Anda di halaman 1dari 7

RMK AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN II

PENGANTAR LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

Disusun Oleh :

Muh Ayahtullah Mappasampo

A031211091

Kelas: Akuntansi Keuangan


Lanjutan II (Kelas D)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN
BISNIS UNIVERSITAS
HASANUDDIN MAKASSAR
2023
DEFINISI LAPORAN KONSOLIDASI
Saat ini, hampir semua perusahaan besar membuat laporan keuangan konsolidasi.
Walaupun orang sering mengira bahwa perusahaan-perusahaan raksasa merupakan
perusahaan tunggal, pengamatan lebih dekat mengungkapkan bahwa tiap perusahaan
sebenarnya terdiri dari perusahaan-perusahaan yang terpisah. Contohnya PT Media Nusantara
Citra memiliki banyak anak perusahaan diantaranya: Jaringan Televisi (RCTI, TPI, Global
TV), Jaringan Radio (Trijaya, Radio Dangdut TPI, ARG Global, Women Radio), dan Surat
Kabar (Koran Seputar Indonesia-Sindo).
Laporan Keuangan Konsolidasi merupakan syarat yang diberikan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) untuk menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi
untuk Induk Perusahaan (entitas pengendali) dari satu atau lebih Anak Perusahaan (entitas
yang dikendalikan) seakan-akan entitas-entitas tersebut merupakan satu entitas perusahaan.
Laporan keuangan konsolidasi ini wajib disusun oleh entitas induk atau pengendali tertinggi
dalam suatu kelompok usaha dimana induk perusahaan memiliki banyak anak perusahaan
bahkan anak perusahaan juga mungkin memiliki anak lain.
Pada dasarnya, laporan konsolidasi adalah laporan asumsi yang memandang makna
ekonomi suatu entitas. Secara hukum, entitas induk dan entitas anak adalah entitas-entitas
yang berbeda, bahkan undang-undang anti trust mensyaratkan arm’s lengt transaction
diantara entitas-entitas yang berafiliasi (hubungan istimewa antara antara perusahaan
pengendali dan atau perusahaan yang dikendalikan). Syarat ini berarti entitas induk tidak
diperkenankan membedakan harga beli atau jual kepada atau dari entitas anak dan perusahaan
lain yang tidak berafiliasi.
Berdasarkn PSAK 4, perusahaan yang mengendalikan perusahaan lain (Perusahaan
Induk), diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi. Perusahaan induk tidak
hanya menyusun Laporan Individunya karena hanya satu laporan yang berlaku secara umum
yaitu Laporan Konsolidasi. Tetapi laporan individu masih bisa dibuat namun dalam taraf
sebagai tambahan infomasi.

PRINSIP SUBSTANCE OVER FORM DAN LAPORAN KONSOLIDASI


PSAK 4 revisi 2009 menyatakan bahwa pengendalian atas entitas lain merupakan
acuan apakah suatu entitas diwajibkan menyusun laporan konsolidasi. Pada umumnya
pengendalian atau perusahaan lain ditandai atas kepemilikan lebih dari 50% saham
perusahaan lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun di beberapa kasus
dijumpai bahwa ada kepemilikan dibawah 50% sudah mengendalikan perusahaan lain namun
di kasus lain malah sebaliknya. Ini terjadi jika perusahaan tersebut:

 Memiliki kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai dengan perjanjian
dengan investor lain.
 Memiliki kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas
berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian.
 Memiliki kekusaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besa dewan direksi atau
dewan komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melaui dewan
atau organ tersebut.
 Memiliki kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat dewan direksi atau
dewan komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melaui dewan
atau organ tersebut.

Sebaliknya peusahaan dengan kepemilikan diatas 50% namun tidak memiliki


pengendalian dikarenakan:
 Kepemilikan dimaksudkan untuk sementara atau akan dialihkan dalam jangka pendek.
 Entitas anak dibatasi oleh restriksi jangka panjang sehingga sangat mempengaruhi
kemampuannya dalam mentransfer dana kepada entitas induk. Dengan demikian,
bahwa kepemilikan saham tidak menjadi patokan munculnya kewajiban pembuatan
laporan konsolidasi. Hal ini terjadi karena PSAK berpacu pada prinsip Substance over
form yaitu lebih mengutamakan makna ekonomi transaksi atau kondisi dibanding
dengan bentuk hukumnya.

Hak Suara dan Pengendalian


PSAK 4 lebih mengacu pada hak suara dalam menentukan pengendalian. Dalam PT
hak suara berasal dari kepemilikan saham biasa. Dengan pengertian lain, pengendalian timbul
atas kepemilikan entitas anak yang berbentuk (PT) karena terlihat dari istilah ‘Hak Minoritas’
yang berarti pemegang saham yang lebih kecil.
Hak suara tidak sama dengan kepemilikan saham biasa, walaupun kepemilikan saham
biasa suatu entitas memberikan hak suara atas entitas tersebut. Hak suara diidentifikasikan
dari kekuasaan mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas lain. Dalam pengertian
lebih jauh, hak suara dapat timbul dengan kepemilikan yang tidak signifikan atau bahkan
tanpa kepemilikan atau tanpa penempatan modal sama sekali pada entitas lain. Suatu entitas
mungkin tidak memiliki modal dalam Entitas Bertujuan Khusus (EBK), tetapi entiitas
tersebut dapat saja memenuhi persyaratan yang menimbulkan kewajiban menyusun laporan
konsolidasi jika secara substansi terdapat pengendalian atas EBK tersebut. Hal ini dapat
terjadi jika:
 Secara substansi, kegiatan EBK dijalankan untuk mewakili entitas sesuai dengan
kebutuhan khususnya.
 Secara Substansi, entitas mempunyai kekuasaan dalam pengambilan keputusan untuk
memperoleh sebagian besar manfaat dari kegiatan EBK.
 Secara substansi, entitas mempunyai hak untuk memperoleh sebagian besar manfaat
EBK, tetapi juga menanggung risiko dari aktivitas EBK.
 Secara substansi, entitas memperoleh mayoitas hak residu dan menanggung risiko
kepemilikan yang terkait dengan EBK atau asetnya untuk mempeoleh manfaat dari
aktivitas EBK yang bersangkutan.

KEGUNAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI


Laporan keuangan konsolidasi sering kali merupakan satu-satunya cara untuk
mendapatkan gambaran yang jelas dari total sumberdaya perusahaan hasil gabungan yang
berada dibawah kendali induk perusahaan dan hasil pengelolaan sumberdaya tersebut. Ketika
anak perusahaan menghasilkan laba, laba tersebut akan diakui oleh induk perusahaan, dan
sebaliknya induk perusahaan tidak dapat menghindari kerugian dari anak perusahaan yang
tidak menghasilkan keuntungan.dengan melihat laporan keuangan konsolidasi pemilik dan
pemilik potensian lebih mampu untuk menentukan efisiensi dari manajemen dalam
memanfaatkan sumberdaya yang berada dalam kendalinya.
Keditur jangka penjang dari induk perusahaan juga memperhatikan kegunaan laporan
keuangan konsolidasi karena pengaruh operasional anak perusahaan terhadap kesehatan
keseluruhan perusahaan dan masa depan induk perusahaan, relevan untuk pengambilan
keputusan keditur. Manajemen induk perusahaan mempunyai kepentingan yang
berkelanjutan untuk informasi terkini baik mengenai operasi gabungan dari entitas
konsolidasi dan juga mengenai perusahaan-perusahaan individual yang membentuk entitas
konsolidasi.

KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI


Beberapa keterbatasan terpenting dari laporan keuangan konsolidasi adalah sebagai
berikut:
1. Karena hasil operasi dan posisi keuangan dari masing-masing perusahaan yang
dimasukan dalam laporan konsolidasi tidak diungkapkan kinerja atau posisi buruk
dari satu atau lebih perusahaan dapat disembunyikan oleh kinerja yang baik dari
perusahaan lainnya.
2. Tidak semua saldo laba konsolidasi tersedia untuk dividen induk perusahaan karena
sebagian dapat mencerminkan bagian induk perusahaan atas laba anak perusahaan
yang belum dibagikan.
3. Karena rasio-rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi dihitung
berdasarkan informasi gabungan, rasio-rasio tersebut tidak mewakili perusahaan
manapun yang dikonsolidasi, termasuk induk perusahaan.
4. Akun-akun yang sama dari perusahaan-perusahaan yang berbeda digabungkan dalam
konsolidasi, bisa jadi tidak seluruhnya dapat diperbandingkan.
5. Informasi tambahan tentang masing-masing perusahaan atau kelompok perusahaan
yang termasuk dalam konsolidasi sering diperlukan untuk penyajian wajar, tetapi
pengungkapan tersebut dapat menyebabkan catatan atas laporan keuangan menjadi
sangat banyak.

