Anda di halaman 1dari 22

i

MAKALAH LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI

Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II

Dosen Pengampuh Ririn Apriani SE.,M.Ak

Oleh:

ARIANTO ANTULI (18033074)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga

saya dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tentang Laporan Keuangan

Konsolidasi.

Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II

yang menjadi salah satu syarat mata kuliah.

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran yang membangun sangat di harapkan agar saya dapat mempelajari hal – hal

yang masih kurang pada diri saya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca khususnya bagi saya

sendiri untuk menjadi bahan pembelajaran. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai

segalah usaha yang kita lakukan.

Wabillahi taufik wal hidayah. Wassalamualaikum warahmatulahi wabarakatuh

Luwuk, 04 April 2021

Penyusun

Arianto antuli

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB 1: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................2

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

A. Definisi Laporan Konsolidasi .......................................................................3

B. Prinsip Substance over form dan laporan konsolidasi ..................................3

C. Kegunaan Laporan Keuangan Konsolidasi....................................................5

D. Keterbatasan laporan Keuangan Konsolidasi................................................5

E. Prosedur Konsolidasi.....................................................................................6

F. Prosedur Laporan Konsolidasi......................................................................13

G. Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus (EBK)...............................................16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................18

B. Saran.............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Konsep akuntansi penggabungan usaha, yang terdapat pada APB Opinion
No. 16, secara jelas meliputi penggabungan dengan satu atau lebih perusahaan
menjadi anak perusahaan ketika suatu perusahaan lain (disebut sebagai induk
perusahaan) memperoleh pengendalian kepemilikan terhadap anak perusahaan
tersebut. Pada umumnya hubungan entitas induk-anak ini muncul melalui adanya
akuisisi saham. Biasanya, pengendalian kepemilikan pada perusahaan lain
diperoleh secara langsung dengan memperoleh hak mayoritas (lebih dari 50%)
atas saham berhak suara.
Penggabungan usaha yang terjadi karena pengendalian, tidak menyatukan
semua operasi entita-entitas yang tergabung, melainkan masing-masing entitas
tetap beroperasi secara terpisah, hanya saja berada dalam satu pengendali yang
sama. Pencatatan laporan keuangan yang ada pada perusahaan yang menerapkan
hubungan entitas induk-anak jelas berbeda dengan perusahaan yang tidak sedang
menjalankan bentuk penggabungan usaha semacam itu. Di dalam PSAK telah
diatur bahwa perusahaan dalam hubungan entitas induk-anak harus membuat
laporan keuangan gabungan, atau biasa disebut laporan keuangan konsolidasi.
Laporan ini terdiri dari neraca konsolidasi, laporan laba rugi konsolidasi, laporan
saldo laba konsolidasi, dan laporan arus kas konsolidasi.
Di dalam makalah ini, penulis ingin mempertajam penjelasan pada konsep
laporan keuangan konsolidasi itu sendiri, serta memberikan contoh neraca
konsolidasi, laporan laba rugi konsolidasi, dan laporan saldo laba konsolidasi.
Laporan arus kas konsolidasi tidak dijelaskan pada penulisan makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah definisi dari laporan keuangan konsolidasi?
2. Apakah kegunaan adanya laporan keuangan konsolidasi?
3. Apakah keterbatasan laporan keuangan konsolidasi?
4. Bagaimanakah prinsip substance over form dan laporan konsolidasi?
5. Bagaimanakah prosedur laporan keuangan konsolidasi?
6. Bagaimanakah laporan laba rugi konsolidasi?
7. Bagaimanakah konsolidasi entitas bertujuan khusus (EBK)?
2

C. TUJUAN PEMBAHASAN
Pembahasan materi ini bertujuan agar:
1. Mengetahui definisi dari laporan keuangan konsolidasi.
2. Mengetahui kegunaan adanya laporan keuangan konsolidasi.
3. Mengetahui keterbatasan laporan keuangan konsolidasi.
4. Mengetahui prinsip substance over form dan laporan konsolidasi.
5. Mengetahui prosedur laporan keuangan konsolidasi.
6. Mengetahui laporan laba rugi konsolidasi.
8. Mengetahui konsolidasi entitas bertujuan khusus (EBK)?
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI LAPORAN KONSOLIDASI


Saat ini, hampir semua perusahaan besar membuat laporan keuangan
konsolidasi. Walaupun orang sering mengira bahwa perusahaan-perusahaan
raksasa merupakan perusahaan tunggal, pengamatan lebih dekat mengungkapkan
bahwa tiap perusahaan sebenarnya terdiri dari perusahaan-perusahaan yang
terpisah. Contohnya PT Media Nusantara Citra memiliki banyak anak perusahaan
diantaranya: Jaringan Televisi (RCTI, TPI, Global TV), Jaringan Radio (Trijaya,
Radio Dangdut TPI, ARG Global, Women Radio), dan Surat Kabar (Koran
Seputar Indonesia-Sindo).
Laporan Keuangan Konsolidasi merupakan syarat yang diberikan oleh
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) untuk menyajikan posisi
keuangan dan hasil operasi untuk Induk Perusahaan (entitas pengendali) dari satu
atau lebih Anak Perusahaan (entitas yang dikendalikan) seakan-akan entitas-
entitas tersebut merupakan satu entitas perusahaan. Laporan keuangan konsolidasi
ini wajib disusun oleh entitas induk atau pengendali tertinggi dalam suatu
kelompok usaha dimana induk perusahaan memiliki banyak anak perusahaan
bahkan anak perusahaan juga mungkin memiliki anak lain.
Pada dasarnya, laporan konsolidasi adalah laporan asumsi yang memandang
makna ekonomi suatu entitas. Secara hukum, entitas induk dan entitas anak adalah
entitas-entitas yang berbeda, bahkan undang-undang anti trust mensyaratkan
arm’s lengt transaction diantara entitas-entitas yang berafiliasi (hubungan
istimewa antara antara perusahaan pengendali dan atau perusahaan yang
dikendalikan). Syarat ini berarti entitas induk tidak diperkenankan membedakan
harga beli atau jual kepada atau dari entitas anak dan perusahaan lain yang tidak
berafiliasi.
Berdasarkn PSAK 4, perusahaan yang mengendalikan perusahaan lain
(Perusahaan Induk), diwajibkan untuk menyusun laporan keuangan konsolidasi.
Perusahaan induk tidak hanya menyusun Laporan Individunya karena hanya satu
laporan yang berlaku secara umum yaitu Laporan Konsolidasi. Tetapi laporan
individu masih bisa dibuat namun dalam taraf sebagai tambahan infomasi.

