Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

Makalah
Disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Akuntansi pemerintahan yang dibina oleh Ibu Ayu Fitri Rosianie

Oleh:
Putri Aryani (210122002)
Rika Juliana (210121003)
Luna Phalevi (210121005)
INSTITUT TEKHNOLOGI DAN BISNIS SWADHARMA
JURUSAN AKUNTANSI

2022
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG
Konsep akuntansi penggabungan usaha, yang terdapat pada APB Opinion No. 16,
secara jelas meliputi penggabungan dengan satu atau lebih perusahaan menjadi anak
perusahaan ketika suatu perusahaan lain (disebut sebagai induk perusahaan) memperoleh
pengendalian kepemilikan terhadap anak perusahaan tersebut. Pada umumnya hubungan
entitas induk-anak ini muncul melalui adanya akuisisi saham. Biasanya, pengendalian
kepemilikan pada perusahaan lain diperoleh secara langsung dengan memperoleh hak
mayoritas (lebih dari 50%) atas saham berhak suara.
Penggabungan usaha yang terjadi karena pengendalian, tidak menyatukan semua
operasi entita-entitas yang tergabung, melainkan masing-masing entitas tetap beroperasi
secara terpisah, hanya saja berada dalam satu pengendali yang sama. Pencatatan laporan
keuangan yang ada pada perusahaan yang menerapkan hubungan entitas induk-anak jelas
berbeda dengan perusahaan yang tidak sedang menjalankan bentuk penggabungan usaha
semacam itu. Di dalam PSAK telah diatur bahwa perusahaan dalam hubungan entitas induk-
anak harus membuat laporan keuangan gabungan, atau biasa disebut laporan keuangan
konsolidasi. Laporan ini terdiri dari neraca konsolidasi, laporan laba rugi konsolidasi, laporan
saldo laba konsolidasi, dan laporan arus kas konsolidasi.
Di dalam makalah ini, penulis ingin mempertajam penjelasan pada konsep laporan
keuangan konsolidasi itu sendiri, serta memberikan contoh neraca konsolidasi, laporan laba
rugi konsolidasi, dan laporan saldo laba konsolidasi. Laporan arus kas konsolidasi tidak
dijelaskan pada penulisan makalah ini.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah definisi dari laporan keuangan konsolidasi?
2. Apakah kegunaan adanya laporan keuangan konsolidasi?
3. Apakah keterbatasan laporan keuangan konsolidasi?
4. Bagaimanakah prinsip substance over form dan laporan konsolidasi?
5. Bagaimanakah prosedur laporan keuangan konsolidasi?
6. Bagaimanakah laporan laba rugi konsolidasi?
7. Bagaimanakah konsolidasi entitas bertujuan khusus (EBK)?

TUJUAN PEMBAHASAN
Pembahasan materi ini bertujuan agar:
1. Mengetahui definisi dari laporan keuangan konsolidasi.
2. Mengetahui kegunaan adanya laporan keuangan konsolidasi.
3. Mengetahui keterbatasan laporan keuangan konsolidasi.
4. Mengetahui prinsip substance over form dan laporan konsolidasi.
5. Mengetahui prosedur laporan keuangan konsolidasi.
6. Mengetahui laporan laba rugi konsolidasi.
8. Mengetahui konsolidasi entitas bertujuan khusus (EBK)?
BAB II
PEMBAHASAN

DEFINISI LAPORAN KONSOLIDASI


Saat ini, hampir semua perusahaan besar membuat laporan keuangan konsolidasi.
Walaupun orang sering mengira bahwa perusahaan-perusahaan raksasa merupakan
perusahaan tunggal, pengamatan lebih dekat mengungkapkan bahwa tiap perusahaan
sebenarnya terdiri dari perusahaan-perusahaan yang terpisah. Contohnya PT Media Nusantara
Citra memiliki banyak anak perusahaan diantaranya: Jaringan Televisi (RCTI, TPI, Global
TV), Jaringan Radio (Trijaya, Radio Dangdut TPI, ARG Global, Women Radio), dan Surat
Kabar (Koran Seputar Indonesia-Sindo).
Laporan Keuangan Konsolidasi merupakan syarat yang diberikan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) untuk menyajikan posisi keuangan dan hasil operasi
untuk Induk Perusahaan (entitas pengendali) dari satu atau lebih Anak Perusahaan (entitas
yang dikendalikan) seakan-akan entitas-entitas tersebut merupakan satu entitas perusahaan.
Laporan keuangan konsolidasi ini wajib disusun oleh entitas induk atau pengendali tertinggi
dalam suatu kelompok usaha dimana induk perusahaan memiliki banyak anak perusahaan
bahkan anak perusahaan juga mungkin memiliki anak lain.
Pada dasarnya, laporan konsolidasi adalah laporan asumsi yang memandang makna
ekonomi suatu entitas. Secara hukum, entitas induk dan entitas anak adalah entitas-entitas
yang berbeda, bahkan undang-undang anti trust mensyaratkan arm’s lengt transaction
diantara entitas-entitas yang berafiliasi (hubungan istimewa antara antara perusahaan
pengendali dan atau perusahaan yang dikendalikan). Syarat ini berarti entitas induk tidak
diperkenankan membedakan harga beli atau jual kepada atau dari entitas anak dan perusahaan
lain yang tidak berafiliasi.
Berdasarkn PSAK 4, perusahaan yang mengendalikan perusahaan lain (Perusahaan
Induk), diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi. Perusahaan induk tidak
hanya menyusun Laporan Individunya karena hanya satu laporan yang berlaku secara umum
yaitu Laporan Konsolidasi. Tetapi laporan individu masih bisa dibuat namun dalam taraf
sebagai tambahan infomasi.

