Anda di halaman 1dari 30

TUGAS MANDIRI

AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH

“LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI”

Nama : Jeshelin

NPM : 180810030

Dosen : Baru Harahap, S.E., M.Ak.


PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA


UNIVERSITAS PUTERA BATAM
2023

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat dan
penyertaan-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan makalah ini guna
memenuhi tugas yang diberikan oleh Dosen Pengajar pada mata kuliah Akuntansi
Keuangan Menengah, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Jurusan Akuntansi,
Universitas Putera Batam.
Makalah ini memuat satu bidang kajian dengan judul “Laporan Keuangan
Konsolidasi”. Dalam penyusunan tugas mandiri ini, saya menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Dosen Pengajar pada mata kuliah ini, Bapak Baru Harahap, S.E.,
M.Ak. yang dengan kesabaran telah mengajarkan dan membagikan pengetahuannya
dalam materi ini kepada kami semua. Selain itu, ucapan terima kasih juga saya
sampaikan kepada pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung
membantu dalam pembuatan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna sehingga saya


mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca guna
memperbaiki dan menyempurnakan penulisan makalah ini.

Hormat saya,
Batam, 22 Juni 2020

Jeshelin (180810030)

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1


1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penulisan 2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Laporan Keuangan Konsolidasi 3


2.2. Kegunaan Laporan Keuangan Konsolidasi 4
2.3. Keterbatasan Laporan Keuangan Konsolidasi 5
2.4. Prinsip Substance Over Form dan Laporan Konsolidasi 6
2.5. Hak Suara dan Pengendalian 7
2.6. Konsep dan Standar 8
2.7. Prosedur Konsolidasi 10
2.8. Neraca Konsolidasi atas Entitas anak yang Dikuasai Kurang dari 100% 17
2.9. Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus (EBK) 20

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan 23
3.2. Saran 23

III
DAFTAR PUSTAKA 25

IV
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Dalam perkembangan ekonomi saat ini, banyak perusahaan yang
melakukan penggabungan perusahaan untuk meningkatkan kinerja dan
keuntungan mereka. Penggabungan ini dapat berbentuk merger yang mengekor
pada perusahaan pembeli, konsolidasi yang mendirikan perusahaan baru, atau
akuisisi saham, yaitu perusahaan yang bergabung tapi masih melakukan operasi
masing-masing.
Jika perusahaan bergabung dalam bentuk merger atau konsolidasi, maka
pencatatan akuntansinya akan lebih mudah dibandingkan dengan akuisisi
saham, yaitu hanya memindahkan semua akun aktiva bersih ke perusahaan
yang masih berdiri atau perusahaan yang didirikan, kemudian perusahaan
lainnya yang bergabung dibubarkan. Kondisi berbeda terjadi bila perusahaan-
perusahaan yang bergabung ini masih menjalankan operasinya masing-masing.
Yang terjadi adalah akan muncul akun resiprokal (saling berbalasan) pada
masing-masing perusahaan yang bergabung ini. Untuk itulah dibuat laporan
keuangan konsolidasi.
Walaupun disebut laporan keuangan konsolidasi, bukan berarti laporan
ini digunakan untuk penggabungan usaha bentuk konsolidasi. Dalam
praktiknya, laporan ini biasa digunakan untuk perusahaan induk dan perusahaan
anak. Dengan kata lain, laporan konsolidasi adalah model laporan keuangan
untuk menunjukkan pengaruh ekonomi dari penggabungan dua atau lebih
perusahaan yang didasarkan atas pemilikan dan pengendalian bersama
meskipun peleburan secara hukum tidak dilakukan. Dalam penyusunan neraca
gabungan untuk kantor pusat dan cabang saldo aktiva dan kewajiban masing-
masing cabang digabungkan dengan saldo yang sama pada kantor pusat

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari laporan keuangan konsolidasi?
2. Apa kegunaan adanya laporan keuangan konsolidasi?
3. Apa keterbatasan yang ada pada laporan keuangan konsolidasi?
4. Bagaimana prinsip Substance Over Form dan laporan konsolidasi?
5. Bagaimana tentang konsep dan standar dari pelaporan keuangan
konsolidasi?
6. Bagaimana penyusunan neraca konsolidasi jika penguasaan anak
perusahaan kurang dari 100%?
7. Bagaimana konsolidasi entitas bertujuan khusus (EBK)?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi dari laporan keuangan konsolidasi
2. Untuk mengetahui kegunaan dari laporan keuangan konsolidasi
3. Untuk mengetahui keterbatasan pada laporan keuangan konsolidasi
4. Untuk mengetahui prinsip Substance Over Form dan laporan konsolidasi
5. Untuk mengetahui tentang konsep dan standar dari pelaporan keuangan
konsolidasi
6. Untuk mengetahui penyusunan neraca konsolidasi jika penguasaan anak
perusahaan kurang dari 100%?
7. Untuk mengetahui konsolidasi entitas bertujuan khusus (EBK)