B. PRINSIP SUBSTANCE OVER FORM DAN LAPORAN KONSOLIDASI


PSAK 4 revisi 2009 menyatakan bahwa pengendalian atas entitas lain
merupakan acuan apakah suatu entitas diwajibkan menyusun laporan konsolidasi.
Pada umumnya pengendalian atau perusahaan lain ditandai atas kepemilikan lebih
4

dari 50% saham perusahaan lain baik secara langsung maupun tidak langsung.
Namun di beberapa kasus dijumpai bahwa ada kepemilikan dibawah 50% sudah
mengendalikan perusahaan lain namun di kasus lain malah sebaliknya. Ini terjadi
jika perusahaan tersebut:
 Memiliki kekuasaan yang melebihi setengah hak suara sesuai dengan
perjanjian dengan investor lain.
 Memiliki kekuasaan untuk mengatur kebijakan keuangan dan operasional
entitas berdasarkan anggaran dasar atau perjanjian.
 Memiliki kekusaan untuk menunjuk atau mengganti sebagian besa dewan
direksi atau dewan komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan
entitas melaui dewan atau organ tersebut.
 Memiliki kekuasaan untuk memberikan suara mayoritas pada rapat dewan
direksi atau dewan komisaris atau organ pengatur setara dan mengendalikan
entitas melaui dewan atau organ tersebut.
Sebaliknya peusahaan dengan kepemilikan diatas 50% namun tidak
memiliki pengendalian dikarenakan:
 Kepemilikan dimaksudkan untuk sementara atau akan dialihkan dalam jangka
pendek.
 Entitas anak dibatasi oleh restriksi jangka panjang sehingga sangat
mempengaruhi kemampuannya dalam mentransfer dana kepada entitas induk.
Dengan demikian, bahwa kepemilikan saham tidak menjadi patokan
munculnya kewajiban pembuatan laporan konsolidasi. Hal ini terjadi karena
PSAK berpacu pada prinsip Substance over form yaitu lebih mengutamakan
makna ekonomi transaksi atau kondisi dibanding dengan bentuk hukumnya.
Hak Suara dan Pengendalian
PSAK 4 lebih mengacu pada hak suara dalam menentukan pengendalian.
Dalam PT hak suara berasal dari kepemilikan saham biasa. Dengan pengertian
lain, pengendalian timbul atas kepemilikan entitas anak yang berbentuk (PT)
karena terlihat dari istilah ‘Hak Minoritas’ yang berarti pemegang saham yang
lebih kecil.
Hak suara tidak sama dengan kepemilikan saham biasa, walaupun
kepemilikan saham biasa suatu entitas memberikan hak suara atas entitas tersebut.
Hak suara diidentifikasikan dari kekuasaan mengatur kebijakan keuangan dan
operasional entitas lain. Dalam pengertian lebih jauh, hak suara dapat timbul
dengan kepemilikan yang tidak signifikan atau bahkan tanpa kepemilikan atau
tanpa penempatan modal sama sekali pada entitas lain. Suatu entitas mungkin
tidak memiliki modal dalam Entitas Bertujuan Khusus (EBK), tetapi entiitas
tersebut dapat saja memenuhi persyaratan yang menimbulkan kewajiban
menyusun laporan konsolidasi jika secara substansi terdapat pengendalian atas
EBK tersebut. Hal ini dapat terjadi jika:
5

 Secara substansi, kegiatan EBK dijalankan untuk mewakili entitas sesuai


dengan kebutuhan khususnya.
 Secara Substansi, entitas mempunyai kekuasaan dalam pengambilan
keputusan untuk memperoleh sebagian besar manfaat dari kegiatan EBK.
 Secara substansi, entitas mempunyai hak untuk memperoleh sebagian besar
manfaat EBK, tetapi juga menanggung risiko dari aktivitas EBK.
 Secara substansi, entitas memperoleh mayoitas hak residu dan menanggung
risiko kepemilikan yang terkait dengan EBK atau asetnya untuk mempeoleh
manfaat dari aktivitas EBK yang bersangkutan.

C. KEGUNAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI


Laporan keuangan konsolidasi sering kali merupakan satu-satunya cara
untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari total sumberdaya perusahaan hasil
gabungan yang berada dibawah kendali induk perusahaan dan hasil pengelolaan
sumberdaya tersebut. Ketika anak perusahaan menghasilkan laba, laba tersebut
akan diakui oleh induk perusahaan, dan sebaliknya induk perusahaan tidak dapat
menghindari kerugian dari anak perusahaan yang tidak menghasilkan
keuntungan.dengan melihat laporan keuangan konsolidasi pemilik dan pemilik
potensian lebih mampu untuk menentukan efisiensi dari manajemen dalam
memanfaatkan sumberdaya yang berada dalam kendalinya.
Keditur jangka penjang dari induk perusahaan juga memperhatikan
kegunaan laporan keuangan konsolidasi karena pengaruh operasional anak
perusahaan terhadap kesehatan keseluruhan perusahaan dan masa depan induk
perusahaan, relevan untuk pengambilan keputusan keditur. Manajemen induk
perusahaan mempunyai kepentingan yang berkelanjutan untuk informasi terkini
baik mengenai operasi gabungan dari entitas konsolidasi dan juga mengenai
perusahaan-perusahaan individual yang membentuk entitas konsolidasi.

D. KETERBATASAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI


Beberapa keterbatasan terpenting dari laporan keuangan konsolidasi adalah
sebagai berikut:
1. Karena hasil operasi dan posisi keuangan dari masing-masing perusahaan
yang dimasukan dalam laporan konsolidasi tidak diungkapkan kinerja atau
posisi buruk dari satu atau lebih perusahaan dapat disembunyikan oleh kinerja
yang baik dari perusahaan lainnya.
2. Tidak semua saldo laba konsolidasi tersedia untuk dividen induk perusahaan
karena sebagian dapat mencerminkan bagian induk perusahaan atas laba anak
perusahaan yang belum dibagikan.
6

3. Karena rasio-rasio keuangan berdasarkan laporan keuangan konsolidasi


dihitung berdasarkan informasi gabungan, rasio-rasio tersebut tidak mewakili
perusahaan manapun yang dikonsolidasi, termasuk induk perusahaan.
4. Akun-akun yang sama dari perusahaan-perusahaan yang berbeda digabungkan
dalam konsolidasi, bisa jadi tidak seluruhnya dapat diperbandingkan.
5. Informasi tambahan tentang masing-masing perusahaan atau kelompok
perusahaan yang termasuk dalam konsolidasi sering diperlukan untuk
penyajian wajar, tetapi pengungkapan tersebut dapat menyebabkan catatan
atas laporan keuangan menjadi sangat banyak.

E. PROSEDUR KONSOLIDASI
 Periode Laporan Konsolidasi
Laporan konsolidasi merupakan kewajiban yang ada pada saat pengendalian
telah terjadi. Laporan keuangan konsolidasi disusun atas dasar satu tahun atau 12
bulan, yakni per 1 Januari – 31 Desember tiap tahun. Apabila akuisisi saham
entitas anak terjadi pada awal tahun, maka penyusunan laporan keuangan
konsolidasi tidak akan bermasalah. Akan tetapi bila akuisisi saham entitas anak
terjadi bukan di awal atau di akhir tahun, akan timbul masalah penyusunan
laporan keuangan konsolidasi pada akhir tahun pertama setelah terjadi hubungan
entitas induk-anak, karena aturan periode laporan keuangan konsolidasi 1 Januari
hingga 31 Desember tiap tahun.
Kewajiban penyusunan laporan keuangan konsolidasi muncul sejak
terjadinya hubungan entitas induk-entitas anak. Laporan keuangan konsolidasi
terdiri dari:
 Laba-rugi konsolidasi
 Neraca konsolidasi
 Laba ditahan konsolidasi
 Arus kas konsolidasi
Pada tanggal akuisisi hanya neraca konsolidasi yang disusun, sementara
laba-rugi entitas anak menjadi hak entitas induk pada periode setelah akuisisi.
Laporan laba-rugi dan laporan konsolidasi entitas anak lainnya dikonsolidasi pada
periode setelah akuisisi.
 Transaksi Antarperusahaan
Laporan konsolidasi menggambarkan kesatuan entitas induk dan entitas
anak yang dalam operasi sehari-harinya adalah entitas terpiah. Pengendalian
entitas induk atas entitas anak menyebabkan operasi entitas anak dipengaruhi oleh
entitas induk dalam banyak hal. Dengan demikian, akan banyak terjadi transaksi
bisinis di antara kedua entitas tersebut. Dalam pembahasan selanjutnya, setiap
transaksi yang dilakukan entitas induk pada anak atau sebaliknya, atau transaksi
yang dilakukan satu entitas anak dengan entitas anak lain dalam hubungan entitas
7