PRINSIP SUBSTANCE OVER FORM DAN LAPORAN KONSOLIDASI


PSAK 4 revisi 2009 menyatakan bahwa pengendalian atas entitas lain merupakan
acuan apakah suatu entitas diwajibkan menyusun laporan konsolidasi. Pada umumnya
pengendalian atau perusahaan lain ditandai atas kepemilikan lebih dari 50% saham
perusahaan lain baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun di beberapa kasus
dijumpai bahwa ada kepemilikan dibawah 50% sudah mengendalikan perusahaan lain namun
di kasus lain malah sebaliknya. Ini terjadi jika perusahaan tersebut:

 Memiliki kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai dengan perjanjian
dengan investor lain.
 Memiliki kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas
berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian.
 Memiliki kekusaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besa dewan direksi atau
dewan komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melaui dewan
atau organ tersebut.
 Memiliki kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat dewan direksi atau
dewan komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan entitas melaui dewan
atau organ tersebut.

Sebaliknya peusahaan dengan kepemilikan diatas 50% namun tidak memiliki


pengendalian dikarenakan:
 Kepemilikan dimaksudkan untuk sementara atau akan dialihkan dalam jangka pendek.
 Entitas anak dibatasi oleh restriksi jangka panjang sehingga sangat mempengaruhi
kemampuannya dalam mentransfer dana kepada entitas induk. Dengan demikian,
bahwa kepemilikan saham tidak menjadi patokan munculnya kewajiban pembuatan
laporan konsolidasi. Hal ini terjadi karena PSAK berpacu pada prinsip Substance over
form yaitu lebih mengutamakan makna ekonomi transaksi atau kondisi dibanding
dengan bentuk hukumnya.

Hak Suara dan Pengendalian


PSAK 4 lebih mengacu pada hak suara dalam menentukan pengendalian. Dalam PT
hak suara berasal dari kepemilikan saham biasa. Dengan pengertian lain, pengendalian timbul
atas kepemilikan entitas anak yang berbentuk (PT) karena terlihat dari istilah ‘Hak Minoritas’
yang berarti pemegang saham yang lebih kecil.
Hak suara tidak sama dengan kepemilikan saham biasa, walaupun kepemilikan saham
biasa suatu entitas memberikan hak suara atas entitas tersebut. Hak suara diidentifikasikan
dari kekuasaan mengatur kebijakan keuangan dan operasional entitas lain. Dalam pengertian
lebih jauh, hak suara dapat timbul dengan kepemilikan yang tidak signifikan atau bahkan
tanpa kepemilikan atau tanpa penempatan modal sama sekali pada entitas lain. Suatu entitas
mungkin tidak memiliki modal dalam Entitas Bertujuan Khusus (EBK), tetapi entiitas
tersebut dapat saja memenuhi persyaratan yang menimbulkan kewajiban menyusun laporan
konsolidasi jika secara substansi terdapat pengendalian atas EBK tersebut. Hal ini dapat
terjadi jika:
 Secara substansi, kegiatan EBK dijalankan untuk mewakili entitas sesuai dengan
kebutuhan khususnya.
 Secara Substansi, entitas mempunyai kekuasaan dalam pengambilan keputusan untuk
memperoleh sebagian besar manfaat dari kegiatan EBK.
 Secara substansi, entitas mempunyai hak untuk memperoleh sebagian besar manfaat
EBK, tetapi juga menanggung risiko dari aktivitas EBK.
 Secara substansi, entitas memperoleh mayoitas hak residu dan menanggung risiko
kepemilikan yang terkait dengan EBK atau asetnya untuk mempeoleh manfaat dari
aktivitas EBK yang bersangkutan.

KEGUNAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI


Laporan keuangan konsolidasi sering kali merupakan satu-satunya cara untuk
mendapatkan gambaran yang jelas dari total sumberdaya perusahaan hasil gabungan yang
berada dibawah kendali induk perusahaan dan hasil pengelolaan sumberdaya tersebut. Ketika
anak perusahaan menghasilkan laba, laba tersebut akan diakui oleh induk perusahaan, dan
sebaliknya induk perusahaan tidak dapat menghindari kerugian dari anak perusahaan yang
tidak menghasilkan keuntungan.dengan melihat laporan keuangan konsolidasi pemilik dan
pemilik potensian lebih mampu untuk menentukan efisiensi dari manajemen dalam
memanfaatkan sumberdaya yang berada dalam kendalinya.
Keditur jangka penjang dari induk perusahaan juga memperhatikan kegunaan laporan
keuangan konsolidasi karena pengaruh operasional anak perusahaan terhadap kesehatan
keseluruhan perusahaan dan masa depan induk perusahaan, relevan untuk pengambilan
keputusan keditur. Manajemen induk perusahaan mempunyai kepentingan yang
berkelanjutan untuk informasi terkini baik mengenai operasi gabungan dari entitas
konsolidasi dan juga mengenai perusahaan-perusahaan individual yang membentuk entitas
konsolidasi.

KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI


Beberapa keterbatasan terpenting dari laporan keuangan konsolidasi adalah sebagai
berikut:
1. Karena hasil operasi dan posisi keuangan dari masing-masing perusahaan yang
dimasukan dalam laporan konsolidasi tidak diungkapkan kinerja atau posisi buruk
dari satu atau lebih perusahaan dapat disembunyikan oleh kinerja yang baik dari
perusahaan lainnya.
2. Tidak semua saldo laba konsolidasi tersedia untuk dividen induk perusahaan karena
sebagian dapat mencerminkan bagian induk perusahaan atas laba anak perusahaan
yang belum dibagikan.
3. Karena rasio-rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi dihitung
berdasarkan informasi gabungan, rasio-rasio tersebut tidak mewakili perusahaan
manapun yang dikonsolidasi, termasuk induk perusahaan.
4. Akun-akun yang sama dari perusahaan-perusahaan yang berbeda digabungkan dalam
konsolidasi, bisa jadi tidak seluruhnya dapat diperbandingkan.
5. Informasi tambahan tentang masing-masing perusahaan atau kelompok perusahaan
yang termasuk dalam konsolidasi sering diperlukan untuk penyajian wajar, tetapi
pengungkapan tersebut dapat menyebabkan catatan atas laporan keuangan menjadi
sangat banyak.

PROSEDUR KONSOLIDASI
Periode Laporan Konsolidasi
Laporan konsolidasi merupakan kewajiban yang ada pada saat pengendalian telah
terjadi. Laporan keuangan konsolidasi disusun atas dasar satu tahun atau 12 bulan, yakni per
1 Januari – 31 Desember tiap tahun. Apabila akuisisi saham entitas anak terjadi pada awal
tahun, maka penyusunan laporan keuangan konsolidasi tidak akan bermasalah. Akan tetapi
bila akuisisi saham entitas anak terjadi bukan di awal atau di akhir tahun, akan timbul
masalah penyusunan laporan keuangan konsolidasi pada akhir tahun pertama setelah terjadi
hubungan entitas induk-anak, karena aturan periode laporan keuangan konsolidasi 1 Januari
hingga 31 Desember tiap tahun.
Kewajiban penyusunan laporan keuangan konsolidasi muncul sejak terjadinya
hubungan entitas induk-entitas anak. Laporan keuangan konsolidasi terdiri dari:
 Laba-rugi konsolidasi
 Neraca konsolidasi
 Laba ditahan konsolidasi
 Arus kas konsolidasi
Pada tanggal akuisisi hanya neraca konsolidasi yang disusun, sementara laba-rugi
entitas anak menjadi hak entitas induk pada periode setelah akuisisi. Laporan laba-rugi dan
laporan konsolidasi entitas anak lainnya dikonsolidasi pada periode setelah akuisisi.
Transaksi Antarperusahaan
Laporan konsolidasi menggambarkan kesatuan entitas induk dan entitas anak yang
dalam operasi sehari-harinya adalah entitas terpiah. Pengendalian entitas induk atas entitas
anak menyebabkan operasi entitas anak dipengaruhi oleh entitas induk dalam banyak hal.
Dengan demikian, akan banyak terjadi transaksi bisinis di antara kedua entitas tersebut.
Dalam pembahasan selanjutnya, setiap transaksi yang dilakukan entitas induk pada anak atau
sebaliknya, atau transaksi yang dilakukan satu entitas anak dengan entitas anak lain dalam
hubungan entitas induk-anak, disebut dengan transaksi antarperusahaan, demikian pula
transaksi utang-piutang antarperusahaan.
Transaksi antarperusahaan menimbulkan keterkaitan akun-akun dalam laporan
keuangan entitas induk dan anak. Transaksi penjualan barang dagang entitas induk pada anak
akan menyebabkan akun “penjualan” entitas induk dan akun “pembelian” entitas anak saling
terkait. Transaksi utang-piutang antarperusahaan menyebabkan akun “utang” dan akun
“piutang” saling terkait di antara kedua entitas. Untuk pembahasan selanjutnya, digunakan
istilah “akun antarperusahaan” atas setiap akun entitas induk dan entitas anak atau akun
entitas anak dengan entitas anak lain dalam hubungan induk-anak.
Transaksi antar perusahaan tidak dipandang sebagai transaksi dalam penyusunan
laporan konsolidasi. Laporan konsolidasi memandang entitas induk dan entitas anak adalah
satu, sehingga bila entitas induk melakukan transaksi dengan anak, hal itu melakukan
transaksi dengan diri sendiri. Transaksi antar perusahaan merupakan transaksi internal dari
sudut pandang konsolidasi. Apabila entitas induk menjual aset kepada entitas anak, maka dari
sudut pandang konsolidasi ini sama artinya dengan entitas induk menjual aset pada diri
sendiri, karena entitas induk dan entitas anak adalah satu. Laporan keuangan konsolidasi
tidak mengakui transaksi seperti ini, dan menganggap penjualan tersebut semata-mata
sebagai pemindahan (transfer) aset saja. Karena itu, dalam penyusunan kertas kerja
konsolidasi transaksi-transaksi seperti ini harus dieliminasi. Konsolidasi hanya mengakui
transaksi dengan pihak-pihak diluar hubungan induk-anak. Entitas lain di luar entitas induk-
anak selanjutnya disebut sebagai pihak eksternal.