PROSEDUR KONSOLIDASI
Periode Laporan Konsolidasi
Laporan konsolidasi merupakan kewajiban yang ada pada saat pengendalian telah
terjadi. Laporan keuangan konsolidasi disusun atas dasar satu tahun atau 12 bulan, yakni per
1 Januari – 31 Desember tiap tahun. Apabila akuisisi saham entitas anak terjadi pada awal
tahun, maka penyusunan laporan keuangan konsolidasi tidak akan bermasalah. Akan tetapi
bila akuisisi saham entitas anak terjadi bukan di awal atau di akhir tahun, akan timbul
masalah penyusunan laporan keuangan konsolidasi pada akhir tahun pertama setelah terjadi
hubungan entitas induk-anak, karena aturan periode laporan keuangan konsolidasi 1 Januari
hingga 31 Desember tiap tahun.
Kewajiban penyusunan laporan keuangan konsolidasi muncul sejak terjadinya
hubungan entitas induk-entitas anak. Laporan keuangan konsolidasi terdiri dari:
 Laba-rugi konsolidasi
 Neraca konsolidasi
 Laba ditahan konsolidasi
 Arus kas konsolidasi
Pada tanggal akuisisi hanya neraca konsolidasi yang disusun, sementara laba-rugi
entitas anak menjadi hak entitas induk pada periode setelah akuisisi. Laporan laba-rugi dan
laporan konsolidasi entitas anak lainnya dikonsolidasi pada periode setelah akuisisi.
Transaksi Antarperusahaan
Laporan konsolidasi menggambarkan kesatuan entitas induk dan entitas anak yang
dalam operasi sehari-harinya adalah entitas terpiah. Pengendalian entitas induk atas entitas
anak menyebabkan operasi entitas anak dipengaruhi oleh entitas induk dalam banyak hal.
Dengan demikian, akan banyak terjadi transaksi bisinis di antara kedua entitas tersebut.
Dalam pembahasan selanjutnya, setiap transaksi yang dilakukan entitas induk pada anak atau
sebaliknya, atau transaksi yang dilakukan satu entitas anak dengan entitas anak lain dalam
hubungan entitas induk-anak, disebut dengan transaksi antarperusahaan, demikian pula
transaksi utang-piutang antarperusahaan.
Transaksi antarperusahaan menimbulkan keterkaitan akun-akun dalam laporan
keuangan entitas induk dan anak. Transaksi penjualan barang dagang entitas induk pada anak
akan menyebabkan akun “penjualan” entitas induk dan akun “pembelian” entitas anak saling
terkait. Transaksi utang-piutang antarperusahaan menyebabkan akun “utang” dan akun
“piutang” saling terkait di antara kedua entitas. Untuk pembahasan selanjutnya, digunakan
istilah “akun antarperusahaan” atas setiap akun entitas induk dan entitas anak atau akun
entitas anak dengan entitas anak lain dalam hubungan induk-anak.
Transaksi antar perusahaan tidak dipandang sebagai transaksi dalam penyusunan
laporan konsolidasi. Laporan konsolidasi memandang entitas induk dan entitas anak adalah
satu, sehingga bila entitas induk melakukan transaksi dengan anak, hal itu melakukan
transaksi dengan diri sendiri. Transaksi antar perusahaan merupakan transaksi internal dari
sudut pandang konsolidasi. Apabila entitas induk menjual aset kepada entitas anak, maka dari
sudut pandang konsolidasi ini sama artinya dengan entitas induk menjual aset pada diri
sendiri, karena entitas induk dan entitas anak adalah satu. Laporan keuangan konsolidasi
tidak mengakui transaksi seperti ini, dan menganggap penjualan tersebut semata-mata
sebagai pemindahan (transfer) aset saja. Karena itu, dalam penyusunan kertas kerja
konsolidasi transaksi-transaksi seperti ini harus dieliminasi. Konsolidasi hanya mengakui
transaksi dengan pihak-pihak diluar hubungan induk-anak. Entitas lain di luar entitas induk-
anak selanjutnya disebut sebagai pihak eksternal.
Kepentingan Nonpengendali
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa laporan konsolidasi akan menjadi kewajiban
suatu entitas manakala entitas tersebut memiliki hak pengendalian dalam entitas lain.
Kepemilikan suara di atas 50% merupakan salah satu ciri adanya pengendalian yang
mewajibkan entitas induk menyusun laporan keuangan konsolidasi. Apabila entitas anak
berbentuk perseroan terbatas (PT), kepemilikan saham menjadi indikasi hak suara.
Kepemilikan 100% saham entitas anak dalam kondisi normal akan memberikan hak
pengendalian penuh bagi entitas induk. Meskipun kepemilikan entitas induk atas saham biasa
entitas anak kurang dari 100%, entitas induk tetap memiliki hak pengendalian atas entitas
anak jika terdapat pemilik lain dalam entitas anak yang harus diberikan haknya. Inilah yang
disebut kepentingan nonpengendali yang dilindungi oleh UU No.40 tahun 2007 menyebut
kepentingan Nonpengendali dengan istilah Pemilik Saham Minoritas. Pemilik saham
minoritas diberi diberi hak menjual sahamnya dengan harga yang wajar apabila tidak
menyetujui penggabungan, peleburan atau pengambilalihan yang dilakukan.
PSAK 4 Revisi 2009 mendefinisikan Kepentingan Nonpengendali sebagai ekuitas
entitas anak yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung pada
entitas induk. Kepentingan Nonpengendali akan berubah seiring dengan perubahan ekuitas
anak yang disebabkan pengumuman laba dan deviden oleh entitas anak. PSAK 4 revisi 2009
mensyaratkan kepentingan nonpengendali atas laba-rugi entitas anak yang dikonsolidasi
selama periode pelaporan diidentifikasikan secara terpisah dalam laporan konsolidasi.
Kepentingan nonpengendali atas aset neto (ekuitas) terdiri dari:
1. Jumlah kepentingan nonpengendali pada tanggal penggabungan usaha awal.
2. Bagian kepentingan nonpengendali atas perubahan ekuitas sejak tanggal
penggabungan usaha.
Kepentingan Nonpengendali disajikan di bagian ekuitas dalam laporan posisi
keuangan konsolidasi, terpisah dari ekuitas pemilik entitas induk.
Sebagai contoh, PT A mengakuisisi saham biasa PT B pada harga yang sama dengan
nilai bukunya pada tanggal 31 Desember 2011. Kekayaan pemegang saham PT B saat itu
terdiri dari:
Modal saham biasa Rp 7.500.000
Laba ditahan Rp 5.000.000
Total kekayaan pemegang saham Rp 12.500.000

Apabila akuisisi dilakukan atas seluruh saham PT B (100%), maka PT A memiliki


pengendalian penuh atas PT B. Hal itu juga berarti bahwa tidak ada Kepentingan
Nonpengendali dalam PT B.
Apabila PT A mengakuisisi 90% saham PT B, sekalipun PT A mengendalikan PT B
tetapi terdapat 10% pemegang saham dalam PT B yang tidak diakuisisi oleh PT A. Kekayaan
PT B yang dimiliki PT A akibat akuisisi tersebut adalah 90% dari total kekayaan PT B atau
90% x Rp 12.500.000 = Rp 11.250.000. Jadi kekayaan Kepentingan Nonpengendali adalah
10% x Rp 12.500.000 = Rp 1.250.000.
Misalkan pada periode 2012 PT B mengumumkan laba sebesar Rp 5.000.000,
sementara deviden diumumkan pada tanggal 31 Desember 2012 sebesar Rp 3.000.000.
Pengumuman laba akan menambah kekayaan entitas induk sebesar 90% dari laba
tersebut, yakni Rp 4.500.000. Sedangkan 10% dari laba tersebut menjadi laba
Kepentingan Nonpengendali, yakni Rp 500.000. Deviden yang diumumkan PT B juga
dialokasikan sebesar 10% untuk Kepentingan Nonpengendali yang mengurangi
kekayaan Kepentingan Nonpengendali sebesar 10% x Rp 3.000.000 = Rp 300.000.
Dengan demikian, perhitungan Kepentingan Nonpengendali pada akhir tahun 2012
adalah sebagai berikut:

Kepentingan Nonpengendali 31 Des 2011 Rp 1.250.000


Laba kepentingan nonpengendali tahun 2012 Rp 500.000
Deviden (Rp 300.000)
Kekayaan kepentingan nonpengendali 31 Des 2012 Rp 1.450.000

Dalam laporan keuangan konsolidasi PT A dan entitas anak (PT B) per 31


Desember 2012, kepentingan nonpengendali disajikan sebesar Rp 1.450.000. Dengan
demikian, terjadi kenaikan kekayaan kepentingan nonpengendali di akhir periode 2012
sebesar Rp 200.000 yang berasal dari laba dan deviden untuk kepentingan
nonpengendali.

Perhitungan Laporan Keuangan Konsolidasi dengan Adanya


Kepentingan Nonpengendali

Praktik Saat Ini

Prosedur yang saat ini digunakan dalam praktik tidak hanya merupakan pendekatan
induk perusahaan, tapi juga termasuk pendekatan entitas. Jumlah dari aset neto anak
perusahaan yang diakui di neraca konsolidasi pada tanggal akusisi pada praktiknya
sama dengan pendekatan induk perusahaan. Penentuan laba netopada praktiknya
mengikuti pendekatan induk perusahaan, kecuali perlakuan transaksiantarperusahaan
yang umumnya konsisten dengan pendekatan entitas.

Anda mungkin juga menyukai