induk-anak, disebut dengan transaksi antarperusahaan, demikian pula transaksi


utang-piutang antarperusahaan.
Transaksi antarperusahaan menimbulkan keterkaitan akun-akun dalam
laporan keuangan entitas induk dan anak. Transaksi penjualan barang dagang
entitas induk pada anak akan menyebabkan akun “penjualan” entitas induk dan
akun “pembelian” entitas anak saling terkait. Transaksi utang-piutang
antarperusahaan menyebabkan akun “utang” dan akun “piutang” saling terkait di
antara kedua entitas. Untuk pembahasan selanjutnya, digunakan istilah “akun
antarperusahaan” atas setiap akun entitas induk dan entitas anak atau akun entitas
anak dengan entitas anak lain dalam hubungan induk-anak.
Transaksi antar perusahaan tidak dipandang sebagai transaksi dalam
penyusunan laporan konsolidasi. Laporan konsolidasi memandang entitas induk
dan entitas anak adalah satu, sehingga bila entitas induk melakukan transaksi
dengan anak, hal itu melakukan transaksi dengan diri sendiri. Transaksi antar
perusahaan merupakan transaksi internal dari sudut pandang konsolidasi. Apabila
entitas induk menjual aset kepada entitas anak, maka dari sudut pandang
konsolidasi ini sama artinya dengan entitas induk menjual aset pada diri sendiri,
karena entitas induk dan entitas anak adalah satu. Laporan keuangan konsolidasi
tidak mengakui transaksi seperti ini, dan menganggap penjualan tersebut semata-
mata sebagai pemindahan (transfer) aset saja. Karena itu, dalam penyusunan
kertas kerja konsolidasi transaksi-transaksi seperti ini harus dieliminasi.
Konsolidasi hanya mengakui transaksi dengan pihak-pihak diluar hubungan
induk-anak. Entitas lain di luar entitas induk-anak selanjutnya disebut sebagai
pihak eksternal.
 Kepentingan Nonpengendali
Sebelumnya telah dijelaskan bahwa laporan konsolidasi akan menjadi
kewajiban suatu entitas manakala entitas tersebut memiliki hak pengendalian
dalam entitas lain. Kepemilikan suara di atas 50% merupakan salah satu ciri
adanya pengendalian yang mewajibkan entitas induk menyusun laporan keuangan
konsolidasi. Apabila entitas anak berbentuk perseroan terbatas (PT), kepemilikan
saham menjadi indikasi hak suara. Kepemilikan 100% saham entitas anak dalam
kondisi normal akan memberikan hak pengendalian penuh bagi entitas induk.
Meskipun kepemilikan entitas induk atas saham biasa entitas anak kurang dari
100%, entitas induk tetap memiliki hak pengendalian atas entitas anak jika
terdapat pemilik lain dalam entitas anak yang harus diberikan haknya. Inilah yang
disebut kepentingan nonpengendali yang dilindungi oleh UU No.40 tahun 2007
menyebut kepentingan Nonpengendali dengan istilah Pemilik Saham Minoritas.
Pemilik saham minoritas diberi diberi hak menjual sahamnya dengan harga yang
wajar apabila tidak menyetujui penggabungan, peleburan atau pengambilalihan
yang dilakukan.
8

PSAK 4 Revisi 2009 mendefinisikan Kepentingan Nonpengendali sebagai


ekuitas entitas anak yang tidak dapat diatribusikan secara langsung maupun tidak
langsung pada entitas induk. Kepentingan Nonpengendali akan berubah seiring
dengan perubahan ekuitas anak yang disebabkan pengumuman laba dan deviden
oleh entitas anak. PSAK 4 revisi 2009 mensyaratkan kepentingan nonpengendali
atas laba-rugi entitas anak yang dikonsolidasi selama periode pelaporan
diidentifikasikan secara terpisah dalam laporan konsolidasi. Kepentingan
nonpengendali atas aset neto (ekuitas) terdiri dari:
1. Jumlah kepentingan nonpengendali pada tanggal penggabungan usaha awal.
2. Bagian kepentingan nonpengendali atas perubahan ekuitas sejak tanggal
penggabungan usaha.
Kepentingan Nonpengendali disajikan di bagian ekuitas dalam laporan
posisi keuangan konsolidasi, terpisah dari ekuitas pemilik entitas induk.
Sebagai contoh, PT A mengakuisisi saham biasa PT B pada harga yang
sama dengan nilai bukunya pada tanggal 31 Desember 2011. Kekayaan pemegang
saham PT B saat itu terdiri dari:
Modal saham biasa Rp 7.500.000
Laba ditahan Rp 5.000.000
Total kekayaan pemegang saham Rp 12.500.000

Apabila akuisisi dilakukan atas seluruh saham PT B (100%), maka PT A


memiliki pengendalian penuh atas PT B. Hal itu juga berarti bahwa tidak ada
Kepentingan Nonpengendali dalam PT B.
Apabila PT A mengakuisisi 90% saham PT B, sekalipun PT A
mengendalikan PT B tetapi terdapat 10% pemegang saham dalam PT B yang
tidak diakuisisi oleh PT A. Kekayaan PT B yang dimiliki PT A akibat akuisisi
tersebut adalah 90% dari total kekayaan PT B atau 90% x Rp 12.500.000 = Rp
11.250.000. Jadi kekayaan Kepentingan Nonpengendali adalah 10% x Rp
12.500.000 = Rp 1.250.000.
Misalkan pada periode 2012 PT B mengumumkan laba sebesar Rp
5.000.000, sementara deviden diumumkan pada tanggal 31 Desember 2012
sebesar Rp 3.000.000. Pengumuman laba akan menambah kekayaan entitas induk
sebesar 90% dari laba tersebut, yakni Rp 4.500.000. Sedangkan 10% dari laba
tersebut menjadi laba Kepentingan Nonpengendali, yakni Rp 500.000. Deviden
yang diumumkan PT B juga dialokasikan sebesar 10% untuk Kepentingan
Nonpengendali yang mengurangi kekayaan Kepentingan Nonpengendali sebesar
10% x Rp 3.000.000 = Rp 300.000. Dengan demikian, perhitungan Kepentingan
Nonpengendali pada akhir tahun 2012 adalah sebagai berikut:
9

Kepentingan Nonpengendali 31 Des 2011 Rp 1.250.000


Laba kepentingan nonpengendali tahun 2012 Rp 500.000
Deviden (Rp 300.000)
Kekayaan kepentingan nonpengendali 31 Des 2012 Rp 1.450.000