Kepentingan Nonpengendali
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa laporan konsolidasi akan menjadi kewajiban
suatu entitas manakala entitas tersebut memiliki hak pengendalian dalam entitas lain.
Kepemilikan suara di atas 50% merupakan salah satu ciri adanya pengendalian yang
mewajibkan entitas induk menyusun laporan keuangan konsolidasi. Apabila entitas anak
berbentuk perseroan terbatas (PT), kepemilikan saham menjadi indikasi hak suara.
Kepemilikan 100% saham entitas anak dalam kondisi normal akan memberikan hak
pengendalian penuh bagi entitas induk. Meskipun kepemilikan entitas induk atas saham biasa
entitas anak kurang dari 100%, entitas induk tetap memiliki hak pengendalian atas entitas
anak jika terdapat pemilik lain dalam entitas anak yang harus diberikan haknya. Inilah yang
disebut kepentingan nonpengendali yang dilindungi oleh UU No.40 tahun 2007 menyebut
kepentingan Nonpengendali dengan istilah Pemilik Saham Minoritas. Pemilik saham
minoritas diberi diberi hak menjual sahamnya dengan harga yang wajar apabila tidak
menyetujui penggabungan, peleburan atau pengambilalihan yang dilakukan.
PSAK 4 Revisi 2009 mendefinisikan Kepentingan Nonpengendali sebagai ekuitas
entitas anak yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak langsung pada
entitas induk. Kepentingan Nonpengendali akan berubah seiring dengan perubahan ekuitas
anak yang disebabkan pengumuman laba dan deviden oleh entitas anak. PSAK 4 revisi 2009
mensyaratkan kepentingan nonpengendali atas laba-rugi entitas anak yang dikonsolidasi
selama periode pelaporan diidentifikasikan secara terpisah dalam laporan konsolidasi.
Kepentingan nonpengendali atas aset neto (ekuitas) terdiri dari:
1. Jumlah kepentingan nonpengendali pada tanggal penggabungan usaha awal.
2. Bagian kepentingan nonpengendali atas perubahan ekuitas sejak tanggal
penggabungan usaha.
Kepentingan Nonpengendali disajikan di bagian ekuitas dalam laporan posisi
keuangan konsolidasi, terpisah dari ekuitas pemilik entitas induk.
Sebagai contoh, PT A mengakuisisi saham biasa PT B pada harga yang sama dengan
nilai bukunya pada tanggal 31 Desember 2011. Kekayaan pemegang saham PT B saat itu
terdiri dari:
Modal saham biasa Rp 7.500.000
Laba ditahan Rp 5.000.000
Total kekayaan pemegang saham Rp 12.500.000

Apabila akuisisi dilakukan atas seluruh saham PT B (100%), maka PT A memiliki


pengendalian penuh atas PT B. Hal itu juga berarti bahwa tidak ada Kepentingan
Nonpengendali dalam PT B.
Apabila PT A mengakuisisi 90% saham PT B, sekalipun PT A mengendalikan PT B
tetapi terdapat 10% pemegang saham dalam PT B yang tidak diakuisisi oleh PT A. Kekayaan
PT B yang dimiliki PT A akibat akuisisi tersebut adalah 90% dari total kekayaan PT B atau
90% x Rp 12.500.000 = Rp 11.250.000. Jadi kekayaan Kepentingan Nonpengendali adalah
10% x Rp 12.500.000 = Rp 1.250.000.
Misalkan pada periode 2012 PT B mengumumkan laba sebesar Rp 5.000.000,
sementara deviden diumumkan pada tanggal 31 Desember 2012 sebesar Rp 3.000.000.
Pengumuman laba akan menambah kekayaan entitas induk sebesar 90% dari laba tersebut,
yakni Rp 4.500.000. Sedangkan 10% dari laba tersebut menjadi laba Kepentingan
Nonpengendali, yakni Rp 500.000. Deviden yang diumumkan PT B juga dialokasikan
sebesar 10% untuk Kepentingan Nonpengendali yang mengurangi kekayaan Kepentingan
Nonpengendali sebesar 10% x Rp 3.000.000 = Rp 300.000. Dengan demikian, perhitungan
Kepentingan Nonpengendali pada akhir tahun 2012 adalah sebagai berikut:

Kepentingan Nonpengendali 31 Des 2011 Rp 1.250.000


Laba kepentingan nonpengendali tahun 2012 Rp 500.000
Deviden (Rp 300.000)
Kekayaan kepentingan nonpengendali 31 Des 2012 Rp 1.450.000

Dalam laporan keuangan konsolidasi PT A dan entitas anak (PT B) per 31 Desember
2012, kepentingan nonpengendali disajikan sebesar Rp 1.450.000. Dengan demikian, terjadi
kenaikan kekayaan kepentingan nonpengendali di akhir periode 2012 sebesar Rp 200.000
yang berasal dari laba dan deviden untuk kepentingan nonpengendali.