2
BAB II
ISI
2.1. Definisi Laporan Keuangan Konsolidasi
Laporan Keuangan Konsolidasi merupakan syarat yang diberikan oleh
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yaitu, untuk menyajikan
posisi keuangan dan hasil operasi untuk Induk Perusahaan (entitas pengendali)
dari satu atau lebih Anak Perusahaan (entitas yang dikendalikan) seakan-akan
entitas-entitas tersebut merupakan satu entitas perusahaan. Laporan keuangan
konsolidasi ini wajib disusun oleh entitas induk atau pengendali tertinggi dalam
suatu kelompok usaha dimana induk perusahaan memiliki banyak anak
perusahaan bahkan anak perusahaan juga mungkin memiliki anak lain.
Berdasarkan PSAK 4, perusahaan yang mengendalikan perusahaan lain
(Perusahaan Induk), diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi.
Perusahaan induk tidak hanya menyusun Laporan Individunya karena hanya
satu laporan yang berlaku secara umum yaitu Laporan Konsolidasi. Tetapi,
laporan individu masih bisa dibuat namun dalam taraf sebagai tambahan
infomasi.
Berikut alasan-alasan memilih penggabungan usaha sebagai alat
perluasan adalah :
1. Manfaat Biaya (Cost Adventage).
Seringkali lebih murah bagi perusahaan untuk memperoleh fasilitas yang
dibutuhkan melalui pengembangan. Hal ini benar, terutama pada periode
inflasi.
2. Risiko Lebih Rendah (Lower Risk).
Membeli lini produk dan pasar yang telah didirikan biasanya lebih kecil
risikonya dibandingkan dengan mengembangkan produk baru dan pasarnya.
Penggabungan usaha kurang berisiko terutama ketika tujuannya adalah
diversifikasi.
3. Penundaan Operasi Pengurangan (Fewer Operating Delays).

3
Fasilitas-fasilitas pabrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha dapat
diharapkan untuk segera beroperasi dan memenuhi peraturan yang
berhubungan dengan lingkungan dan peraturan pemerintah yang lainnya.
4. Mencegah Pengambilalihan (Avoidance of Takeovers).
Beberapa perusahaan bergabung untuk mencegah pengakuisisian diantara
mereka. Karena perusahaan-perusahaan yang lebih kecil cenderung lebih
mudah diserang untuk diambilalih, beberapa di antara mereka memakai
strategi pembeli yang agresif sebagai pertahanan terbaik melawan usaha
pengambilalihan oleh perusahaan lain. Perusahaan-perusahaan dengan rasio
hutang-terhadap ekuitas yang tinggi biasanya bukan merupakan calon
pengambilalih yang menarik. Dalam industri perbankan, contohnya, bank-
bank yang independent mengakuisisi bank-bank tetangganya untuk
memperluas pangsa pasar (market share) dan berkembang menjadi bank
regional. Bank menggunakan penggabungan sebagai suatu cara untuk
mencegah pengambilalihan oleh bank asing.
5. Akuisisi Harta Tidak Berwujud (Acquisition of Intangible Assets).
Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak berwujud
maupun berwujud.

2.2. Kegunaan Laporan Keuangan Konsolidasi


Laporan keuangan konsolidasi sering kali merupakan satu-satunya cara
untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari total sumberdaya perusahaan
hasil gabungan yang berada dibawah kendali induk perusahaan dan hasil
pengelolaan sumberdaya tersebut. Ketika anak perusahaan menghasilkan laba,
laba tersebut akan diakui oleh induk perusahaan, dan sebaliknya induk
perusahaan tidak dapat menghindari kerugian dari anak perusahaan yang tidak
menghasilkan keuntungan.dengan melihat laporan keuangan konsolidasi
pemilik dan pemilik potensian lebih mampu untuk menentukan efisiensi dari
manajemen dalam memanfaatkan sumberdaya yang berada dalam kendalinya.

4
Keditur jangka penjang dari induk perusahaan juga memperhatikan
kegunaan laporan keuangan konsolidasi karena pengaruh operasional anak
perusahaan terhadap kesehatan keseluruhan perusahaan dan masa depan induk
perusahaan, relevan untuk pengambilan keputusan keditur. Manajemen induk
perusahaan mempunyai kepentingan yang berkelanjutan untuk informasi terkini
baik mengenai operasi gabungan dari entitas konsolidasi dan juga mengenai
perusahaan-perusahaan individual yang membentuk entitas konsolidasi.

2.3. Keterbatasan Laporan Keuangan Konsolidasi


Beberapa keterbatasan dari laporan keuangan konsolidasi adalah sebagai
berikut:
1. Karena hasil oprasi dan posisi keuangan dari masing-masing perusahaan
yang dimasukan dalam laporan keuangan konsolidasi tidak diungkapkan,
maka kinerja atau posisi dari satu atau lebih perusahaan dapat
disembunyikan oleh kinerja baik dari perusahaan lainnya.
2. Tidak semua saldo laba konsolidasi tersedia untuk deviden induk perusahaan
karena sebagian dapat mencerminkan bagian induk perusahaan atas laba
anak perusahaan yang belum dibagikan. Begitu pula karena laporan
keuangan konsolidasi termasuk asset anak perusahaan, tidak semua asset
yang ditampilkan tersedia untuk pembagian deviden induk perusahaan.
3. Karena rasio-rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi
dihitung berdasarkan informasi gabungan, rasio-rasio tersebut tidak
mewakili perusahaan mana pun yang dikonsolidasi, termasuk induk
perusahaan.
4. Akun-akun yang sama dari perusahaan-perusahaan berbeda yang
digabungkan dalam konsolidasi, bisa jadi tidak seluruhnya dapat
diperbandingkan. Sebagai contoh, panjang siklus oprasi dari perusahan-
perusahaan yang berbeda dapat bervariasi, menyebabkan piutang dari
panjang periode yang sama diklasifikasikan berbeda.

5
5. Informasi tambahan tentang masing-masing perusahaan atau kelompok
perusahaan yang termasuk dalam konsolidasi sering sekali diperlukan untuk
penyajian wajar, tetapi tambahan pengungkapan tersebut dapat
menyebabkan catatan atas laporan keuangan menjadi sangat banyak.