Dalam laporan keuangan konsolidasi PT A dan entitas anak (PT B) per 31


Desember 2012, kepentingan nonpengendali disajikan sebesar Rp 1.450.000.
Dengan demikian, terjadi kenaikan kekayaan kepentingan nonpengendali di akhir
periode 2012 sebesar Rp 200.000 yang berasal dari laba dan deviden untuk
kepentingan nonpengendali.
 Perhitungan Laporan Keuangan Konsolidasi dengan Adanya
Kepentingan Nonpengendali
o Praktik Saat Ini

Prosedur yang saat ini digunakan dalam praktik tidak hanya merupakan
pendekatan induk perusahaan, tapi juga termasuk pendekatan entitas. Jumlah dari
aset neto anak perusahaan yang diakui di neraca konsolidasi pada tanggal akusisi
pada praktiknya sama dengan pendekatan induk perusahaan. Penentuan laba
netopada praktiknya mengikuti pendekatan induk perusahaan, kecuali perlakuan
transaksiantarperusahaan yang umumnya konsisten dengan pendekatan entitas.
Pendapatan, Beban, dan Laba Neto Anak Perusahaan
Elemen Teori

Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian Bagian

Induk Non Induk Non- Induk Non-

Perusahaan Pengendali Perusahaan Pengendali Perusahaan Pengendali

Pendapatan

Beban

Laba Neto
10

Bagian yang termasuk dalam laporan keuangan konsolidasi

o Praktik di Masa Depan

Di masa depan, ada kemungkinan perubahan menuju pendekatan entitas,


dimana mengharuskan perhitungan laba neto konsolidasi untuk entitas konsolidasi
secara keseluruhan dan mengalokasikan laba tersebut Antara kepemilikan
pengendali dan non pengendali. Maka laporan laba rugi konsolidasi akan disajikan
sebagai berikut :
Pendapatan Rp 1.800.000.000

Beban (800.000.000)

Laba Neto Konsolidasi Rp 1.000.000.000

Dikurangi : Laba Neto Konsolidasi yang

disistribusika ke kepemilika

nonpengendali (75.000.000)

Laba neto konsolidasi yang didistribusikan

Ke kepemilikan pengendali Rp 925.000.000

Walaupun bentuk penyajiannya masih berfokus pada kepemilian


pengendali, namun penyajian ini memperlakukan bagian laba untuk kepemilikan
nonpengendali.
Praktek Saat Ini Pendekatan Entitas

Saat neto Rp 2.580.000.000 Rp 2.600.000.000

Goodwill Rp 70.000.000 Rp 87.500.000

Berdasarkan praktik saat ini, jumlah yang dialokasikan ke aset neto entitas
konsolidasi adalah nilai buku induk perusahaan (Rp2.000.000.000) ditambah nilai
buku penuh aset neto anak perusahaan (Rp500.000.000) ditambah bagian induk
perusahaan atas kenaikan nilai aset neto anak perusahaan (RplOO.000.000 x
0,80). Goodwill dalam praktik saat ini dihitung sebagai selisih antara harga beli
(Rp550.000.000) yang lebih besar dari bagian induk perusahaan atas nilai wajar
aset neto anak perusahaan pada tanggal penggabungan usaha (Rp600.000.000 x
0,80). Goodwill sebesar Rp87.500.000 dihitung dari perbedaan antara nilai wajar
keseluruhan PT Sarden (Rp687.500.000) dan nilai wajar aset netonya
(Rp600.000.000).
11

 Akuisisi Hak Minoritas

APB Opinion No.16 tidak memperkenankan menggunakan metode


penyatuan untuk akusisi saham yang dimiliki oleh hak minoritas. Jika PT A
memperoleh sisa saham beredar PT B (10% yang dimiliki oleh hak minoritas)
setelah pelaksanaan penggabungan usaha, maka akuisisi tersebut tidak
dikategorikan sebagai suatu penyatuan kepemilikan, bahkan jika transaksi tersebut
dilaksanakan melalui pertukaran saham. Meskipun bukan merupakan
penggabungan usaha, akuisisi saham tambahan tersebut dicatat berdasarkan
metode pembelian, dan transaksi tersebut dicatat pada nilai wajarnya. Hasilnya
adalah revaluasi 10% aktiva bersih PT B.
 Neraca Konsolidasi Atas Entitas Anak Yang Dikuasai Kurang Dari
100%
Misalkan entitas induk membeli 90% saham entitas anak pada harga yang
sesuai dengan nilai bukunya.Jadi,kekayaan entitas anak yang dibeli entitas induk
adalah 90% x 12 500 000 = Rp 11 250 000 .Karena itu,nilai investasi adalah Rp
11 250 000 atau sebesar nilai buku yang diterima. Peraga 3-4 menyajikan
pengkonsolidasian akun-akun.
Peraga 3-4 Penyusunan Laporan Konsolidasi – Kepentingan Nonpengendali
(dalam ribuan)

Keterangan Konsolidasi

Kas Kas induk Rp 2000+kas anak Rp 3000


Rp1000
Piutang usaha 4000 + 2000 – 3000(eliminasi No 1) 3000
Persediaan 6750 + 3000 9750
Investasi dalam saham entitas 11250 -11 250 (eliminasi No 2) -
anak
Bangunan dan Peralatan (net) 7 000 + 6000 13000
Tanah 9000+9000 18000
Total Asset Rp 46 750
Utang usaha 5000+3500-3000(eliminasi No 1) Rp 5500
Utang Jangka Panjang 10 000 + 5000 15000
Modal saham 15000+7500-7500(eliminasi No 2) 15000
Laba ditahan 10000+5000-5000(eliminasi No 2) 10000
Kepentingan Nonpengendali 1250
Total passiva / Rp 46750
kewajiban
12

Jurnal eliminasi dalam penyusunan neraca konsolidasi tersebut adalah :


1. Jurnal eliminasi Utang Usaha dan Piutang Usaha
Jurnal ini mengeliminasi seluruh utang piutang antarperusahaan tanpa
memandang persentase kepemilikan,tetapi didasarkan pada adanya
pengendalian yang memandang entitas induk dan entitas anak adalah
satu.Jurnalnya adalah sebagai berikut :

Utang usaha Rp 3 000 000


Piutang usaha Rp 3 000 000

2. Jurnal Eliminasi Akun Investasi Entitas Induk dan Kekayaan Entitas


Anak
Penguasaan entitas induk atas kekayaan entitas anak melalui investasi
tersebut adalah 90%,sehingga jumlah kekayaan entitas anak yang
dimiliki entitas induk 90% x Rp 12 500 = Rp 11 250.Jadi ,eliminasi
dilakukan sebesar jumlah tersebut dengan “mendebet” kekayaan entitas
anak yang meliputi akun “modal saham “ dan “laba ditahan” dari unsur-
unsur kekayaan entitas anak sebesar 90% dan “mengkredit” akun
“investasi” dalam saham “anak” milik entitas induk dengan jurnal
berikut :

Modal saham (90% x Rp 7,5 juta) Rp 6 750 000


Laba Ditahan (90% x Rp 5 juta ) Rp 4 500 000
Investasi dalam saham entitas anak Rp 11 250 000

Jurnal tersebut mengeliminasi 90% kekayaan entitas anak atas investasi


entitas induk karena entitas anak hanya dikuasai sebesar 90% sehingga hanya ada
10% pemegang saham nonpengendali dalam PT B.Jumlah kepentingan
nonpengendali ini adalah 10% x Rp 12,5 juta = Rp 1.250.000
Jurnal eliminasi dapat dibuat sebagai berikut :
Modal saham Rp 7 500 000

Laba Ditahan Rp 5 000 000

Investasi dalam saham entitas anak Rp 11 250 000

Kepentingan Nonpengendali Rp 1 250 000

Neraca konsolidasi PT A dan PT B per 31 Desember 2011 disajikan pada


peraga 3-5 Laporan konsolidasi pada dasarnya disusun berdasarkan prinsip yang
telah dijelaskan sebelumnya,tetapi jika bagan akun perusahaan sedemikian
kompleks dan akun antarperusahaan semakin banyak,cara-cara seperti itu akan
menimbulkan resiko human error yang cukup besar.
13

PT A dan anak PT B

Neraca Konsolidasi

Per 31 Desember 2011 (dalam ribuan)

Aktiva Passiva/Kewajiban
Kas Utang usaha Rp
Rp3000 5500
Piutang usaha Utang Jangka Panjang 15
3000 000
Persediaan Modal saham 15
9750 000
Bangunan dan Peralatan Laba ditahan 10
13000 000
Tanah Kepentingan Nonpengendali
18000 1250
Total aset Rp Total Passiva/ Kewajiban Rp 46
467500 750

F. PROSEDUR LAPORAN KONSOLIDASI


Laporan konsolidasi disusun dengan menggabungkanlaporan keuangan
entitas induk dan laporan keuangan entitas anak. Dan adapun prosedur laporan
keuangan sebagai berikut :
Laporan Konsolidasi = Laporan Entitas Induk + Laporan Entitas Anak – Akun Antar
Perusahaan

contoh laporan keuangan PT A dan entitas anak PT B yang dikuasai 100 %


per 31 Desember 2011, Penyusunan laporan konsolidasi akan lebih akurat apabila
akun antar perusahaan diperhitungkan lebih dahuluPT B yang tebih akurat apabila
akun antarperusahaan diperhitungkan terlebih dahulu kemudian dilakukan
konsolidasi akun-akun laporan keuangan entitas induk dan entitas anak.
Neraca

Neraca PT A dan PT B

Per 31/12/2011

(dalam ribuan)

Keterangan PT A PT
B

Kas 750 1.000

Piutang Usaha 4.000 2.000

Persediaan 6.750 3.000


14

Investasi dalam saham entitas anak 12.500

Bangunan dan peralatan (net) 7.000 6.000

Tanah 9000 9000

Total Aset 40.000 21.000

Utang usaha 5.000 3500

Utang jangka panjang 10.000 5.000

Modal saham 15.000 7.500

Laba ditahan 10.000 5.000

Total pasiva/kewajiban Rp 40.000 Rp 21.000

Keterangan :

a. PT A memiliki piutang usaha sebesarr Rp 3.000.000 pada PT B.


b. Nilai investasi PT A sama dengan kekayaan PT B yang diperoleh.

Akun Investasi Entitas Induk dan Akun Kekayaan Entitas Anak

Investasi entitas induk dalam saham entitas anak mengakibatkan akun


"investasi dalam saham entilas anak" milik entitas induk berkaitan dengan akun
"modal saham/kekayaan pemegang saham” entitas anak. Saldo normal akun
"investasi" adalah "debet" sehingga akun teresebut dieiiminasi dengan
"mengkredit". Dalam perusahaan yang berbentuk perseroan Terbatas, kekayaan
pemegang saham terdiri dari modal saham dan laba untuk pemegang saham. yakni
laba ditahan (retained earning). Modal saham dalam neraca harus disajikan pada
nilai nominalnya. Apabila pada penjualan perdana harga saham yang dijual
ditetapkan di atas nilai nominalnya, maka selisih harga jual dengan nilai nominal
disajikan dalam akun "agio saham". Jadi. kekayaan pemegang saham melibatkan
akun-akun;
-Modal Saham

-Agio Saham

-laba Ditahan

Penguasaan entitas induk atas kekayaan entitas anak dalam investasi


tersebut adalah 100%, sehingga seluruh kekayaan pemegang saham PT B dimiliki
oleh PT A. Eliminasi dilakukan sebesar jumlah tersebut dengan “mendebet”
komponenkekayaan entitas anak dan “mengkredit”akun ‘investasi dalam saham
entitas anak milik entitas induk. Jurnalnya adalah :
Modal saham Rp 7.500.000
Laba Ditahan Rp5.000.000
15

Investasi dalam sahamentitas anak Rp12.500.000


Berdasarkan jurnal eliminasi akun-akun neraca konsolidasi dihitung
seperti dibawah ini :
Keterangan
Konsolidasi

Kas Kas induk Rp 750 + kas anak Rp 1.000 Rp 1750

Piutang Usaha 4.000+2000-3000 (eliminasi) Rp2.000

Persediaan 6.750 + 3000 Rp 9750

Investasi dalaam saham 12.500 – 12.500

Bangunan dan Peralatan 7.000 + 6.000 Rp 13.000

Tanah 9.000 + 9.000 Rp 18.000

Total aset Rp 45.000

Utang Usaha 5.000 + 3.500- 3.000 (eliminasi utang) Rp 5.500

Utang Jangka Panjang 10.000 + 5.000 RP 15.000

Modal Saham 15.000 + 7.500 – 7.500 Rp 15.000

Laba Ditahan 10.000 +5.000 – 5.000 Rp 10.000

Total Pasiva/kewajiban Rp 45.500

Akun-akun keuangan yang telah dikonsolidasikan tersaji dalam bentuk


laporan keuangan konsolidasi seperti dibawah ini :
PT A dan Entitas Anak PT B

Neraca Konsolidasi

Per 31 Desember 2011

Aktiva Kewajiban dan


modal

Kas Rp 1.750 Utang Usaha Rp 5.500

Piutang usaha Rp 3.000 Utang Jangka Panjang 15.000

Persediaan Rp 9.750 Modal Saham 15.000

Bangunan dan Peralatan Rp13.000 Laba Ditahan 10.000

Tanah Rp 18.000

Total aset Rp 45.500 Total Pasiva Rp 45.500


16

G. KONSOLIDASI ENTITAS BERTUJUAN KHUSUS (EBK)


ISAK 7 lahir setelah kasus Enron terkuak.Salah satu kesalahan yang
dilakukan manajemen Enron adalah membentuk Entitas Bertujuan Khusus
(Special Purpose Entities= SPE) yang tidak dikonsolidasikan atau off balance
sheet dan dari sanalah kejahatan dilakukan.Dalam kasus Enron ,banyak juga pihak
yang tidak hanya menyalahkan manajemen Enron,tetapi juga security Exchange
yang tidak mewajibkan Enron menyusun laporan konsolidasi atas SPE tersebut.
Dari peristiwa Enron ini.Dewan Standar Akuntansi Internasional
(IASB) meinterpretasikan kewajiban penyusunan laporan konsolidasi.Di
Indonesia,hasil adopsian tersebut diterbitkan dalam bentuk interpretasi Standar
Akuntansi Keuangan (ISAK) 7 yang direvisi kembali pada tahun 2009
berdasarkan revisian kembali IASB.ISAK 7 mendefinisikan bahwa suatu EBK
dapat berbentuk perusahaan,firma atau bahkan entitas yang tidak berbentuk
hukum.EBK umumnya dibentuk dengan ketentuan kontraktual.jika secara
substansi suatu entitas mengendalikan EBK walaupun tidak menempatkan modal
dalam EBK tersebut ,entitas itu diwajibkan menyusun laporan konsolidasi.
Laporan konsolidasi itu harus disusun sesuai dengan PSAK 4 seperti
prosedur konsolidasi yang telah dijelaskan di atas . Jika tidak ada kepemilikan
dalam EBK,seluruh ekuitas pemilik EBK disajikan sebagai kepentingan
nonpengendali pada sisi ekuitas neraca konsolidasi.Jika terdapat penempatan
modal atau investasi entitas dalam EBK investasi tersebut dieliminasi dengan
ekuitas EBK.Bila tidak semua ekuitas EBK dimiliki entitas induk,maka terdapat
kepentingan Nonpengendali.
Misalkan PT A tidak memiliki hak suara dalam PT B,tetapi memiliki hak
pengendalian atas PT B berdasarkan kontrak.Neraca PT A dan PT B per
31/12/2011 disajikan dalam peraga 3.6.Neraca tersebut memperlihatkan bahwa PT
A tidak memiliki investasi dalam saham PT B, sehingga tidak memiliki hak
suara atas PT B .Berdasarkan ISAK 7 revisi 2009,PT A juga diwajibkan
menyusun laporan konsolidasi karena memiliki hak pengendalian atas PT B
walaupun tidak memiliki hak suara.
Neraca PT A dan PT B per 31/12/2011

Pengendalian dengan kontrak

Keterangan (dalam ribuan) PT A PT B


Kas 13 250 1000
Piutang usaha 4000 2000
Persediaan 6750 3000
Bangunan dan Peralatan (net ) 7000 6000
Tanah 9000 9000
Total Aset Rp 40 000 Rp 21000
Utang Usaha 5000 3500
17

Utang Jangka Panjang 10 000 5000


Modal Saham 15000 7500
Laba Ditahan 10 000 5000
Total Pasiva/kewajiban Rp 40 000 Rp 21000

Prosedur konsolidasi tetap dilakukan sesuai dengan PSAK 4 revisi


2009, yaitu mengeliminasi akun antarperusahaan dan menyajikan saldo
kepentingan nonpengendali pada sisi liabilitas/kewajiban di neraca
konsolidasi.Akan tetapi,karena PT A tidak memiliki saham PT B seluruh
kekayaan pemegang saham PT B disajikan sebagai kepentingan nonpengendali.
Jurnal eliminasi dalam laporan konsolidasi akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Eliminasi Utang Piutang usaha sebesar Rp 3 juta
Utang usaha Rp 3 000 000
Piutang usaha Rp 3 000 000
2. Reklasifikasi kekayaan pemegang saham menjadi kepentingan
nonpengendali

Modal saham Rp 7 500 000


Laba ditahan 5 000 000
Kepentingan Nonpengendali Rp 12 500 000
Prosedur Penyusunan Neraca Konsolidasi

Keterangan Konsolidasi
Kas Kas induk Rp 13 250 + kas anak Rp Rp 14 250
1000
Piutang usaha 4000 + 2000 – 3000(eliminasi No 3000
1)
Persediaan 6750 + 3000 9750
Bangunan dan 7000 + 6000 13000
Peralatan(net)
Tanah 9000 + 9000 18000
Total aset Rp 58 000
Utang usaha 5000 + 3 500 - 3000 (eliminasi no 5 500
1)
Utang Jangka Panjang 10 000 + 5000 15 000
Modal Saham 15 000 + 7500 - 7 500 (eliminasi 15 000
no 2 )
Laba Ditahan 10 000 + 5000 - 5000(eliminasi no 10 000
2)
Kepentingan 7500 + 5000 12 500
Nonpengendali
Total Passiva / Rp 58 000
Kewajiban
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Laporan keuangan konsolidasi biasanya diperlukan untuk penyajian yang
wajar posisi keuangan dan hasil-hasil operasi dari suatu induk perusahaan dan
anak-anak perusahaannya. Laporan keuangan konsolidasi bukan hanya merupakan
merupakan penjumlahan akun-akun laporan keuangan induk perusahaan dan anak
perusahaan. Jumlah resiprokal dieliminasi, dan hanya jumlah-jumlah yang non
resiprokal yang digabung dan dimasukkan dalam laporan konsolidasi. Akun
investasi pada anak perusahaan dan ekuitas pemegang saham anak perusahaan
dieliminasi dalam penyiapan laporan keuangan konsolidasi karena akun-akun
tersebut resiprokal, keduanya mewakili aktiva bersih anak perusahaan. Transaksi-
transaksi penjualan, peminjaman dan leasing antara induk perusahaan dan anak
perusahaan juga mengakibatkan jumlah-jumlah resiprokal yang harus dieliminasi
dalam proses konsolidasi.
Metode penyatuan kepemilikan digunakan untuk penggabungan dengan cara
pertukaran saham. Jika perusahaan-perusahaan yang bergabung tetap beroperasi
sebagai entitas-entitas hukum yang terpisah, perusahaan-perusahaan tersebut
dipertanggungjawabkan sesuai dengan prosedur induk-anak dengan amandemen
berikut ini:
1. Induk perusahaan mencatat investasi pada anak perusahaan pada nilai
bukunya. Saham yang diterbitkan dikreditkan sebesar nilai nominal saham
yang diterbitkan, saldo laba digabung jika memungkinkan, dan tambahan
modal disetor ditambahkan/dikurangi untuk mencatat perbedaan antara nilai
nominal saham yang diterbitkan dan modal disetor perusahaan yang
bergabung lainnya.
2. Maksimum saldo laba yang dapat digabung dengan saldo laba induk
perusahaan sama dengan presentase kepemilikan induk dikalikan dengan
saldo laba anak perusahaan.
3. Penghasilan perusahaan-perusahaan yang bergabung pada tahun
dilaksanakannya penggabungan disatukan seluruhnya.

B. SARAN
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap pembaca dapat lebih
memahami dan menerapkan pembuatan laporan keuangan konsolidasi yang baik
dan benar sesuai dengan aturan yang berlaku. Dengan demikian, tidak akan terjadi
kerancuan dalam pencatatan laporan keuangan yang dikonsolidasikan.
DAFTAR PUSTAKA

Beams, Floyd A, John A. Brozovsky, dan Craig D. Shoulders. 2000. Akuntansi


Lanjutan Edisi Tujuh. Terjemahan oleh Kaharudin. 2002. Jakarta: PT
Prehallindo.
Baker, Richard E. Valdean C. Lembke, dan Thomas E. King. 2010. Akuntansi
Keuangan Lanjutan (Perspektif Indonesia). Terjemahan oleh Amir A. Yusuf,
Sylvia Veronica, Etty R. Wulandari dan Dwi Martani. 2013. Jakarta: Salemba
empat
Karyawati, Golrida. 2011. Akuntansi Keuangan Lanjutan Edisi IFRS. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai