Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN AKUNTNSI

“IMPLEMENTASI PELAKSANAAN PEDOMAN TATA TERTIB DAN MEKANISME


PENGAMBILAN KEPUTUSAN MUSYAWARAH PERENCANAAN APBD DESA DI DESA
LONTOS KECAMATAN LUWUK TIMUR KABUPATEN BANGGAI”

(Studi kasus Di Desa Lontos Kecamatan Luwuk Timur Kabupaten Banggai)

Dosen Pengampuh : Siswadi Sululing, SE.,M.Ak.,Ak.,CA.,ACPA

Oleh

Arianto Antuli (18033074)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LUWUK BANGGAI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PRODI AKUNTANSI

2021/2022

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memilik ibatas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

serta kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat,

hak asal usul, dan/ atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 1 ayat 1 Undang-

Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa)1. Masyarakat desa biasanya saling

mengenal antara satu dengan yang lain serta memiliki sikap sosial dan

solidaritas yang tinggi. Sebagian besar masyarakat desa pada umumnya mata

pencahariannya adalah petani, karena wilayah desa merupakan daerah

pertanian.

Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal

usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa

dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang

bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih,

atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada. Desa dapat diubah atau

disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah

Desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat

setempat. Desa yang berubah menjadi kelurahan, Lurah dan perangkatnya

diisi dari pegawai negeri sipil. Desa yang berubah statusnya menjadi

kelurahan, kekayaannya menjadi kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan

yang bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat.

Pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat desa. Perangkat

2
desa terdiridari sekretaris desa dan beberapa kaur yang menangani urusan

masing-masing.sekretaris desa adalah perangkat desa yang bertugas

membantu kepala desa dalambidang tertib administrasi pemerintahan dan

pembangunan serta pelayanan danpemberdayaan masyarakat.

Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 6 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 2)2.

Pemerintahan desa merupakan sub sistem dari sistem penyelenggaraan

pemerintahan nasional yang langsung berada di bawah pemerintah kabupaten.

Aspek terpenting dalam penyelenggaraan pemerintahanan desa adalah

kedudukan kepala desa sebagai pemimpin dan dibantu oleh perangkat desa

pada saat melaksanakan tugas, kewajibandan fungsinya. Pemerintah desa

dipimpin oleh seorang kepala desa dan dibantu oleh perangkat desayang

dalam menjalankan tugasnya terdapat pembatasan. Perangkat desa terdiri dari

sekretaris desa dan perangkatdesa lainnya disesuaikan dengan kebutuhan dan

kondisi sosial budaya masing-masing desa. Pemerintah desa mempunyai

tugas membina kehidupan masyarakat, membina perekonomian, memelihara

ketentraman dan ketertiban masyarakat desa

Peraturan menteri desa PDTT Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman

Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa.

Diundangkan dalam Berita Negara RI tahun 2015 Nomor 159 pada 30 Januari

2015 setelah ditandatangani Menteri Desa pada 28 Januari 2015 di

Jakarta.3

Peraturan menteri desa PDTT Nomor 2 Tahun 2015 tentang Pedoman

Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa adalah

3
amanah dari ketentuan Pasal 80 ayat 5 Peraturan Pemerintah Nomor 43

Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman

Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa.4

Musyawarah Desa berguna untuk hal yang strategis seperti Penataan

Desa, Perencanaan Desa, Kerja Sama Desa, Rencana Investasi yang masuk

ke Desa, Pembentukan BUMDes, Penambahan dan pelepasan aset Desa, dan

kejadian luar biasa lainnya. Dalam Permendesa PDTT No. 2 Tahun 2015

tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan

Musyawarah Desa ini mengatur bagaimana menyelenggarakan Musyawarah

Desa, Pedoman dan tata caranya.5

Desa Lontos Kecamatan Luwuk Timur merupakan bagian daripada

penyelenggara Pemerintahan diwilayah Kecamatan Luwuk Timur Kabupaten

Banggai. Dalam Penyelenggaraan pemerintahan, Pemerintah Desa Lontos


dalam proses musyawarah desa diharapkan selalu mengacu pada peraturan

yang ada sehingga betul betul dalam penyelenggaraan pemerintahan desa

dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas kami tertarik untuk meneliti

dengan judul “Implementasi pelaksanaan Pedoman Tata Tertib dan

Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa Lontos

Kecamatan Luwuk Timur Kabupaten Banggai”.

B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka yang menjadi masalah

pokok dalam penelitian ini adalah sejauhmana Implementasi pelaksanaan

Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah

Desa Lontos Kecamatan Luwuk Timur Kabupaten Banggai?

4
C. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah : “Untuk

mengetahui sejauhmana Implementasi pelaksanaan Pedoman Tata Tertib dan

Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa Lontos Kecamatan

Luwuk Timur Kabupaten Banggai.

D. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi bahan masukan kepada

Pemerintah Desa Lontos Kecamatan Luwuk Timur Kabupaten Banggai.

2. Penelitian ini akan menambah wawasan peniliti untuk mengkaji regulasi

tentang desa terutama mengenai Implementasi pelaksanaan Pedoman Tata

Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa Lontos

Kecamatan Luwuk Timur Kabupaten Banggai

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A. Tinjauan Pustaka.

1. Pengertian Implementasi.

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi

biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Menurut

Nurdin Usman,implementasi adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan

atau adanya mekanisme suatu sistem, implementasi bukan sekedar aktivitas ,

tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Guntur Setiawan berpendapat, implementasi adalah perluasan aktivitas yang

saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk

mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana,birokrasi yang efektif6

Dari pengertian-pengertian diatas memperlihatkan bahwa kata

implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem.Berdasarkan pendapat

para ahli diatasmakan dapat disimpulkan implementasi adalah suatu kegiatan

yang terencana,bukan hanya suatu aktifitas dan dilakukan secara sungguh-

sungguh berdasarkan acuan norma-norma tertentu untuk mencapai tujuan

kegiatan.

Menurut Hanifah (Harsono, 2002: 67) 7 dalam bukunya yang berjudul

Implementasi Kebijakan dan Politik mengemukakan pendapatnya.

Implementasi adalah suatu proses untuk melaksanakan kegiatan menjadi

tindakan kebijakan dari politik kedalam administrasi. Pengembangan suatu

6
kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu program.

Menurut Guntur Setiawan ( Setiawan, 2004: 39 ) 8 dalam bukunya yang

berjudul Implementasi dalam Birokrasi Pembangunanmengemukakan

pendapatnya sebagai berikut Implementasi adalah perluasan aktivitas yang

saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk

mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif.

Implementasi merupakan sebuah penempatan ide, konsep, kebijakan,

atauinovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik

berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun sikap.Dalam Oxford

advance leanerdictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah put

something into effect yang artinya adalah penerapan sesuatu yang

memberikan efek tau dampak Susilo (dalam Iril Fahmi 2013)9

Menurut Inu Kencana Syafiie ( 2008:56 ) 10 implementasi adalah apa yang

terjadi setelah peraturan perundang–undangan ditetapkan, yang memberikan

otorisasi pada suatu program, kebijakan, manfaat atau suatu bentuk hasil (

output ) yang jelas ( tangible ). Istilah implementasi menunjuk pada sejumlah

kegiatan yang mengikuti pernyataan maksud tentang tujuan–tujuan program

dan hasil–hasil yangdiinginkan oleh para pejabat pemerintah.

Menurut Leester dan Stewart (dalam Winarno 2012:148)11 menjelaskan

bahwa “Implementasi dipandang secara luas mempunyai makna pelaksanaan

undang–undang dimana berbagai actor, organisasi, prosedur, dan teknik

bekerja bersama–sama untuk menjalankan kebijakan dalam upaya untuk

meraih tujuan–tujuan kebijakan atau program–program.

Pengertian implementasi dikemukakan oleh Solichin Abdul Wahab dalam

bukunya Analisis Kebijakan dari formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan

7
Negara yaitu Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

individu atau pejabat-pejabat-pejabat kelompok-kelompok pemerintah atau

swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan

dalam keputusan kebijakan” ( Wahab, 2001:65)12.

Implementasi merupakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang

telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Tindakan tersebut dilakukan baik

oleh individu, pejabat pemerintah ataupun swasta. Dunn mengistilahkannya

implementasi secara lebih khusus, menyebutnya dengan istilah implementasi

kebijakan dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Publik.

Menurutnya implementasi kebijakan (Policy Implementation) adalah

pelaksanaan pengendalian aksi-aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu

(Dunn, 2003:132).13

Implementasi merupakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang

telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Tindakan tersebut dilakukan baik

oleh individu, pejabat pemerintah ataupun swasta. Dunn mengistilahkannya

implementasi secara lebih khusus, menyebutnya dengan istilah implementasi

kebijakan dalam bukunya yang berjudul Analisis Kebijakan Publik.

Menurutnya implementasi kebijakan (Policy Implementation) adalah

pelaksanaan pengendalian aksi-aksi kebijakan di dalam kurun waktu tertentu

(Dunn, 2003:132). Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi implementasi

kebijakan suatu program, Subarsono dalam bukunya yang berjudul Analisis

Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi), mengutip pendapat G. Shabbir

Cheema dan Dennis A. Rondinelli mengemukakan bahwa terdapat beberapa

faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan program-program

pemerintah yang bersifat desentralistis. Faktor-faktor tersebut diantaranya

8
Kondisi lingkungan Lingkungan sangat mempengaruhi implementasi

kebijakan, yang dimaksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosio kultural

serta keterlibatan penerima program. 2) Hubungan antar organisasi Dalam

banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan

koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerjasama

antar instansi bagi keberhasilan suatu program. 3) Sumberdaya organisasi

untuk implementasi program Implementasi kebijakan perlu didukung

sumberdaya baik sumberdaya manusia (human resources) maupun

sumberdaya non manusia (non human resources). 4) Karakteristik dan

kemampuan agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik dan

kemampuan agen pelaksana adalah mencakupstruktur birokrasi, norma-

norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya

itu akan mempengaruhi implementasi suatu program. ( Subarsono,

2005:101).14

Berdasarkan pendapat dari G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli

tersebut terdapat faktor yang menentukan keberhasilan suatu implementasi

kebijakan yang diterapkan. Apabila kita ingin mengetahui kebijakan yang

diterapkan, kegagalan atau keberhasilannya bisa diukur oleh faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi kebijakan. Pemerintah Pusat dalam melaksanakan

kebijakan dapat melakukanupaya untuk mendorong Pemerintahan Daerah

dalam program-program pembangunan dan pelayanan yang sejalan dengan

kebijaksanaan nasional. Khususnya untuk membantu pembiayaannya,

Pemerintah Pusat bisa memberi bantuan berbentuk subsidi yaitu transfer dana

dari anggaran dan pembukuan pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah.

Alokasi oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintahan Daerah mengandung

9
tujuan yang berbeda- beda yang mempengaruhi bentuk dan lingkupannya.

Pengertian subsidi dikemukakan oleh Subarsono dalam bukunya yang berjudul

Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Yang dimaksud subsidi

adalah semua bantuan financial pemerintah kepada individu, perusahaan dan

organisasi. Maksud dari subsidi adalah untuk memberikan bantuan

pembiayaan terhadap berbagai aktivitas (Subarsono, 2005:109).15

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau

penerapan. Browne dan Wildavsky (Usman, 2004:7)16 mengemukakan bahwa

“implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan” Menurut

Syaukani dkk (2004 : 295)17 implementasi merupakan suatu rangkaian aktivitas

dalam rangka menghantarkan kebijakan kepada masyarakat sehingga

kebijakan tersebut dapat membawa hasil sebagaimana diharapkan. Rangkaian

kegiatan tersebut mencakup, Pertama persiapan seperangkat peraturan

lanjutan yang merupakan interpretasi dari kebijakan tersebut. Kedua,

menyiapkan sumberdaya guna menggerakkan kegiatan implementasi termasuk

didalamnya sarana dan prasarana, sumber daya keuangan dan tentu saja

penetapan siapa yang bertanggung jawab melaksanakan kebijaksanaan

tersebut. Ketiga, bagaimana mengahantarkan kebijaksanaan secara kongkrit

ke masyarakat. Berdasarkan pandangan tersebut diketahui bahwa proses

implementasi kebijakan sesungguhnya tidak hanya menyangkut prilaku badan

administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program dan

menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, melainkan menyangkut

jaringan kekuatan politik, ekonomi, dan sosial yang langsung atau tidak

langsung dapat mempengaruhi prilaku dari semua pihak yang terlibat untuk

menetapkan arah agar tujuan kebijakan publik dapat direalisasikan sebagai

10
hasil kegiatan pemerintah. Sedangkan menurut Daniel A. Mazmanian dan

Paul Sabatier dalam Wahab (2005 : 65)18 menjelaskan makna implementasi ini

dengan mengatakan bahwa memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah

suatu program dinyatakanberlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian

implemetasi kebijaksanaan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan

yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijaksanaan negara,

yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikan maupun untuk

menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian.

Syukur dalam Surmayadi (2005 : 79) 19 mengemukakan ada tiga unsur

penting dalam proses implementasi yaitu:

(1) Adanya program atau kebijakan yang dilaksanakan.

(2) Target group yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan ditetapkan

akan menerima manfaat dari program, perubahan atau peningkatan

(3) Unsur pelaksana (Implementor) baik organisasi atau perorangan untuk

bertanggung jawab dalam memperoleh pelaksanaan dan pengawasan dari

proses implementasi tersebut.

Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk memengaruhi

apa yang oleh Lipsky disebut “street level bureaucrats” untuk memberikan

pelayanan atau mengatur prilaku kelompok sasaran (target group). Untuk

kebijakan yang sederhana, implementasi hanya melibatkan satu badan yang

berfungsi sebagai implementor, misalnya, kebijakan pembangunan

infrastruktur publik untuk membantu masyarakat agar memiliki kehidupan yang

lebih baik, Sebaliknya untuk kebijakan makro, misalnya, kebijakan

pengurangan kemiskinan dipedesaan, maka usaha-usaha implementasi akan

melibatkan berbagai institusi, seperti birokrasi kabupaten, kecamatan,

11
pemerintah desa. Keberhasilan implementasi kebijakan akan ditentukan oleh

banyak variabel atau faktor, dan masing-masing variabel tersebut saling

berhubungan satu sama lain.

Dalam pandangan Edwards III ( 2004 ) implementasi kebijakan

dipengaruhi oleh empat variabel, yakni: (1) komunikasi, (2) sumberdaya, (3)

disposisi, dan (4) struktur birokrasi. Keempat variabel tersebut juga saling

berhubungan satu samalain.

1) Komunikasi.

Keberhasialan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran

kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran (target group)

sehingga akan mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran

suatu kebijakan tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekalioleh

kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok

sasaran.

2) Sumber daya.

Walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas dan

konsisten, tetapi apabila implementor kekurangan sumberdaya untuk

melaksanakan, implementasi tidak akan berjalan efektif. Sumberdaya tersebut

dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi implementor dan

sumber daya finansial. sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi

kebijakan agarefiktif. Tanpa sumber daya, kebijakan hanya tinggaldi kertas

menjadi dokumen saja

3) Disposisi.

Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki implementor.

12
Apabila implementor memiliki disposisi yang baik, maka dia akan menjalankan

kebijakan dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

Ketika implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan

pembuat kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak

efektif. berbagai pengalaman pembangunan dinegara- negara dunia ketiga

menunjukkan bahwa tingkat komitmen dan kejujuran aparat rendah.

4) Struktur birokrasi.

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah

satudari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya

prosedur operasi yang (standard operating procedures atau SOP). SOP

menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak. Struktur organisasi

yang terlalu panjangakan cenderung melemahkan pengawasan dan

menimbulkan redtape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, Ini

pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

Menurut meter dan horn, ada enam variable yang memengaruhi kinerja

implementasi, yakni:

1) Standar dan sasaran kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harusjelas dan

terukur sehingga dapat direalisir.

2) Sumber daya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya baik

sumber daya manusia (human resources) maupun sumberdaya non manusia

(non-human resourse). )

3) Hubungan antar Organisasi. Dalam banyak program, implementasi sebuah

program perlu dukungan dan koordinasi dengan intansi lain.

4) Karakteristik agen pelaksana. Yang dimaksud karakteristik agen pelaksana

13
adalah mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan

yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan memengaruhi

implementasi suatu program.

5) Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variable ini mencakup sumberdaya

ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi

kebijakan. Disposisi implementor ini mencakup tiga halyang penting, yakni:

respon implementor terhadap kebijakan, yang akan memengaruhi kemaunnya

untuk melaksanakan kebijakan. Dan intensitas disposisi implementor, yakni

preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Dalam pandangan Weimer dan Vining (2007 : 396) ada tiga kelompok

variabel besar yang dapat memengaruhi keberhasilan implementasi suatu

program, yakni: logika kebijakan, lingkungan tempat kebijakan dioperasikan,

dan kemampuan implementor kebijakan.

a) Logika dari suatu kebijakan. Ini dimaksudkan agar suatu kebijakan yang

ditetapkan masuk akal dan mendapat dukungan teoritis.

b) Lingkungan tempat kebijakan tersebut dioperasikan akan memengaruhi

keberhasilan impelmentasi suatu kebijakan. Yang dimaksud lingkungan ini

mencakup lingkungan sosial, politik, ekonomi, hankam, dan fisik atau

geografis.

c) Kemampuan implementor. Keberhasilan suatu kebijakan dapat dipengaruhi

oleh tingkat kompetensi dan keterampilan dari implementor kebijakan.

Tahapan implementasi kebijakan yang menempatkan kebijakan dalam

pengaruh berbagai faktor dalam rangka pelaksanaan kebijakan itu sendiri.

Disini akan dapat dipahami, bagaimana kinerja dari suatu kebijakan,

bagaimana isi yang berinteraksi dengan kelompok sasaran dan bagaimana

14
sejumlah faktor yang berasal dari lingkungan (politik, sosial dan lain- lainnya)

berpengaruh pada pelaksanaan kebijakan. Meter dan Horn dalam Sujianto

(2008 : 35)20 mengatakan, bahwa yang menentukan keberhasilan implementasi

kebijakan antara lain :

a. Standar dan Tujuan Kebijakan (Policy standars objecties) Standar dan tujuan

kebijakan memberikan perhatian utama pada faktor-faktor yang

menentukan hasil kerja, maka identifikasi indikator-indikator hasil kerja

merupakan hal yang penting dalaman alisis. Karena indikatorini menilai, sejauh

mana standar dan tujuan menjelaskan keseluruhan kebijakan, ini terbukti

karena mudah diukur dalam berbagai kasus.

b. Sumberdaya Kebijakan (Policy Resources) Implementasi kebijakan bukan

hanya pada standar dantujuan, tetapi juga menyediakan sumberdaya yang

digunakan untuk memudahkan administrasi. Sumberdaya yang dimaksudkan

meliputi dana dan insentif yang diharapkan dapat menunjang implementasi

yang efektif.

c. Aktifitas Pengamatan dan Komunikasi Interorganisasional (Interoganizational

Comunication and enforcement Activities) Implementasi yang efektif

memerlukan standar dan tujuan program dipahami oleh individu-individu yang

bertanggung jawab agar implementasi tercapai. Maka perlu melibatkan

komunikasi yang konsisten dengan maksud mengumpulkan informasi.

Komunikasi antara organisasi merupakan hal yang kompleks. Penyampaian

informasi kebawah pada suatu organisasi atau organisasi yang satu ke

organisasi yang lain, mau atau tidak komunikator baik secara sengaja atau

tidak. Implementasi yang akan berhasil memerlukan mekanisme dan prosedur

institusional dimana otoritas yang lebih tinggi dapat memungkinkan

15
pelaksana akan bertindak dengan cara konsisten.

d. Karakteristik Pelaksana (The Charactrristics of the Implementing Agencies).

Struktur birokrasi dianggap karakteristik, norma dan polahubungan dalam

eksekutif yang memiliki aktual atau potensial dengan apa yang dilakukan

dalam kebijakan, lebih jelasnya karakteristik berhubungan dengan

kemampuan dan kriteria staf tingkat pengawas (kontrol) hirarkis terhadap

keputusan-keputusan sub unit dalam proses implementasi. Sumberdaya pelaksana,

validitas organisasi, tingkat komunikasi terbuka, yaitu jaringan komunikasi vertikal dan

horizontal dalam organisasi hubungan formal daninformal antara pelaksana dengan

pembuat kebijakan.

e. Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik Pada waktu implementasi kebijakan tidak

terlepas dari pengaruh ekonomi, sosial dan politik (Ekosospol).

Pengaruh Eksospol terhadap kebijakan pemerintah telah menjadi

perhatian utama, walau dampak dari faktor ini baru sedikit mendapat perhatian.

Tapi faktor ini memiliki efek yang menonjol terhadap keberhasilan aktivitas

pelaksana. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan faktor Eksospol yaitu

1) Apakah sumberdaya-sumberdaya ekonomi yang tersedia dalam organisasi

pelaksana cukup memadai untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan.

2) Sejauhmana atau bagaimana kondisi-kondisi sosial ekonomi yang akan

mempengaruhi pelaksanaan kebijakan.

3) Bagaimana sifat umum ; seberapa jelas masalah kebijakan yangterkait.

4) Apakah kelompok elite menyetujui atau menentang pelaksanaan kebijakan.

5) Apakah karakteristik pertisipan dari organisasi pelaksana ; adaoposisi atau

dukungan partisipan untuk kebijakan tersebut.

Variabel ini menyangkut masalah persepsi-persepsi pelaksana dalam

16
juridis dimana kebijakan disampaikan. Ada tiga unsur yang mempengaruhi

pelaksana dalam mengimplementasikan kebijakan: Kognisi (pemahaman dan

pengetahuan).

1) Arah respon pelaksana terhadap implementasi menerima atau menolak.

2) Intensitas dari respon pelaksana.

2. Pengertian Peraturan.

Peraturan perundang-undangan di Indonesia telah diatur dalam Undang-

Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

Undangan. Pengertian peraturan perundang-undangan menurut para ahli

sendiri sangatlah beragam.Seperti pendapat Bagir Manan, bahwa peraturan

perundang-undangan adalah keputusan tertulis negara atau pemerintah yang

berisi petunjuk atau pola tingkah laku yang bersifat dan mengikat secara

umum.

Pengertian lain mengenai peraturan perundang-undangan menurut

Attamimi adalah peraturan Negara,di tingkat Pusat dan di tingkat Daerah, yang

dibentuk berdasarkan kewenangan perundang-undangan, baik bersifat

atribusi maupun bersifat delegasi.

Menurut Maria Farida Indrati, istilah perundang-undangan (legislation,

wetgeving, atau gesetzgebung) mempunyai dua pengertian yang berbeda,

yaitu :21

a. Perundang-undangan merupakan proses pembentukan/proses membentuk

peraturan-peraturan negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah;

b. Perundang-undangan adalah segala peraturan negara, yang merupakan

hasil pembentukan peraturan-peraturan, baik di tingkat Pusat maupun di

Tingkat Daerah.

17
3. Pemerintah Desa.

Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 mengisaratkan pemberian

kewenangan otonomi desa dalam wilayah Kabupaten dan Daerah Kota

memberikan konsekuensi logis pada berbagai hal, antara lain pada prinsip-

prinsip penyelenggaraan Pemerintahan desa, Susunan Pemerintahan desa

dan Hak Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Kepala Daerah, Pertanggung-

jawaban Kepala desa, Kelembagaan desa, Keuangan desa, Pemerintahan

Pembinaan dan Pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan desa.

Pemerintahan Desa merupakan salah satu aspek yang juga

mendapatkan perhatian sekaligus mengalami perubahan dalam Undang -

Undang Pemerintahan Daerah Nomor 6 tahun 2014. Penyelenggaraan

Pemerintahan desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraaan

pemerintahan, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakatnya. Kepala Desa bertanggung jawab pada

Badan Perwakilan desa dan menyampaikan laporan pelaksanaan tugas

tersebut kepada Bupati. Desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum

publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda, dan

bangunan serta dituntut dan menuntut di pengadilan. Oleh karena itu Kepala

Desa dengan persetujuan Badan Perwakilan Desa mempunyai wewenang

untuk melakukan perbuatan hukum dan mengadakan perjanjian yang saling

menguntungkan.

Sebagai perwujudan demokrasi, di desa dibentuk badan Perwakilan Desa

atau dengan sebutan lain yang sesuai dengan budaya yang berkembang di

Desa yang bersangkutan. Adapun fungsinya adalah sebagai lembaga legislasi

dan pengawasan dalam hal pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran

18
Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa. Di Desa dapat

dibentuk lembaga kemasyarakatan Desa lainnya sesuai dengan kebutuhan

Desa. Lembaga ini dimaksudkan untuk menjadi mitra pemerintah Desa dalam

rangka pemberdayaan masyarakat Desa. Sedangkan sumber pembiayaan

Desa berasal dari pendapatan Desa, bantuan Pemerintah dan pemerintah

Daerah, pendapatan lain-lain yang sah, sumbangan pihak ketiga dan pinjaman

Desa.

Pemerintah Desa menurut Dra. Sumber Saparin dalam bukunya “Tata

Pemerintahan dan Administrasi Pemerintahan Desa”, menyatakan bahwa:

“Pemerintah Desa ialah merupakan simbol formal daripada kesatuan

masyarakat desa. Pemerintah desa diselengarakan di bawah pimpinan

seorang kepala desa beserta para pembantunya (Prangkat Desa), mewakili

masyarakat desa guna hubungan ke luar maupun ke dalam masyarakat yang

bersangkutan”.

Menurut Ermaya Suradinata (2002:13)22 pemerintah adalah organisasi

yang mempunyai kekuatan besar dalam suatu Negara menyangkut urusan

masyarakat, teritorial, dan urusan kekuasaan dalam rangka mencapai tujuan

negara. Sedangkan pemerintahan adalah proses kegiatan yang di

selenggarakan oleh pemerintah. Pendapat lain di sampaikan oleh Syaire

(dalam Ermaya Suradinata (2002 :13)23 bahwa pemerintahan adalah lembaga

negara yang terorganisir yang memperhatikan dan menjalankan

kekuasaannya, tetapi tidak menyebutkan nama-nama kekuasaan atau

kekuatan pada instansi tertentu. Sedangkan menurut Sumendar (dalam Syafei

2003:6)24, Pemerintah sebagai badan yang penting dalam rangka

pemerintahannya. Pemerintah mesti memperhatikan ketentraman dan

19
ketertiban umum, tuntutan dan harapan, serta pendapat rakyat, kebutuhan dan

kepentingan masyarakat, pengaruh lingkungan, pengaturan komunikasi,

peran serta seluruh lapisan masyarakat, serta keberadaan legitimasi.

Menurut Fener (dalam Inu Kencana Syafei, 2003:6)25, Pemerintah harus

mempunyai kegiatan yang berlangsung terus menerus di wilayah negara,

pejabat yang memerintah dan cara, metode serta sistem dari pemerintah

terhadap masyarakat.

Sedangkan Riyas Raysid (2002:21)26, berpendapat bahwa pemerintahan

selalu dilihat berbagai perpaduan antara aturan main (konstitusi,hukum, etika),

lembaga lembaga yng berwenang mengelola serangkaian kekuasaan

(eksekutif, legislatif, yudikatif), serta sejumlah birokrat dan pejabat politik

sebagi pelaku dari dan penanggung jawab atas pelaksana kewenangan-

kewenangan tersebut.27

Pakar lain yaitu Hadari Nawawi (2000:5) 28, mengatakan bahwa negara

atau pemerintahan sebagai organisasi non profit berfungsi memberikan

pelayanan pada setiap dan semua individu sebagai masyarakat (publik

service) dalam memenuhi kebutuhannya masing-masing. Pemerintahan yang

bersifat non profit berfungsi sebagai pelaksana pembangunan untuk

mewujudkan dan meningkatkan kesejahtraan masyarakat dan rakyatnya.

Dalam menjalankan fungsi yang bersifat non profit itu, pemerintah membentuk

berbagai lembaga yang paling kecil,agar berjalannya fungsi pelayanan

masyarakat (publik service) dan pembangunan, yang diantaranya

diorientasikan menurut aspek-aspek kehidupan seperti pendidikan, sosial,

kesehatan, hukum, agama, dan lain-lainnya.

Dari beberapa teori, pendapat, dan pengertian mengenai pemerintah dan

20
pemerintahan yang telah dikemukakan di atas, dan disimpulkan bahwa

hakikat pemerintahan adalah individu atau sebuah tim dari berbagai individu

yang mengambil keputusan yang memberi dampak bagi warga sebuah

masyarakat untuk menjamin kelangsungan hidupnya. Sedangkan hakikat

pemerintahan adalah pelayanan kepada masyarakat dengan menerapkan

suatu kewenangan yang berdaulat secara berkelanjutan, berupa penataan,

pengaturan, penertiban, pengamanan, dan perlindungan terhadap sekelompok

manusia untuk mencapai tujuan tertentu berdasar peraturan.

Hasan Erlina mengakui ada Pemerintah Dan Pemerintahan dalam arti

luas, dengan adanya Pemerintah dan Pemerintahan dalam arti luas. Maka

tentunya akan mempunyai pengertian Pemerintah dan Pemerintahan dalam

arti luas dan sempit. Yaitu29 :

1. Pemerintah (an) dalam arti sempit, yaitu : perbuatan memerintah yang

dilakukan oleh Eksekutif, yaitu Presiden dibantu oleh para Menteri- menterinya

dalam rangka mencapai tujuan Negara.

2. Pemerintah (an) dalam arti luas, yaitu : Perbuatan memerintah yang dilakukan

oleh Legislatif, Eksekutif dan yudikatif dalam rangka mencapai tujuan

Pemerintahan Negara.

Sedangkan menurut Inu Kencana Syafie yang mengutip dari C.F Strong

dalam bukunya yang berjudul “Ekologi Pemerintahan, sebagai berikut

maksudnya Pemerintahan dalam arti luas mempunyai kewenangan untuk

memelihara perdamaian dan keamanan Negara, ke dalam dan keluar. Oleh

karena itu, pertama harus mempunyai kekuatan militer atau kemampuan untuk

mengendalikan angkatan perang. Kedua harus mempunyai kekuatan Legislatif

atau dalam arti pembuatan Undang- undang. Ketiga, harus mempunyai

21
kekuatan financial /kemampuan untuk mencukupi keuangan masyarakat dalam

rangka membiayai ongkos keberadan Negara dalam menyelengggarakan

peraturan, hal tersebut dalam rangka kepentingan Negara”.

Pendapat lain menurut H Muhammad Rohidin Pranadjaja dalam bukunya

yang berjudul “Hubungan antar Lembaga Pemerintahan”, pengertian

Pemerintah adalah sebagai berikut :“Istilah Pemerintah berasal dari kata

perintah, yang berarti perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan

sesuatu, sesuatu yang harus dilakukan. Pemerintah adalah orang, badan atau

aparat yang mengeluarkan atau memberi perintah”. (Pranadjaja, 2003: 24)30

Pemerintah (government) secara etimologis berasal dari kata Yunani,

kubernan atau nahkoda kapal, artinya menatap ke depan. Sedang memerintah

berarti melihat ke depan, menentukan berbagai kebijakan yang

diselenggarakan untuk mencapai tujuan masyarakat- negara, memperkirakan

arah perkembangan masyarakat pada masa yang akan datang dan

mempersiapkan langkah – langkah kebijakan untuk menyongsong

perkembangan masyarakat ke tujuan yang ditetapkan. Sementara, yang

dimaksud dengan pemerintahan adalah menyangkut tugas dan

kewenanangan, sedangkan pemerintah adalah aparat yang menyelenggarakan

tugas dan kewenangan negara.

Menurut Surbakti, ( 2005:168) 31 pemerintahan dapat ditinjau dari tiga

aspek, yaitu dari segi kegiatan (dinamika), struktur fungsional, dan dari segi

tugas dan kewenangan. Ditinjau dari segi dinamika, pemerintahan berarti

segala kegiatan atau usaha yang terorganisasikan, bersumber pada

kedaulatan dan berlandaskan pada dasar Negara, mengenai rakyat dan

wilayah Negara itu demi tercapainya tujuan negara. Ditinjau dari segi structural

22
fungsional, pemerintahan berarti seperangkat fungsi negara, yang satu sama

lain berhubungan fungsional, dan melaksanakan fungsinya atas dasar

tertentu demi tercapainya tujuan negara. Lalu, ditinjau dari aspek tugas dan

kewenangan Negara maka pemerintahan berarti seluruh tugas dan

kewenangan negara.

Penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan adalah suatu proses

yang berlangsung secara terus menerus dengan intensitas dan prestasi yang

berbeda-beda sesuai dengan kapasitas aparatur dan tersedianya sumber daya

manusia. Apabila dalam suatu negara kekuasaan pemerintah, dibagi atau

dipisahkan maka terdapat perbedaan antara pemerintah dalam arti luas

dengan pemerintah dalam arti sempit. Pemerintah dalam arti sempit hanya

meliputi lembaga yang mengurus pelaksanaan roda pemerintahan yaitu badan

eksekutif, sedangkan pemerintah dalam arti luas yaitu lembaga eksekutif,

lembaga legislatif dan lembaga yudikatif. Dengan demikian pemerintah adalah

wujud nyata pelaksanaan kedaulatan negara dalam bentuk perintah-perintah

yang sifatnya mengikat yang diterima dan ditaati rakyat sebagai kekuasan yang

resmi.

Pegertian pemerintah secara etimologis menurut Inu Kencana sebagai

berikut :

1. Memerintah berarti melakukan pekerjaan menyuruh.

2. Pemerintah berarti badan yang melakukan kekuasaan memerintah.


3. Pemerintah berarti perbuatan, cara hal atau urusan dari badan yang

memerintah tersebut. (Kencana,2008:13)32

Jadi berdasarkan definisi di atas, pemerintah adalah lembaga yang

mempunyai kekuasaan untuk melakukan pekerjaan menyuruh dan memerintah

baik itu dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah sesuai dengan urusan

23
pemerintah tersebut. Menurut Pamuji dalam bukunya “Kepemimpinan

Pemerintah di Indonesia” dengan mengutip pendapat Samuel Edward Finner

mengemukakan bahwa istilah pemerintah mengandung empat pengertian

yakni :

1. Menunjukan pada kegiatan atau proses memerintah.

2. Menunjukan pada masalah-masalah kenegaraan dalam mana terdapat

kegiatan atau proses memerintah.

3. Menunjukan pada orang-orang yang dibebani tugas-tugas memerintah.

4. Menunjukan pada cara, metode dan sistem di mana suatu masyarakat tertentu

diperintah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan pengertian pemerintah

adalah kegiatan atau proses memerintah dengan menunjukan masalah-

masalah kenegaraan pada orang-orang yang diberi tugas dengan cara, metode

dan sistem tertentu. Efesien dan efektivitas penyelenggaran pemerintah perlu

ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antar

susunan pemerintah dan pemerintah daerah.

Jadi berdasarkan definisi di atas, pemerintah daerah adalah

penyelenggara pemerintahan di daerah yaitu sebagai pelaksana semua

kegiatan yang mengatur jalannya pemerintahan yang ada di daerah

berdasarkan tugas dan fungsi pemerintah daerah. Sedangkan menurut

Misdayanti dan R.G Kartasapoetra fungsi pemerintah daerah sebagai berikut

1. Fungsi Otonom.

Fungsi otonom dari pemerintah daerah adalah melaksanakan segala

urusan yang telah diserahkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang

lebih tinggi tingkatannya.

24
2. Fungsi Pembantu.

Merupakan fungsi untuk turut serta dalam melaksanakan urusan

pemerintahan yang ditugaskan kepada pemerintah daerah oleh pusat atau

pemerintah daerah tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggung

jawabkan kepada yang menugaskan.

3. Fungsi Pembangunan.

Fungsi ini untuk meningkatkan laju pembangunan dan menambah

kemajuan masyarakat.

4. Fungsi Lainnya.

Selain ketiga fungsi diatas terdapat fungsi lainnya adalah sebagai berikut :

a. Pembinaan Wilayah

b. Pembinaan Masyarakat

c. Pemberian pelayanan, pemeriharaan serta perlindungan kepentingan umum.

Jadi berdasarkan fungsi pemerintah daerah di atas dapat disimpulkan

bahwa pemerintah daerah harus melaksanakan segala urusan pemerintahan

yang telah diserahkan oleh pemerintah pusat maupun daerah yang lebih

tinggitingkatannya dengan meningkatkan laju pembangunan dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu pemerintah daerah harus

dapat membina wilayah dan membina masyarakat. Menurut Undang Undang

No. 23 Tahun 2014 pemerintah daerah adalah Gubenur, Bupati atau

Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara

pemerintah daerah. Perangkat daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah

dengan menetapkan pembentukan kedudukan, tugas dan fungsi serta stuktur

organisasi perangkat daerah.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

25
Pemerintahan Daerah, kabupaten dan kota berdasarkan asas desentralisasi.

Dengan digunakannya asas desentralisasi pada kabupaten dan kota, maka

kedua daerah tersebut menjadi daerah otonom penuh (Hanif Nurcholis,

2007:29). Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa otonomi

daerah dapat diartikan sebagai wewenang yang diberikan oleh pemerintah

pusat kepada daerah baik kabupaten maupun kota untuk mengatur, mengurus,

mengendalikan dan mengembangkan urusannya sendiri sesuai dengan

kemampuan daerah masing-masing dan mengacu kepada kepada peraturan

perundangan yang berlaku dan mengikatnya.

Prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip otonomi seluasluasnya

dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua

urusan pemerintahan di luar yang menjadi urusan pemerintah yang ditetapkan

dalam undang-undang ini. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan

daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peranserta, prakarsa, dan

pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan

rakyat.

Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan otonomi

yang luas, nyata, dan bertanggung jawab di daerah secara proporsional dan

berkeadilan, jauh dari praktik-praktik korupsi, kolusi, nepotisme serta adanya

perimbangan antara keuangan pemerintah pusat dan daerah. Dengan

demikian prinsip otonomi daerah adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Otonomi Luas.

Yang dimaksud otonomi luas adalah kepala daerah diberikan tugas,

wewenang, hak, dan kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang

tidak ditangani oleh pemerintah pusat sehingga isi otonomi yang dimiliki oleh

26
suatu daerah memiliki banyak ragam dan jenisnya. Di samping itu, daerah

diberikan keleluasaan untuk menangani urusan pemerintahan yang diserahkan

itu, dalam rangka mewujudkan tujuan dibentuknya suatu daerah, dan tujuan

pemberian otonomi daerah itu sendiri terutama dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat, sesuai dengan potensi dan karakteristik masing-masing

daerah.

b. Prinsip Otonomi Nyata.

Yang dimaksud prinsip otonomi nyata adalah suatu tugas, wewenang dan

kewajiban untuk menangani urusan pemerintahan yang senyatanya telah ada

dan berpotensi untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi dan

karakteristik daerah masing-masing. Prinsip Otonomi yang Bertanggungjawab.

Yang dimaksud dengan prinsip otonomi yang bertanggung jawab adalah

otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan

tujuan pemberian otonomi yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah,

termasuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah menurut Mardiasmo

(2002:46)33 adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan

perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama

pelaksanaan otonomi daerah yaitu: (1) meningkatkan kualitas dan kuantitas

pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, (2) menciptakan efisiensi

dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, dan (3) memberdayakan dan

menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses

pembangunan.

Menurut Deddy S.B. & Dadang Solihin (2004:32), 34 tujuan peletakan

kewenangan dalam penyelenggaraan otonomi daerah adalah peningkatan

27
kesejahteraan rakyat, pemerataan dan keadilan, demokratisasi dan

penghormatan terhadap budaya lokal dan memperhatikan potensi dan

keanekaragaman daerah. Dengan demikian pada intinya tujuan otonomi

daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara

meningkatkan pelayanan publik kepada masyarakat dan memberdayakan

masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan.

Otonomi daerah dapat mengembalikan harkat dan martabat serta harga

diri masyarakat di daerah, karena masyarakat di daerah sudah sekian lama

sejak kemerdekaan telah mengalami proses marginalisasi. Mereka bahkan

mengalami alienasi dalam kebijakan publik . Sebagai daerah yang otonom,

wilayah provinsi, kabupaten dan kota memunyai kewenangan dalam hal

membuat suatu kebijakan publik. Bentuk dari kebijakan tersebut salah satunya

adalah Peraturan daerah (PerDa). Peraturan daerah yang dibuat oleh

pemerintah daerah tentunya merupakan produk hukum daerah. Sama seperti

produk hukum yang dibuat oleh pemerintah pusat, Perda juga memiliki

kekuatan hukum yang mengikat. Hanya saja tingkat kekuatan hukumnya

terbatas hanya dilingkup wilayah pemerintahan daerah saja.

Peraturan Daerah (Perda) dibuat oleh pemerintah legislatif dan eksekutif

di daerah. Perda dibuat tentunya memunyai tujuan. Tujuan yang hendak

dicapai oleh suatu pemerintah daerah dituangkan dalam peraturan daerah.

Sebagai daerah otonom seharusnya mempunyai prioritas-prioritas yang lebih

terhadap bidang-bidang apa saja yangakan difokuskan oleh daerah. Sesuai

dengan penelitian yang akan dilaksanakan.

Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi

pelayanan, peningkatan peranserta, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat

28
yang bertujuan meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Hal ini merupakan

penjabaran dari prinsip otonomi seluas-luasnya dimana daerah diberi

wewenang untuk mengatur dan mengurus semua urusan pemerintahan selain

yang menjadi urusan pemerintah pusat. Penyelenggaraan otonomi daerah

harus selalu berorientasi pada peningkatan keejahteraan masyarakat dengan

memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang muncul dalam masyarakat

Pemerintah Desa mempunyai tugas membina kehidupan masyarakat

desa, membina perekonomian desa, memelihara ketentraman dan ketertiban

masyarakat desa, mendamaikan perselisihan masyarakat di desa, mengajukan

rancangan peraturan desa dan menetapkannya sebagai peraturan desa

bersama dengan Badan Permusyawaratan Desa.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1, Desa adalah

Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut

Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul,

dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Pasal 1,Desa adalah Desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut , adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal

usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

29
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1, Desa

adalah Desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurusurusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak

asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan demikian

sebagai suatu bagian dari sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia yang diakui otonominya dan Kepala melalui pemerintah dapat

diberikan penugasan pendelegasian dari pemrintahan ataupun dari

pemerintahan daerah untuk melaksanakan pemerintahan tertentu.Landasan

pemikiran dalam pengaturan mengenai adalah

keanekaragaman,partisipai,otonomi asli,demokratisasi dan pemberdayaan

masyarakat

Dalam pengertian menurut Widjaja dan Undang-Undang diatas sangat

jelas sekali bahwa desa merupakan self community yaitu komunitas yang

mengatur dirinya sendiri. Dengan pemahaman bahwa desa memiliki

kewenangan untuk mengurus dan mengatur kepentingan masyarakatnya

sesuai dengan kondisi dan sosial budaya setempat, maka posisi desa yang

memiliki otonomi asli sangat strategis sehingga memerlukan perhatian yang

seimbang terhadap penyelenggaraan Otonomi Daerah. Karena dengan

Otonomi Desa yang kuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan

Otonomi Daerah.

30
Desa memiliki wewenang sesuai yang tertuang dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yakni:

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak

asal-usul desa.

2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan

pemerintahan urusan pemerintahan yang secara langsung dapat

meningkatkan pelayanan masyarakat Tugas pembantuan dari pemerintah,

Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

3. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang- undangan

diserahkan kepada desa.

Desa juga memiliki hak dan kewajibanyang tertuang dalam Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yakni, Desa berhak:

a. Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul,

adat - istiadat, dannilai sosial budaya masyarakat desa;

b. Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa;

c. Mendapatkan sumber pendapatan;

Desa berkewajiban Melindungi dan menjaga persatuan, keatuan serta

kerukunan masyarakat desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, Meningkatkan kualitas kehidupan

masyarakat desa, Mengembangkan kehidupan demokrasi;, Mengembangkan

pemberdayaan masyarakat desa; dan Memberikan dan meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat desa Tujuan pembentukan desa adalah untuk

meningkatkan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya

guna dan berhasil guna dan peningkatan pelayanan terhadap masyarakat

31
sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemajuan pembangunan. Dalam

menciptakan pembangunan hingga ditingkat akar rumput, maka terdapat

beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk pembentukan desa yakni: pertama,

faktor penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500 kepala keluarga, kedua, faktor

luas yang terjangkau dalam pelayanan dan pembinaan masyarakat, ketiga,

faktor letak yang memiliki jaringan perhubunganatau komunikasi antar

dusun,keempat, faktor sarana prasarana, tersedianya sarana perhubungan,

pemasaran, sosial, produksi, dan sarana pemerintahan desa, kelima, faktor

sosial budaya, adanya kerukunan hidup beragama dan kehidupan

bermasyarakat dalam hubungan adat istiadat ,keenam, faktor kehidupan

masyarakat, yaitu tempat untuk keperluan mata pencaharian masyarakat.

Sedangkan pengertian Pemerintah Desa menurut Undang Undang nomor

6 Tahun 2014 bahwa Pemerintah Desa adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah Desa adalah

Kepala Desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa

sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

Mengingat unit pemerintahan desa adalah bagian integral dari

pemerintahan nasional, maka pembahasan tentang tugas dan fungsi

pemerintah desa tidak terlepas dari tugas dan fungsi pemerintahan nasional

seperti yang telah diuraikan dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tugas

pokok Kepala Desa yaitu :

a. Pelaksanaan kegiatan pemerintahan desa

b. Pemberdayaan masyarakat

c. Pelayanan masyarakat

32
d. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum

e. Pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum

Menurut Zainun (2001:3-5)35 terdapat empat kunci pokok tugas dan

fungsi administrasi dan manajemen pemerintahan Indonesia yaitu :

(1) Perumusan dan penetapan kebijakan umum,

(2) Kepemimpinan,

(3) Pengawasan,

(4) Koordinasi.

Keempat fungsi administrasi dan manajemen ini akan diterapkan pada

setiap tingkat pemerintahan yang ada dalam susunan pemerintahan negara

Republik Indonesia. Berdasarkan tugas fungsi pemerintahan tersebut, berarti

pemerintah desa sebagai bagian integral dari pemerintahan nasional juga

menyelenggarakan fungsi-fungsi tersebut meskipun dalam ruang lingkup

yang lebih sempit. Oleh unit pemerintahan desa seperti halnya pemerintah

desa sebagai unit pemerintahan terendah mempunyai 3 fungsi pokok yaitu :

1. Pelayanan kepada masyarakat

2. Fungsi operasional atau manajemen pembangunan,

3. Fungsi ketatausahaan atau registrasi. Keseluruhan tugas dan fungsi


administrasi pemerintah desa tersebut, tidak akan terlaksana dengan baik,
manakala tidak ditunjang dari aparatnya dengan melaksanakan sebaik-baiknya
apa yang menjadi tanggung jawab masing-masing aparat.
Menyadari betapa pentingnya tugas administrasi pemerintahan desa,

maka yang menjadi keharusan bagi Kepala Desa dan aparatnya adalah

berusaha untuk mengembangkan kecakapan dan keterampilan mengelola

organisasi pemerintahan desa termasuk kemampuannya untuk

melaksanakan tugas-tugas dibidang pemerintahan, pembangunan dan

kemasyarakatan.

33
Kepala Desa

1. Menyelenggarakan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang

ditetapkan bersama BPD.

2. Mengajukan rancangan peraturan Desa.

3. Menetapkan peraturan – peraturan yang telah mendapatkan persetujuan

bersama BPD.

4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa

mengnenai APB Desa untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD.

5. Membina kehidupan masyarakat Desa.

6. Membina ekonomi desa.

7. Mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif.

8. Mewakili desanya di dalam dan luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan paeraturan perundang-undangan;

dan.

9. Melaksana kanwewenang lain sesuai dengan peraturan perundang -

undangan

Sekretaris Desa.

1. Tugas Pokok :

Membantu Kepala Desa dalam mempersiapkan dan melaksanakan

pengelolaan administrasi Desa, mempersiapkan bahan penyusunan laporan

penyelenggaraan Pemerintah Desa.

2. Fungsi :

a. Penyelenggara kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk

kelancaran tugas Kepala Desa.

b. Melaksanakan tugas kepala desa dalam hal kepala desa berhalangan.

34
c. Melaksanakan tugas kepala desa apabila kepala desa diberhentikan

sementara.

d Penyiapan bantuan penyusunan Peraturan Desa.

e Penyiapan bahan Laporan Penyelengaraan Pemerintahan Desa.

f Pengkoordinasian Penyelenggaraan tugas-tugas urusan; dan.

g Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa Kepala Urusan

Umum.

1. Tugas Pokok :

Membantu Sekretaris Desa dalam melaksanakan administrasi umum, tata

usaha dan kearsipan, pengelolaan inventaris kekayaan desa, serta

mempersiapkan bahan rapat dan laporan.

2 .Fungsi :

a. Pelaksanaan, pengendalian dan pengelolaan surat masuk dan surat keluar

serta pengendalian tata kearsipan.

b. Pelaksanaan pencatatan inventarisasi kekayaan Desa.

c. Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum.

d. Pelaksanaan penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat tulis kantor

serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor.

e. Pengelolaan administrasi perangkat Desa.

f. Persiapan bahan-bahan laporan; dan.

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa.

Kepala Urusan Pemerintahan.

1. Tugas Pokok :

Membantu Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan administrasi

kependudukan, administrasi pertanahan, pembinaan, ketentraman dan

35
ketertiban masyarakat Desa, mempersiapkan bahan perumusan kebijakan

penataan, Kebijakan dalam Penyusunan produk hukum Desa.

2. Fungsi :

a. Pelaksanaan kegiatan administrasi kependudukan

b. Persiapan bahan-bahan penyusunan rancangan peraturan Desa dan

keputusan Kepala Desa

c. Pelaksanaan kegiatan administrasi pertanahan

d. Pelaksanaan Kegiatan pencatatan monografi Desa


e. Persiapan bantuan dan melaksanakan kegiatan penataan kelembagaan

masyarakat untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Desa

f. Persiapan bantuan dan melaksanakan kegiatan kemasyarakatan yang

berhubungan dengan upaya menciptakan ketentraman dan ketertiban

masyarakat dan pertahanan sipil; dan

g. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan kepada Desa.

Kepala Urusan Pembangunan.

1. Tugas Pokok :

Membantu Kepala Desa dalam melaksanakan penyiapan bahan

perumusan kebijakan teknis pengembangan ekonomi masyarakat dan

potensi desa, pengelolaan administrasi pembangunan, pengelolaan pelayanan

masyarakatserta Penyiapan bahan usulan kegiatan dan pelaksanaan tugas

pembantuan.

2. Fungsi :

a. Penyiapan bantuan-bantuan analisa &kajian perkembangan ekonomi

masyarakat

b. Pelaksanaan kegiaatan administrasi pembangunan

c. Pengelolaan tugas pembantuan; dan

36
d. Pelaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.

Kepala urusan Kesejahtraan Masyarakat.

1. Tugas Pokok :

Membantu Kepala Desa dalam melaksanakan penyiapan bahan

perumusan kebijakan teknis Penyusunan Program Keagamaan serta

Melaksanakan Program pemberdayaan masyarakat dan

sosial kemasyarakatan.

2. Fungsi :

a. Penyiapan bahan untuk pelaksanaan program

kegiatan keagamaan

b. Penyiapan dan pelaksanaan program perkembangan kehidupan beragama.

c. Penyiapan bahan dan pelaksanaan program, pemberdayaan masyarakat

dan sosial kemasyarakatan; dan

d. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Desa.

4. Desa.

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa sansekerta,deca yang

berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis,

desa atau village yang diartikan sebagai “ a groups of houses or shops in a

country area, smaller than and town “. Desa adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki kewewenangan untuk mengurus rumah tangganya

berdasarkan hak asal - usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan

Nasiona dan berada di Daerah Kabupaten.

Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunya yang berjudul “Otonomi

Desa” menyatakan bahwa Desa adalah sebagai kesatuan masyarakat hukum

yang mempunyai susunan asli berdasarkasan hak asal - usul yang bersifat

37
istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai Pemerintahan Desa adalah

keanekaragaman ,partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan

masyarakat.36

Menurut R. Bintarto, berdasarkan tinajuan geografi yang

dikemukakannya, desa merupakan suatu hasil perwujudan geografis, sosial,

politik, dan cultural yang terdapat disuatu daerah serta memiliki hubungan

timbal balik dengan daerah lain37.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, desa adalah suatu kesatuan

wilayah yang dihuni oleh sejumlah keluarga yang mempunyai system

pemerintahan sendiri (dikepalaioleh seorang Kepala Desa) atau desa

merupakan kelompok rumah di luar kota yang merupakan kesatuan38.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1, Desa adalah

Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut

Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak

asal - usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Undang - Undang Nomor

23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah Pasal 1, Desa adalah Desa

dan adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut , adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

38
Kesatuan Republik Indonesia.

Undang - Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1, Desa

adalah Desa dan adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah an,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal

usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Karena dengan Otonomi Desa yang kuat akan mempengaruhi secara

signifikan perwujudan Otonomi Daerah. Desa memiliki wewenang sesuai yang

tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

yakni :

1. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak

asal - usul desa.

2. Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan

pemerintahan urusan pemerintahan yang secara langsung dapat

meningkatkan pelayanan masyarakat

3. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota.

4. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang- undangan

diserahkan kepada desa

Desa juga memiliki hak dan kewajiban yang tertuang dalam Undang –

Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yakni, Desa berhak:

a. Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-

39
usul, adat-istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa;

b. Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa;

c. Mendapatkan sumber pendapatan; Desa berkewajiban;

a. Melindungi dan menjaga persatuan, keatuan serta kerukunan masyarakat desa

dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia;

b. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa;

c. Mengembangkan kehidupan demokrasi;

d. Mengembangkan pemberdayaan masyarakat desa; dan

e. Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa;

Tujuan pembentukan desa adalah untuk meningkatkan kemampuan

penyelenggaraan Pemerintahan secara berdaya gunadan berhasil guna dan

peningkatan pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan tingkat

perkembangan dan kemajuan pembangunan. Dalam menciptakan

pembangunan hingga ditingkat akar rumput, maka terdapat beberapa syarat

yang harus dipenuhi untuk pembentukan desa yakni: pertama, faktor

penduduk, minimal 2500 jiwa atau 500 kepala keluarga, kedua, faktor luas

yang terjangkau dalam pelayanan dan pembinaan masyarakat, ketiga,

faktor letak yang memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun,

keempat, faktor sarana prasarana ,tersedianya sarana perhubungan,

pemasaran, sosial, produksi, dan sarana pemerintahan desa, kelima, faktor

sosial budaya, adanya kerukunan hidup beragama dan kehidupan

bermasyarakat dalam hubungan adat istiadat, keenam, faktor kehidupan

masyarakat, yaitu tempat untuk keperluan mata pencaharian masyarakat.

40
A. Bagan Kerangka Konseptual.

1. Kerangka Pemikiran.

Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal

usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam Undang Undang Desa, negara menegaskan komitmennya untuk

melindungi dan memberdayakan desa agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan

demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam

melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil,

makmur, dan sejahtera.

Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah

musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan

unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh Badan Permusyawaratan Desa

untuk menyepakati hal yang bersifat strategis. Kesepakatan musyawarah desa

adalah suatu hasil keputusan dari musyawarah desa

dalam bentuk kesepakatan yang dituangkan dalam berita acara kesepakatan

musyawarah mesa yang ditandatangani oleh Ketua Badan Permusyawaratan

mesa dan Kepala Desa.

2. Bagan Kerangka Pemikiran.


Desa Lontos Kecamatan Luwuk Timur
Kabupaten Banggai

Implementasi Pelaksanaan Pedoman ,Tata Tertib dan Mekanisme


Pengambilan Keputusan dalam
Musyawarah Desa

41
Proses Musyawarah Desa

Penataan Desa;
Perencanaan Desa;
Kerjasama Desa;
Rencana investasi yang masuk ke Desa;
Pembentukan BUM Desa
BAB III METODEPenambahan
PENELITIAN dan Pelepasan aset Desa

Permendesa No.2 Tahun 2015


A. Lokasi Dan Waktu Penelitian.

Lokasi penelitian yang di pilih yaitu di desa Lontos Kecamatan Luwuk

Timur Kabupaten Banggai. Adapun waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini

adalah kurang lebih 6 (enam) bulan yakni dari bulan Maret sampai dengan

bulan Agustus 2019.

B. Metode Pengumpulan Data.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

1. Observasi ( observation ) yaitu melakukan pengumpulan data melalui

pengamatan langsung pada objek penelitian dalam aktifitas keseharian,

lingkungan dan sasaran kerja yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Angket ( Kuisioner ), yaitu pengumpulan data melalui daftar pernyataan yang

disiapkan masing – masing responden.

3. Telaah dokumen yaitu pengumpulan data – data melalui buku – buku, laporan,

jurnal atau tulisan ilmiah yang mempunyai hubungan dengan masalah yang

teliti.

C. Jenis dan Sumber Data.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini untuk dianalisis yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer, adalah data yang diperoleh secara

langsung di lapangan yang bersumber dari hasil kuisioner dengan informasi

kunci serta hasil pengamatan langsung di lokasi penelitian.

1. Data sekunder, adalah data pendukung bagi data primer yang diperoleh dari

bahan – bahan literatur seperti dokumen – dokumen serta laporan – laporan

42
dan kepustakaan lainnya yang dipandang relevan dengan penelitian ini.

D. Populasi dan Sampel.

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2006:72)39 Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah masyarakat dan

Pemerintah Desa Lontos Kecamatan Luwuk Timur Kabupaten Banggai yang

berjumlah 613 orang.

2. Sampel.

Menurut Sekaran (2006:123)40 Sampel adalah sebagian dari populasi.

Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari Populasi.

Menurut Hasan ( 2002:58)41 Sampel adalah bagian dari populasi yang

diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu,

jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi. Adapun sampel

dalam penelitian ini peneliti menarik sampel dengan menggunakan teknik

Purposive Sampling sedangkan untuk memperkecil populasi peneliti

menggunakan rumus Slovin. ( Umar 2000 : 78)42 sebagai

berikut :
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑒)2

Keterangan :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e= Persen kelonggaran ketidaktelitian pengambilan sampel yang masih

dapat ditolerir.

43
Persentase ketidak telitian menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 120)43

bahwa “……jika jumlah subyeknya dapat diambil antara 10%-15% atau 20%-

25% atau lebih.” Dalam hal ini penulis mengambil ketidaktelitian 5%. (e = 5% =

0,05) dengan jumlah populasi 613 orang (N= 613) jadi jumlah sampel dapat

ditentukan sebagai berikut :

613
=
1+613(0,05)2

613
=
1+613(0,0025)

613
=
1+1,53

613
= 2,53 = 242,29 𝑛 = 242

44
Adapun rincian Sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah Desa 7 orang

2. BPD 5 Orang

3. Pengurus BUMDesa 5 Orang

4. Pengurus LPMD 5 Orang

5. Kepala Dusun 5 Orang

6. Perwakilan Masyarakat 215 Orang

Jumlah 242 Orang

E. Metode Pembobotan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan skala likert, di mana metode

penelitian ini memberikan suatu evaluasi yang objektif dengan pembobotan

mulai dari sangat setuju sampai dengan tidak setuju, yaitu :

b. Sangat setuju / selalu / sangat positif 5

c. Setuju / sering / positif 4

d. Ragu – ragu / kadang / netral 3

e. Tidak setuju / hampir tidak pernah / negatif 2

f. Sangat tidak setuju / tidak pernah / sangat negatif 1

F. Metode Analisis.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data yang

bersifat kualitatif, yaitu dengan mengadakan pengolahan dan penganalisaan

data yang diperoleh. Data yang sudah terkumpul dibagi-bagi dan disusun

kedalam kelompok-kelompok, sehingga tersusun secara sistematis dan akan

memudahkan dalam penelitian.

Agar lebih efisien, relevan dan akurat, maka analisis data ini didasarkan

45
pada jenis sumber data yang dikumpul. Untuk data hasil dokumentasi

dilakukan reduksi, atau pengelompokkan data, display data dengan

menampilkan dalam bentuk gambar, bagan, tabel, dan sebagainya, kemudian

dilakukan verifikasi guna memperoleh gambaran kesimpulanPenentuan

persentase untuk memudahkan penarikan kesimpulan dengan menggunakan

rumus

Penentuan persentase untuk memudahkan penarikan kesimpulan dengan

menggunakan rumus :

f
P= x 100%
n Penjelasan :

P = adalah keseluruhan jumlah populasi,

f = adalah jumlah nilai jawaban responden, n = adalah jumlah sampel

penelitian.

Instrumen penelitian didesain dengan menggunakan skala rasio (rating

scale) dimana keseluruhan indikator (alat ukur) dari variabel penelitian

bersumber dari data mentah berupa angka kemudian Dikonversikan dalam

pengertian kualitatif. Data skala model rating scale, responden tidak akan

menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tetapi

menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan (Arikunto,

2010:113).19

Untuk menganalisa, mengukur, dan menunjukkan seberapa besar

tingkat kekuatan variabel yang sedang diteliti, sesuai instrumen yang

digunakan. Model garis kontinum ini menggunakan perhitungan skor yang

dijelaskan pada rumus berikut:

Penentuan Skor = Nilai presentase max−Nilai presentase min


Skala nilai (instrumen)
46
Perhitungan skor total untuk masing-masing indikator variabel adalah

sebagai berikut :

1. Nilai kumulatif adalah nilai dari setiap pernyataan yang merupakan jawaban

dari setiap responden.

2. Persentase adalah nilai kumulatif item dibagi dengan nilai frekuensinya

dikalikan 100%.

3. Jumlah responden adalah 242 pegawai dan nilai skala pengukuran terbesar

adalah 5, sedangkan skala pengukuran terkecil adalah 1. Sehingga diperoleh

jumlah kumulatif terbesar adalah 242 x 5 = 1.210, dan jumlah kumulatif terkecil

adalah 242 x 1 =242, adapun nilai persentase terkecil adalah (242: 1.210) x

100% = 20% dengan nilai rentang adalah 100% - 20% = 80%. Jika dibagi

menjadi 5 kategori, maka di dapat nilai interval persentase sebesar 16%.

Sehingga diperoleh nilai kategori persentase angka skala untuk variabel.

Kategori Interpretasi Skor

Persentase Kategori Persentase

20% - 35,99% Sangat Buruk

36% - 51,99% Buruk

52% - 67,99% Kurang Baik

68% - 83,99% Baik

84% - 100% Sangat Baik

Sumber: Sugiyono (2012 ).

G. Definisi Operasional.

Definisi Operasional adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan

ciri – ciri spesifik yang lebih substantive dari suatu konsep. Tujuannya : agar

47
peneliti dapat mencapai suatu alat ukur yang sesuai dengan hakikat variabel

yang sudah di definisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan

proses atau operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi

gejala atau variabel yang ditelitinya.

Adapun definisi operasional untuk implemntasi kebijakan Peraturan

Menteri desa Nomor 2 Tahun 2015 dalam penelitian ini adalah :

1. Pelaksanaan Penataan Desa.

2. Pelaksanaan Perencanaan Desa.

3. Pelaksanaan Kerjasama Desa.

4. Pelaksanaan Rencana investasi yang masuk ke Desa.

5. Pelaksanaan Pembentukan BUM Desa.

6. Pelaksanaan Penambahan dan Pelepasan aset Desa.

48

Anda mungkin juga menyukai