2.4. Prinsip Substance Over Form dan Laporan Konsolidasi


PSAK 4 revisi 2009 menyatakan bahwa pengendalian atas entitas lain
merupakan acuan apakah suatu entitas diwajibkan menyusun laporan
konsolidasi. Pada umumnya pengendalian atau perusahaan lain ditandai atas
kepemilikan lebih dari 50% saham perusahaan lain baik secara langsung
maupun tidak langsung. Namun di beberapa kasus dijumpai bahwa ada
kepemilikan dibawah 50% sudah mengendalikan perusahaan lain namun di
kasus lain malah sebaliknya. Ini terjadi jika perusahaan tersebut:
1. Memiliki kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai dengan
perjanjian dengan investor lain.
2. Memiliki kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional
entitas berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian.
3. Memiliki kekusaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besa dewan
direksi atau dewan komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan
entitas melaui dewan atau organ tersebut.
4. Memiliki kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat dewan
direksi atau dewan komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan
entitas melaui dewan atau organ tersebut.
Sebaliknya peusahaan dengan kepemilikan diatas 50% namun tidak memiliki
pengendalian dikarenakan:
a. Kepemilikan dimaksudkan untuk sementara atau akan dialihkan dalam
jangka pendek.
b. Entitas anak dibatasi oleh restriksi jangka panjang sehingga sangat
mempengaruhi kemampuannya dalam mentransfer dana kepada entitas
induk. Dengan demikian, bahwa kepemilikan saham tidak menjadi patokan

6
munculnya kewajiban pembuatan laporan konsolidasi. Hal ini terjadi karena
PSAK berpacu pada prinsip Substance over form yaitu lebih mengutamakan
makna ekonomi transaksi atau kondisi dibanding dengan bentuk hukumnya.

2.5. Hak Suara dan Pengendalian


PSAK 4 lebih mengacu pada hak suara dalam menentukan pengendalian.
Dalam PT hak suara berasal dari kepemilikan saham biasa. Dengan pengertian
lain, pengendalian timbul atas kepemilikan entitas anak yang berbentuk (PT)
karena terlihat dari istilah ‘Hak Minoritas’ yang berarti pemegang saham yang
lebih kecil.
Hak suara tidak sama dengan kepemilikan saham biasa, walaupun
kepemilikan saham biasa suatu entitas memberikan hak suara atas entitas
tersebut. Hak suara diidentifikasikan dari kekuasaan mengatur kebijakan
keuangan dan operasional entitas lain. Dalam pengertian lebih jauh, hak suara
dapat timbul dengan kepemilikan yang tidak signifikan atau bahkan tanpa
kepemilikan atau tanpa penempatan modal sama sekali pada entitas lain. Suatu
entitas mungkin tidak memiliki modal dalam Entitas Bertujuan Khusus (EBK),
tetapi entiitas tersebut dapat saja memenuhi persyaratan yang menimbulkan
kewajiban menyusun laporan konsolidasi jika secara substansi terdapat
pengendalian atas EBK tersebut. Hal ini dapat terjadi jika:
a. Secara substansi, kegiatan EBK dijalankan untuk mewakili entitas sesuai
dengan kebutuhan khususnya.
b. Secara Substansi, entitas mempunyai kekuasaan dalam pengambilan
keputusan untuk memperoleh sebagian besar manfaat dari kegiatan EBK.
c. Secara substansi, entitas mempunyai hak untuk memperoleh sebagian besar
manfaat EBK, tetapi juga menanggung risiko dari aktivitas EBK.
d. Secara substansi, entitas memperoleh mayoitas hak residu dan menanggung
risiko kepemilikan yang terkait dengan EBK atau asetnya untuk mempeoleh
manfaat dari aktivitas EBK yang bersangkutan.

7
2.6. Konsep dan Standar
2.6.1. Pandangan Tradisional mengenai Pengendalian
Satu-satunya kriteria paling penting untuk menentukan apakah individual
perusahaan harus dikonsolidasi adalah pengendalian.PSAK 4 menyatakan
bahwa laporan keuangan konsolidasi biasanya diterapkan untuk
sekelompok perusahaan ketika salah satunya memiliki pengendalian atas
kepentingan keuangan di perusahaan lainnya.Dinyatakan juga bahwa
kondisi umum untuk pengendalian atas kepentingan keuangan adalah
kepemilikan berhak suara mayoritas. Dalam praktiknya, pengendalian
ditentukan dari proporsi saham berhak suara perusahaan yang dimiliki
secara langsung maupun tidak langsung oleh perusahaan lain.
2.6.2. Pengendalian Tidak Langsung
Pandangan tradisional mengenai pengendalian terdiri dari pengendalian
langsung dan tidak langsung. Pengendalian langsung (direct control)
biasanya terjadi jika suatu perusahaan memiliki mayoritas saham biasa
perusahaan lain. Pengendalian tidak langsung (indirect control) atau
bentuk piramida terjadi jika saham biasa suatu perusahaan dimiliki oleh
satu atau lebih perusahaan yang semuanya dalam pengendalian bersama.
Contoh dari pengendalian tidak langsung dari PT Z oleh PT P termasuk
situasi kepemilikan sebagai berikut:

P
90 70
80%
80% % % 90%

80%
X X Y W X Y

60% 40 30 30%
15% 15%
% %

Z Z Z

(1) (2) (3)

8
(1)P memiliki 80% X, (2) P memiliki 90% X (3) P memiliki 90% X dan
yang memiliki 60% dan 70% Y; X 80%Y; X memiliki 80% W
dan 30% Z; Y memiliki 15%
Z. memiliki 40% Z dan
Z; dan W memiliki 15% Z.
Y memiliki 30% Z.

