Anda di halaman 1dari 26

1

PROPOSAL

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG


DESA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KINERJA KEPALA DESA
DALAM MENJALANKAN TERTIB ADMINISTRASI DESA DI DESA
CUMPIGA KECAMATAN AWANGPONE
KABUPATEN BONE

xvi

Oleh:
MUH. AWAL RAMADHANI
NIM: 19111083
V. B

JURUSAN: ADMINISTRASI

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


STIA PRIMA BONE
2021
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Administrasi pemerintah memegang peranan yang penting karena keterlibatan
pemerintah yang besar pada proses pembangunan dalam sistem administrasi. Untuk
itu agar tujuan pembangunan benar-benar dapat tercapai seperti yang diharapkan,
maka yang harus diperhatikan adalah adanya aparat pemerintah yang memiliki
kualitas yang memadai. Kualitas tersebut selain dilandasi kemampuan dan
keterampilan yang memadai juga harus disertai disiplin yang tinggi, sehingga dalam
merealisasikan tujuan-tujuan nasional sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan
yang ditetapkan pemerintah, dengan titik berat pembangunan perlu diarahkan pada
masyarakat pedesaan karena sebagian besar penduduk Indonesia bertempat tinggal di
pedesaan.
Hakekat pembangunan desa bertujuan untuk memperbaiki kondisi dan taraf
hidup masyarakat. Di samping itu pemerintah desa merupakan suatu strategi
pembangunan yang memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
dinikmati oleh rakyatnya dan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan
tercapainya stabilitas keamanan wilayah yang sehat dan dinamis. Pemerintah desa
sebagai alat untuk mencapai tujuan administrasi negara, berfungsi sebagai tangan
panjang pemerintah dalam rangka pembangunan nasional demi tercapainya
kesejahteraan rakyat yang merata di seluruh tanah air.1
Terbitnya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa yang yang
ditetapkan pada tanggal 15 januari 2014, Dalam konsideran Undang-Undang tersebut
disampaikan bahwa Desa memiliki hak asal usul dan hak tradisional dalam mengatur
dan mengurus kepentingan masyarakat setempat dan berperan mewujudkan cita-cita
kemerdekaan berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintah Daerah di Indonesia (Cet. I; Sinar Grafika,
Jakarta, 2008), h. 8.

1
2

1945. Tepatlah kiranya untuk mencapai kemajuan Negara dan Pembangunan, desa
merupakan basis pemerintahan terendah dalam struktur pemerintahan Indonesia yang
sangat menentukan bagi kemajuan Negara dan Pembangunan nasional yang
menyeluruh. Mengingat untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya peningkatan
kemampuan penyelengaraan desa atau pemerintahan desa dalam pelaksanaan tugas-
tugas administrasi pemerintahan, disamping memperkuat partisipasi masyarakat dan
kelembagaannya serta aspek- aspek lainnya.2
Pemerintah Desa beserta aparatnya bertugas sebagai administrator
penyelenggara pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Oleh sebab itu
diperlukan aparat desa yang benar-benar mampu dan dapat bekerjasama dalam
pelaksanaan tugas dan memiliki tanggung jawab. Keberadaan aparat desa yang juga
diserahi tugas dibidang administrasi, menduduki posisi yang sagat penting karena
sebagai organ pemerintah yang paling bawah mengetahui segala kondisi dan
permaslahan yang ada di wilayahnaya. Informasi tersebut dikoordinasikan pada
pemerintah kecamatan karena dibutuhkan dalam pengambilan kebijaksanaan daerah
maupun nasional untuk kebutuhan pembangunan secara menyeluruh. Dengan
demikian kepala desa dalam pelaksanaan tugas dituntut untuk lebih optimal guna
mempelancar pelaksanaan tugas pemerintah.3 Penyelenggaraan administrasi desa
yang efektif diperlukan pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah
kecamatan terhadap aparatur pemerintah desa dalam bidang pemerintahan, sehingga
perangkat desa dapat melakukan tugas dan kewajibannya dengan baik dalam
melayani masyarakat.
Sukses tidaknya pemerintahan desa sangat tergantung dengan administrasi
desa. Administrasi desa dapat berjalan dengan baik apabila kualitas manusia sebagai

2
Aztri Fithrayani Alam STKIP Matappa Pangkep, “Peningkatan Kemapuan Pemerintah Desa
Dalam Pelaksanaan Tugas Administrsi Pemerintahan Desa” Jurnal Jurisprudentie, Vol. 5 No. 1
Februari-2018, h. 58
3
Muh.Fachri Arsjad, “Peranan Aparat Desa dalam Pelaksanaan AdministrasiPemerintahan
Desa di Desa Karyamukti Kecamatan Mootilango Kabupaten Gorontalo” Jurnal Of Public
Administration Studies, Vol. 1 No. 1 April-2018, h. 17
3

sumber daya insani dapat melaksanakan dengan sebaik mungkin artinya administrasi
desa sangat menentukan kedudukan pemerintahan desa. Administrasi desa merupakan
tolak ukur keberhasilan pemerintahan desa karena merupakan fondasi dalam
memperkuat dan mengembangkan pemerintahan desa. Jadi administrasi desa
merupakan prioritas utama yang harus mendapat perhatian serius oleh pemerintah
khususnya pemerintah kecamatan.
Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di Desa Cumpiga
Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone diperoleh bahwa terdapat beberapa
permasalahan yang dijumpai pada bagian pelayanan. Fasilitas sarana dan prasarana
pelayanan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi kualitas pelayanan yang
diberikan seperti belum lengkapnya buku-buku mengenai administrasi desa secara
keseluruhan, fasilitas pendukung penyimpanan arsip belum memadai, penggunaan
teknologi administrasi masih kurang selain itu sumber daya manusia atau kompetensi
aparat pemerintah desa kurang optimal, sehingga dapat berpengaruh terhadap
tercapinya pelayanan administrasi pemerintahan desa yang baik. Hal tersebut
berdampak pada ketidaksesuaian antara pelaksanaan dengan peraturan yang telah ada.
Oleh karena itu untuk dapat melaksanakan tugas menyelenggarakan
pemerintah desa, ditiap-tiap pemerintahan desa dilengkapi dengan sarana dan
prasarana serta fasilitas pendukung dan fasilitas yang lain untuk memberikan
pelayanan administrasi kepada masyarakat. Dengan kata lain mempersiapkan sumber
daya manusia yang handal dan untuk mendukung dengan fasilitas sarana dan
prasaranan yang memadai dan refresentatif sebagai upaya pelayanan prima kepada
masyarakat.
Dari gambaran masalah di atas mendorong calon peneliti untuk melakukan
penelitian lebih mendalam mengenai “Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa dan Pengaruhnya terhadap Kinerja Kepala Desa dalam
Menjalankan Tertib Administrasi Desa di Desa Cumpiga Kecamatan Awangpone
Kabupaten Bone”.
4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka dapat ditemukan
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja kepala desa dalam menjalankan tertib administrasi desa
berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa di Desa
Cumpiga Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone?
2. Apakah faktor-faktor yang menghambat dan mendukung implementasi
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa dalam menjalankan tertib
administrasi desa di Desa Cumpiga Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Dari rumusan masalah yang ada diatas, adapun tujuan serta kegunaan dari
penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini yakni:
a. Untuk mengetahui kinerja kepala desa dalam menjalankan tertib
administrasi desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang desa di Desa Cumpiga Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone.
b. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat dan mendukung
implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa dalam
menjalankan tertib administrasi desa di Desa Cumpiga Kecamatan
Awangpone Kabupaten Bone.
2. Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan yang hendak dicapai dalam penelitian draf ini
adalah:
a. Kegunaan ilmiah:
1) Manfaat teoritis dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai
sumbangsih pemikiran ilmiah dalam melengkapi kajia-kajian ilmu
5

pengetahuan khususnya mengenai implementasi Undang-Undang


Nomor 6 Tahun 2014 dan pengaruhnya terhadap kinerja kepala desa
dalam menjalankan tertib administrasi desa.
2) Bagi peneliti, sebagai wahana latihan pengembangan kemampuan
dalam bidang penelitian dan menerapkan teori yang peneliti dapatkan
di perkuliahan yang berkaitan dengan implementasi Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 dan pengaruhnya terhadap kinerja kepala desa
dalam menjalankan tertib administrasi desa.
b. Kegunaan praktis:
1) Bagi pemerintah desa khususnya pemerintah desa Cumpiga
Kecamatan Awangpone Kabupaten Bone dapat dijadikan sebagai
bahan masukan dalam implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 dan pengaruhnya terhadap kinerja kepala desa dalam
menjalankan tertib administrasi desa.
2) Bagi peneliti berikutnya dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi
mahasiswa atau pihak lainnya yang ingin melakukan penelitian yang
terkait dengan penulisan ini.
6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori
1. Kinerja Kepala Desa
Dalam melakukan suatu penilaian kerja seseorang diperlukan tolak
ukur, dan tolak ukur tersebut adalah standar. Sebuah standar dapat dianggap
sebagai pengukur yang ditetapkan, sesuatu yang harus diusahakan, sebuah
modal untuk diperbandingkan, suatu alat akan membandingkan antara satu hal
dengan hal yang lain. Dengan penentuan standar untuk berbagai penentuan
maka timbul yang disebut "standarisasi", yaitu penentuan dan penggunaan
berbagai ukuran, tipe dan gayatertentu berdasarkan suatu komposisi standar
yang telah ditentukan.
Unsur prestasi seseorang yang akan dinilai oleh setiap organisasi atau
perusahaan tidak selalu sama, tetapi pada dasarnya unsur-unsur yang dinilai
itu mencakup seperti hal-hal diatas. Dari uraian nampak bahwa faktor yang
digunakan untuk menilai tingkat prestasi seseorang tidak sama untuk semua
perusahaan, tetapi pada dasarnya apa yang telah dikemukakan merupakan
faktor-faktor yang lazim digunakan dalam menilai prestasi seseorang.
Kepala desa/Desa adat atau yang disebut dengan nama lain merupakan
kepala pemerintahan desa/desa adat yang memimpin penyelenggaraan
pemerintahan desa. Kepala desa/Desa adat atau yang disebut dengan nama
lain mempunyai peran penting dalam kedudukannya sebagai kepanjangan
tangan negara yang dekat dengan masyarakat. Kepala desa adalah pimpinan
tertinggi di sistem pemerintahan desa yang memiliki tugas dan wewenang
yang telah dituntukan oleh undang-undang. Dengan demikian itu, prinsip
pengaturan tentang Kepala desa/Desa adat.4