Perhitungan Laporan Keuangan Konsolidasi dengan Adanya Kepentingan


Nonpengendali

Praktik Saat Ini

Prosedur yang saat ini digunakan dalam praktik tidak hanya merupakan pendekatan induk
perusahaan, tapi juga termasuk pendekatan entitas. Jumlah dari aset neto anak perusahaan
yang diakui di neraca konsolidasi pada tanggal akusisi pada praktiknya sama dengan
pendekatan induk perusahaan. Penentuan laba netopada praktiknya mengikuti pendekatan
induk perusahaan, kecuali perlakuan transaksiantarperusahaan yang umumnya konsisten
dengan pendekatan entitas.
Pendapatan, Beban, dan Laba Neto Anak Perusahaan
Elemen Teori

Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian

Induk Non Induk Non- Induk Non-

Perusahaan Pengendali Perusahaan Pengendali Perusahaan Pengendali

Pendapatan

Beban

Laba Neto

Bagian yang termasuk dalam laporan keuangan konsolidasi

Praktik di Masa Depan

Di masa depan, ada kemungkinan perubahan menuju pendekatan entitas, dimana


mengharuskan perhitungan laba neto konsolidasi untuk entitas konsolidasi secara keseluruhan
dan mengalokasikan laba tersebut Antara kepemilikan pengendali dan non pengendali. Maka
laporan laba rugi konsolidasi akan disajikan sebagai berikut :

Pendapatan Rp 1.800.000.000

Beban (800.000.000)

Laba Neto Konsolidasi Rp 1.000.000.000

Dikurangi : Laba Neto Konsolidasi yang

disistribusika ke kepemilika

nonpengendali (75.000.000)

Laba neto konsolidasi yang didistribusikan

Ke kepemilikan pengendali Rp 925.000.000


Walaupun bentuk penyajiannya masih berfokus pada kepemilian pengendali, namun
penyajian ini memperlakukan bagian laba untuk kepemilikan nonpengendali.

Praktek Saat Ini Pendekatan Entitas

Saat neto Rp 2.580.000.000 Rp 2.600.000.000

Goodwill Rp 70.000.000 Rp 87.500.000

Berdasarkan praktik saat ini, jumlah yang dialokasikan ke aset neto entitas konsolidasi
adalah nilai buku induk perusahaan (Rp2.000.000.000) ditambah nilai buku penuh aset neto
anak perusahaan (Rp500.000.000) ditambah bagian induk perusahaan atas kenaikan nilai aset
neto anak perusahaan (RplOO.000.000 x 0,80). Goodwill dalam praktik saat ini dihitung
sebagai selisih antara harga beli (Rp550.000.000) yang lebih besar dari bagian induk
perusahaan atas nilai wajar aset neto anak perusahaan pada tanggal penggabungan usaha
(Rp600.000.000 x 0,80). Goodwill sebesar Rp87.500.000 dihitung dari perbedaan antara nilai
wajar keseluruhan PT Sarden (Rp687.500.000) dan nilai wajar aset netonya (Rp600.000.000).

Akuisisi Hak Minoritas

APB Opinion No.16 tidak memperkenankan menggunakan metode penyatuan untuk


akusisi saham yang dimiliki oleh hak minoritas. Jika PT A memperoleh sisa saham beredar
PT B (10% yang dimiliki oleh hak minoritas) setelah pelaksanaan penggabungan usaha, maka
akuisisi tersebut tidak dikategorikan sebagai suatu penyatuan kepemilikan, bahkan jika
transaksi tersebut dilaksanakan melalui pertukaran saham. Meskipun bukan merupakan
penggabungan usaha, akuisisi saham tambahan tersebut dicatat berdasarkan metode
pembelian, dan transaksi tersebut dicatat pada nilai wajarnya. Hasilnya adalah revaluasi 10%
aktiva bersih PT B.

NERACA KONSOLIDASI ATAS ENTITAS ANAK YANG DIKUASAI KURANG


DARI 100%

Misalkan entitas induk membeli 90% saham entitas anak pada harga yang sesuai dengan nilai
bukunya.Jadi,kekayaan entitas anak yang dibeli entitas induk adalah 90% x 12 500 000 =
Rp 11 250 000 .Karena itu,nilai investasi adalah Rp 11 250 000 atau sebesar nilai buku yang
diterima. Peraga 3-4 menyajikan pengkonsolidasian akun-akun.