Pada masing-masing situasi, pengendalian P atas Z bersifat tidak


langsung karena P memperoleh pengendalian tersebut dengan
mengendalikan perusahaan-perusahaan lain yang mengendalikan Z.
2.6.3. Kemampuan untuk Memiliki Pengendalian
Dalam situasi tertentu, pemegang saham mayoritas anak perusahaan
mungkin tidak mampu untuk mempunyai kendali walaupun mereka
mempunyai lebih dari 50% saham berhak suara yang beredar. Hal ini bisa
terjadi, sebagai contohnya, jika anak perusahaan dalam kondisi
reorganisasi legal atau dalam kepailitan; walaupun induk perusahaan
memiliki kepemilikan mayoritas, pengendalian ada pada peradilan atau
trustee yang ditunjuk oleh pengadilan.
Begitupula jika anak perusahaan berada di Negara lain dan Negara
tersebut memberikan batasan pada anak perusahaan yang mencegah
pengambilan laba atau asset ke induk perusahaan, konsolidasi dari anak
perusahaan tersebut tidak sesuai karena ketidakmampuan induk
perusahaan untuk mengendalikan aspek penting dari oprasi anak
perusahaan.
2.6.4. Perbedaan Periode Fiskal
Perbedaan periode fisal dari induk perusahaan dan anak perusahaan tidak
menyebabkan konsolidasi tidak diterapkan atas anak perusahaan
tersebut.Sering terjadi periode fiskal anak perusahaan, jika berbeda
dengan induk perusahaan, diubah untuk disamakan dengan periode fiskal
induk perusahaan. Baik Bapepam maupun standar akuntansi yang

9
berlaku memperbolehkan konsolidasi dari laporan keuangan anak
perusahaan tanpa menyesuaikan periode fiskal anak perusahaan jika
periode fiskal tersebut tidak berbeda lebih dari tiga bulan dari periode
fiskal induk perusahaan dan jika dilakukan pengakuan terhadap kejadian-
kejadian yang mempunyai pengaruh material terhadap posisi keuangan
atau hasil operasi.

2.7. Prosedur Konsolidasi


2.7.1. Periode Laporan Konsolidasi
Laporan konsolidasi merupakan kewajiban yang ada pada saat
pengendalian telah terjadi. Laporan keuangan konsolidasi disusun atas
dasar satu tahun atau 12 bulan, yakni per 1 Januari – 31 Desember tiap
tahun. Apabila akuisisi saham entitas anak terjadi pada awal tahun, maka
penyusunan laporan keuangan konsolidasi tidak akan bermasalah. Akan
tetapi bila akuisisi saham entitas anak terjadi bukan di awal atau di akhir
tahun, akan timbul masalah penyusunan laporan keuangan konsolidasi
pada akhir tahun pertama setelah terjadi hubungan entitas induk-anak,
karena aturan periode laporan keuangan konsolidasi 1 Januari hingga 31
Desember tiap tahun.
Kewajiban penyusunan laporan keuangan konsolidasi muncul sejak
terjadinya hubungan entitas induk-entitas anak. Laporan keuangan
konsolidasi terdiri dari:
1. Laba-rugi konsolidasi
2. Neraca konsolidasi
3. Laba ditahan konsolidasi
4. Arus kas konsolidasi
Pada tanggal akuisisi hanya neraca konsolidasi yang disusun, sementara
laba-rugi entitas anak menjadi hak entitas induk pada periode setelah
akuisisi. Laporan laba-rugi dan laporan konsolidasi entitas anak lainnya
dikonsolidasi pada periode setelah akuisisi.

10
2.7.2. Transaksi Antarperusahaan
Laporan konsolidasi menggambarkan kesatuan entitas induk dan
entitas anak yang dalam oprasi sehari-hari adalah entitas yang terpisah.
Pengendalian entitas induk atas entitas anak menyebabkan oprasi entitas
anak dipengaruhi oleh entitas induk dalam banyak hal. Dengan demikian,
banyak terjadi transaksi bisnis diantara kedua entitas tersebut. Setiap
transaksi yang dilakukan entitas induk pada anak atau sebaliknya, atau
transaksi yang dilakukan entitas anak dengan entitas anak lainnya dalam
hubungan entitas induk-anak, disebut dengan transaksi antarperusahaan.
Contoh transaksi antarperusahaan seperti transaksi penjualan barang
dari entitas induk ke entitas anak akan menyebabkan akun “penjualan”
pada induk dan akun “pembelian” pada anak perusahaan. Transaksi
antarperusahaan tidak dipandang sebagai transaksi dalam penyusunan
laporan konsolidasi. Laporan konsolidasi memandang entitas induk dan
anak adalah satu, sehingga bila entitas induk melakukan transaksi dengan
anak, hal itu berarti melakukan transaksi dengan diri sendiri. Laporan
keuangan konsolidasi tidak mengakui transaksi seperti ini, dan
menganggap penjualan tersebut hanya sebagai pemindahan (transfer)
asset saja. Oleh karena itu, dalam penyusunan kertas kerja konsolidasi,
transaksi-transaksi seperti ini harus dieliminasi. Konsolidasi hanya
mengakui transaksi dengan pihak-pihak diluar hubungan induk-anak.
Entitas lain diluar hubungan induk-anak selanjutnya disebut entitas
eksternal.
2.7.3. Kepentingan Nonpengendali
Laporan konsolidasi akan menjadi kewajiban suatu entitas
manakala entitas tersebut memiliki hak pengendali dalam entitas lain.
Kepemiikan suara diatas 50% merupakan salah satu ciri adanya
pengendalian yang mewajibkan entitas induk menyusun laporan
konsolidasi. Apabila entitas anak berbentuk perseroan terbatas (PT),
kepemilikan saham menjadi indikasi hak suara. Kepemilikan saham

11
100% entitas anak dalam kondisi normal akan memberikan hak
pengendalian penuh bagi entitas induk. Meskipun pemilikan entitas
induk terhadap saham biasa entitas anak kurang dari 100%, entitas induk
tetap memiliki pengendalian atas entitas anak jika terdapat pemilik lain
dalam entitas anak yang harus dibagikan hak-nya. Inilah yang disebut
dengan kepentingan nonpengendali yang dilindungi oleh undang-
undang.UU No. 40 tahun 2007 menyebutkan Kepentingan Nonpengendali
dengan pemilik saham minoritas. Pemilik saham minoritas diberi hak
menjual sahamnya dengan harga wajar apabila tidak menyetujui
penggabungan, peleburan, atau pengambil alihan yang dilakukan.
PSAK revisi tahun 2009 mendefinisikan Kepentingan
Nonpengendali sebagai ekuitas entitas anak yang tidak dapat
didistribusikan secara langsung maupun tidak langsung pada entitas
induk. Kepentingan Nonpengendali akan berubah seiring dengan
perubahan ekuitas anak yang disebabkan pengumuman laba dan deviden
oleh entitas anak. PSAK 4 revisi 2009 mensyaratkan kepentingan
nonpengendali atas laba-rugi entitas anak yang dikonsolidasi selama
periode pelaporan diidentifikasi secara terpisah dari laporan konsolidasi.
Kepentingan nonpengendali atas asset neto (ekuitas) terdiri dari:
1. Jumlah kepentingan nonpengendali pada tanggal kombinasi bisnis
awal.
2. Bagian kepentingan nonpengendali atas perubahan ekuitas sejak
tanggal kombinasi bisnis.
Kepentingan non pengendali disajikan dibagian ekuitas dalam
lapran posisi keuangan konsolidasi, terpisah dari ekuitas pemilik entitas
induk.
Contohnya, PT A mengakuisis saham biasa PT B pada harga yang
sama dengan nilai bukunya pada tanggal 31 Desember 2011. Kekayaan
pemegang saham PT B saat itu terdiri dari:

12
Modal Saham Biasa Rp 7,500,000,-
Laba Ditahan Rp 5,000,000,-
Total Kekayaan Pemegang Saham Rp 12,500,000,-

Apabila akuisisi dilakukan atas seluruh samah PT B (100%), maka


PT A memiliki pengendalian penuh atas PT B. Hal tersebut juga berarti
bahwa tidak ada Kepentingan Nonpengendali dalam PT B.
Apabila PT A mengakuisis 90% saham PT B, sekalipun PT A bisa
mengendalikan PT B tetapi terdapat 10% pemegang saham dalam PT B
yang tidak dikuaisai PT A. Kekayaan PT B yang dimiliki PT A akibat
akuisisi tersebut hanya sebesar 90% dari total kekayaan PT B atau sebesar
90% x Rp 12,500,000,- = Rp 11,250,000,- Jadi kekayaan nonpengendali
adalah 10% x Rp 12,500,000,- = Rp 1,250,000,-

Misalkan pada periode 2012 PT B mengumumkan laba sebesar Rp


Rp 3,000,000,- sementara deviden diumumkan pada tanggal 31 Desember
2012 sebesar Rp 800,000,- Pengumuman laba akan menambah kekayaan
entitas induk sebesar 90% dari laba tersebut, yakni Rp 2,700,000,-
Sedangkan 10% dari laba tersebut menjadi laba Kepentingan
Nonpengendali, yakni Rp 300,000,- Deviden yang diumumkan PT B juga
dialokasikan sebesar 10% untuk Kepentingan Nonpengendali yang
mengurangi kekayaan Kepentingan Nonpengendali sebesar 10% x Rp
800,000,- = Rp 80,000,- Dengan demikian, perhitungan Kepentingan
Nonpengendali pada akhir tahun 2012 adalah sebagai berikut:

Kepentingan Nonpengendali 31 Des 2011 Rp 1,250,000,-


Laba Kepentingan Nonpengendali tahun 2012 Rp 300,000,-
Deviden (Rp 80,000,-)
Kekayaan Kepentingan Nonpengendali 31 Des 2012 Rp 1,470,000,-

13
Dalam laporan keuangan konsolidasi PT A dan entitas anak (PT B)
per 31 Desember 2012, kepentingan nonpengendali disajikan sebesar Rp
1,470,000,-. Dengan demikian, terjadi kenaikan kekayaan kepentingan
nonpengendali di akhir periode 2012 sebesar Rp 220,000,- yang berasal
dari laba dan deviden untuk kepentingan nonpengendali.
2.7.4. Prosedur Penyusunan Laporan Konsolidasi
Laporan konsolidasi disusun dengan menggabungkan laporan
keuangan entitas induk dan laporan keuangan entitas anak. Dalam
penyusunan laporan keuangan konsolidasi, setiap akun antarperusahaan
harus dieliminasi karena entitas induk dan anak dianggap satu.. Karena
itu, prosedur penyusunan laporan konsolidasi menjadi sebagai berikut:

Laporan Konsolidasi = Laporan entitas induk + Laporan entitas anak – Akun antar
perusahaan

Laporan konsolidasi berasal dari penggabungan saldo akun-akun


laporan keuangan entitas induk dan entitas anak.Kas konsolidasi disajikan
dengan menjumlahkan kas induk dank as anak.Piutang konsolidasi
disajikan dari hasil penjumlahan piutang induk serta anak dan apabila
terdapat piutang antar peruahaan, jumlah piutang antar perusahaan
tersebut dikurangi sehingga diperoleh piutang konsolidasi yang
mencerminkan bahwa entitas induk dan anak adalah satu.
Penyusunan laporan konsolidasi akan menjadi lebih akurat apabila
akun antar perusahaan diperhitungkan dahulu, baru kemudian dilakukan
konsolidasi akun-akun laporan keuangan entitas induk dan entitas anak.
Tahap-tahap pengkonsolidasian akun-akun laporan keuangan entitas
induk sebaiknya dilakukan sebagai berikut:
1. Penyusunan jurnal eliminasi atas akun-akun antarperusahaan.
2. Penjumlahan akun-akun entitas induk dan entitas anak yang sama,
misalnya kas entitas induk dank as entitas anak, utang entitas induk
dengen utang entitas anak, dan seterusnya.

14
3. Penjumlahan No.2 dikurangi dengangan No.1 atas akun-akun sejenis.
4. Penyajian akun-akun hasil konsolidasi dalam laporan keuangan
konsolidasi berdasar ketentuan yang berlaku.
Akun antarperusahaan dalam penyusunan neraca konsolidasi PT A
dan PT B ditelusuri untuk dieliminasi sebagai berikut:
1. Akun piutang entitas induk dan akun utang entitas anak sebesar
Rp3.000.000 merupakan akun antar perusahaan. Eliminasi utang-
piutang antar perusahaan dilakukan dengan prosedur akuntansi, yakni
dengan membalikan dari saldo normal. Utang dieliminasi dengan
mendebet dan piutang dieliminasi dengen mengkredit sebesar saldo
yang dimaksud. Ayat jurnal eliminasinya adalah:
Hutang Usaha Rp 3,000,000
Piutang Usaha Rp 3,000,000

2. Akun Investasi Entitas Induk dan Akun Kekayaan Entitas Anak


Investasi entitas induk dalam saham entitas anak mengakibatkan akun
“investasi dalam saham entitas anak” milik entitas induk berkaitan
dengan akun “modal pemegang saham” entitas anak. Saldo normal
investasi adalah debet sehinggan akun tersebut harus dieliminasi
dengan mengkredit. Dalam perusahaan yang berbentuk PT, kekayaan
pemegang saham terdiri dari modal saham dan laba untuk pemegang
saham, yakni laba ditahan. Modal saham dalam neraca harus disajikan
pada nilai nominalnya. Apabila pada penjualan perdaha harga saham
yang dijual ditetapkan diatas nilai nominalnya, maka selisih harga jual
dengan nilai nominal disajikan dalam akun aigo saham. Jadi kekayaan
pemegang saham melibatkan akun: modal saham, laba ditahan dan
aigo saham.
Penguasaaan entitas induk atas kekayaan entitas anak dalam
investasi tersebut adalah 100% sehingga seluruh kekyaaan pemegang
saham PT B dimiliki oleh PT A. Pada bagian sebelumnya dijelaskan

15
jika nilai investasi adalah sebesar Rp12.500.000. Karena itu, eliminasi
dilakukan sebesar jumlah tersebut dengan mendebet komponen
kekayaan entitas anak dan mengkredit akun investasi dalam saham
entitas anak. Jurnalnya adalah sebagai berikut:
Modal Saham Rp 7,500,000,-
Laba Ditahan Rp 5,000,000,-
Investasi dalam Saham Entitas Anak Rp 12,500,000

Neraca PT A dan PT B
Per 31/12/2011
(Dalam Ribuan)
Keterangan PT A PT B
Kas 750 1,000
Piutang Usaha 4,000 2,000
Persediaan 6,750 3,000
Investasi dalam Saham Entitas Anak 12,500  
Bangunan dan Peralatan (Net) 7,000 6,000
Tanah 9,000 9,000
Total Aset 40,000 21,000
     
Utang Usaha 5,000 3,500
Utang Jangka Panjang 10,000 5,000
Modal Saham 15,000 7,500
Laba Ditahan 10,000 5,000
Total Pasiva / Kewajiban 40,000 21,000

16
Penyusunan Laporan Konsolidasi
(Dalam Ribuan)
Keterangan Konsolidasi
Kas Kas Induk Rp 750 + Kas Anak Rp 1,000 1,750
Piutang Usaha Rp 4,000 + Rp 2,000 - Rp 3,000 (Eliminasi) 3,000
Persediaan Rp 6,750 + Rp 3,000 9,750
Investasi dalam Saham Entitas Anak Rp 12,500 - Rp 12,500 -
Bangunan dan Peralatan (Net) Rp 7,000 + Rp 6,000 13,000
Tanah Rp 9,000 + Rp 9,000 18,000
Total Aset 45,500
Utang Usaha Rp 5,000 + Rp 3,500 - Rp 3,000 (Eliminasi Utang) 5,500
Utang Jangka Panjang Rp 10,000 + Rp 5,000 15,000
Modal Saham Rp 15,000 + Rp 7,500 - Rp 7,500 (Eliminasi) 15,000
Laba Ditahan Rp 10,000 + Rp 5,000 - Rp 5,000 (Eliminasi) 10,000
Total Pasiva / Kewajiban 45,500

PT A dan Entitas Anak PT B


Neraca Konsolidasi
Per 31 Des 2011
(Dalam Ribuan)
Aktiva Kewajiban dan Modal
Kas 1,750 Utang Usaha 5,500
Piutang Usaha 3,000 Utang Jangka Panjang 15,000
Persediaan 9,750 Modal Saham 15,000
Investasi dalam Saham Entitas Anak - Laba Ditahan 10,000
Bangunan dan Peralatan (Net) 13,000    
Tanah 18,000    
       
Total Aset 45,500 Total Pasiva / Kewajiban 45,500

2.8. Neraca Konsolidasi atas Entitas anak yang Dikuasai Kurang dari 100%
Misalkan entitas induk membeli 90% saham entitas anak pada harga yang
sesuai dengan nilai bukunya. Jadi, kekayaan entitas anak yang dibeli entitas
induk adalah 90% x Rp 12,500,000 = Rp 11,250,000. Karena itu, nilai investasi
adalah Rp 11,250,000 atau sebesar nilai buku yang diterima.

17
Penyusunan Laporan Konsolidasi - Kepentingan Nonpengendali
(Dalam Ribuan)
Keterangan Konsolidasi
Kas Kas Induk Rp 2,000 + Kas Anak Rp 1,000 3,000
Piutang Usaha Rp 4,000 + Rp 2,000 - Rp 3,000 (Eliminasi) 3,000
Persediaan Rp 6,750 + Rp 3,000 9,750
Investasi dalam Saham Entitas Anak Rp 11,250 - Rp 11,250 -
Bangunan dan Peralatan (Net) Rp 7,000 + Rp 6,000 13,000
Tanah Rp 9,000 + Rp 9,000 18,000
Total Aset   46,750
Utang Usaha Rp 5,000 + Rp 3,500 - Rp 3,000 (Eliminasi Utang) 5,500
Utang Jangka Panjang Rp 10,000 + Rp 5,000 15,000
Modal Saham Rp 15,000 + Rp 7,500 - Rp 7,500 (Eliminasi) 15,000
Laba Ditahan Rp 10,000 + Rp 5,000 - Rp 5,000 (Eliminasi) 10,000
Kepentingan Nonpengendali   1,250
Total Pasiva / Kewajiban   46,750

Jurnal eliminasi dalam penyusunan neraca konsolidasi tersebut adalah:


1. Jurnal Eliminasi Utang Usaha dan Piutang Usaha
Jurnal ini mengeliminasi seluruh utang-piutang antar perusahaan tanpa
memandang presentase kepemilikan, tetapi didasarkan pada adanya
pengendalian yang memandang entitas anak dan entitas induk adalah satu.
Jurnalnya sebagai berikut:
Utang Usaha Rp 3,000,000
Piutang Usaha Rp 3,000,000

2. Jurnal Eliminasi Akun Investasi Entitas Induk dan Kekayaan Entitas


Anak
Penguasaaan entitas induk atas kekayaan entitas anak melalui investasi
tersebut adalah 90%, sehingga jumlah kekayaan entitas anak yang dimiliki
induk adalah 90% x Rp12.500.000 = Rp.11.250.000. Jadi, eliminasi
dilakukan sebesar jumlah tersebut dengan mendebet kekayaan entitas anak
yang meliputi akun modal saham dan laba ditahan dari unsur-unsur
kekayaan anak sebesar 90% dan mengkredit akun invetasi dalam saham
anak dengan jurnal:

18
Modal Saham (90% x Rp 7,500,000) Rp 6,750,000
Laba Ditahan (90% x Rp 5,000,000) Rp 4,500,000
Investasi dalam Saham Entitas Anak Rp 11,250,000

Jurnal tersebut mengeliminasi 90% kekayaan entitas anak atas investasi


entitas induk karena entitas anak hanya dikuasai 90%, sehingga hanya ada
10% pemegang saham non pengendali dalam PT B. Jumlah kepentingan
nonpengendali ini adalah 10% x Rp 12,500,000 = Rp 1,250,000. Jurnal
eliminasi dapat dibuat sebagai berikut:
Modal Saham Rp 7,500,000
Laba Ditahan Rp 5,000,000
Investasi dalam Saham Entitas Anak Rp 11,250,000
Kepentingan Nonpengendali Rp 1,250,000

PT A dan Entitas Anak PT B


Neraca Konsolidasi
Per 31 Des 2011
(Dalam Ribuan)
Aktiva Kewajiban dan Modal
Kas 3,000 Utang Usaha 5,500
Piutang Usaha 3,000 Utang Jangka Panjang 15,000
Persediaan 9,750 Modal Saham 15,000
Bangunan dan Peralatan (Net) 13,000 Laba Ditahan 10,000
Tanah 18,000 Kepentingan Nonpengendali 1,250
       
Total Aset 46,750 Total Pasiva / Kewajiban 46,750

2.9. Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus (EBK)

19
ISAK 7 lahir setelah kasus Enron terkuak.Salah satu kesalahan yang
dilakukan manajemen Enron adalah membentuk Entitas Bertujuan Khusus
(Special Purpose Entities= SPE) yang tidak dikonsolidasikan atau off balance
sheet dan dari sanalah kejahatan dilakukan.Dalam kasus Enron ,banyak juga
pihak yang tidak hanya menyalahkan manajemen Enron,tetapi juga security
Exchange yang tidak mewajibkan Enron menyusun laporan konsolidasi atas
SPE tersebut.
Dari peristiwa Enron ini.Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB)
meinterpretasikan kewajiban penyusunan laporan konsolidasi.Di
Indonesia,hasil adopsian tersebut diterbitkan dalam bentuk interpretasi Standar
Akuntansi Keuangan (ISAK) 7 yang direvisi kembali pada tahun 2009
berdasarkan revisian kembali IASB.ISAK 7 mendefinisikan bahwa suatu EBK
dapat berbentuk perusahaan,firma atau bahkan entitas yang tidak berbentuk
hukum.EBK umumnya dibentuk dengan ketentuan kontraktual.jika secara
substansi suatu entitas mengendalikan EBK walaupun tidak menempatkan
modal dalam EBK tersebut ,entitas itu diwajibkan menyusun laporan
konsolidasi.
Laporan konsolidasi itu harus disusun sesuai dengan PSAK 4 seperti
prosedur konsolidasi yang telah dijelaskan di atas . Jika tidak ada kepemilikan
dalam EBK,seluruh ekuitas pemilik EBK disajikan sebagai kepentingan
nonpengendali pada sisi ekuitas neraca konsolidasi.Jika terdapat penempatan
modal atau investasi entitas dalam EBK investasi tersebut dieliminasi dengan
ekuitas EBK.Bila tidak semua ekuitas EBK dimiliki entitas induk,maka terdapat
kepentingan Nonpengendali.
Misalkan PT A tidak memiliki hak suara dalam PT B,tetapi memiliki hak
pengendalian atas PT B berdasarkan kontrak.Neraca PT A dan PT B per
31/12/2011 disajikan dalam peraga 3.6.Neraca tersebut memperlihatkan bahwa
PT A tidak memiliki investasi dalam saham PT B, sehingga tidak memiliki
hak suara atas PT B .Berdasarkan ISAK 7 revisi 2009,PT A juga diwajibkan

20
menyusun laporan konsolidasi karena memiliki hak pengendalian atas PT B
walaupun tidak memiliki hak suara.

Neraca PT A dan PT B
Pengendalian dengan Kontrak
Per 31/12/2011
(Dalam Ribuan)
Keterangan PT A PT B
Kas 13,250 1,000
Piutang Usaha 4,000 2,000
Persediaan 6,750 3,000
Bangunan dan Peralatan (Net) 7,000 6,000
Tanah 9,000 9,000
Total Aset 40,000 21,000
     
Utang Usaha 5,000 3,500
Utang Jangka Panjang 10,000 5,000
Modal Saham 15,000 7,500
Laba Ditahan 10,000 5,000
Total Pasiva / Kewajiban 40,000 21,000

Prosedur konsolidasi tetap dilakukan sesuai dengan PSAK 4 revisi


2009, yaitu mengeliminasi akun antarperusahaan dan menyajikan saldo
kepentingan nonpengendali pada sisi liabilitas/kewajiban di neraca
konsolidasi.Akan tetapi,karena PT A tidak memiliki saham PT B seluruh
kekayaan pemegang saham PT B disajikan sebagai kepentingan nonpengendali.
Jurnal eliminasi dalam laporan konsolidasi akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Eliminasi Utang Usaha & Piutang Usaha sebesar Rp 3,000,000


Utang Usaha Rp 3,000,000
Piutang Usaha Rp 3,000,000
2. Reklasifikasi kekayaan pemegang saham menjadi kepentingan
nonpengendali
Modal Saham Rp 7,500,000
Laba Ditahan Rp 5,000,000
Kepentingan Nonpengendali Rp 12,500,000

21
Prosedur Penyusunan Laporan Konsolidasi
(Dalam Ribuan)
Keterangan Konsolidasi
Kas Kas Induk Rp 13,250 + Kas Anak Rp 1,000 14,250
Piutang Usaha Rp 4,000 + Rp 2,000 - Rp 3,000 (Eliminasi) 3,000
Persediaan Rp 6,750 + Rp 3,000 9,750
Bangunan dan Peralatan (Net) Rp 7,000 + Rp 6,000 13,000
Tanah Rp 9,000 + Rp 9,000 18,000
Total Aset   58,000
     
Utang Usaha Rp 5,000 + Rp 3,500 - Rp 3,000 (Eliminasi Utang) 5,500
Utang Jangka Panjang Rp 10,000 + Rp 5,000 15,000
Modal Saham Rp 15,000 + Rp 7,500 - Rp 7,500 (Eliminasi) 15,000
Laba Ditahan Rp 10,000 + Rp 5,000 - Rp 5,000 (Eliminasi) 10,000
Kepentingan Nonpengendali Rp 7,500 + Rp 5,000 12,500
Total Pasiva / Kewajiban   58,000

BAB III
Kesimpulan dan Saran

22
1.
3.1. Kesimpulan
Laporan Keuangan Konsolidasi merupakan syarat yang diberikan oleh
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yaitu, untuk menyajikan
posisi keuangan dan hasil operasi untuk Induk Perusahaan (entitas pengendali)
dari satu atau lebih Anak Perusahaan (entitas yang dikendalikan) seakan-akan
entitas-entitas tersebut merupakan satu entitas perusahaan.
Laporan keuangan konsolidasi biasanya diperlukan untuk penyajian yang
wajar posisi keuangan dan hasil-hasil operasi dari suatu induk perusahaan dan
anak-anak perusahaannya. Laporan keuangan konsolidasi bukan hanya
merupakan merupakan penjumlahan akun-akun laporan keuangan induk
perusahaan dan anak perusahaan.
Untuk menyusun neraca konsolidasi jika Entitas anak Dikuasai kurang
dari 100% dengan jurnal eliminasi, yaitu
1. Jurnal Eliminasi Utang Usaha dan Piutang Usaha
Utang Usaha (D) xxx
Piutang Usaha (K) xxx
2. Jurnal Eliminasi Akun Investasi Entitas Induk dan Kekayaan Entitas Anak
Modal Saham (D) xxx
Laba Ditahan (D) xxx
Investasi dalam Saham Entitas Anak (K) xxx

3.2. Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar pembaca akan lebih
memahami tantang penyusunan Laporan Keuangan Konsolidasi ini dengan baik
dapat lebih memahami dan menerapkan pembuatan laporan keuangan
konsolidasi yang baik dan benar sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai materi yang menjadi
pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan
kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau

23
referensi. Penulis banyak berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan
saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini.

Daftar Pustaka

24
Karyawati, Golrida. 2011. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Jakarta : Erlangga

E. Baker, Richard, dkk. 2013. Akuntansi Keuangan Lanjutan (Perspektif Indonesia).


Jakarta : Salemba Empat

25

Anda mungkin juga menyukai