4
Pasal 26 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Kepala Desa

6
7

a. Sebutan Kepala desa/Desa adat disesuaikan dengan sebutan lokal


b. Kepala desa/Desa berkedudukan sebagai kepala pemerintah desa/desa adat
dan sebagai pemimpin masyarakat.
c. Kepala desa dipilih secara demokratis dan langsung oleh masyarakat
setempat, kecuali bagi desa adat dapat menggunakan mekanisme lokal
d. Pencalonan Kepala desa dalam pemilihan langsung tidak menggunakan
basis partai politik sehingga Kepala desa dilarang menjadi pengurus partai
politik.5
Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 26 UU No. 6 Tahun 2014,
Kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa. Yang dimaksud menyelenggarakan pemerintahan desa
antara lain mengatur kehidupan masyarakat sesuai dengan kewenangan desa
seperti pembuatan peraturan desa, pembentukan kelembagaan
kemasyarakatan, pembentukan Badan Usaha Milik Desa, dan kerjasama
antardesa. Sedangkan yang dimaksud dengan melaksanakan pembangunan
desa antara lain upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa dalam penyediaan sarana dan
prasarana desa, irigasi desa, pasar desa. Maksud dari pembinaan
kemasyarakatan desa antara lain pemberdayaan masyarakat melalui
pembinaan kehidupan sosial budaya masyarakat seperti bidang kesehatan,
pendidikan, adat istiadat, pelaksanaan hak dan kewajiban masyarakat,
partisipasi masyarakat, sosial budaya masyarakat, keagamaan, dan
ketenagakerjaan. Dan yang dimaksud dengan pemeberdayaan masyarakat
desa adalah upaya pengembangan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat
dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,
kamampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan

Ni'matul Huda, Hukum Pemerintahan desa (Dalam Konstitusi Indonesia sejak Kemerdakaan
5

Hingga Era Reformasi (Malang: Setara Press, 2015), h. 211


8

kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi


masalah dan perioritas kebutuhan masyarakat desa.6
Dalam melaksanakan tugasnya Kepala desa memiliki wewenang,
yaitu:
1) Memimpin penyelenggaraaan pemerintahan desa.
2) Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa.
3) Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dari aset desa.
4) Menetapkan peraturan desa.
5) Menetapkan anggaran pendapatan dan belanja negara.
6) Membina kehidupan masyaraat desa.
7) Membina ketentraman dan ketertiban masyarakat desa.
8) Membina dan meningkatkan perekonomian desa serta mengin-
tegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-
besarnya kemakmuran masyarakat desa.
9) Mengembangkan sumber pendapatan desa.
10) Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
11) Mengembangkan kehidupan sosial budaya ,masyarakat desa.
12) Mengkoordinasikan penggunaan desa secara partisipatif
13) Mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
14) Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuann peraturan
perundang-undangan.7
Dalam melaksakan tugasnya tersebut, kepala desa memiliki hak:
1) Mengusulkan struktur organisasi dan tata kerja pemerintah desa.

6
Didik G. Suharto. Membangun Kemandirian Desa (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014). h. 196.
7
Pasal 26 Ayat (2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
9

2) Mengajukan rancangan dan menetapkan peraturan desa


3) Menerima penghasilan tetap setia bulan, tunjangan dan penerimaan yang
lainnya yang sah, serta mendapatkan jaminan kesehatan
4) Mendapat perlindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan
5) Memberi mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya kepada
perangkat desa.8
Dalam melaksanakan tugas, Kepala desa berkewajiban:
1) Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-
Undang dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945, serta
mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika
2) Mengangkat kesejahteraan masyarakat desa
3) Memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat desa
4) Menaati dan menegakkan peraturan perundang-undangan
5) Melaksanakan kehidupan demokrasi dan berkeadilan gender
6) Melaksanakan prinsip tata Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan,
profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi,
dan nepotisme
7) Menjalin kerjasama dan koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan
di desa
8) Menyelenggarakan administrasi Pemerintahan Desa yang baik
9) Mengelola keuangan dan aset desa
10) Melaksanakan unrusan pemerintahan yang menjadi kewengangan desa
11) Menyelesaikan perselisihan masyarakat di desa
12) Mengembangkan perekonomian masyarakat desa
13) Membina dan melestarikan nilai sosial budaya masyarakat desa
14) Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan di desa

8
Pasal 26 Ayat (2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
10

15) Mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan


hidup memberikan informasi kepada masyarakat desa.9
2. Pengertian Administrasi Pemerintahan Desa
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), administrasi
merupakan kegiatan yang diperoleh dengan menetapkan tujuan bersama yang
berkaitan dan pemerintahan, organisasi dan tata usaha.10 Leonard D.White
mengemukakan bahwa administrasi ialah proses yang selalu terdapat pada
usaha kelompok, publik privat, sipil atau militer, sekala besar atau kecil.
Menurut Sondang siagin, administrasi adalah keseluruhan proses yang
kerjasama yang dilakukan oleh beberapa orang sehingga memperoleh tujuan
tertentu.11
Menurut Philip M Hajon, administrasi adalah sebuah kegiatan yang
meliputi kerja sama dalam lingkungan pemerintahan, meliputi kelembagaan
eksekutif, lembaga legislatif, dan lembaga yudikatif yang memberikan
pelayanan kepada masyarakat.12 A. Dunsire Administrasi adalah sebagai
arahan, pemerintahan, kegiatan, implementasi, kegiatan pengarahan,
penciptaan prinsip-prinsip implementasi kebijakan publik, kegiatan
melakukan analisis, menyeimbangkan dan mempresentasikan keputusan,
pertimbanganpertimbangan kebijakan, sebagai pekerjaan individual dan
kelompok dalam menghasilkan barang dan jasa publik, dan sebagai arena
bidang kerja akademik dan teoritik.13

9
Pasal 26 Ayat (2) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kamus bahasa Indonesia
(Cet. I; Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016), h. 22
11
Wirman Syafri, Studi Tentang Administrasi Publik (Cet. I; Glora Aksara Pratama, 2012),
h. 9
Philip M Hajon. et Syarifuddin, Hukum Administrasi Negara (Cet. I; anda Aceh: Syiah
12

Kuala Universitas Press: 2010), h.14.


Yeremias T. keban, Enam Strategis Administrasi Publik Konsep Toori dan Isu (Cet. I; Gava
13

Media, Yogyakarta, 2014), h. 2


11

Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa


administrasi adalah kegiatan yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Administrasi desa adalah keseluruhan proses kegiatan pencatatan data
dan informasi mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa pada buku
administrasi.14 Sedangkan Administrasi pemerintahan desa adalah keseluruhan
proses kegiatan pencatat data dan informasi mengenai pemerintahan desa pada
buku register desa. Adapun penyelenggaraan administrasi pemerintahan desa
adalah:
a. Penyelenggaraan pemerintah desa
b. Pelaksanaan pembangunan desa
c. Pembinaan kemasyarakatan
d. Pemberdayaan masyarakat15
Dalam proses pelaksanaan kegiatan administrasi, maka harus memiliki
unsur yang saling berkaitan antara satu sama lain yaitu:
a. Organisasi, yaitu tempat atau wadah yang dilakukan
b. Manajemen, yaitu kegiatan untuk mengerakkan kelompok orang untuk
mencapai tujuan melalui pelaksanaan, perencanaan, pembimbingan,
pembuatan keputusana dan pengawasan.
c. Komunikasi, yaitu penyampaian informasi dalam mewujudkan kerja sama
d. Keuangan, yaitu mengelola dengan membuat estimasi anggaran
e. Kepegawaian, yaitu Pengaturan atau yang menangani masalah pegawai
f. Tata usaha, yaitu penghimpun, pencatat, pengelola, dan pengirim dalam
upaya kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu

14
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2006 tentang pedoman administrasi desa
15
Permendagri 47 Tahun 2016 Tentang Administrasi Pemerintahan Desa
12

g. Hubungan masyarakat, yaitu menciptakan hubungan yang baik dengan


masyarakat sekitar lingkungan usaha kerjasama.16
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009,
Pelayanan administrasi adalah upaya pemerintah desa untuk melayani
masyarakat yang mengurus administrasi kependudukan seperti kartu keluarga
(KK), KTP, Akta dan keperluan pencatatan lainnya.17
Menurut Philip Kotler memberikan lima determinan kualitas
pelayanan yang dapat dirincikan sebagai berikut:
a. Kepercayaan atau kehandalan yaitu kemampuan untuk melaksanakan
pelayanan yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya
b. Daya tanggap yaitu kemampuan untuk membantu pelaggan dan
memberikan jasa dengan cepat.
c. Keyakinan yaitu sebuah pengetahuan dan kesopanan staf administrasi
serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan
keyakinan.
d. Empati yaitu syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi
pelanggan
e. Berwujud yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personel, dan media
komunikasi.18
Faktor-faktor pelayanan diatas bertujuan untuk memudahkan tahapan-
tahapa pelayanan yang diberikan oleh petugas administrasi terhadap
mahasiswa.

3. Tertib Administrasi Pemerintahan Desa

16
Wirman Syafri, Studi Tentang Administrasi Publik (Cet. I; Glora Aksara Pratama,2012),
h.12
17
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
18
Wirman Syafri, Studi Tentang Administrasi Publik, h. 13
13

Dalam hubungannya dengan tertib administrasi yang merupakan suatu


proses kedisiplinan yang dilakukan setiap birokrasi pemerintah atau organisasi
untuk mematuhi setiap aturan yang telah di tetapkan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dapat dipahami bahwa tertib administrasi merupakan suatu bentuk
administrasi yang dapat menjalankan fungsi, hak, kewajiban, wewenang dan
tanggung jawab. Adapun jenis dan bentuk sehingga tercapai konsep
administrasi yang diharapkan seperti yang telah tertuang dalam peraturan
mengenai Administrasi Desa Munurut Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 47 Tahun 2016 yaitu:19
a. Admanistrasi Umum adalah pencatatan data dan informasi mengenai
kegiatan pemerintahan desa pada buku administrasi umum, terdiri dari:
1) Buku Peraturan Desa
2) Buku Keputusan Kepala Desa
3) Buku Inventaris Dan Kekayaan Desa
4) Buku Aparat Pemerintah Desa
5) Buku Tanah Kas Desa
6) Buku Agenda
7) Buku ekspedisi
8) Buku Lembaran Desa
9) Buku Berita Desa
b. Administrasi penduduk adalah kegiatan pencatatan data dan informasi
mengenai kependudukan pada buku administrasi penduduk, terdiri dari:20
1) Buku Induk Penduduk
2) Buku Mutasi Penduduk
3) Buku Penduduk Masyarakat
4) Buku Kartu Tanda Penduduk dan Buku Kartu Keluarga

19
Permendagri 47 Tahun 2016 Tentang Administrasi Pemerintahan Desa
20
Permendagri 47 Tahun 2016 Tentang Administrasi Pemerintahan Desa
14

c. Administrasi keuangan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi


mengenai pengelolaan keuangan desa pada buku administrasi keuangan,
terdiri dari:
1) Buku APBD Desa
2) Buku Rencana Anggaran Biaya
3) Buku Kas Pembantu Kegiatan, Umum
4) Buku Kas Pembantu
5) Buku Bank Desa
d. Administrasi pembangunan adalah kegiatan pencatatan data dan informasi
pelaksanaan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat pada buku
administrasi pembangunan, terdiri dari:21
1) Buku Rencana Kerja Pembangunan Desa
2) Buku Kegiatan Pembangunan
3) Buku Inventarisasi Hasil Pembangunan
4) Buku Kader Pendampingan Dan Pemberdayaan Masyarakat
e. Administrasi lainnya adalah kegiatan pencatatan data dan informasi
mengenai penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan, pembinaan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat,
selain administrasi yang di sebut diatasbeberapa contoh lain dari
administrasi lainya yang ada di pemerintahan desa yang bersangkutan,
seperti:22
1) Kegiatan Badan Permusyawaratan Desa dalam Buku Administrasi
Badan Permusyawaratan Desa
2) Kegiatan Musyawarah Desa dalam Buku Musyawarah Desa
3) Kegiatan Lembaga Kemasyarakatan Desa/Lembaga Adat dalam Buku
Lembaga Kemasyarakatan Desa/Lembaga Adat.

21
Permendagri 47 Tahun 2016 Tentang Administrasi Pemerintahan Desa
22
Permendagri 47 Tahun 2016 Tentang Administrasi Pemerintahan Desa
15