Peraga 3-4 Penyusunan Laporan Konsolidasi – Kepentingan Nonpengendali (dalam ribuan)

Keterangan Konsolidasi

Kas Kas induk Rp 2000+kas anak Rp1000 Rp 3000


Piutang usaha 4000 + 2000 – 3000(eliminasi No 1) 3000
Persediaan 6750 + 3000 9750
Investasi dalam saham entitas 11250 -11 250 (eliminasi No 2) -
anak
Bangunan dan Peralatan (net) 7 000 + 6000 13000
Tanah 9000+9000 18000
Total Asset Rp 46 750
Utang usaha 5000+3500-3000(eliminasi No 1) Rp 5500
Utang Jangka Panjang 10 000 + 5000 15000
Modal saham 15000+7500-7500(eliminasi No 2) 15000
Laba ditahan 10000+5000-5000(eliminasi No 2) 10000
Kepentingan Nonpengendali 1250
Total passiva / kewajiban Rp 46750

Jurnal eliminasi dalam penyusunan neraca konsolidasi tersebut adalah :

1. Jurnal eliminasi Utang Usaha dan Piutang Usaha


Jurnal ini mengeliminasi seluruh utang piutang antarperusahaan tanpa memandang
persentase kepemilikan,tetapi didasarkan pada adanya pengendalian yang memandang
entitas induk dan entitas anak adalah satu.Jurnalnya adalah sebagai berikut :

Utang usaha Rp 3 000 000


Piutang usaha Rp 3 000 000

2. Jurnal Eliminasi Akun Investasi Entitas Induk dan Kekayaan Entitas Anak
Penguasaan entitas induk atas kekayaan entitas anak melalui investasi tersebut adalah
90%,sehingga jumlah kekayaan entitas anak yang dimiliki entitas induk 90% x Rp 12
500 = Rp 11 250.Jadi ,eliminasi dilakukan sebesar jumlah tersebut dengan “mendebet”
kekayaan entitas anak yang meliputi akun “modal saham “ dan “laba ditahan” dari
unsur-unsur kekayaan entitas anak sebesar 90% dan “mengkredit” akun “investasi”
dalam saham “anak” milik entitas induk dengan jurnal berikut :

Modal saham (90% x Rp 7,5 juta) Rp 6 750 000


Laba Ditahan (90% x Rp 5 juta ) Rp 4 500 000
Investasi dalam saham entitas anak Rp 11 250 000

Jurnal tersebut mengeliminasi 90% kekayaan entitas anak atas investasi entitas induk
karena entitas anak hanya dikuasai sebesar 90% sehingga hanya ada 10% pemegang
saham nonpengendali dalam PT B.Jumlah kepentingan nonpengendali ini adalah 10% x
Rp 12,5 juta = Rp 1.250.000

Jurnal eliminasi dapat dibuat sebagai berikut :

Modal saham Rp 7 500 000


Laba Ditahan Rp 5 000 000

Investasi dalam saham entitas anak Rp 11 250 000

Kepentingan Nonpengendali Rp 1 250 000

Neraca konsolidasi PT A dan PT B per 31 Desember 2011 disajikan pada peraga 3-5
Laporan konsolidasi pada dasarnya disusun berdasarkan prinsip yang telah dijelaskan
sebelumnya,tetapi jika bagan akun perusahaan sedemikian kompleks dan akun
antarperusahaan semakin banyak,cara-cara seperti itu akan menimbulkan resiko human error
yang cukup besar.

Peraga 3-5 Neraca Konsolidasi

PT A dan anak PT B

Neraca Konsolidasi

Per 31 Desember 2011 (dalam ribuan)

Aktiva Passiva/Kewajiban
Kas Rp3000 Utang usaha Rp 5500
Piutang usaha 3000 Utang Jangka Panjang 15 000
Persediaan 9750 Modal saham 15 000
Bangunan dan Peralatan 13000 Laba ditahan 10 000
Tanah 18000 Kepentingan Nonpengendali 1250
Total aset Rp 467500 Total Passiva/ Kewajiban Rp 46 750

PROSEDUR LAPORAN KONSOLIDASI

Laporan konsolidasi disusun dengan menggabungkanlaporan keuangan entitas induk


dan laporan keuangan entitas anak. Dan adapun prosedur laporan keuangan sebagai berikut :

Laporan Konsolidasi = Laporan Entitas Induk + Laporan Entitas Anak – Akun Antar Perusahaan

contoh laporan keuangan PT A dan entitas anak PT B yang dikuasai 100 % per 31 Desember
2011, Penyusunan laporan konsolidasi akan lebih akurat apabila akun antar perusahaan
diperhitungkan lebih dahuluPT B yang tebih akurat apabila akun antarperusahaan
diperhitungkan terlebih dahulu kemudian dilakukan konsolidasi akun-akun laporan keuangan
entitas induk dan entitas anak.

Neraca

Neraca PT A dan PT B

Per 31/12/2011

(dalam ribuan)

Keterangan PT A PT B
Kas 750 1.000

Piutang Usaha 4.000 2.000

Persediaan 6.750 3.000

Investasi dalam saham entitas anak 12.500

Bangunan dan peralatan (net) 7.000 6.000

Tanah 9000 9000

Total Aset 40.000 21.000

Utang usaha 5.000 3500

Utang jangka panjang 10.000 5.000

Modal saham 15.000 7.500

Laba ditahan 10.000 5.000

Total pasiva/kewajiban Rp 40.000 Rp 21.000

Keterangan :

a. PT A memiliki piutang usaha sebesarr Rp 3.000.000 pada PT B.


b. Nilai investasi PT A sama dengan kekayaan PT B yang diperoleh.

