Lembar kerja untuk neraca konsolidasi pada tanggal saham diperoleh disusun sebagai
berikut:
Jika perkiraan investasi dibukukan dengan metode ekuitas dan perusahaan anak
melaporkan laba bersih untuk tahun 1987 sebesar $30.000 serta membagikan dividen saham
50% maka perusahaan induk menetapkan laba perusahaan anak dengan menaikkan perkiraan
investasi dan juga perkiraan laba yang ditahannya sebesar 80% dari $30.000, yakni sebesar
$24.000. Perkiraan-perkiraan ini juga dikurangkan sebesar $400 untuk amortisasi goodwill.
Penerimaan dividen saham sebanyak 400 lembar dicatat dengan membuat ayat jurnal
memorandum. Selanjutnya, eliminasi dalam lembar kerja untuk neraca konsolidasi dilakukan
dengan cara biasa, karena total modal perusahaan anak tidak berubah dengan
pemindahbukuan dari perkiraan laba yang ditahan ke perkiraan Modal Saham. Pada akhir
tahun 1987, dengan asumsi bahwa amortisasi goodwill sebesar $400 ditetapkan pada
pembukuan Perusahaan P, maka eliminasi akan dilakukan sebagai berikut:
Apabila perusahaan anak memindahkan laba yang telah terakumulasi sejak perusahaan
induk memperoleh pengendalian ke perkiraan modal saham, maka perusahaan anak ini layak
untuk mengungkapkan dalam neraca konsolidasinya bahwa laba yang ditahan untuk
31
controlling interest menyatakan sebagian dari laba yang telah dikapitalisasi secara formal
oleh perusahaan anak. Pengungkapan seperti ini dapat dilakukan dengan tanda kurung atau
dalam bentuk catatan khusus, maupun dengan melaporkan laba yang ditahan dalam dua
bagian. Akan tetapi, tidaklah layak untuk memindahkan laba yang ditahan ke modal disetor
sebagai controlling interest, karena laba yang ditahan konsolidasi akan menggambarkan
akumulasi laba dari perusahaan obligasi.
32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perolehan barang dagangan atau aktiva lain dari perusahaan afiliasi akan menimbulkan
masalah khusus. Transaksi ini sebagaimana dicatat oleh perusahaan yang terpisah mungkin
tidak tepat apabila kedua perusahaan tersebut dipandang sebagai kesatuan ekonomi tunggal.
Adanya surat berharga senior obligasi dan saham preferen- juga menimbulkan masalah
khusus, terutama jika satu perusahaan dalam unit konsolidasi memperoleh surat-surat
berharga seperti ini yang diterbitkan oleh perusahaan lainnya. Faktor-faktor yang harus
dipertimbangkan dalam laba antar perusahaan; surat berharga senior yaitu :
33
DAFTAR PUSTAKA
34