B. Penelitian Terdahulu
Tinjauan pustaka merupakan penelaan terhadap hasil penelitian terdahulu yang
memiliki kesamaan topik dan berguna pula untuk mendapatkan gambaran bahwa
penelitian yang dilakukan bukan merupakan plagiat. Adapun beberapa penelitian
yang terkait adalah sebagai berikut:
Penelitian yang dilakukan oleh Risti Yuli Prawesti (2018) dengan judul
“Kinerja Kepala Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Perspektif Fiqh Siyasah (Studi di Desa Sidoharjo Kecamatan Way Panji Kabupaten
Lampung Selatan)”. Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kinerja kepala desa di
Desa Sidoharjo dalam menjalankan pemerintahan desa Sidoharjo belum berjalan
secara optimal, hal ini dapat dilihat dari kurang aktif, kurang berkomunikasi dan
kurang bekerjasama antara kepala desa dan aparat desa dan masyarakat desa serta
tidak adanya akses keterbukaan informasi untuk masyarakat. Dalam perspektif fiqh
siyasah kepala desa di desa Sidoharjo belum berjalan sesuai dengan fiqh siyasah
karena masih adanya keluhan dari masyarakat tentang kinerja kepala desa yang tidak
amanah dalam menjalankan tugas sebagai pemimpin. 23 Adapun persamaan penelitian
Risti Yuli Prawesti dengan penelitian yang akan dilakukan yakni terletak pada
regulasi yang digunakan yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Sedangkan perbedaan terletak pada fokus penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh Mei Suryani (2019) dengan judul “Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Mengenai Masa Jabatan
Ditinjau dari Fiqh Siyasah”. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pelaksanaan
pemilihan kepala desa di desa Way Terusan tidak dilaksanakan sesuai Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 hal ini karena Kepala Desa tersebut mantan preman,
Kepala Desa dianggap lebih berpengalaman, dan masyarakat masih mempercayai

23
Risti Yuli Prawesti, “Kinerja Kepala Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa Perspektif Fiqh Siyasah (Studi di Desa Sidoharjo Kecamatan Way Panji Kabupaten
Lampung Selatan), Skripsi UIN Raden Intan, Lampung, 2018, h. 1-99.
16

Kepala Desa.24 Adapun persamaan penelitian Mei Suryani dengan penelitian yang
akan dilakukan yakni terletak pada regulasi yang digunakan yaitu Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Sedangkan perbedaan terletak pada fokus
penelitian.
Penelitian yang dilakukan oleh Vina Susana (2020) dengan judul “Peran
Pemerintah Desa dalam Pelayanan Administrasi Bagi Masyrakat Gampong Lamcot
Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar”. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa pemerintah desa telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan
baik dalam melayani masyarakat yang mengurus administrasi kependudukan.
Meskipun ada kendala dalam pelayanan administrasi berupa tidak adanya kantor
keuchik, namun pelayanan administrasi tetap terjadi di rumah keuchik atau di rumah
sekretaris desa. Adapun sistematika pelayanan administrasi masyarakat adalah harus
menjumpai keuchik atau sekretaris desa terlebih dahulu. Selanjutnya keuchik
mengarahkan masyarakat untuk menjumpai sekretaris desa dan kemudian meminta
tanda tangan keuchik sekaligus stempel desa. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
pemerintah desa telah berupaya menjalankan perannya dengan baik yaitu melayani
masyarakat dengan membantu mengurus keperluan administrasi kependudukan. 25
Adapun persamaan penelitian Mei Suryani dengan penelitian yang akan dilakukan
yakni terletak pada regulasi yang digunakan yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa. Sedangkan perbedaan terletak pada fokus penelitian.

C. Kerangka Penelitian

24
Mei Suryani, “Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Mengenai
Masa Jabatan Ditinjau dari Fiqh Siyasah”, Skripsi UIN Raden Intan, Lampung, 2019, h. 1-201.
25
Vina Susana, “Peran Pemerintah Desa dalam Pelayanan Administrasi Bagi Masyrakat
Gampong Lamcot Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar”, Skripsi UIN Ar-Raniry Banda
Aceh, 2020, h. 1-106.
17

Kerangka berpikir merupakan serangkaian pola secara emplisit dalam


menjabarkan penelitian ini secara spesifik. Selain itu, kerangka pikir akan
memberikan interpretasi awal, agar secara tidak langsung pembaca bisa melihat dan
memahami maksud pemecahan masalah dalam karya ilmiah ini. Adapun kerangka
pikir penelitian sebagai berikut:

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang


Desa

Desa Cumpiga Kecamatan


Awangpone Kabupaten Bone

Kinerja Kepala Desa Faktor-Faktor Yang


dalam Menjalankan Menghambat Dan
Tertib Administrasi Desa Mendukung

Hasil

Gambar 1.1 Kerangka Pikir

Berdasarkan kerangka pikir diatas mendeskripsikan bahwa dalam penelitian ini

peneliti akan mengkaji dan menguraikan implementasi Undang-Undang Nomor 6

Tahun 2014 dan pengaruhnya terhadap kinerja kepala desa dalam menjalankan tertib

administrasi desa. Penelitian ini berfokus pada dua yaki kinerja kepala desa dalam

menjalankan tertib administrasi desa berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun


18

2014 serta faktor-faktor yang menjadi penghambat dan pendukung implementasi

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa.


19

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rasionalisatas dan Jenis Penelitian


Adapun jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian lapangan (field
research) dengan metode kualitatif yaitu suatu metode yang digunakan dengan terjun
langsung ke masyarakat dengan cara mengamati objek penelitian.26 Metode ini
digunakan untuk mengamati implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014
dan pengaruhnya terhadap kinerja kepala desa dalam menjalankan tertib administrasi
desa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan normatif-empiris. Merupakan
pendekatan yang menggabungkan unsur hukum normatif yang kemudian didukung

dengan penambahan data atau unsur empiris.8 Dalam metode penelitian normatif-
empiris ini juga mengenai implementasi ketentuan hukum normatif (undang-undang)
dalam aksinya disetiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam suatu masyarakat.
Penggunaan pendekatan penelitian normatif-empiris dimaksudkan untuk
mempermudah peneliti dalam memperoleh informasi mengenai implementasi
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan pengaruhnya terhadap kinerja kepala desa
dalam menjalankan tertib administrasi desa.

B. Subjek dan Objek Penelitian


Adapun yang menjadi subjek penelitian yakni Kepala Desa serta Aparat Desa
Cumpiga yang beralamat di Kecamatan Awangpone, Kabupaten Bone, Provinsi
Sulawesi Selatan. Sedangkan objek penelitian yaitu menyangkut tertib administrasi.

Abdullah K, Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian (Cet. I; Watampone: Lukman Al-


26

Hakim Press, 2013), h. 27.

19
20

C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data


1. Jenis Data
Data adalah segala keterangan (informasi mengenai hal yang berkaitan
dengan tujuan penelitian. Dengan demikian, tidak semua informasi atau
keterangan merupakan data dan hanyalah sebagian saja dari indormasi yakni
yang berkaitan dengan penelitian. Sesuai dengan fakta penelitian ini yaitu
penelitian lapangan (field research) maka data-data yang dikumpulkan adalah
data-data yang meliputi bahan data primer dan bahan data sekunder. 27 Adapun
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: sumber data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Merupakan data yang utama dan data yang diperoleh berasal dari
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya
dilapangan. Karena penelitian kualitatif ini diperoleh dengan cara
observasi dan wawancara. Dalam hal ini peneliti mencari dan
mengumpulkan data yang berkenaan dan langsung berkaitan dengan
permasalahan dalam penelitian.28 Data primer yang peneliti maksud adalah
informasi-informasi yang diperoleh secara langsung yang dilakukan
dengan wawancara dan observasi mengenai pokok permasalahan dalam
penelitian secara langsung maupun pihak-pihak tertentu. Adapun data
primer dalam penelitian ini adalah Kepala Desa (satu orang), Perangkat
Desa, (tiga orang) dan Masyarakat (Lima orang).
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang di peroleh dari sumber-sumber
lain, sebagai pendukung data primer yang dipandang berkaitan dengan

27
Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian (Cet. III; Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1995), h. 130.
28
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah (Cet. I; Jambi: Syari‟ah Press,
2014), h. 178.
21

pokok kajian yang diteliti.29 Data sekunder bersumber dari dokumen-


dokumen, baik berupa dokumen-dokumen resmi maupun bahan
perpustakaan lainnya. Walaupun data tersebut diperoleh dari orang lain
atau dokumen lain tetapi data tersebut dapat dimanfaatkan sebagai
pendukung sumber data pertama. Adapun yang menjadi sumber data
sekunder dalam penelitian ini berupa literatur-literatur yang mendukung
penelitian ini baik berupa buku, koran, majalah jurnal maupun tulisan-
tulisan yang dianggap penting dalam mendukung penelitian ini.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang
dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian.30
a. Wawancara, yaitu (interview) situasi peran antar pribadi bertatap muka
(face-to-face) ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-
jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seorang
informan. Wawancara yang dilakukan dengan dua bentuk, yaitu
wawancara terstuktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara
terstruktur berupa wawancara terhadap informan berdasarkan pertanyaan-
pertanyaan yang telah disiapkan sesuai dengan permasalahan yang akan
diteliti. Sedangkan wawancara tidak tersetruktur berupa memberikan
pertanyaan kepada informan dengan tidak memperhatikan panduan atau
konsep yang sudah dipersiapkan dan sifatnya spontanitas.
b. Dokumentasi, yaitu peneliti menggunakan metode ini untuk
mengumpulkan data dari berbagai jenis informasi, dapat juga diperoleh
melalui dokumentasi, artikel, media, proposal dan laporan perkembangan

29
Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah, h. 179.
IAIN Bone, Pedoman Penulisan Makalah dan Skripsi Mahasiswa (Cet I; Watampone; Pusat
30

Penjaminan Mutu (P2m), 2016), h. 14.


22

yang relevan dengan penelitian yang dikerjakan. 31 Dalam metode


dokumentasi dalam penelitian ini akan mencoba mencari dokumen-
dokumen yang terkait dengan implementasi Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 dan pengaruhnya terhadap kinerja kepala desa dalam
menjalankan tertib administrasi desa.

D. Teknik Analisis Data


Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat
uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh
akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif. Teknik
analisis data kualitatif menggunakan langkah-langkah sebagai berikut.32
1. Pengumpulan Data (Data Collection)
Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis
data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan wawancara dan studi dokumentasi.
2. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatancatatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data
dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat
gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan
data/informasi yang tidak relevan.
3. Display
Data Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi
tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

Husen Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis (Cet. II; Jakarta:
31

RajaGrafindo Persada, 1999), h. 51.


32
Arival, Metode Penelitian Kualitatif (Cet. I; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014), h.
178-180.
23

pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks


naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan.
4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and Verification)
Merupakan kegiatan akhir dari analisis data. Penarikan kesimpulan
berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah
disajikan. Antara display data dan penarikan kesimpulan terdapat aktivitas
analisis data yang ada. Dalam pengertian ini analisis data kualitatif merupakan
upaya berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian
data dan penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran keberhasilan
secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang terkait. Selanjutnya
data yang telah dianalisis, dijelaskan dan dimaknai dalam bentuk kata-kata
untuk mendiskripsikan fakta yang ada di lapangan, pemaknaan atau untuk
menjawab pertanyaan penelitian yang kemudian diambil intisarinya saja.
19

DAFTAR PUSTAKA

Buku-Buku
Abdullah K. Tahapan dan Langkah-Langkah Penelitian, Watampone: Lukman Al-
Hakim Press, 2013.
Arival. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2014.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kamus bahasa
Indonesia, Jakarta: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2016.
Didik G. Suharto. Membangun Kemandirian Desa, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2014.
Faustino Cardoso Gomes. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta: Andi
Offset, 2003.
Husen Umar. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 1999.
IAIN Bone. Pedoman Penulisan Makalah dan Skripsi Mahasiswa, Watampone; Pusat
Penjaminan Mutu (P2m), 2016.
Kementerian Agama Republik Indonesia. Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: PT.
Kumudasmoro Grafindo Semarang, 2017.
Mangkunegara. Manajemen Sumber Daya Perusahaan, Remaja. Rosdakarya: Jakarta,
2011.
Ni'matul Huda. Hukum Pemerintahan Desa Dalam Konstitusi Indonesia sejak
Kemerdakaan Hingga Era Reformasi, Malang: Setara Press, 2015.
Philip M Hajon. et Syarifuddin. Hukum Administrasi Negara, Banda Aceh: Syiah
Kuala Universitas Press, 2010.
Purwanto dan Sulistyastuti. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi
Kebijakan, Bumi Aksara Jakarta, 1991.
Siswanto Sunarno. Hukum Pemerintah Daerah di Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, 2008.
Suwignjo. Administrasi Pembangunan Desa Dan Sumber-Sumber Pendapatan Desa,
Jakarta: Slamet Prajudi Atmosudirjo, 1985.
Syahruddin Nawi. Penelitian Hukum Normatif Versus Penelitian Hukum Empiris, Ed
II, Makassar, Umitoha Ukhuwah Grafika, 2013.
Tatang M. Amirin. Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1995.
20

Tim Penyusun. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah, Jambi: Syari‟ah Press,
2014.
Wirman Syafri. Studi Tentang Administrasi Publik, Glora Aksara Pratama, 2012.
Yeremias T. Keban. Enam Strategis Administrasi Publik Konsep Toori dan Isu, Gava
Media, Yogyakarta, 2014.

Jurnal-Jurnal
Aztri Fithrayani Alam STKIP Matappa Pangkep. “Peningkatan Kemapuan
Pemerintah Desa Dalam Pelaksanaan Tugas Administrsi Pemerintahan Desa”
Jurnal Jurisprudentie, Vol. 5 No. 1 Februari-2018.
Mei Suryani. “Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Mengenai Masa Jabatan Ditinjau dari Fiqh Siyasah”, Skripsi UIN Raden
Intan, Lampung, 2019
Muh.Fachri Arsjad. “Peranan Aparat Desa dalam Pelaksanaan Administrasi
Pemerintahan Desa di Desa Karyamukti Kecamatan Mootilango Kabupaten
Gorontalo” Jurnal Of Public Administration Studies, Vol. 1 No. 1 April-2018.
Risti Yuli Prawesti. “Kinerja Kepala Desa dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa Perspektif Fiqh Siyasah (Studi di Desa Sidoharjo
Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan), Skripsi UIN Raden
Intan, Lampung, 2018.
Vina Susana. “Peran Pemerintah Desa dalam Pelayanan Administrasi Bagi Masyrakat
Gampong Lamcot Kecamatan Kuta Cot Glie Kabupaten Aceh Besar”, Skripsi
UIN Ar-Raniry Banda Aceh, 2020.

Perundang-Undangan
Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 2014 Tetang Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2006 tentang pedoman administrasi
desa
Permendagri 47 Tahun 2016 Tentang Administrasi Pemerintahan Desa
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan
Publik

Anda mungkin juga menyukai