Akun Investasi Entitas Induk dan Akun Kekayaan Entitas Anak


Investasi entitas induk dalam saham entitas anak mengakibatkan akun "investasi
dalam saham entilas anak" milik entitas induk berkaitan dengan akun "modal
saham/kekayaan pemegang saham” entitas anak. Saldo normal akun "investasi" adalah
"debet" sehingga akun teresebut dieiiminasi dengan "mengkredit". Dalam perusahaan yang
berbentuk perseroan Terbatas, kekayaan pemegang saham terdiri dari modal saham dan laba
untuk pemegang saham. yakni laba ditahan (retained earning). Modal saham dalam neraca
harus disajikan pada nilai nominalnya. Apabila pada penjualan perdana harga saham yang
dijual ditetapkan di atas nilai nominalnya, maka selisih harga jual dengan nilai nominal
disajikan dalam akun "agio saham". Jadi. kekayaan pemegang saham melibatkan akun-akun;

-Modal Saham

-Agio Saham

-laba Ditahan

Penguasaan entitas induk atas kekayaan entitas anak dalam investasi tersebut adalah 100%,
sehingga seluruh kekayaan pemegang saham PT B dimiliki oleh PT A. Eliminasi dilakukan
sebesar jumlah tersebut dengan “mendebet” komponenkekayaan entitas anak dan
“mengkredit”akun ‘investasi dalam saham entitas anak milik entitas induk. Jurnalnya adalah :
Modal saham Rp 7.500.000
Laba Ditahan Rp5.000.000
Investasi dalam sahamentitas anak Rp12.500.000
Berdasarkan jurnal eliminasi akun-akun neraca konsolidasi dihitung seperti dibawah
ini :

Keterangan Konsolidasi

Kas Kas induk Rp 750 + kas anak Rp 1.000 Rp 1750

Piutang Usaha 4.000+2000-3000 (eliminasi) Rp2.000

Persediaan 6.750 + 3000 Rp 9750

Investasi dalaam saham 12.500 – 12.500

Bangunan dan Peralatan 7.000 + 6.000 Rp 13.000

Tanah 9.000 + 9.000 Rp 18.000

Total aset Rp 45.000

Utang Usaha 5.000 + 3.500- 3.000 (eliminasi utang) Rp 5.500

Utang Jangka Panjang 10.000 + 5.000 RP 15.000

Modal Saham 15.000 + 7.500 – 7.500 Rp 15.000

Laba Ditahan 10.000 +5.000 – 5.000 Rp 10.000

Total Pasiva/kewajiban Rp 45.500

Akun-akun keuangan yang telah dikonsolidasikan tersaji dalam bentuk laporan keuangan
konsolidasi seperti dibawah ini :

PT A dan Entitas Anak PT B

Neraca Konsolidasi

Per 31 Desember 2011

Aktiva Kewajiban dan modal

Kas Rp 1.750 Utang Usaha Rp 5.500

Piutang usaha Rp 3.000 Utang Jangka Panjang 15.000


Persediaan Rp 9.750 Modal Saham 15.000

Bangunan dan Peralatan Rp13.000 Laba Ditahan 10.000

Tanah Rp 18.000

Total aset Rp 45.500 Total Pasiva Rp 45.500

KONSOLIDASI ENTITAS BERTUJUAN KHUSUS (EBK)

ISAK 7 lahir setelah kasus Enron terkuak.Salah satu kesalahan yang dilakukan
manajemen Enron adalah membentuk Entitas Bertujuan Khusus (Special Purpose Entities=
SPE) yang tidak dikonsolidasikan atau off balance sheet dan dari sanalah kejahatan
dilakukan.Dalam kasus Enron ,banyak juga pihak yang tidak hanya menyalahkan manajemen
Enron,tetapi juga security Exchange yang tidak mewajibkan Enron menyusun laporan
konsolidasi atas SPE tersebut.

Dari peristiwa Enron ini.Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB)


meinterpretasikan kewajiban penyusunan laporan konsolidasi.Di Indonesia,hasil adopsian
tersebut diterbitkan dalam bentuk interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 7 yang
direvisi kembali pada tahun 2009 berdasarkan revisian kembali IASB.ISAK 7
mendefinisikan bahwa suatu EBK dapat berbentuk perusahaan,firma atau bahkan entitas yang
tidak berbentuk hukum.EBK umumnya dibentuk dengan ketentuan kontraktual.jika secara
substansi suatu entitas mengendalikan EBK walaupun tidak menempatkan modal dalam
EBK tersebut ,entitas itu diwajibkan menyusun laporan konsolidasi.

Laporan konsolidasi itu harus disusun sesuai dengan PSAK 4 seperti prosedur konsolidasi
yang telah dijelaskan di atas . Jika tidak ada kepemilikan dalam EBK,seluruh ekuitas pemilik
EBK disajikan sebagai kepentingan nonpengendali pada sisi ekuitas neraca konsolidasi.Jika
terdapat penempatan modal atau investasi entitas dalam EBK investasi tersebut dieliminasi
dengan ekuitas EBK.Bila tidak semua ekuitas EBK dimiliki entitas induk,maka terdapat
kepentingan Nonpengendali.

Misalkan PT A tidak memiliki hak suara dalam PT B,tetapi memiliki hak pengendalian atas
PT B berdasarkan kontrak.Neraca PT A dan PT B per 31/12/2011 disajikan dalam peraga
3.6.Neraca tersebut memperlihatkan bahwa PT A tidak memiliki investasi dalam saham PT
B, sehingga tidak memiliki hak suara atas PT B .Berdasarkan ISAK 7 revisi 2009,PT A juga
diwajibkan menyusun laporan konsolidasi karena memiliki hak pengendalian atas PT B
walaupun tidak memiliki hak suara.

Neraca PT A dan PT B per 31/12/2011

Pengendalian dengan kontrak

Keterangan (dalam ribuan) PT A PT B


Kas 13 250 1000
Piutang usaha 4000 2000
Persediaan 6750 3000
Bangunan dan Peralatan (net ) 7000 6000
Tanah 9000 9000
Total Aset Rp 40 000 Rp 21000
Utang Usaha 5000 3500
Utang Jangka Panjang 10 000 5000
Modal Saham 15000 7500
Laba Ditahan 10 000 5000
Total Pasiva/kewajiban Rp 40 000 Rp 21000

Prosedur konsolidasi tetap dilakukan sesuai dengan PSAK 4 revisi 2009, yaitu
mengeliminasi akun antarperusahaan dan menyajikan saldo kepentingan nonpengendali
pada sisi liabilitas/kewajiban di neraca konsolidasi.Akan tetapi,karena PT A tidak memiliki
saham PT B seluruh kekayaan pemegang saham PT B disajikan sebagai kepentingan
nonpengendali. Jurnal eliminasi dalam laporan konsolidasi akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Eliminasi Utang Piutang usaha sebesar Rp 3 juta


Utang usaha Rp 3 000 000
Piutang usaha Rp 3 000 000

2.Reklasifikasi kekayaan pemegang saham menjadi kepentingan nonpengendali


Modal saham Rp 7 500 000
Laba ditahan 5 000 000
Kepentingan Nonpengendali Rp 12 500 000

Prosedur Penyusunan Neraca Konsolidasi

Keterangan Konsolidasi
Kas Kas induk Rp 13 250 + kas anak Rp Rp 14 250
1000
Piutang usaha 4000 + 2000 – 3000(eliminasi No 1) 3000
Persediaan 6750 + 3000 9750
Bangunan dan Peralatan(net) 7000 + 6000 13000
Tanah 9000 + 9000 18000
Total aset Rp 58 000
Utang usaha 5000 + 3 500 - 3000 (eliminasi no 1) 5 500
Utang Jangka Panjang 10 000 + 5000 15 000
Modal Saham 15 000 + 7500 - 7 500 (eliminasi no 2 ) 15 000
Laba Ditahan 10 000 + 5000 - 5000(eliminasi no 2) 10 000
Kepentingan Nonpengendali 7500 + 5000 12 500
Total Passiva / Kewajiban Rp 58 000

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Laporan keuangan konsolidasi biasanya diperlukan untuk penyajian yang wajar posisi
keuangan dan hasil-hasil operasi dari suatu induk perusahaan dan anak-anak perusahaannya.
Laporan keuangan konsolidasi bukan hanya merupakan merupakan penjumlahan akun-akun
laporan keuangan induk perusahaan dan anak perusahaan. Jumlah resiprokal dieliminasi, dan
hanya jumlah-jumlah yang non resiprokal yang digabung dan dimasukkan dalam laporan
konsolidasi. Akun investasi pada anak perusahaan dan ekuitas pemegang saham anak
perusahaan dieliminasi dalam penyiapan laporan keuangan konsolidasi karena akun-akun
tersebut resiprokal, keduanya mewakili aktiva bersih anak perusahaan. Transaksi-transaksi
penjualan, peminjaman dan leasing antara induk perusahaan dan anak perusahaan juga
mengakibatkan jumlah-jumlah resiprokal yang harus dieliminasi dalam proses konsolidasi.

SARAN

Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap mahasiswa dan masyarakat dapat
lebih memahami dan menerapkan pembuatan laporan keuangan konsolidasi yang baik dan
benar sesuai dengan aturan yang berlaku. Dengan demikian, tidak akan terjadi kerancuan
dalam pencatatan laporan keuangan yang dikonsolidasikan.

DAFTAR PUSTAKA

Beams, Floyd A, John A. Brozovsky, dan Craig D. Shoulders. 2000. Akuntansi Lanjutan
Edisi Tujuh. Terjemahan oleh Kaharudin. 2002. Jakarta: PT Prehallindo.
Baker, Richard E. Valdean C. Lembke, dan Thomas E. King. 2010. Akuntansi Keuangan
Lanjutan (Perspektif Indonesia). Terjemahan oleh Amir A. Yusuf, Sylvia Veronica,
Etty R. Wulandari dan Dwi Martani. 2013. Jakarta: Salemba empat
Karyawati, Golrida. 2011. Akuntansi Keuangan Lanjutan Edisi IFRS. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai